Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR BIOKIMIA

PERCOBAAN 4
ANALISIS ENZIM: AKTIVITAS ENZIM

Disusun oleh:
Nama : Novita P. Tenaq
NIM : 181444006
Kelompok/Kelas : 1/A

Dosen Pengampu:
Natalia Diah Hapsari, M.Pd., Ph.D

Asisten Dosen:
1. Rikardus Sani Wibowo
2. Mutiara Angelina Manao

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA
SEMESTER GASAL 2023/2024
PERCOBAAN 4
ANALISIS ENZIM: AKTIVITAS ENZIM
A. Judul Praktikum
Analisis Enzim: Aktivitas Enzim
B. Hari/Tanggal Praktikum
Jumat, 03 November 2023
C. Tujuan Praktikum
Mempelajari aktivitas enzim yang dipengaruhi oleh pH, temperature, dan keberadaan
senyawa lain.
D. Landasan Teori
Aktivitas enzim dinyatakan dalam istilah unit (U). Satu unit adalah sejumlah
enzim yang mengkatalisis konversi dari 1 mikromol subsrat per menit dalam kondisi
normal. Kemurnian suatu enzim didasarkan pada aktivitas spesifik dalam unit SI
diperoleh berdasarkan katal per kilogram protein. Aktivitas relatif enzim murni
dibandingkan terhadap aktivitas molaritasnya, yaitu sejumlah molekul subsrat yang
dapat diubah dalam satu menit adalah satu molekul enzim dalam kondisi optimal
(Bintang, 2018). Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim selain konsentrasi enzim,
adalah suhu, pH, subsrat, inhibitor, dan aktivator. Hal ini dikarenakan setiap enzim
memiliki pH dan suhu yang optimum. Apabila proses di bawah pH optimum maka
aktivitas enzim rendah. Hal tersebut menyebabkan struktur tiga dimensi enzim
berubah, sehingga subsrat tidak dapat berikatan dengan sisi aktif enzim akibatnya
proses katalis tidak dapat berlangsung secara sempurna (Nurkotimah et all., 2017).
Temperatur mempengaruhi aktivitas enzim. Kenaikan temperatur melewati
temperatur optimum akan menyebabkan enzim terdenaturasi dan menurunkan
kecepatan reaksi enzimatis (Ardiningsih et all., 2012). Suhu yang sangat rendah dapat
menyebabkan terhentinya kerja enzim secara reversibel, karena dalam keadaan tersebut
terjadi benturan antara partikel E (enzim) dan S (subsrat). Akibatnya kompleks E-S
yang sangat penting dalam reaksi enzimatik tidak terbentuk, sehingga P (produk) juga
tidak terbentuk (Abadi dkk.,2001).
Kacang hijau adalah salah satu sumber enzim α −¿ amilase karena dalam bentuk
kecambah mengandung tokoferol dan fenolik. Senyawa tersebut merupakan
antioksidan yang sangat penting terhadap kesehatan terutama balita. Senyawa fenolik

1
dengan antioksidan lainnya pada konsentrasi rendah dapat melindungi bahan pangan
tersebut dari kerusakan oksidatif (Bahri dan Hasan, 2012).
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Labu ukur 100 mL
b) Vorteks
c) Spektrofotometer
d) Waterbath
e) Tabung reaksi
f) Penyaring
g) Tabung sentrifuge dan sentrifuge
2. Bahan
a) Akuades
b) 1 gram DNS
c) Natrium sulfit 50 mg
d) NaOH 1 gram
e) Kacang hijau
f) Larutan buffer asetat 0,2 M pH 5,5
g) Larutan amilum 2%
h) Larutan standar maltose
i) Natrium kalium tartrat 20 gram
F. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Enzim Amilase

Kacang hijau dihancurkan kemudian ditambahkan dengan buffer asetat 0,2 M pH


5,5 sebanyak 50 mL

Kemudian ekstrak kacang hijau dibiarkan selama 30 menit sambil sesekali


diaduk

Ekstrak kacang hijau disaring menggunakan penyaring kemudian disentrifugasi


1500 rpm selama 30 menit

Kemudian supernatannya diambil untuk diuji aktivitasnya

2
2. Pembuatan Reagen DNS 1%

DNS sebanyak 1 gram, natrium sulfit 50 mg, dan NaOH sebanyak 1 gram
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL

Kemudian akuades ditambahkan hingga 100 mL

3. Pembuatan Natrium Kalium Tartrat 40%

Natrium kalium tartrat sebanyak 20 gram dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL

Kemudian akuades ditambahkan hingga 50 mL

4. Pembuatan Larutan Standar Maltosa

Untuk membuat 6 larutan maltosa dengan konsentrasu masing-masing 0,0


mg/mL; 0,1 mg/mL; 0,2 mg/mL; 0,3 mg/mL; 0,4 mg/mL; 0,5 mg/mL

Padatan maltosa ditimbang kemudian masing-masing larutan dengan konsentrasi


berbeda dibuat sebanyak 10 mL

DNS1 % sebanyak 3 mL ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi


kemudian larutan dihomogenkan menggunakan vorteks

Tabung reaksi kemudian dimasukkan ke dalam waterbath pada suhu 90℃


selama 10 menit

Larutan natrium kalium tartrat 40% ditambahkan ke dalam setiap tabung reaksi

Tabung reaksi didinginkan hingga mencapai suhu ruang

Absorbansi setiap larutan diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang


gelombang 550 nm

Plot kurva standar larutan maltosa versus absorbansi dibuat

3
5. Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim
Sampel dibuat dengan komposisi berikut:

Semua larutan dalam masing-masing tabung dicampurkan dan dihomogenkan


menggunakan vorteks

Kemudian larutan direaksikan dalam temperature yang telah ditentukan. Lalu


larutan ditambahkan dengan larutan natrium kalium tartrat 40% sebanyak 1 mL

Kamudian larutan di diamkan sebentar dalam suhu ruang. Selanjutnya


absorbansinya diukur pada panjang gelombang 550 nm

6. Pengaruh pH pada Aktivitas Enzim


Sampel dibuat dengan komposisi berikut:

Semua larutan dalam masing-masing tabung dicampurkan dan dihomogenkan


menggunakan vorteks

Kemudian larutan direaksikan dalam temperature yang telah ditentukan. Lalu


larutan ditambahkan dengan larutan natrium kalium tartrat 40% sebanyak 1 mL

Kamudian larutan di diamkan sebentar dalam suhu ruang. Selanjutnya


absorbansinya diukur pada panjang gelombang 550 nm

4
G. Data Pengamatan
1. Pengaruh Temperatur pada Aktivitas enzim
Sampel Konsentrasi Absorbansi
STD1 0,0 mg/mL 0,092
STD2 0,1 mg/mL 0,135
STD3 0,2 mg/mL 0,162
STD4 0,3 mg/mL 0,330
STD5 0,4 mg/mL 0,316
STD6 0,5 mg/mL 0,384

2. Pengaruh Temperatur pada Aktivitas Enzim


Temperatu
Absorbansi
r
0 0,106
50 0,169
90 0,178

3. Pengaruh pH pada Aktivitas Enzim


Tabung pH Absorbansi
A 5 0,074
B 7 0,077
C 9 0,056
Blanko akuades 0,062

H. Pembahasan
Enzim merupakan biomolekul yang berfungsi sebagai katalis pada suatu reaksi
kimia. Enzim dapat diperoleh melalui tanaman, hewan, serta mikroorganisme. Salah
satu enzim yang dapat memecah pati yaitu enzim α -amilase. Enzim α -amilase berperan
dalam industri pembuatan roti dan sirup. Enzim ini banyak ditemui dalam kecambah
dan kacang-kacangan. Salah satunya didapatkan dalam kacang hijau (Patong dan
Suarni, 2007). Penentuan aktivitas enzim memiliki prinsip yaitu dengan mengekstrak
kacang hijau dengan menghitung gula pereduksi dari hasil hidrolisis pati dengan
mereaksikan dengan reagen DNS (3,5 dinitro salisilic acid) yang kemudian akan

5
membentuk asam 3-amino-5-dinitrosalisilat yang ditandai dengan adanya perubahan
warna kuning menjadi jingga (Bahri et al, 2012).
Aktivitas enzim dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH, suhu,
inhibitor, konsentrasi substrat, serta konsentrasi enzim. Sedangkan kecepatan reaksinya
bergantung pada konsentrasi enzim yang berperan dalam katalisator reaksi. selain itu,
aktivitas enzim dapat dipengaruhi oleh pH yang disebabkan oleh sifat ionic gugus
karboksil dan gugus amilum/pati. Hal ini dikarenakan daerah katalitik dan konformasi
enzim yang berubah (Poedjiadi, 1994).
Dalam pembuatan kurva standar maltosa digunakan peraksi DNS, vortex,
waterbath, sentrifuge dan spektrofotometer. DNS merupakan reagen yang digunakan
untuk menguji glukosa secara kuantitatif. Reagen DNS ini berfungsi untuk
memberikan warna pada larutan sehingga dapat terbaca oleh spektrofotometer UV-Vis.
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relative apabila energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang (Khopkar, 1990). Sentrifuge berfungsi dalam pemisahan berdasarkan
konsep bahwa partikel yang tersuspensi disebuah wadah akan mengendap ke dasar
wadah karena adanya gaya gravitasi. Dalam praktikum ini, berfungsi untuk mengaduk
cairan sehingga seluruh bagian campuran menjadi homogen (merata). DNS sebagai
oksidator akan tereduksi membentuk asam 3-amino-5-nitrosalisilat. Reaksi ini berjalan
dengan suasana basa yang apabila terdapat gula pereduksi pada sampel, maka larutan
DNS yang awalnyaa berwarna kuning akan bereaksi dengan gula pereduksi sehingga
menimbulkan warna orange/jingga kemerahan. Dalam metode DNS digunakan alat
spektrofotometer untuk mengukur nilai absorbansi sampel (Lehninger, 1997).

6
Prinsip dalam pembuatan kurva standar maltosa yaitu dengan menentukan
absorbansi larutan maltosa dari berbagai konsentrasi dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Setelah mengetahui data yang diperlukan seperti absorbansi
dan berbagai konsentrasi dapat dibuat kurva standar dengan perbandingan konsentrasi
dan absorbansi. Kurva standar digunakan untuk menghitung konsentrasi sampel yang
belum diketahui (Batoro et al, 2018).
Larutan standar maltosa dengan berbagai konsentrasi ditambahkan dengan
reagen DNS dan larutan natrium kalium tartrat kemudian dipanaskan. Setelah
pemanasan, warna mengalami perubahan dari kuning menjadi orange/jingga. Hal ini
disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi maltosa maka warna yang dihasilkan
semakin pekat. Kemudian warna larutan standar maltosa yang sudah di dinginkan pada
suhu ruang kemudian diuji absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-VIS.
Dari hasil pengukuran absorbansi didapatkan kurva standar maltosa sebagai berikut:

Kurva Standar Maltosa


0.45
0.4
0.35 f(x) = 0.620285714285714 x + 0.0814285714285714
R² = 0.915440395990759
0.3
Absorbansi

0.25
Series2
0.2 Linear (Series2)
0.15
0.1
0.05
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Konsentrasi

Kurva standar maltosa memberikan hasil yang kurang baik dengan R 2 = 0,9154
yang jauh dengan teori R2 = 1 dan persamaan garis linier y = 0,6203x + 0,0814. Kurva
standar ini dibuat dengan maksud untuk digunakan dalam penentuan konsentrasi
maltosa sebagai gula pereduksi pada tiap absorbansi yang diukur.
Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang rendah dapat
menyebabkan aktivitas enzim menjadi sangat berkurang sedangkan suhu yang tinggu
dapat mengakibatkan enzim terdenaturasi. Enzim memiliki suhu optimum sebesar 18-
23℃ atau maksimal pada suhu 40℃ . Pada suhu 45℃ akan menyebabkan enzim
terdenaturasi karena merupakan salah satu protein (Tranggono dan Setiadji, 1989).
Pada percobaan ini diberikan temperature yang berbeda untuk mengetahui aktivitas

7
enzi. Suhu yang digunakan pada sampel A, B, dan C masing-maisng yaitu 0 ℃ , 50℃ ,
dan 90℃ . Kadar maltosa memberikan hasil yang kurang baik dengan R 2= 0,8832 yang
sangat jauh dari teri R2 = 1 dan persamaan garis linier y = 0,0013x + 0,0501.
Kurva kadar standar maltosa (ppm) pada sampel dengan perbandingan
temperatut dapat dibuat dengan menghitungan kadar/konsentrasi sampel menggunakan
persamaan reaksi larutan standar dengan y merupakan absorbansi dan x adalah kadar
maltosa. Kurva standar dapat menunjukkan pengaruh temperature. Semakin tinggi
kadar maltosa maka semakin tinggi pula temperature atau berbanding lurus. Berikut
merupakan kurva standar:

Kurva Temperatur vs Kadar Maltosa


0.18
0.16 f(x) = 0.00131967213114754 x + 0.0500819672131147
0.14 R² = 0.883219209821891
Kadar Maltosa (ppm)

0.12
0.1
Series2
0.08 Linear (Series2)
0.06
0.04
0.02
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Temperatur

pH optimal enzim yaitu sekitar pH 7 atau netral dan jika medium menjadi sangat
asam atau sangat basa dapat menyebabkan enzim mengalami inaktivasi. Namun,
beberapa enzim dapat bekerja dalam asam atau basa. Enzim memiliki konstanta
disosiasi pada gugus asam ataupun basa terutama pada residu terminal karoksil dan
asam aminonya. Namun, dalam suatu reaksi pH suatu enzim tidak boleh terlalu asam
maupun basa. Hal ini dikarenakan dapat menurunkan kecepatan reaksi dengan
terjadinya denaturasi. Enzim memiliki pH optimum pada sekitar 4,5-8 dan pada kisaran
tersebut enzim mempunyai kestabilan yang tinggi. Enzim amilase stabil pada pH 5,1-
5,6 (Bahri et al, 2012). Apabila aktivitas enzim bekerja dengan baik, maka larutan akan
semakin bening karena terhidrolisis secara sempurna. Sedangkan, apabila enzim
kurang bekerja secara maksimal maka larutan akan semakin gelap karena tidak
terhidrolisis sempurna. Semakin tinggi pH aktivitas enzim akan semakin lambat.
Dalam percobaan ini yang dilakukan yaitu dengan pH netral sehingga meningkatkan

8
aktivitas enzim dan kadar maltosa. Sedangkan pH yang terlalu tinggi akan
menyebabkan enzim terdenaturasi (Bintang, 2018).

Kurva pH vs Kadar Maltosa pada Sampel


0.045
0.04
0.035
Kadar Maltosa (ppm)

0.03 f(x) = 0.0075 x − 0.0335


R² = 0.675675675675676
0.025
Series2
0.02 Linear (Series2)
0.015
0.01
0.005
0
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5
pH

Kurva kadar maltosa memberikan hasil yang kurang baik dengan nilai R 2 =
0,6757 yang sangat jauh dari teori R2 = 1 dan persamaan garis linier y = 0,0075x –
0,0335. Kurva standar ini dapat menunjukkan pengaruh pH dalam percobaan ini. pH
netral mampu membuat enzim bekerja maksimal namun pada pH 9 enzim tidak dapat
bekerja optimal.
I. Pertanyaan Pascapraktek
1. Mengapa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim perlu dipelajari?
Jelaskan dengan tepat!
Jawab: Enzim sama halnya dengan molekul protein lainnya yaitu memiliki sifat
biologis yang dipengaruhi oleh berbagai faktor fisika maupun kimia. Enzim bekerja
pada kondisi tertentu yang relative ketat, sehingga faktor-faktor yang
mempengaruhi aktivitas enzim perlu dipelajari agar enzim dapat bekerja optimum
sehingga menghasilkan produk yang maksimal
2. Bagaimana pengaruh keberadaan logam pada aktivitas enzim?
Jawab: aktifitas enzim memerlukan kofaktor yaitu gugus non-protein. Kofaktor
dapat berupa koenzim yang tidak terikat kuat dalam enzim yang biasanya berupa
molekul organik, dan gugus prosetetik yang terikat kuat dalam enzim berupa
molekul anorganik (ion-ion logam). Pengaruh keberadaan logam pada aktivitas
enzim dapat meningkingkatkan aktivitas kerja suatu enzim tetapi ada pula yang
menghambat kerja enzim. Ion logam yang membanti katalisis enzim mengikat

9
substrat sisi pemotongan dan juga dapat mengikat enzim secara langsung untuk
menstabilkan konformasi sisi aktif suatu enzim.
3. Jelaskan yang dimaksud dengan inhibitor kompetitif!
Jawab: inhibitor kompetitif merupakan suatu molekul kecil yang menyerupai
substrat yang dapat menarik suatu enzim untuk mengikatnya disisi aktif enzim
tersebut. Inhibitor kompetitif bersaing dengan substrat untuk mengikat sisi aktif
enzim. Keberadaan inhibitor dapat meningkatkan KM suatu enzim

J. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, aktivitas enzim dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu dan pH. Suhu yang rendah dapat
mengakibatkan aktivitas enzim menjadi sangat berkurang sedangkan suhu yang
tinggi dapat mengakibatkan enzim terdenaturasi. pH netral mampu membuat enzim
bekerja maksimal naming pada pH 9 enzim tidak dapat bekerja dengan optimal.
Hal ini disebabkan karena enzim memiliki pH tertentu dalam bekerja.

10
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, P.; Jusman, S.W.A.; Harahap, I. P.; Kurniati, V.; Prijanti, A. R.; Sadikin,
M.; Soewoto, H.; Retno, D.; dan Wanandi, S. I. 2001. Biokimia Eksperimen
Laboratorium. Jakarta: Widya Medika.
Amanatie., Salirawati, D., dan Sulistyowati, E. 2016. Karakterisasi Beberapa Ion
Logam Terhadap Aktivitas Enzim Tripsin. Jurnal Penelitian Saintek. 21(2).
107-120.
Ardiningsih, P., Noviyanti, T., dan Rahmalia, W. 2012. Pengaruh Temperatur
Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Daun Sansaking (Pycnarrhena
cauliflora Diels). JKK. 1(1). 31-34.
Bahri, S., Mirzan., dan Hasan., 2012. Karakterisasi Enzim Amilase dari Kecambah
Kacang Hijau. Jurnal Natural Science. 1(1). 132-143.
Batoro, J.; Ekowati, G.; Indriyani, S.; dan Sari, A.K. 2017. Keragaman Struktur
Butir Amilum, Kadar Tepung, dan Clustering Delapan Taksa Tanaman
Berumbi di Desa Simo. Jurnal Biotropika. 5(1). 14-21.
Bintang, M. 2018. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Lehninger AL,(1997). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Nurkotimah., Rahmawati, A., dan Yulianti, E. 2017. Pengaruh Suhu dan pH
terhadap Aktivitas Enzim Fosfatase Bakteri Termofilik Sungai Gendol
Pasca Erupsi Merapi. Jurnal Biologi. 6(8).465-471.
Patong, R. dan Suarni,. 2007. Potensi Kacang Hijau sebagai Sumber Enzim A-
Amilase. Indonesian Journal Chemistry. 7(3). 332-336.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Tranggono dan Setiadji, B. 1989. Biokimia Pangan. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.

11
LAMPIRAN
Perhitungan
1. Kadar Maltosa (ppm) pada Kadar maltosa (ppm) pada sampel vs
temperatur reaksi
Didapatkan persamaan garis dari kurva standar dengan y = absorbansi dan x
= kadar. y = 0,6203x + 0,0814
a. Suhu 00C
y = 0,6203x + 0,0814
0,106 = 0,6203x + 0,0814
0,106 - 0,0814 = 0,6203x
0,1802
=x
0,6203
x=¿ 0,039 ppm
b. Suhu 500C
y = 0,6203x + 0,0814
0,169 = 0,6203x + 0,0814
0,169 - 0,0814 = 0,6203x
0,0876
=x
0,6203
x=¿ 0,141 ppm
c. Suhu 900C
y = 0,6203x + 0,0814
0,169 = 0,6203x + 0,0814
0,178 - 0,0814 = 0,6203x
0 , 0 966
=x
0,6203
x=¿ 0,155 ppm
2. Kadar maltosa (ppm) pada sampel vs pH
Didapatkan persamaan garis dari kurva standar dengan y = absorbansi dan x
= kadar. y = 0,6203x + 0,0814
a. pH 5
y = 0,6203x + 0,0814
0,074 = 0,6203x + 0,0814
0,074 - 0,0814 = 0,6203x

12
0 , 0074
=x
0,6203
x=¿ 0,01 ppm
b. pH 7
y = 0,6203x + 0,0814
0,077 = 0,6203x + 0,0814
0,077 - 0,0814 = 0,6203x
0 , 0 044
=x
0,6203
x=¿ 0,007 ppm
c. pH 10
y = 0,6203x + 0,0814
0,056 = 0,6203x + 0,0814
0,056 - 0,0814 = 0,6203x
0 , 0254
=x
0,6203
x=¿ 0,04 ppm
1,757 = 5,6754x-0,0672
1,757 + 0,0672 = 5,6754 x
1,8242
=x
5,6754

13

Anda mungkin juga menyukai