Anda di halaman 1dari 16

MODUL 06-ENZIM DAN PIGMEN

PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS ENZIM α-AMILASE, PRESENTASE


PATI YANG TERURAI OLEH ENZIM α-AMILASE, PERHITUNGAN NILAI
ABSORBANSI EKSTRAK PADA Vigna radiata, Phaseolus vulgaris, Glycine max,
Amaranthus sp., Curcuma sp., Beta vulgaris, Hylocereus sp., DAN Capsicum sp.

OLEH:
Imaduddien Raihan Budiyanto
10618053
Kelompok 2

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Enzim merupakan protein yang berperan sebagai biokatalisator pada suatu reaksi kimia
pada hewan maupun tumbuhan. Kerja dari enzim sangat berpengaruh dengan faktor
lingkungan sekitarnya. Enzim memilki suhu dan pH optimal agar dapat bekerja secara
optimum. Pada tumbuhan enzim seperti enzim α-amilase berperan penting dalam
perkecambahan suatu tumbuhan. Karena peran dari enzim α-amilase yang memecah pati
menjadi molekul glukosa yang lebih sederhana sehingga dapat digunakan sebagai sumber
nutrisi pada proses perkecambahan.
Pigmen merupakan zat yang kimia yang menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu dan memantulkan cahaya pada rentang gelombang tertentu, sehingga zat yang
mengandung pigmen akan memantulkan warna tertentu sehingga dapat ditangkap oleh
mata. Warna yang diserap akan komplementer dengan warna yang dipantulkan. Pada
tumbuhan terdapat berbagai jenis pigme seperti klorofil, xantofil, antosianin dan lainnya.
Pada praktikum ini akan dilihat aktivitas enzim α-amilase yang menghidrolisis pati dan
jenis-jenis pigmen yang terdapat pada tumbuhan. Melalui praktikum ini akan didapatkan
pengetahuan faktor yang memengaruhi aktivitas enzim dan panjang gelombang yang
diserap maupun dipantulkan oleh pigmen pada tumbuhan. Hasil tersebut dapat digunakan
sebagai bahan dalam penelitian selanjutnya.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah:
1. Menentukan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim α-amilase
2. Menentukan persentase pati yang terurai oleh enzim α-amilase dengan metode
Bernfeld
3. Menentukan jenis dan karakteristik pigmen ekstrak sampel melalui nilai absorbansi
dan Rf
1.3. Hipotesis
Adapun beberapa dugaan terkait dengan hasil praktikum yang akan dilaksanakan.
1. Suhu yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan enzim terdenaturasi, dan
enzim amilase optimal pada suhu 300C - 350C
2. Aktivitas enzim α-amilase diatas 50%
3. Rf pada sampel bayam merah merupakan antosianin yang bersifat polar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enzim
Enzim adalah suatu protein yang memiliki fungsi sebagai katalis suatu reaksi kimia. Enzim
memiliki sifat spesifik yang artinya enzim hanya bekerja pada suatu reaksi tertentu saja.
Katalisasi yang dilakukan enzim adalah dengan menurunkan energi aktivasi reaksi tersebut.
Enzim memiliki sisi aktif yang berperan sebagai domain enzim tersebut bekerja.
Mekanisme penurunan energi aktivasi pada enzim adalah dengan mencari jalan lain suatu
reaksi tersebut terjadi tanpa mengubah produk yang dihasilkan. Teori pertama disebut teori
lock and key yang menyatakan sisi aktif enzim dan substrat memiliki bentuk yang
komplemen sehingga enzim dapat berikatan dengan substrat. Teori kedua adalah teori
induced fit yang menyatakan bahwa sisi aktif enzim menyesuaikan terhadap bentuk
substrat.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kerja enzim, antara lain, suhu, pH, inhibitor,
aktivator, dan substrat. Enzim memiliki rentang suhu optimal agar enzim tersebut bekerja
sebagian besar enzim pada manusia bekerja optimal pada suhu sekitar 35°C hingga 40°C.
Pada suhu tinggi enzim akan rusak sedangkan pada suhu rendah enzim menjadi tidak aktif.
Untuk faktor pH sama seperti suhu, enzim juga akan bekerja secara optimal pada rentang
pH tertentu, enzim cenderung rusak ketika berada di pH yang relatif rendah. Inhibitor dan
aktivator bekerja antagonis, konsentrasi inhibitor yang tinggi akan menyebabkan laju
enzim menurun sedangkan aktivator yang banyak akan meningkatkan laju enzim.
Enzim amilasi merupakan jenis enzim yang memiliki kemampuan memutus ikatan
glikosidik molekul pati. Terdapat beberapa jenis enzim amilase yaitu enzim α-Amilase, β-
Amilase, dan γ-Amilase. Dalam penamaan kimia enzim α-Amilase disebut endo-1,4-α-D-
glukan glukohidrolase. Nama tersebut artinya enzim tersebut akan memotong pati secara
acak pada ikatan 1,4-α-D-Glikosisdik monomer glukosa pada rantai linier amilosa (Nelson
& Cox, 2004).

2.2 Enzim α-amilase


Enzim α-amilase merupakanenzim yang menajdai katalis reaksi hidrolisis pati menjadi
gula yang kebih sederhana. Enzim amilse pada umumnya aktif bekerja pada suhu 25 – 95
o
C. Enzim ini memilki struktur molekul α - 1, 4 - glukanohidrolase yang termasuk golongan
enzim kelas 13 glikosil hidrolase. Pada biji yang sedang mengalami perkecambahan
diperlukan adanya enzim α-amilase untuk mengkatalis penguraian amilum yang terdapat
pada endosperma di biji menjadi molekul gula yang lebih sederhana agar dapat digunakan
sebagai energi. Pada biji yang mengalami proses perkecambahan enzim α-amilase dibentuk
oleh hormon giberelin (Sigh et al., 2012).

2.3 Uji kualitatif enzim α-amilase dengan I2KI


Prinsip yang digunakan dalam pengujian ini adalah pembentukan kompleks bitu kehitaman
oleh reaksi pati dengan I2KI. Karena enzim amilase menghidrolisis pati maka pada larutan yang
memiliki aktivitas enzim tinggi tidak akan terbentuk kompleks biru tua karena pati pada larutan
tersebut sudah dihidrolisis oleh enzim amilase. Reaksi positif pada reaksi lugol mengasilkan
warna biru kehitaman yang merupakan warna ion iodin (Poliana & MacCabe, 2007)

Gambar 2.1 Reaksi Iodin


2.4 Uji Kuantitatif Metode Benrnfeld
Uji kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui berapa jumlah amilum yang terurai menjadi
glukosa dengan melihat absorbansinya. Pada uji ini dilakukan penambahan HCl agar reaksi
yang dilakukan oleh enzim berhenti. Terdapat tiga tabung reaksi yang masing-masing diisi
dengan larutan pati atau amilum. Selanjutnya pada tabung pertama terlebih dahulu
ditambahkan HCl sehingga akan mengakibatkan reaksi tidak beralangsung. Tabung kedua
ditambahkan enzim terlebih dahulu ditambahkan enzim alu diinkubasi selama 15 menit
sebelum akhirnya ditambahkan HCl. Terakhir tabung ketiga digunakan sebagi larutan
blangko saat spektofotometri yang berisi amilum. Setelah itu dilakukan spektofotometri
dan konsentrasi pati yang terurai dihitung dengan mecari selisih absorbansi tabung reaksi
1 dan tang reaksi 2 (Bernfeld, 1995)

2.5 Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi merupakan metode pemisahan zat dengan prinsip kepolaran. Pada
kromatografi digunakan fasa gerak dan fasa diam. Fasa diam adalah plat yang dapat
menyerap cairan. Sedangkan fasa gerak yang disebut eluen berupa zat cair yang nantinya
bergerak sepanjang fasa diam. Fasa diam dan fasa gerak harus memiliki polaritas yang
berbeda, salah satunya harus polar dan salah satunya harus non polar. Parameter yang
digunakan pada metode ini dalah Retention Factor (Rf) berupa perbandngan jarak tempuh
noda dengan jarak tempuh eluen (Bruner, 1985)..

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎 (𝑐𝑚)


Rf =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 (𝑐𝑚)

2.6 Pigmen Tumbuhan


Pigmen adalah substansi yang diproduksi makhluk hidup dan menjadikan sesuatu menjadi
berwarna. Pigmen mengubah cahaya tampak dengan mengabsorbsi cahaya dengan rentang
gelombang tertentu dan memantulkan cahaya laninnya sehingga zat tersebut memiliki
warna. Pada tumbuhan dihasilkan berbagai pigmen yang tidak hanya memancarkan cahaya
namun juga sebagai zat yang digunakan untuk menangkap elektron yang disebut pigmen
antena.

Gambar 2.1 Kelompok Pigmen pada Tumbuhan (Davies, 2004)

Pigmen utama pada tumbuhan dalah klorofil, pigmen ini memantulkan cahaya hijau dan
berperan sebagai pigmen antena yang menangkap elektron. Pigmen lain pada tumbuhan yaitu
karoten yang menghasilkan warna oranye, antosianin yang menghasilkan warna ungu, atau
xantofil yang memantulkan warna kuning.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum ini tercantum pada table di
bawah ini
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan

• Tabung reaksi • Biji kacang merah, hijau, dan


• Sentrifugator kedelai
• Magnetic stirrer
• Daun bayam hijau dan merah
• Water bath
• Umbi kunyit dan bit
• Spektrofotometer
• Mortar • Buah naga, paprika hijau, dan
• Corong gelas paprika kuning
• Bejana kromatografi
• Larutan pati
• Kuvet
• Blender • HCl 0,1 M dan HCl 1 N

• NaCl 0,1 M

• PVP 1 %

• Aseton

• Buffer fosfat pH 6

• Pelat KLT silika

• Pipa kapiler

• Dietil eter : H2 O (1:1)

• Alkohol 96 %

• Larutan I2 KI

• Kertas saring dan kapas


• Plastik limbah

• Tisu dan gloves

3.2. Cara Kerja


3.2.1 Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim α-Amilase
• Ekstraksi Enzim α-Amilase
Langkah pertama adalah biji kacang hijau, merah, dan kedelai direndam dalam air
selama 24 jam dan dihilangkan kulit bijinya. Kemudian adalah proses ekstraksi enzim
dengan cara menggerus/blender biji dengan rasio 1:10 menggunakan 0,1 M HCl yang
mengandung 0,1 M NaCl dan 1% PVP. Setelah itu, ekstrak diaduk menggunakan
magnetic stirrer selama 2 jam. Terakhir, suspensi disentrifugasi pada kecepatan 12.000
rpm selama 15 menit dan supernatant dikoleksi untuk pengujian selanjutnya.

• Uji Aktivitas Enzim terhadap Perbedaan Suhu


Pertama, 3 buah tabung reaksi berisi larutan enzim sebanyak 1 ml disiapkan dan
diberi 3 perlakuan berbeda. Tabung reaksi pertama dimasukkan ke dalam waterbath
dengan suhu 45 oC. Tabung kedua dimasukkan ke dalam es, sedangkan tabung ketiga
disimpan pada suhu ruang. Selanjutnya, disiapkan juga 3 tabung reaksi yang berisi 3
ml larutan pati dan larutan buffer fosfat pH 6. Kemudian ketiga tabung tersebut
diinkubasi pada 3 suhu berbeda selama beberapa menit. Berikutnya, tabung 1 ml larutan
enzim dimasukkan ke dalam tabung reaksi larutan pati dan dikocok hingga homogen.
Terakhir, larutan tersebut diuji diatas pelat tetes dan diberi larutan I2KI.

3.2.2 Uji aktivitas enzim amilase secara kuantitatif (Metode Bernfeld)


Ekstrak enzim yang digunakan berasal dari hasil ekstraksi pada langkah sebelumnya.
Selanjutnya, disiapkan 3 buah tabung reaksi (dilabeli KH + HCl, HCl + KH, B untuk
kacang hijau; KM + HCl, HCl + KM, B untuk kacang merah; KD + HCl, HCl + KD, B
untuk kacang kedelai). Uji aktivitas amilase dilakukan dengan cara-cara berikut
• Tabung KH/KM/KD+HCl
Tabung diisi dengan larutan 0,5 mL 0,05 M sodium phosphate buffer pH 6 dan 1,0 mL
1% pati. Kemudian larutan tadi ditetesi 0,5 mL ekstrak enzim, lalu diinkubasi selama
15 menit pada suhu ruang. Selanjutnya reaksi dihentikan dengan penambahan 3,5 mL
1 N HCl.
• Tabung HCl+ KH/KM/KD
Tabung diisi dengan larutan 0,5 mL 0,05 M sodium phosphate buffer pH 6 dan 1,0 mL
1% pati. Kemudian, larutan tadi dicampurkan dengan 3,5 mL 1 N HCl. Terakhir, larutan
ditetesi 0,5 mL ekstrak enzim, lalu diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang.

• Tabung B
Tabung ini digunakan sebagai blanko. Pada tabung ini, 0,5 mL 0,05 M sodium
phosphate buffer pH 7,0 dan 1 mL H2O dicampurkan sebagai pengganti pati.
Kemudian, larutan ditetesi 0,5 mL ekstrak enzim.
Deteksi pati dilakukan dengan menambahkan 0,5 mL larutan I2KI ke setiap tabung. Nilai
absorbansi sampel kemudian diukur pada panjang gelombang 580 nm dengan
spektrofotometer.

3.2.3 Karakterisasi Pigmen dalam Daun dan Bunga dengan Spektrofotometer


• Ekstraksi Sampel Buah, Umbi, dan Daun dengan Beragam Warna
Pertama, sampel diambil sebanyak 1 gram dan digerus. Sampel direndam dalam 5
mL alkohol 96% selama 30 menit. Setelah itu ditambahkan dengan alkohol sampai
volumenya menjadi 10 mL. Terakhir, larutan disaring dan dipindahkan ke dalam tabung
reaksi.

• Analisis dengan Spektrofotometer


Nilai absorbansi ekstrak-ekstrak yang telah disiapkan tadi diukur pada panjang
gelombang (λ) 400 – 700 nm dengan UV/VIS Spektrofotometer. Hasil pengukuran tadi
diplot pada kertas grafik sehingga diperoleh spektrum absorpsi. Terakhir, serapan
maksimum setiap ekstrak ditentukan.

3.2.4 Karakterisasi Pigmen Jaringan Tumbuhan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
• Ekstraksi Daun merah, Daun hijau, Umbi kuning
Sampel ditimbang masing-masing 1 gram, digerus dengan mortar, dan direndam
dalam 10 mL aseton selama 30 menit. Rendaman disaring dengan corong gelas
sehingga didapat ekstrak aseton sampe. Ekstrak tersebut lalu dipartisi di dalam tabung
reaksi dengan menambahkan dietil eter:H2O (1:1) 5 mL sehingga diperoleh lapisan air
(bawah) dan dietil eter (atas).
• Analisis dengan KLT silica gel
Plat silica gel ukuran 3x7 cm ditotolkan ekstrak dengan pipa kapiler pada jarak 1
cm dari tepi bawah. Plat KLT dicelupkan pada bejana yang telah diisi larutan
pengembang (heksan:etil asetat/7:3). Bejana ditutup dan dibiarkan larutan pengembang
merambat ke atas sampai ± 1 cm dari tepi atas. Plat KLT diangkat dan dikeluarkan lalu
ditandai tinggi jarak tempuh pengembang. Plat dikeringkan dan diamati spot-spot yang
terbentuk. Kromatogramnya digambarkan dan ditentukan pigmen-pigmen yang
terpisahkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Kuantitatif Aktivitas Enzim Alfa Amilase


4.1.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Uji Kuantitatif Enzim α-amilase
Treatment Ektstrak enzim Absorbance X-Y = % Starch Lost (100 *
Number (A) Z Z/X)
1 Kacang hijau 0,871= Y1
0,145 14,295
2 Kacang hijau 1,017 = X1
3 Kacang merah 0,596 = Y2
-0,120 -25,210
4 Kacang merah 0,476 = X2
5 Kacang kedelai 0,695 = Y3
0,633 47,684
6 Kacang kedelai 1,328 = X3
7 Blanko 0

4.1.2 Penjelasan hasil dibandingkan dengan literatur


Pada metode Bernfeld digunakan prinsip hidrolisis pati oleh enzim alfa amilase
dan pembuatan kompleks biru kehitaman dengan I2KI. Pada tabung 1 , 3, dan 5
adalah perlakuan yang diatur agar enzim bekerja memecah pati. Sedangkan
pada tabung yang lain ditambahkan inhibitor berupa HCl di awal agar enzim
tidak bekerja. Pada tabung 1, 3, 5 dilakukan juga penambahan HCl setelah 15
menit inkubasi untuk menghentikan kerja enzim. Pada enzim kacang hijau
didapatkan persentase pati yang terhidrolisis sangat sedikit hal ini menunjukkan
bahwa aktivitas enzim alfa-amilase sangat rendah. Hal ini terjadi diduga karena
enzim dari kacang hijau tidak aktif karena terdenaturasi. Sedangkan hasil yang
didapat dari enzim kacang merah adalah negatif. Hal ini seharusnya tidak
mungkin terjadi karena pati seharusnya terhidrolisis dan absorbansi berkurang,
namu hal ini tidak terjadi. Beberapa faktor yang mungkin terjadi adalah
denaturasi enzim pada saat ekstaraksi dan pembacaan spektofotometer yang
kurang baik.
4.2 Uji Kualitatif Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Alfa Amilase
4.2.1 Hasil Pengamatan

Suhu
Dingin Panas
Ruang

Gambar 4.1 Uji Kualitatif Enzim α-amilase

Pada pengamatan yang dilakukan ketiga perlakuan mengalami perubahan warna


menjadi kompleks biru kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa pada ketiga
perlakuan masih terdapat glukosa yang berikatan dengan I2KI dan menghasilkan
kompleks berwarna biru kehitaman. Perbedaan terdapat pada kepekatan ketiga
perlakuan tersebut. Urutan kepekatan dari yang paling pekat adalah perlakuan suhu
panas, suhu ruang, lalu suhu dingin. Semakin banyak pati yang terdapat pada
campuran tersebut maka semakin pekat pula warna yang dihasilkan. Apabila banyak
pati yang terhidrolisis oleh enzim α-amilase maka kompleks biru kehitaman yang
dihasilkan akan semakin pudar. Berdasarkan literatur seharusnya enzim α-amilase
yang terdapat pada kacang hijau memiliki suhu optimum 30⁰C sehingga seharusnya
larutan pati yang membentuk kompleks paling pudar adalah yang berada pada suhu
ruang karena suhunya optimum dan yang paling pekat adalah perlakuan pada suhu
tinggi. Pada suhu tinggi enzim akan terdenaturasi sehingga mengakibatkan molekul
pati tidak terhidrolisis. Namun, pada percobaan didapatkan bahwa yang membentuk
kompleks paling pudar adalah perlakuan suhu rendah bukan pada suhu ruang. Hal
ini dapat terjadi karena pada saat dilakukan percobaan ruangan yang digunakan ber
AC sehingga suhunya cukup rendah bahkan dibawah suhu perlakuan dingin,
sehingga pati pada perlakuan dingin lebih banyak terhidrolisis.
4.3 Karakterisasi pigmen tumbuhan dengan spektrofotometri
4.3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.2 Data Absorbansi Pigmen
Absorbansi pada λ (nm)
Ekstrak 400 425 450 475 500 525 550 575 600 625 650 675 700
Bayam
4 4 3,608 3,102 1,788 1,375 1,651 1,928 2,373 2,649 3,529 3,978 1,705
Hijau
Bayam
4 4 4 4 4 4 4 4 3,556 3,14 4 4 1,820
Merah
Kunyit 4 4 4 4 4 1,445 1,299 1,340 1,467 1,5 1,642 1,581 1,531

Umbi Bit 2,856 3,828 4 4 4 4 4 4 3,134 1,97 1,892 1,783 1,711

Kulit Buah
1,231 0,942 1,067 1,334 1,608 1,589 1,792 1,609 1,521 1,497 1,635 1,576 1,533
Naga
Kulit Buah
1,933 1,134 1,127 1,291 1,350 1,117 1,317 1,418 1,566 1,589 1,727 1,664 1,604
Jeruk
Kulit Buah
1,375 0,843 0,914 1,103 1,180 0,971 1,187 1,286 1,443 1,478 1,619 1,561 1,517
Tomat
Grafik 4.1 Absorbansi Pigmen

4,5

3,5

3
Nilai Absorbansi

2,5

1,5

0,5

0
400 425 450 475 500 525 550 575 600 625 650 675 700
Panjang Gelombang (nm)

Bayam Hijau Bayam Merah Kunyit


Umbi Bit Kulit Buah Naga Kulit Buah Jeruk
Kulit Buah Tomat

.
4.3.2 Penjelasan Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan pada Tabel dan Grafik
didapatkan absorbansi maksimum pada bayam hijau saat panjang gelombang
400-425 nm, pigmen bayam merah pada 400-575 nm, pigmen kunyit pada 400-
500 nm, pigmen umbi bit pada 350-575 nm, pigmen kulit buah naga pada 550
nm, pigmen kulit buah jeruk pada 400 nm, pigmen kulit buah tomat pada 650
nm. Sedangkan menurut literatur yang didapatkan absorbansi pigmen pada
panjang gelombang 380-485 nm adalah pigmen yang menyerap warna biru.
Pada panjang gelombang 485-565 nm merupakan pigmen yang menyerap
warna hijau. Pigmen yang menyerap 565-620 nm menyerap warna kuning
sampai jingga dan terakhir warna merah diserap pada panjang gelombang 620-
740 nm. Warna yang diserap komplementer dengan yang dipantulkan. Pigmen
karotenoid yang terdiri dari pigmen karoten yang memantulkan warna jingga
dan xantofil yang menghasilkan warna kuning. Kedua pigmen tersebut
menyerap warna selain kuning dan jingga sehingga warna yang dipantulkan
adalah kuning dan jingga. Sedangkan pigmen yang menyerap warna selain
merah akan memantulkan warna merah, pigmen ini disebut antosisanin.
Terakhir pigmen yang merupakan pigmen utama pada tumbuhan yang
memantulkan warna hijau disebut klorofil (Taiz & Zeiger, 2002) .
4.4 Karakterisasi pigmen tumbuhan dengan kromatogafi lapis tipis (KLT)
4.4.1 Hasil Pengamatan

Gambar 4.2 Uji KLT dengan Kertas Saring Gambar 4.3 Uji KLT dengan Pelat
Silika

4.4.2 Penjelasan Hasil


Kromatografi Lapis Tipis adalah teknik pemisahan suaru zat berdasarkan
kepolarannya dibantu dengan eluen dan fase stationer. Pada pengamatan KLT
yang dilakukan digunakan 2 jenis eluen yaitu metanol dan etano. Setelah
dilakukan perhitungan didapatkan bahwa Rf dengan eluen etanol adalah 0,8 dan
Rf dengan eluen metanol adalah 0,8. Karena eluen yang digunakan bersifat
polar maka seamkin Rf mendekati 1 maka pigmen tersebut dianggap semakin
polar. Karena pada kedua eluen Rf pigmen mendekati nilai 1 dapat disimpulkan
bahwa pigmen bersifat polar. Menurut literatur pimen antosianin merupakan
pigmen yang bersifat polar (Samsudin dan Khoirudin, 2009). Pigmen
antosisanin adalah pigmen yang memantulkan warna ungu, hal ini sesuai
dengan warna bayam merah yang berwarna keunguan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Suhu memengaruhi kerja enzim α-Amilase, semakin tinggi suhu lingkungan maka
kerja enzim akan semakin baik hingga titik optimum. Setelah suhu melebihi titik
optimum enzim akan terdenaturasi.
2. Presentasi pati yang terurai pada percobaan kacang hijau, kacang merah, dan kacang
kedelai berturut-turut 14,29%; -25,21%; 47,68%.
3. Pada bayam merah terdapat pigmen antosianin dengan Rf 1 dan 0,8.

5.2 Saran
1. Dilakukan penyimpanan enzim yang lebih baik sehingga tidak terdenaturasi
2. Digunakan spektofotometer yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Bernfeld, P. 1955. Amylases 𝛼 dan β in Methods in Enzymiologi 1. New York. Academic


Press.
Bruner, F. 1985. The Science of Chromatography. United States: Elsevier Publishing
Company
Davies, Kevin. 2004. Plant Pigments and Their Manipulation. Kanada. CRC Press LLC
Nelson, D. L., Cox, M. M. 2004. “Lehninger Principle of Biochemistry 4th Ed”. Madison:
Poliana J, MacCabe AP. 2007. Industrial Enzymes; Structure, Function, and Applications.
Dordrecht: Springer. 20-22.
Samsudin, A. M., Khoiruddin. 2009. Ekstraksi, Filtrasi Membran dan Uji Stabilitas Zat
Warna dari Kulit Manggis (Garcinia mangostana).
Singh, P., Gupta, P., Singh, R., & Sharma, R. 2012. Factors affecting alfa amylase production
on submerged fermentation by Bacillus sp. International Journal of Pharmacy and Life
Sciences, 3(12), 2243-2246.
Taiz, Lincoln & Zeiger, Eduardo.2002. PalntPhysiology, 3rd edition. Shauer Assiciates.
University of Wisconsin

Anda mungkin juga menyukai