Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH pH DAN SUHU TERHADAP AKTIVITAS ENZIM LAKASE

Trichoderma asperellum LBKURCC1 HASIL PENGENDAPAN


0-20% AMONIUM SULFAT

Risa Maswita1, Andi Dahliaty2

1Mahasiswa Program S1 Kimia


2Dosen Bidang Biokimia Jurusan Kimia
Bidang Biokimia Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia
risa.maswita@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Laccase Trichoderma asperellum LBKURCC1 an oxidoreductase enzyme with the


ability to oxidize various phenolic groups using oxygen as an electron acceptor. Laccase
activity can be affected by pH and temperature. In this study, the determination of
fractionated laccase activity was investigated in order to obtain higher laccase activity
than crude extract activity. Determination of laccase activity was carried out using a
spectrophotometer with a wavelength of 420 nm. The results the highest activity was
obtained at pH 5,5 and a temperature of 60⁰C.

Keywords: Trichodermaasperellum, laccase, pH, temperature

ABSTRAK

Lakase Trichoderma asperellum LBKURCC1 merupakan jenis enzim oksidoreduktase


dengan kemampuan mengoksidasi berbagai gugus fenolik menggunakan oksigen
sebagai akseptor elektron. Aktivitas lakase dapat dipengaruhi oleh pH dan suhu. Dalam
penelitian ini, penentuan aktivitas lakase hasil fraksinasi diteliti agar mendapatkan
aktivitas lakase lebih tinggi dari aktivitas ekstrak kasar. Penentuan aktivitas lakase
dilakukan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm. Hasil uji
diperoleh aktivitas tertinggi pada pH 5,5 dan suhu 60⁰C.

Kata kunci: Trichoderma asperellum, lakase, pH, suhu

1
PENDAHULUAN 20% dengan nilai sebesar 0,030 U/mL.
Lakase yang digunakan lebih banyak
Lakase T. asperellum LBKURCC1
dihasilkan dari mikroorganisme. Salah
hasil pengendapan 0-20% amonium
satunya yaitu jamur karena
sulfat dinamakan LHP.
mikroorganisme dapat berkembangbiak
Aktivitas enzim sangat rentan
dengan cepat. Pertumbuhan
pengaruhnya terhadap faktor pH dan
mikroorganisme relatif mudah diatur
suhu. Setiap enzim memiliki pH
dan jumlah enzim yang dihasilkan
optimum yang berbeda-beda (Ilmi &
tinggi, sehingga lebih ekonomis
Kuswytasari, 2013). pH akan
digunakan untuk industri karena lebih
mempengaruhi aktivitas enzim terhadap
stabil. Lakase lebih banyak dihasilkan
konformasi enzim dan sisi aktif serta
dari jamur (Mulyawan et al., 2019).
suhu akan mempengaruhi aktivitas
Salah satu jamur yang berpotensi
enzim dengan terjadinya denaturasi
menghasilkan lakase adalah jamur T.
terhadap enzim.
asperellum (Waluyo, 2004).
Aktivitas lakase T. asperellum
Sebelumnya, laboratorium biokimia
LBKURCC1 ekstrak kasar terhadap pH
telah mengisolasi jamur T. asperellum
dan suhu lebih rendah dibandingkan
dari tanah perkebunan coklat di Riau. T.
aktivitas LHP dan setelah pengendapan
asperellum dan telah diidentifikasi
diharapkan mampu membuktikan
secara molekuler membuktikan bahwa
bahwa aktivitas LHP lebih tinggi
isolat tersebut adalah T. asperellum
dibandingkan dengan aktivitas ekstrak
(Nugroho et al., 2008). T. asperellum
kasar lakase. Agar dapat melihat
merupakan salah satu koleksi
perbedaan aktivitas lakase ini, maka
Laboratorium Riset Enzim, Fermentasi
perlu dilakukan pengaruh variasi pH
dan Biomolekuler FMIPA Universitas
dan suhu terhadap aktivitas lakase hasil
Riau yang diberi nama T. asperellum
fraksinasi. Rentang pH yang digunakan
LBKURCC1. Penelitian ini
adalah pH 4,5-8,0 bufer asetat dan bufer
menggunakan enzim hasil pengendapan
fospat dengan interval pH 0,5 (Siswanto
amonium sulfat 0-20% karena pada
et al., 2007) suhu ruang ± 30⁰C (Mani
penelitian sebelumnya diperoleh
et al., 2018). Variasi suhu 30-70⁰C
aktivitas lakase tertinggi pada fraksi 0-
dengan interval 10⁰C (Mahiroh, 2018).

2
METODE PENELITIAN Penentuan aktivitas lakase dilakukan

a. Alat dan Bahan dengan variasi pH bufer, yaitu bufer


Alat-alat yang digunakan dalam asetat (pH 4,5; 5,0; 5,5) dan pospat (pH
penelitian ini adalah Autoclave 6,0; 6,5; 7,0; 7,5; 8,0) dengan
AllAmerica model 1925/KY-23D, konsentrasi bufer 0,05 M. Setiap pH
waterbath (Sibata waterbath WK-24), menggunakan kontrol yang berbeda.
pipet mikro (Socorex Acura 825), oven Aktivitas enzim diukur menggunakan
(Fisher Scientific mode 655F), spektrofotometer UV-Vis Thermo
spektrofotometer UV/Vis (Genesys 10S Scientific Genesys 10 S dengan panjang
UV-Vis), blue tip, timbangan analitik gelombang 420 nm menggunakan
(KERN ABJ-NM/ABS-N), pH meter, ABTS (2,2’-azinobis-3-
termometer dan alat-alat gelas etilbenzothiazoline-6-asam sulfonat)
laboratorium lainnya yang digunakan sebagai substrat pada suhu ± 30⁰C. Pada
sesuai prosedur kerja. penentuan aktivitas enzim terhadap
Bahan-bahan yang digunakan dalam variasi pH, bufer sebanyak 1000 μL
penelitian ini adalah alcohol 70%, sebagai blanko. Sebanyak 900 μL
aluminium foil, akua demineralisasi larutan bufer asetat 0,05 M pH 4,5 dan
(akua DM), ABTS (2,2’-azinobis-3- 100 μL larutan ABTS 50 mM sebagai
etilbenzothiazoline-6-asam sulfonat) kontrol dimasukkan ke dalam kuvet.
(TCI, Cat. No.A2166), bufer asetat 0,05 Kemudian dihomogenkan dan diukur
M (pH 4,5; 5,0 dan 5,5), bufer pospat absorbansinya pada interval waktu 0, 5
0,05 M (pH 6,0; 6,5; 7,0; 7,5 dan 8,0), dan 10 menit. Adapun sebagai sampel,
CH3COOH, CH3COONa (Merck, Cat. sebanyak 800 μL bufer asetat 0,05 M
No.1.06268.0250), Na2HPO4, pH 4,5, 100 μL larutan ABTS 50 mM
NaH2PO4.H2O, HCl, NaOH dan bahan dan 100 μL enzim dimasukkan ke
kimia lain yang digunakan sesuai cara dalam kuvet. Campuran dihomogenkan,
kerja. diukur absorbansinya dengan cara dan
pada interval waktu yang sama. Hal
b. Pengaruh variasi pH terhadap
yang sama dilakukan sebanyak tiga kali
aktivitas LHP dan uji aktivitas
pengulangan dan hal yang sama juga
lakase
dilakukan dengan cara dan interval

3
waktu yang sama menggunakan variasi menggunakan pH 5,5 yang merupakan
bufer asetat pH (5,0; 5,5) dan bufer pH optimum. Bufer pH 5,5 sebanyak
pospat pH (6,0; 6,5; 7,0; 7,5; 8,0). 1000 μL sebagai blanko. Larutan
sampel dan kontrol pada tabung reaksi
c. Pengaruh variasi suhu terhadap
setelah inkubasi, dipindahkan ke dalam
aktivitas LHP dan uji aktivitas
kuvet dan dihomogenkan kemudian
lakase
diukur absorbansinya pada interval
Pengaruh variasi suhu (30⁰C, 40⁰C,
waktu 0, 5 dan 10 menit. Hal yang sama
50⁰C, 60⁰C dan 70⁰C) terhadap LHP. dilakukan dengan pengulangan
Pengukuran aktivitas LHP dengan sebanyak tiga kali dan hal yang sama
variasi suhu dilakukan dengan mengatur juga dilakukan untuk suhu (40⁰C, 50⁰C,
suhu sesuai yang diinginkan (30⁰C) 60⁰C dan 70⁰C) menggunakan cara dan
pada waterbath terlebih dahulu. Setelah interval yang sama.
suhu konstan (30⁰C), sampel (ABTS
100 μL , bufer pH 5,5; 0,05 M 800 μL) HASIL DAN PEMBAHASAN
dan kontrol (ABTS 100 μL dan bufer a. Pengaruh pH Terhadap Aktivitas
pH 5,5; 0,05 M 900 μL) pada tabung LHP
reaksi diinkubasi selama 30 menit. Penentuan pH LHP dilakukan
Setelah inkubasi 30 menit, pada tabung dengan variasi pH bufer asetat (pH 4,5-
reaksi larutan sampel ditambahkan LHP 5,5) dan pospat (pH 6,0-8,0) pada
sebanyak 100 μL). Uji aktivitas LHP interval pH 0,5 menunjukkan variasi
menggunakan spektrofotometer UV-Vis aktivitas yang berbeda seperti terlihat
Thermo Scientific Genesys 10S dengan pada Gambar1. dan Tabel 1.
panjang gelombang 420 nm

30.00
Aktivitas enzim

20.00
(U/L)

10.00
0.00
4 5 6 7 8

pH
Gambar 1. Aktivitas LHP terhadap pengaruh variasi pH

4
Tabel 1. Hasil pengaruh variasi pH terhadap aktivitas LHP
No pH Aktivitas enzim (U/L)
1 4,5 12,04
2 5,0 14,41
3 5,5 30,56
4 6,0 0,93
5 6,5 11,11
6 7,0 0,00
7 7,5 10,19
8 8,0 0,00

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6,5; 7,0; 7,5 dan 8,0). Aktivitas tertinggi
aktivitas LHP T. asperellum meningkat enzim lakase ditunjukkan pada pH 5,5.
dari pH 4,5 hingga pH 5,5 dengan nilai
b. Pengaruh Suhu Terhadap
sebesar 30,56 U/L. Hasil penelitian ini
Aktivitas LHP
juga sesuai dengan hasil yang diperoleh
Penentuan suhu LHP dilakukan pada
oleh Mahiroh (2018). Ketika pH
rentang suhu 30-70⁰C dengan interval
ditingkatkan lebih tinggi aktivitas
10⁰C. Menunjukkan aktivitas lakase
lakase menurun. Aktivitas LHP
seperti terlihat pada Gambar 2. dan
fluktuasi pada rentang pH 6,0-8,0 (6,0;
Tabel 2.

60.00
Aktivitas Enzim

40.00

20.00

0.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Suhu
Gambar 2. Aktivitas LHP terhadap pengaruh variasi suhu

5
Tabel 2. Hasil pengaruh variasi suhu terhadap aktivitas LHP
No Suhu (⁰C) Aktivitas enzim (U/L)
1 30 17,59
2 40 6,48
3 50 18,52
4 60 42,13
5 70 28,70

Pada umumnya pengaruh pH dan suhu mengalami perubahan. Hasil yang


terhadap aktivitas enzim menghasilkan diperoleh dari penelitian ini adalah
peningkatan sebelum keadaan optimum aktivitas lakase meningkat dari pH 4,5
dan aktivitas enzim menurun setelah hingga mencapai pH 5,5 dengan nilai
melewati keadaan optimum. Hasil aktivitas enzim sebesar 30,56 U/L dan
penelitian pada umumnya juga aktivitas lakase menurun setelah
menghasilkan pH optimum di bawah melewati pH 5,5. Setelah melewati pH
pH 6,0 dan optimum pada suhu di 5,5, pada pH 6,5 dan 7,5 terjadi sedikit
bawah suhu 50⁰C. Menurut Palonen et peningkatan aktivitas.
al., (2003), optimum pada pH 3,0-6,0 Ketika aktivitas lakase menurun,
dan optimum pada suhu 30-50⁰C. Hal dapat disebabkan oleh adanya
yang sedikit berbeda pada penelitian ini konformasi enzim yang menyebabkan
untuk lakase T. asperellum perubahan muatan dan pengaruh ikatan
LBKURCC1. Hasil penelitian Cu pada struktur lakase yang tidak
menunjukkan bahwa aktivitas LHP T. terikat secara maksimal ketika proses
asperellum terus meningkat hingga katalisis. Hal ini diindikasikan melalui
suhu 60⁰C dengan nilai aktivitas enzim terbentuknya warna putih pada larutan

sebesar 42,13 U/L. Ketika suhu sampel saat uji aktivitas lakase. Pada

ditingkatkan lebih tinggi aktivitas pH 6,0; 7,0 dan 8,0 aktivitas LHP

lakase menurun. Aktivitas LHP sedikit sedikit meningkat, disebabkan oleh

rendah pada suhu 40⁰C. pengaruh ikatan Cu pada struktur lakase

Lakase dapat diproduksi dari jamur yang terikat secara maksimal ketika

adalah Trichoderma asperellum. melakukan proses katalisis serta

Perubahan pH lingkungan dipengaruhi juga oleh perubahan

mengakibatkan aktivitas enzim konformasi enzim. Irshad et al., (2011),

6
menyatakan bahwa tinggi rendahnya melewati pH 5,5 serta aktivitas LHP
aktivitas suatu enzim dapat ditentukan semakin meningkat hingga suhu 60⁰C
oleh jenis spesies penghasil lakase, dengan nilai sebesar 42,13 U/L dan
sehingga menentukan urutan asam aktivitas LHP menurun setelah
amino penyusun lakase. melewati suhu 60⁰C.
Aktivitas enzim juga rentan terhadap
pengaruh suhu. Aktivitas LHP yang UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
diperoleh terhadap variasi suhu,
kepada Direktorat Riset dan Pengabdian
aktivitas semakin meningkat hingga
Masyarakat Deputi bidang penguatan
mencapai suhu 60⁰C dengan nilai
riset dan pengembangan kementrian
aktivitas sebesar 42,13 U/L. Hasil
riset dan teknologi badan riset dan
penelitian ini juga sesuai dengan hasil
inovasi nasional sesuai nomor kontrak
yang diperoleh oleh Rosetaati (2017).
penelitian tahun anggaran 2021:
Aktivitas LHP menurun setelah
404/UN.19.5.1.3/PT.01.03/2020 yang
mencapai suhu 60⁰C. Pada kurva variasi
telah membantu biaya penelitian ini.
suhu, pada suhu 40⁰C mengalami
Penulis mengucapkan terima kasih
sedikit penurunan aktivitas LHP. Hal ini
kepada Dra. Andi Dahliaty, M. S yang
disebabkan karena Cu pada struktur
telah membimbing, memotivasi serta
lakase tidak terikat secara maksimal
membantu penelitian dan penulisan
dengan Cu lainnya. Peristiwa ini
karya ilmiah ini.
diindikasikan dengan terbentuknya
warna putih saat pengujian aktivitas DAFTAR PUSTAKA
Ilmi, I.M. dan Kuswytasari, N.D. 2013.
LHP.
Aktifitas enzim lignin peroksidase.
KESIMPULAN Sains dan Seni Pomits. 2(1): 2337 -
Berdasarkan hasil penelitian yang 3520.
telah dilakukan maka dapat diperoleh
Irshad, M., Asgher, M., Sheikh, M.A.,
kesimpulan bahwa aktivitas LHP
dan Nawaz, H. 2011. Purification
semakin meningkat hingga pH 5,5
and characterization of laccase
dengan nilai sebesar 30,56 U/L dan
produced by Schyzophylum
aktivitas LHP menurun setelah

7
commune IBL-06 in solid state Ito,T.R., dan Faisal. 2008. Species
culture of banana stalks. Bio Reidentification of Riau
Resources. 6(3): 2861-2873. Trichoderma Biocontrol Strains
Utilizing Molecular Methods.
Mahiroh, N. 2018. Karakterisasi Enzim
Makalah dipresentasi oral pada:
Lakase dari Leiotrametes flavida
seminar UNRI UKM ke 5,
ZUL62 Hasil Fermentasi Media
Pekanbaru, 19-21 Agustus 2008.
Ampas Sagu Aren (Arenga
pinnata). Skripsi. Bogor: Institut Palonen, H., Saloheimo, M., Viikariand,
Pertanian Bogor. L., dan Kruus, K. 2003.
Purification, characterization and
Mani, P., Kumar, V.T.F., Keshavarz, T.,
sequence analysis of a laccase from
Chandra, T.S., dan Kyazze, G.
the Ascomycetes Mauginiella sp.
2018. The role of natural laccase
Enzyme Microbiol. Technol. 33:
redox mediators in simultaneous
854 - 862.
dye decolorization and power
production in microbial fuel cells. Rosetaati, E. 2017. Isolasi, Pemurnian
Journal Energies. 11: 1 - 12. dan Karakterisasi Lakase dari
Trametes versicolor Kalt gk.
Mulyawan, R., Indriyati, L.T.,
Skripsi. Bogor: Insitut Pertanian
Widiastuti, H., dan Sabiham, S.
Bogor.
2019. Uji aktivitas lakase dan
selulase pada lignoselulosa gambut Siswanto., Suharyanto., dan Fitria, R.
dengan berbagai kadar air. Jurnal 2007. Produksi dan karakterisasi
Ilmu Pertanian Indonesia. 24(1): 20 lakase Omphalina sp. Menara
- 27. Perkebunan. 75(2): 106 - 115.
Waluyo. 2004. Mikrobiologi Umum Edisi
Nugroho, T.T., Restuhadi, F., Saryono, 1. Malang: UMM Press.
Echainulfifah, Dahliaty, A.,

Anda mungkin juga menyukai