ABSTRACT
ABSTRAK
1
PENDAHULUAN 20% dengan nilai sebesar 0,030 U/mL.
Lakase yang digunakan lebih banyak
Lakase T. asperellum LBKURCC1
dihasilkan dari mikroorganisme. Salah
hasil pengendapan 0-20% amonium
satunya yaitu jamur karena
sulfat dinamakan LHP.
mikroorganisme dapat berkembangbiak
Aktivitas enzim sangat rentan
dengan cepat. Pertumbuhan
pengaruhnya terhadap faktor pH dan
mikroorganisme relatif mudah diatur
suhu. Setiap enzim memiliki pH
dan jumlah enzim yang dihasilkan
optimum yang berbeda-beda (Ilmi &
tinggi, sehingga lebih ekonomis
Kuswytasari, 2013). pH akan
digunakan untuk industri karena lebih
mempengaruhi aktivitas enzim terhadap
stabil. Lakase lebih banyak dihasilkan
konformasi enzim dan sisi aktif serta
dari jamur (Mulyawan et al., 2019).
suhu akan mempengaruhi aktivitas
Salah satu jamur yang berpotensi
enzim dengan terjadinya denaturasi
menghasilkan lakase adalah jamur T.
terhadap enzim.
asperellum (Waluyo, 2004).
Aktivitas lakase T. asperellum
Sebelumnya, laboratorium biokimia
LBKURCC1 ekstrak kasar terhadap pH
telah mengisolasi jamur T. asperellum
dan suhu lebih rendah dibandingkan
dari tanah perkebunan coklat di Riau. T.
aktivitas LHP dan setelah pengendapan
asperellum dan telah diidentifikasi
diharapkan mampu membuktikan
secara molekuler membuktikan bahwa
bahwa aktivitas LHP lebih tinggi
isolat tersebut adalah T. asperellum
dibandingkan dengan aktivitas ekstrak
(Nugroho et al., 2008). T. asperellum
kasar lakase. Agar dapat melihat
merupakan salah satu koleksi
perbedaan aktivitas lakase ini, maka
Laboratorium Riset Enzim, Fermentasi
perlu dilakukan pengaruh variasi pH
dan Biomolekuler FMIPA Universitas
dan suhu terhadap aktivitas lakase hasil
Riau yang diberi nama T. asperellum
fraksinasi. Rentang pH yang digunakan
LBKURCC1. Penelitian ini
adalah pH 4,5-8,0 bufer asetat dan bufer
menggunakan enzim hasil pengendapan
fospat dengan interval pH 0,5 (Siswanto
amonium sulfat 0-20% karena pada
et al., 2007) suhu ruang ± 30⁰C (Mani
penelitian sebelumnya diperoleh
et al., 2018). Variasi suhu 30-70⁰C
aktivitas lakase tertinggi pada fraksi 0-
dengan interval 10⁰C (Mahiroh, 2018).
2
METODE PENELITIAN Penentuan aktivitas lakase dilakukan
3
waktu yang sama menggunakan variasi menggunakan pH 5,5 yang merupakan
bufer asetat pH (5,0; 5,5) dan bufer pH optimum. Bufer pH 5,5 sebanyak
pospat pH (6,0; 6,5; 7,0; 7,5; 8,0). 1000 μL sebagai blanko. Larutan
sampel dan kontrol pada tabung reaksi
c. Pengaruh variasi suhu terhadap
setelah inkubasi, dipindahkan ke dalam
aktivitas LHP dan uji aktivitas
kuvet dan dihomogenkan kemudian
lakase
diukur absorbansinya pada interval
Pengaruh variasi suhu (30⁰C, 40⁰C,
waktu 0, 5 dan 10 menit. Hal yang sama
50⁰C, 60⁰C dan 70⁰C) terhadap LHP. dilakukan dengan pengulangan
Pengukuran aktivitas LHP dengan sebanyak tiga kali dan hal yang sama
variasi suhu dilakukan dengan mengatur juga dilakukan untuk suhu (40⁰C, 50⁰C,
suhu sesuai yang diinginkan (30⁰C) 60⁰C dan 70⁰C) menggunakan cara dan
pada waterbath terlebih dahulu. Setelah interval yang sama.
suhu konstan (30⁰C), sampel (ABTS
100 μL , bufer pH 5,5; 0,05 M 800 μL) HASIL DAN PEMBAHASAN
dan kontrol (ABTS 100 μL dan bufer a. Pengaruh pH Terhadap Aktivitas
pH 5,5; 0,05 M 900 μL) pada tabung LHP
reaksi diinkubasi selama 30 menit. Penentuan pH LHP dilakukan
Setelah inkubasi 30 menit, pada tabung dengan variasi pH bufer asetat (pH 4,5-
reaksi larutan sampel ditambahkan LHP 5,5) dan pospat (pH 6,0-8,0) pada
sebanyak 100 μL). Uji aktivitas LHP interval pH 0,5 menunjukkan variasi
menggunakan spektrofotometer UV-Vis aktivitas yang berbeda seperti terlihat
Thermo Scientific Genesys 10S dengan pada Gambar1. dan Tabel 1.
panjang gelombang 420 nm
30.00
Aktivitas enzim
20.00
(U/L)
10.00
0.00
4 5 6 7 8
pH
Gambar 1. Aktivitas LHP terhadap pengaruh variasi pH
4
Tabel 1. Hasil pengaruh variasi pH terhadap aktivitas LHP
No pH Aktivitas enzim (U/L)
1 4,5 12,04
2 5,0 14,41
3 5,5 30,56
4 6,0 0,93
5 6,5 11,11
6 7,0 0,00
7 7,5 10,19
8 8,0 0,00
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6,5; 7,0; 7,5 dan 8,0). Aktivitas tertinggi
aktivitas LHP T. asperellum meningkat enzim lakase ditunjukkan pada pH 5,5.
dari pH 4,5 hingga pH 5,5 dengan nilai
b. Pengaruh Suhu Terhadap
sebesar 30,56 U/L. Hasil penelitian ini
Aktivitas LHP
juga sesuai dengan hasil yang diperoleh
Penentuan suhu LHP dilakukan pada
oleh Mahiroh (2018). Ketika pH
rentang suhu 30-70⁰C dengan interval
ditingkatkan lebih tinggi aktivitas
10⁰C. Menunjukkan aktivitas lakase
lakase menurun. Aktivitas LHP
seperti terlihat pada Gambar 2. dan
fluktuasi pada rentang pH 6,0-8,0 (6,0;
Tabel 2.
60.00
Aktivitas Enzim
40.00
20.00
0.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Suhu
Gambar 2. Aktivitas LHP terhadap pengaruh variasi suhu
5
Tabel 2. Hasil pengaruh variasi suhu terhadap aktivitas LHP
No Suhu (⁰C) Aktivitas enzim (U/L)
1 30 17,59
2 40 6,48
3 50 18,52
4 60 42,13
5 70 28,70
sebesar 42,13 U/L. Ketika suhu sampel saat uji aktivitas lakase. Pada
ditingkatkan lebih tinggi aktivitas pH 6,0; 7,0 dan 8,0 aktivitas LHP
Lakase dapat diproduksi dari jamur yang terikat secara maksimal ketika
6
menyatakan bahwa tinggi rendahnya melewati pH 5,5 serta aktivitas LHP
aktivitas suatu enzim dapat ditentukan semakin meningkat hingga suhu 60⁰C
oleh jenis spesies penghasil lakase, dengan nilai sebesar 42,13 U/L dan
sehingga menentukan urutan asam aktivitas LHP menurun setelah
amino penyusun lakase. melewati suhu 60⁰C.
Aktivitas enzim juga rentan terhadap
pengaruh suhu. Aktivitas LHP yang UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
diperoleh terhadap variasi suhu,
kepada Direktorat Riset dan Pengabdian
aktivitas semakin meningkat hingga
Masyarakat Deputi bidang penguatan
mencapai suhu 60⁰C dengan nilai
riset dan pengembangan kementrian
aktivitas sebesar 42,13 U/L. Hasil
riset dan teknologi badan riset dan
penelitian ini juga sesuai dengan hasil
inovasi nasional sesuai nomor kontrak
yang diperoleh oleh Rosetaati (2017).
penelitian tahun anggaran 2021:
Aktivitas LHP menurun setelah
404/UN.19.5.1.3/PT.01.03/2020 yang
mencapai suhu 60⁰C. Pada kurva variasi
telah membantu biaya penelitian ini.
suhu, pada suhu 40⁰C mengalami
Penulis mengucapkan terima kasih
sedikit penurunan aktivitas LHP. Hal ini
kepada Dra. Andi Dahliaty, M. S yang
disebabkan karena Cu pada struktur
telah membimbing, memotivasi serta
lakase tidak terikat secara maksimal
membantu penelitian dan penulisan
dengan Cu lainnya. Peristiwa ini
karya ilmiah ini.
diindikasikan dengan terbentuknya
warna putih saat pengujian aktivitas DAFTAR PUSTAKA
Ilmi, I.M. dan Kuswytasari, N.D. 2013.
LHP.
Aktifitas enzim lignin peroksidase.
KESIMPULAN Sains dan Seni Pomits. 2(1): 2337 -
Berdasarkan hasil penelitian yang 3520.
telah dilakukan maka dapat diperoleh
Irshad, M., Asgher, M., Sheikh, M.A.,
kesimpulan bahwa aktivitas LHP
dan Nawaz, H. 2011. Purification
semakin meningkat hingga pH 5,5
and characterization of laccase
dengan nilai sebesar 30,56 U/L dan
produced by Schyzophylum
aktivitas LHP menurun setelah
7
commune IBL-06 in solid state Ito,T.R., dan Faisal. 2008. Species
culture of banana stalks. Bio Reidentification of Riau
Resources. 6(3): 2861-2873. Trichoderma Biocontrol Strains
Utilizing Molecular Methods.
Mahiroh, N. 2018. Karakterisasi Enzim
Makalah dipresentasi oral pada:
Lakase dari Leiotrametes flavida
seminar UNRI UKM ke 5,
ZUL62 Hasil Fermentasi Media
Pekanbaru, 19-21 Agustus 2008.
Ampas Sagu Aren (Arenga
pinnata). Skripsi. Bogor: Institut Palonen, H., Saloheimo, M., Viikariand,
Pertanian Bogor. L., dan Kruus, K. 2003.
Purification, characterization and
Mani, P., Kumar, V.T.F., Keshavarz, T.,
sequence analysis of a laccase from
Chandra, T.S., dan Kyazze, G.
the Ascomycetes Mauginiella sp.
2018. The role of natural laccase
Enzyme Microbiol. Technol. 33:
redox mediators in simultaneous
854 - 862.
dye decolorization and power
production in microbial fuel cells. Rosetaati, E. 2017. Isolasi, Pemurnian
Journal Energies. 11: 1 - 12. dan Karakterisasi Lakase dari
Trametes versicolor Kalt gk.
Mulyawan, R., Indriyati, L.T.,
Skripsi. Bogor: Insitut Pertanian
Widiastuti, H., dan Sabiham, S.
Bogor.
2019. Uji aktivitas lakase dan
selulase pada lignoselulosa gambut Siswanto., Suharyanto., dan Fitria, R.
dengan berbagai kadar air. Jurnal 2007. Produksi dan karakterisasi
Ilmu Pertanian Indonesia. 24(1): 20 lakase Omphalina sp. Menara
- 27. Perkebunan. 75(2): 106 - 115.
Waluyo. 2004. Mikrobiologi Umum Edisi
Nugroho, T.T., Restuhadi, F., Saryono, 1. Malang: UMM Press.
Echainulfifah, Dahliaty, A.,