Anda di halaman 1dari 11

Prosiding

Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008


Universitas Lampung, 17-18 November 2008

PEMURNIAN ENZIM LIPASE DARI BAKTERI LOKAL


DAN APLIKASINYA DALAM REAKSI ESTERIFIKASI

Nurhasanah dan Dian Herasari

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung


Jl. S. Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
e-mail : nurhasanah_12@yahoo.co.id

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai pemurnian enzim lipase dari bakteri lokal yang
diisolasi dari air laut Pelabuhan Panjang. Proses pemurnian enzim dilakukan secara bertingkat
dari ekstrak kasar, pemurnian dengan amonium sulfat, dialisis dan kromatografi kolom. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa proses pemurnian enzim dengan amonium sulfat, dialisis, dan
kromatografi kolom meningkatkan aktivitas spesifik dari 0,059 U/mg untuk ekstrak kasar enzim
menjadi 2,011 U/mg untuk fraksi amonium sulfat, 4,86 U/mg untuk dialisis dan 4,96 U/mg
untuk hasil kromatografi kolom dengan tingkat kemurnian 84,07 kali. Enzim lipase hasil
pemurnian memiliki karakteristik aktivitas optimum pada pH 8, temperatur 45°C, dan waktu
inkubasi 10 menit dengan nilai KM = 0,07 mg substrat/ml dan Vmaks = 1,506 µmol minyak /ml
enzim.menit. Enzim lipase yang didapat digunakan untuk mengkatalisis reaksi esterifikasi asam
laurat dengan alkohol. Dari hasil pengamatan yang dilakukan aktivitas esterifikasi enzim lipase
juga mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya kemurnian enzim yaitu dari 2,38
mmol/ml enzim.menit untuk ekstrak kasar, menjadi 3,81 mmol/ml enzim.menit untuk fraksi
amonium sulfat, selanjutnya meningkat kembali menjadi 4,29 mmol/ml enzim.menit untuk
dialisis dan 5,24 mmol/ml enzim.menit untuk hasil kromatografi kolom.

Key word : pemurnian, lipase, bakteri isolat lokal, esterifikasi

1. PENDAHULUAN

Enzim adalah golongan protein yang disintesis oleh sel hidup dan mempunyai fungsi
penting sebagai katalisator dalam setiap reaksi metabolisme yang terjadi pada organisasi hidup.
Enzim juga merupakan biokatalisator yang menunjang berbagai proses industri. Hal ini
disebabkan enzim mempunyai efisiensi dan efektifitas yang tinggi, reaksinya tidak
menimbulkan produk samping, serta dapat digunakan berulangkali dengan teknik amobilisasi
(Lehninger, 1995)
Untuk memproduksi enzim dalam jumlah besar dan mempunyai aktivitas yang tinggi, perlu
diperhatikan faktor-faktor penting seperti kondisi pertumbuhan, cara isolasi, serta jenis substrat
yang digunakan. Kondisi pertumbuhan yang menunjang produksi enzim secara maksimal adalah
pH, suhu inkubasi, waktu inkubasi, dan komposisi media pertumbuhan harus mengandung
sumber energi, sumber karbon, sumber nitrogen dan mineral (Wang, 1979).

ISBN : 978-979-1165-74-7 III-267


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Pengunaan enzim dalam bioteknologi modern semakin berkembang secara cepat. Banyak
industri-industri yang telah memanfaatkan kerja enzim, meliputi industri pangan dan non
pangan. Salah satu jenis enzim yang mempunyai peran penting dan tidak ada bandingan dalam
pertumbuhan bioteknologi adalah enzim lipase. Enzim ini memiliki sifat khusus dapat
memecahkan ikatan ester pada lemak dan gliserol. Selain itu, lipase mempunyai kemampuan
mengkatalis reaksi organik baik didalam media berair maupun dalam media non air (Sumarsih,
2004). Enzim lipase sangat berperan dalam pemisahan asam lemak dan pelarutan noda minyak
pada alat industri agar minyak dapat dilarutkan dalam air. Beberapa reaksi yang dikatalisis oleh
enzim lipase diantaranya adalah reaksi hidrolisis, alkoholisis, esterifikasi,dan interesterifikasi
(Dosanjh dan Kaur, 2002).
Disamping dari tanaman dan hewan, dewasa ini lipase mulai diproduksi dari berbagai
mikroorganisme. Keuntungan memproduksi enzim dari mikroorganisme menurut Suhartono
(1989) adalah produksi enzim dapat ditingkatkan dalam skala besar dalam ruangan yang relatif
terbatas. Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim lipase,
karena bakteri memiliki kemampuan hidup di berbagai lingkungan yang terdapat kandungan
makanan atau nutrisi yang kompleks. Bakteri isolat lokal yang digunakan pada penelitian ini
terbukti mampu menghasilkan enzim lipase. Bakteri ini diperoleh dari air laut Pelabuhan
Panjang, Telukbetung Selatan, Bandar Lampung. Bakteri ini memiliki pertumbuhan optimum
yaitu pada temperatur 35ºC, waktu inkubasi 24 jam, pH 8, dan dengan komposisi media
fermentasi 10% minyak zaitun, 1% pepton, dan 5% gum arab.
Dalam penelitian ini dilakukan pemurnian enzim lipase dan diuji aktivitasnya serta
ditentukan karakternya. Enzim lipase yang didapat selanjutnya diaplikasikan untuk
mengkatalisis reaksi esterifikasi asam laurat dengan alkohol.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di laboratorium biokimia, laboratorium instrumentasi dan


laboratorium mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf model S-90N, Laminar Air Flow,
sentrifuga, inkubator, shaker inkubator, neraca analitik, penangas air, lemari pendingin, kolom
kromatografi, buret, kantong selofan, membran selulosa, oven, waterbath, vakum, vortex dan
alat-alat gelas lainnya.
Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah bakteri isolat lokal yang telah diisolasi dari
air laut Pelabuhan Panjang, Nutrien Agar (NA), pepton, gum arab, minyak zaitun, aquades,
membran selulosa, (NH4)2SO4, larutan campuran aseton dan etanol (1:1), Fenolftalein 1%,

ISBN : 978-979-1165-74-7 III-268


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

larutan NaOH 0,05N dan 0,1N, sephadex G-100, buffer fosfat pH 8, Na2CO3, CuSO4.5H2O, Na-
K Tartarat, Reagen Folin Ciocalteau, cupric asetat 5% pH 6-6,2, larutan BSA, asam laurat,
lauril alkohol dan heksan.

2.1 Produksi enzim


Produksi enzim lipase dilakukan dengan cara yaitu, 100 ml inokulum dimasukkan pada
erlenmeyer 1000 ml yang berisi media fermentasi kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan
pH 8 dan suhu 35ºC. Setelah itu dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 15
menit. Filtrat hasil sentrifugasi disebut ekstrak enzim kasar. Ekstrak kasar tersebut kemudian
dipisahkan dari endapannya kemudian ditentukan volume, kadar protein dengan Metode Lowry,
aktivitasnya dengan Metode titrimetri, dan uji esterifikasi.

2.2 Pemurnian Enzim


a. Fraksinasi Amonium Sulfat
Proses pemurnian sampel ekstrak kasar enzim lipase diawali dengan fraksinasi bertingkat
menggunakan garam ammonium sulfat dengan tingkat kejenuhan (0-20%), (20-40%), (40-60%),
(60-80%) dan 80-100%). Fraksinasi dengan amonium sulfat dilakukan dengan cara
menambahkan amonium sulfat sedikit demi sedikit pada larutan ekstrak kasar enzim sambil
diaduk dengan pengaduk magnet. Pengadukan diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan busa selama kurang lebih 20 menit. Setiap endapan protein enzim yang didapat
dipisahkan dari filtratnya dengan menggunakan sentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama
15 menit kemudian dilarutkan dalam larutan buffer fosfat pH 8 dengan konsentrasi 0,05 M lalu
diuji aktivitasnya menggunakan Metode titrimetri dan ditentukan kadar proteinnya
menggunakan Metode Lowry. Fraksi yang memberi aktivitas tertinggi diuji aktivitas
esterifikasinya.

b. Dialisis
Endapan enzim hasil fraksinasi bertingkat yang memiliki aktivitas tertinggi dilarutkan ke
dalam buffer fosfat pH 8; 0,05 M selanjutnya dimasukkan kedalam kantong selofan, kemudian
didialisis menggunakan buffer fosfat pH 8; 0,05 M selama ± 48 jam pada suhu 4ºC.

c. Kromatografi Kolom
Perlakuan enzim selanjutnya adalah pemurnian berdasarkan ukuran dengan kolom
kromatografi filtrasi gel menggunakan sephadex G-100 sebagai fase diam.
Sampel diteteskan pada bagian atas kolom gel sephadex G-100 yang berfungsi sebagai fase
diam dan larutan buffer fosfat pH 8 yang berfungsi sebagai fase gerak. Sampel enzim yang

ISBN : 978-979-1165-74-7 III-269


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

memiliki bobot molekul lebih besar dari pori-pori gel akan melewati ruang antar pori-pori
sehingga akan lebih dahulu keluar dari kolom sebaliknya yang berbobot molekul lebih kecil
akan masuk ke dalam pori-pori matriks sehingga akan keluar lebih lambat. Setelah proses kolom
berlangsung, eluen ditampung pada wadah sebesar 15 ml. Eluen yang telah ditampung pada
wadah kemudian diukur kadar protein dan aktivitas enzimnya. Fraksi yang memberikan
aktivitas tinggi dikumpulkan dan dikarakterisasi serta ditentukan aktivitas esterifikasinya.

2.2 Karakterisasi enzim lipase


a. Penentuan temperatur optimum
Untuk mengetahui suhu optimum dari enzim yang telah dimurnikan dilakukan pengukuran
aktivitas enzim dengan menggunakan variasi suhu inkubasi enzim (30,35, 40, 45 dan 50)°C.

b. Penentuan pH optimum
Untuk mengetahui pH optimum dari enzim yang telah dimurnikan, dilakukanpengukuran
aktivitas enzim dengan menggunakan variasi nilai pH (6, 7, 8, 9 dan 10)

c. Penentuan waktu inkubasi optimum


Untuk mengetahui waktu inkubasi optimum dari enzim yang telah dimurnikan, dilakukan
pengukuran aktivitas enzim dengan menggunakan variasi waktu (5, 10, 15, 20, 25, 30) menit.

d. Penentuan nilai Km dan Vm


Enzim yang telah dimurnikan ditentukan nilai Km dan Vm dengan menggunakan
pengukuran aktivitas enzim pada konsentrasi substratnya (0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; 4)%. Dari
data aktivitas enzim dan konsentrasi substrat ditentukan nilai Km dan Vm.

2.3 Uji aktivitas enzim lipase


Untuk menentukan aktivitas enzim menggunakan metode titrimetri yaitu, sebanyak 2 ml
minyak zaitun dalam erlenmeyer 100 ml, ditambah 1 ml buffer fosfat 0,05 M (pH 8), dan 1 ml
larutan enzim. Campuran substrat enzim ini kemudian dikocok menggunakan shaker inkubator
pada 30°C selama 1 jam. Setelah 1 jam substrat enzim diinaktifkan dengan menggunakan
campuran aseton : etanol (1:1) sebanyak 1 ml. Campuran tersebut ditambahkan 5 tetes
fenolftalein 1% sebagai indikator dan dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,05 N.
Titrasi dihentikan setelah campuran berubah menjadi merah muda. Pengukuran aktivitas
dilakukan secara duplo.

ISBN : 978-979-1165-74-7 III-270


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Untuk penentuan standar dilakukan dengan komposisi campuran yang sama, tetapi pada
saat dimasukkan larutan enzim dengan segera ditambahkan campuran aseton : etanol untuk
menginaktifkan enzim. Kemudian dititrasi dengan prosedur yang sama dengan analisis sampel.

2.4 Penentuan Kadar Protein


Sebanyak 0,1 ml larutan enzim ditambahkan 0,9 ml aquades direaksikan dengan 5 ml
larutan C. Larutan didiamkan selama 10 menit pada suhu kamar, kemudian ditambahkan reagen
Folin-Ciocelteau sebanyak 0,5 ml. Larutan dibiarkan selama 30 menit pada suhu kamar. Warna
yang terbentuk dibaca serapannya pada panjang gelombang 740 nm dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Konsentrasi protein ditentukan dengan menggunakan kurva standar
Bovin serum Albumin (BSA) dengan konsentrasi 0-800 ppm.

2.5 Uji Aktivitas Esterifikasi


Pengukuran aktivitas esterifikasi dilakukan menggunakan Metode Hariyadi (1995)
dalam Efendi (2001) yaitu dengan cara mengesterkan 0,2 M asam laurat dan 0,2 M lauril
alkohol didalam tabung reaksi bertutup, masing-masing sebanyak 5 ml. Selanjutnya di inkubasi
pada suhu 50°C selama 15 menit. Setelah suhu konstan, ditambahkan enzim sebanyak 0,1 ml
kemudian diinkubasi selama 15 menit pada suhu 50°C. Selama reaksi esterifikasi berlangsung
dilakukan pengadukan dengan stirer agar reaksi berjalan lebih baik. Untuk mempertahankan
suhu yang konstan, esterifikasi dilakukan menggunakan circulated water bath. Media pemanas
yang digunakan adalah aliran air yang terus berputar secara kontinyu (Nuraida, 2000 dan
Suhendra, 2004).
Setelah reaksi esterifikasi selesai, hasil reaksi segera disaring dengan membran selulosa
0,45 μm untuk memisahkan enzim. Filtrat yang telah terpisah dari enzim, dianalisis kandungan
asam lemak bebas (ALB).
Untuk pengukuran asam lemak bebas menggunakan Metode Lowry dan Tinsley yang
dimodifikasi. Filtrat yang diperoleh diambil sebanyak 0,4 ml dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan 4,6 ml heksan. Setelah itu dihomogenkan menggunakan vortex
30 detik yang dilanjutkan dengan penambahan 1 ml cupric asetat pH 6-6,2 sebagai pewarna.
Kemudian dihomogenkan kembali selama 2 menit dan diinkubasikan selama 15 menit. Lapisan
atas filtrat diambil dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 715 nm. (kurva standar
dibuat dengan menggunakan asam laurat 0-100 mmol).

ISBN : 978-979-1165-74-7 III-271


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Produksi dan Pemurnian Enzim Lipase dari Bakteri Isolat Lokal
Produksi enzim lipase dari bakteri isolat lokal diawali dengan penanaman bakteri
dalam media fermentasi yang terdiri dari komposisi gum arab 5%, pepton 1%, , minyak zaitun
10% dengan kondisi optimum pertumbuhan bakteri sebagai berikut: waktu inkubasi 24 jam,
suhu 35°C, pH 8 (Anissa, 2006). Penanaman media fermentasi menggunakan kondisi optimum
dilakukan untuk memperoleh enzim lipase dengan jumlah yang cukup besar.
Setelah diinkubasi dalam media fermentasi selama 24 jam, enzim lipase dipisahkan
dengan menggunakan alat sentrifuga dengan kecepatan 3500 rpm, 30 menit dan suhu 4oC untuk
mendapatkan ekstrak kasar enzim lipase. Dari proses ini diperoleh ekstrak kasar enzim
sebanyak 985 mL dengan aktivitas unit rata-rata enzim hasil pengukuran duplo 0,21 U/ml, kadar
protein 3,55 mg/ml, aktivitas spesifik 0,059 U/mg.
Setelah didapat ekstrak kasar dilanjutkan dengan proses pemurnian enzim secara
fraksinasi bertingkat menggunakan garam amonium sulfat. Fraksi tertinggi adalah fraksi ke V
(80-100)% jenuh dengan aktivitas unit 3,5 U/ml, kadar protein 1,74 mg/ml dan aktivitas spesifik
2,011 U/mg. Fraksi tertinggi yang diperoleh ini selanjutnya didialisis menggunakan bufer fosfat
pH 8; 0,025 M. Enzim lipase hasil dialisis fraksi ke V menunjukkan 2,04 U/ml, kadar protein
0,42 mg/ml.dan aktivitas spesifik 4,86 U/mg. Hasil ini memperlihatkan bahwa telah terjadi
kenaikan sebesar 82,37 kali dibandingkan ekstrak kasar enzim dengan perolehan 31,48 %.
Enzim lipase yang telah didialisis selanjutnya dimurnikan kembali dengan sephadex G-
100 secara kromatografi kolom, diperoleh 22 fraksi dimana fraksi 19 adalah fraksi tertinggi
dengan aktivitas unit 2,83 U/ml, kadar protein 0,57 mg/ml dan aktivitas spesifik 4,96 U/mg.
Dari 3 tahap pemurnian (fraksinasi, dialisis, dan kromatografi kolom) terlihat bahwa
aktivitas spesifik meningkat yang disebabkan oleh peningkatan kemurnian enzim. Aktivitas
spesifik enzim dipengaruhi oleh kadar protein, semakin tinggi aktivitas spesifik suatu enzim
maka semakin tinggi kemurnian enzim tersebut. Hal ini menunjukkan terjadinya pemisahan
protein lain yang bukan enzim. Dengan meningkatnya aktivitas spesifik pada tiap tahap
pemurnian, menunjukkan bahwa proses pemurnian yang dilakukan cukup baik.

3.2 Karakterisasi Enzim


Fraksi yang digunakan untuk tahap karakterisasi enzim adalah fraksi yang mempunyai
aktivitas unit tertinggi. Selanjutnya dilakukan karakterisasi enzim yang meliputi pH, temperatur,
waktu inkubasi, Km dan Vm.

1. pH Optimum
Untuk menentukan pH optimum enzim hasil isolasi, variasi pH yang digunakan adalah 6, 7,
8, 9, dan 10 hasilnya tertera pada Gambar 1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa aktivitas lipase

ISBN : 978-979-1165-74-7 III-272


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

bervariasi dengan adanya perubahan pH. Hal ini umumnya terjadi karena adanya perubahan
struktur sekunder dan tersier dari enzim. Pada pH yang optimum muatan gugus samping asam
amino berada pada keadaan yang sesuai sehingga enzim sangat efisien dalam mempercepat
reaksi biokimia yang sangat spesifik. Aktivitas optimum lipase dicapai pada pH 8. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi pH 8 gugus pemberi dan penerima proton yang penting pada
sisi katalitik enzim berada pada keadaan yang diinginkan sehingga aktivitas katalitiknya tinggi.
Aktivitas Unit (U/ml)

0.2

0.15

0.1

0.05

00
5 6 7 8 9 10 11
Gambar 1. Penentuan
pH pH Optimum
2. Temperatur Optimum
Gambar 1. Penentuan pH Optimum

Pada penentuan temperatur optimum, suhu yang digunakan adalah 30°C, 35°C, 40°C,
45°C, dan 50°C. Dari hasil pengujian yang dilakukan temperatur optimum lipase adalah 45°C
seperti yang tertera pada Gambar 2. Pada temperatur kurang dari 45°C enzim cukup stabil,
tetapi hidrolisis substrat minyak zaitun oleh enzim tidak berjalan secara maksimal. Dengan
meningkatnya temperatur, energi kinetik molekul-molekul yang bereaksi bertambah sehingga
molekul yang bereaksi semakin banyak dan produk yang dihasilkan semakin besar. Diatas
temperatur optimum, aktivitas enzim menurun tajam hal ini terjadi karena enzim mengalami
denaturasi protein yang dapat merubah konformasi struktur molekul sehingga enzim kehilangan
sifat alamiahnya. Pada temperatur tinggi, substrat juga dapat mengalami perubahan konformasi
sehingga gugus reaktifnya mengalami hambatan dalam memasuki sisi aktif enzim (Suhartono,
1989). Sedangkan pada suhu yang lebih rendah dari suhu optimum, aktivitas enzim juga rendah.
Hal ini disebabkan karena rendahnya energi aktivasi yang tersedia. Energi tersebut dibutuhkan
untuk menciptakan kondisi tingkat kompleks aktif, baik dari molekul enzim atau molekul
substrat.

ISBN : 978-979-1165-74-7 III-273


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

0.25

Aktivitas Unit (U/ml)


0.2
0.15
0.1
0.05
0
25 30 35 40 45 50 55
Temperatur ( C)

Gambar 2. Penentuan Temperatur Optimum

3. Waktu Inkubasi optimum


Selain pH dan temperatur, waktu inkubasi juga mempengaruhi pembentukan produk.
Penentuan waktu inkubasi optimum dilakukan dengan pengujian enzim lipase pada berbagai
waktu inkubasi, yaitu : 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit. Pengaruh waktu inkubasi terhadap
aktivitas enzim lipase dapat dilihat pada Gambar 3.
Aktivitas Unit (U/ml)

0,6

0,4

0,2

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (menit)

Gambar 3. Penentuan waktu inkubasi optimum


Gambar 3. Pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas enzim lipase

Berdasarkan pada Gambar 3, aktivitas lipase optimum pada waktu inkubasi 10 menit.
Pada waktu inkubasi diatas 10 menit, enzim mulai mengalami penurunan aktivitas lipase. Hal
ini dapat disebabkan adanya perbedaan waktu yang dibutuhkan oleh setiap enzim untuk bereaksi
dengan substrat. Selain itu dengan panas 45°C enzim lipase tidak dapat terlalu lama bereaksi
dengan substrat sehingga lipase mulai mengalami denaturasi.

4. Nilai Km dan Vm
Kecepatan reaksi enzim akan meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi
substrat sampai pada suatu harga yang memberikan kecepatan reaksi tetap. Pada keadaan
tersebut, kecepatan reaksi enzim mencapai maksimum karena reaksi enzim dengan substratnya

ISBN : 978-979-1165-74-7 III-274


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

menjadi jenuh dan tidak dapat bereaksi lebih cepat. Harga KM dari suatu enzim berfungsi untuk
mengetahui konsentrasi dari substrat yang menghasilkan setengah laju reaksi maksimum.
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa mula-mula aktivitas unit meningkat dengan
bertambahnya konsentrasi substrat, akan tetapi setelah tercapai aktivitas optimum terjadi
penurunan aktivitas. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi substrat optimum enzim berada pada
keadaan “jenuh dengan substrat”. Selain itu, dapat juga disebabkan pengendalian umpan balik,
dimana jika produk yang dihasilkan berlebih maka produk tersebut menjadi inhibisi bagi kerja
enzim.

12
Aktivitas Unit (U/ml)

10
8
6
4
2
0
0 1 2 3 4 5
Gambar 4. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas lipase
Konsentrasi Substrat (%)

Gambar 4. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim lipase

Harga KM dihitung dengan mengukur aktivitas enzim lipase dalam berbagai konsentrasi
substrat dengan pH, temperatur, dan waktu inkubasi optimum. Pada penelitian ini digunakan pH
8, temperatur 45°C, dan waktu inkubasi 10 menit. Harga KM enzim hasil isolasi adalah 0,07 mg
substrat/ml dan Vmaks sebesar 1,506 µmol minyak/ml enzim.menit.

3.3 Uji Aktivitas Esterifikasi


Penentuan aktivitas esterifikasi dilakukan dengan mencampurkan asam laurat dan lauril
alkohol sehingga akan dihasilkan ester dan air. Selain itu dalam penelitian ini juga digunakan
pelarut heksana. Heksana merupakan pelarut organik non polar yang sering dan cocok
digunakan dalam reaksi esterifikasi yang dikatalis oleh lipase. Selain itu menurut Basri et
al.,(1995) aktivitas esterifikasi yang tinggi dari enzim lipase diperoleh dengan menggunakan
pelarut organik yang bersifat non polar karena pada pelarut hidrofobik, air cenderung akan
berpartisi ke dalam molekul enzim sehingga akan meningkatkan kelarutan dan kestabilan enzim.
Sementara itu aktivitasnya akan rendah pada penggunaan pelarut organik yang bersifat polar
karena pelarut tersebut akan menarik sebagian air esensial dari molekul enzim.
Dalam penelitian ini pengujian aktivitas esterifikasi dilakukan pada ekstrak kasar
enzim, fraksi tertinggi ( Fraksi V) dari fraksinasi amonium sulfat, enzim hasil dialisis, dan

ISBN : 978-979-1165-74-7 III-275


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

enzim hasil kromatografi kolom. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa aktivitas esterifikasi
meningkat dari ekstrak kasar enzim sampai tahap pemurnian kromatografi kolom seperti yang
terlihat pada Tabel 1.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa aktivitas esterifikasi dari ekstrak kasar sampai dengan
kromatografi kolom semakin meningkat. Hal ini dapat disebabkan semakin meningkat
kemurnian enzim lipase maka makin meningkat juga aktivitas esterifikasi enzim lipase.

Tabel 1. Hasil Uji Aktivitas Esterifikasi Lipase


Aktivitas Esterifikasi
Tahap
(mmol/ml enzim.menit)
Ekstrak Kasar Enzim 2,38
Fraksi V (80-100)% 3,81
Dialisis 4,29
Kromatografi Kolom 5,24

Adanya protein lain yang bukan enzim dapat menghambat sehingga kerja enzim tidak maksimal
dalam proses esterifikasi. Maka ketika dilakukan pemurnian, enzim telah terpisah dari protein
lain yang bukan enzim sehingga dapat memaksimalkan proses esterifikasi.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


1. Proses pemurnian enzim dengan amonium sulfat, dialisis, dan kromatografi kolom
meningkatkan aktivitas spesifik dari 0,059 U/mg untuk ekstrak kasar enzim menjadi 4,96
U/mg untuk hasil kromatografi kolom dengan tingkat kemurnian 84,07 kali.
2. Enzim lipase hasil karakterisasi mencapai aktivitas optimum pada pH 8, temperatur 45°C,
dan waktu inkubasi 10 menit. Nilai KM enzim lipase hasil isolasi adalah 0,07 mg substrat/ml
dan Vmaks = 1,506 µmol minyak/ml enzim.menit.
3. Aktivitas esterifikasi dari enzim hasil ekstrak kasar, fraksi amonium sulfat, dialisis dan
kromatografi kolom meningkat dengan nilai berturut-turut ( 2,38; 3,81; 4,29; dan 5,24)
mmol/ml enzim.menit
4. Enzim lipase yang didapat dari bakteri isolat lokal dapat digunakan pada reaksi esterifikasi
asam laurat dan lauril alkohol.

ISBN : 978-979-1165-74-7 III-276


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dirjen


DIKTI yang telah mendanai penelitian ini sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik.
Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada saudari Neno Dwi Hariyanti, S.Si dan
saudari Eka Yuliana, S.Si yang turut membantu pengerjaan dan pengolahan data dalam
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Y. 2006. Studi Penentuan Aktivitas Enzim Lipase dari Bakteri Proteus vulgaris Galur
Lokal PP-1 dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS dan Metode Titrimetri. Skripsi
Sarjana Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Basri, M., Ampon, K., Wan Yunus, W.M.Z., Razak, C.N.A., dan Saleh, A.B 1995. Enzymic
Synthesis of Fatty Esters by Hydropobic Lipase Derivates Immobilized on Organic
Polymer Beads. JAOCS 72(4):407-411.

Dosanjh, N.S., dan Kaur, J. 2002. Immobilization, Stability and esterification Studies of A
Lipase From Bacillus sp. Journal Biotechnology and Applied Biochemistry. Vol. 36.
Hlm 7-12. Punjab University. Chandigarh.

Efendi, S. 2001. Karakterisasi Enzim Lipase Intraseluler dengan Aktivitas Esterifikasi dari
Kpaang Rhizopus oryzae TR 32. Tesis. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Lehninger, A.L. 1995. Dasar-dasar Biokimia I. Erlangga. Jakarta.

Nuraida, L. 2000. Eksplorasi, Karakterisasi dan Produksi Lipase dengan aktivitas Esterifikasi
Tinggi dari Kapang Indigenus. Laporan Tahunan Pertama Penelitian Hibah Bersaing
VIII/I Perguruan Tinggi. FATETA-IPB. Bogor.

Sumarsih, S. 2002. Uji Aktivitas Lipolitik Beberapa Bakteri Hasil Isolasi dari Pelabuhan
Tanjung Perak dan Produksi Lipase dari Strain Terpilih. JIPTUNAIR. Surabaya.

Suhartono, M.T. 1989. Enzim dan Bioteknologi. PAU Bioteknologi IPB. Bogor.

Suhendra, L., Trenggono, Hidayat, C. 2004. Aktifitas Hidrolisis dan Esterifikasi Lipase Ekstrak
Kecambah Biji Wijen (Sesamun Indicum). Prosiding Seminar Nasional dan Kongres
Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI). Jakarta, 17-18 Desember
2004.

Wang, I.C. 1979. Fermentation and Enzymes Technology. John Wiley and Sons. New York.

ISBN : 978-979-1165-74-7 III-277

Anda mungkin juga menyukai