Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

PENGARUH PH DAN TEMPERATUR


TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM

NAMA : JUMATANG

NIM : H41114002

KELOMPOK : V (LIMA)

ASISTEN : ERYANTI

HARI/TANGGAL : KAMIS/30 OKTOBER 2015

LABORATORIUM BIOKIMIA JURUSAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Amilase adalah enzim yang mempunyai kemampuan memecah ikatan

glukosida pada polimer pati. Penggunaan amilase dilaporkan mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Permintaan akan enzim golongan amilase telah

mencapai sekurang-kurangnya 25% dari keseluruhan pasar enzim. Kelompok

enzim ini memiliki banyak variasi dalam aktivitasnya, sangat spesifik,

tergantung pada tempatnya bekerja. Seiring dengan penemuan-penemuan baru

mengenai enzim amilase, kelompok dari amilase semakin bertambah.

Beberapa kelompok dari enzim amilase adalah α-amilase, β-amilase, dan γ-

amilase (Nangin dan Sutrisno, 2015).

Suhu adalah faktor yang memberikan dampak besar pada aktivitas enzim

amilase. Umumnya suatu enzim tidak memiliki aktivitas optimal pada suhu yang

sangat rendah. Hal tersebut dikarenakan reaksi yang melibatkan enzim

memerlukan suatu pemanasan terkontrol yang akan menyediakan energi

aktivasi yang cukup untuk memulai reaksi. Kenaikan suhu pada reaksi

enzimatik akan meningkatkan energi kinetik molekul yang bereaksi sehingga

mempercepat tumbukan antar molekul. Namun, suhu yang terlalu tinggi akan

menyebabkan protein pada enzim terdenaturasi dan kehilangan aktivitasnya.

Pada suhu optimum enzim, tumbukan antar molekul terjadi sangat efektif namun

tanpa terjadinya denaturasi protein. Karakteristik penting lain yang harus

diketahui yaitu pH optimum enzim (Nangin dan Sutrisno, 2015).


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari

pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan pH optimum

dari enzim amilase.

1.3 Prinsip Percobaan

Menentukan keaktifan dari enzim amilase berdasarkan waktu penguraian

amilum menjadi glukosa pada berbagai pH dengan penambahan iodin sebagai

indikator yang memberi warna biru yang akan berubah menjadi bening.

1.3.1 Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase

1.3.2 Pengaruh terhadap aktivitas enzim amilase


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Enzim amilase merupakan enzim yang mampu mengkatalis proses

hidrolisa pati untuk menghasilkan molekul lebih sederhana seperti glukosa,

maltosa, dan dekstrin. Proses hidrolisa pati tersebut dilakukan melalui tiga

tahapan yaitu gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi. Ketiga tahapan

tersebut memerlukan energi yang relatif tinggi sehingga meningkatkan biaya

produksi pada produk berbasis pati. Saat ini, sebagai salah satu upaya dalam

penghematan energi, berbagai penelitian telah difokuskan mengenai enzim

amilase pemecah pati mentah (APPM) yaitu enzim yang dapat bekerja langsung

pada granula pati mentah tanpa melalui proses gelatinisasi. APPM dapat

diproduksi dari berbagai sumber seperti tanaman, hewan, atau mikroba.

Paper ini akan mengulas tentang perkembangan dari eksplorasi enzim APPM

tersebut khususnya dari sumber mikroba. Ulasan diarahkan pada enzim

APPM dari mikroba sebab amilase dari mikroba lebih diminati untuk nantinya

diproduksi dalam skala industri (Nangin dan Sutrisno, 2015).

Enzim amilase akan memecah substrat pati melalui tiga tahapan

utama yaitu gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi. Ketiga proses tersebut

merupakan proses dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi sehingga

meningkatkan biaya hidrolisis bahan berpati. Solusi yang dapat diambil untuk

menurunkan tingkat konsumsi energi tersebut adalah dengan menggunakan

enzim amilase yang dapat memecah pati tanpa proses gelatinisasi

(pati mentah). Penggunaan enzim amilase pemecah pati mentah (APPM) akan
menurunkan tingkat konsumsi energi dalam proses hidrolisis sehingga akan

menurunkan biaya produksi (Nangin dan Sutrisno, 2015).

Faktor-faktor yang berpengaruh dapat diuraikan terhadap hidrolisa

pati yaitu konsentrasi pati, konsentrasi pati, konsentrasi enzim, waktu

hidrolisa, suhu, dan Ph. Faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

(Saraswati dkk, 2004):

1. Konnsetrasi pati

Dengan konsentrasi enzim yang tetap, pada konsentrasi pati yang rendah,

kecepatan pati linear terhadap substrat dan kecepatan reaksinya megikuti reaksi

orde1. Pada konsentrasi substrat yang makin tinggi, mendekati reaksi makin

besar dan akan mendekati harga yang konstan kecepatan maksimum tidak

tergantung pada konsentrasi substrat. Pada kondisi ini kecepatan reaksi

mengikuti reaksi orde nol.

2. pH

Setiap enzim mempunyai pH optimal untuk setiap aktivitasnya.

Penyimpangan dari pH tersebut menyebabkan berkurangnya aktivitas enzim,

sehingga produk yang dihasikan akan menurun,

3. Suhu

Enzim memperlihatkan aktivtas optimal pada suhu tertentu. Mulai pada

suhu rendah aktvitas enzim bertambah dengan naiknya suhu sampai aktifitas

optimum tercapai.

4. Konsentrasi enzim

Pada kebanyakan reaksi enzimatk, kecepatan reaksinya proporsiaonal

dengan konsentrasi enzim, paling tidak aa pada awal reaksi.


Proses penguraian dimulai dari mulut selama penguraian makanan, dengan

bantuan enzim amilase yang dikeluarkan ludah. Amilase pada air ludah bekerja

memutuskan sejumlah ikatan  (1 → 4). Glikosida pati dan glikogen sehingga

dihasilkan campuran senyawa maltosa, glukosa dan oligosakarida. Dihidrolisa

enzimatik menghasilkan gula. Proses penguraian pati, glikogen dan polisakarida

lain menghasilkan D- glukosa berlangsung terus disempurnakan di dalam ST

(Lehninger, 1994).

pH didefinsikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen

pH = -log (H+). Nilainya berkisar ddari1, yang menggambarkan ke asaman yang

sangat, sampai 14 yang menggambarkan kebebasan yang sangat pula. Nilai netral

sebesar 7. pH dari sebgaian besar sel dan cairan tubuh dekat dengan harga netral

ini, yaitu 7,4; akan tetapi ada cairan yang mempengaruhi pH yang sangat rendah,

yaitu cairan getah lambung. Ph cairan ini ialah sebesar 1,5 (Schumm, 1992).

pH medium dapat mempengaruhi aktivitas enzim. Umunya terdapat pH

optimum agar suatu enzim dapat berfungsi maksimum dan aktivitas enzim akan

menurun pada Ph yang lebih tinggi atau lebih rendah. Selain dapat menyebabkan

denaturasi enzim, pH juga mempengaruhi laju reaksi dengan paling tidak melalui

2 cara lain, yakni aktivitasmenzim sering tergantung pada ada atau tidaknya gugus

amino atau karboksil yang bebas. Gugus ini bisa bermuatan dan bisa pula tidak

bermuatan (netral) tergantung enzimnya, tetapi hanya salah satu bentuk tersebut

yang akan efektif untuk setiap enzim. Jika gugus amino tak bermuaatn yang

esensial, maka pH optimum akan relatif tinggi, sedangkan karboksil netral

membutuhkan pH rendah, dan mengedalikan ionisasi beberapa substrat, dimana

beberapa substra harus terionisasi dahulu sebelum bereaksi (Lakitan, 2012).


BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan kanji (amilum)

1 %, saliva encer 0,5 ml, iodine 0,01 M, akuades, es batu, asam asetat 0,1 M,

NaCl 0,1 M, dan larutan buffer pH 8; 7,4; 6,8; 6,2; 5,4; 5,0; 4,0.

III.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas piala

berisi air es, penangas air 38oC, batang pengaduk, pipet tetes, pipet skala, dan

pelat tetes.

III.3 Prosedur Percobaan

III.3.1 Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim

Saliva diencerkan dengan akuades dalam reaksi. Disiapkan 7 buah tabung

reaksi yang diisi masing-masing dengan 3 ml larutan buffer dengan pH 8; 7,4; 7;

6,8; 6,4; 6,0; 5,8. Ke dalam larutan buffer dimasukkan 1,5 ml larutan kanji 1 %,

0,5 ml NaCl 0,1 M dan 1 ml saliva encer. Tempatkan semua tabung dalam

inkubator bersuhu 38oC dan tentukan tabung mana yang lebih dulu mencapai

chromic point. Setelah tercapai maka tambahkan iodine 0,01 M ke tiap-tiap

tabung namun khusus untuk tabung dengan pH 8 dan 7,4 diasamkan dengan asam

asetat sebelum penambahan iodine. Amati perubahan warna yang terjadi tiap

interval 5 menit sekali.

III.3.2 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim


Siapkan 8 buah tabung yakni sebanyak 4 buah tabung reaksi disiapkan dan

masing-masing diisi dengan 2,5 mL larutan pati (amilum) 1 %. Kemudian4

tabung reaksi lain dan masing-masing diisi dengan 0,5 mL saliva encer. Tabung

pertama yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva encer dimasukkan

dalam air es. Tabung kedua yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva

encer ditempatkan pada suhu kamar. Tabung ketiga yang berisi larutan pati dan

tabung yang berisi saliva encer dimasukkan dalam inkubator (38 oC). Tabung

keempat yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva encer dimasukkan

dalam penangas air. Semua tabung dibiarkan selama 5 menit dan kemudian pada

masing-masing tabung yang berisi larutan pati ditambahkan 5 tetes saliva encer.

Pada interval 5 menit, diambil contoh masing-masing larutan dan diteteskan pada

plat tetes kemudian ditetesi iodin 0,01 M sebanyak 1 tetes sampai larutan berubah

dari biru menjadi bening.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Enzim amilase merupakan enzim yang dapat memecah ikatan-ikatan pada

amilum sehingga terbentuk maltosa. Dimana pH berpengaruh terhadap kecepatan

aktivitas enzim dalam mengkatalis suatu reaksi. Hal ini disebabkan konsentrasi

ion hidrogen mempengaruhi struktur dimensi enzim dan aktivitasnya Nilai pH

optimal bagi sebagian besar enzim berada pada kisaran pH 6-8.

IV.1.1 Tabel Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Warna

Waktu
(menit)

pH 8 pH 7,4 pH 7 pH 6,8 pH 6,4 pH 6,0 pH 5,8

5 - + ++ +++ +++ ++ +++

10 - + ++ +++ +++ ++ +++

15 - + + + + +++ +++

20 - + + - - +++ +++

25 - _ _ - - - +++

30 - - ++ +++ +++ ++ +++

Keterangan :

+++ : Biru pekat

++ : Biru
+ : Biru muda

- : Bening

IV.1.2 Tabel Waktu Laju Perubahan Warna Terhadap pH

pH Waktu (Menit) 1/t (Menit)


8 30 0,033
7,4 30 0,033
7 30 0,033
6,8 30 0,033
6,4 25 0,040
6,0 30 0,033
5,8 30 0,033

IV.1.3 Grafik Hubungan pH dengan 1/t

0.045
0.04
0.035
0.03
0.025
1/t

0.02
0.015
0.01
0.005
0
5.8 6 6.4 6.8 7 7.4 8
pH

Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang

terjadi dalam sel maupun di luar sel. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis

yang sangat efisien, di samping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi.

Dalam percobaan ini, digunakan 7 buah tabung yang masing-amsing diisi

dengan larutan buffer fosfat pada pH yang berbeda-beda yaitu 8; 7,4; 7;6,8; 6,2;
6,0; 5,8. Selanjutnya digunakan beberapa macam pH yang berbeda-beda agar

dapat ditentukan pada pH berapa enzim bekerja dengan baik (pH Optimum).

Larutan buffer masing-masing diberi 1,5 ml larutan kanji 1 %, 0,5 ml NaCl

0,1 M dan 1 ml saliva encer. Adapun tujuan dari penambahan NaCl adalah untuk

menetralkan enzim amilase serta sebagai garam yang sifatnya netral yang tidak

berpengaruh pada perlakuan pH termasuk ketika penambahan asam, sehingga

larutan NaCl digunakan sebagai aktivator. Sebelum dimasukkan ke dalam

inkubator, larutan dengan pH 8 dan 7,4 diasamkan dengan asam asetat. Hal ini

dilakukan agar larutan tidak terlalu bersifat basa.

Pada saat dimasukkan ke dalam inkubator, dengan selang waktu setiap 5

menit akan diamati, maka diperoleh 5 menit pertama dengan penambahan larutan

iodine 0,01 M yang di homogenkan, dimana bertujuan untuk melihat perubahan

warna yang terjadi, dan akan terus diamati pada interval waktu 5 menit berikutnya

sampai warna berubah menjadi bening.

Hasil dari percobaan yang dilakukan, tidak sesuai dengan teori yang

semestinya dimana tidak adanya perubahan warna yang terjadi pada 5 menit

pertama, sehingga pada menit ke 10. Pada menit ke 15 sudah ada beberapa larutan

yang mengalami perubahan yang sangat cepat. Pada menit terakhir diperoleh data

bahwa beberapa larutan mengalami perubahan dari biru menjadi bening. Adapun

faktor-faktor atau kendala yang mempengaruhi hal tersebut karena adanya saliva

yang digunakan tidak terlalu encer dan mengandung gelembung-gelembung

udara. Namun dapat pula terjadi karena pada penakaran setiap larutan yang tidak

sesuai dengan takarannya serta kualitas larutan-larutan praktikum.

IV.2 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Amilase


Peningkatan suhu pada suatu reaksi berhubungan dengan bertambahnya

energi kinetik molekul, baik molekul enzim maupun molekul substrat. Suhu

optimum tercapai maka suhu yang semakin naik menyebabkan terjadinya

penurunan aktivitas enzim. Suhu optimum pada enzim berkisar antara 35-40oC.

IV.2.1 Tabel Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Warna
Waktu
Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV
(menit)
(0ºC) (25 ºC) (38ºC) (100ºC)

5 ++ ++ ++ +++

10 ++ + + +++

15 ++ + + +++

20 ++ + + +++

25 ++ - + +++

30 ++ - _ +++

Keterangan :

+++ : Biru pekat

++ : Biru

+ : Biru muda

- : Bening

IV.2.2 Tabel Waktu Laju Perubahan Warna Terhadap Suhu


Suhu (oC) Waktu (Menit) 1/t (Menit)

0 25 0,040

25 30 0,033

38 25 0,040

100 30 0,033

IV.1.3 Grafik Hubungan Suhu dengan 1/t

0.045
0.04
0.035
0.03
0.025
1/t

0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 25 38 100
Suhu

Enzim bekerja pada kisaran suhu tertentu. Enzim bekerja pada suhu

optimum 38oC. Suhu rendah tidak merusak enzim, namun enzim bekerja lebih

lambat dari suhu optimum, namun pada suhu 100oC enzim tidak bekerja. Bila

suhu ditingkatkan, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami

denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum.

Pada percobaan ini akan ditentukan suhu optimum dari enzim amilase.

Masing-masing tabung diisi dengan larutan pati 1 % dan saliva encer dan 4 buah

tabung yang diisi dengan saliva encer. Masing-masing tabung ditempatkan ke

dalam air es (0oC) dan tabung kedua ditempatkan pada suhu kamar (25oC), tabung

ketiga ditempatkan diinkubator (38oC) dan tabung keempat ditempatkan di


penangas air (100oC). Perlakuan ini dilakukan pada berbagai suhu yang telah

ditentukan masing-masing agar dapat diketahui suhu optimum enzim amilase

bekerja dengan baik. Setelah 5 menit, larutan tersebut diuji pada pelat tetes yang

telah diisi iodium 0,01 M. Pengujian ini dilakukan pada interval 5 menit selama

30 menit.

Dari tabel pengamatan, pada air es (0oC) terlihat bahwa tidak terjadi

reaksi sedikitpun yakni berwarna biru secara konstan. Pada suhu kamar (25 ºC)

terjadi perubahan warna dari warna biru menjadi biru muda dan bening. Pada

suhu 38oC terjadi perubahan warna dari warna biru menjadi biru muda dan

bening. Pada suhu 100oC terjadi perubahan warna atau warna biru pekat secara

konstan. Adanya perubahan warna yang terjadi yang tidak sesuai dengan

seharusnya dipengaruhi oleh beberapa hal yakni kandungan saliva yang mungkin

bercampur dengan air liur, ketelitian dalam membaca banyaknya zat yang

dibutuhkan oleh suatu reaksi, ketelitian melihat perubahan warna yang tidak

sesuai serta larutan yang digunakan sudah terlalu lama.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :

1. pH 8 merupakan pH yang sangat optimum untuk aktivitas enzim amilase dalam

penguraian pati (amilum).

2. Suhu 38oC merupakan suhu optimum untuk aktivitas enzim amilase dari

penguraian pati (amilum).

5. 2 Saran

5. 2 .1 Saran untuk Laboratorium

Menurut saya laboratorium cukup bersih dan baik dalam hal pengadaan

alat.

5. 2. 2 Saran untuk Praktikum

Saran untuk praktikum adalah agar praktikum kedepannya bisa

memberikan bahan dan alat yang lebih memadai agar praktikan dapat

menggunakannya dengan baik.

5. 2. 3 Saran untuk Asisten

Penjelasan kepada praktikan sudah baik, serta komunikasi dengan

praktikan cukup baik.


DAFTAR PUSTAKA

Nangin, D., Sutrisno, A., 2015, Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah Dari
Mikroba, Jurnal Pangan dan Agroindustri, FTP Universitas Brawijaya
Malang, 3 (3) : 1-3, 5.

Lakitan, B., 2012, Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, Rajawali Press, Jakarta. Hal
105

Lehninger, 1994, Dasar-Dasar Biokimia Jilid 3, Erlangga, Jakarta. Hal 6

Saraswati, Rosidah I., Hapsari D, Y., 2004. Pembuatan Glukosa Secara


Enzimatik dari Bahan Baku Pati Sagu. Jurnal Teknik Kimia Indonesia.
3 (1): 1-2

Schumm, D., E., Intisari Biokimia, 1992, Binarupa Aksara, Jakarta. Hal 12

Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai biokatalis dalam sel

hidup. Kelebihan enzim dibandingkan katalis biasa adalah (1) dapat meningkatkan

produk beribu kali lebih tinggi; (2) bekerja pada pH yang relatif netral dan suhu

yang relatif rendah; dan (3) bersifat spesifik dan selektif terhadap subtrat tertentu.

Enzim telah banyak digunakan dalam bidang industri pangan, farmasi dan industri

kimia lainnya. Dalam bidang pangan misalnya amilase, invertase, glukosa

isomerase, papain, dan bromelin, sedangkan dalam bidang kesehatan contohnya

amilase, lipase, dan protease. Enzim dapat diisolasi dari hewan, tumbuhan dan

mikroorganisme (Boyer, 1971).


Secara molekuler, pemecahan amilase dibantu oleh residu asam amino pada
sisi aktif enzim. Pada enzim α-amilase yang berasal dari Pseudomonas
stutzeri, pemecahan dibantu oleh tiga residu asam amino yaitu asam glutamat
219, asam aspartat 294, dan asam aspartat 193. Tahapan pertama merupakan
pengikatan substrat oleh asam aspartat 294. Tahap selanjutnya yaitu asam
glutamat 219 dalam bentuk asam akan mendonorkan proton ke oksigen pada
ikatan glikosidik substrat. Produk dari reaksi tersebut adalah sebuah ion
oksokarbonium pada keadaan transisi yang diikuti dengan pembentukan kovalen
intermediet. Molekul H2O kemudian menyerang ikatan kovalen antara oksigen
dan residu asam aspartat 193. Mekanisme Pemecahan Pati oleh α-amilase dari
Pseudomonas stutzeri (Nangin dan Sutrisno, 2015).
Donovan, S., C. Stiefbold, and K. Sprague, 1996, Chemical properties of amino
acids and identification of unknown amino acids. in Tested studies for
laboratory teaching, Department of Biology University of Oregon Eugene,
17 (35-70): 41.

Rediatning Wayan S., dan Kartini, Nanny H., 1987. Analisis Asam Amino dengan
Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi Secara Derivatisasi Prakolom dan
\Pascakolom, Jurnal Proceedings ITB, IPB Press, Bogor, 20 (1/2) : 42-46.

Schumm, D., E., Intisari Biokimia, 1992, Binarupa Aksara, Jakarta.

Sinhababu, A., 2013, Modified Ninhydrin reagent for the detection of amino acids
on TLC plates, Journal of Applied and Natural Science, 5 (1): 1.

Sudargo, T., Afidah, R., Freitag, H., Amali, R., R., Triatanti, R., K., 2012,
Pengaruh Suplementasi Karbohidrat, Lemak dan Protein Terhadp Kadar
Glukosa Darah dan Asam Laktat Pada Atlet Pencak Silat, Jurnal Jurusan
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UGM,
Yogyakarta, 35 (1): 11-12.

Tim Dosen Kimia, 2013, Kimia Organik, Universitas Hasanunddin, Makassar.

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

IV.1 Hasil Percobaan


LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA

PENGARUH PH DAN TEMPERATUR


TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM

NAMA : JUMATANG

NIM : H41114002

KELOMPOK : II (DUA)

ASISTEN : MARTINA SANDAPARE

HARI/TANGGAL : KAMIS/ 5 NOVEMBER 2015


LABORATORIUM BIOKIMIA JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Amilase adalah enzim yang mempunyai kemampuan memecah ikatan

glukosida pada polimer pati. Penggunaan amilase dilaporkan mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Permintaan akan enzim golongan amilase telah

mencapai sekurang-kurangnya 25 % dari keseluruhan pasar enzim.

Kelompok enzim ini memiliki banyak variasi dalam aktivitasnya, sangat

spesifik, tergantung pada tempatnya bekerja. Seiring dengan penemuan-

penemuan baru mengenai enzim amilase, kelompok dari amilase semakin


bertambah. Beberapa kelompok dari enzim amilase adalah α-amilase, β-

amilase, dan γ-amilase (Nangin dan Sutrisno, 2015).

Suhu adalah faktor yang memberikan dampak besar pada aktivitas enzim

amilase. Umumnya suatu enzim tidak memiliki aktivitas optimal pada suhu yang

sangat rendah. Hal tersebut dikarenakan reaksi yang melibatkan enzim

memerlukan suatu pemanasan terkontrol yang akan menyediakan energi

aktivasi yang cukup untuk memulai reaksi. Kenaikan suhu pada reaksi

enzimatik akan meningkatkan energi kinetik molekul yang bereaksi sehingga

mempercepat tumbukan antar molekul. Namun, suhu yang terlalu tinggi akan

menyebabkan protein pada enzim terdenaturasi dan kehilangan aktivitasnya.

Pada suhu optimum enzim, tumbukan antar molekul terjadi sangat efektif namun

tanpa terjadinya denaturasi protein. Karakteristik penting lain yang harus

diketahui yaitu pH optimum enzim (Nangin dan Sutrisno, 2015).

1.4 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.4.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari

mengenai pengaruh pH dan temperatur terhadap aktivitas enzim amilase yang

terdapat dalam saliva.

1.4.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. Menentukan pH optimum untuk enzim amilase.

2. Menentukan temperatur optimum untuk aktivitas enzim amilase.

1.5 Prinsip Percobaan

1.5.1 Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase.


Menentukan aktivitas dari enzim amilase berdasarkan waktu penguraian pati

menjadi glukosa pada berbagai pH tertentu dengan penambahan iodin sebagai

indikator yang memberi warna biru yang akan berubah menjadi bening.

1.5.2 Pengaruh temperatur aktivitas enzim amilase.

Menentukan aktivitas enzim amilase berdasarkan waktu penguraian pati

menjadi glukosa pada berbagai temperatur kemudian diuji dengan iodin pada

interval waktu tertentu hingga warna biru yang terbentuk berubah menjadi

bening.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Enzim amilase merupakan enzim yang mampu mengkatalis proses

hidrolisa pati untuk menghasilkan molekul lebih sederhana seperti glukosa,

maltosa, dan dekstrin. Proses hidrolisa pati tersebut dilakukan melalui tiga

tahapan yaitu gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi. Ketiga tahapan

tersebut memerlukan energi yang relatif tinggi sehingga meningkatkan biaya

produksi pada produk berbasis pati. Saat ini, sebagai salah satu upaya dalam

penghematan energi, berbagai penelitian telah difokuskan mengenai enzim

amilase pemecah pati mentah (APPM) yaitu enzim yang dapat bekerja langsung
pada granula pati mentah tanpa melalui proses gelatinisasi. APPM dapat

diproduksi dari berbagai sumber seperti tanaman, hewan, atau mikroba.

Paper ini akan mengulas tentang perkembangan dari eksplorasi enzim APPM

tersebut khususnya dari sumber mikroba. Ulasan diarahkan pada enzim

APPM dari mikroba sebab amilase dari mikroba lebih diminati untuk nantinya

diproduksi dalam skala industri (Nangin dan Sutrisno, 2015).

Enzim amilase akan memecah substrat pati melalui tiga tahapan

utama yaitu gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi. Ketiga proses tersebut

merupakan proses dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi sehingga

meningkatkan biaya hidrolisis bahan berpati. Solusi yang dapat diambil untuk

menurunkan tingkat konsumsi energi tersebut adalah dengan menggunakan

enzim amilase yang dapat memecah pati tanpa proses gelatinisasi

(pati mentah). Penggunaan enzim amilase pemecah pati mentah (APPM) akan

menurunkan tingkat konsumsi energi dalam proses hidrolisis sehingga akan

menurunkan biaya produksi (Nangin dan Sutrisno, 2015).

Faktor-faktor yang berpengaruh dapat diuraikan terhadap hidrolisa

pati yaitu konsentrasi pati, konsentrasi pati, konsentrasi enzim, waktu

hidrolisa, suhu, dan Ph. Faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut

(Saraswati dkk., 2004):

5. Konsentrasi pati

Dengan konsentrasi enzim yang tetap, pada konsentrasi pati yang rendah,

kecepatan pati linear terhadap substrat dan kecepatan reaksinya megikuti reaksi

orde1. Pada konsentrasi substrat yang makin tinggi, mendekati reaksi makin besar

dan akan mendekati harga yang konstan kecepatan maksimum tidak tergantung
pada konsentrasi substrat. Pada kondisi ini kecepatan reaksi mengikuti reaksi orde

nol.

6. pH

Setiap enzim mempunyai pH optimal untuk setiap aktivitasnya.

Penyimpangan dari pH tersebut menyebabkan berkurangnya aktivitas enzim,

sehingga produk yang dihasikan akan menurun,

7. Suhu

Enzim memperlihatkan aktivtas optimal pada suhu tertentu. Mulai pada suhu

rendah aktvitas enzim bertambah dengan naiknya suhu sampai aktifitas optimum

tercapai.

8. Konsentrasi enzim

Pada kebanyakan reaksi enzimatk, kecepatan reaksinya proporsiaonal dengan

konsentrasi enzim, paling tidak aa pada awal reaksi.

Proses penguraian dimulai dari mulut selama penguraian makanan, dengan

bantuan enzim amilase yang dikeluarkan ludah. Amilase pada air ludah bekerja

memutuskan sejumlah ikatan  (1 → 4). Glikosida pati dan glikogen sehingga

dihasilkan campuran senyawa maltosa, glukosa dan oligosakarida. Dihidrolisa

enzimatik menghasilkan gula. Proses penguraian pati, glikogen dan polisakarida

lain menghasilkan D- glukosa berlangsung terus disempurnakan di dalam ST

(Lehninger, 1994).

pH didefinsikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen

pH = -log (H+). Nilainya berkisar ddari1, yang menggambarkan ke asaman yang

sangat, sampai 14 yang menggambarkan kebebasan yang sangat pula. Nilai netral

sebesar 7. pH dari sebgaian besar sel dan cairan tubuh dekat dengan harga netral
ini, yaitu 7,4; akan tetapi ada cairan yang mempengaruhi pH yang sangat rendah,

yaitu cairan getah lambung. Ph cairan ini ialah sebesar 1,5 (Schumm, 1992).

pH medium dapat mempengaruhi aktivitas enzim. Umunya terdapat pH

optimum agar suatu enzim dapat berfungsi maksimum dan aktivitas enzim akan

menurun pada Ph yang lebih tinggi atau lebih rendah. Selain dapat menyebabkan

denaturasi enzim, pH juga mempengaruhi laju reaksi dengan paling tidak melalui

2 cara lain, yakni aktivitasmenzim sering tergantung pada ada atau tidaknya gugus

amino atau karboksil yang bebas. Gugus ini bisa bermuatan dan bisa pula tidak

bermuatan (netral) tergantung enzimnya, tetapi hanya salah satu bentuk tersebut

yang akan efektif untuk setiap enzim. Jika gugus amino tak bermuaatn yang

esensial, maka pH optimum akan relatif tinggi, sedangkan karboksil netral

membutuhkan pH rendah, dan mengedalikan ionisasi beberapa substrat, dimana

beberapa substra harus terionisasi dahulu sebelum bereaksi (Lakitan, 2012).

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan kanji (amilum)

1 %, saliva encer 0,5 mL, iodine 0,01 M, aquades, es batu, asam asetat 0,1 M,

NaCl 0,1 M, dan larutan buffer pH 8; 7,4; 6,8; 6,2; 5,4; 5,0; 4,0.

III.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas piala

berisi air es, penangas air 38 oC, batang pengaduk, pipet tetes, pipet skala, dan

pelat tetes.
III.3 Prosedur Percobaan

III.3.1 Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Saliva diencerkan dengan akuades dalam reaksi. Disiapkan 7 buah tabung

reaksi yang diisi masing-masing dengan 3 mL larutan buffer dengan pH 8; 7,4; 7;

6,8; 6,4; 6,0; 5,8. Ke dalam larutan buffer dimasukkan 1,5 mL larutan kanji 1 %,

0,5 mL NaCl 0,1 M dan 1 mL saliva encer. Tempatkan semua tabung dalam

inkubator bersuhu 38 oC dan tentukan tabung mana yang lebih dulu mencapai

chromic point. Setelah tercapai maka tambahkan iodine 0,01 M ke tiap-tiap

tabung namun khusus untuk tabung dengan pH 8 dan 7,4 diasamkan dengan asam

asetat sebelum penambahan iodine. Amati perubahan warna yang terjadi tiap

interval 5 menit sekali.

III.3.2 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Siapkan 8 buah tabung yakni sebanyak 4 buah tabung reaksi disiapkan dan

masing-masing diisi dengan 2,5 mL larutan pati (amilum) 1 %. Kemudian4

tabung reaksi lain dan masing-masing diisi dengan 0,5 mL saliva encer. Tabung

pertama yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva encer dimasukkan

dalam air es. Tabung kedua yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva

encer ditempatkan pada suhu kamar. Tabung ketiga yang berisi larutan pati dan

tabung yang berisi saliva encer dimasukkan dalam inkubator (38 oC). Tabung

keempat yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva encer dimasukkan

dalam penangas air. Semua tabung dibiarkan selama 5 menit dan kemudian pada

masing-masing tabung yang berisi larutan pati ditambahkan 5 tetes saliva encer.
Pada interval 5 menit, diambil contoh masing-masing larutan dan diteteskan pada

plat tetes kemudian ditetesi iodin 0,01 M sebanyak 1 tetes sampai larutan berubah

dari biru menjadi bening.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Enzim amilase merupakan enzim yang dapat memecah ikatan-ikatan pada

amilum sehingga terbentuk maltosa. Dimana pH berpengaruh terhadap kecepatan

aktivitas enzim dalam mengkatalis suatu reaksi. Hal ini disebabkan konsentrasi

ion hidrogen mempengaruhi struktur dimensi enzim dan aktivitasnya Nilai pH

optimal bagi sebagian besar enzim berada pada kisaran pH 6-8.

IV.1.1 Tabel Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Amilase


Warna
Waktu
(menit) pH pH pH pH
pH 7 pH 6,8 pH 5,8
8 7,4 6,4 6,0
5 +++ +++ ++ ++++ ++++ +++ +++++

10 ++ +++ + +++ +++ +++ ++++

15 ++ ++ + +++ +++ +++ ++++

20 ++ ++ _ +++ +++ +++ +++

25 + ++ _ +++ +++ +++ +++

30 + ++ - +++ +++ +++ +++

Keterangan :

+++ : Biru pekat

++ : Biru

+ : Biru muda

- : Bening

IV.1.2 Tabel Waktu Laju Perubahan Warna Terhadap pH

Ph Waktu (Menit) 1/t (Menit)


8 30 0,033
7,4 30 0,033
7 20 0,050
6,8 30 0,033
6,4 25 0,040
6,0 30 0,033
5,8 30 0,033

IV.1.3 Grafik Hubungan pH dengan 1/t


1/t

5.8 6 6.4 6.8 7 7.4 8


pH

Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang

terjadi dalam sel maupun di luar sel. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis

yang sangat efisien, di samping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi.

Dalam percobaan ini, digunakan 7 buah tabung yang masing-amsing diisi

dengan larutan buffer fosfat pada pH yang berbeda-beda yaitu 8; 7,4; 7;6,8; 6,2;

6,0; 5,8. Selanjutnya digunakan beberapa macam pH yang berbeda-beda agar

dapat ditentukan pada pH berapa enzim bekerja dengan baik (pH Optimum).

Larutan buffer masing-masing diberi 1,5 mL larutan kanji 1 %, 0,5 mL

NaCl 0,1 M dan 1 mL saliva encer. Adapun tujuan dari penambahan NaCl adalah

untuk menetralkan enzim amilase serta sebagai garam yang sifatnya netral yang

tidak berpengaruh pada perlakuan pH termasuk ketika penambahan asam,

sehingga larutan NaCl digunakan sebagai aktivator. Sebelum dimasukkan ke

dalam inkubator, larutan dengan pH 8 dan 7,4 diasamkan dengan asam asetat. Hal

ini dilakukan agar larutan tidak terlalu bersifat basa.

Pada saat dimasukkan ke dalam inkubator, dengan selang waktu setiap 5

menit akan diamati, maka diperoleh 5 menit pertama dengan penambahan larutan

iodine 0,01 M yang di homogenkan, dimana bertujuan untuk melihat perubahan


warna yang terjadi, dan akan terus diamati pada interval waktu 5 menit berikutnya

sampai warna berubah menjadi bening.

Hasil dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu tabung yang

mengalami perubahan menjadi bening yaitu tabung 2 dan 3, tabung 2 yang berisi

saliva encer tersebut diletakkan pada suhu kamar dengan suhu 25 oC dan

mengalami perubahan warna dari warna biru menjadi bening pada menit ke 25

begitupun dengan tabung 3 mengalami perubahan warna dari biru muda menjadi

bening pada menit ke 30, sedangkan pada tabung yang lain tidak mengalami

perubahan warna. Sehingga hasil percobaan tersebut sesuai dengan teori.

IV.2 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Peningkatan suhu pada suatu reaksi berhubungan dengan bertambahnya

energi kinetik molekul, baik molekul enzim maupun molekul substrat. Suhu

optimum tercapai maka suhu yang semakin naik menyebabkan terjadinya

penurunan aktivitas enzim. Suhu optimum pada enzim berkisar antara 35-40 oC.

IV.2.1 Tabel Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Warna
Waktu
Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV
(menit)
(0ºC) (25 ºC) (38ºC) (100ºC)

5 ++ ++ ++ +++

10 ++ + + +++

15 ++ + + +++
20 ++ + + +++

25 ++ - + +++

30 ++ - _ +++

Keterangan :

+++ : Biru pekat

++ : Biru

+ : Biru muda

- : Bening

IV.2.2 Tabel Waktu Laju Perubahan Warna Terhadap Suhu (1/T).

Suhu (oC) Waktu (Menit) 1/t (Menit)

0 30 0,033

25 25 0,040

38 30 0,033

100 30 0,033
IV.1.3 Grafik Hubungan Suhu dengan 1/t

0.05
Series 1
0.04

0.03
1/t

0.02

0.01

0
0 25 38 100
Suhu
Enzim bekerja pada kisaran suhu tertentu. Enzim bekerja pada suhu

optimum 38 oC. Suhu rendah tidak merusak enzim, namun enzim bekerja lebih

lambat dari suhu optimum, namun pada suhu 100 oC enzim tidak bekerja. Bila

suhu ditingkatkan, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami

denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum.

Pada percobaan ini akan ditentukan suhu optimum dari enzim amilase.

Masing-masing tabung diisi dengan larutan pati 1 % dan saliva encer dan 4 buah

tabung yang diisi dengan saliva encer. Masing-masing tabung ditempatkan ke

dalam air es (0 oC) dan tabung kedua ditempatkan pada suhu kamar (25 oC),

tabung ketiga ditempatkan diinkubator (38 oC) dan tabung keempat ditempatkan

di penangas air (100 oC). Perlakuan ini dilakukan pada berbagai suhu yang telah

ditentukan masing-masing agar dapat diketahui suhu optimum enzim amilase

bekerja dengan baik. Setelah 5 menit, larutan tersebut diuji pada pelat tetes yang

telah diisi iodium 0,01 M. Pengujian ini dilakukan pada interval 5 menit selama

30 menit.

Dari tabel pengamatan, pada air es (0 oC) terlihat bahwa tidak terjadi

reaksi sedikitpun yakni berwarna biru secara konstan. Pada suhu kamar (25 ºC)

terjadi perubahan warna dari warna biru menjadi biru muda dan bening pada

menit ke 25. Adapun pada suhu 38 oC terjadi perubahan warna dari warna biru

menjadi biru muda dan bening. Pada suhu 100 oC tidak terjadi perubahan warna

atau warna biru pekat secara konstan.

Menurut teori enzim amilase dapat bekerja pada suhu yang optimum yaitu

sekitar suhu 30-3 oC. Namun jika suhu turun sampai sekitar 0 oC, kebanyakan

enzim tidak menunjukkan aktivitas lagi. Adapun pada temperatur yang tinggi
diatas 50 oC enzim sudah tidak dapat aktif bahkan akan mematikan enzim

tersebut. Namun, apabila pemanasan yang dilakukan tidak terlalu lama maka

enzim tersebut masih dapat bereaksi.

IV.3 Reaksi

CH2O CH2O
O H O H
H H
H H
OH H OH H + nI2
O O O

H OH H OH
n

CH2O CH2O

H O H I H O H
H H amilase
OH H OH H
O O O

H OH H OH
I n
biru

CH2O

H O H
H + nI2
OH H
OH OH

H OH
bening

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :

3. pH 8 merupakan pH yang sangat optimum untuk aktivitas enzim amilase

dalam penguraian pati (amilum).

4. Suhu 38oC merupakan suhu optimum untuk aktivitas enzim amilase dari

penguraian pati (amilum).


5. 2 Saran

5. 2 .1 Saran untuk Laboratorium

Menurut saya laboratorium cukup bersih dan baik dalam hal pengadaan

alat.

5. 2. 2 Saran untuk Praktikum

Saran untuk praktikum adalah agar praktikum kedepannya bisa

memberikan bahan dan alat yang lebih memadai agar praktikan dapat

menggunakannya dengan baik.

5. 2. 3 Saran untuk Asisten

Penjelasan kepada praktikan sudah baik, serta komunikasi dengan

praktikan cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA

Nangin, D., Sutrisno, A., 2015, Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah Dari
Mikroba, Jurnal Pangan dan Agroindustri, FTP Universitas Brawijaya
Malang, 3 (3) : 1032-1039

Lakitan, B., 2012, Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, Rajawali Press, Jakarta.

Lehninger, 1994, Dasar-Dasar Biokimia Jilid 3, Erlangga, Jakarta.

Saraswati, Rosidah I., Hapsari D, Y., 2004. Pembuatan Glukosa Secara


Enzimatik dari Bahan Baku Pati Sagu. Jurnal Teknik Kimia Indonesia.
3 (1): 56-63

Schumm, D., E., Intisari Biokimia, 1992, Binarupa Aksara, Jakarta.


BAGAN KERJA

A. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase

Penambahan
amilum 1 %

1. 2 ml larutan buffer masing – masing pH yang tersedia dimasukkan

ke setiap tabung.

2. Dalam larutan buffer ini dimasukkan ke 5 ml larutan amilum 1 %,

2 ml NaCl 0,1 M dan 2 ml saliva encer.


3. Semua tabung ditempatkan di inkubator 38oC dan tentukan tabung

mana yang lebih dahulu mencapai chromic point.

4. Selanjutnya ditambahkan iodine ke setiap tabung.

5. Tabung dengan larutan buffer pH 8 dan 7,4 diasamkan dengan 1 ml

asam asetat sebelum penambahan iodine.

6. Catat perubahan yang terjadi setiap 5 menit selama 30 menit.

Hasil

B. Pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim amilase

Penambahan
amilum 1 %

1. 4 buah tabung reaksi masing-masing diisikan 1 ml larutan amilum

1 %.

2. Tabung pertama dicelupkan ke dalam air es, tabung kedua pada

temperatur ruangan, tabung ketiga pada air panas, dan tabung

keempat di masukkan ke inkubator.


3. Masing – masing tabung ditambahkan 1 ml saliva encer, khusus

tabung 4 saliva encer yang ditambahkan telah dipanaskan di air

mendidih.

4. Pada interval 5 menit, diambil contoh dari masing – masing tabung

dan dites pada pelat tetes.

Hasil

LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 05 November 2015

Praktikan Asisten

(JUMATANG) (MARTINA SANDAPARE)


H41114002
Secara molekuler, pemecahan amilase dibantu oleh residu asam amino pada
sisi aktif enzim. Pada enzim α-amilase yang berasal dari Pseudomonas
stutzeri, pemecahan dibantu oleh tiga residu asam amino yaitu asam glutamat
219, asam aspartat 294, dan asam aspartat 193. Tahapan pertama merupakan
pengikatan substrat oleh asam aspartat 294. Tahap selanjutnya yaitu asam
glutamat 219 dalam bentuk asam akan mendonorkan proton ke oksigen pada
ikatan glikosidik substrat. Produk dari reaksi tersebut adalah sebuah ion
oksokarbonium pada keadaan transisi yang diikuti dengan pembentukan kovalen
intermediet. Molekul H2O kemudian menyerang ikatan kovalen antara oksigen
dan residu asam aspartat 193. Mekanisme Pemecahan Pati oleh α-amilase dari
Pseudomonas stutzeri (Nangin dan Sutrisno, 2015).

Adanya perubahan warna yang terjadi yang sesuai dengan teori.

dipengaruhi oleh beberapa hal yakni kandungan saliva yang mungkin bercampur

dengan air liur, ketelitian dalam membaca banyaknya zat yang dibutuhkan oleh

suatu reaksi, ketelitian melihat perubahan warna yang tidak sesuai serta larutan

yang digunakan sudah terlalu lama.


1.3.1 Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase

1.3.2 Pengaruh terhadap aktivitas enzim amilase

Donovan, S., C. Stiefbold, and K. Sprague, 1996, Chemical properties of amino


acids and identification of unknown amino acids. in Tested studies for
laboratory teaching, Department of Biology University of Oregon Eugene,
17 (35-70): 41.

Rediatning Wayan S., dan Kartini, Nanny H., 1987. Analisis Asam Amino dengan
Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi Secara Derivatisasi Prakolom dan
\Pascakolom, Jurnal Proceedings ITB, IPB Press, Bogor, 20 (1/2) : 42-46.

Schumm, D., E., Intisari Biokimia, 1992, Binarupa Aksara, Jakarta.

Sinhababu, A., 2013, Modified Ninhydrin reagent for the detection of amino acids
on TLC plates, Journal of Applied and Natural Science, 5 (1): 1.

Sudargo, T., Afidah, R., Freitag, H., Amali, R., R., Triatanti, R., K., 2012,
Pengaruh Suplementasi Karbohidrat, Lemak dan Protein Terhadp Kadar
Glukosa Darah dan Asam Laktat Pada Atlet Pencak Silat, Jurnal Jurusan
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UGM,
Yogyakarta, 35 (1): 11-12.
Tim Dosen Kimia, 2013, Kimia Organik, Universitas Hasanunddin, Makassar.

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

IV.1 Hasil Percobaan


Adapun faktor-faktor atau kendala yang mempengaruhi hal tersebut karena

adanya saliva yang digunakan tidak terlalu encer dan mengandung gelembung-

gelembung udara. Namun dapat pula terjadi karena pada penakaran setiap larutan

yang tidak sesuai dengan takarannya serta kualitas larutan-larutan praktikum.

Anda mungkin juga menyukai