BIOKIMIA
NAMA : JUMATANG
NIM : H41114002
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : ERYANTI
PENDAHULUAN
Suhu adalah faktor yang memberikan dampak besar pada aktivitas enzim
amilase. Umumnya suatu enzim tidak memiliki aktivitas optimal pada suhu yang
aktivasi yang cukup untuk memulai reaksi. Kenaikan suhu pada reaksi
mempercepat tumbukan antar molekul. Namun, suhu yang terlalu tinggi akan
Pada suhu optimum enzim, tumbukan antar molekul terjadi sangat efektif namun
indikator yang memberi warna biru yang akan berubah menjadi bening.
TINJAUAN PUSTAKA
maltosa, dan dekstrin. Proses hidrolisa pati tersebut dilakukan melalui tiga
produksi pada produk berbasis pati. Saat ini, sebagai salah satu upaya dalam
amilase pemecah pati mentah (APPM) yaitu enzim yang dapat bekerja langsung
pada granula pati mentah tanpa melalui proses gelatinisasi. APPM dapat
Paper ini akan mengulas tentang perkembangan dari eksplorasi enzim APPM
APPM dari mikroba sebab amilase dari mikroba lebih diminati untuk nantinya
meningkatkan biaya hidrolisis bahan berpati. Solusi yang dapat diambil untuk
(pati mentah). Penggunaan enzim amilase pemecah pati mentah (APPM) akan
menurunkan tingkat konsumsi energi dalam proses hidrolisis sehingga akan
hidrolisa, suhu, dan Ph. Faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Konnsetrasi pati
Dengan konsentrasi enzim yang tetap, pada konsentrasi pati yang rendah,
kecepatan pati linear terhadap substrat dan kecepatan reaksinya megikuti reaksi
orde1. Pada konsentrasi substrat yang makin tinggi, mendekati reaksi makin
besar dan akan mendekati harga yang konstan kecepatan maksimum tidak
2. pH
3. Suhu
suhu rendah aktvitas enzim bertambah dengan naiknya suhu sampai aktifitas
optimum tercapai.
4. Konsentrasi enzim
bantuan enzim amilase yang dikeluarkan ludah. Amilase pada air ludah bekerja
(Lehninger, 1994).
sangat, sampai 14 yang menggambarkan kebebasan yang sangat pula. Nilai netral
sebesar 7. pH dari sebgaian besar sel dan cairan tubuh dekat dengan harga netral
ini, yaitu 7,4; akan tetapi ada cairan yang mempengaruhi pH yang sangat rendah,
yaitu cairan getah lambung. Ph cairan ini ialah sebesar 1,5 (Schumm, 1992).
optimum agar suatu enzim dapat berfungsi maksimum dan aktivitas enzim akan
menurun pada Ph yang lebih tinggi atau lebih rendah. Selain dapat menyebabkan
denaturasi enzim, pH juga mempengaruhi laju reaksi dengan paling tidak melalui
2 cara lain, yakni aktivitasmenzim sering tergantung pada ada atau tidaknya gugus
amino atau karboksil yang bebas. Gugus ini bisa bermuatan dan bisa pula tidak
bermuatan (netral) tergantung enzimnya, tetapi hanya salah satu bentuk tersebut
yang akan efektif untuk setiap enzim. Jika gugus amino tak bermuaatn yang
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan kanji (amilum)
1 %, saliva encer 0,5 ml, iodine 0,01 M, akuades, es batu, asam asetat 0,1 M,
NaCl 0,1 M, dan larutan buffer pH 8; 7,4; 6,8; 6,2; 5,4; 5,0; 4,0.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas piala
berisi air es, penangas air 38oC, batang pengaduk, pipet tetes, pipet skala, dan
pelat tetes.
6,8; 6,4; 6,0; 5,8. Ke dalam larutan buffer dimasukkan 1,5 ml larutan kanji 1 %,
0,5 ml NaCl 0,1 M dan 1 ml saliva encer. Tempatkan semua tabung dalam
inkubator bersuhu 38oC dan tentukan tabung mana yang lebih dulu mencapai
tabung namun khusus untuk tabung dengan pH 8 dan 7,4 diasamkan dengan asam
asetat sebelum penambahan iodine. Amati perubahan warna yang terjadi tiap
tabung reaksi lain dan masing-masing diisi dengan 0,5 mL saliva encer. Tabung
pertama yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva encer dimasukkan
dalam air es. Tabung kedua yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva
encer ditempatkan pada suhu kamar. Tabung ketiga yang berisi larutan pati dan
tabung yang berisi saliva encer dimasukkan dalam inkubator (38 oC). Tabung
keempat yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva encer dimasukkan
dalam penangas air. Semua tabung dibiarkan selama 5 menit dan kemudian pada
masing-masing tabung yang berisi larutan pati ditambahkan 5 tetes saliva encer.
Pada interval 5 menit, diambil contoh masing-masing larutan dan diteteskan pada
plat tetes kemudian ditetesi iodin 0,01 M sebanyak 1 tetes sampai larutan berubah
aktivitas enzim dalam mengkatalis suatu reaksi. Hal ini disebabkan konsentrasi
Warna
Waktu
(menit)
15 - + + + + +++ +++
20 - + + - - +++ +++
25 - _ _ - - - +++
Keterangan :
++ : Biru
+ : Biru muda
- : Bening
0.045
0.04
0.035
0.03
0.025
1/t
0.02
0.015
0.01
0.005
0
5.8 6 6.4 6.8 7 7.4 8
pH
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang
terjadi dalam sel maupun di luar sel. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis
yang sangat efisien, di samping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi.
dengan larutan buffer fosfat pada pH yang berbeda-beda yaitu 8; 7,4; 7;6,8; 6,2;
6,0; 5,8. Selanjutnya digunakan beberapa macam pH yang berbeda-beda agar
dapat ditentukan pada pH berapa enzim bekerja dengan baik (pH Optimum).
0,1 M dan 1 ml saliva encer. Adapun tujuan dari penambahan NaCl adalah untuk
menetralkan enzim amilase serta sebagai garam yang sifatnya netral yang tidak
inkubator, larutan dengan pH 8 dan 7,4 diasamkan dengan asam asetat. Hal ini
menit akan diamati, maka diperoleh 5 menit pertama dengan penambahan larutan
warna yang terjadi, dan akan terus diamati pada interval waktu 5 menit berikutnya
Hasil dari percobaan yang dilakukan, tidak sesuai dengan teori yang
semestinya dimana tidak adanya perubahan warna yang terjadi pada 5 menit
pertama, sehingga pada menit ke 10. Pada menit ke 15 sudah ada beberapa larutan
yang mengalami perubahan yang sangat cepat. Pada menit terakhir diperoleh data
bahwa beberapa larutan mengalami perubahan dari biru menjadi bening. Adapun
faktor-faktor atau kendala yang mempengaruhi hal tersebut karena adanya saliva
udara. Namun dapat pula terjadi karena pada penakaran setiap larutan yang tidak
energi kinetik molekul, baik molekul enzim maupun molekul substrat. Suhu
penurunan aktivitas enzim. Suhu optimum pada enzim berkisar antara 35-40oC.
Warna
Waktu
Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV
(menit)
(0ºC) (25 ºC) (38ºC) (100ºC)
5 ++ ++ ++ +++
10 ++ + + +++
15 ++ + + +++
20 ++ + + +++
25 ++ - + +++
30 ++ - _ +++
Keterangan :
++ : Biru
+ : Biru muda
- : Bening
0 25 0,040
25 30 0,033
38 25 0,040
100 30 0,033
0.045
0.04
0.035
0.03
0.025
1/t
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 25 38 100
Suhu
Enzim bekerja pada kisaran suhu tertentu. Enzim bekerja pada suhu
optimum 38oC. Suhu rendah tidak merusak enzim, namun enzim bekerja lebih
lambat dari suhu optimum, namun pada suhu 100oC enzim tidak bekerja. Bila
suhu ditingkatkan, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami
Pada percobaan ini akan ditentukan suhu optimum dari enzim amilase.
Masing-masing tabung diisi dengan larutan pati 1 % dan saliva encer dan 4 buah
dalam air es (0oC) dan tabung kedua ditempatkan pada suhu kamar (25oC), tabung
bekerja dengan baik. Setelah 5 menit, larutan tersebut diuji pada pelat tetes yang
telah diisi iodium 0,01 M. Pengujian ini dilakukan pada interval 5 menit selama
30 menit.
Dari tabel pengamatan, pada air es (0oC) terlihat bahwa tidak terjadi
reaksi sedikitpun yakni berwarna biru secara konstan. Pada suhu kamar (25 ºC)
terjadi perubahan warna dari warna biru menjadi biru muda dan bening. Pada
suhu 38oC terjadi perubahan warna dari warna biru menjadi biru muda dan
bening. Pada suhu 100oC terjadi perubahan warna atau warna biru pekat secara
konstan. Adanya perubahan warna yang terjadi yang tidak sesuai dengan
seharusnya dipengaruhi oleh beberapa hal yakni kandungan saliva yang mungkin
bercampur dengan air liur, ketelitian dalam membaca banyaknya zat yang
dibutuhkan oleh suatu reaksi, ketelitian melihat perubahan warna yang tidak
V.1 Kesimpulan
2. Suhu 38oC merupakan suhu optimum untuk aktivitas enzim amilase dari
5. 2 Saran
Menurut saya laboratorium cukup bersih dan baik dalam hal pengadaan
alat.
memberikan bahan dan alat yang lebih memadai agar praktikan dapat
Nangin, D., Sutrisno, A., 2015, Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah Dari
Mikroba, Jurnal Pangan dan Agroindustri, FTP Universitas Brawijaya
Malang, 3 (3) : 1-3, 5.
Lakitan, B., 2012, Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, Rajawali Press, Jakarta. Hal
105
Schumm, D., E., Intisari Biokimia, 1992, Binarupa Aksara, Jakarta. Hal 12
hidup. Kelebihan enzim dibandingkan katalis biasa adalah (1) dapat meningkatkan
produk beribu kali lebih tinggi; (2) bekerja pada pH yang relatif netral dan suhu
yang relatif rendah; dan (3) bersifat spesifik dan selektif terhadap subtrat tertentu.
Enzim telah banyak digunakan dalam bidang industri pangan, farmasi dan industri
amilase, lipase, dan protease. Enzim dapat diisolasi dari hewan, tumbuhan dan
Rediatning Wayan S., dan Kartini, Nanny H., 1987. Analisis Asam Amino dengan
Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi Secara Derivatisasi Prakolom dan
\Pascakolom, Jurnal Proceedings ITB, IPB Press, Bogor, 20 (1/2) : 42-46.
Sinhababu, A., 2013, Modified Ninhydrin reagent for the detection of amino acids
on TLC plates, Journal of Applied and Natural Science, 5 (1): 1.
Sudargo, T., Afidah, R., Freitag, H., Amali, R., R., Triatanti, R., K., 2012,
Pengaruh Suplementasi Karbohidrat, Lemak dan Protein Terhadp Kadar
Glukosa Darah dan Asam Laktat Pada Atlet Pencak Silat, Jurnal Jurusan
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UGM,
Yogyakarta, 35 (1): 11-12.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
NAMA : JUMATANG
NIM : H41114002
KELOMPOK : II (DUA)
PENDAHULUAN
Suhu adalah faktor yang memberikan dampak besar pada aktivitas enzim
amilase. Umumnya suatu enzim tidak memiliki aktivitas optimal pada suhu yang
aktivasi yang cukup untuk memulai reaksi. Kenaikan suhu pada reaksi
mempercepat tumbukan antar molekul. Namun, suhu yang terlalu tinggi akan
Pada suhu optimum enzim, tumbukan antar molekul terjadi sangat efektif namun
indikator yang memberi warna biru yang akan berubah menjadi bening.
menjadi glukosa pada berbagai temperatur kemudian diuji dengan iodin pada
interval waktu tertentu hingga warna biru yang terbentuk berubah menjadi
bening.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
maltosa, dan dekstrin. Proses hidrolisa pati tersebut dilakukan melalui tiga
produksi pada produk berbasis pati. Saat ini, sebagai salah satu upaya dalam
amilase pemecah pati mentah (APPM) yaitu enzim yang dapat bekerja langsung
pada granula pati mentah tanpa melalui proses gelatinisasi. APPM dapat
Paper ini akan mengulas tentang perkembangan dari eksplorasi enzim APPM
APPM dari mikroba sebab amilase dari mikroba lebih diminati untuk nantinya
meningkatkan biaya hidrolisis bahan berpati. Solusi yang dapat diambil untuk
(pati mentah). Penggunaan enzim amilase pemecah pati mentah (APPM) akan
hidrolisa, suhu, dan Ph. Faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut
5. Konsentrasi pati
Dengan konsentrasi enzim yang tetap, pada konsentrasi pati yang rendah,
kecepatan pati linear terhadap substrat dan kecepatan reaksinya megikuti reaksi
orde1. Pada konsentrasi substrat yang makin tinggi, mendekati reaksi makin besar
dan akan mendekati harga yang konstan kecepatan maksimum tidak tergantung
pada konsentrasi substrat. Pada kondisi ini kecepatan reaksi mengikuti reaksi orde
nol.
6. pH
7. Suhu
Enzim memperlihatkan aktivtas optimal pada suhu tertentu. Mulai pada suhu
rendah aktvitas enzim bertambah dengan naiknya suhu sampai aktifitas optimum
tercapai.
8. Konsentrasi enzim
bantuan enzim amilase yang dikeluarkan ludah. Amilase pada air ludah bekerja
(Lehninger, 1994).
sangat, sampai 14 yang menggambarkan kebebasan yang sangat pula. Nilai netral
sebesar 7. pH dari sebgaian besar sel dan cairan tubuh dekat dengan harga netral
ini, yaitu 7,4; akan tetapi ada cairan yang mempengaruhi pH yang sangat rendah,
yaitu cairan getah lambung. Ph cairan ini ialah sebesar 1,5 (Schumm, 1992).
optimum agar suatu enzim dapat berfungsi maksimum dan aktivitas enzim akan
menurun pada Ph yang lebih tinggi atau lebih rendah. Selain dapat menyebabkan
denaturasi enzim, pH juga mempengaruhi laju reaksi dengan paling tidak melalui
2 cara lain, yakni aktivitasmenzim sering tergantung pada ada atau tidaknya gugus
amino atau karboksil yang bebas. Gugus ini bisa bermuatan dan bisa pula tidak
bermuatan (netral) tergantung enzimnya, tetapi hanya salah satu bentuk tersebut
yang akan efektif untuk setiap enzim. Jika gugus amino tak bermuaatn yang
BAB III
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan kanji (amilum)
1 %, saliva encer 0,5 mL, iodine 0,01 M, aquades, es batu, asam asetat 0,1 M,
NaCl 0,1 M, dan larutan buffer pH 8; 7,4; 6,8; 6,2; 5,4; 5,0; 4,0.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas piala
berisi air es, penangas air 38 oC, batang pengaduk, pipet tetes, pipet skala, dan
pelat tetes.
III.3 Prosedur Percobaan
6,8; 6,4; 6,0; 5,8. Ke dalam larutan buffer dimasukkan 1,5 mL larutan kanji 1 %,
0,5 mL NaCl 0,1 M dan 1 mL saliva encer. Tempatkan semua tabung dalam
inkubator bersuhu 38 oC dan tentukan tabung mana yang lebih dulu mencapai
tabung namun khusus untuk tabung dengan pH 8 dan 7,4 diasamkan dengan asam
asetat sebelum penambahan iodine. Amati perubahan warna yang terjadi tiap
Siapkan 8 buah tabung yakni sebanyak 4 buah tabung reaksi disiapkan dan
tabung reaksi lain dan masing-masing diisi dengan 0,5 mL saliva encer. Tabung
pertama yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva encer dimasukkan
dalam air es. Tabung kedua yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva
encer ditempatkan pada suhu kamar. Tabung ketiga yang berisi larutan pati dan
tabung yang berisi saliva encer dimasukkan dalam inkubator (38 oC). Tabung
keempat yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva encer dimasukkan
dalam penangas air. Semua tabung dibiarkan selama 5 menit dan kemudian pada
masing-masing tabung yang berisi larutan pati ditambahkan 5 tetes saliva encer.
Pada interval 5 menit, diambil contoh masing-masing larutan dan diteteskan pada
plat tetes kemudian ditetesi iodin 0,01 M sebanyak 1 tetes sampai larutan berubah
BAB IV
aktivitas enzim dalam mengkatalis suatu reaksi. Hal ini disebabkan konsentrasi
Keterangan :
++ : Biru
+ : Biru muda
- : Bening
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang
terjadi dalam sel maupun di luar sel. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis
yang sangat efisien, di samping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi.
dengan larutan buffer fosfat pada pH yang berbeda-beda yaitu 8; 7,4; 7;6,8; 6,2;
dapat ditentukan pada pH berapa enzim bekerja dengan baik (pH Optimum).
NaCl 0,1 M dan 1 mL saliva encer. Adapun tujuan dari penambahan NaCl adalah
untuk menetralkan enzim amilase serta sebagai garam yang sifatnya netral yang
dalam inkubator, larutan dengan pH 8 dan 7,4 diasamkan dengan asam asetat. Hal
menit akan diamati, maka diperoleh 5 menit pertama dengan penambahan larutan
Hasil dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu tabung yang
mengalami perubahan menjadi bening yaitu tabung 2 dan 3, tabung 2 yang berisi
saliva encer tersebut diletakkan pada suhu kamar dengan suhu 25 oC dan
mengalami perubahan warna dari warna biru menjadi bening pada menit ke 25
begitupun dengan tabung 3 mengalami perubahan warna dari biru muda menjadi
bening pada menit ke 30, sedangkan pada tabung yang lain tidak mengalami
energi kinetik molekul, baik molekul enzim maupun molekul substrat. Suhu
penurunan aktivitas enzim. Suhu optimum pada enzim berkisar antara 35-40 oC.
Warna
Waktu
Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV
(menit)
(0ºC) (25 ºC) (38ºC) (100ºC)
5 ++ ++ ++ +++
10 ++ + + +++
15 ++ + + +++
20 ++ + + +++
25 ++ - + +++
30 ++ - _ +++
Keterangan :
++ : Biru
+ : Biru muda
- : Bening
0 30 0,033
25 25 0,040
38 30 0,033
100 30 0,033
IV.1.3 Grafik Hubungan Suhu dengan 1/t
0.05
Series 1
0.04
0.03
1/t
0.02
0.01
0
0 25 38 100
Suhu
Enzim bekerja pada kisaran suhu tertentu. Enzim bekerja pada suhu
optimum 38 oC. Suhu rendah tidak merusak enzim, namun enzim bekerja lebih
lambat dari suhu optimum, namun pada suhu 100 oC enzim tidak bekerja. Bila
suhu ditingkatkan, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami
Pada percobaan ini akan ditentukan suhu optimum dari enzim amilase.
Masing-masing tabung diisi dengan larutan pati 1 % dan saliva encer dan 4 buah
dalam air es (0 oC) dan tabung kedua ditempatkan pada suhu kamar (25 oC),
tabung ketiga ditempatkan diinkubator (38 oC) dan tabung keempat ditempatkan
di penangas air (100 oC). Perlakuan ini dilakukan pada berbagai suhu yang telah
bekerja dengan baik. Setelah 5 menit, larutan tersebut diuji pada pelat tetes yang
telah diisi iodium 0,01 M. Pengujian ini dilakukan pada interval 5 menit selama
30 menit.
Dari tabel pengamatan, pada air es (0 oC) terlihat bahwa tidak terjadi
reaksi sedikitpun yakni berwarna biru secara konstan. Pada suhu kamar (25 ºC)
terjadi perubahan warna dari warna biru menjadi biru muda dan bening pada
menit ke 25. Adapun pada suhu 38 oC terjadi perubahan warna dari warna biru
menjadi biru muda dan bening. Pada suhu 100 oC tidak terjadi perubahan warna
Menurut teori enzim amilase dapat bekerja pada suhu yang optimum yaitu
sekitar suhu 30-3 oC. Namun jika suhu turun sampai sekitar 0 oC, kebanyakan
enzim tidak menunjukkan aktivitas lagi. Adapun pada temperatur yang tinggi
diatas 50 oC enzim sudah tidak dapat aktif bahkan akan mematikan enzim
tersebut. Namun, apabila pemanasan yang dilakukan tidak terlalu lama maka
IV.3 Reaksi
CH2O CH2O
O H O H
H H
H H
OH H OH H + nI2
O O O
H OH H OH
n
CH2O CH2O
H O H I H O H
H H amilase
OH H OH H
O O O
H OH H OH
I n
biru
CH2O
H O H
H + nI2
OH H
OH OH
H OH
bening
BAB V
V.1 Kesimpulan
4. Suhu 38oC merupakan suhu optimum untuk aktivitas enzim amilase dari
Menurut saya laboratorium cukup bersih dan baik dalam hal pengadaan
alat.
memberikan bahan dan alat yang lebih memadai agar praktikan dapat
DAFTAR PUSTAKA
Nangin, D., Sutrisno, A., 2015, Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah Dari
Mikroba, Jurnal Pangan dan Agroindustri, FTP Universitas Brawijaya
Malang, 3 (3) : 1032-1039
Penambahan
amilum 1 %
ke setiap tabung.
Hasil
Penambahan
amilum 1 %
1 %.
mendidih.
Hasil
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 05 November 2015
Praktikan Asisten
dipengaruhi oleh beberapa hal yakni kandungan saliva yang mungkin bercampur
dengan air liur, ketelitian dalam membaca banyaknya zat yang dibutuhkan oleh
suatu reaksi, ketelitian melihat perubahan warna yang tidak sesuai serta larutan
Rediatning Wayan S., dan Kartini, Nanny H., 1987. Analisis Asam Amino dengan
Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi Secara Derivatisasi Prakolom dan
\Pascakolom, Jurnal Proceedings ITB, IPB Press, Bogor, 20 (1/2) : 42-46.
Sinhababu, A., 2013, Modified Ninhydrin reagent for the detection of amino acids
on TLC plates, Journal of Applied and Natural Science, 5 (1): 1.
Sudargo, T., Afidah, R., Freitag, H., Amali, R., R., Triatanti, R., K., 2012,
Pengaruh Suplementasi Karbohidrat, Lemak dan Protein Terhadp Kadar
Glukosa Darah dan Asam Laktat Pada Atlet Pencak Silat, Jurnal Jurusan
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UGM,
Yogyakarta, 35 (1): 11-12.
Tim Dosen Kimia, 2013, Kimia Organik, Universitas Hasanunddin, Makassar.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
adanya saliva yang digunakan tidak terlalu encer dan mengandung gelembung-
gelembung udara. Namun dapat pula terjadi karena pada penakaran setiap larutan