Prosedur Kerja
Pertama, masukkan Air liur yang mengandung enzim amilase kedalam tabung 1 dan
tabung 2, Kemudian Masukkan Air liur yang sudah dipanaskan terlebih dahulu kedalam
tabung 3. Kedua Tambahkan HCI kedalam tabung 2 sebanyak 10 tetes Setelah itu nasi
dihaluskan menggunakan lumpang dan dimasukkan pada masing-masing tabung reaksi.
Setelah dimasukkan nasi, pada ketiga tabung reaksi diberikan reagen Benedict sebanyak 10
tetes menggunakan pipet lalu homogenkan. Terakhir, ketiga tabung reaksi dipanaskan di atas
bunsen hingga mengalami perubahan warna atau sampai mendidih.
HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tabel Hasil Pengamatan Uji Enzim Amilase
B. Pembahasan
Pada praktikum uji enzim amylase ini menggunakan tiga perlakuan yang berbeda
diantaranya pada tabung pertama saliva ditambahkan nasi dan juga reagen Benedict.
Tabung kedua berisi saliva, nasi, larutan HCl 10 tetes, dan juga reagen Benedict, serta
tabung ketiga berisi saliva yang telah dipanaskan, ditambahkan nasi, dan juga reagen
Benedict.
Pada tabung pertama, berisi air liur dan nasi, pada tabung pertama ini enzim amilase
akan memecah amilum pada nasi menjadi glukosa, sehingga pada saat dilakukan uji
glukosa tabung pertama mengalami perubahan menjadi warna kuning, artinya enzim pada
tabung yang pertama aktif bekerja sehingga amilum pun dipecah menjadi glukosa. Hal
tersebut sesuai dengan teori dasar dari Sugiatmajaya (2014: 91) bahwa Amilase adalah
enzim yang berfungsi memecah zat tepung dan polisakarida lainnya menjadi
monosakarida, bentuk gula yang dapat diserap tubuh. Sumber utama amilase adalah
pankreas, yang menyekresikan amilase dan enzim lain ke dalam duodenum. Selain itu, air
liur juga mengandung amilase yang memulai proses pencernaan saat makanan masuk ke
dalam mulut.
Pada tabung yang kedua berisi air liur, nasi, dan HCl. Tabung kedua ini pada saat
dilakukan uji glukosa negatif karena tidak ada perubahan warna hijau, kuning, atau merah
bata. Sehingga enzim pada tabung kedua tidak aktif bekerja karena tidak ada pemecahan
nasi oleh enzim menjadi glukosa. Peristiwa ini terjadi karena dipengaruhi oleh pH. HCl
pada tabung kedua ini berfungsi untuk menurunkan pH awal. Hal tersebut sesuai dengan
dasar teori dari Soewoto (2000) bahwa Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak
enzim, namun enzim tidak dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim
mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu
ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami
denaturasi.
Pada tabung ketiga berisi air liur yang dipanaskan dan nasi. Pada tabung ketiga ini
aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu, sehingga aktivitas enzim pun tidak aktif bekerja
dan pada saat uji glukosa negatif karena tidak ada perubahan warna menjadi hijau,
kuning, atau merah bata. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Soewonto (2000) bahwa
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim
akan terdenaturasi. Selain itu pada keaadan ini baik enzim maupun substrat dapat
mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan
dengan substrat.
KESIMPULAN
Enzim merupakan biokatalisator dalam semua sistem kehidupan, yang diharapkan
dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan pemborosan energi karena
reaksinya tidak membutuhkan energi, bersifat spesifik dan tidak beracun. . Sebagai
biokatalisator enzim mempercepat reaksi biokimia tanpa mengalami perubahan yang
permanen. enzim mempunyai fungsi diantaranya Pencernaan makanan di mana molekul
nutrisi yang besar (seperti protein, karbohidrat, dan lemak) dipecah menjadi molekul
yang lebih kecil dan konservasi dan transformasi energi kimia. Konstruksi makromolekul
seluler dari prekursor yang lebih kecil.
Pada praktikum kali ini dapat ditunjukkan bahwa pada tabung pertama berisi saliva,
nasi, dan reagen Benedict memperlihatkan adanya perubahan warna merah bata yang
artinya enzim amilase dapat bekerja optimum pada tabung reaksi pertama. Pada tabung
reaksi kedua yang berisi saliva, nasi, larutan HCl 10 tetes, dan reagen Benedict yang
diberi perlakuan pH asam ternyata enzim tidak dapat bereaksi sehingga tidak
menunjukkan perubahan warna. Terakhir, tabung reaksi ketiga yang berisi saliva yang
dipanaskan, nasi, dan reagen Benedict yang ternyata tidak juga menunjukkan perubahan
warna karena perlakuan suhu yang tidak optimum. Dapat disimpulkan dari praktikum ini
bahwa Aktivitas enzim amilase dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: suhu dan pH.
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah swt., karena atas kehendak dan ridha-Nya dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini. Saya menyadari laporan ini tidak akan selesai
tanpa dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Adapun dalam kesempatan ini saya
ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada kedua orang tua, dosen pengampu mata
kuliah Biokimia yaitu Ibu Sri Hartati, S. Pd., M. Pd. dan Ibu Epa Paujiah, M. Si., asisten
praktikum mata kuliah Biokimia saudari Fitria Haryani, dan juga teman-teman sekelas
dan seperjuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Akhdiya, A. 2003. Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Protease Alkalin Termostabil. Jurnal.
Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2
Ariandi. (2016). PENGENALAN ENZIM AMILASE (ALPHA-AMYLASE) DAN
REAKSI ENZIMATISNYA MENGHIDROLISIS AMILOSA PATI MENJADI
GLUKOSA. Jurnal Dinamika , Vol. 7 No. 1 Hal. 74-82.
Sugiatmajaya, Syafaat, dkk. 2014. Evaluasi Tingkat Stres Masinis Berdasarkan Aktivitas
Salivary α Amylase (Studi Kasus di PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 2
Bandung). Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. Vol 2. No 2.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S., 2005, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid I Penerjemah
Hadiotomo, R.S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S., dan Angka, S.L., UI-Press, Jakarta.
Sutrisno, A. (2017). TEKNOLOGI ENZIM. Malang: UB Press.
Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta: Widya Medika.