Anda di halaman 1dari 7

UJI AKTIVAS ENZIM AMILASI

Muhammad Utari_1182060075

Program Studi Pendidikan Biologi

ABSTRAK

Enzim Amilase saliva merupakan enzim penting didalam pencernaan yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah. Amilase saliva dapat menguraikan polisakarida menjadi monosakarida. Untuk
mengetahui pengaruh suhu dan pH terhadap kinerja enzim amylase dapat dilakukan uji
amilum secara kualitatif. Metode yang digunakan yaitu praktikum virtual dengan media
video. Praktikum virtual ini dilaksanakan pada hari Kamis, 19 November 2020. Praktikum ini
menggunakan bahan-bahan berupa reagen benedict, larutan HCl (asam klorida), nasi, air liur.
Salah satu pengujian pada praktikum ini yaitu pengujian amilum pada sampel 1 dengan
menggunakan reagen benedict. Setelah nasi direaksikan dengan reagen benedict dan
dipanaskan diatas lampu Bunsen, terlihat hasilnya terjadi perubahan menjadi warna merah
bata. Reaksi tersebut merupakan bentuk reaksi positif dimana enzim amylase pada tabung 1
akan memecah amilum pada nasi menjadi glukosa. Jadi berdasarkan semua hal tersebut
praktikum ini dilakukan untuk menjadi bekal tambahan informasi mengenai pengaruh suhu
dan pH terhadap kinerja enzim amylase.

Kata kunci : Amilase, analisis, uji enzim amylase, glukosa, benedict

ABSTRACT

Salivary amylase is an important digestive enzyme produced by the salivary glands. Salivary
amylase can break down polysaccharides into monosaccharides. To determine the effect of
temperature and pH on the performance of the amylase enzyme, a qualitative starch test can
be performed. The method used is virtual practicum with video media. This virtual practicum
was held on Thursday, November 19, 2020. This practicum uses ingredients in the form of
benedict's reagent, HCl (hydrochloric acid) solution, rice, and saliva. One of the tests in this
practicum is the starch test on sample 1 using Benedict's reagent. After the rice was reacted
with benedict's reagent and heated over a Bunsen lamp, the results showed that it changed to
a brick red color. This reaction is a form of positive reaction where the amylase enzyme in
tube 1 will break down starch in rice into glucose. So based on all these things this practicum
is done to provide additional information about the effect of temperature and pH on the
performance of the amylase enzyme.

Key words: Amylase, analysis, amylase enzyme test, glucose, benedict

PEBDAHULUAN

A. Landasan teori
Amilase saliva merupakan enzim penting didalam pencernaan yang dihasilkan
oleh kelenjar ludah. Amilase saliva dapat menguraikan polisakarida menjadi
monosakarida. Hasil hidrolisis oleh amilase terutama berupa maltosa, sebagian kecil
berupa limit dekstrin, maltotriosa, dan glukosa. Hasil hidrolisis tersebut saat
berkumulasi dengan bakteri, dapat mengakibatkan terjadinya proses demineralisasi
pada gigi dan kemudian menjadi karies. Secara umum, amilase adalah enzim,yakni
biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi
tanpa habis bereaksi) dalam suatu rekasi kimia. Hampir semua enziim merupakan
protein. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai
substrat dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang
berbeda, disebut produk. Hampir semua proses biologis sel memerlukan enzim agar
dapat berlangsung dengan cukup cepat.(Patong,2007:45)

Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan
dikunyah. Makanan yang dimakan dalam bentuk besar diubah menjadi ukuran yang
lebih kecil. Makin lama mengunyah makin baik sebab penghancuran lebih efektif.
Apabila makanan menjadi kecil ukurannya maka luas permukaan akan bertambah.
Selama penghancuran secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar
mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah (Poedjiadi, 2007:234).

Secara dingkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain (Dwidjoseputro, 1992):


1. berfungsi sebagi biokatalisator
2. merupakan suatu protein
3. bersifat khusus atau spesifik
4. merupakan suatu koloid
5. jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
6. tidak tahan panas

Ada beberapa tipe amilase yang berbeda Enzim ini diklasifikasikan sesuai dengan
cara memotong ikatan glikosidik. Alpha-amilase menghidrolisis alpha 1,4-glikosidik,
secara acak menghasilkan dekstrin, oligosakarida dan monosakarida. Alphaamilase
adalah endo-amilase. Exoamylases menghidrolisis alpha 1,4- glikosidik linkage hanya
dari nonpereduksi ujung rantai polisakarida luar. Exoamylases termasuk beta-amilase
dan glucoamylases (gamma-amilase, amyloglu-cosidases) (Aiyer, 2005).
Enzim α-amilase memiliki gugus karboksil dan nitrogen pada sisi aktifnya.
Substrat membentuk komplek adsorpsi dengan enzim dimana posisi ikatan glukosidik
dalam posisi saling berhadapan dengan gugus karboksil dan kelompok imidazol.
Karboksil anion menyerang bagian nukleofil C (1) dari substrat yang bertujuan untuk
menetralkan rantai ion amidazol. Pada reaksi deglukosilasi, kelompok imidazol
menjadi dasar untuk memisahkan komponen air pada posisi C (1) (Naz, 2002).
Aktivitas enzim α-amilase dapat diukur berdasarkan penurunan kadar pati yang larut
atau jumlah gula pereduksi yang terbentuk (Judoamidjojo et al. 1992)

B. Tujuan

Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan


uji amilum secara kualitatif dan mengetahui pengaruh suhu dan pH terhadap kinerja
enzim Amilase.

METODE

Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu dengan melalui virtual.
Yaitu menganalisis video yang telah disediakan kemudian mengamati langkah proses
dan hasil dari praktikum yang didemonstrasikan dalam video.

a. Waktu

Praktikum virtual ini dilaksanakan pada hari kamis, 19 November 2020.

b. Alat dan Bahan


1. Alat

Pada praktikum ini digunakan beberapa alat seperti tabung reaksi untuk
mereaksikan sampel, rak tabung reaksi untuk menyimpan tabung reaksi, pipet tetes
untuk memindahkan cairan, penjepit untuk menjepit tabung reaksi, lampu Bunsen
untuk pemanasan, korek api untuk menyalakan bunsen, dan lumping untuk
menghaluskan/menumbuk nasi.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah reagen benedict, larutan HCl
(asam klorida), nasi, air liur.

C. Langkah kerja

Langkah pertama yaitu masukkan air liur yang mengandung enzim amylase ke
dalam tabung 1 dan tabung 2. Lalu masukkan air liur yang sudah dipanaskan terlebih
dahulu ke dalam tabung 3. Kemudian tambahkan larutan HCL ke dalam tabung 2
sebanyak 10 tetes.

Langkah ke dua nasi dihaluskan setelah itu masukkan ke dalam tabung reaksi.
Pada tabung 1 masukkan air liur dan nasi, tabung 2 masukkan air liur dan nasi
kemudian tambahkan HCL, dan tabung 3 masukkan air liur yang sudah dipanaskan
dan tambahkan nasi.

Langkah ke tiga enzim amylase pada tabung 1 akan memecah amilum pada
nasi menjadi glukosa, sementara pada tabung 2 dan 3 aktivitas enzim amylase akan
dipengaruhi oleh pH dan suhu.

Hasil dan pembahasan

a. Hasil pengamatan

No Sampel Hasil pengamatan

Sampel satu
1
2 Sampel 2

3
Sampel tiga

b. pembahasan

Sampel 1 merupakan sampel yang terdiri dari air liur dan nasi. , Terlihat
hasilnya terjadi perubahan menjadi warna merah bata Setelah nasi direaksikan dengan
reagen benedict dan dipanaskan diatas lampu Bunsen. Reaksi tersebut merupakan
bentuk reaksi positif dimana enzim amylase pada tabung 1 akan memecah amilum
pada nasi menjadi glukosa.

Sampel 2 merupakan sampel yang terdiri dari campuran air liur, nasi, dan
HCL. Terlihat hasilnya tidak terjadi perubahan warna setelah campuran tersebut
direaksikan dengan reagen benedict dan dipanaskan diatas lampu Bunsen,. Reaksi
tersebut menunjukan reaksi negative dimana enzim amylase hal ini menujukan bahwa
pemecahan amilum menjadi glukosa oleh enzim amylase belum terjadi. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan (Pratiwi, 2006, p. 34), bahwa air liur (saliva) pada
aktivitasnya juga dipengaruhi oleh pH. Pada pH rendah (HCL) uji benedict ini
menunjukan hasil negastif karena tidak terjadi perubahan warna. Hal tersebut
menunjukan hidrolisis pati oleh enzim amylase tidak terjadi

Sampel 3 merupakan sampel yang terdiri dari air liur yang sudah dipanaskan
dan nasi. Setelah campuran tersebut direaksikan dengan reagen benedict dan
dipanaskan diatas lampu Bunsen, terlihat hasilnya tidak terjadi perubahan warna.
Reaksi tersebut menunjukan reaksi negative dimana enzim amylase hal ini menujukan
bahwa enzim amylase tidak bekerja pada suhu tinggi. Seperti menurut (Sumbono,
2016, p. 432) setiap enzim memiliki suhu optimum, yaitu ketika enzim tersebut dapat
bekerja dengan baik. Suhu optimum untuk reaksi tersebut dikatakan sekitar 36°C-
40°C. sehubungan dengan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, Enzim tahan pada
suhu rendah, tetapi dapat rusak atau denaturasi diatas suhu 50°C.

KESIMPULAN

Enzim Amilase saliva merupakan enzim penting didalam pencernaan,


berdasarkan sumber literature dan juga hasil praktikum menunjukan bahwa enzim
amylase dapat bekerja pada suhu dan pH optimum. Sedangkan ketika mengalami
pemanasan tinggi dan pada pH rendah (HCL), enzim amylase menjadi tidak
berfungsi. Pada sampel 1 terjadi perubahan menjadi warna merah bata. Reaksi
tersebut merupakan bentuk reaksi positif dimana enzim amylase pada tabung 1 akan
memecah amilum pada nasi menjadi glukosa. Sedangkan pada sampel 2 dan 3 tidak
mengalami perubahan. Reaksi tersebut menunjukan bentuk reaksi negative.

UCAPAN TERIMAKSIH

Ucapan terimakasih saya haturkan kepada kedua orang tua saya yang tidak ada
hentinya memberikan dukungan kepada saya baik itu berupa moril maupun
materilnya. Terimakasih pula kepada Ibu Sri Hartati, S.Pd., M.Pd., dam Ibu Epa
Paujiah, M.Si. selaku dosen pembimbing mata kuliah Biokimia.

Dan teruntuk teman-teman satu kelompok teh Hana Fauziah, Alif Laela,
Hafidzah, Febby Alfiani dan teh Ambar Rahayu terimakasih atas kerjasamanya.
Terimakasih juga kepada asisten praktikum yang selalu membimbing saat
praktikum, demi lancarnya proses pengerjaan laporan ini. Dan yang terakhir
terimakasih kepada seluruh anggota kelas Pendidikan Biologi V/a yang turut serta
membantu dalam kelengkapan data.

DAFTAR PUSTAKA

Aiyer, Prasanna V. 2005. Review: Amylases and Their Applications. African Journal

of Biotechnology Vol. 4 (13), pp. 1525-1529.

Dwidjoseputro, D.1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama.

Judoamidjojo, 1992, Teknologi Fermentasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Naz, S. 2002. Enzymes and food. Pakistan : Oxford University

Patong, R. 2007. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : Universitas Hasanuddin

Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia PRESS.

Pratiwi. (2006). Biologi. Jakarta: Erlangga.

Sumbono, A. (2016). Biokimia Pangan Dasar. Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai