Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

PRAKTIKUM 1 : UJI KUALITATIF LIPID

18 SEPTEMBER 2022

Kelompok : 2

Alvi Syakinah 320210201001

Charlie Maerisa Raharja 320210201004

Hisyam Nabil Najmuddin Al Baariq 320210201008

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU FARMASI

FAKULTAS FARMASI MILITER

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

2022
I. TUJUAN
1. Mengetahui aktivitas enzim amilase pada saliva.
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi percepatan
reaksi oleh enzim amilase pada saliva.

II. DASAR TEORI


Enzim adalah biokatalisator yang berguna untuk mempercepat
jalannya reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi tanpa ikut dalam
reaksi tersebut. Enzim mudah rusak jika dipanaskan lebih dari 60 derajat
celcius, biasanya enzim mengkatalis reaksi satu arah tetapi ada juga yang
engkatalis dua arah, enzim bekerja secara spesifik karena sisi aktif enzim
sesuai dengan substratnya, biasnaya enzim tidak dapat bekerja tanpa
adanya zat non protein tambahan yaitu kofaktor, serta enzim berdasarkan
tempatnya terbagi dua yaitu endoenzim yang bekerja didalam sel dan
eksoenzim yang bekerja di luar enzim (Calhoum 1993). Aktivitas enzim
dipengaruhi oleh beberapa factor (Harper et al 1980) yaitu :
1. Substrat, yaitu apabila substrat cocok dengan enzim maka kinerja
enzim semakin optimal, hal ini karena enzim memiliki spesifitas
yang tinggi.
2. pH, enzim mempunyai kesukaan pada pH tertentu yang mana
umunya enzim bekerja optimal pada pH netral. Saliva memiliki pH
antara 6,0-7,4 yang mana pada pH 6,6 adalah kisaran yang
menguntungkan untuk kerja pencernaan α-amilase (Guyton dkk
1997).
3. Suhu, yaitu semua enzim dalam bekerja memiliki kisaran suhu
optimum masing-masing.
4. Konsentrasi, yaitu konsentrasi enzim berbanding lurus dengan
efektifitas kerja enzim, jika konsentrasi semakin tinggi maka kerja
enzim semakin baik.
5. Produk akhir, yang mana produk akhir juga memengaruhi
produktifitas kerja enzim.
6. Waktu reaksi, waktu reaksi antara enzim dan substrat memengaruhi
efektifitas kerja.

Terdapat 6 golongan besar enzim menurut Commision on Enzymes


of the international Union of Biochemistry. Penggolongan ini berdasarkan
atas reaksi kimia dimana enzim memiliki peran, yaitu diantaranya
apoenzim, holoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat.
Holoenzim merupakan enzim yang mengandung gugus protein dan gugus
non protein sedangkan apoenzim merupakan enzim yang seluruhnya
terdiri dari protein. Gugus yang non protein dikenal sebagai kofaktor yang
mana kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sulit terurai dalam
larutan yang disebut gugus protestik dan ada yang disebut koenzim yaitu
kofaktor yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai.
Gugus prostetik dan koenzim memungkinkan enzim bekerja pada substrat
yaitu zat-zat yang direaksikan atau diubah oleh enzim (Poedjiadi 2009).
Enzim amilase adalah enzim yang penting dalam bidang
bioteknologi dan pangan yang menghidrolisis pasti mejadi dekstrin dan
maltose. Enzim amilase termasuk golongan enzim hydrolase karena
memerlukan air dalam memecah ikatan spesifik α- 1,4 glikosidik. Enzim
amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltose.
Ada tiga macam enzim amilase yaitu α- amilase, beta amilase, dan gamma
amilase. Saliva mengandung enzim α- amilase yang berfungsi memecah
ikatan 1,4 yang terdapat dalam amilum (Poedjiadi 2009). Saliva adalah hasil
secret kalenjer yang penting pada tubuh yang terdiri dari 99,5% H2O serta
0,5% protein, glikoprotein, dan elektrolit. Protein yang terpenting dari
saliva adalah amilase( berasal dari kalenjer parotis, submandibular, dan
sublingual), mukus lisozim yang berperan penting dalam fungsi saliva. Air
liur mempermudah proses penelanan dengan membasahi partikel-partikel
makanan, sehingga mereka saling menyatu serta menghasilkan pelumasan
karena adanya mucus yang kental dan licin. Selain itu, juga berfungsi untuk
menjaga hygiene mulut dengan adanya penyangga bikarbonat yang dapat
menetralkan asam dalam makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri
di mulut (Sherwood, 2001).

III. ALAT DAN BAHAN

Gambar 3.1 Infografis Alat yang Digunakan dalam Uji Aktivitas Enzim
Amilase

Gambar 3.2 Infografis Bahan yang Digunakan dalam Uji Aktivitas Enzim
Amilase
IV. CARA KERJA
1. Sampel saliva disiapkan oleh probandus dengan ditampung di gelas
beker.
2. Sampel saliva sebanyak 1 ml diencerkan ke dalam 25 ml akuades.
3. Sebanyak 2 ml buffer dan 5 ml amilum dicampurkan ke dalam tabung
reaksi kemudian dipanaskan pada suhu 38oC.
4. Campuran pada poin no 2 diambil sebanyak 1 ml kemudian
dicampurkan dengan campuran pada poin no 3.
5. Pada tabung reaksi, ambil 2 tetes campuran pada poin no 4 kemudian
ditambahkan dengan 1 tetes larutan iod.
6. Selang waktu 1 menit, ulangi hingga 10 tabung reaksi dan amati
perubahannya.

Gambar 4.1 Skema Kerja Uji Aktivitas Enzim Amilase


V. HASIL

Hasil Interpretasi
Terlihat bahwa sampel saliva
berinteraksi dengan amilum
dibuktikan dengan warna yang
lebih pudar dari kontrol larutan
amilum yang tidak dicampur
dengan sampel saliva.

VI. PEMBAHASAN
Praktikum dilaksanakan di LAB Biokimia FFM UNHAN RI pada tanggal
13 Oktober 2022 bertujuan untuk mengetahui aktivitas enzim amilase yang
ada pada sampel saliva terhadap larutan amilum yang dibuktikan dengan
meneteskan larutan iod ke tabung reaksi yang telah diisi campuran larutan
saliva dan amilum.
Sebelum dicampurkan dengan larutan saliva, sampuran amilum dan
buffer dipanaskan terlebih dahulu dengan hotplate pada suhu sekitar 38oC
karena disesuaikan dengan enzim amilase yang ada di tubuh kita yang
bekerja pada suhu normal tubuh. Hal tersebut sejalan dengan Sumardjo
(2008), bahwa optimumnya enzim-enzim yang bekerja dalam tubuh
manusia pada suhu (36-40)oC. Selain itu, juga dijelaskan dalam metode
PHadebas (1972), untuk uji aktivitas enzim α-amylase dilaksanakan pada
suhu 37oC.
Hal ini juga sejalan dengan Lehninger tahun 1982 yang mengatakan
bahwa pada suhu 37 derajat enzim amilase akan berkerja optimum. Proses
pemanasan berfungsi untuk membuat molekul amilum tidak kokoh
sehingga semakin mudah dihidrolisis oleh enzim amilase saliva. Enzim
amilase saliva Ketika bekerja dapat ditandai dengan menghasilkan warna
coklat saat diberi larutan iodium. Warna coklat ini disebabkan oleh pati
yang sudah terhidrolisis menjadi maltosa atau glukosa sehingga tidak
adanya molekul amilosa yang tersisa. Prinsip kerja hidrolisis ini adalah
dengan bantuan enzim amilase yang menghasilkan D-Glukosa pada
hidrolisis sempurna dan maltosa pada hidrolisis sebagian. Penggunaan
suhu yang tepat pada percobaan ini sangat penting karena jika suhu terlalu
rendah maka aktivitas enzim amilase tidak aktif sehingga tidak akan terjadi
pemecahan pati sebaliknya apabila suhu terlalu tinggi maka enzim amilase
saliva akan terdenaturasi. Oleh karena itu suhu yang digunakan harus
sesuai dan tepat. Adapun mekanisme kerja enzim α-amilase terhadap
amilum adlaah memecah ikatan α-1,4 glikosidik rantai glucan pati dari
sebelah dalam. Sehingga karbohidrat akan dipecah menjadi dekstrin
didalam rongga mulut yang mana dekstrin ini memiliki rantai yang lebih
pendek. Adapun mekanisme pemecahan ikatan tersebut adalah sebagai
berikut.

Gambar 6.1 Pemutusan Ikatan oleh Amilase


Selanjutnya, dari campuran amilum-buffer-saliva dipipet sekitar 2
tetes ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan 1 tetes larutan
iod dan diamati perubahan warnanya. Pengamatan dilakukan berulang
setiap selang waktu 1 menit sampai 10 tabung reaksi.
Pada percobaan ini hal hal yang ingin diketahui adalah factor-faktor
yang mempengaruhi aktivitas enzim amilase yang terdapat pada sampel
dalam memecah amilum menjadi glukosa. Pengertian dari reaksi enzimatis
sendiri merupakan suatu reaksi dengan cara menambahkan katalis enzim.
Salah satu factor yang mempengaruhi kerja dari enzim tersebut adalah
konsentrasi baik dari enzim itu sendiri maupun dari konsentrasi substrat.
Saliva, dalam percobaan ini digunakan untuk mengetahui reaksi enzimatik
dari enzim amilase yang terkandung di dalamnya. Sedangkan penambahan
larutan iodium ditujukan agar larutan iodium dapat berperan sebagai
indicator terjadinya perubahan warna dari larutan uji yang spesifik yang
ditujukan untuk menguji ada atau tidaknya kandungan amilum dan juga
dapat digunakan untuk membentuk larutan kompleks pada larutan amilum
sehingga akan membentuk warna kecoklatan pada iodium.
Berdasarkan hasil yang terlihat, didapati bahwa terdapat perbedaan
warna antara kontrol yang berisi amilum-buffer-iod dan sampel yang berisi
amilum-saliva-buffer-iod. Pada sampel memiliki warna yang lebih pudar
daripada kontrol. Sedangkan pada setiap sampel di 10 tabung reaksi, tidak
terlihat perbedaan warna yang signifikan. Dari hal tersebut dapat diketahui
bahwa terdapat aktivitas enzim amilase yang terlihat pada sampel namun
tidak terdapat perbedaan aktivitas enzim amilase dalam jangka waktu 10
menit.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan uji aktivitas enzim amilase yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa ;
1. Enzim amilase yang berada pada saliva merupakan enzim
pencernaan penting yang dihasilkan oleh kelenjar ludah. Enzim ini
berguna untuk menguraikan zat tepung agar menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil seperti glukosa. Jadi, pada saat makanan masuk ke
mulut dan dikunyah oleh gigi, kelenjar liur yang berada di dalam
mulut akan menghasilkan enzim amilase.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan suatu reaksi pada
enzim yaitu terjadinya perubahan suhu, konsentrasi substrat dan
pH. Faktor-faktor inilah yang memiliki pengaruh besar terhadap
kerja enzim. Selain factor yang sudah disebutkan tadi, ada juga
beberapa factor lain yang mempengaruhi kecepatan reaksi enzim,
yaitu konsentrasi enzim, pengaruh activator, inhibitor, koenzim, dan
konsentrasi elektrolit dalam beberapa keadaan.

VIII. DAFTAR KONTRIBUSI ANGGOTA KELOMPOK

Nama Kontribusi
Alvi Syakinah Dasar Teori, Pembahasan
Charlie Maerisa Raharja Alat dan Bahan, Kesimpulan,
Pembahasan
Hisyam Nabil Najmuddin Al Baariq Cara Kerja, Pembahasan,
Editor

IX. REFERENSI
Calhoum ML. 1933. The Microscopic anatomy of the digestive trac of Gallus
domesticus.
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta.
Harper et al. 1980. Biiokimia (Review of Physiological Chemistry) edisi 17.
Lehninger LA.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Surabaya
Poedjiadi A. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta
PHadebas Amylase Test, Clinical and Technical Information, PHarmaciaAB,
Uppsala, 1972.
Sherwood,Lauralee. 2001. Fisiologi manusia
Sumardjo, D., 2006, Pengantar Kimia: Buku Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta.
X. LAMPIRAN
Gambar 10.1 Laporan Sementara Uji Aktivitas Enzim Amilase

Anda mungkin juga menyukai