Anda di halaman 1dari 8

NAMA/NIM : Dwi Eka Andriani/ J1B112043

KELOMPOK : I (Satu)
ASISTEN
: Meilina Hi Kabir
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA II
ENZIM -AMILASE
Program S-1 Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru, 2015
Abstrak
Enzim amilase termasuk dalam golongan III bentuk hidrolase enzim amilase
dapat memecah ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Terdapat
dalam saliva (ludah) dan pankreas enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat
dalam amilum dan disebut endo amilase. Tujuan percobaan ini adalah untuk
mengetahui hidrolisis pati menggunakan enzim -amilase serta faktor- faktor yang
mempengaruhinya. Proses hidrolisis pati dilakukan menambahkan pada keaadaan
asam dan basa menggunakan larutan HCl dan NaOH. Kemudian dilakukan juga
pada keadaan suhu yang berbeda yaitu pada suhu 4 oC dan 80 oC. Untuk mengetahui terjadinya hidrolisis pada larutan ditambahkan larutan iodium. Hasil dari
percobaan ini adalah proses hidrolisis pati tidak dapat berjalan pada keadaan
asam, basa dan pada suhu manapun.
Kata Kunci : Enzim -amilase, saliva, HCl, NaOH, iodium
I.

TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini
adalah untuk mengetahui hidrolisis
pati menggunakan enzim -amilase
serta
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.
II.

TINJAUAN PUSTAKA

Enzim
merupakan
unit
fungsional dari metabolisme sel.
Bekerja dengan urutan-urutan yang
teratur. Enzim mengkatalis ratusan
reaksi bertahap yang menguraikan
molekul nutrien, reaksi yang menyimpan dan mengubah energi
kimiawi, dan yang membuat
makromolekul sel dari prekursor sederhana [3].
Semua enzim murni yang telah
diamati sampai saat ini adalah protein. Enzim, seperti protein lain,

mempunyai berat molekul yang


berkisar dari kira-kira 12.000 sampai
lebih dari 1 juta. Oleh karena itu enzim
berukuran
sangat
besar
dibandingkan dengan substrat atau
gugus fungsional targetnya [3].
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia
yang terjadi dalam sel maupun luar
sel. Suatu enzim dapat mempercepat
reaksi 108-1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Dengan adanya
katalis atau enzim, harga energi aktivasi diperkecil atau diturunkan.
Dengan demikian akan dapat memudahkan atau mempercepat terjadinya
suatu reaksi [4].
Untuk dapat bekerja terhadap
suatu zat/substrat, harus ada hubungan/kontak antara enzim dengan
substrat. Suatu enzim mempunyai

NAMA/NIM : Dwi Eka Andriani/ J1B112043


KELOMPOK : I (Satu)
ASISTEN
: Meilina Hi Kabir
ukuran lebih besar daripada substrat.
Hubungan antara substrat dengan
enzim hanya terjadi pada bagian atau
tempat tertentu saja. Tempat atau
bagian enzim yang mengadakan
hubungan/kontak dengan substrat
dinamai bagian aktif. Hubungan
hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang
tepat dapat menampung substrat [4].
Enzim (E) + substrat (S)
kompleks enzim substrat Enzim
(E) + Hasil reaksi (P)
Apabila konsentrasi substrat (S)
meningkat, aktivitas katalitik konsentrasi enzim (E) tertentu akan
meningkat mengikuti pola hiperbolik
mendekati kecepatan maksimumnya
(V max) yang khas. Pada saat ini
praktis semua enzim berada dalam
entuk kompleks ES dan karenanya
jenuh oleh S. Konsentrasi substrat
yang mencapai setengah V max
adalah ketetapan michaelis-menten
KM yang bersifat khas bagi masingmasing enzim yang bnekerja pada
substrat tertentu. Persamaan Michaelis-Menten:
V [S]
V0 max
K m [S]
Menghubungkan kecepatan reaksi
enzim dengan konsentrasi substrat
dan Vmax melalui ketetapan KM.
Persamaan ini juga berlaku bagi
reaksi dua substrat yang terjadi melalui mekanisme berganti tunggal
atau mekanisme berganti ganda [3].
Disamping aktifitas kataliknya
beberapa enzim memiliki aktifitas
pengatur dan berperansebagai pemacu atau pengatur kecepatan reaksi
metabolisme.
Beberapa
enzim
pengatur yang dinamakan enzim alosterik, diatur kecepatannya oleh
pengikatan dapat balik-non kovalen
molekul modulator atau pengatur
spesifik pada sisi alosterik atau sisi
pengaturan. Molekul modulator ter-

sebut dapat merupakan substratnya


sendiri atau beberapa senyawa antara
metabolik lain. Gabungan enzim
pengatur yang lain terdiri dari enzimenzim yang diatur oleh modifikasi
kovalen beberapa gugus fungsional
yang perlu bagi aktivitasnya. Beberapa enzim terdapat dalam bentuk
ganda yaitu isozym, yang mempunyai sifat-sifat kinetika yang berbeda [3].
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi kerja enzim:
1.
Konsentrasi enzim, kecepatan
suatu reaksi yang menggunakan
enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu
konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan
bertambahnya konsentrasi enzim.
2.
Konsentrasi substrat, dengan
konsentrasi enzim yang tetap,
maka pertambahan konsentrasi
substrat
akan
menaikkan
kecepatan reaksi. Akan tetapi pada
batas konsentrasi tertentu, tidak
terjadi kenaikan kecepatan reaksi
walaupun konsentrasi substrat
diperbesar.
Bila
konsentrasi
substrat diperbesar, makin banyak
substrat yang dapat berhubungan
dengan enzim pada bagian aktif
tersebut.
Dengan
demikian
konsentrasi kompleks enzim
substrat makin besar dan hal ini
menyebabkan makin besarnya
kecepatan reaksi.
3.
Suhu,
reaksi
yang
menggunakan katalis enzim dapat
dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu
rendah reaksi kimia berlangsung
lambat, sedangkan pada suhu
yang tinggi reaksi berlangsung
lebih cepat. Kenaikan suhu dapat
menyebabkan terjadinya proses
denaturasi.
Kenaikan
suhu
sebelum
terjadinya
proses
denaturasi
dapat
menaikkan

NAMA/NIM : Dwi Eka Andriani/ J1B112043


KELOMPOK : I (Satu)
ASISTEN
: Meilina Hi Kabir
kecepatan reaksi. Koefisien suhu
suatu reaksi diartikan sebagai
kenaikan kecepatan
4.
Pengaruh pH, enzim dapat
berbentuk ion positif, ion negative
atau ion bermuatan ganda (zwitter
ion). pH rendah atau pH tinggi
dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini
akan menyebabkan menurunnya
aktivitas enzim.
5.
Pengaruh inhibitor, hambatan
yang dilakukan oleh inhibitor
dapat berupa hambatan tidak reversible atau hambatan reversible.
Hambatan tidak reversible pada
umumnya disebabkan oleh terjadinya proses destruksi atau
modifikasi sebuah gugus fungsi
fungsi atau lebih yang terdapat
pada molekul [4].
Enzim amilase termasuk dalam
golongan III bentuk hidrolase enzim
amilase dapat memecah ikatan-ikatan
pada amilum hingga terbentuk
maltosa. Ada 3 macam enzim amilase, yaitu amilum, amilum dan
amilum amilum. Terdapat dalam
saliva (ludah) dan pankreas enzim ini
memecah ikatan 1-4 yang terdapat
dalam amilum dan disebut endo
amilase sebab enzimasi memecah
bagian dalam atau bagian tengah
molekul amilum amilase terutama
terdapat pada tumbuhan dan dinamakan ekso amilase sebab memecah 2 unit glukosa yang terdapat
pada ujung molekul amilum secara
berurutan sehingga pada akhirnya
terbentuk maltosa amilase. Telah
diketahui terdapat dalam inti enzim
ini dapat memecah ikatan 1-4 dan 16 pada glukosa dan menghasilkan
glukosa [4].
Pada umumnya karbohidrat
dikelompokkan
menjadi
monosakarida, oligosakarida dan
polisakarida.
Monosakarida

merupakan suatu molekul yang


terdiri dari 5 atau 6 atom C dan juga
merupakan sakarida yang tidak dapat
dihidrolisis.
Monosakarida yang
banyak dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari adalah glukosa [1].
Oligosakarida adalah polimer
dengan derajat polimerisasi 2 sampai
10 dan biasanya larut dalam air.
Oligosakarida yang terdiri dari 2
molekul
disebut
disakarida,
contohnya sukrosa dan laktosa.
Polisakarida merupakan polimer
molekul-molekul monosakarida yang
dapat berantai lurus atau bercabang
dan dapat dihidrolisis dengan enzimenzim yang spesifik kerjanya.
Contoh polisakarida adalah amilum.
Kelompok polisakarida yang lain
adalah heksosan dan sellulosa [2].
Aktivitas amilase ditentukan
berdasarkan zona bening yang
terbentuk pada medium yang telah
ditambahkan larutan Grams iodine
mordant. Bakteri yang memiliki
aktivitas enzim amilase ekstraseluler
dapat menghidrolisis pati (amilosa
dan amilopektin) yang terkandung
dalam medium Starch Agar, sehingga
pati yang telah terdegradasi tidak
dapat berikatan dengan I2 dan
menghasilkan zona bening di
sekeliling koloni bakteri [5].
III. METODE PERCOBAAN
A.

Alat

Alat-alat yang digunakan pada


percobaan ini adalah tabung reaksi,
pipet tetes, gelas ukur, penangas air
dan termometer.
B.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada


percobaan ini adalah larutan amilum
(pati), HCl 1 M, NaOH 1 M, larutan
yodium encer dan air liur (saliva).

NAMA/NIM : Dwi Eka Andriani/ J1B112043


KELOMPOK : I (Satu)
ASISTEN
: Meilina Hi Kabir
C.

Cara kerja

Disediakan dua buah tabung


reaksi. Tiap tabung reaksi diisi 3 ml
larutan amilum (pati). Kemudian
dilanjutkan
dengan
perlakuan
sebagai berikut : sebanyak 3 ml
larutan amilum ditambahkan 1 ml
saliva, 1 ml HCl 1 M dan 3 tetes
larutan
iodium
dan
diamati
perubahan yang terjadi pada suhu
kamar, sebanyak 3 ml larutan
amilum ditambah 1 ml saliva, 1 ml
NaOH 1 M dan 3 tetes larutan
iodium dan diamati perubahan yang
terjadi pada suhu kamar, sebanyak 3
ml larutan amilum ditambah 1 ml
saliva dipanaskan pada suhu 80 oC
kemudian ditambahkan 3 tetes
larutan
iodium
dan
diamati
perubahan yang terjadi, sebanyak 3
ml larutan amilum ditambah 1 ml
saliva kemudian didinginkan pada
suhu 4 oC kemudian ditambahkan 3
tetes larutan iodium an diamati
perubahan yang terjadi, sebanyak 3
ml larutan amilum ditambah 1 ml
saliva kemudian ditetesi dengan 3
tetes larutan yodium dan diamati
perubahan warna yang terjadi pada
suhu kamar.
IV.
A.
No
.
1.

HASIL
PEMBAHASAN
Hasil
Langkah
Percobaan
Disiapkan 5
tabung
reaksi

DAN

Hasil
Pengamatan

2. 3 ml larutan Biru
pekat
amilum + 1 keseluruhan.
ml saliva + +
1 ml HCl 1M
+ 3 tetes
iodium
Diamati pada

suhu kamar.
3. 3 ml larutan
amilum + 1
ml saliva + 1
ml
NaOH
1M + 3 tetes
iodium
Diamati
perubahan
yang terjadi.
4. 3 ml larutan
amilum + 1
ml saliva +
dipanaskan
suhu 80 C +
3
tetes
iodium
Diamati
perubahan
yang terjadi.
5. 3 ml larutan
amilum + 1
ml saliva
+
didinginkan
suhu 4 C +
tetes larutan
iodium.
Diamati
perubahan
yang terjadi.
6 3 ml larutan
amilum + 1
ml saliva + 3
tetes iodium
B.

Biru malam
sedikit, lama
kelamaan
warna birunya
menghilang.
Di atas
berbusa
Warna
kuning muda
ada
busa
diatasnya

Terjadi
3
fase: dibawah
orang, tengah
bening dan
diatas
ada
busa

Biru
tua
diatasnya
bening dan
berbusa.

Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk


mengetahui kerja enzim -amilase
dalam hidrolisis pati, serta utuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi aktivitas/kerja enzim
-amilase. Sampel yang digunakan
adalah
larutan
amilum
di
laboratorium dan enzim amilase
yang digunakan adalah air liur
(saliva) dengan pertimbangan bahwa

NAMA/NIM : Dwi Eka Andriani/ J1B112043


KELOMPOK : I (Satu)
ASISTEN
: Meilina Hi Kabir
air liur mengandung enzim amilase
yang dapat diuji aktivitasnya.
Proses hidrolisis pati ini
dilakukan dalam keadaan dingin,
suhu ruangan dan dipanaskan. Cara
pengujian ini adalah membuat
sampel amilum yang ditambahkan
dengan 1 ml saliva ke dalam 5 buah
tabung reaksi berbeda. Selanjutnya
pada tabung 1 ditambahkan 1 ml HCl
1 M dan didiamkan dalam suhu
kamar.
Pada
tabung
kedua
ditambahkan 1 ml NaOH 1 M dan
didiamkan dalam suhu kamar.
Penambahan zat berbeda ini untuk
melihat apakah ada perbedaan
aktivitas dari enzim -amilse dalam
suasana asam atau basa. Setelah itu
tiap tabung ditambah dengan larutan
iodium. Warna yang ditunjukkan
pada tabung pertama adalah warna
larutan biru pekat dan tabung kedua
warna biru malam sedikit, hingga
warna
birunya
menghilang.
Penambahan larutan iodium ini
untuk menunjukkan ada atau tidak
amilum di dalam larutan. Hal ini
berdasarkan prinsip reaksi uji pada
karbohidrat yaitu uji iodin. Uji ini
dapat digunakan untuk membedakan
amilum dari glikogen. Kompleks
antara amilum dan iod akan
memberikan warna biru tua. Jika
amilum masih terdapat dalam larutan
maka akan bereaksi dengan iodium
dan membentuk kompleks warna
biru tua, namun jika amilum telah
terhidrolisis maka larutan akan
menjadi menjadi bening. Pada
tabung pertama terjadi hidrolisis
karena tidak menghasilkan warna
bening. Hal ini menunjukkan masih
ada amilum dan tidak bereaksi
sempurna dengan saliva. Ini bisa
disebabkan oleh volume saliva yang
digunakan terlalu banyak dan
melebihi 1 ml.

Selanjutnya pada tabung ketiga


campuran larutan amilum dengan
saliva tidak ditambahkan apa-apa,
hanya dipanaskan hingga suhu 80 0C
dan tabung keempat didinginkan
pada suhu 4 0C. Percobaan ini
bertujuan untuk menentukan apakah
suhu berpengaruh dalam aktivitas
kerja enzim -amilase. Kemudian
pada masing masing tabung
ditambahkan 3 tetes iodium.
Hasilnya baik dipanaskan pada suhu
80 0C dan didinginkan pada suhu 4
0
C, tabung keempat menghasilkan
warna bening. Pada tabung ketiga
warna larutan kuning muda dan
tabung keempat warna larutan
orange (dibawah) dan bening (diatas)
Hal ini yang menunjukkan bahwa
tabung ketiga masih ada amilum dan
tidak bereaksi sempurna dengan
saliva. Ini bisa disebabkan oleh
lamanya waktu pemanasan terlalu
lama atau kurang lama yang
menyebabkan
temperatur
dapat
berubah.
Pada tabung kelima larutan
amilum dengan saliva ditambahkan 3
tetes iodium secara langsung dan
menghasilkan warna biru tua.
Percobaan ini bertujuan hanya untuk
menunjukkan bahwa jika amilum
masih terdapat dalam larutan maka
akan bereaksi dengan yodium dan
membentuk kompleks warna biru
tua.
V.

KESIMPULAN

Kesimpulan
yang
dapat
diambil dari percobaan ini adalah:
1.
Peruba
han pH bisa mempengaruhi
aktivitas kerja enzim amilase.
2.
Proses
hidrolisis pati tidak dapat
berjalan pada keaadaan
asam dan basa.

NAMA/NIM : Dwi Eka Andriani/ J1B112043


KELOMPOK : I (Satu)
ASISTEN
: Meilina Hi Kabir
3.

Proses
hidrolisis pati tidak dapat
berjalan
pada
suhu
manapun.

V. REFERENSI
[1] Fessenden & Fessenden. 1986.
Kimia Organik II. Erlangga.
Jakarta
[2] Keenan, dkk. 1992. Kimia Untuk
Universitas. Erlangga. Jakarta.

[3] Lehninger, A. 1995. Dasardasar


Biokimia,
Jilid
1.
Erlangga. Jakarta.
[4] Poedjiadi. 1994. Dasar-dasar
Biokimia. UI-Press. Jakarta.
[5] Zahidah, D. 2013. Isolasi,
Karakterisasi
dan
Potensi
Bakteri Sebagai Pendegradasi
Limbah Organik. Jurnal Sains
Dan Seni Pomits Vol. 2. No.1

Anda mungkin juga menyukai