Anda di halaman 1dari 5

ALAT DAN BAHAN

ALAT

Timbangan

Magnetic Stirrer

Botol Semprot

Gelas Beker

Mortar dan Stamfer

Set Tabung Reaksi

Gelas Ukur
Labu Ukur

BAHAN

SIMPLISIA

Larutan Gula
Aquadest

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam percobaan ini, diamati indeks kepahitan dalam suatu sampel dengan uji
organoleptis yaitu merasakan pahit dengan jumlah tertentu pada larutan seri
pengenceran dengan indra pengecap kita yaitu lidah (rongga mulut). Prinsip dari uji ini
yaitu menentukan derajat kepahitan suatu sampel dengan indera pengecap dari suatu
simplisia yang dibandingkan dengan zat pahit lain misalnya sediaan obat Kinin HCl.

Dalam menetapkan mutu dari suatu simplisia yang akan dijadikan sediaan obat,
salah satu parameter yang diperhitungkan yaitu derajat kepahitan. Derajat kepahitan ini
perlu diperhitungkan karena rasa pahit dari suatu simplisia dapat memiliki efek terapetik
salah satunya yaitu dapat meningkatkan sekresi asam lambung pada saluran
pencernaan. Dengan meningkatnya sekresi asam lambung akan membuat seseorang
menjadi meningkat nafsu makannya, sehingga dengan simplisia yang memiliki rasa pahit
dapat digunakan sebagai suplemen penambah nafsu makan.

Percobaan uji kepahitan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepahitan dari
simplisia 2 sampel yaitu kulit kina (Cinchonae pubescensis cortex) dan herba sambiloto
(Andrographis paniculatae herba). Kina dan sambiloto dikenal dengan rasa yang sangat
getir dan pahit, sehingga kepahitan berperan dalam penentuan kadar dari suatu
simplisia serta untuk penentuan bentuk sediaan yang akan dikonsumsi oleh masyarakat,
derajat kepahitan simplisia dapat ditentukan dengan membandingkan kepahitan
simplisia dengan larutan kinin hidroklorida.

Dalam uji ini, karena keterbatasan bahan, tidak digunakan larutan stok kinin HCl
melainkan langsung menggunakan simplisia sampel yang dirasakan langsung. Tetapi
kami diarahkan oleh dosen untuk menggunakan perhitungan kinin HCl yang nilai
ambangnya 0,050 mg/10 ml agar memudahkan dalam perhitungan. Mekanisme ujinya,
simplisia dilarutkan menjadi larutan standar kemudian dibuat larutan pengenceran pada
9 tabung reaksi dan kepahitannya masing-masing dinilai oleh 3 penguji dengan hasil
sebagai berikut;

Tabel 1 Uji Kepahitan Sampel Kulit Kina

Tabung Larutan st (ml) Air (ml) P1 P2 P3


1 1 9 Tidak Pahit Tidak Pahit Tidak Pahit
2 2 8 Sedikit Pahit Tidak Pahit Tidak Pahit
3 3 7 Sedikit Pahit Sedikit Pahit Sedikit Pahit
4 4 6 Sedikit Pahit Sedikit Pahit Pahit
5 5 5 Pahit Pahit Pahit
6 6 4 Pahit Pahit Pahit
7 7 3 Pahit Pahit Pahit
8 8 2 Pahit Pahit Pahit
9 9 1 Pahit Pahit Pahit

Dalam tabel uji kepahitan sampel kulit kina, terlihat bahwa rasa pahit dari larutan
sampel sudah terasa oleh ketiga penguji pada tabung st nomor 3 dengan larutan st
sebanyak 3 ml. Dari data ini, dapat dihitung nilai aktivitas pahit dari sampel kulit kina
sebagai berikut;

2000 x 0,05
Aktivitas Pahit Kina= =830 unit / g
0,04 x 3

Tabel 2 Uji Kepahitan Sampel Herba Sambiloto

Tabung Larutan st (ml) Air (ml) P1 P2 P3


1 1 9 Tidak Pahit Sedikit Pahit Sedikit Pahit
2 2 8 Sedikit Pahit Pahit Sedikit Pahit
3 3 7 Pahit Pahit Pahit
4 4 6 Pahit Pahit Pahit
5 5 5 Pahit Pahit Pahit
6 6 4 Pahit Pahit Pahit
7 7 3 Pahit Pahit Pahit
8 8 2 Pahit Pahit Pahit
9 9 1 Pahit Pahit Pahit

Dalam tabel uji kepahitan sampel kulit kina, terlihat bahwa rasa pahit dari larutan
sampel sudah terasa oleh ketiga penguji pada tabung st nomor 2 dengan larutan st
sebanyak 2 ml. Dari data ini, dapat dihitung nilai aktivitas pahit dari sampel kulit kina
sebagai berikut;

2000 x 0,05
Aktivitas Pahit Sambiloto = =1250unit /g
0,04 x 2
Rasa pahit yang timbul dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya jika
orang tersebut tidak suka atau jarang mengkonsumsi bahan makanan yang berasa pahit,
maka reseptor rasa pahitnya akan sensitif terhadap rasa pahit. Namun jika orang
tersebut sudah sering mengkonsumsi bahan makanan yang berasa pahit, maka reseptor
pahit tersebut bergeser kesensitifan pahitnya, sehingga akan terjadi pergeseran pada
ambang batas pahitnya.

Hal lain yang mempengaruhinya adalah anatomi lidah orang yang mencicipinya
rusak jadi rasa yang dirasakan tidak dihantarkan ke pusat otak untuk diproses sehingga
rasanya tidak dapat dirasakan. Selain itu juga apabila orang tersebut telah makan
makanan yang lain, misalnya makan makanan yang manis, jadi rasa pahitnya tidak
terlalu terasa. Nilai kepahitan berperan dalam penentuan takaran atau kadar simplisia
yang harus digunakan agar memiliki efek terapeutik. Karena nilai kepahitan ini
berhubungan erat dengan sekresi asam lambung yang dihasilkan. Setiap simplisia
memiliki nilai kepahitan yang berbeda-beda, dan praktikan yang melakukan pengujian
pun akan berbeda-beda merasakannya.

Untuk mengurangi banyaknya faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut,


maka simplisia yangakan diuji derajat kepahitannya harus dirasakan atau dilakukan
pengujian dalam waktu yang sama dan dengan orang yang sama. Sehingga dalam
rentang waktu tersebut, masing-masing orang yang melakukan pengujian dikondisikan
dalam suatu perlakuan yang sama dan pengujian harus dilakukan dengan 1 orang
dengan orang yang sama karena sensitifitas tiaporang berbeda-beda, jadi bila dilakukan
oleh orang yang berbeda derajat kepahitan yang didapat akan berbeda pula. Selain
untuk penentuan kadar simplisia yang akan digunakan sebagai penstimulasi nafsu
makan, nilai kepahitan ini juga berperan dalam pemilihan bentuk sediaan. Dengan nilai
kepahitan tertentu agar dapat diterima oleh konsumen, simplisia mengalami berbagai
pengolahan lagi. Seperti dibentuk menjadi kapsul, sirup, pil, dan lain-lain. Dengan
mengetahui nilai kepahitan, kita dapat memprediksi, dengan sediaan yang bagaimana
simplisia tersebut tidak terlalu dirasakan pahit oleh konsumen sehingga konsumen mau
untuk mengkonsumsi obat tersebut.

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa telah ditentukan
nilai kepedasan dari berbagai simplisia antara lain; jahe, cabai, lada hitam serta nilai
kepahitan dari berbagai simplisia antara lain; herba sambiloto dan kulit kina.

Anda mungkin juga menyukai