Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
UNIKA SOEGIJAPRANATA
SEMARANG

PENGARUH PH DAN SUHU TERHADAP AKTIVITAS ENZIM


Mario Albertus 19.I1.0126

Abstrak
Enzim merupakan suatu protein yang berfungsi sebagai katalisator yang dapat
mempercepat berlangsungnya suatu reaksi kimia. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas enzim, antara lain perubahan suhu dan pH. Untuk mengetahui
pengaruh tersebut, pada praktikum dilakukan dua perlakuan yang berbeda yakni dengan
metode dididihkan pada suhu 65℃ dalam waterbath dan didiamkan. Selain itu, untuk
mengukur aktivitas enzim, dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran nilai
absorbansi suatu larutan menggunakan spektrofotometer. Dari hasil percobaan diperoleh
bahwa, pada suhu yang tinggi, enzim akan menjadi inaktif dan pada perubahan pH yang
drastis, enzim akan mengalami denaturasi.
Kata kunci : Enzim, suhu, pH, inaktif, denaturasi

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dilakukannya praktikum Aktivitas enzim yang
ini adalah untuk mengetahui efek dari dipengaruhi oleh suhu dan pH dapat
nilai pH yang berbeda, konsentrasi dilihat dari nilai absorbansi yang
substrat, dan pemanasan terhadap diperoleh. Tranggono dan Setiadji
aktivitas enzim, terutama enzim amilase. (1989). Nilai absorbansi tertinggi
diperoleh saat keadaan netral saat enzim
2. TINJAUAN PUSTAKA bekerja secara optimal Gaman &
Enzim merupakan suatu senyawa Sherrington (1994).
biomolekul yang berfungsi dalam Praktikum ini ditujukan untuk
mempercepat proses reaksi kimia tanpa mengetahui pengaruh suhu dan pH
mengubah struktur kimia dalam proses terhadap aktivitas enzim. Aktivitas
tersebut (Poedjiadi dan Supriyanti, enzim merupakan kemampuan suatu
2006). Menurut Harahap (2012), tanpa enzim yakni enzim amilase sebagai
adanya enzim, proses-proses tersebut katalisator yang dapat mempercepat
akan berlangsung lambat atau bahkan suatu reaksi (Nangin, 2015).
tidak sama sekali. Enzim sendiri Enzim amilase adalah salah satu
bercirikan bekerja secara spesifik, hanya enzim yang dibutuhkan untuk mahluk
sejumlah kecil enzim yang dibutuhkan hidup dalam proses pertumbuhan. Enzim
dalam reaksi kimia, tidak mempengaruhi amilase terdapat pada air liur (ptialin)
kesetimbangan reaksi meskipun dapat dan bekerja optimal pada pH 6,8 (Green
mempercepat reaksi, serta dipengaruhi et al, 1988). Enzim amilase berperan
oleh pH dan suhu. mengukur aktivitas menguraikan amilum (polisakarida)
enzim, dapat digunakan beberapa alat menjadi maltosa (disakarida) menurut
seperti vortex yang membantu dalam reaksi sebagai berikut:
pencampuran larutan, waterbath yang 2(C6H10O5)n + nH2O 
berfungsi sebagai pemanas dengan suhu nC12H33O11 (maltosa) (Alberts
65℃, dan spektrofotometer yang dapat et al., 1994).
mengukur nilai absorbansi suatu larutan Tumbuhan dan hewan memiliki
(Maftuchah, 2014). amilase yang berbeda. Amilase α dan β

1
terdapat pada tumbuhan sedangkan dengan maksimal. Namun apabila sisi
hewan hanya memiliki amilase α. aktif enzim sudah jenuh, penambahan
Amilosa merupakan polisakarida yang konsentrasi substrat tidak akan
terdiri dari 100 – 1000 molekul glukosa menyebabkan apa – apa.
yang berikatan dan berbentuk rantai
lurus. Di dalam air, amilosa yang 3. METODE PRAKTIKUM
bereaksi dengan iodin akan
menghasilkan warna biru yang khas 3.1. Materi
(Fox, 1991). 3.1.1. Alat
Enzim bekerja optimal pada suhu Alat-alat yang digunakan dalam
tubuh yaitu antara 35°C sampai 40°C praktikum ini adalah waterbath,
(Gaman & Sherrington, 1994). Pada spektrofotometer, tabung reaksi,
suhu dibawah optimal, aktivitas enzim penjepit, beaker glass, pipet volume,
akan berkurang. Pada suhu diatas 50°C pompa pilleus, timbangan analitik,
enzim akan mengalami inaktifasi karena vortex, cawan, kain saring (kain mori),
proteinnya mengalami denaturasi. Pada mortar, dan alu.
suhu 100°C enzim akan rusak
seluruhnya. Enzim umumnya bekerja 3.1.2. Bahan
optimal pada pH netral atau 7. Jika Bahan-bahan yang digunakan
berada dalam pH yang sangat asam atau dalam praktikum ini adalah reagen
sangat basa, protein akan mengalami Benedict, larutan buffer pada pH 4, 7,
denaturasi dan menjadi inaktif dan 10, larutan pati 1%, 3%, dan 5%,
(Wirahadikusumah, 1989). Walaupun aquades, belimbing mentah, manga
berada pada pH optimal, enzim juga mentah, tomat mentah, tauge segar, dan
bergantung pada parameter lainnya tape.
seperti waktu terjadinya reaksi,
temperatur, naturasi dan konsentrasi 3.2. Metode
substrat, naturasi dan konsentrasi dari Bahan yang digunakan pada
larutan penyangga, kekuatan ionik dari masing-masing kelompok ditumbuk dan
medium dan kemurnian serta kemudian bahan ditimbang seberat 12,5
kecermatan dari penyiapan enzim yang gram. Lalu dimasukkan ke beaker glass
hendak diuji (Whitaker, 1994). Media dan ditambahkan 25 ml larutan buffer pH
yang digunakan harus dipelihara dengan 7. Campuran terbentuk kemudian
cara menggunakan buffer atau larutan disaring sebanyak 2 kali dan filtrat yang
penyangga. Larutan buffer merupakan dihasilkan ditampung. Filtrat kemudian
larutan yang tidak mudah berubah diberi 2 perlakuan, yaitu dididihkan
pHnya ketika diberi larutan asam atau dengan waterbath selama 10 menit dan
basa (Fardiaz, 1992). Jika terdapat lebih tidak dididihkan. Kemudian filtrat
dari satu substrat pada enzim, maka pH dipindahkan ke dalam 9 tabung reaksi
optimum akan berbeda pada masing – dengan ketentuan pada tabung reaksi 1
masing substrat (Tranggono & Sutardi, diisi 2 ml filtrat, 2 ml aquades, dan 2 ml
1989). Enzim bekerja dengan cara larutan pati 1%, pada tabung reaksi 2
menggunakan sisi aktifnya. Sisi aktif diisi 2 ml filtrat, 2 ml larutan pati 3%,
enzim akan menempel pada substrat. pada tabung reaksi 3 diisi 2 ml filtrat, 2
Bila substrat yang menempel hanya ml larutan pati 5%, pada tabung reaksi 4
sedikit, maka hasil reaksinya sedikit diisi 2 ml filtrat, 2ml larutan pati 1%, dan
juga. Penambahan konsentrasi substrat 2 ml larutan buffer pH 4. Pada tabung
akan menyebabkan enzim dapat bekerja reaksi 5 diisi 2 ml filtrat, 2ml larutan pati

2
3%, dan 2 ml larutan buffer pH 4. Pada memiliki nilai absorbansi tertinggi pada
tabung reaksi 6 diisi 2 ml filtrat, 2ml tabung ke – 6. Pada kelompok F4 dengan
larutan pati 5%, dan 2 ml larutan buffer ekstrak mangga mentah pada suhu ruang
pH 4. Pada tabung reaksi 7 diisi 2 ml memiliki nilai absorbansi tertinggi pada
filtrat, 2ml larutan pati 1%, dan 2 ml tabung ke – 9. Pada kelompok F5 dengan
larutan buffer pH 10. Pada tabung reaksi ekstrak tomat mentah yang dididihkan
8 diisi 2 ml filtrat, 2 ml larutan pati 3%, memiliki nilai absorbansi tertinggi pada
dan 2 ml larutan buffer pH 10. Pada tabung ke – 9. Pada kelompok F6 dengan
tabung reaksi 9 diisi 2 ml filtrat, 2 ml ekstrak tomat mentah pada suhu ruang
larutan pati 5%, dan 2 ml larutan buffer memiliki nilai absorbansi tertinggi pada
pH 10. Lalu kesembilan tabung divortex tabung ke – 3. Pada kelompok F7 dengan
dan didiamkan kurang lebih 1 menit. ekstrak tauge segar yang dididihkan
Kemudian ditambahkan benedict memiliki nilai absorbansi tertinggi pada
sebanyak 0,5 ml, vortex, dan absorbansi tabung ke – 6. Pada kelompok F8 dengan
diukur dengan spektrofotometer pada ekstrak tauge segar pada suhu ruang
panjang gelombang 620 nm. memiliki nilai absorbansi tertinggi pada
tabung ke – 9. Pada kelompok F9 dengan
4. HASIL PENGAMATAN ekstrak tape yang dididihkan memiliki
Hasil pengamatan preparat dan nilai absorbansi tertinggi pada tabung ke
morfologi tumbuhan serta – 1. Akan tetapi terdapat penyimpangan
mikroorganisme dapat dilihat pada yaitu hasil dari nilai absorbansi yang
Tabel 1. (Dilampirkan) melebih angka satu.

Pada tabel pengamatan, terlihat bahwa 5. PEMBAHASAN


digunakan sebanyak lima sampel bahan Enzim merupakan suatu senyawa
yakni belimbing mentah, mangga biomolekul yang berfungsi dalam
mentah, tomat mentah, tauge segar, dan mempercepat proses reaksi kimia tanpa
tape. Masing-masing dari bahan tersebut mengubah struktur kimia dalam proses
diberikan dua perlakuan yang berbeda tersebut (Poedjiadi dan Supriyanti,
yakni dididihkan dengan waterbath 2006). Menurut Harahap (2012), tanpa
untuk kelompok ganjil dan tidak adanya enzim, proses-proses tersebut
dididihkan untuk kelompok genap. Pada akan berlangsung lambat atau bahkan
kelompok F1 dan F2 digunakan sampel tidak sama sekali.
belimbing mentah, kelompok F3 dan F4 Praktikum ini ditujukan untuk
digunakan sampel mangga mentah, mengetahui pengaruh suhu dan pH
kelompok F5 dan F6 digunakan tomat terhadap aktivitas enzim. Aktivitas
mentah, kelompok F7 dan F8 digunakan enzim merupakan kemampuan suatu
tauge segar, serta kelompok F9 enzim yakni enzim amilase sebagai
digunakan sampel tape singkong. katalisator yang dapat mempercepat
Didapati data bahwa kelompok F1 suatu reaksi (Nangin, 2015). Untuk
dengan menggunakan ekstrak belimbing mengukur aktivitas enzim, dapat
mentah yang dididihkan memiliki nilai digunakan beberapa alat seperti vortex
absorbansi tertinggi pada tabung ke – 2. yang membantu dalam pencampuran
Pada kelompok F2 dengan ekstrak larutan, waterbath yang berfungsi
belimbing mentah pada suhu ruang sebagai pemanas dengan suhu 65℃, dan
memiliki nilai absorbansi tertinggi pada spektrofotometer yang dapat mengukur
tabung ke – 9. Pada kelompok F3 dengan nilai absorbansi suatu larutan
ekstrak mangga mentah yang dididihkan (Maftuchah, 2014). Pada suhu dibawah

3
optimal, aktivitas enzim akan berkurang. terdiri dari 100 – 1000 molekul glukosa
Pada suhu diatas 50°C enzim akan yang berikatan dan berbentuk rantai
mengalami inaktifasi karena proteinnya lurus. Di dalam air, amilosa yang
mengalami denaturasi. Pada suhu 100°C bereaksi dengan iodin akan
enzim akan rusak seluruhnya. Enzim menghasilkan warna biru yang khas
umumnya bekerja optimal pada pH (Fox, 1991).
netral atau 7. Jika berada dalam pH yang Pada praktikum ini digunakan
sangat asam atau sangat basa, protein alat berupa waterbath, spektrofotometer,
akan mengalami denaturasi dan menjadi tabung reaksi, penjepit, beaker glass,
inaktif (Wirahadikusumah, 1989). pipet volume, pompa Pilleus, timbangan
Walaupun berada pada pH optimal, analitik, vortex, cawan, kaing saring
enzim juga bergantung pada parameter (kain mori), mortar, alu, pisau, plastik,
lainnya seperti waktu terjadinya reaksi, label, dan tisu. Waterbath digunakan
temperatur, naturasi dan konsentrasi untuk mendidihkan sampel kelompok
substrat, naturasi dan konsentrasi dari ganjil. Spektrofotometer digunakan
larutan penyangga, kekuatan ionik dari untuk mengukur absorbansi dari sampel
medium dan kemurnian serta yang hendak diuji coba. Tabung reaksi
kecermatan dari penyiapan enzim yang digunakan untuk mereaksikan
hendak diuji (Whitaker, 1994). Media kesembilan perlakuan. Penjepit
yang digunakan harus dipelihara dengan digunakan untuk memegang erlenmeyer
cara menggunakan buffer atau larutan saat dipanaskan. Beaker glass digunakan
penyangga. Larutan buffer merupakan untuk mencampur hasil tumbukan bahan
larutan yang tidak mudah berubah dengan larutan buffer pH 7. Pipet volume
pHnya ketika diberi larutan asam atau dan pompa pilleus digunakan untuk
basa (Fardiaz, 1992). Enzim amilase mengambil berbagai larutan yang
merupakan salah satu enzim yang digunakan. Timbangan analitik
dibutuhkan untuk mahluk hidup dalam digunakan untuk menimbang bahan
proses pertumbuhan. Enzim amilase yang hendak digunakan. Vortex
terdapat pada air liur (ptialin) dan digunakan untuk menghomogenkan
bekerja optimal pada pH 6,8 (Green et al, larutan dalam tabung reaksi. Kain saring
1988). Enzim amilase berperan digunakan untuk menyaring campuran.
menguraikan amilum (polisakarida) Mortar dan alu digunakan untuk
menjadi maltosa (disakarida) menurut menumbuk bahan yang akan digunakan.
reaksi sebagai berikut: Pisau digunakan untuk memotong bahan
2(C6H10O5)n + nH2O  agar lebih mudah ditumbuk. Plastik
nC12H33O11 (maltosa) (Alberts digunakan untuk membuang sampah
et al., 1994). sisa. Label digunakan untuk memberi
Tumbuhan dan hewan memiliki nama pada tabung reaksi. Bahan yang
amilase yang berbeda. Amilase α dan β digunakan dalam praktikum ini adalah
terdapat pada tumbuhan sedangkan reagen Benedict, larutan buffer pada pH
hewan hanya memiliki amilase α. Pada 4, 7 dan 10, larutan pati 1%, 3% dan 5%,
praktikum ini, digunakan ekstrak dari aquades, serta bahan utama yaitu
buah belimbing mentah, mangga belimbing mentah untuk kelompok 1 dan
mentah, tomat mentah, tauge segar, dan 2, mangga mentah untuk kelompok 3 dan
tape yang merupakan tumbuhan, 4, tomat mentah untuk kelompok 5 dan
sehingga kandungan dari bahan yang 6, tauge segar untuk kelompok 7 dan 8,
digunakan adalah amilase α dan β. dan tape singkong untuk kelompok 9.
Amilosa merupakan polisakarida yang Reagen benedict digunakan sebagai

4
indikator untuk mengukur kadar dilihat dari nilai absorbansi yang
glukosa. Larutan buffer digunakan untuk diperoleh. Pada sampel yang diberi
menjaga pH larutan agar tidak mudah perlakuan pendidihan, dihasilkan nilai
berubah pada saat diberi asam atau basa. absorbansi yang cenderung lebih besar
Larutan pati digunakan sebagai reaktan daripada sampel yang tidak didihkan.
yang akan dipecahkan oleh enzim Hal tersebut sedikit menyimpang dari
amilase menjadi glukosa dan maltosa. teori Tranggono dan Setiadji (1989)
Aquades digunakan untuk perlakuan seharusnya, nilai absorbansi yang
tabung reaksi 1, 2, dan 3. Bahan utama dihasilkan pada saat dididihkan lebih
masing – masing kelompok digunakan kecil dari perlakuan didiamkan karena
enzimnya. aktivitas enzim akan menurun (inaktif)
Pada praktikum, dilakukan saat suhu tinggi. Selain itu, pH juga
penghancuran sampel yang bertujuan mempengaruhi aktivitas enzim. Dari
untuk memecah struktur sampel ketiga tabung reaksi, diperoleh nilai
sehingga mampu mempermudah absorbansi tertinggi sampel yang
pencampuran sampel dengan larutan didihkan rata-rata pada perlakuan tabung
yang lain. Setelah itu, masing-masing pertama saat keadaan netral dan sampel
sampel yang digunakan sebagai filtrat yang tidak dididihkan pada perlakuan
enzim, dimasukkan ke dalam tiga tabung tabung kedua yakni keadaan asam.
reaksi yang berbeda. Pada tabung reaksi Sesuai dengan teori Gaman dan
pertama, dimasukkan masing-masing Sherrington (1994), seharusnya nilai
sebanyak 2 ml filtrat, aquades, dan absorbansi tertinggi diperoleh saat
larutan pati. Pada tabung reaksi kedua, keadaan netral saat enzim bekerja secara
dimasukkan masing-masing sebanyak 2 optimal. Selain itu juga didapati
ml filtrat, buffer pH 4, dan larutan pati. penyimpangan hasil nilai absorbansi
Pada tabung reaksi ketiga, dimasukkan yang melebihi angka satu pada hasil
masing-masing sebanyak 2 ml filtrat, percobaan kelompok F1. Penyimpangan
buffer pH 10, dan larutan pati. Larutan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa
buffer sendiri merupakan larutan yang faktor antara lain faktor sidik jari yang
tahan saat dilakukan penambahan asam terdapat pada kuvet yang digunakan,
atau basa (Fardiaz, 1992). Kemudian, adanya zat pengotor serta ketidak
ketiga tabung reaksi tersebut divortex sempurnaan dalam proses
hingga larutan tercampur lalu menghomogenkan larutan.
ditambahkan benedict sebanyak 0,5 ml Hasil yang didapati dalam
dan divortex kembali dan diukur nilai praktikum ini adalah secara keseluruhan,
absobansinya dalam alat hasil dari buah yang sama dengan
spektrofotometer. perlakuan berbeda memiliki perbedaan
Pada praktikum, dilakukan dua yang sangat sedikit. Bahkan hasil kedua
perlakuan yang berbeda untuk masing- perlakuan tersebut hampir sama
masing sampel. Pada kelompok ganjil, kisarannya. Hal itu bisa disebabkan
diperlakukan pemanasan sampel dengan karena pemanasan yang dilakukan tidak
waterbath sedangkan pada kelompok merusak protein pada enzim seluruhnya
genap, tidak dididihkan. Hal tersebut karena suhunya tidak terlalu tinggi atau
dilakukan untuk mengetahui pengaruh sampai mendidih dan hanya
suhu dan pemanasan terhadap aktivitas menyebabkan sampel menjadi hangat
enzim dalam masing-masing larutan. sehingga kerja enzim tidak terlalu
Aktivitas enzim yang berbeda jauh pada saat pendidihan
dipengaruhi oleh suhu dan pH dapat dengan pada saat suhu ruang. Pada hasil

5
pengamatan, didapati juga data hasil
maksimal masing – masing kelompok Semarang, 28 November 2019
berbeda, hal itu menunjukkan bahwa Praktikan Asisten Praktikum
enzim dapat bekerja optimal pada
perlakuan tabung tersebut. Hal itu tidak
sesuai dengan teori Wirahadikusumah
(1989) yang mengatakan bahwa enzim Mario Albertus Maria W.S.A.P
pada suhu terlalu asam atau terlalu basa F.A.M. Tania
dapat menyebabkan inaktivasi. Hal itu
bisa dikarenakan adanya kesalahan
dalam melarutkan bahan yang hendak 7. DAFTAR PUSTAKA
digunakan. Dari data keseluruhan, pada
saat konsentrasi pati yang digunakan Alberts, B. et al. (1994). Biologi
adalah 5%, memiliki hasil tertinggi Molekuler Sel. PT Gramedia
dibandingkan dengan larutan 1% dan Pustaka Utama.Jakarta
3%. Hal itu sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi substrat, maka semakin Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan
banyak pula hasil yang didapat. 1. Gramedia Pustaka. Jakarta.

6. KESIMPULAN Fox, P.F. (1991). Food Enzymology Vol


 Salah satu contoh enzim yang 2. Elsevier Applied Science.
digunakan adalah enzim amilase London.
yang berperan dalam merombak
molekul kompleks seperti pati.
Gaman, P.M. dan KB Sherrington.
 Enzim amilase dibutuhkan oleh
mahluk hidup untuk pertumbuhan. 1994. Ilmu Pangan Pengantar
 Faktor utama yang mempengaruhi Ilmu Pangan Nutrisi dan
aktivitas enzim adalah pH dan suhu. Mikrobiologi. Yogyakarta: UGM
 Dengan metode pendidihan, Press.
menyebabkan enzim mengalami
kerusakan atau inaktif. Green, N.P.O., G.W. Stout, D.J. Taylor,
 Penambahan pH yang kurang dari 7 R. Soper. 1988. Biological Science
(asam) dan lebih dari 7 (basa) 1. New York: Cambridge University
menyebabkan enzim mengalami Press.
denaturasi protein.
 Hasil absorbansi pada sampel yang
Harahap F. (2012). Fisiologi Tumbuhan.
sama tidak berbeda jauh.
 Nilai absorbansi yang melebihi satu Universitas Negri Medan Press.
dapat disebabkan oleh faktor sidik jari Medan.
yang terdapat pada kuvet yang
digunakan, adanya zat pengotor serta Maftuchah, Aris Winaya, dan Agus
ketidak sempurnaan dalam proses Zainudin. (2014). Teknik Dasar
menghomogenkan larutan.
Analisis Biologi Molekuler.
 Hasil absorbansi larutan pati 5%
Deepublish. Yogyakarta.
lebih besar dibandingkan dengan
larutan pati 1% dan 3 %

6
Nangin, Debora dan Aji Sutrisno.
(2015). Jurnal Pangan dan
Agroindustri. ENZIM
AMILASE PEMECAH PATI
MENTAH DARI MIKROBA:
KAJIAN PUSTAKA, Volume
(3) 3, 1032-1039

Poedjijadi, A. dan Supriyanti, T.F.M.


(2006). Dasar-dasar Biokimia. UI
Press. Jakarta.

Tranggono dan Setiaji, B., 1989,


Biokimia Pangan, 112-113, Pusat
Antar Universitas pangan Gizi
UGM, Yogyakarta.

Whitaker, J.R. (1994). Principles of


Enzymologi for The Food
Sciences Second Edition. Marcel
Dekke, Inc. New York.

Wirahadikusumah, M. (1989).
Biokimia : Protein, Enzim, dan
Asam nukleat. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.

7
8

Anda mungkin juga menyukai