Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH pH TERHADAP AKTIVITAS ENZIM

Rindah Putri Aslami/1912141004/Fisika Sains

Abstrak
Praktikum yang akan dilakukan ini adalah mengamati bagaimana pengaruh pH terhadap
aktivitas enzim. pH yaitu singkatan dari Puissance negatif de H atau apabila
dibahasaindonesiakan adalah logaritma negatif dari kadar ion hidrogen yang ada. pH
merupakan pengukuran derajat keasaman yang digunakan apabila kita ingin mengukur
seberapa asam suatu larutan. Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi
sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam
suatu reaksi kimia organik. Dalam praktikum ini, kita menggunakan kertas pH atau kertas
lakmus dalam mengukur derajat keasaman larutan yang ingin diamati. Karena kita ingin
mengetahui bagaimana pengaruh pH terhadap aktivitas enzim, maka objek praktikum ini
adalah suatu larutan yang memiliki enzim. Objek yang digunakan dalam praktikum ini
adalah ekstrak kecambah kacang hijau. Kecambah kacang hijau ini memiliki enzim
amilase yang terkandung di dalamnya. Dalam praktikum ini, kita mencampurkan ekstrak
kecambah kacang hijau dengan berbagai larutan. Adapun larutan yang dimaksud adalah
fehling A dan B, iodin, larutan HCl yang memiliki konsentrasi 1%, dan larutan NaOH.
Penambahan berbagai larutan ini berfungsi agar kita dapat meningkatkan dan
mengurangi pH suatu larutan objek yaitu ekstak kecambah kacang hijau. Peningkatkan
dan pengurangan pH ini dimaksudkan agar kita dapat melihat bagaimana pengaruh pH
terhadap aktivitas enzim yang dimiliki objek praktikum.
Kata kunci: pH, Enzim, Amilase

A . Pendahuluan
1 . Latar Belakang
Kita memiliki sebuah tubuh yang tersusun atas berbagai sistem kerja yang
sangat teratur. Sistem kerja tersebut ada yang dapat terlihat dan ada pula yang
tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang. Seperti sistem kerja sel yang tersusun
membentuk sebuah jaringan, jaringan yang tersusun menjadi suatu organ, dan
seterusnya.
Setiap bagian dari tubuh tertentu memiliki sesuatu yang dapat membantu
sistem kerja tubuh kita agar dapat bereaksi dengan cepat. Sesuatu itu adalah
enzim. Setiap reaksi yang terjadi dalam tubuh kita membutuhkan bantuan enzim
untuk mempercepat reaksinya, karena enzim ini berguna sebagai katalis dalam
suatu reaksi organik. Katalis sendiri berarti suatu senyawa yang mempercepat
proses reaksi tanpa habis bereaksi.
Walau berguna untuk membantu mempercepat reaksi pada sistem kerja tubuh
kita, enzim ini memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
kerjanya. Faktor-faktor yang dimaksud adalah suhu, banyak atau sedikitnya
substrat, hingga pH atau jumlah keasaman. Dalam praktikum ini, kita akan
mengamati bagaimana pengaruh pH atau keasaman terhadap aktivitas enzim.
Karena enzim memiliki tingkat keasaman tertentu agar ia dapat bekerja dengan
baik. Karena apabila tingkat keasamannya tidak sesuai dengan enzim, maka ia
tidak dapat bekerja dengan baik, tidak akan aktif bekerja, bahkan dapat
mengalami kerusakan.
Pada praktikum ini, akan digunakan enzim amilase yang terkandung dalam
kecambah kacang hijau sebagai objek yang akan diamati bagaimana pengaruh pH
terhadapnya. Digunakan ekstrak kecambah kacang hijau. Enzim amilase yaitu
enzim yang berperan dalam proses pencernaan makanan yang menguraikan
amilum menjadi gula.
2 . Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai setelah melakukan praktikum ini adalah dapat
membuktikan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase.
3 . Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana pengaruh pH
terhadap aktivitas enzim amilase?
B . Tinjauan Pustaka
Amilase adalah salah satu enzim yang paling banyak dipelajari. Keragaman
luas amilase ini, berbeda dengan kekhususan aksi mereka, menarik perhatian
dunia dalam upaya untuk mengeksploitasi aplikasi fisiologis dan bioteknologi
mereka. Mereka ditemukan dalam semua bentuk organisme tanpa memandang
kerajaan. Amilase dari tanaman dan sumber mikroba telah digunakan selama
berabad-abad dalam industri pembuatan bir. Amilase jamur banyak digunakan
untuk persiapan makanan oriental. Amilase bakteri, jamur dan virus semakin
dipelajari karena relatif mudahnya produksi skala besar (biaya hilir rendah karena
sifatnya ekstraseluler) dibandingkan dengan amilase dari tanaman dan hewan dan
pentingnya mereka dalam aplikasi selanjutnya di industri (Saini dkk, 2017).
Ada beberapa tipe amilase yang berbeda. Enzim ini diklasifikasikan sesuai
dengan cara memotong ikatan glikosidik. Alpha-amilase menghidrolisis alpha 1,4-
glikosidik, secara acak menghasilkan dekstrin, oligosakarida dan monosakarida.
Alphaamilase adalah endo-amilase. Exoamylases menghidrolisis alpha 1,4-
glikosidik linkage hanya dari nonpereduksi ujung rantai polisakarida luar.
Exoamylases termasuk beta-amilase dan glucoamylases (gamma-amilase,
amyloglu-cosidases). Enzim α-amilase memiliki gugus karboksil dan nitrogen
pada sisi aktifnya. Substrat membentuk komplek adsorpsi dengan enzim dimana
posisi ikatan glukosidik dalam posisi saling berhadapan dengan gugus karboksil
dan kelompok imidazol. Karboksil anion menyerang bagian nukleofil C (1) dari
substrat yang bertujuan untuk menetralkan rantai ion amidazol. Pada reaksi
deglukosilasi, kelompok imidazol menjadi dasar untuk memisahkan komponen air
pada posisi C (1). Aktivitas enzim α-amilase dapat diukur berdasarkan penurunan
kadar pati yang larut atau jumlah gula pereduksi yang terbentuk (Ariandi, 2016).
Banyak enzim yang sensitif terhadap perubahan pH dan setiap enzim
memiliki pH optimum untuk aktivitasnya. pH optimalpada penelitian ini adalah 7.
Perubahan pH (asam atau basa) dapatmenyebabkan berhentinya aktivitas enzim
akibat proses denaturasi pada struktur tigadimensi enzim. Sebagian besar enzim
dapat bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang agak sempit. Di luar
pH optimum tersebut kenaikan pH (basa) atau penurunan pH (asam)
menyebabkan penurunan aktivitas enzim dengan cepat dan bahkan bisa
kehilangan aktivitas katalitiknya. Hal ini terjadi karena struktur tiga dimensi
enzim mulai berubah, sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan sisi aktif
enzim akibatnya proses katalis tidak dapat berlangsung secara sempurna. Profil
aktivitas pH enzim menggambarkan pH pada saat gugus pemberi atau penerima
proton yang penting pada sisi katalitik enzim berada dalam tingkat ionisasi yang
diinginkan, pH optimum enzim tidak perlu sama dengan pH lingkungan
normalnya, dengan pH yang mungkin sedikit berada di atas atau di bawah pH
optimum. Aktivitas katalitik enzim di dalam sel bakteri sebagian diatur oleh
perubahan pada pH lingkungan (Nurkhotimah, 2017).
Istilah “pH” adalah singkatan dari puissance negatif de H atau logaritma
negatif dari kadar ion hidrogen yang ada. Pengukuran derajat keasaman (pH) yang
paling praktis adalah dengan alat pengukur pH sistem digital. Namun bila belum
memiliki, bisa menggunakan kertas pH atau kertas lakmus yang dapat dibeli di
toko yang menjual peralatan laboratorium, dan harganya relatif murah. Di
antaranya yang cukup populer adalah kertas lakmus merk dagang “MERCK”
dengan kisaran pH 0-14 (Kunisius, 1992).
Untuk mendeskripsikan keasamaan suatu larutan, ahli kimia menggunakan
skala pH, besaran konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam suatu larutan. Skala itu
berkisar dari 0 (paling asam) sampai 14 (paling basa). Setiap satuan pH
merepresentasikan perubahan sepuluh kali lipat dalam hal konsentrasi H+.
Contohnya, jus lemon yang ber-pH 2 memiliki 100 kali lipat lebih banyak H +
daripada jus tomat yang ber-pH 4 dalam jumlah yang sama (Simon dkk, 2017).
C . Metode Praktikum
1 . Alat dan Bahan
a . Alat
1 . Tabung reaksi 5 buah
2 . Rak tabung reaksi 1 buah
3 . Pipet tetes 5 buah
4 . Penjept tabung reaksi 1 buah
5 . Bunsen 1 buah
6 . Korek api 1 buah
7 . Pinset 1 buah
8 . Kertas pH/pH meter
b . Bahan
1 . Ekstrak kecambah kacang hijau
2 . Larutan fehling A dan B
3 . Larutan iodin
4 . Larutan HCl 1%
5 . Larutan NaOH
2 . Prosedur Kerja
a . Alat dan bahan praktikum disediakan.
b . Sebanyak 1 mL ekstrak kecambah kacang hijau dimasukkan ke dalam 5
tabung reaksi.
c . Tabung reaksi diberi tanda dengan memberi label berupa tabung I, II, III,
IV, dan V pada masing-masing tabung reaksi.
d . pH dari ekstrak kecambah dicek sebelum ditambahkan larutan lain.
e . Sebanyak 5 tetes larutan fehling A dan B ditambahkan ke dalam tabung I,
II, III, dan IV.
f . Tabung reaksi dikocok hingga larutan homogen.
g . Pada tabung I, II, III, dan V ditambahkan 5 tetes larutan iodin kemudian
dikocok kembali hingga homogen.
h . Pada tabung I, hasil pencampuran larutan yang mengalami perubahan
warna diamati.
i . Pada tabung II, ditambahkan 5 tetes larutan HCl lalu dikocok hingga
homogen. Setelah itu, perubahan yang terjadi diamati.
j . Pada tabung III, ditambahkan 5 tetes larutan NaOH lalu dikocok hingga
homogen. Setelah itu, perubahan yang terjadi diamati.
k . Pada tabung IV dan V, dilakukan pemanasan hingga terjadi perubahan
pada larutan. Pemanasan harus dihentikan sebelum terdapat gelembung
pada tabung reaksi.
l . Terakhir, sifat larutan dari masing-masing larutan ditentukan dengan
menggunakan kertas lakmus.
m . Setelah praktikum selesai, alat yang digunakan dibersihkan dan
dikembalikan pada tempat awalnya.
D . Hasil dan Pembahasan
1 . Hasil Pengamatan
Sifat
NO Tabung pH awal Keterangan
larutan
1 I 5 Basa a. Ekstrak kecambah kacang hijau
yang berwarna putih keruh
ditambahkan larutan fehling
berubah warna menjadi biru tua.
b. Ketika ditambahkan larutan iodin,
larutan berubah warna menjadi biru
tua.
c. Larutan bersifat basa.
d. Kertas lakmus merah menjadi biru.

a. Setelah diberikan perlakuan yang


sama dengan tabung I, kemudian
berubah warna menjadi biru tua.
b. Ketika ditambahkan larutan HCl,
2 II 5 Asam
larutan berubah warna menjadi hijau
muda (mendekati warna tosca).
c. Larutan bersifat asam.
d. Kertas lakmus merah tetap merah.

a. Setelah diberikan perlakuan yang


sama dengan tabung I, kemudian
berubah warna menjadi biru tua.
b. Ketika ditambahkan larutan NaOH,
3 III 5 Basa
larutan berubah warna menjadi biru
muda (agak bening).
c. Larutan bersifat basa.
d. Kertas lakmus biru tetap biru.

a. Ekstrak kecambah kacang hijau


yang berwarna putih keruh
ditambahkan larutan fehling
berubah warna menjadi biru muda.
4 IV 5 Basa b. Setelah larutan dipanaskan, larutan
berubah warna menjadi warna hitam
namun agak bening.
c. Larutan bersifat basa.
d. Kertas lakmus biru tetap biru.
a. Ekstrak kecambah kacang hijau
yang berwarna putih keruh
ditambahkan larutan iodin, larutan
tetap berwarna putih keruh.
5 V 5 Asam b. Setelah larutan dipanaskan, larutan
menjadi bening namun tetap
berwarna putih keruh.
c. Larutan bersifat asam.
d. Kertas lakmus biru menjadi merah.

2 . Pembahasan
Adapun bahasan untuk hasil pengamatan setelah melakukan praktikum ini adalah
sebagai berikut:
a . Tabung I
Pada tabung I, ekstrak memiliki pH awal yaitu 5. Keadaan awal tabung berwarna
putih keruh. Kemudian ditambahkan fehling, keadaannya berubah menjadi biru
tua. Lalu ketika ditambahkan iodin, keadaannya berubah menjadi biru tua.
Sehingga larutan pada tabung ini diketahui memiliki sifat basa, ditandai dengan
ketika larutan diukur pH-nya menggunakan kertas lakmus merah, kertas lakmus
berubah menjadi biru.
b . Tabung II
Pada tabung II, ekstrak memiliki pH awal yaitu 5. Keadaan awal tabung berwarna
putih keruh. Kemudian ditambahkan fehling, keadaannya berubah menjadi biru
tua. Lalu ketika ditambahkan larutan HCl, keadaannya berubah menjadi hijau
muda (mendekati warna tosca). Sehingga larutan pada tabung ini diketahui
memiliki sifat asam, ditandai dengan ketika larutan diukur pH-nya menggunakan
kertas lakmus merah, kertas lakmus tetap berwarna merah.
c . Tabung III
Pada tabung III, ekstrak memiliki pH awal yaitu 5. Keadaan awal tabung
berwarna putih keruh. Kemudian ditambahkan fehling, keadaannya berubah
menjadi biru tua. Lalu ketika ditambahkan larutan NaOH, keadaannya berubah
menjadi biru muda (agak bening). Sehingga larutan pada tabung ini diketahui
memiliki sifat basa, ditandai dengan ketika larutan diukur pH-nya menggunakan
kertas lakmus biru, kertas lakmus tetap berwarna biru.
d . Tabung IV
Pada tabung IV, ekstrak memiliki pH awal yaitu 5. Keadaan awal tabung
berwarna putih keruh. Kemudian ditambahkan fehling, keadaannya berubah
menjadi biru tua. Lalu ketika suhunya dinaikkan (dipanaskan), keadaannya
berubah menjadi warna hitam namun agak bening. Sehingga larutan pada tabung
ini diketahui memiliki sifat basa, ditandai dengan ketika larutan diukur pH-nya
menggunakan kertas lakmus biru, kertas lakmus tetap berwarna biru.
e . Tabung V
Pada tabung V, ekstrak memiliki pH awal yaitu 5. Keadaan awal tabung berwarna
putih keruh. Kemudian ditambahkan iodin, keadaannya tetap berwarna putih
keruh. Lalu ketika suhunya dinaikkan (dipanaskan), keadaannya berubah menjadi
bening namun tetap keruh. Sehingga larutan pada tabung ini diketahui memiliki
sifat asam, ditandai dengan ketika larutan diukur pH-nya menggunakan kertas
lakmus biru, kertas lakmus berubah menjadi warna merah.
E . Penutup
1 . Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dicapai, dapat disimpulkan bahwa pH
sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim. Sebagian organisme memiliki pH
tertentu agar ia dapat bekerja dengan baik. Begitu juga dengan enzim amilase.
Apabila ia memiliki pH yang lebih rendah atau lebih tinggi, enzim tidak dapat
bekerja sebagaimana mestinya dan akan rusak. Enzim amilase pada tumbuhan
(kecambah kacang hijau) paling cocok pada kondisi dengan pH mendekati 3.
2 . Saran
Adapun saran yang dapat diberikan, adalah sebagai berikut:
a . Untuk praktikan selanjutnya, diharapkan dapat mengetahui teori serta
prosedur kerja untuk praktikum ini dengan baik sebelum melakukan
praktikum. Diharapkan juga membereskan alat-alat yang digunakan setelah
digunakan.
b . Untuk asisten pembimbing, diharapakan mengawasi praktikan saat proses
praktikum berlangsung dan tidak meninggalkan praktikan.
c . Untuk laboran, diharapkan melakukan pemeriksaan rutin alat-alat
laboratorium yang digunakan dalam laboratorium.
F . Daftar Pustaka
Ariandi. 2016. Pengenalan Enzim Amilase (Alpha-Amylase) dan Reaksi
Enzimatisnya Menghidrolisis Amilosa Pati Menjadi Glukosa. Jurnal
Dinamika, 7 (1): 74-82
Kanisius. 1992. Budidaya Udang Galah Sistem Monokultur. Yogyakarta:
Kanisius
Nurkhotimah. 2017. Pengaruh Suhu dan pH terhadap Aktivitas Enzim Fosfatase
Bakteri Termofilik Sungai Gendol Pasca Erupsi Merapi. Jurnal Prodi
Biologi, 6 (8): 465-471
Saini. Ritu, Harnek S. S., Anjali D. 2017. Amylases: Characteristics and industrial
applications. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 6 (4): 1865-
1871
Simon. Erik J., Jean L. D., Kelly A. H., Jane B. R. 2017. Intisari Biologi Edisi 6.
Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai