Anda di halaman 1dari 27

Enzim

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Biokimia
Yang Dibimbing Oleh Drs. I Wayan Sumberarta & Hendra Susanto, S.Pd, M.Kes,
Ph.D

Oleh :
Kelompok 4 Offering A 2017
Arief Baskara 170341615
Firnindia Putri 170341615021
Ike Safitri 170341615072
Izjaachwatul Diah 170341615004

Muhammad Karrel 170341615064

Sofia May Egasari 170341615039

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN SAINS

JURUSAN BIOLOGI

PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI

April 2018
I. TOPIK: Enzim

II. TUJUAN:

1. Mengenal jenis-jenis enzima yang berasal dari tumbuhan dan manusia

2. Mengenal cara-cara isolasi enzima dari alam secara sederhana

3. Mengenal berbagai substrat yang dikatalis oleh enzima

4. Mengenal senyawa hasil katalis enzim

5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim

III. DASAR TEORI

Pada hakekatnya, enzim merupakan katalis efektif yang bertanggung jawab


atas terjadinya reaksi kimia terkoordinasi yang terlibat dalam proses biologi
dalam sistem kehidupan. Enzim juga memiliki sifat selektif, karena enzim hanya
dapat bekerja pada substrat tertentu (Cartono, 2004). Enzim juga merupakan
katalisator protein yang mempercepat reaksi kimia dalam makhluk hidup atau
dalam sistem biologik (Suhartono, 1992).
Suatu enzim dapat mempercepat laju reaksi kira-kira 108 sampai 1011 kali
lebih cepat dibandingkan dengan reaksi yang tidak dikatalisisis (Poedjiadi,
1994). Enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia
ada yang membutuhkan energi (reaksi endergonik) dan adapula yang
menghasilkan energi atau mengeluarkan energi (eksergonik) (Poedjiadi, 1994).
Enzim bekerja sangat spesifik yang disebabkan oleh bentuknya yang unik dan
karena adanya gugus-gugus polar atau nonpolar dalam struktur enzim
(Fesssenden, 1992). Enzim memiliki beberapa fungsi khusus, diantaranya : (1)
menurunkan energi aktivasi, (2) mempercepat reaksi pada suhu dan tekanan tetap
tanpa mengubah besarnya tetapan seimbangnya, dan (3) mengendalikan reaksi.
Enzim dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat bekerjanya, fungsi, dan
berdasarkan cara atau proses terbentuknya. Berdasarkan tempat bekerjanya,
enzim dibedakan menjadi 2, yaitu endoenzim adalah enzim yang bekerja dalam
sel, dan eksoenzim adalah enzim yang bekerja diluar sel.
Klasifikasi selnajutnya Berdasarkan fungsi, enzim dapat dibedakan menjadi
enam kelas dan tiap kelas mempunyai beberapa subkelas. Dalam tiap subkelas,
nama resmi dan nomor klasifikasi dari tiap enzim melukiskan reaksi yang
dikatalisis berdasarkan IUPAC yaitu :
1. Oksidoreduktase, mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi
2. Transferase, mengkatalisis perpindahan gugus molekul dari suatu
molekul ke molekul yang lain.
3. Hidrolase, mengkatalisis pemutusan ikatan antara karbon dengan
berbagai atom lain dengan adanya penambahan air.
4. Liase, mengkatalisis penambahan gugus fungsi dari suatu molekul
tanpa melalui proses hidrolisis.
5. Isomerase, mengkatalisis reaksi isomerisasi.
6. Ligase, mengkatalisis reaksi penggabungan dua molekul dengan
dibebaskannya molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat.

Klasifikasi yang terkahir, adalah enzim berdasarkan cara atau proses


pembentukanya. Dalam klasifikasi ini, enzim dibedakan menjadi 3. Diantaranya :

1. Enzim konstitutif, yaitu enzim yang jumlahnya dipengaruhi kadar


substratnya, misalnya enzim amilase.
2. Enzim adaptif, yaitu enzim yang pembentukannya dirangsang oleh
adanya substrat, contohnya enzim
3. β-galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli yang ditumbuhkan
di dalam medium yang mengandung laktosa (Lehninger, 1982).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi enzim. Yang pertama yaitu
pengaruh suhu, suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan enzim terdenaturasi
(Poedjiadi, 1994). Pada suhu 0oC enzim tidak aktif (tidak rusak) dan dapat
kembali aktif pada suhu normal (Lay and Sugyo, 1992).

Yang kedua adalah Pengaruh pH, pH akan mengalami denaturasi jika pH jauh
di atas pH optimum. Enzim pada umumnya bersifat amfolitik, yang berarti enzim
mempunyai konstanta disosiasi pada gugus asam maupun gugus basanya,
terutama pada gugus residu terminal karboksil dan gugus terminal aminonya,
diperkirakan perubahan kereaktifan enzim akibat perubahan pH lingkungan
(Winarno, 1986).

Yang ketiga adalah Konsentrasi enzim, bertambahnya konsentrasi enzim akan


meningkatkan kecepatan kerja reaksi enzim. Dengan kata lain konsentrasi enzim
berbanding lurus terhadap kerja enzim. Konsentrasi substrat pada konsentrasi
enzim tetap, peningkatan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi
enzimatis sampai mencapai kecepatan maksimum (Sutresna, 2007). Konsentrasi
enzim secara langsung mempengaruhi kecepatan laju reaksi enzimatik dimana
laju reaksi meningkat dengan bertambahnya konsentrasi enzim (Poedjiadi, 1994).

IV. ALAT DAN BAHAN


1. Alat:
 Gelas beker
 Gelas arloji
 Gelas ukur
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Pengaduk
 Pipet
 Lampu spiritus
 Kaki tiga
 Kasa
 Penjepit tabung reaksi
 Baskom
 Parutan kelapa
 Kain penyaring
 Mortal

2. Bahan:
 Larutan NaCl 0,9%
 Larutan Amilum 2%
 Larutan HCl 1N
 Larutan IKI
 Fehling A dan B
 Aquades
 Kecambah kacang hijau
 Buah papaya
 Buah nanas

V. PROSEDUR KERJA
A. Isolasi Enzima
1. Enzima amilase dalam saliva
Diambil larutan NaCl 0,9% sebaanyak 100 ml ke dalam gelas beaker 50
ml.

Digunakan larutan untuk berkumur .

Dikumpulkan hasil kumur kedalam gelas beaker.


2. Enzima amilase dalam kecambah kacang hijau
Diambil kecambah kacang hijau yang telah dicuci sebanyak 25 g.

Digerus dalam sedikit aquades hingga halus .

Disaring gerusan kecambah kacang hijau .

Ditambahkan aquades kembali dan menyaring hingga diperoleh sari


kecambah hiaju sebanyak 50 ml.

Digunakan enzinm yang terkanding dalam hasil gerusan untuk percobaan


berikut:
3. Enzim Papain
Diambil getah papaya dengan memotong tangkai daun atau dengan cara
menyayat buah papaya yang masih muda.

Dikumpulkan getah papaya sebanyak-banyaknya.

Diletakkan sebagian getah dalam cawan atau kaca arloji

Ditunggu hingga kering ( semakin lama getah semakin mongering dan


mengkristal )
4. Enzim bromealin
Dikupas 1 buah nanas hingga bersih

Diparut buah nanas yang sudah bersih hingga halus

Dicampur hasil parutan dengan 200 ml aquades

Diperas hasil parutan dengan menggunakan kain kering


Hasil perasan yang mengandung bromealin digunakan untuk percobaan II

B. Aktivitas Enzim
I. Aktifitas Amilase Dari Saliva
Diambil 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 2 ml suspense amilum
2%.

Ditambahkan 1 ml amilase dari saliva tabung ke-1.

Ditambahkan 1ml HCl 1 N pada tabung ke-2.

Dikocok hingga tercampur dan dibiarkan selama 15 menit .

Diambil larutan pada masing-masing tabung dan diteteskan sebanyak


3 tetes pada pelat tetes.

Ditambahkan 1tets larutan IKI.

Diamati perubahan warna yang terjadi.

Pada saat yang sama, dilakukan uji benedict

Diambil fehling A dan fehling B masing -masing sebanyak 15 tetes,


mengocok hingga tercampur .

Ditambahkan suspensi amilum yang diuji sebanyak 5 tetes .

Dipanaskan pada spiritus hingga mensisih atau selama 2 menit.


Diamati perubahan, membandingkan hasilnya.

II. Aktifitas Amilase Dari Ekstrak Kecambah Kancang Hijau

Diambil 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 2 ml suspensesi amilum


2%.

Ditambahkan 1 ml amilase dari ekstrak kecambah pada tabung ke-1.

Ditambahkan HCl 1 N pada tabung ke-2.

Dikocok hingga tercampur dan dibiarkan selama 15 menit.

Diambil larutan pada masing-masing tabung dan diteteskan sebanyak 3


tetes pada pelat tetes.

Ditambahkan 1 tetes larutan IKI

Diamati perubahan warna yang terjadi

Pada saat yang sama dilakukan uji benedict

Diambil fehling A dan fehling B masing -masing sebanyak 15 tetes,


mengocok hingga tercampur .
Ditambahkan suspensi amilum yang diuji sebanyak 5 tetes .

Dipanaskan pada spiritus hingga mensisih atau selama 2 menit.

Diamati perubahan, membandingkan hasilnya.

III. Aktivitas enzimm papain

Diambil 3 buah tabung reaksi, kemudian masing-masing diisi dengan 2 ml


susu kedelai, albumin telur dan susu sapi segar.

ditambahkan tiap-tiap tabung 15 tetes getah papaya, kemudian kocoklah


hingga tercampur, tunggu selama 15 menit .

Setelah menit ke-15 dilakukan uji nihidrin untuk mengetahui adanya asam
amino bebas. Uji nihidrin dilakukan dengan mengambil 15 tetes bahan
kemudian ditambah dengan 3 tetes pereaksi nihidrin, kocok hingga
tercampur.

Setelah dikocok, dilakukan pemanasan dalam pemanas air hingga


mendidih selama 5 menit. Diamati perubahan yang terjadi. (Positif
berwarna biru)

Diulangi uji nihidrin pada menit ke-30. Membandingkan hasil.


IV. Aktifitas enzim bromealin

Diambil 3 buah tabung reaksi, kemudian masing-masing diisi dengan 2 ml


susu kedelai, albumin telur dan susu sapi segar.

ditambahkan tiap-tiap tabung 15 tetes sari buah nanas, kemudian kocoklah


hingga tercampur, tunggu selama 15 menit .

Setelah menit ke-15 dilakukan uji nihidrin untuk mengetahui adanya asam
amino bebas. Uji nihidrin dilakukan dengan mengambil 15 tetes bahan
kemudian ditambah dengan 3 tetes pereaksi nihidrin, kocok hingga
tercampur.

Setelah dikocok, dilakukan pemanasan dalam pemanas air hingga


mendidih selama 5 menit. Diamati perubahan yang terjadi. (Positif
berwarna biru)

Diulangi uji nihidrin pada menit ke-30. Membandingkan hasil.


VII. ANALISIS DATA
A. Percobaan Enzima Amilase dalam Saliva
Dalam percobaan ini dilakukan dengan mengisolasi enzima yang
terkandung terlebih dahulu dengan cara mengambil saliva dengan cara
berkumur dengan larutan NaCl 0,9%. Kemudian dilanjutkan dengan
mengamati aktivitas enzim dengan cara mengisi tiga tabung reaksi dengan 2
ml suspensi amilum dan 1 ml amylase dari saliva. Lalu pada setiap tabung
diberi perlakuan yang berbeda, pada tabung pertama tanpa diberikan apapun,
tabung kedua diteteskan HCL 1N sebanyak 1ml dan tabung ketiga diteteskan
NaOH 5% sebanyak 1ml. Setelah menunggu lima belas menit masing-masing
tabung di uji IKI & uji pH dan Benedict. Uji IKI dilakukan dengan
mengambil sampel setiap tabung reaksi sebanyak tiga tetes lalu diteteskan
pada plat tetes dan ditambahkan satu tetes reagen IKI, dan di beri indicator
universal untuk menunjukan pH nya. Pada tabung reaksi pertama yang tanpa
perlakuan menunjukan perubahan warna menjadi kuning dan memiliki pH 6,
pada tabung reaksi kedua yang diberi HCL 1N menunjukan perubahan warna
menjadi biru kehitaman dan memiliki pH 1, pada tabung reaksi ketiga tidak
menunjukan perubahan warna dan memiliki pH 13. Pada saat yang sama
dilakukan uji Benedict dengan cara pada tabung reaksi diberi Fehling A dan
Fehling B masing masing lima belas tetes dan diteteskan sampel sebanyak
lima tetes, lalu dipanaskan pada lamu spiritus sampai mendidih. Hasil yang
ditemukan bahwa tabung reaksi pertama yang tidak diberi perlakuan
menunjukan perubahan warna menjadi hijau muda kebiruan, tabung reaksi
kedua yang diberi HCL 1N menunujukan perubahan warna menjadi hijau
kekuningan, dan tabung reaksi ketiga menunjukan perubahan warna menjadi
hijau muda.
Kemudian percobaan diulangi kembali dengan perlakuan yang sama
dengan sebelumnya. Setelah menunggu tiga puluh menit masing-masing
tabung di uji IKI & uji pH dan Benedict. Uji IKI dilakukan dengan
mengambil sampel setiap tabung reaksi sebanyak tiga tetes lalu diteteskan
pada plat tetes dan ditambahkan satu tetes reagen IKI, dan di beri indicator
universal untuk menunjukan pH nya. Pada tabung reaksi pertama yang tanpa
perlakuan menunjukan perubahan warna menjadi kuning dan memiliki pH 6,
pada tabung reaksi kedua yang diberi HCL 1N menunjukan perubahan warna
menjadi biru kehitaman dan memiliki pH 1, pada tabung reaksi ketiga tidak
menunjukan perubahan warna dan memiliki pH 13. Pada saat yang sama
dilakukan uji Benedict dengan cara pada tabung reaksi diberi Fehling A dan
Fehling B masing masing lima belas tetes dan diteteskan sampel sebanyak
lima tetes, lalu dipanaskan pada lamu spiritus sampai mendidih. Hasil yang
ditemukan bahwa tabung reaksi pertama yang tidak diberi perlakuan
menunjukan perubahan warna menjadi coklat, tabung reaksi kedua yang
diberi HCL 1N menunujukan perubahan warna menjadi hijau kecoklatan, dan
tabung reaksi ketiga menunjukan perubahan warna menjadi biru kecoklatan.

B. Percobaan Enzima Amilase dalam Kecambah Kacang Hijau


Dalam percobaan ini dilakukan dengan mengisolasi enzima yang
terkandung terlebih dahulu dengan cara menggerus 25 gr kecambah kacang
hijau, lalu dilanjutkan dengan memeras gerusan kecambah kacang hijau dan
diberi aquades hingga diperoleh ekstrak sebanyak 50 ml. Kemudian
dilanjutkan dengan mengamati aktivitas enzim dengan cara mengisi tiga
tabung reaksi dengan 2 ml suspensi amilum dan 1 ml amylase dari sari
kecambah kacang hijau. Lalu pada setiap tabung diberi perlakuan yang
berbeda, pada tabung pertama tanpa diberikan apapun, tabung kedua
diteteskan HCL 1N sebanyak 1ml dan tabung ketiga diteteskan NaOH 5%
sebanyak 1ml. Setelah menunggu lima belas menit masing-masing tabung di
uji IKI dan Benedict. Uji IKI dilakukan dengan mengambil sampel setiap
tabung reaksi sebanyak tiga tetes lalu diteteskan pada plat tetes dan
ditambahkan satu tetes reagen IKI, dan di beri indicator universal untuk
menunjukan pH nya. Pada tabung reaksi pertama yang tanpa perlakuan
menunjukan perubahan warna menjadi biru kehitaman, pada tabung reaksi
kedua yang diberi HCL 1N menunjukan perubahan warna menjadi biru
kehitaman, pada tabung reaksi ketiga tidak menunjukan perubahan warna.
Pada saat yang sama dilakukan uji Benedict dengan cara pada tabung reaksi
diberi Fehling A dan Fehling B masing masing lima belas tetes dan diteteskan
sampel sebanyak lima tetes, lalu dipanaskan pada lamu spiritus sampai
mendidih. Hasil yang ditemukan bahwa tabung reaksi pertama yang tidak
diberi perlakuan menunjukan perubahan warna menjadi coklat, tabung reaksi
kedua yang diberi HCL 1N menunujukan perubahan warna menjadi hijau
dengan endapan berwarna coklat, dan tabung reaksi ketiga menunjukan
perubahan warna menjadi hijau tanpa endapan.
Kemudian percobaan diulangi kembali dengan perlakuan yang sama
dengan sebelumnya. Setelah menunggu tiga puluh menit masing-masing
tabung di uji IKI & uji pH dan Benedict. Uji IKI dilakukan dengan
mengambil sampel setiap tabung reaksi sebanyak tiga tetes lalu diteteskan
pada plat tetes dan ditambahkan satu tetes reagen IKI, dan di beri indicator
universal untuk menunjukan pH nya. Pada tabung reaksi pertama yang tanpa
perlakuan menunjukan perubahan warna menjadi ungu dan memiliki pH 7,
pada tabung reaksi kedua yang diberi HCL 1N menunjukan perubahan warna
menjadi biru kehitaman dan memiliki pH 1, pada tabung reaksi ketiga tidak
menunjukan perubahan warna dan memiliki pH 12. Pada saat yang sama
dilakukan uji Benedict dengan cara pada tabung reaksi diberi Fehling A dan
Fehling B masing masing lima belas tetes dan diteteskan sampel sebanyak
lima tetes, lalu dipanaskan pada lamu spiritus sampai mendidih. Hasil yang
ditemukan bahwa tabung reaksi pertama yang tidak diberi perlakuan
menunjukan perubahan warna menjadi coklat, tabung reaksi kedua yang
diberi HCL 1N menunujukan perubahan warna menjadi hijau dengan endapan
berwarna coklat, dan tabung reaksi ketiga menunjukan perubahan warna
menjadi hijau tnpa endapan.
C. Percobaan Enzim Papaine
Dalam percobaan ini dilakukan dengan mengisolasi enzima yang terkandung
terlebih dahulu dengan cara menyayat buah papaya muda untuk diambil
getahnya dan diletakan pada gelas arloji. Kemudian dilanjutkan dengan
mengamati aktivitas enzim dengan cara mengisi tiga tabung reaksi dengan 2
ml susu kedelai, 2ml susu sapi dan 1 ml albumin telur. Lalu pada setiap
tabung diberi tetesan getah papaya sebanyak lima belas tetes, dan dikocok dan
ditunggu selama limabelas menit. Kemudian dilakukan uji nihidrin untuk
mengetahui adanya asam amino bebas dengan menambah tiga tetes reagen
nihidrin dan dikocok hingga tercampur. Lalu dipanaskankan dalam penangas
air hingga mendidih sampai lima menit. Setelah pemanasan tersebut setiap
sampel mengalami perubahan, pada tabung reaksi pertama yang berisi susu
kedelai terjadi perubahan warna menjadi ungu, pada tabung reaksi kedua yang
berisi susu sapi terjadi perubahan warna menjadi ungu, dan pada tabung reaksi
ketiga yang berisi albumin telur berubah warna menjadi ungu muda.
Kemudian percobaan diulangi kembali dengan perlakuan yang sama
dengan sebelumnya, dengan tiga tabung reaksi dengan 2 ml susu kedelai, 2ml
susu sapi dan 1 ml albumin telur. Lalu pada setiap tabung diberi tetesan getah
papaya sebanyak lima belas tetes, dan dikocok dan ditunggu selama tiga
puluh menit. Kemudian dilakukan uji nihidrin untuk mengetahui adanya
asam amino bebas dengan menambah tiga tetes reagen nihidrin dan dikocok
hingga tercampur. Lalu dipanaskankan dalam penangas air hingga mendidih
sampai lima menit. Setelah pemanasan tersebut setiap sampel mengalami
perubahan, pada tabung reaksi pertama yang berisi susu kedelai terjadi
perubahan warna menjadi ungu kehitaman, pada tabung reaksi kedua yang
berisi susu sapi terjadi perubahan warna menjadi ungu kehitaman, dan pada
tabung reaksi ketiga yang berisi albumin telur berubah warna menjadi merah
jambu.
D. Percobaan Enzim Bromelialin
Dalam percobaan ini dilakukan dengan mengisolasi enzima yang
terkandung terlebih dahulu dengan cara membersikan nanas dari kulit
buahnya dan memarutnya hingga halus, hasil parutan tersebut kemudian
dicampur dengan aquades sebanyak 200ml, lalu hasil parutan dipersan
menggunakan kain saring. Kemudian dilanjutkan dengan mengamati aktivitas
enzim dengan cara mengisi tiga tabung reaksi dengan 2 ml susu kedelai, 2ml
susu sapi dan 1 ml albumin telur. Lalu pada setiap tabung diberi tetesan sari
nanas sebanyak lima belas tetes, dan dikocok dan ditunggu selama limabelas
menit. Kemudian dilakukan uji nihidrin untuk mengetahui adanya asam amino
bebas dengan menambah tiga tetes reagen nihidrin dan dikocok hingga
tercampur. Lalu dipanaskankan dalam penangas air hingga mendidih sampai
lima menit. Setelah pemanasan tersebut setiap sampel mengalami perubahan,
pada tabung reaksi pertama yang berisi susu kedelai terjadi perubahan warna
menjadi ungu kehitaman, pada tabung reaksi kedua yang berisi susu sapi
terjadi perubahan warna menjadi ungu kehitaman, dan pada tabung reaksi
ketiga yang berisi albumin telur berubah warna menjadi biru kehitaman
dengan endapan berwarna putih.
Kemudian percobaan diulangi kembali dengan perlakuan yang sama
dengan sebelumnya, dengan tiga tabung reaksi dengan 2 ml susu kedelai, 2ml
susu sapi dan 1 ml albumin telur. Lalu pada setiap tabung diberi tetesan sari
nanas sebanyak lima belas tetes, dan dikocok dan ditunggu selama tiga puluh
menit. Kemudian dilakukan uji nihidrin untuk mengetahui adanya asam amino
bebas dengan menambah tiga tetes reagen nihidrin dan dikocok hingga
tercampur. Lalu dipanaskankan dalam penangas air hingga mendidih sampai
lima menit. Setelah pemanasan tersebut setiap sampel mengalami perubahan,
pada tabung reaksi pertama yang berisi susu kedelai terjadi perubahan warna
menjadi biru kehitaman dengan endapan berwarna putih, pada tabung reaksi
kedua yang berisi susu sapi terjadi perubahan warna menjadi biru kehitaman
dengan endapan berwarna putih, dan pada tabung reaksi ketiga yang berisi
albumin telur berubah warna menjadi ungu kehitaman.

VIII. PEMBAHASAN
A. Percobaan Enzima Amilase dalam Saliva
Percobaan mengenai enzim amilase dengan melakukan uji iodin untuk
mengetahui aktivitas enzim amylase terhadap amilum yang terkandung dalam
larutan uji, yaitu saliva, saliva dicampur dengan HCl 1N, saliva dicampur
dengan NaOH 5%. Pada tabung pertama yang berisi 2 ml suspense amilum, 1
ml saliva, kemudian didiamkan selama 15 menit lalu diambil 3 tetes larutan
campuran dan ditambahkan 1 tetes larutan IKI menunjukkan perubahan
warna menjadi kuning. Sedangkan, pada waktu 30 menit menunjukkan
perubahan warna menjadi kuning juga dan memiliki pH 6. Perubahn warna
menjadi kuning menandakan bahwa enzim amylase bernilai negatif atau tidak
bekerja pada pH tersebut.
Pada tabung kedua yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml saliva, dan 1
ml laruta HCl 1N, kemudian didiamkan selama 15 menit lalu diambil 3 tetes
larutan campuran dan ditambahkan 1 tetes larutan IKI menunjukkan
perubahan warna menjadi biru kehitaman. Sedangkan, pada waktu 30 menit
menunjukkan perubahan warna menjadi biru kehitaman juga dan memiliki pH
1. Perubahan warna menjadi biru kehitaman menandakan bahwa enzim
amylase bernilai positif atau bekerja pada pH tersebut.
Pada tabung ketiga yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml ekstrak
kecambah kacang kedelai, dan 1 ml laruta NaOH 5%, kemudian didiamkan
selama 15 menit lalu diambil 3 tetes larutan campuran dan ditambahkan 1
tetes larutan IKI, menunjukkan perubahan warna menjadi bening. Sedangkan,
pada waktu 30 menit menunjukkan perubahan warna menjadi bening pula dan
memiliki pH 13. Warna jernih terbentuk karena amilum berikatan dengan iod
sehingga warna ungu telah mengalami proses hidrolisis menjadi maltosa dan
dekstrin yang tidak memberikan warna apabila berada dalam larutan iodium
(Panil 2004).
Uji iodin merupakan pengujian terhadap amilum atau pati. Pemberian
iodium amylase akan menghasilkan warna biru, dan dekstri- dekstrinnya
berwarna biru. Pada sebagian pati dan glikogen yang terhidrolisiis dengan dan
bereaksi dengan uji iodin akan tebentuk warna coklat (Cairns 2009). Hasil
pengamatan tersebut tidak sesuai dengan literature yang ada. Dalam literatur,
saliva tidak dapat bekerja dalam pH dibawah 4 (Pratama, 2012). Pada
percobaan dengan keadaan netral memiliki pH 6, seharusnya jika keadaan
netral pH-nya 7. Kesalahan ini dimungkinkan terjadi karena dalam melakukan
percobaan terjadi kontaminasai larutan yang akan diuji dengan zat atau larutan
lainnya sehingga hasil yang didapat tidak akurat.
Selanjutnya pengujian menggunakan larutan Benedict. Uji Benedict
digunakan untuk menentukan adanya gula pereduksi, seperti maltosa dan
glukosa dalam sampel. Pada tabung pertama yang berisi 2 ml suspense
amilum, 1 ml saliva, kemudian didiamkan selama 15 menit lalu diambil 5
tetes larutan campuran dan ditambahkan 15 tetes Fehling A dan Fehling B
selanjutnya dipanaskan dengan menggunakan lampu spiritus menunjukkan
perubahan warna menjadi hijau muda. Sedangkan, pada waktu 30 menit
menunjukkan perubahan warna menjadi coklat. Perubahan warna menjadi
coklat ini menandakan bahwa didalam larutan ini mengandung gula pereduksi
tetapi jumlahnya sedikit, sedangkan perubahan warna menjadi hijau muda
menandakan bahwa uji benedict bernilai positif.
Pada tabung kedua yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml saliva dan
HCl 1N, kemudian didiamkan selama 15 menit lalu diambil 5 tetes larutan
campuran dan ditambahkan 15 tetes Fehling A dan Fehling B selanjutnya
dipanaskan dengan menggunakan lampu spiritus menunjukkan perubahan
warna menjadi hijau kekuningan. Sedangkan, pada waktu 30 menit
menunjukkan perubahan warna menjadi hijau kecoklatan. Perubahan warna
menjadi hijau menunjukkan uji benedict bernilai positif pada larutan tersebut,
sedangkan untuk larutan dalam waktu 30 menit mengandung sedikit gula
pereduksi.
Pada tabung ketiga yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml saliva, dan
NaOH 5%, kemudian didiamkan selama 15 menit lalu diambil 5 tetes larutan
campuran dan ditambahkan 15 tetes Fehling A dan Fehling B selanjutnya
dipanaskan dengan menggunakan lampu spiritus menunjukkan perubahan
warna menjadi hijau muda dan tidak ada endapan. Sedangkan, pada waktu 30
menit menunjukkan perubahan warna menjadi biru kecloklatan. Perubahan
warna menjadi hijau menunjukkan uji benedict bernilai positif pada larutan
tersebut, jika tidak terdapat endapan berarti tidak mengandung gula pereduksi.
Hasil uji benedict yang telah dilakukan sudah sesuai dengan teori, yaitu
prinsip uji benedict pemanasan karbohidrat terhadap pereaksi benedict dapat
menimbulkan perubahan warna, yaitu warna dari biru ke hijau kekuning dan
kemerah-merahan yang menimbulkan endapan merah bata. Pada uji benedict
akan menunjukkan endapan merah bata apabila mengandung gula pereduksi
dan berwarna biru apabila tidak mengandung gula pereduksi saat dipanaskan.
(Cairns 2009).
B. Percobaan enzim amylase dalam kecambah kacang hijau
Percobaan mengenai enzim amilase dengan melakukan uji iodin untuk
mengetahui aktivitas enzim amylase terhadap amilum yang terkandung dalam
larutan uji, yaitu ekstrak kecambah kacang kedelai, ekstrak kecambah kacang
kedelai dicampur dengan HCl 1N, ekstrak kecambah kacang kedelai dicampur
dengan NaOH 5%. Pada tabung pertama yang berisi 2 ml suspense amilum, 1
ml ekstrak kecambah kacang kedelai, kemudian didiamkan selama 15 menit
lalu diambil 3 tetes larutan campuran dan ditambahkan 1 tetes larutan IKI
menunjukkan perubahan warna menjadi biru kehitaman. Sedangkan, pada
waktu 30 menit menunjukkan perubahan warna menjadi umgu dan memiliki
pH 7. Perubahn warna dari ungu sampai biru menandakan bahwa enzim
amylase bernilai positif atau bekerja pada pH tersebut.
Pada tabung kedua yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml ekstrak
kecambah kacang kedelai, dan 1 ml laruta HCl 1N, kemudian didiamkan
selama 15 menit lalu diambil 3 tetes larutan campuran dan ditambahkan 1
tetes larutan IKI menunjukkan perubahan warna menjadi biru kehitaman.
Sedangkan, pada waktu 30 menit menunjukkan perubahan warna menjadi biru
kehitaman juga dan memiliki pH 1. Perubahan warna menjadi biru kehitaman
menandakan bahwa enzim amylase bernilai positif atau bekerja pada pH
tersebut.
Pada tabung ketiga yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml ekstrak
kecambah kacang kedelai, dan 1 ml laruta NaOH 5%, kemudian didiamkan
selama 15 menit lalu diambil 3 tetes larutan campuran dan ditambahkan 1
tetes larutan IKI, tidak menunjukkan perubahan warna. Sedangkan, pada
waktu 30 menit juga tidak menunjukkan perubahan warna dan memiliki pH
12. Tidak adanya perubahan warna ini menandakan bahwa enzim amylase
bernilai negatif atau tidak bekerja pada pH tersebut.
Uji iodin merupakan pengujian terhadap amilum atau pati. Pemberian
iodium amylase akan menghasilkan warna biru, dan dekstri- dekstrinnya
berwarna biru. Pada sebagian pati dan glikogen yang terhidrolisiis dengan dan
bereaksi dengan uji iodin akan tebentuk warna coklat (Cairns 2009). Hasil
pengamatan tersebut tidak sesuai dengan literature yang ada. Dalam literatur,
saliva tidak dapat bekerja dalam pH dibawah 4 (Pratama, 2012). Kesalahan ini
dimungkinkan terjadi karena dalam melakukan percobaan terjadi
kontaminasai larutan yang akan diuji dengan zat atau larutan lainnya sehingga
hasil yang didapat tidak akurat.
Selanjutnya pengujian menggunakan larutan Benedict. Uji Benedict
digunakan untuk menentukan adanya gula pereduksi, seperti maltosa dan
glukosa dalam sampel. Pada tabung pertama yang berisi 2 ml suspense
amilum, 1 ml ekstrak kecambah kacang kedelai, kemudian didiamkan selama
15 menit lalu diambil 5 tetes larutan campuran dan ditambahkan 15 tetes
Fehling A dan Fehling B selanjutnya dipanaskan dengan menggunakan lampu
spiritus menunjukkan perubahan warna menjadi coklat. Sedangkan, pada
waktu 30 menit menunjukkan perubahan warna menjadi coklat pula.
Perubahan warna menjadi coklat ini menandakan bahwa didalam larutan ini
mengandung gula pereduksi tetapi jumlahnya sedikit.
Pada tabung kedua yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml ekstrak
kecambah kacang kedelai, dan HCl 1N, kemudian didiamkan selama 15 menit
lalu diambil 5 tetes larutan campuran dan ditambahkan 15 tetes Fehling A
dan Fehling B selanjutnya dipanaskan dengan menggunakan lampu spiritus
menunjukkan perubahan warna menjadi hijau dengan endapan coklat.
Sedangkan, pada waktu 30 menit menunjukkan perubahan warna menjadi
hijau dengan endapan berwana coklat pula. Perubahan warna menjadi hijau
menunjukkan uji benedict bernilai positif pada larutan tersebut, sedangkan
untuk endapan berwarna coklat menunjukkan adanya gula pereduksi namun
dalam jumlah yang sedikit.
Pada tabung ketiga yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml ekstrak
kecambah kacang kedelai, dan NaOH 5%, kemudian didiamkan selama 15
menit lalu diambil 5 tetes larutan campuran dan ditambahkan 15 tetes
Fehling A dan Fehling B selanjutnya dipanaskan dengan menggunakan lampu
spiritus menunjukkan perubahan warna menjadi hijau dan tidak ada endapan.
Sedangkan, pada waktu 30 menit menunjukkan perubahan warna menjadi
hijau dan tidak ada endapan pula. Perubahan warna menjadi hijau
menunjukkan uji benedict berniali positif pada larutan tersebut, jika tidak
terdapat endapan berarti tidak mengandung gula pereduksi.
Hasil uji benedict yang telah dilakukan sudah sesuai dengan teori, yaitu
prinsip uji benedict pemanasan karbohidrat terhadap pereaksi benedict dapat
menimbulkan perubahan warna, yaitu warna dari biru ke hijau kekuning dan
kemerah-merahan yang menimbulkan endapan merah bata. Pada uji benedict
akan menunjukkan endapan merah bata apabila mengandung gula pereduksi
dan berwarna biru apabila tidak mengandung gula pereduksi saat dipanaskan.
(Cairns 2009).
C. Aktivasi enzim Papain
Percobaan mengenai aktivitas enzim papain dengan melakukan uji
nihidrin untuk mengetahui adanya asam amino bebas yang terkandung dalam
larutan uji, yaitu susu kedelai, susu sapi segar, dan albumin telur. Pada tabung
pertama yang berisi 2 ml susu kedelai, 15 tetes getah papaya, kemudian
didiamkan selama 15 menit lalu diambil 15 tetes larutan dan ditambahkan 3
tetes pereaksi nihidrin yang kemudian dipanaskan diatas lampu spirtus dengan
penangas air, percobaan ini menunjukkan perubahan warna menjadi ungu.
Perubahan warna menjadi ungu menandakan bahwa susu kedelai mempunyai
gugus asam amino. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung 2
amino bebas akan bereaksi dengan nihidrin membentuk senyawa kompleks
berwarna biru-ungu (Abbas, 2000). Sedangkan pada penambahan 30 tetes
getah pepaya menghasilkan warna ungu kehitaman. Terbentuknya warna ungu
kehitaman karena pada larutan tersebut dapat bereaksi dengan peraksi
nihidrin. Warna ungu kehitaman menunjukkan bahwa kandungan asam amino
didalamnya lebih besar.
Tabung kedua berisi 2 ml susu sapi dan 15 tetes getah pepaya kemudian
didiamkan 15 menit lalu diambil 15 tetes larutan dan ditambahkan 3 tetes
pereaksi nihidrin selanjutnya dipanaskan diatas lampu spirtus dengan penang,
terbentuk warna ungu. Perubahan warna menjadi ungu menandakan bahwa
susu sapi mempunyai gugus asam amino bebas. Sedangkan pada penambahan
30 tetes setelah larutan tersebut ditetesi oleh 3 tetes pereaksi nihidrin dan
dipanaskan diatas lampu spiritus dengan penagas air menghasilkan warna
ungu kehitaman. Terbentuknya warna ungu kehitaman karena pada larutan
tersebut dapat bereaksi dengan peraksi nihidrin. Perubahan warna menjadi
lebih pekat atau kehitaman menunjukkan bahwa kandungan asam amino
didalamnya lebih besar.
Tabung ketiga berisi 2 ml albumin telur dan 15 tetes getah pepaya
kemudian didiamkan 15 menit lalu diambil 15 tetes larutan dan ditambahkan 3
tetes pereaksi nihidrin selanjutnya dipanaskan diatas lampu spirtus dengan
penangas air, terbentuk warna ungu muda. Perubahan warna menjadi ungu
muda menandakan bahwa pada albumin terdapat asam amino bebas. Pada
larutan uji albumin telur terbentuk warna ungu yang pudar dibandingkan
dengan bahan lainnya, karena kandungan asam amino didalam albumin telur
lebih sedikit daripada susu kedelai dan susu segar (Novita, 2009). Sedangkan
pada penambahan 30 tetes getah papaya menunjukkan perubahan warna
menjadi merah jambu. Perubahan warna menjadi merah jambu menunjukkan
bahwa larutan tersebut tidak dapat bereaksi dengan peraksi nihidrin dan tidak
terdapat gugus amin. Hal ini sesuai degan teori, bahwa semua asam amino
atau peptida yang mengandung 2 amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin
membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. (Abbas, 2000).
Kesalahan yang terjadi pada percobaan ini dapat dikarenakan oleh
kurangnya ketelitian dalam mengamati perubahan warna dan kurang tepat
dalam pemberian volum ekstrak enzim yang diperlukan serta
terkontaminasinya bahan dengan dengan laruta lain.
D. Aktivasi enzim Bromeolin
Percobaan aktivitas enzim bromealin dengan melakukan uji ninhidrin
untuk mengetahui keberadaan asam amino bebas yang terkandung dalam
albumin telur, susu kedelai, dan susu sapi segar. Pada tabung pertama yang
berisi 2 ml susu kedelai dan 15 tetes enzim bromelialin kemudian didiamkan
selama 15 menit, diambil 15 tetes bahan campuran dan ditambahkan 3 tetes
pereaksi ninhidrin selanjutnya dipanaskan dalam penangas air diatas lampu
spiritus, larutan tersebut menghasilkan warna ungu kehitaman. Sedangkan
pada pemberian 30 tetes enzim bromealin menghasilkan warna biru kehitaman
yang lebih pekat dibandingkan pada pemberian 15 tetes enzim bromealin
disertai adanya endapan. Warna ungu kebiruan pada pemberian 15 tetes enzim
bromealin dan warna biru kehitaman yang lebih pekat pada pemberian 30
tetes enzim bromealin menunjukkan reaksi positif, bermakna bahwa pada
larutan susu kedelai terdapat asam amino bebas akibat aktivitas enzim
bromealin.
Pada tabung kedua yang berisi 2 ml susu sapi dan 15 tetes enzim
bromelialin kemudian didiamkan selama 15 menit, diambil 15 tetes larutan
campuran dan ditambahkan 3 tetes pereaksi ninhidrin selanjutnya dipanaskan
dalam penangas air diatas lampu spiritus, larutan tersebut menghasilkan warna
ungu kehitaman. Sedangkan pada pemberian 30 tetes enzim bromealin
menghasilkan warna biru kehitaman yang lebih pekat disertai adanya
endapan. Warna ungu kehitaman pada pemberian 15 tetes enzim bromealin
dan warna biru kehitaman yang lebih pekat pada pemberian 30 tetes enzim
bromealin menunjukkan reaksi positif, bermakna bahwa pada larutan susu
sapi terdapat asam amino bebas akibat aktivitas enzim bromealin.
Pada tabung ketiga yang berisi 2 ml albumin telur dan 15 tetes enzim
bromelialin kemudian didiamkan selama 15 menit, diambil 15 tetes bahan
campuran dan ditambahkan 3 tetes pereaksi ninhidrin selanjutnya dipanaskan
dalam penangas air diatas lampu spiritus, larutan tersebut menghasilkan warna
biru kehitaman dan terdapat endapan. Sedangkan pada pemberian 30 tetes
enzim bromealin menghasilkan warna ungu kehitaman yang tidak lebih pekat
dibandingkan pada pemberian 15 tetes enzim bromealin. Warna ungu
kebiruan pada pemberian 15 tetes enzim bromealin dan warna biru kehitaman
yang lebih pekat pada pemberian 30 tetes enzim bromealin menunjukkan
reaksi positif, bermakna bahwa pada albumin telur tersebut terdapat asam
amino bebas akibat aktivitas enzim bromealin.
Rentang warna yang menunjukkan reaksi positif pada pereaksi nihidrin
antara warna biru hingga ungu. Warna tersebut terjadi karena reaksi asam
amino dalam larutan asam dengan ninhidrin (hidrat triketohidrindena) yang
dikaitkan dengan adanya anion dari diketohydrindylidenediketohydrindamine
(DYDA) (Yemm & Cocking, 1955). Semakin banyak DYDA yang terbentuk
semakin ungu larutan yang dihasilkan, dengan begitu dapat diperkirakan
jumlah kuantitatif dari asam amino yang terdapat di larutan yang diuji (Yemm
& Cocking, 1955).
Pengujian aktivitas enzim bromealin diuji dengan menggunakan dua
konsentrasi yang berbeda menunjukan pengaruh konsentrasi enzim terhadap
produk yang dihasilkan. Dapat diketahui dari praktikum yang dilakukan pada
larutan uji susu kedelai dan susu sapi ketika diberikan konsentrasi enzim
bromealin sebesar 30 tetes menunjukan hasil warna yang lebih pekat ketika
diuji dengan ninhidrin dariada menggunakan konsentrasi sebesar 15 tetes.
Namun, pada larutan uji albumin telur menunjukkan hal yang sebaliknya,
yaitu konsentrasi enzim bromealin sebesar 15 tetes menunjukan hasil warna
yang lebih pekat ketika diuji dengan ninhidrin daripada menggunakan
konsentrasi sebesar 30 tetes. Hasil percobaan tersebut tidak sesuai dengan
teori, yaitu konsentrasi enzim sejalan dengan laju reaksi yang terjadi, ketika
laju reaksi semakin besar maka produk yang dihasilkan pun akan semakin
besar (Solomon et all, 2008). Semakin banyak konsentrasi enzim bromealin
maka jumlah asam amino yang terbentuk juga akan semakin banyak.
Hal ini menunjukkan adanya kesalahan pada hasil pengamatan kelompok
kami. Kesalahan dimungkinkan terjadi karena adanya kontaminasi larutan uji
dengan larutan lainnya, dan adanya ketidak telitian kelompok kami dalam
mengamati perubahan warna.

IX. KESIMPULAN
1. Jenis enzim ada yang berasal dari tumbuhan dan manusia. Enzim yang berasal
dari tumbuhan adalah bromealin dan papain, sedangkan yang berasal dari
manusia salah satunya adalah amylase
2. Cara isolasi enzim
 Cara isolasi enzim amilase dari dalam saliva adalah dengan cara
berkumur dengan NaCl 0,9% 100 ml.
 Cara isolasi enzim amilase dari kecambah kacang hijau adalah dengan
mengambil esktraknya.
 Cara isolasi enzim papain adalah dengan mengambil getah buah papaya
dan dilakukan uji nihidrin
 Cara isolasi enzim bromealin adalah dengan mengambil sari buah nanas
dan di uji dengan nihidrin.
3. Substrat yang dikatalis oleh enzim amylase adalah amilum sedangkan substrat
yang dikatalis oleh enzim papain dan bromealin adalah asam amino.
4. Senyawa ang dihasilkan dari katalis enzim amilasi adalah maltose, glukosa,
dan oligosakarida. Senyawa yang dihasilkan dari katalis enzi bromalin adalah
asam protein, sedangkan yang dihasilakan dari katalis enzim papain adalah
asam amino.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah pH dan konsentrasi
enzim.
DAFTAR RUJUKAN

Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi Edisi Kedua. Puspita Rini, penerjemah.
Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Essentialsof
Pharmaceutical Chemistry Second Edition

Cartono. Biologi Umum. Bandung: Prisma Press, 2004.

Lay, B. W. and Sugyo,H. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Pers. Jakarta. 107-112.

Lehninger, A.L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga. Jakarta.369 halaman.

Fessenden,R.J. and Fessenden, J.S. 1992. Kimia Organik Jilid II. Erlangga. Jakarta.
395-396.

Panil Z. 2004. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis. Jakarta (ID):
Buku Kedokteran EGC

Poedjiadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press, 1994.

Pratama AP. 2012. Pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim. Jurnal
Kimia Indonesia 1(1): 22-27.

Suhartono, M.T., 1992, Protease, Bogor, IPB Press.

Sutresna, Nana. Kimia. Bandung: Grafindo, 2007.

Winarno, F.G. 1986. Enzim Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
155 halaman.
LAMPIRAN

Hasil percobaan aktivitas enzim Pemanasan yang dilakukan untuk


bromealin melakukan uji benedict

Pengukuran pH pada percobaan aktivitas enzim amilase

Anda mungkin juga menyukai