Oleh :
Kelompok 4 Offering A 2017
Arief Baskara 170341615
Firnindia Putri 170341615021
Ike Safitri 170341615072
Izjaachwatul Diah 170341615004
JURUSAN BIOLOGI
April 2018
I. TOPIK: Enzim
II. TUJUAN:
Yang kedua adalah Pengaruh pH, pH akan mengalami denaturasi jika pH jauh
di atas pH optimum. Enzim pada umumnya bersifat amfolitik, yang berarti enzim
mempunyai konstanta disosiasi pada gugus asam maupun gugus basanya,
terutama pada gugus residu terminal karboksil dan gugus terminal aminonya,
diperkirakan perubahan kereaktifan enzim akibat perubahan pH lingkungan
(Winarno, 1986).
2. Bahan:
Larutan NaCl 0,9%
Larutan Amilum 2%
Larutan HCl 1N
Larutan IKI
Fehling A dan B
Aquades
Kecambah kacang hijau
Buah papaya
Buah nanas
V. PROSEDUR KERJA
A. Isolasi Enzima
1. Enzima amilase dalam saliva
Diambil larutan NaCl 0,9% sebaanyak 100 ml ke dalam gelas beaker 50
ml.
B. Aktivitas Enzim
I. Aktifitas Amilase Dari Saliva
Diambil 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 2 ml suspense amilum
2%.
Setelah menit ke-15 dilakukan uji nihidrin untuk mengetahui adanya asam
amino bebas. Uji nihidrin dilakukan dengan mengambil 15 tetes bahan
kemudian ditambah dengan 3 tetes pereaksi nihidrin, kocok hingga
tercampur.
Setelah menit ke-15 dilakukan uji nihidrin untuk mengetahui adanya asam
amino bebas. Uji nihidrin dilakukan dengan mengambil 15 tetes bahan
kemudian ditambah dengan 3 tetes pereaksi nihidrin, kocok hingga
tercampur.
VIII. PEMBAHASAN
A. Percobaan Enzima Amilase dalam Saliva
Percobaan mengenai enzim amilase dengan melakukan uji iodin untuk
mengetahui aktivitas enzim amylase terhadap amilum yang terkandung dalam
larutan uji, yaitu saliva, saliva dicampur dengan HCl 1N, saliva dicampur
dengan NaOH 5%. Pada tabung pertama yang berisi 2 ml suspense amilum, 1
ml saliva, kemudian didiamkan selama 15 menit lalu diambil 3 tetes larutan
campuran dan ditambahkan 1 tetes larutan IKI menunjukkan perubahan
warna menjadi kuning. Sedangkan, pada waktu 30 menit menunjukkan
perubahan warna menjadi kuning juga dan memiliki pH 6. Perubahn warna
menjadi kuning menandakan bahwa enzim amylase bernilai negatif atau tidak
bekerja pada pH tersebut.
Pada tabung kedua yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml saliva, dan 1
ml laruta HCl 1N, kemudian didiamkan selama 15 menit lalu diambil 3 tetes
larutan campuran dan ditambahkan 1 tetes larutan IKI menunjukkan
perubahan warna menjadi biru kehitaman. Sedangkan, pada waktu 30 menit
menunjukkan perubahan warna menjadi biru kehitaman juga dan memiliki pH
1. Perubahan warna menjadi biru kehitaman menandakan bahwa enzim
amylase bernilai positif atau bekerja pada pH tersebut.
Pada tabung ketiga yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml ekstrak
kecambah kacang kedelai, dan 1 ml laruta NaOH 5%, kemudian didiamkan
selama 15 menit lalu diambil 3 tetes larutan campuran dan ditambahkan 1
tetes larutan IKI, menunjukkan perubahan warna menjadi bening. Sedangkan,
pada waktu 30 menit menunjukkan perubahan warna menjadi bening pula dan
memiliki pH 13. Warna jernih terbentuk karena amilum berikatan dengan iod
sehingga warna ungu telah mengalami proses hidrolisis menjadi maltosa dan
dekstrin yang tidak memberikan warna apabila berada dalam larutan iodium
(Panil 2004).
Uji iodin merupakan pengujian terhadap amilum atau pati. Pemberian
iodium amylase akan menghasilkan warna biru, dan dekstri- dekstrinnya
berwarna biru. Pada sebagian pati dan glikogen yang terhidrolisiis dengan dan
bereaksi dengan uji iodin akan tebentuk warna coklat (Cairns 2009). Hasil
pengamatan tersebut tidak sesuai dengan literature yang ada. Dalam literatur,
saliva tidak dapat bekerja dalam pH dibawah 4 (Pratama, 2012). Pada
percobaan dengan keadaan netral memiliki pH 6, seharusnya jika keadaan
netral pH-nya 7. Kesalahan ini dimungkinkan terjadi karena dalam melakukan
percobaan terjadi kontaminasai larutan yang akan diuji dengan zat atau larutan
lainnya sehingga hasil yang didapat tidak akurat.
Selanjutnya pengujian menggunakan larutan Benedict. Uji Benedict
digunakan untuk menentukan adanya gula pereduksi, seperti maltosa dan
glukosa dalam sampel. Pada tabung pertama yang berisi 2 ml suspense
amilum, 1 ml saliva, kemudian didiamkan selama 15 menit lalu diambil 5
tetes larutan campuran dan ditambahkan 15 tetes Fehling A dan Fehling B
selanjutnya dipanaskan dengan menggunakan lampu spiritus menunjukkan
perubahan warna menjadi hijau muda. Sedangkan, pada waktu 30 menit
menunjukkan perubahan warna menjadi coklat. Perubahan warna menjadi
coklat ini menandakan bahwa didalam larutan ini mengandung gula pereduksi
tetapi jumlahnya sedikit, sedangkan perubahan warna menjadi hijau muda
menandakan bahwa uji benedict bernilai positif.
Pada tabung kedua yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml saliva dan
HCl 1N, kemudian didiamkan selama 15 menit lalu diambil 5 tetes larutan
campuran dan ditambahkan 15 tetes Fehling A dan Fehling B selanjutnya
dipanaskan dengan menggunakan lampu spiritus menunjukkan perubahan
warna menjadi hijau kekuningan. Sedangkan, pada waktu 30 menit
menunjukkan perubahan warna menjadi hijau kecoklatan. Perubahan warna
menjadi hijau menunjukkan uji benedict bernilai positif pada larutan tersebut,
sedangkan untuk larutan dalam waktu 30 menit mengandung sedikit gula
pereduksi.
Pada tabung ketiga yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml saliva, dan
NaOH 5%, kemudian didiamkan selama 15 menit lalu diambil 5 tetes larutan
campuran dan ditambahkan 15 tetes Fehling A dan Fehling B selanjutnya
dipanaskan dengan menggunakan lampu spiritus menunjukkan perubahan
warna menjadi hijau muda dan tidak ada endapan. Sedangkan, pada waktu 30
menit menunjukkan perubahan warna menjadi biru kecloklatan. Perubahan
warna menjadi hijau menunjukkan uji benedict bernilai positif pada larutan
tersebut, jika tidak terdapat endapan berarti tidak mengandung gula pereduksi.
Hasil uji benedict yang telah dilakukan sudah sesuai dengan teori, yaitu
prinsip uji benedict pemanasan karbohidrat terhadap pereaksi benedict dapat
menimbulkan perubahan warna, yaitu warna dari biru ke hijau kekuning dan
kemerah-merahan yang menimbulkan endapan merah bata. Pada uji benedict
akan menunjukkan endapan merah bata apabila mengandung gula pereduksi
dan berwarna biru apabila tidak mengandung gula pereduksi saat dipanaskan.
(Cairns 2009).
B. Percobaan enzim amylase dalam kecambah kacang hijau
Percobaan mengenai enzim amilase dengan melakukan uji iodin untuk
mengetahui aktivitas enzim amylase terhadap amilum yang terkandung dalam
larutan uji, yaitu ekstrak kecambah kacang kedelai, ekstrak kecambah kacang
kedelai dicampur dengan HCl 1N, ekstrak kecambah kacang kedelai dicampur
dengan NaOH 5%. Pada tabung pertama yang berisi 2 ml suspense amilum, 1
ml ekstrak kecambah kacang kedelai, kemudian didiamkan selama 15 menit
lalu diambil 3 tetes larutan campuran dan ditambahkan 1 tetes larutan IKI
menunjukkan perubahan warna menjadi biru kehitaman. Sedangkan, pada
waktu 30 menit menunjukkan perubahan warna menjadi umgu dan memiliki
pH 7. Perubahn warna dari ungu sampai biru menandakan bahwa enzim
amylase bernilai positif atau bekerja pada pH tersebut.
Pada tabung kedua yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml ekstrak
kecambah kacang kedelai, dan 1 ml laruta HCl 1N, kemudian didiamkan
selama 15 menit lalu diambil 3 tetes larutan campuran dan ditambahkan 1
tetes larutan IKI menunjukkan perubahan warna menjadi biru kehitaman.
Sedangkan, pada waktu 30 menit menunjukkan perubahan warna menjadi biru
kehitaman juga dan memiliki pH 1. Perubahan warna menjadi biru kehitaman
menandakan bahwa enzim amylase bernilai positif atau bekerja pada pH
tersebut.
Pada tabung ketiga yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml ekstrak
kecambah kacang kedelai, dan 1 ml laruta NaOH 5%, kemudian didiamkan
selama 15 menit lalu diambil 3 tetes larutan campuran dan ditambahkan 1
tetes larutan IKI, tidak menunjukkan perubahan warna. Sedangkan, pada
waktu 30 menit juga tidak menunjukkan perubahan warna dan memiliki pH
12. Tidak adanya perubahan warna ini menandakan bahwa enzim amylase
bernilai negatif atau tidak bekerja pada pH tersebut.
Uji iodin merupakan pengujian terhadap amilum atau pati. Pemberian
iodium amylase akan menghasilkan warna biru, dan dekstri- dekstrinnya
berwarna biru. Pada sebagian pati dan glikogen yang terhidrolisiis dengan dan
bereaksi dengan uji iodin akan tebentuk warna coklat (Cairns 2009). Hasil
pengamatan tersebut tidak sesuai dengan literature yang ada. Dalam literatur,
saliva tidak dapat bekerja dalam pH dibawah 4 (Pratama, 2012). Kesalahan ini
dimungkinkan terjadi karena dalam melakukan percobaan terjadi
kontaminasai larutan yang akan diuji dengan zat atau larutan lainnya sehingga
hasil yang didapat tidak akurat.
Selanjutnya pengujian menggunakan larutan Benedict. Uji Benedict
digunakan untuk menentukan adanya gula pereduksi, seperti maltosa dan
glukosa dalam sampel. Pada tabung pertama yang berisi 2 ml suspense
amilum, 1 ml ekstrak kecambah kacang kedelai, kemudian didiamkan selama
15 menit lalu diambil 5 tetes larutan campuran dan ditambahkan 15 tetes
Fehling A dan Fehling B selanjutnya dipanaskan dengan menggunakan lampu
spiritus menunjukkan perubahan warna menjadi coklat. Sedangkan, pada
waktu 30 menit menunjukkan perubahan warna menjadi coklat pula.
Perubahan warna menjadi coklat ini menandakan bahwa didalam larutan ini
mengandung gula pereduksi tetapi jumlahnya sedikit.
Pada tabung kedua yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml ekstrak
kecambah kacang kedelai, dan HCl 1N, kemudian didiamkan selama 15 menit
lalu diambil 5 tetes larutan campuran dan ditambahkan 15 tetes Fehling A
dan Fehling B selanjutnya dipanaskan dengan menggunakan lampu spiritus
menunjukkan perubahan warna menjadi hijau dengan endapan coklat.
Sedangkan, pada waktu 30 menit menunjukkan perubahan warna menjadi
hijau dengan endapan berwana coklat pula. Perubahan warna menjadi hijau
menunjukkan uji benedict bernilai positif pada larutan tersebut, sedangkan
untuk endapan berwarna coklat menunjukkan adanya gula pereduksi namun
dalam jumlah yang sedikit.
Pada tabung ketiga yang berisi 2 ml suspense amilum, 1 ml ekstrak
kecambah kacang kedelai, dan NaOH 5%, kemudian didiamkan selama 15
menit lalu diambil 5 tetes larutan campuran dan ditambahkan 15 tetes
Fehling A dan Fehling B selanjutnya dipanaskan dengan menggunakan lampu
spiritus menunjukkan perubahan warna menjadi hijau dan tidak ada endapan.
Sedangkan, pada waktu 30 menit menunjukkan perubahan warna menjadi
hijau dan tidak ada endapan pula. Perubahan warna menjadi hijau
menunjukkan uji benedict berniali positif pada larutan tersebut, jika tidak
terdapat endapan berarti tidak mengandung gula pereduksi.
Hasil uji benedict yang telah dilakukan sudah sesuai dengan teori, yaitu
prinsip uji benedict pemanasan karbohidrat terhadap pereaksi benedict dapat
menimbulkan perubahan warna, yaitu warna dari biru ke hijau kekuning dan
kemerah-merahan yang menimbulkan endapan merah bata. Pada uji benedict
akan menunjukkan endapan merah bata apabila mengandung gula pereduksi
dan berwarna biru apabila tidak mengandung gula pereduksi saat dipanaskan.
(Cairns 2009).
C. Aktivasi enzim Papain
Percobaan mengenai aktivitas enzim papain dengan melakukan uji
nihidrin untuk mengetahui adanya asam amino bebas yang terkandung dalam
larutan uji, yaitu susu kedelai, susu sapi segar, dan albumin telur. Pada tabung
pertama yang berisi 2 ml susu kedelai, 15 tetes getah papaya, kemudian
didiamkan selama 15 menit lalu diambil 15 tetes larutan dan ditambahkan 3
tetes pereaksi nihidrin yang kemudian dipanaskan diatas lampu spirtus dengan
penangas air, percobaan ini menunjukkan perubahan warna menjadi ungu.
Perubahan warna menjadi ungu menandakan bahwa susu kedelai mempunyai
gugus asam amino. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung 2
amino bebas akan bereaksi dengan nihidrin membentuk senyawa kompleks
berwarna biru-ungu (Abbas, 2000). Sedangkan pada penambahan 30 tetes
getah pepaya menghasilkan warna ungu kehitaman. Terbentuknya warna ungu
kehitaman karena pada larutan tersebut dapat bereaksi dengan peraksi
nihidrin. Warna ungu kehitaman menunjukkan bahwa kandungan asam amino
didalamnya lebih besar.
Tabung kedua berisi 2 ml susu sapi dan 15 tetes getah pepaya kemudian
didiamkan 15 menit lalu diambil 15 tetes larutan dan ditambahkan 3 tetes
pereaksi nihidrin selanjutnya dipanaskan diatas lampu spirtus dengan penang,
terbentuk warna ungu. Perubahan warna menjadi ungu menandakan bahwa
susu sapi mempunyai gugus asam amino bebas. Sedangkan pada penambahan
30 tetes setelah larutan tersebut ditetesi oleh 3 tetes pereaksi nihidrin dan
dipanaskan diatas lampu spiritus dengan penagas air menghasilkan warna
ungu kehitaman. Terbentuknya warna ungu kehitaman karena pada larutan
tersebut dapat bereaksi dengan peraksi nihidrin. Perubahan warna menjadi
lebih pekat atau kehitaman menunjukkan bahwa kandungan asam amino
didalamnya lebih besar.
Tabung ketiga berisi 2 ml albumin telur dan 15 tetes getah pepaya
kemudian didiamkan 15 menit lalu diambil 15 tetes larutan dan ditambahkan 3
tetes pereaksi nihidrin selanjutnya dipanaskan diatas lampu spirtus dengan
penangas air, terbentuk warna ungu muda. Perubahan warna menjadi ungu
muda menandakan bahwa pada albumin terdapat asam amino bebas. Pada
larutan uji albumin telur terbentuk warna ungu yang pudar dibandingkan
dengan bahan lainnya, karena kandungan asam amino didalam albumin telur
lebih sedikit daripada susu kedelai dan susu segar (Novita, 2009). Sedangkan
pada penambahan 30 tetes getah papaya menunjukkan perubahan warna
menjadi merah jambu. Perubahan warna menjadi merah jambu menunjukkan
bahwa larutan tersebut tidak dapat bereaksi dengan peraksi nihidrin dan tidak
terdapat gugus amin. Hal ini sesuai degan teori, bahwa semua asam amino
atau peptida yang mengandung 2 amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin
membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. (Abbas, 2000).
Kesalahan yang terjadi pada percobaan ini dapat dikarenakan oleh
kurangnya ketelitian dalam mengamati perubahan warna dan kurang tepat
dalam pemberian volum ekstrak enzim yang diperlukan serta
terkontaminasinya bahan dengan dengan laruta lain.
D. Aktivasi enzim Bromeolin
Percobaan aktivitas enzim bromealin dengan melakukan uji ninhidrin
untuk mengetahui keberadaan asam amino bebas yang terkandung dalam
albumin telur, susu kedelai, dan susu sapi segar. Pada tabung pertama yang
berisi 2 ml susu kedelai dan 15 tetes enzim bromelialin kemudian didiamkan
selama 15 menit, diambil 15 tetes bahan campuran dan ditambahkan 3 tetes
pereaksi ninhidrin selanjutnya dipanaskan dalam penangas air diatas lampu
spiritus, larutan tersebut menghasilkan warna ungu kehitaman. Sedangkan
pada pemberian 30 tetes enzim bromealin menghasilkan warna biru kehitaman
yang lebih pekat dibandingkan pada pemberian 15 tetes enzim bromealin
disertai adanya endapan. Warna ungu kebiruan pada pemberian 15 tetes enzim
bromealin dan warna biru kehitaman yang lebih pekat pada pemberian 30
tetes enzim bromealin menunjukkan reaksi positif, bermakna bahwa pada
larutan susu kedelai terdapat asam amino bebas akibat aktivitas enzim
bromealin.
Pada tabung kedua yang berisi 2 ml susu sapi dan 15 tetes enzim
bromelialin kemudian didiamkan selama 15 menit, diambil 15 tetes larutan
campuran dan ditambahkan 3 tetes pereaksi ninhidrin selanjutnya dipanaskan
dalam penangas air diatas lampu spiritus, larutan tersebut menghasilkan warna
ungu kehitaman. Sedangkan pada pemberian 30 tetes enzim bromealin
menghasilkan warna biru kehitaman yang lebih pekat disertai adanya
endapan. Warna ungu kehitaman pada pemberian 15 tetes enzim bromealin
dan warna biru kehitaman yang lebih pekat pada pemberian 30 tetes enzim
bromealin menunjukkan reaksi positif, bermakna bahwa pada larutan susu
sapi terdapat asam amino bebas akibat aktivitas enzim bromealin.
Pada tabung ketiga yang berisi 2 ml albumin telur dan 15 tetes enzim
bromelialin kemudian didiamkan selama 15 menit, diambil 15 tetes bahan
campuran dan ditambahkan 3 tetes pereaksi ninhidrin selanjutnya dipanaskan
dalam penangas air diatas lampu spiritus, larutan tersebut menghasilkan warna
biru kehitaman dan terdapat endapan. Sedangkan pada pemberian 30 tetes
enzim bromealin menghasilkan warna ungu kehitaman yang tidak lebih pekat
dibandingkan pada pemberian 15 tetes enzim bromealin. Warna ungu
kebiruan pada pemberian 15 tetes enzim bromealin dan warna biru kehitaman
yang lebih pekat pada pemberian 30 tetes enzim bromealin menunjukkan
reaksi positif, bermakna bahwa pada albumin telur tersebut terdapat asam
amino bebas akibat aktivitas enzim bromealin.
Rentang warna yang menunjukkan reaksi positif pada pereaksi nihidrin
antara warna biru hingga ungu. Warna tersebut terjadi karena reaksi asam
amino dalam larutan asam dengan ninhidrin (hidrat triketohidrindena) yang
dikaitkan dengan adanya anion dari diketohydrindylidenediketohydrindamine
(DYDA) (Yemm & Cocking, 1955). Semakin banyak DYDA yang terbentuk
semakin ungu larutan yang dihasilkan, dengan begitu dapat diperkirakan
jumlah kuantitatif dari asam amino yang terdapat di larutan yang diuji (Yemm
& Cocking, 1955).
Pengujian aktivitas enzim bromealin diuji dengan menggunakan dua
konsentrasi yang berbeda menunjukan pengaruh konsentrasi enzim terhadap
produk yang dihasilkan. Dapat diketahui dari praktikum yang dilakukan pada
larutan uji susu kedelai dan susu sapi ketika diberikan konsentrasi enzim
bromealin sebesar 30 tetes menunjukan hasil warna yang lebih pekat ketika
diuji dengan ninhidrin dariada menggunakan konsentrasi sebesar 15 tetes.
Namun, pada larutan uji albumin telur menunjukkan hal yang sebaliknya,
yaitu konsentrasi enzim bromealin sebesar 15 tetes menunjukan hasil warna
yang lebih pekat ketika diuji dengan ninhidrin daripada menggunakan
konsentrasi sebesar 30 tetes. Hasil percobaan tersebut tidak sesuai dengan
teori, yaitu konsentrasi enzim sejalan dengan laju reaksi yang terjadi, ketika
laju reaksi semakin besar maka produk yang dihasilkan pun akan semakin
besar (Solomon et all, 2008). Semakin banyak konsentrasi enzim bromealin
maka jumlah asam amino yang terbentuk juga akan semakin banyak.
Hal ini menunjukkan adanya kesalahan pada hasil pengamatan kelompok
kami. Kesalahan dimungkinkan terjadi karena adanya kontaminasi larutan uji
dengan larutan lainnya, dan adanya ketidak telitian kelompok kami dalam
mengamati perubahan warna.
IX. KESIMPULAN
1. Jenis enzim ada yang berasal dari tumbuhan dan manusia. Enzim yang berasal
dari tumbuhan adalah bromealin dan papain, sedangkan yang berasal dari
manusia salah satunya adalah amylase
2. Cara isolasi enzim
Cara isolasi enzim amilase dari dalam saliva adalah dengan cara
berkumur dengan NaCl 0,9% 100 ml.
Cara isolasi enzim amilase dari kecambah kacang hijau adalah dengan
mengambil esktraknya.
Cara isolasi enzim papain adalah dengan mengambil getah buah papaya
dan dilakukan uji nihidrin
Cara isolasi enzim bromealin adalah dengan mengambil sari buah nanas
dan di uji dengan nihidrin.
3. Substrat yang dikatalis oleh enzim amylase adalah amilum sedangkan substrat
yang dikatalis oleh enzim papain dan bromealin adalah asam amino.
4. Senyawa ang dihasilkan dari katalis enzim amilasi adalah maltose, glukosa,
dan oligosakarida. Senyawa yang dihasilkan dari katalis enzi bromalin adalah
asam protein, sedangkan yang dihasilakan dari katalis enzim papain adalah
asam amino.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah pH dan konsentrasi
enzim.
DAFTAR RUJUKAN
Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi Edisi Kedua. Puspita Rini, penerjemah.
Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Essentialsof
Pharmaceutical Chemistry Second Edition
Fessenden,R.J. and Fessenden, J.S. 1992. Kimia Organik Jilid II. Erlangga. Jakarta.
395-396.
Panil Z. 2004. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis. Jakarta (ID):
Buku Kedokteran EGC
Pratama AP. 2012. Pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim. Jurnal
Kimia Indonesia 1(1): 22-27.
Winarno, F.G. 1986. Enzim Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
155 halaman.
LAMPIRAN