Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENGARUH KONSENTRASI SUBSTRAT (SUKROSA),


KONSENTRASI ENZIM (INVERTASE), pH DAN SUHU TERHADAP
AKTIVITAS ENZIM INVERTASE

Disusun Oleh :
Nama : AMELIA I. PANAWAR
NIM : 17 501 005
Prodi : Ilmu Kimia
Semester : Enam (6)
Hari/Tgl : 30 April 2020

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2020
1. Judul Praktikum :
Pengaruh konsentrasi substrat (sukrosa), konsentrasi enzim (invertase), pH dan suhu
terhadap aktivitas enzim invertase

2. Tujuan Praktikum :
Untuk mempelajari pengaruh konsentrasi substrat (sukrosa), konsentrasi enzim
(invertase), pH dan suhu terhadap aktivitas enzim invertase

3. Dasar Teori :
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.Enzim
sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh
enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme
sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi enzimatik
dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut
yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk
biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat
memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa.Ada tiga macam enzim
amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang terdapat dalam saliva (ludah)
dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam
amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini bagian dalam atau bagian tengah
molekul amilum.
Sukrosa mempunyai sifat memutas cahaya teleportasi kekanan. Hasil hidrolisis
sukrosa yaituh campuran glukosa dan fruktosa disebut gula invert.
Pada prinsipnya, pereaksi fehling (Fehling A (CuSO4) + Fehling B (campuran NaOH
dan campuran natrium tartat) merupakan oksidator lemah yang positif ketika
menghasilkan warna merah bata setelah dilakukan proses pemanasan ketika bereaksi
dengan aldehid atau gula pereduksi. Endapan merah bata yang dihasilkan karena ini
berasal dari Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan
berwarna merah bata (Cu2O). (Poedjiadi, 2006).
Sukrosa
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi Enzim Perubahan suhu dan pH
mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim. Kecepatan reaksi enzim juga
dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengruh aktivator,
inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit dalam beberapa keadaan juga merupakan
faktor-faktor yang penting.
a. Pengaruh suhu :
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat
bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan
mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah
enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi
enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum. Enzim dalam tubuh manusia
mempunyai suhu optimum sekitar 37° C. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif
pada pemanasan sampai ± 60° C, karena terjadi denaturasi( Hafiz Soewoto,2000) .
Suhu campuran reaksi juga berpengaruh terhadap laju reaksi enzimatik. Jika reaksi
tersebut dilangsungkan dalam berbagai suhu, kurva hubungan tersebut akan
menunjukkan suhu tertentu, yang menghasilkan laju reaksi yang maksimum. Dengan
demikian, dalam hal ini juga ada kondisi optimum yang disebut sebagai suhu
optimum
Makin besar perbedaan suhu reaksi dengan suhu optimum, makin rendah pula laju
reaksinya. Akan tetapi, keadaan yang menyebabkan rendahnya suhu di luar suhu
optimum berbeda antara suhu yang lebih rendah dengan suhu yang lebih tinggi. Pada
suhu yang lebih rendah penyebab kurangnya laju reaksi enzimatik yaitu kurangnya
gerak termodinamik, yang menyebabkan kurangnya tumbukan antara molekul enzim
dengan substrat. Jika kontak antara kedua jenis molekul itu tidak terjadi, kompleks ES
tidak terbentuk. Padahal kompleks ini sangat penting untuk mengolah S menjadi P.
Oleh karena itu, makin rendah suhu, gerak termodinamik tersebut akan makin
berkurang.
Pada daerah suhu yang lebih tinggi gerak termodinamik akan lebih meningkat,
sehingga tumbukan antara molekul akan lebih sering. Akan tetapi laju reaksi tidak
terus meningkat, melainkan malah menurun dengan cara yang lebih kurang sebanding
dengan selisih nilai dan suhu optimum. Dalam peningkatan suhu ini, selain gerak
termodinamik meningkat, molekul protein enzim juga mengalami denaturasi,
sehingga bangun tiga dimensinya berubah secara bertahap. Jika suhu jauh lebih tinggi
dari suhu optimum, maka makin besar deformasi struktur tiga dimensi tersebut dan
makin sukar bagi substrat untuk menempati secara tepat di bagian aktif molekul
enzim. Akibatnya, kompleks E-S akan sukar terbentuk, sehingga produk juga makin
sedikit.
Pada sisi A dari kurva terdapat hubungan tertentu antara kenaikan suhu dengan laju
reaksi. Arrhenius secara empiris telah mengembangkan suatu rumusan umum antara
laju suatu reaksi kimia dengan suhu mutlak system reaksi tersebut. Yang dinyatakan
sebagai berikut ( Mohamad Sadikin, 2002 )

b. Pengaruh pH :
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim
pada beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan
menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0. Kecepatan reaksi
enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH
optimum yang sangat rendah, seperti pepsin, yang mempunyai pH optimum 2. pada
pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keaadan
ini baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang
mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat( Hafiz Soewoto,2000) .
Sebagian besar enzim bekerja aktif dalam trayek pH yang sempit umumnya 5 - 9. Ini
adalah hasil merupakan hasilpengaruh dari pH atas kombinasi factor ( 1 ) ikatan dari
substrat ke enzim ( 2 ) aktivitas katalik dari enzim ( 3 ) ionisasi substrat dan ( 4 )
variasi struktur protein ( biasanya signifikan hanya pada pH yang cukup tinggi )
( M.T. Simanjuntak, 2003).
Ada 2 alasan untuk menyelidiki pengaruh tingkat keasaman atau pH terhadap
aktivitas emzim, yaitu :
1. sebagai produk makhluk hidup secara teori selalu ada kemungkinan dari pengaruh
ph ini terhadap aktivitas biologis dari enzim ini.
2. sebagai suatu protein enzim tidak berbeda dengan protein lainnya.
c. Substrat
Enzim mempunyai spesifitas yang tinggi. Apabila substrat cocok dengan enzim maka
kinerja enzim juga optimal.

d. Pengaruh konsentrasi enzim


Pada konsentrasi substrat tertentu, bertambanya konsentrasi enzim secara bertingkat
akan meningkatkan persamaan reaksi. Dengan kata lain semakin besar volume atau
konsentrasi enzim, semakin tinggi aktifitas enzim dalam memecah substrat yang di
katalis. (Wirahadikusuma, 1989)
(Wajib ada dasar teori tentang enzim secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi
aktivitas enzim, enzim invertase, substrat sukrosa, pengujian hidrolisis sukrosa
(pereaksi Fehling).

4. Alat dan Bahan :

4.1. Pengaruh konsentrasi substrat (sukrosa) terhadap aktivitas enzim invertase


Alat :
Erlenmeyer (4 buah)
Tabung Reaksi (3 buah)
Pipet Volume (1 buah)

Bahan:
Larutan sukrosa (substrat) 0,2 M, 0,1 M dan 0,05 M
Larutan invertase (1:2000)
Larutan Fehling

4.2. Pengaruh konsentrasi enzim (invertase) terhadap aktivitasnya


Alat :
Erlenmeyer (4 buah)
Tabung Reaksi (3 buah)
Pipet Volume (1 buah)

Bahan:
Air
Larutan sukrosa (substrat) 0,2 M
Larutan invertase (1:2000)
Larutan Fehling

4.3. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim invertase


Alat :
Erlenmeyer (3 buah)
Tabung Reaksi (4 buah)
Gelas Kimia ( 4 buah)
Pipet Volume (1 buah)

Bahan:
Larutan sukrosa (substrat) 0,2 M
Larutan invertase (1:2000)
Larutan Fehling

4.4. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim invertase


Alat :
Erlenmeyer (3 buah)
Tabung Reaksi (4 buah)
Gelas Kimia ( 4 buah)
Pipet Volume (1 buah)

Bahan:
Larutan sukrosa (substrat) 0,2 M
Larutan invertase (1:2000)
Larutan Fehling

(Tuliskan alat dan bahan secara terpisah berdasarkan sub bab di atas)

5. Prosedur Kerja :
5.1. Pengaruh konsentrasi substrat (sukrosa) terhadap aktivitas enzim invertase
1. Ditambahkan 0,2 M larutan sukrosa (substrat) sebanyak 2 cm3 pada tabung
reaksi 1, pada tabung reaksi 2 ditambahkan larutan sukrosa 0,1 M (substrat)
sebanyak 2 cm3, pada tabung reaksi 3, ditambahkan larutan sukrosa 0,05 M
(substrat) sebanyak 2 cm3.
2. Kemudian ditambahkan larutan invertase (enzim) sebanyak 2 cm3 kedalam
tiap tabung reaksi dab diamkan selama 5 menit.
3. Setelah 5 menit, ditambahkan larutan fehling sebanyak 1 cm3 pada tiap tabung
reaksi.
4. Kemudian ketiga tabung reaksi dipanaskan hingga mendidih dan terbentuk
endapan merah bata.

5.2. Pengaruh konsentrasi enzim (invertase) terhadap aktivitasnya


1. Sebanyak 2 cm3 larutan sukrosa ( substrat) 0,2 M dimasukan kedalam tiap
tabung reaksi.
2. Kemudian ditambahkan larutan invertase (enzyme) dengan jumlah yang
bervariasi, Pada tabung reaksi 1 ditambahkan larutan invertase sebanyak 2cm ,
pada tabung reaksi 2 ditambahkan larutan invertase sebanyak 1 cm 3 dan 1 cm3
air, pada tabung reaksi 3 ditambahkan larutan invertase sebanyak 0,5 cm 3 dan
1,5 cm3 air. Kemudian diamkan selama 5 menit.
3. Setelah 5 menit, tiap tabung reaksi ditambahkan larutan fehling sebanyak 1
cm3.
4. Kemudian ketiga tabung reaksi dipanaskan hingga mendidih dan terbentuk
endapan merah bata.

5.3. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim invertase


1. Larutan buffer pH 3,5,7 dan 9 masing-masing ditambahkan kedalam 4 tabung
reaksi sebanyak 2 cm3.
2. Kemudian ditambahkan larutan invertase (enzim ) sebanyak 2 cm 3 kedalam
tiap tabung reaksi.
3. Kemudian ditambahkan larutan sukrosa 0,2 M (substrat) kedalam tiap tabung
reaksi sebanyak 2 cm3, lalu didiamkan selama 5 menit.
4. Kemudian ditambahkan larutan fehling kedalam tiap tabung reaksi sebanyak 1
cm3.
5. Ke empat tabung reaksi kemudian dipanaskan hingga mendidih dan terbentuk
endapan merah bata.

5.4. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim invertase


1. Disiapkan 4 gelas kimia yang telah berisi air masing-masing dengan suhu
20oC, 40oC, 60oC, dan 80oC.
2. Ditambahkan sebanyak 2 cm3 larutan invertase (enzim) kedalam 4 tabung
reaksi berbeda.
3. Kemudian ditambahkan sebanyak 2 cm3 larutan sukrosa 0,2 M (substrat)
kedalam tiap tabung reaksi.
4. Keempat tabung reaksi, ditempatkan di dalam gelas kimia dengan variasi suhu
yang telah disiapkan sebelumnya.
5. Lalu ketika suhu larutan stabil, ke empat tabung didiamkan selama 5 menit.
6. Kemudian ditambahkan sebanyak 1 cm3 larutan fehling kedalam tiap tabung
reaksi,
7. Kemudian keempat tabung reaksi dipanaskan hingga mendidih dan terbentuk
endapan merah bata.
(Tuliskan prosedur kerja secara terpisah berdasarkan sub bab di atas)

6. Hasil Pengamatan :

6.1. Pengaruh konsentrasi substrat (sukrosa) terhadap aktivitas enzim invertase


Konsentrasi Hasil Pengamatan
Tabung Reaksi
Substrat (Sukrosa) (Terbentuknya endapan merah bata)
1 0,05 M +
2 0,1 M ++
3 0,2 M +++

6.2. Pengaruh konsentrasi enzim (invertase) terhadap aktivitasnya


Jumlah Enzim Hasil Pengamatan
Tabung Jumlah air yang
Invertase (Terbentuknya endapan
Reaksi ditambahkan
(1:2000) merah bata)
1 0,5 cm3 1,5 cm3 +
2 1 cm3 1 cm3 ++
3 2 cm3 - +++
6.3. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim invertase
Hasil Pengamatan
Tabung Reaksi pH larutan buffer
(Terbentuknya endapan merah bata)
1 3 ++
2 5 +++
3 7 +
4 9 −¿

6.4. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim invertase


Hasil Pengamatan
Tabung Reaksi Suhu air
(Terbentuknya endapan merah bata)
1 20oC ++
2 40oC +++
3 60oC +
4 80oC −¿

7. Pembahasan :
Bahaslah secara komprehensif kenapa hasil pengamatan bisa seperti itu, apa yang
menyebabkan itu terjadi, bagaimana persamaan reaksi yang terjadi, dan lain
sebagainya yang masih terkait.
7.1. Pengaruh konsentrasi substrat (sukrosa) terhadap aktivitas enzim invertase
Pada percobaan digunakan konsentrasi enzim invertase tetap namun konsentrasi
substrat berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan Pada konsentrasi substrat 0,05 M
hamper tidak terbentuk endapan (sangat sedikit) berarti enzim bekerja tidak
maksimal, sedangkan pada konsentrasi substrat 0,2 M endapan yang terbentuk
banyak, hal ini menunjukan bahwa enzim bekerja secara maksimal menghidrolisis
invertase menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Sedangkan pada konsentrasi
substrat 0,1 M endapan yang dihasilkan sedikitn.Dari percobaan ini membuktikan
bahwa meningkatkan konsentrasi substrat dapat meningkatkan kecepatan raksi
enzim namun akan tetap bila enzim mencapai kecepatan reaksi maksimum
walaupun terjadi penambahan substrat.

7.2. Pengaruh konsentrasi enzim (invertase) terhadap aktivitasnya


Pada percobaan ini di gunakan 3 tabung dengan konsentrasi substrat (sukrosa)
yang sama namun konsentrasi enzim invertase yang berbeda. Pada konsentrasi
invertase 0,5 cm3dan ditambahkan air 1,5 cm3 di uji dengan larutan fehling
endapan merah bata yang dihasilkan sangat sedikit. Pada konsentrasi invertase 1
cm3 dan tambahan air 1 cm3 di uji dengan larutan fehling terbetuk endapan merah
bata. Sedangkan pada konsentrasi invertase 2 cm 3 tidak ditambahkan air di uji
dengan larutan fehling endapan merah bata yang dihasilkan banyak. Dari hasil
pengamatan diatas membuktikan bahwa enzim invertase menghidrolisis substrat
(sukrosa) menjadi monosakarida bila konsentrasinya semakin tinggi, karena
semakin tinggi konsentrasi enzim maka semakin efektif dalam mengkatalisis
substrat.
7.3. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim invertase
Pada percobaan ini digunakan 4 tabung reaksi yang berisi larutan buffer dengan
pH masing-masing 3,5, 7 dan 9. Pada larutan buffer pH 5 di uji dengan larutan
fehling endapan merah bata yang dihasilkan banyak artinya sudah tidak ada lagi
substrat karena telah di hidrolisis menjadi monosakarida, sedangkan pada larutan
buffer dengan pH 9 di uji dengan larutan fehling tidak terbentuk endapan hal ini
diakibatkan karena masi adanya substrat, karena enzim blm bekerja menhidrolisis
substrat.
Percobaan ini menunjukan bahwa enzim bekerja maksimal pada saat bersuasana
asam pH =5

7.4. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim invertase


Pada percobaan ini digunakan gelas kimia yang berisi air masing- masing dengan
suhu 20oC, 40oC, 60oC, dan 80oC, masing-masing gelas kimia diisi dengan tabung
reaksi yang berisi substrat dan enzim invertase. Pada tabung reaksi pada gelas
kimia yang suhunya 40oC yang telah diuji dengan larutan fehling endapan merah
bata yang dihasilkan banyak menunjukan adanya gula yang mempunyai gugus
aldehid keton yang mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu2O berwarna merah bata. Pada
tabung reaksi pada gelas kimia yang suhunya 80oC yang telah diuji dengan larutan
fehling tidak ada endapan yang dihasilkan berarti enzyme invertase tidak aktif.
Dari percobaan ini enzim yang bekerja menghidrolisis substrat secara maksimal
adalah pada suhu 40oC.

8. Kesimpulan
1. Konsentrasi substrat menaikan kecepatan reaksi enzim sampai mencapai
kecepatan maksimum yang tetap, setelah itu konsentrasi substrat tidak
berpengaruh lagi.
2. Semakin tinggi konsentrasi enzim maka, semakin meningkat kecepatan reaksi
enzimatis dalam memecah substrat.
3. Enzim menujukan aktivitas maksimal pada pH 5.
4. Aktivitas enzimatis berlangsung pada suhu optimal 40oC.

9. Daftar Pustaka
Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta : Widya Medika.
Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta: Widya
Medika.
Ahira, Anne. 2011. Mengenal Enzim-enzim Pencernaan Manusia. (online).
http://www.anneahira.com. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2012.
Anonim. 2008. Enzim. (online). http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 16
Oktober 2011.
Hardjasasmita,Panjita dan Bioch. 1995,Ikhtisar Biokimia Dasar A. Jakarta : Balai
penerbit FKUI.
Wahardikusumah, Muhammad, 1989, Biokimia; Protein, Enzim, Dan Asam Nukleat.
Bandung : ITB

Anda mungkin juga menyukai