Anda di halaman 1dari 22

Karakterisasi dan Pengaruh Variasi Konsentrasi Substrat,

Suhu dan pH Terhadap Aktivitas Enzim Katalase pada Tempe

Anggota Kelompok :
Badrut Tamam Ibnu A.

(121810301050)

Kania Setianti

(121810301006)

Winda Intan Novalia

(121810301062)

Zuni Dihliziah

(121810301023)

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim merupakan protein yang memilki sifat katalitik yang sangat tinggi. Enzim dapat
mempercepat reaksi namun tidak mempengaruhi kesetimbangan akhir. Enzim bekerja hanya
pada satu macam reaksi dan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, pH, suhu, dan
kofaktor. Enzim Katalase adalah enzim yang terdapat di dalam hampir semua sel hidup, dapat
mengkatalase penguraian H2O2 menjadi air dan oksigen. Tempe merupakan salah satu bahan
makanan yang memiliki enzim katalase.
Penelitian ini menggunakan bahan dasar tempe karena tempe mudah didapat dan Tempe
merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang sudah dikenal secara global. Pada
tempe, terdapat enzim-enzim pengurai yang dihasilkan oleh jamur tempe, sehingga protein,
lemak dan karbohidrat menjadi lebih mudah dicerna. Katalase merupakan enzim pengurai
yang terdapat pada tempe. Enzim katalase merupakan enzim yang tahan panas, karena sifat
tersebut maka katalase digunakan sebagai indikator untuk mengetahui aktivitas enzimnya
dalam tempe melalui berbagai perlakuan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana aktivitas enzim katalase pada tempe ?
2. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi substrat, suhu dan pH terhadap aktivitas
enzim katalase pada tempe?
1.3 Tujuan
Mengetahui aktivitas enzim katalase pada tempe
Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi substrat, suhu dan pH terhadap aktivitas
enzim katalase pada tempe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Enzim Katalase

Tempe merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang sudah dikenal
secara global. Tempe terbuat dari kedelai yang mengalami fermentasi oleh jamur Rhizopus
spp seperti R. oligosporus, R. stolonifer dan R. oryzae dengan ciri khas produk warna putih,
tekstur kompak dan flavor khas campuran aroma jamur dan kedelai. Makanan ini banyak
diminati oleh masyarakat sebagai lauk-pauk atau camilan yang rasanya khas dan lezat, dan
menjadi sumber protein dalam makanan harian.
Proses fermentasi menyebabkan tempe memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
kedelai, yang dapat dilihat dari komposisi zat gizi secara umum, daya cerna protein dan
kandungan asam amino esensial yang lebih tinggi, zat anti gizi yaitu antitripsin dan asam fitat
yang jauh lebih rendah dibandingkan kedelai. Pada tempe, terdapat enzim-enzim pengurai
yang dihasilkan oleh jamur tempe, sehingga protein, lemak dan karbohidrat menjadi lebih
mudah dicerna (Suparmo dan Markakis, 1987).
Katalase merupakan enzim yang mampu mendekomposisi hidrogen peroksida
menjadi air dan molekul oksigen, berikut ini persamaan reaksi dekomposisi hidrogen
peroksida dengan enzim katalase:

(aq)

CAT

Katalase terdapat pada semua organisme hidup yaitu terdapat pada hewan, tanaman, semua
mikroorganisme aerobik dan beberapa anaerobik. Aktivitas enzim Katalase tiap organisme
berbeda. Pada tanaman berdaun hijau mayoritas aktivitas ditemukan pada peroksisom.
Katalase dapat dihasilkan selama

-oksidasi asam lemak, transport elektron pada

mitokondria dan fotoreseptori oksidasi. Katalase merupakan enzim yang paling efisien
sebagai suatu enzim antioksidatif yang dapat menurunkan hirogen peroksida dan superoksida
yang terakumulasi menjadi level rajun pada pertumbuhan. Enzim katalase ini sudah diisolasi,
dimurnikan dan dikarakteristik dari banyak organisme baik eukariot maupun prokariot.
Hidrogen peroksida merupakan salah satu zat sisa hasil sampingan dari metabolisme
tubuh, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Apabila hidrogen peroksida tidak diuraikan,
maka akan terjadi kematian sel secara massal. Enzim katalase mampu memecah ikatan
hidrogen peroksida, menjadi dua zat yang tidak berbahaya, yaitu hidrogen (H2) dan air (H2O).
Meskipun demikian, karena enzim katalase mempunyai mayoritas bahan dasar berupa
protein, maka sifat-sifat protein juga masih melekat erat di dalam enzim katalase. Salah satu
sifat enzim adalah termolabil, atau rentan rusak jika suhu lingkungan terlalu panas. Enzim

akan mengalami denaturasi, sehingga tidak bisa melakukan fungsinya. Demikian pula dengan
enzim katalase, jika suhu lingkungan terlalu panas, maka enzim ini tidak akan mampu
bekerja optimal. Enzim katalase dapat bekerja pada rentan keasaman (pH) yang sempit.
Enzim katalase bekerja maksimum pada pH netral (pH 7). Ketika kondisi keasaman bergeser
menjadi sedikit asam (pH < 7) ataupun sedikit basa (pH > 7), maka kapasitas enzim katalase
untuk menguraikan H2O2 akan semakin berkurang.
Selain pH, juga masih ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kerja enzim
katalase. Faktor-faktor tersebut di antaranya suhu, konsentrasi (banyaknya) substrat,
keberadaan aktivator (pemicu enzim untuk bekerja lebih cepat) serta adanya inhibitor
(penghambat kerja enzim) (Anne ahira,2010:1).
Enzim dapat diisolasi (difraksinasi) berdasarkan informasi tentang lokasi enzim
tersebut di dalam sel. Enzim ekstraseluler (Eksoenzim) lebih mudah diisolasi karena dapat
diperoeh tanpa pemecahan sel, sedangkan enzim intraseluler (Endoenzim) diisolasi dengan
memecah dinding sel dan organel di dalam sel secara kimia maupun fisika. Sebagai
makromolekul yang memiliki ukuran, bentuk dan muatan tertentu, maka enzim dapat
dipisahkan atau dimurnikan terhadap campuran enzim yang ada. Berbagai cara dapat
dilakukan diantaranya adalah melalui presipitasi, dialysis, adsorpsi, pertukaran ion, filtrasi
dalam gel, ultrafiltrasi, pengikatan berdasarkan afinitas dan hidrofobisitas diisolasi dari sel
organisme melalui pemecahan dinding sel, membran sel, dan organel. Pada percobaan ini
dilakukan menggunakan metode Fisika Mekanik yaitu dengan diblender. Katalase merupakan
enzim intraselular (Endoenzim) sehingga dapat diisolasi dari sel organisme melalui
pemecahan dinding sel, membran sel, dan organel. Pada percobaan ini dilakukan
menggunakan metode Fisika Mekanik yaitu dengan diblender (Whitaker,1994:1).
2.2 Penelitian sebelumnya
Penelitian yang telah dilakukan untuk menguji aktivitas enzim katalase adalah pada
dill (Anethum graveolens L) dan pada Van apple (golden delicious) dan beberapa jenis
tanaman lain seperti bayam, tembakau dan bunga matahari. Metode yang digunakan
pengujian aktivitas enzim katalase pada beberapa jenis tanaman ini sama yaitu langkah
pertama ekstraksi dan pemurnian enzim, penentuan protein dengan menggunakan metode
Bradford dengan bovine serum albumin (BSA) sebagai standardnya, penentuan kadar enzim
dengan melihat aktivitas enzim pada spektrometer, melihat aktivitas enzim pada perbedaan
pH dan suhu, penentuan kinetika dengan menggunakan grafik Lineweaver-Burk. Penelitian
Aktivitas katalase pada tanaman dill menghasilkan data yaitu untuk pengaruh suhu dengan

range suhu 20-70 terjadi penurunan aktivitas dari suhu 20 sampai 70 dan
kemudian didapat suhu optimal pada tanaman dill yaitu pada suhu 30 . Berikut ini
merupakan gambar grafik pengaruh suhu terhadap aktivitas katalase pada dill

Sedangkan suhu optimum yang didapat pada van apple adalah pada suhu 40 .Berikut ini
gambar grafik untuk aktivitas katalase pada van apple:

Terjadi perbedaan aktivitas katalase pada dill dan van apple. Pengujian kinetika didapat hasil
Vmax dan Km pada tanaman dill berturut-turut adalah 3333,3 U/mL dan 24,0 mM.

2.3 Penentuan Kinetika

Konsentrasi substrat yang diperlukan untuk kecepatan paruh maksimum (1/2 Vmax) disebut
nilai Km (Konstanta Michaelis) dan dinyatakan dalam unit konsentrasi substrat (mol per liter
atau M). KM dapat dipertimbangkan sebagai suatu perkiraan ukuran afinitas suatu enzim
terhadap substranya, semakin rendah Km semakin tinggi afinitas. Jika dua enzim memiliki
nilai KM sebesar 1X10-3 M dan 1X10-5 M, maka enzim dengan nilai 10-3M memerlukan
konsentrasi substrat 100 kali lipat lebihbesar untuk mencapai Vmaksnya daripada yang
diperlukan oleh enzim dengan nilai 10-5M. Nilai KM merupakan suatu sifat karakteristik dari
suatu enzim dan seperti enzim dan substratnya.

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Blender
2. Sentrifugasi
3. Tabung reaksi
4. Beaker glass (100 mL)
5. Pipet tetes
6. Botol
7. Gelas ukur (50 mL dan 10 mL)
8. Labu ukur (10 mL dan 100 mL)
9. Corong
10. Kertas saring
11. Termometer
12. Kertas indikator
13. Neraca Analitik
III.1.2 Bahan
1. Tempe
2. Hidrogen Peroksida
3. Asam Askorbat
4. Bovine Serum Albumin (BSA)
5. Na2HPO4
6. NaH2PO4
7. KMnO 0,004 M
4

8. H2SO4 2% (0,37M)

III.2 Prosedur Kerja


III.2.1 Ekstraksi Enzim
Sebanyak 45 gram tempe dikupas dan potong kecil-kecil. Kemudian sampel
ditambahkan dengan 30 mL buffer Natrium Fosfat dengan konsentrasi 50 mM dengan pH 7,
dan 1,5 gram asam askorbat. Campuran diatas dihomogenkan dengan cara blender. Setelah
campuran diblender, didiamkan selama kurang lebih 5 jam pada suhu 40C agar dihasilkan
enzim yang maksimal. Kemudian saring dan ambil filtratnya untuk dilakukan sentrifugasi.

Lamanya proses sentrifugasi ini adalah selama 30 menit dan 15 menit tambahan untuk
sentrifugasi tambahan kemudian ambil bagian supernatannya.
III.2.2 Penentuan Enzim
Aktivitas enzim ditentukan pada suhu 250C. Campuran reaksi yang berisi 30 mM
H2O2 sebanyak 1 mL pada 50 mM buffer natrium fosfat pH 7,0 sebanyak 1 mL dan 1 mL
supernatan pada volume total 3 mL. Campuran ini didiamkan selama 1 menit kemudian
ditambahkan dengan H2SO4 2% sebanyak 10 mL dan KMnO4 sebanyak 9 mL. Waktu
hilangnya warna ungu pada larutan dicatat. Waktu yang dicatat ini merupakan waktu inkubasi
dari enzim ini. Kemudian aktivitas enzim dapat dilihat dengan spektrometer uv-vis dengan
absorbansi pada 240 nm.
III.2.3 Penentuan kadar protein
Supernatan yang diperoleh dari prosedur sebelumnya kemudian dilakukan pengujian
kadar protein dengan menggunakan bovine serum albumin sebagai pengujinya pada panjang
gelombang 240 nm.
III.2.4 Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
Campuran reaksi yang berisi 30 mM H2O2 sebanyak 2,5 mL pada 50 mM buffer
natrium fosfat pH 7 sebanyak 0,4 mL dan 0,1 mL supernatan sehingga volume total 3 mL.
Kemudian variasi suhu yakni 30, 40, 50 dan 600C. Kemudian dicatat waktu pertama kali
terbentuknya gelembung.
III.2.5 Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
Aktivitas enzim ditentukan pada suhu 250C. Campuran reaksi yang berisi 30 mM H2O2
sebanyak 1 mL pada 50 mM buffer natrium fosfat pH 5, 6, 7 dan 8 sebanyak 1 mL dan 1 mL
supernatan pada volume total 3 mL. Penambahan masing-masing buffer dengan perbedaan
pH dilakukan pada tempat yang berbeda, sehingga terdapat 4 tabung reaksi yang berbeda
dengan komposisi campuran namun dengan pH buffer yang berbeda (dengan pH 5, 6, 7 dan
8).

III.2.6 Penentuan Kinetika


Penentuan konstanta Michaeles (KM) dan kecepatan maksimal (Vmax) dari enzim.
Aktivitas enzim dihitung dengan variasi konsentrasi substrat (H 2O2) yaitu dengan variasi
konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, 30 mM pada panjang gelombang 240 nm. Nilai konstanta
kinetik sebagai KM dan Vmax ditentukan dengan grafik Lineweaver-Burk.
III.3 Skema prosedur Kerja

III.3.1 Ekstraksi Enzim


Tempe

Hasil
III.3.2 Penentuan Enzim
Supernatan

mbil sebanyak 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi

mbahkan 30 mM H2O2 sebanyak 1 mL

mbahkan 50 mM buffer natrium fosfat pH 7,0 sebanyak 1 mL

amkan selama 1 menit

mbahkan dengan H2SO4 2% sebanyak 10 mL

mbahkan KMnO4 sebanyak 9 mL

tat waktu inkubasi dari enzim yaitu waktu dimana warna ungu pada campuran larutan hilang.

at aktivitas enzim dengan menggunakan spektrometer uv-vis dengan absorbansi pada 240 nm. Dan dhitung

Hasil

III.3.3 Penentuan kadar protein


Supernatan
-

diukur absorbansi pada panjang gelombang 595


nm

digunakan variasi konsentrasi larutan standar BSA


5, 20, 40, 60, 80, 100 mg/mL

Hasil -

dibuat kurva konsentrasi terhadap absorbansi


dihitung kadar proteinnya

III.3.4 Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim


0,1mL supernatan
-

ditambahkan 0,4mL buffer fosfat pH 7

ditambahkan 2,5mL H2O2

diberi suhu 30, 40, 50 dan 600C

dicatat waktu awal terbentuknya gelembung gas

Hasil
III.3.5 Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
Supernatan
sebanyak 1 mL sebanyak 3 kali dan dimasukkan dalam 3 tabung reaksi yang berbeda

ahkan 30 mM H2O2 sebanyak 1 mL pada masing-masing tabung reaksi

ahkan 50 mM buffer natrium fosfat pH 5 sebanyak 1 mL pada tabung 1, tabung lainnya pH 6 dan tabung tera

an selama 1 menit

waktu awal terbentuknya gelembung gas

Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Enzim katalase tempe terdapat di plasma sel sehingga mudah diisolasi. Proses
eksrtaksi katalase dilakukan dengan preparasi sampel yaitu Langkah pertama yaitu tempe
dipotong kecil kecil. Selanjutnya tempe diblender dengan tambahan 100 mL buffer Na2PO4
50mM pH 7 dan 0,9 gram asam askorbat. Penggunaan asam askorbat bertujuan
menonaktifkan senyawa fenolat yang menyebabkan perubahan warna (browning) serta
mencegah reaksi redoks yang berlebihan. Proses blender bertujuan untuk merusak jaringan
dan dinding sel tempe, sehingga isi sel dapat keluar. Penggunaan buffer Na2PO4 pH 7 yaitu
agar enzim katalase optimum terekstrak dan tetap stabil pada pH yang relatif tetap. Setelah
diblender, slury disaring dengan kertas saring untuk memisahkan filtrat dari residu.
Kemudian filtrat yang dihasilkan didiamkan selama 5 jam pada suhu 40C agar dihasilkan
enzim yang maksimal. Langkah berikutnya yaitu sentrifuse untuk memisahkan larutan
berdasarkan berat molekulnya. Protein penyusun enzim katalase berat molekulnya lebih kecil
dibandingkan berat molekul protein penyusun organel sel. Oleh karena itu, setelah

sentrifugasi enzim katalase berada di permukaan atas (supernatant), sementara protein


organel-organel sel mengendap di bawah (pallet). Supernatant yang diperoleh kemudian
dilakukan pengujian lebih lanjut. Enzim katalase merupakan enzim yang tahan terhadap
panas sehingga tidak perlu dilakukan reaksi salting out menggunakan ammonium sullfat
dengan stirrer pada kondisi dingin. Enzim katalase akan didapat pada bagian pellet pada
sentrifugasi kedua, kemudian diencerkan dengan sedikit larutan buffer Na2PO4 agar enzim
dapat digunakan.
Penentuan enzim katalase. Supernatan (crude enzim) yang didapat diuji aktivitas
enzimnya dengan spektrometer dan dibandingkan dengan kontrol, kontrol yang digunakan
adalah akuades. Supernatan yang didapat ditambahkan 14,5mL buffer fosfat pH 7 dan
14,5mL H2O2 30 mM. Penggunaan buffer fosfat pH 7 yaitu agar enzim katalase bekerja
optimum dan tetap stabil pada pH yang relatif tetap. Penambahan H2O2 dikarenakan H2O2
merupakan substrat yang akan diuraikan oleh enzim katalase menjadi air dan oksigen.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan gelembung gelembung gas yakni gas O2 yang
sesuai dengan literatur sehingga supernatan ini mengandung enzim katalase. Berdasarkan
literatur enzim katalase merupakan katalisator yang dapat memecah hidrogen peroksida
menjadi H2O dan O2. Kemudian perlakuan yang sama pada kontrol ( akuades). Variasi
konsentrasi substrat sangat mempengaruhi aktivitas enzim. Hal ini dikarenakan Bila
konsentrasi enzim dalam keadaan tetap, kecepatan reaksi akan meningkat dengan adanya
peningkatan konsentrasi substrat. Namun, pada saat semua sisi aktif semua enzim bekerja,
penambahan substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim.
Berdasarkan hasil percobaan, terbentuknya gelembung gas seperti pada sampel. Berikut
reaksinya :
H2O2(aq)

H2O(l) + O2(g)

H2O2 yang bersisa diuji dengan mereaksikan dengan KMnO4. Langkah pertama yang
dilakukan yakni mencampurkan buffer kalium fosfat 1,4 mL 50 mM pH 7, 0,1 mL enzim dan
1,5 mL peroksida (

H 2 O2

), sehingga total untuk campuran ini adalah 3 mL. Campuran ini

didiamkan selama 1 menit pada suhu kamar. Setelah itu campuran ditambahkan dengan
H 2 SO 4

0,37 M (2%) sebanyak 10 mL dan ditambahkan dengan 0,01 N

KMnO 4

Penambahan H2SO4 dimaksudkan agar pH larutan menjadi asam atau dibawah 7. Hal ini

dikarenakan aktivitas enzim katalase tidak maksimal pada pH asam. KMnO4 merupakan agen
pengoksidasi H2O2 yang nantinya akan menjadi MnSO4. Reaksi ini merupakan reaksi redoks
dimana H2O2 mengalami oksidasi menjadi O2 dan KMnO4 mengalami reduksi menjadi
MnSO4. Pada langkah ini larutan berubah dari warna ungu menjadi tidak berwarna
dikarenakan KMnO4 mengalami reduksi menjadi MnSO4 oleh H2O2 berikut ini persamaan
reaksi yang terjadi:
5 H 2 O 2 +2 KMn O 4 (aq)+3 H 2 SO 4 (aq) K 2 S O 4 ( aq)+ 2 MnS O4 (aq)+8 H 2 O(l)+5 O 2 ( g)
Kemudian larutan dideteksi enzimnya dengan spektrometri UV-Vis. Berdasarkan literatur
enzim katalase terdeteksi pada panjang gelombang 240 nm. Berikut gambar absorbansi dari
sampel :

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan absorbansi tertinggi terletak pada panjang


gelombang 243 nm sedikit di atas panjang gelombang enzim katalase pada literatur yakni
240 nm. Hal ini menandakan bahwa sampel terdapat enzim katalase. Selanjutnya dilakukan
perlakuan yang sama pada kontrol yang berupa akuades. Pada sampel kontrol, dilakukan
pencampuran yang sama dengan sampel, namun pada sampel kontrol sampel enzim diganti
dengan akuades. Kemudian larutan dispektro untuk dilihat absorbansi maksimum dan
panjang gelombang. Penggunaan kontrol bertujuan sebagai pembanding hasil yang didapat.
Kemudian didapat aktivitas enzim katalase pada sampel dan kontrol secara berurutan yakni
470,27 U dan 1,4.10-6U.
Penentuan kadar protein. Uji kadar enzim dilakukan dengan cara mengukur absorbansi dari
enzim katalase pada panjang gelombang optimum yaitu pada panjang gelombang 590 nm.
Larutan standar yang digunakan yaitu larutan standar BSA dengan variasi konsentrasi 20; 40;
60; 80; dan 100 mg/ml. Penggunaan larutan standar BSA ini karena dianggap mampu untuk

mewakili enzim katalse pada panjang gelombang tersebut. Absorbansi yang diperoleh
berturut-turut yaitu 0,119; 0,123; 0,152; 0,158; dan 0,161. Berikut kurva kalibrasi yang
diperoleh berdasarkan absorbansi tersebut

Grafik Absorbansi dan Konsentrasi


f(x) = 0x + 0.12
R = 0.98

Dari kurva kalibrasi di atas diperoleh persamaan Y= 0,0002x + 0,1161. Dari pengukuran
absorban sampel didapatkan absorbansi sebesar 0,127 dan dengan mensubstitusikan ke dalam
persamaan maka diperoleh konsentrasinya 54,5 mg/mL dalam 45 mL sampel.
Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim. 1 mL enzim ditambahkan 1 mL H2O2 30mM dan
ditambahkan 1mL buffer fosfat 50mM dengan variasi pH 5,6,7 dan 8. Kemudian dicatat
waktu saat awal terbentuknya gelembung. Didapatkan hasil percobaan sebagai berikut :
No
.
1.
2.
3.
4.

pH

Waktu (s)

5
6
7
8

15
8
4
6

Enzim menjadi nonaktif jika diperlakukan pada suasana asam dan basa yang sangat kuat.
Sebagian besar enzim bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang sedikit sempit
(pH = 7). Di luar pH optimal, kenaikan atau penurunan pH menyebabkan penurunan
aktivitas enzim dengan cepat. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan pH optimum pada
enzim katalase adalah pH 7 dikarenakan pada pH 7 terbentuknya gelembung gas pada detik

ke 4 atau 4s. Berdasarkan literatur aktivitas enzim katalase maksimal pada pH 7. Hasil yang
didapat sudah sesuai dengan literatur.

Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim. 0,1mL enzim ditambahkan 0,4mL buffer fosfat
pH 7 dan 2,5mL H2O2. Kemudian campuran tersebut divariasi temperaturnya 30, 40, 50, dan
600C. Kemudian dicatat saat awal terbentuknya gelembung. Berikut hasil pengamatan :
No.
1.
2.
3.
4.

Suhu (0C)
30
40
50
60

Waktu (saat terjadi gelembung)


5s
7s
15s
20s

Enzim menjadi rusak bila suhunya terlalu tinggi atau rendah. Hal ini disebabkan
karena enzim memiliki sifat termolabil (tidak tahan panas). Protein akan mengental atau
mengalami koagulasi bila suhunya terlalu tinggi (panas). Peningkatan suhu diatas suhu
optimum menyebabkan putusnya ikatan hydrogen dan ikatan lain yang merangkai molekul
enzim, sehingga enzim mengalami denaturasi. Denaturasi adalah rusaknya bentuk tiga
dimensi enzim yang menyebabkan enzim tidak dapat lagi berikatan dengan substratnya.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa suhu optimum aktivitas enzim katalase
yakni pada suhu 300C. Hal ini disebabkan pada suhu tersebut waktu terbentuknya gelembung
lebih cepat dari yang lain yakni 5s.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Enzim katalase pada tempe ditemukan pada panjang gelombang 243 nm dan memiliki
aktivitas 470,27 U.
2. Aktiitas Enzim katalase pada tempe dipengaruhi oleh variasi senyawa, suhu dan pH.
5.2 Saran
Perlakuan sentrifugasi pada sampel diusahakan pada suhu yang dingin yaitu 4 ,
baik sampel maupun pada alat. Hal ini bertujuan agar sampel yang disentrifugasi tidak rusak
mengingat supernatan yang diambil yaitu berupa enzim yang mana enzim sangat rentan pada

perubahan suhu. Sehingga agar supernatan yang diperoleh masih mengandung enzim atau
tidak terjadi kerusakan pada enzim maka sentrifugasi dilakukan pada suhu 4 .

DAFTAR PUSTAKA
Anam, Khairul. 2010. Pengukuran Kadar Protein Dengan Metode Bradford. Bandung: IPB
Arabaci, Gulnur. 2010. Partial Purification and Some Properties of Catalase from Dill
(Anethum graveolens L). Journal of Biology and lige Scinces 2011. 2(1). 11-15
Goldblith, Samuel A., & Proctor, Bernard E. 1950. Photometric Determination of Catalase
Activity. Journal of Biological Chemistry, 187: 705-709.
Kar Manoranjan, Mishra Dinabandhu. 1975. Catalase, Peroxide, and Polyphenoloxidase
Activities during Rice Leaf Senescene. Plant Physiol. (1976) 57, 315-319

Yoruk H, Demir H, Ekici K, Savran A. 2005. Purification and Properties of Catalase from
Van Apple (Golden Delicious). Pakistan Journal of Nutrition 4 (1): 8-10
Whitaker, J.R. 1994. Principles of Enzymology For The Food Sciences. New York: Marcel
Dekker, Inc

LAMPIRAN
GAMBAR
Ekstraksi

gambar 1.1 slory yang didapat sesudah blender

gambar 1.2 Proses sentrifugasi

gambar 1.3 gambar sampel sebelum dan sesudah sentrifugasi

Penentuan kadar protein

Perhitungan
Penentuan kadar protein

Grafik absorbansi dan konsentrasi BSA

grafik absorbansi dan konsentrasi


f(x) = 0x + 0.12
R = 0.98

y = 0,0002x + 0,1161
0,127 = 0,0002x + 0,1161
0,127 0,1161 = 0,0002x
0,0109 = 0,0002x
x=

0,0109
0,0002

= 54,5 mg/mL

Aktivitas enzim
Kurva kalibrasi untuk variasi substrat

Sampel

f(x) = 0x + 0.67
R = 0.06

Kontrol

f(x) = - 0x + 0.02
R = 0.1

Penentuan kadar enzim pada sampel


Pada sampel absorbansi keadaan optimumnya pada 0,727, dengan cara mensubstitusikan
absorbansi pada persamaan dari kurva standar dapat diperoleh kadar enzim pada sampel,
sebagaimana berikut ini merupakan perhitungan penentuan kadar enzim pada sampel:
y 0,001x 0,666
0,727 0,001x 0,666
0,727 0,666 0,001x
0,061
x
61mM 6110 3 M
0,001
Penentuan kadar enzim pada kontrol dengan absorbansi 0,025
y 0,001x 0,023
0,025 0,00 x 0,023
0,025 0,023 0,001x
0,002
x
2mM 2 10 3 M
0,001
Perhitungan aktivitas sampel dan kontrol

Kadar sampel Faktor pengenceran


U sampel

U sampel

U sampel

U sampel

U sampel
U sampel

6110

Vtotal
Vsampel

BMH 2 O2 t inkubasi
3

mol

34,01 g

mL
10 221mL
3

1menit
mol
61 10 6 mol
22
3
10 mL

menit
g
34,01
mol
1342 10 3 mol
mL

menit
g
34,01
mol
1342 10 3 mol
mL

menit
g
34,01
10 6 mol
39,46 10 3 U
mL

Penentuan kadar Faktor pengenceran


U kontrol

BMH 2O2 tinkubasi

22mL
2 10 3 mol 103
L
1mL
U kontrol
g
34,01
60menit
mol
2 106 mol
22
103 mL

U kontrol
2040,6 menit g
mol
44 103 mol
mL
U kontrol
menit
g
2040,6
mol
44 103 mol
mL
U kontrol
menit
g
2040,6
10 6 mol
U kontrol 21,56 10 3 U
mL

Vtotal
Vsampel

Anda mungkin juga menyukai