Disusun Oleh :
Akbar Heidar Cahyadewa (192010101001)
Nadhira Hanindhiya Putri (192010101026)
Inggil Noor Maulidiyah (192010101045)
Caroline Angelina (192010101065)
Dhaifan Nur Mutttaqien (192010101066)
Leila Nur Z. (192010101108)
Pengampu :
dr. Zahrah Febrianti, M.Biomed
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Enzim
Enzim merupakan katalis yang mengatalisis perubahan satu atau lebih
senyawa (substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) dengan mampu
meningkatkan laju reaksi setidaknya 106 kali dibandingkan jika tidak
dikatalisis. Selain sangat efisien enzim juga merupakan katalis yang sangat
selektif. Tidak seperti kebanyakan katalis yang digunakan dalam bidang kimia
sintetik, enzim bersifat spesifik baik bagi tipe reaksi maupun substrat yang
dikatalisis (Murray, dkk., 2009). Enzim merupakan suatu protein, sehingga sulit
mengetahui rumus dan strukturnya. Oleh sebab itu, nama enzim tidak berdasarkan
senyawa, melainkan dari nama reaksi yang dipercepat dan ditambah akhiran ‘ase’.
Dalam reaksi redoks, misalnya enzimnya disebut oksidoreduktase (Syukri, 1999).
Menurut Stoker (2007), enzim dikelompokkan ke dalam enam kelas utama
berdasarkan tipe reaksi katalisisnya, yaitu:
1. Oksidoreduktase (enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi).
2. Transferase (enzim yang mengkatalisis reaksi pemindahan gugus dari satu
molekul ke molekul lain).
3. Hidrolase (enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis).
4. Liase (enzim yang mengkatalisis reaksi penambahan gugus ke ikatan rangkap
atau pelepasan gugus dari ikatan rangkap tanpa melibatkan reaksi hidrolisis
atau oksidasi).
5. Isomerase (enzim yang mengkatalisis reaksi penataan ulang gugus fungsi
dalam sebuah molekul).
6. Ligase (enzim yang mengkatalisis reaksi pembentukan ikatan antara dua
molekul menjadi satu molekul dengan bantuan ATP).
BAB III
MATERI DAN METODE
10 menit.
Tentukan intensitas warna dengan sepktrofotometer (
Buat grafik hubungan % substrat tercerna (ordinat) dengan waktu (absis)
pada macam macam suhu diatas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.3 Grafik
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
5.1.1 Pengaruh Suhu pada reaksi enzimatik
Suhu mempengaruhi reaksi enzimatik. Diluar suhu optimum aktivitas
enzim menjadi tidak maksimal. Bila suhu terlalu rendah, enzim menjadi tidak
aktif, karena tidak terjadi benturan antara molekul enzim dengan substrat.
Sedangkan bila suhu terlalu tinggi, dimana benturan yang terjadi semakin banyak
maka struktur tiga dimensi dari enzim tersebut akan terganggu sehingga enzim
akan mengalami denaturasi, atau dapat dikatakan enzim akan kehilangan sifat
alamiahnya.
Pada percoban mengenai pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik yang
pertama kami lakukan adalah mengisi 15 mL buffer pH 6,5, 3 mL amilum, 6 mL
NACL 0,04%. Kemudian mencampurkan dan meletakkan pada suhu 37 dengan 15
menit dan dilanjutkan dengan mengisi HCL 0,05 N 10 mL pada masing masing
tabung ( 0’, 5’, 10’, 15’, 20’). Setelah itu, mengambil mL erlemeyer masukkan ke
tabung 0’ dan 1 mL enzim ke erlemeyer. lalu campur. Ditunggu etiap 5 menit
kemudian memasukkan 1 mL dari erlemeyer ke tabung 5’, 10’, 15’, 20’. Setelah
selesai, ditambahkan 1 mL ke tiap tabung dan tunggu 5-10 menit. Lalu membuat
grafik hubungan % substrat tercerna (ordinat) dengan waktu (absis) pada macam
macam suhu diatas. Setelah itu dilakukan pengukuran serapan dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm, dan dihitung % substrat yang
dicerna serta dibuat kurva yang menghubungkan % substrat yang dicerna dengan
suhu.
BAB VI
KESIMPULAN
Suhu sangat mempengaruhi keja enzm yang ada. Pada suhu yang tinggi
ataupun rendah, suhu akan mengakibatkan enzim mengalami denaturasi.
Akibatnya, kecepatan reaksi atau substrat yang dicerna menurun dibandingkan
dengan kerja enzim pada suhu optimum.
Enzim amilase dapat bekerja secara optimal pada suhu 37⁰C, sesuai
dengan suhu normal tubuh manusia. Selain itu, dari praktikum ini juga dapat
diketahui bahawa enzim amilasi dapat bekerja secara optimal juga pada
lingkungan yang memiliki pH 6,5, yang cukup stabil. Hal ini dibuktikan dengan
% jumlah subtrat yang dicerna dimana pada suhu 37⁰C dapat diketahui jumlah
substrat yang dicerna lebih banyak daripada menggunakan suhu yang lainnya.
Sehingga suhu 37⁰C merupakan suhu optimal dari enzim amilase.
LAMPIRAN