Anda di halaman 1dari 25

i

PENUNTUN PRAKTIKUM
HEMATOLOGI DASAR

OLEH :

dr. Fasni Halil, Mkes, Sp.PK.

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2017
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat, hidayat serta taufik Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penuntun

praktikum hematologi guna membantu mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum.

Hematologi dasar merupakan bagian dari Patologi Klinik, yang diberikan pada

awal masa studi pendidikan dokter. Mengingat pentingnya praktikum Patolog Klinik

sebagai bagian dari kurikulum pendidikan dokter yang akan dipergunakan nanti

dalam menjalankan praktek sebagai dokter umum, maka diperlukan penguasaan

dasar teori dan praktek Hematologi Dasar bagi para mahasiswa. Untuk

mewujudkanya, dipandang penting adanya buku pegangan penuntun praktikum

dalam pelaksanaan praktikum sehari-hari.

Harapan kami semoga buku penuntun praktikum ini bermanfaat bagi

mahasiswa. Wassalam.

Ternate, Januari 2017

Tim Patologi Klinik


iii

TATA TERTIB PRAKTIKUM DILABORATORIUM

1. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus mempersiapkan diri untuk


memahami tentang praktikum yang akan dikerjakan.
2. Selama mengikuti praktikum, praktikan harus memakai sepatu (dilarang
mengenakan sendal atau sepatu sandal) dan memakai baju praktikum
berwarna putih.
3. Praktikan harus hadir paling lambat 15 menit sebelum praktikum dimulai.
4. Pada dasarnya tidak diadakan prakitikum perorangan dan praktikan yang
tidak dapat mengikuti praktikum karena sakit harus ada keterangan dokter.
5. Tidak diperbolehkan menyimpan barang diatas meja kerja kecuali
perlengkapan praktikum.
6. Selama praktikan menjalankan praktikum tidak diperbolehkan melakukan
kegiatan lain atau meninggalkan laboratorium kecuali seizin pembimbing
praktikum.
7. Demi terpeliharanya alat-alat laboratorium dilarang menggunakan alat
sebelum mendapat penjelasan dari pembimbing praktikum.
8. Sesudah praktikum, praktikan harus mencuci dan membersihkan
peralatan/ruangan, alat-alat listrik dan kran air dimatikan.
9. Peralatan praktikum yang rusak/hilang/pecah selama praktikum menjadi
tanggung jawabnya, wajib diusahakan penggantiannya sesuai dengan
spesifikasi alat tersebut secepat mungkin.
10.Semua peralatan yang dilakukan peminjaman pergolongan/kelompok
(disedakan untuk pemakaian bersama) menjadi tanggung jawab seluruh
kelompok praktikan pada hari praktikan.
11.Setiap praktikan wajib membuat laporan praktikum yang formatnya sudah
ditentukan dan ditandatangani asisten setelah selesai praktikum. Laporan
langsung dikumpul pada hari tersebut atau sesuai kesepakatan dengan
asisten.
12. Hal-hal yang belum diatur, akan diatur kemudian
iv

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ………………………………………………………………………………….. i


Tata Tertib di Laboratorium ………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………… 1
1.1 Hematologi Klinik …………………………………………………………………….. 1
1.2 Bahan Pemeriksaan Hematologi ………………………………………………… 1
1.2.1 Persiapan Spesimen ……………………………………………………….. 1
1.2.2 Pengambilan Darah ………………………………………………………… 2
1.2.2.1 Pengambilan Darah Kapiler ………………………………….. 2
1.2.2.2 Pengambilan Darah Vena …………………………………….. 3
BAB II PEMERIKSAAN HEMATOLOGI KLINIK …………………………………………. 7
2.1 Pemeriksaan Hematologi Manual …………………………………………………… 7
2.1.1. Hemoglobin (Hb) ……………………………………………………………… 7
2.1.2 Pemeriksaan Hb Metode Sahli …………………………………………… 7
2.2 Pemeriksaan Sel-sel Darah ……………………………………………………………… 8
2.2.1 Pemeriksaan Jumlah Hitung Eritrosit …………………………………… 10
2.2.2 Pemeriksaan Hitung Jumlah Lekosit …………………………………… 12
2.2.3 Pemeriksaan Hitumg Trombosit …………….……………………… 13
2.2.4 Pemeriksaan Hematokrit ……..…………………..………………. 14
2,3 Index Rerata Eritrosit..................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………… 20
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Hematologi Klinik


Hematologi adalah cabang Ilmu kedokteran yang mempelajari darah, organ
pembentuk darah dan jaringan limforetikuler serta kelainan-kelainan yang timbul
darinya, baik keadaan fisiologik maupun patologik dari organ-organ tersebut. Darah
merupakan komponen esensial mahluk hidup, khususnya manusia, darah beredar
dalam pembuluh darah untuk menjalankan fungsinya sebagai media transport,
pertahanan tubuh/imun, dan hemostatis.
Darah terdiri dari komponen cair (plasma) dan komponen seluler (eritrosit,
lekosit dan trombosit). Plasma sendiri terdiri dari 91 % air dan 7-9 % zat padat.
Zat padat dapat berupa :
1. Albumin, Globulin, Fibrinogen
2. Unsur anorganik : Natrium, kalsium, kalium, fosfor, besi, yodium
3. Unsure organik : non protein nitrogen, urea, asam urat, kreatinin, enzim, asam
amino, lemak, cholesterol dan sebagainya.

Bila darah dibiarkan membeku, setelah beberapa jam (biasanya 2 jam) terjadi
pemisahan 2 bagian yaitu:
1. Bagian yang membeku yang terdiri dari fibrin/fibrinogen dan komponen seluler
yang terjerat di dalamnya.
2. Bagian yang cair yang disebut serum dan berwarna kekuningan/kuning muda.

Bila dibubuhkan/dicampurkan bahan antikoagulan kedarah kemudian


disentrifugasi akan terjadi pemisahan 2 bagian:
1. Bagian yang mengendap yang terdiri dari komponen seluler
2. Lapisan “supernatant” di bagian atas dan berwarna kekuningan, bagian ini
disebut plasma.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa serum adalah plasma yang telah
kehilangan fibrinogen.

1.2 BAHAN PEMERIKSAAN HEMATOLOGI


1.2.1 Persiapan Spesimen
a. Puasa
Pengambilan spesimen akan berpengaruh pada pemeriksaan, dua jam
setelah makan 800 kalori, volume plasma akan meningkat, sebaliknya setelah
gerak badan, volume plasma akan berkurang. Perubahan volume plasma ini
akan menyebabkan perubahan jumlah sel per mikroliter darah maupun
susunan plasma.

b. Obat
Beberapa obat akan berpengaruh pada pemeriksaan hematologi, seperti
asam folat, besi, vitamin B12, kortikosteroid menurunkan jumlah eosinofil,
injeksi adrenalin meningkatkan lekosit dan trombosit, transfusi darah dapat
mengubah komposisi darah penderita. Obat antikoagulan oral atau heparin
mempengaruhi hasil hemostasis.

Fk.unkhair. 2017(fsnhalil) 1
c. Waktu Pengambilan
Jumlah eosinofil lebih tinggi pada antara jam 10 pagi sampai malam, dan
lebih rendah pada antara tengah malam sampai pagi, dan kadar besi serum
lebih tinggi pada pagi hari dan rendah pada sore hari (selisih 40-100 µg/dl)
d. Posisi waktu pengambilan
Perubahan posisi berbaring menjadi berdiri akan mengurangi volume darah,
sebaliknya perubahan posisi berdiri menjadi berbaring meningkatkan volume
darah sebanyak 10-15%.
e. Alat
Semprit dan jarum yang steril
f. Wadah spesimen
Wadah penampung spesimen harus kering, bersih, tertutup, dan diberi label.

1.2.2 PENGAMBILAN DARAH


1.2.2.1 Pengambilan Darah Kapiler
a. Pra-Analitik
 Persiapan alat dan bahan :
 Blood Lancet Steril
 Kapas Alkohol 70 % dan Kapas kering
 Tentukan lokasi dan tempat pengambilan
 Ujung jari
 Anak daun telinga
 Pada bayi dan anak kecil, pada tumit atau ibu jari
b. Analitik
 Cara Kerja :
 Bersihkan tempat yang akan ditusuk dengan kapas alcohol 70%
lalu biarkan sampai kering
 Pegang bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan
tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
 Tusukan dengan cepat dan tepat dengan lancet steril
 Pada jari tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik
kulit jari dengan tusukan agak dalam untuk mendapatkan volume
darah yang maksimal, penekanan yang dilakukan pada saat
setelah penusukan menyebabkan percampuran darah dengan
cairan jaringan sehingga darah mejadi encer dan mempengaruhi
hasil pemeriksaan.
 Buanglah tetes darah pertama keluar dengan menggunakan kapas
kering, kemudian tetesan berikutnya untuk pemeriksaan.
c. Pasca Analitik
Darah Kapiler sebagai spesimen untuk pemeriksaan.

Fk.unkhair. 2017(fsnhalil) 22
1.2.2.2 PENGAMBILAN DARAH VENA
a. Pra-Analitik
 Persiapan alat dan bahan
 Spoit/semprit/ Vacutenner system
 Tabung vial/ Vacutenner, antikoagulan tube
 Kapas alcohol 70% dan kapas kering
 Tentukan lokasi dan tempat pengambilan darah vena
 Pilih Salah satu vena pada lapisan siku tangan urutan-urutan terbaik
yaitu
Mediana Fossa
cubiti Cephalic Vein
Bashillic vein
 Pada bayi, vena juqularis superficialis atau sinus sagittalis superior
b. Analitik
 Cara Kerja :
 Siapkan alat dan bahan
 Bersihkan tempat yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70% dan
biarkan sampai kering
 Jika memakai vena fossa cubiti, pasanglah tourniquet/ karet
pembendung dengan tujuan adanya statis vena
 Tegakanlah kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena
tidak dapat bergerak
 Tusuklah kulit dengan jarum dan semprit dengan tangan kanan
sampai ujung jarum masuk kedalam lumen vena
 Lepaskan atau regangkan bendungan dan pelahan-lahan tarik
pengisap semprit sampai jumlah volume darah yang dikehendaki.
 Lepaskan bendungan jika masih terpasang
 Tarulah kapas diatas jarum dan cabutlah semprit dan jarumnya
 mintalah kepada orang yang darahnya diambil supaya tempat itu
ditekan selama beberapa menit dengan kapas alcohol tadi
 angkatlah jarum dari semprit dan alirkanlah (jangan semprotkan)
darah kedalam wadah atau tabung yang tersedia melalui dinding
 jarum atau semprit yang telah dipakai dibuang ketempat
pembuangan (tempat sampah limbah medic)
 Pemilihan penususkan vena di lengan :
 Daerah yang disorot adalah vena ante cubital fossa dimana terdapat
vena utama yang dipakai untuk Venipuncture
 pilih yang pegas atau elastic, cukup besar untuk mendukung aliran
darah yang baik, dan terjangkar dengan baik di jaringan
 Vena mediana cubital adalah pilihan pertama karena ia besar,
terjangkar dengan baik, paling sedikit sakit, dan terkecil
kemungkinan memarnya.
 Vena cephalic adalah pilihan kedua, besar, tetapi tidak sebaik
terjangkarnya dan lebih sakit ketika ditusuk dibandngkan mediana
cubital
 Vena Basilic adalah pilihan ketiga, biasanya mudah diraba, tetapi
tidak terjangkar dengan baik oleh jaringan, terletak dekat arteri
brachial dan saraf median, yang salah satunya bias secara tidak
sengaja tertususk
 Pemilihan tempat di lengan :

Fk.unkhair. 2017(fsnhalil) 3
3
Tangan atau pergelangan tangan bias dipakai jika vena
antecubital fossa tidak cocok atau tidak ada
phlebotomis harus sangat hati-hati untuk menjangkar vena di
tangan.
Vena ini memeiliki diameter semprit, sehingga sebaiknnya
digunakan jarum kecil dan tabung vakum kecil
Pemakaian Blood Collection Set dapat meningkatkan
keberhasilan dan membuat tindakan kurang menyakitkan

MENGHINDARI SYARAF MEDIAN

• Hindari syaraf utama.


• Mengenai syaraf pasien dengan jarum dapat menyebabkan sakit yang tajam
dan segera.
• Pasien juga bisa melakukan tindakan refleks tidak sengaja, menarik lengan
menjauhi jarum.
• Arteri, dideteksi dengan denyutan, hendaknya tidak dipakai untuk
pengambilan darah rutin.
• Untuk menghindari penusukan arteri, jangan pilih vena yang bertumpuk atau
dekat dengan arteri.
• Terlihat pada gambar, syaraf median dan arteri brachial terletak dekat dengan
vena basilic.
• Pencarian buta dan berlebihan ketika melakukan venipuncture dapat
menyebabkan cedera tetap bagi syaraf dan arteri yang bisa berakibat suatu
tindakan hukum.

Fk.unkhair. 44
2017(fsnhalil)
 Pemilihan tempat di tangan :
 Tangan atau pergelangan tangan bisa dipakai jika vena
antecubital fossa tidak cocok atau tidak ada.
 Phlebotomist harus sangat hati-hati untuk menjangkar mereka.
 Vena ini memiliki diameter sempit, sehingga sebaiknya
digunakan jarum gauge kecil dan tabung hampa kecil.
 Pemakaian blood collection set dapat meningkatkan
keberhasilan dan membuat tindakan kurang menyakitkan

 Pemilihan tempat di kaki :


 Pilihan terakhir untuk pengambilan darah adalah dari vena kaki,
setelah vena-vena tangan telah diputuskan tidak bisa dipakai.
 Selalu lihat kebijakan rumah sakit sebelum jenis tindakan
pengambilan darah ini dilakukan
Tempat Yang Tidak Sesuai untuk Venipuncture :
• Lengan pada sisi mastectomy

• Daerah edema
• Hematoma
• Lengan dimana darah sedang ditransfusikan
• Daerah bekas luka
• Lengan dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
• Lengan di atas IV lines

C. Pasca Analitik

 Darah vena yang cukup untuk pemeriksaan Hematologi


 Darah yang tidak Hemolisis
 Darah dengan antikoagulan dengan perbandingan yang sesuai

Fk.unkhair. 2017(fsnhalil) 6
BAB II
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
KLINIK

2.1 PEMERIKSAAN HEMATOLOGI MANUAL


2.1.1 HEMOGLOBIN (Hb)
Hemoglobin (Hb) adalah suatu molekul protein yang terdapat dalam eritrosit.
berat molekulnya 67.000 pembentukan Hb terjadi di normoblast (eritroblast,
prorubrisit ) dimana 4 gugus heme digabungkan kedalam 1 molekul globin.
Molekul globin merupakan suatu tetrameter yang disusun dari 4 (2 pasang)
rantai polipetida.
Di laboratorium klinik, kadar Hb dapat ditentukan dengan berbagai cara dan
metode diantaranya cara manual metode Sahli, Cupri Sulfat (CuSO 4), cara
kalorimetriak ataufotometrik metode sianmenthemoglobin (Hi-CN).

2.1.2. Pemeriksaan Hb Metode Sahli


a. Pra Analitik
Prinsip :
Darah (Hb) dengan larutan HCL 0,1N diubah menjadi asam hematine
(cokla tua), kemudian warna yang terjadi dibandingkan dengan
standar sahli secara visual, dinyatakan dalam satuan g%.
Alat dan Bahan
 Haemometer set sahli :
• Standar
• Tabung penngencer
• Pipet sahli
• Karet isap
• Batang Pengaduk
• Pipet tetes
 Lancet steril/hemolet/spoit steril
 tabung vial (EDTA)
 Kapas Alkohol 70% dan kapas kering
 Aquadest
 Tissue
b. Analitik
Cara Kerja :
• Persiapkan alat dan bahan (Haemometer )
• Kedalam tabung pengencer Haemometer di isi HCL 0,1 N sampai
tanda 2.
• Isaplah darah kapiler atau dara vena EDTA dengan pipet
hemoglobin sampai tanda 20 µl atau 0.02 ml
• Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet
• Segeralah alirkan darah dari pipet kedalam dasar tabung
pengencer berisi HCL 0,1 N
• Angkatlah pipet sedikit, lalu isap HCL kedalam pipet 2-3 kali untuk
membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet
• Campurlah isi tabung supaya darah dan asam bersenyawa
(homogen), biarkan 2-3 menit sampai warna coklat tua.

Fk.unkhair. 2017(fsnhalil) 77
• Tambahkan aquadest tetes demi tetes, tiap kali diaduk dengan
batang pengaduk. persamaan warna campuran dan standar Sahli
yang dibaca pada cahaya terang.
• Bacalah kadar hemoglobin dalam satuan gram/100 ml darah atau
g/dl atau g%.
c. Pasca Analitik
o Kadar Hb Sahli dalam satuan g/dl atau g%
o Nilai normal Hb secara umum:
☺ Laki-laki : 14-16 g/dl
☺ Perempuan : 12-14 g/dl

2.2 PEMERIKSAAN SEL-SEL DARAH


Pendahuluan
WHO 1980 menganjurkan hitung sel-sel darah cara manual hanya
pada lekosit dan trombosit, tetapi eritrosit tidak lagi dianjurkan, karena faktor
kesalahan besar (pengenceran dan penghitungan).
Tiga jenis sel darah yaitu : leukosit, eritrosit dan trombosit dihitung
jumlahnya persatuan volume darah dengan terlebih dahulu membuat
pengenceran dari darah yang diperiksa (manual atau otomatik)

2.3 PEMERIKSAAN SEL-SEL DARAH


A. Perhitungan Sel-sel Darah
Lekosit, eritrosit dan trombosit dihitung setelah diencerkan. Pada
laboratorium besar, penghitungan dilakukan secara elektronik dan
pengenceran otomatis sehingga memberikan hasil yang sangat akurat.
Selanjutnya cara ini tak dibahas. Selain itu, masih ada cara manual yang
tetap diperlukan hingga saat ini yaitu menggunakan pipet dan kamar hitung.
laboratorium besar, perhitungan dengan hematology analyzer hasl
teliti, tepat dan cepat. tetapi pada laboratorium yang masih menggunakan
metode manual memakai pipet (thoma) dan kamar hitung masih penting
untuk pemeriksaan hematologi klinik sederhana.

B. Prinsip Pemeriksaan Sel Darah :


Darah diencerkan dengan suatu larutan tertentu (pereaksi), jumlah sel darah
dalam volume pengenceran tersebut dihitung menggunakan alat
haemocytometer (kamar hitung)

C. Hemocytometer (Improved Neubauer)


Hitung sel darah cara manual ada dua cara, yaitu cara langsung dengan
pipet thoma dan cara tidak langsung dengan tabung, menggunakan larutan
pereaksi/pengencer, dan alat Haemocytometer set, mikroskop dan kamar
hitung Improved Neubauer .

Fk.unkhair. 8
2017(fsnhalil)
D. Alat dan Bahan :
 Pipet 20 µl (0,02 ml) dan 10 µl (0,01 ml)
 Pipet volumetric 0,5 ml, 2 ml, dan 4 ml
 Tabung reaksi atau tabung serologis
 Haemocytometer set
 pipet thoma leukosit
 Pipet thoma eritrosit /trombosit
 Kamar hitung Improved Neubauer
 Cover Glass
 Karet penghisap
 Mikroskop binokuler
 Reagen Turk (lekosit)
 Reagen Chayem atau formal citrate (eritrosit)
 Amonium Oxalat 1 % (trombosit)

E. Cara Mengisi kamar hitung (KH)


 Kaca penutup kamar hitung diletakan pada tempatnya, kamar hitung
harus dalam keadaan bersih dan kering
 Isilah kamr hitung dengan darah yang sudah diencerkan dengan
menggunakan pipet Pasteur, pengisian KH harus diulang bila terjadi hal-
hal seperti terlalu bangyak cairan yang masuk sehingga mengisi parit KH,
KH sepenuhnya tidak terisi, terdapat gelembung udara di dalam KH.
 Untuk hitung lekosit KH setelah diisi dibiarkan selama 3 menit, eritrosit 2
menit, agar sel-sel mengendap, tetapi tidak lebih lama dari 2 menit sebab
mengeringnya larutan pada tepi KH akan menyebabkan pergerakan
eritrosit yang telah mengendap.
 Khususnya untuk trombosit, KH yang telah diisi dimasukan kedalam
cawan petri tertutup yang telah berisi kapas atau kertas saring basah dan
dibiarkan selama 20 meni agar trombosit dalam kamar hitung
mengendap.
2.2.1 PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH ERITROSIT
a. Pra-Analitik
 Prinsip
Darah diencerkan dengan larutan chayem, kemudian dimasukan
kedalam kamar hitung, jumlah eritrosit dihitung dibawah mikroskop.
 Formula Pereaksi Chayem :
 Na2SO4 :5g
 NaCl :1g
 HgCl : 0,5 g
Aquadest : add 200 ml
 Formula Sitrat :
 Formula sitrat mengandung 10 ml Formalin 40 % yang volumenya
dijadikan 1 liter dengan penambahan Sodium sitrat 0,109 M
 Larutan ini mudah dibuat dan tahan lama, disamping itu bentuk
dikoid eritrosit tetap dipertahankan dan tidak menyebabkan
terjadinya aglutinasi
 Larutan ini bersifat isotonic
b. Analitik
 Cara Tabung :
 Pipet kedalam tabung reaksi 4 ml (tepatnya 3,98 ml) reagen
pengencer Chayem
 pipet darah 20 µl atau 0,02 ml
 Bilaslah pipet tersebut beberapa kali dengan larutan pereaksi
(Chayem)
 Isilah kamar hitung Improved Neubauer
 Periksa dibawah mikroskop
 Hitung jumlah eritrosit yang terdapat pada 5 kotak sedang
atau 80 kotak kecil (bagian tengah kotak kamar hitung)
 Cara pipet Thoma : 10
 Isaplah darah (kapiler, EDTA atau oxalate) sampai tanda
0,5 pipet eritrosit.
 Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
 Masukan ujun pipet kedalam larutan Chayem sambil menahan
drah pada garis tanda tadi, pipet dipegang dengan sudut 45
derajat dan larutan chayem diisap perlahan-lahan sampai tanda
101, hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
 Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan
ujung jari lalu lepaskan karet pengisap.
 Kocok pipet selama 15-30 detik, jika tidak segera akan
dihitung, letakanlah dalam sikap horizontal
 Isilah kamar hitung Improved Neubauer
c. Pasca-Analitik
 Kalkulasi :
 Faktor Pengenceran (FP) cara tabung :
 Volume darah 0,02 ml
 Volume reagen chayem ; cara tabung 4 ml (3,98 ml)
 maka factor pengenceran adalah :

Cara tabung
Faktor Pengencer = 200x
 Faktor Pengencer cara pipet Thoma :
• Volume darah pipet thoma tanda 0,5
• volume larutan Chayem tanda 101
• Maka factor pengencer (FP) cara pipet thoma :

Faktor pengencer = 200x


 Kamar Hitung :
Eritrosit dihitung dalam 80 kotak kecil atau 5 kotak sedang ( 5 x 16
kotak kecil = 80 kotak kecil) kamar hitung Improved Neubauer.
Hasil dikali 10.000 dari persamaan sbb :
Vol KH = 1/5 x 1/5 x 1/10 = 1/250
Vol 5 KS = 5 x 1/250 = 250/5 = 50 atau 5/250 = 0,02
 Faktor perkalian ada 2 cara (pilih salah satu)
1. Rumus ke-1 = FP x Vol. 5 KS x N*
= 200 x 50 x N = 10.000 N
∑eritrosit = 10.000 x N/mm3 darah
Ket : N* = sel yang dihitung dalam kamar hitung
2. Rumus ke-2 :

Jumlah eritrosit = 10.000 x N /mm3 darah.

 Nilai rujukan hitung Eritrosit :


 Pria : 4.4 – 5.5 juta / µl
 Wanita : 4.0 – 5.0 juta / µl
 Anak : 4.5 – 5.5 juta / µl

Catatan :
 Pengisapan darah dan reagensia, sebaiknya menggunakan karet
pengaman, jangan mengisap langsung dengan mulut.
2.2.2 PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH LEKOSIT (HL)
a. Pra-Analitik
 Prinsip :
Darah diencerkan dengan larutan turk, kemudian dimasukan kedalam
kamar hitung. jumlah lekosit dihitung dibawah mikroskop. Asam acetat
yang terdapat dalam larutan Turk menyebabkan eritrosit pecah, sehingga
lekosit dapat dengan mudah dihitung.
 Pereaksi Turk :
 Asam asetat 2% ditambah gentian violet 1%. 1 ml
 Penambahan Gentian violet bertujuan member warna inti dan
granula lekosit
 Turk berfungsi untuk memecah eritrosit dan trombosit, tetapi tidak
memecah lekosit dan eritrosit berinti, sehingga dimungkinkan yang
tampak hanya lekosit saja.
b. Analitik
Cara Kerja (pilih salah satu) :
I. Cara Tabung :
 Kedalam tabung reaksi 0,5 ml larutan Turk, tambahkan 20 µl
darah kapiler/EDTA
 Bilaslah pipet tersebut beberapa kali dengan larutan turk tadi.
 Isilah kamar hitung Improved Neubauer dengan campuran diatas.
 Periksa dibawah mikroskop
 Hitung jumlah sel yang terdapat dalam empat kotak besar
kamar hitung Improved Neubauer.
II. Cara Pipet Thoma :
 Isaplah darah (kapiler, EDTA atau oxalate) sampai tanda 0,5
pipet lekosit
 Hapuslah kelbihan darah yang melekat pada ujung pipet.
 Masukan ujung pipet kedalam larutan turk sambil menahan darah
pada garis tanda tadi, pipet dipegang dengan sudut 45 derajat dan
larutan turk diisap perlahan-lahan sampai tanda 11. Hati-hati
jangan sampai terjadi gelembung udara.
 Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari
lalu lepaskan karet pengisap.
 kocok pipet selama 15-30 detik, jika tidak segera akan dihitung,
letakanlah dalam sikap horizontal.
 Isilah kamar hitung

c. Pasca Analitik
 Kalkulasi :
Perhitungan cara manual :
Faktor Pengenceran (FP) :
1) Cara Pipet Thoma :

2) Cara Tabung I (volume turk 0,38 ml) :


 Nilai Rujukan Lekosit :
 4.500 – 11.000 /µl
2.2.3 PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT
Prinsip
Darah diencerkan dengan larutan pengencer amonium oksalat 1% yang melisiskan
eritrosit. Jumlah trombosit yang telah diencerkan dihitung dengan menggunakan
kamar hitung Improved Neubauer.
Reagensia
Larutan pengencer adalah larutan amonium oksalat 1% dalam air suling. Larutan
tersebut disimpan pada suhu 4 derajat C dan disaring dengan filter mikropor
0,22µm sebelum dipakai.
Peralatan
1. Mikroskop cahaya
2. Kamar hitung Improved Neubauer dengan kaca tutup
3. Filter mikropor 0,22µm
4. Pipet 20 µL / pipet sahil
5. Pipet berskala 2 mL
6. Tabung 17x12 mm
Bahan Pemeriksaan
Darah EDTA atau darah kapiler
Cara Pemeriksaan
1. Pipet 2000 µL larutan pengencer amonium oksalat 1% dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 20µL darah EDTA jangan lupa membilas isi pipet dengan larutan
pengencer.
3. Campur isi tabung sampai homogen.
4. Isi kamar hitung seperti isi kamar hitung leukosit. Pengisian kamar harus
diulang jika terjadi seperti dibawah ini :
 Terlalu banyak cairan yang sehingga mengisi parit kamar hitung
 Kamar hitung tidak sepenuhnya terisi
 Terdapat gelembung udara di kamar hitung
5. Biarkan trombosit tersebut mengendap di dalam kamar hitung selama 10
menit dan diletakkan di dalam cawan petri yang telah terisi kapas atau kertas
saring basah.
Perhitungan
Luas bidang yang dipakai untuk menghitung jumlah trombosit adalah bidang besar di
tengah dengan luas 1,0 mm2 dan tinggi kamar hitung 0,1 mm, sehingga volume
yang dihitung 0,1 mm3. Pengenceran yang dilakaukan adalah 100 kali. Bila trombosit
yang dihitung berjumlah N, maka :

jumlah trombosit yang dihitung = 1/0,1 x 100 x N = 1.000 x N


Nilai rujukan: 150.000 – 400.000/ µL

SUMBER KESALAHAN
1. Bila menggunakan darah kapiler harus dipakai darah dengan tetetsan
pertama dibuang dan yang menetes dengan bebas.
2. Bila menggunakan darah dengan antikoagulan, darah tersebut harus dibolak
balik minimal 20 kali, tidak boleh dikocok karena akan menimbulkan busa
yang menyulitkan untuk mengisap bahan pemeriksaan dan trombosit akan
pecah.
3. Pipet yang dipakai harus bersih dan kering
4. Bagian luar dari pipet harus dibersihkan sebelum ditambahkan ke dalam
larutan pengencer
5. Setelah darah dimasukkan ke dalam larutan pengencer, pipet harus dibilas
dengan larutan pengencer tersebut.
6. Isi tabung harus dicampur minimal 10 menit, kemudian kamar hitung yang
bersih dan kering diisi dengan menggunakan pipet pasteur, Biarkan selama
10 menit, sehingga sel akan mengendap.
7. Salah menghitung jumlah trombosit dalam kamar hitung, karena
menyinggung garis batas yang tidak seharusnya dihitung.
8. Jumlah trombosit dalam kamar hitung dapat dikontrol dengan jumlah
trombosit dalam sediaan hapus.

2.2.4. PEMERIKSAAN HEMATOKRIT


Pemeriksaan hematokrit merupakan pemeriksaan hematologi untuk mengetahui
volume eritrosit dalam 100 mL darah, yang dinyatakan dalan 1%.
Nilai hematokrit ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya anemia dan digunakan
juga untuk mengetahui nilai eritrosit rerata seperti nilai volume eritrosit rerata (VER)
dan konsentrasi hemoglobin eritrosit rerata (KHER).
Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro atau cara mikro.
Pada cara makro digunakan tabung Wintrobe yang mempunyai diameter dalam 2,5-3
mm, panjang 110 mm dengan skala interval 1 mm sepanjang 100 mm. Volume
tabung ini adalah 1 mL.
Pada cara mikro digunakan pipet kapiler yang panjangnya 75 mm dan diameter
dalam 1 mm.
Pipet ini ada 2 jenis, ada yang dilapisi antikoagulan Na2EDTA atau heparin dibagian
dalamnya dan ada yang tanpa antikoagulan.
Pipet kapiler dengan antikoagulan dipakai bila menggunakan darah tanpa
antikoagulan.
Pipet kapiler tanpa antikoagulan dipakai bila menggunakan darah yang telah
bercampur dengan antikoagulan seperti drah K2/K3EDTA/heparin.
BAHAN PEMERIKSAAN
Dipakai darah dengan antikoagulan K2EDTA, K3EDTA atau heparin. Menurut ICSH
antikoagulan K2EDTA yang dipakai untuk pemeriksaan hematologi diperlukan 1,50 ±
0,25 mg/mL darah atau darah heparin dengan kadar heparin 10-20 IU/mL.
Pemeriksaan tidak boleh ditunda lebih dari 6 jam, bila disimpan pada suhu 4Oc.
Bahan pemeriksaan tidak boleh hemolisis.

Cara Mikro
1. Isilah pipet kapiler dengan darah yang langsung mengalir biasanya dipakai darah
kapiler atau darah dengan antikoagulan.
2. Salah satu dari ujung pipet disumbat dengan dempul.
3. Trabung kapiler dimasukkan kedalam alat sentrifus mikro dengan bagian yang
disumbat mengarah keluar.
4. Tabung kapiler tersebut dipusing selama 5 menit dengan kecepatan 10.000 g
menggunakan mikrohematokrit sentrifus.
5. Nilai hematokrit dibaca dengan memakai alat baca yang tersedia.
6. Bila nilai hematokrit melebihi 50%, sentrifugasi ditambah 5 menit lagi.

Gambar 1.1 Grafik alat baca hematokrit cara mikro


Kesalahan yang mungkin terjadi pada cara mikro
1. Bila memakai darah kapiler, tetes pertama harus dibuang karena bercampur
dengan cairan interstisial.
2. Penggunaan antikoagulan berlebihan mengakibatkan eritrosit mengerut sehingga
nilai hematokrit akan lebih rendah dari sebenarnya dan nilai KHER meningkat.
3. Bahan pemeriksaan yang ditunda lebih dari 6 jam akan meningkatkan nilai
hematokrit.
4. Bahan pemeriksaan tidak dicampur hingga homogen sebelum pemeriksaan
dilakukan.
5. Darah yang digunakan untuk pemeriksaan tidak boleh mengandung bekuan.
6. Didaerah dengan iklim tropis, pipet kapiler yang berisi antikoagulan heparin cepat
rusak karena itu harus disimpan dalam lemari es.
7. Ke
8. cepatan dan lama pemusingan harus sesuai.
9. Pemakaian mikrohematokrit sentrifus dalam waktu yang lama mengakibatkan
alat menjadi panas sehingga dapat mengakibatkan hemolisis.
10. Lapisan buffy coat tidak turt dibaca tetapi hal ini sulit diatasi. Selain itu pemeriksa
juga harus menghindari paralaks.
11. Endapa atau lisis dari eritrosit dapat terjadi bila salah satu ujung pipet kapiler
disumbat dengan cara dibakar.
12. Penguapan plasma selama pemusingan atau bila pipet kapiler yang akan dibaca
dibiarkan telalu lama.
13. Pembacaan yang salah.

Cara Makro
1. Darah EDTA dicampur dengan seksama hingga homogen.
2. Dengn menggunakan pipet Pasteur atau pipet Wintrobe darah dimasukkan
kedalam tabung Wintrobe hingga mencapai garis tanda 100, dimulai dari dasar
tabung dan hindari terjadinya gelembung udara di dalam tabung.
3. Tabung yang telah berisi darah disentrifuge selama 30 menit pada kecepatan
2.000-2.300 g. Untuk mengkonversi kecepatan pemusingan dari satuan g ke
satuan rpm, lihat monogram pada gambar 4.
4. Hasil penetapan hematokrit dibaca dengan memperlihatkan :
a. Tinggi kolom eritrosit yang dibaca sebagai nilai hematokrit yang dinyatakan
dalam %.
b. Tebalnya lapisan putih diatas eritrosit yang tersusun dari leukosit dan
trombosit. Lapisan ini disebut sebagai buffy coat dan dinyatakan dalam mm.
c. Warna kuning dari lapisan plasma yang disebut indeks ikterus. Warna kuning
tersebjut dibandingkan dengan warna larutan kalium bikromat yang intensitas
warnanya dinyatakan dalam satuan (S). Satu satuan sesuai dengan warna
larutan 1 g kalium bikromat dalam 10.000 mL air.
5. Bila nilai hematokrit melebihi 50%, pusinglah tabung tersebut 30 menit lagi.
6. Nilai rujukan hematokrit pada pria 40-48% dan pada wanita 37-43%.

Gambar 1.2 Tabung Wintrobe


Gambar 1.3 Cara mengisi tabung Wintrobe

Kesalahan yang mungkin terjasi pada cara makro

1. Konsentrasi antikoagulan yang digunakan tidak sesuai.


2. Bahan pemeriksaan tidak dikocok hingga homogen.
3. Bahan pemeriksaan mengandung bekuan.
4. Pemeriksaan ditunda lebih dari 6 jam.
5. Pada waktu mengisi tabung Wintrobe terjadi gelembung udara didalam tabung.
6. Pengisian tabung Wintrobe tidak mencapai tanda 100.
7. Kecepatan dan lama pemusingan tidak sesuai.
8. Terjadi hemolisis waktu pemusingan.
9. Pembacaan yang salah.

Gambar 1.4 Nomogram untuk menghitung RPM relatif berdasarkan jari-jari


sentrifus, nilai g.
Gambar 1.5 Hasil pemeriksaan hematokrit cara makro.

A. NILAI ERITROSIT RERATA


Nilai eritrosit rerata (NER) bermanfaat untuk mengetahui ukuran dan banyaknya
hemoglobin di dalam eritrosit. NER terdiri dari 3 parameter yaitu:
 Mean Corpuscular Volume (MCV) atau volume eritrosit rerata (VER)
 Mean Cospuscular Hemoglobin (MCH) atau hemoglobin eritrosit rerata (HER)
 Mean Cospuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi
hemoglobin eritrosit rerata (KHER)

PRINSIP
1. Ketiga parameter tersebut diatas memerlukan
data : Kadar hemoglobin dalam g/dL
Nilai hemtokrit dalam %
Jumlah eritrosit dalam %
2. Nilai eritrosit rerata dihitung dengan formula sebagai berikut :

VER = nilai hematokrit x 10


fL Jumlah eritrosit
HER = kadar hemoglobin x 10 pg
Jumlah eritrosit
KHER = kadar hemoglobin x 10
g/dL Nilai hematokrit

Contoh :
1. Nilai hematokrit 45%, jumlah eritrosit 5,0 juta/µl
Nilai VER = 45 x 10 = 90 fL
5,0
Nilai rujukan = 82-92 fL.

2. Kadar hemoglobin 15 g/dL, jumlah eritrosit 5,0 juta/µL


Nilai HER = 15 x 10 = 30 pg
5,0
Nilai rujukan = 27-31 pg.
3. Kadar Hemoglobin 15 g/dL, jumlah hematokrit 45%
Nilai VER = 15 x 100 = 33,3 g/dL
45
Nilai rujukan = 31-36 g/dL

Catatan
1. Nilai eritrosit rerata dipakai untuk mengetahui volume eritrosit rerata yang
diketahui dari nilai VER dan banyaknya hemoglobin dalam satu eritrosit rerata
dapat dilihat dari nilai HER serta untuk mengetahui konsentrasi hemoglobin
rerata dalam satu eritrosit dilihat pada nilai KHER.
2. Nilai eritrosit rerata dipakai untuk penggolongan anemia berdasarkan
morfologi. Dikenal 3 macam penggolongan anemia yaitu:
 Anemia mikrositik hipokrom bila VER < 82 fL dan HER < 27 pg dengan
atau tanpa KHER < 31 g/dL
 Anemia normositik normokrom bila VER normal dan HER normal
 Anemia makrositik bila VER > 92 fL dan HER normal.
3. Nilai eritrosit rerata sebaiknya dikonfirmasi dengan melihat morfologi eritrosit
dalam sediaan hapus darah tepi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Riadi Wirawan. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Departemen Patologi

Klinik FKUI, Jakarta 2011.

2. Gandasoebrata R, Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta, Dian Rakyat,2006

3. Arif Mansyur, Forum Diagnosticum. Medical Fakulty, Hasanuddin University,


Makassar:2007
4. Hardjoeno. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Hematologi. Dalam
Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Makassar: Hasanuddin
University Press, 2003.
5. Anonim. Clinical Pathology Departement. Medical Faculty, Hasanuddin
University, 2004
6. Abd. Samad Ibrahim, Hardjoeno. Hematologi Penentuan Kadar Hb, hitung
jumlah Eritrosit dan lekosit. Dalam Penuntun Praktikum Ilmu Laboratorium
Patologi Klinik, Lembaga Penerbitan Unhas.
7. Kjedlsberg C. Chronic Myelogenous Leukemia. In Practical Diagnosis of
Hematologic Disoders,American Society of Clinical Pathologists.
Chicago:1989; 390 – 397
LAPORAN SEMENTARA
HARI/TANGGAL :

NAMA PRAKTIKAN :

NIM :

KELOMPOK :

JUDUL PRAKTIKUM :

NAMA PENDERITA :

HASIL :

PEMBAHASAN :

Ternate, 2017

MENGETAHUI,

PEMBIMBING PRAKTIKAN

……………………….…… ……………………….……

Catatan Pembimbing :

 Pengetahuan :
 Ketrampilan :
 Sikap :

Fk.unkhair. 2017(fsnhalil) 21

Anda mungkin juga menyukai