Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PEMBELAJARAN TUTORIAL

Nama Blok :5
Koordinator Blok : dr. Angga Mardro Rahardja, Sp. P
Mata Kuliah : Thorax / Kelompok B
Dosen Pengampu : dr. Dion K. Dharmawan, M. Si
Tanggal Perkuliahan : 30 April 2020

Skenario 5 : Situasi di IGD


Learning Objective
1. Mengenali tanda awal dan sebab kegagalan kardiorespirasi
2. Syok: Jenis (hipovolemik, anafilaktif, distributif, cardiogenik, obstruktif), patofisiologi,
etiologi, gejala/manifestasi klinis, diagnosis, dan prognosis
3. Kematian: Jenis, cara, sebab, dan mekanisme
4. Tatalaksana penanganan awal syok dan kegagalan sistem kardiorespirasi
5. Kematian tidak wajar, sudden unexpected death, asfiksia, dan eutanasia

Pembahasan Learning Objective:

1. Mengenali tanda awal dan sebab kegagalan kardiorespirasi


 Kegagalan kardiorespirasi merupakan gangguan pada jantung. terdapat resiko yang
tidak dapat dimodifiksi seperti riwayat keluarga, umur dan yang dapat dimodifikasi
seperti diabetes melitus dan hipertensi
 Serangan jantung : nyeri pada dada menjalar pada lengan
 Faktor resiko dapat berupa gaya hidup seperti aktivitas yang kurang, akan
berpengaruh pada tekanan darah, sedangkan pada olahraga dinamik akan
meningkatkan pasokan oksigen. Pola hidup tidak sehat dapat menyebabkan
penumpukan lemak, kelebihan kalori yang akan disimpan dalam jaringan lemak
yang dapat menyebabkan kegemukan. Menyebabkan obesitas dan meningkatkan
gangguan kardiorespiratori. Obesitas merupakan penyebab terbesar terjadinya
jantung koroner, karena gangguan metabolism dan menyebabkan sumbatan-
sumbatan pada pembuluh darah disebut aterosklerosis
 Tanda kegagalan kardiorespirasi dapat berupa pasien tidak merespon walau
dirangsang nyeri, tidak ada pernapasan normal, tidak teraba nadi. Hal ini
disebabkan kegagalan fungsi mekanis jantung paru,
 Kegagalan kardiorespirasi dapat terjadi akibat stress fisik, kekurangan oksigen,
rendahnya kadar kalium, pengaruh obat obatan, ada jejas di jantung, pembuluh
darah tidak normal serta penyalahgunaan obat
2. Syok : Jenis (hipovolemik, anafilaktif, distributif, cardiogenik, obstruktif), patofisiologi,
etiologi, gejala/manifestasi klinis, diagnosis, dan prognosis
 Syok hipovolemik
- Etiologi : terganggunya sistem sirkulasi, kurangnya plasma darah seperti akibat
luka bakar luas, kekurangan cairan akibat muntah dan dehidrasi
- Patofisiologi : curah jantung rendah menyebabkan mikrosirkulasi. Dalam sistem
kardiovaskular kontraktilitas miokard bekerja lebih keras. Hipovolemia akan
menyebabkan penurunan volume ventrikel
- Gejala klinis pada syok hipovolemik ringan berupa takikardi ringan, syok
hipovolemik sedang berupa peningkatan cemas, takikardi terlihat lebih jelas,
syok hipovolemia berat berupa tekanan darah menurun drastis, agitasi,
penurunan kesadaran
- Diagnosis : ditemukan tanda ketidakstabilan hemodinamik dan ditemukan
perdarahan, hemoglobin dan hematokrit tidak langsung turun sebagai
kompensasi.
- Tata laksana : menempatkan kaki pasien lebih tinggi, resusitasi cairan, dapat
menggunakan cairan garam isotonus, transfusi darah bila syok hipovolemia
berat, saluran pernapasan tetap dijaga, intubasi,
 Syok kardiogenik : curah jantung rendah akibat kegagalan pompa jantung, sindrom
klinik akibat gagal perfusi
- Etiologi : sindrom koroner akut, ruptur septum intraventrikular, gangguan pada
miokard, infark miokardium: jantung tidak dapat memompa
- Gejala : tekanan darah rendah, takikardi, sesak nafas, akral dingin, penurunan
kesadaran, pucat, dapat disertai atau tanpa nyeri dada,
- Patofisiologi : gangguan ventrikel kiri, adanya nekrosis pada jantung
menurunkan kontraksi jantung lalu menurunkan perfusi lalu penurunan tekanan
darah
- Diagnosis : ekg, rongent dada,
- Prognosis : secara darurat dengan pembersihan jalan nafas, obat-obat anti
aritmia, mengalami mortalitas hingga 70%
 Syok obstruktif/ mekanis : disebabkan hambatan aliran darah menuju jantung
- Etiologi : emboli paru masif, sumbatan udara pada paru, tension
pneumoothorax, temponad kordis/jantung yaitu penumpukan cairan pada
rongga dada
- Patofisiologis : HR naik, CO turun, tekanan pengisian ventrikel naik, sistemic
vaskular resisten naik, retensi air pada ginjal
- Gejala : gangguan sirkulasi sehingga akral dingin, vena perifer kolabs, takipnue,
oligouria
- Diagnosis : syok merupakan sindrom klinis
- Prognosis : akan baik jika penatalaksanaan sesuai etiologi
 Syok distributive atau disebut normovolemik : akibat blokade saraf otonom seperti
pada syok neurogenik, anafilasis, septik
- Tanda : pembesaran pembuluh darah, aliran darah pusat berkurang karena
tekanan darah pada perifer melebihi normal, adanya gangguan perfusi
- Meliputi Syok sepsis yang memunculkan tanda sindrom respiratori akut
- Tata laksana : Mengatasi penyebab utamanya, fase awal : noreadrenalin
menyebabkan vasokonstriksi, pemberian vasoaktif, resusitasi cairan untuk
hemodinamik,

3. Kematian: Jenis, cara, sebab, dan mekanisme


 Jenis kematian :
- Kematian somatis : terjadi gangguan pada 3 sistem utama tubuh, ditandai
dengan eeg mendatar, nafas tidak terdengar
- Mati suri : mirip kematian somatis tetapi gangguan pada 3 sistem utama tubuh
hanya sementara, biasanya akibat tersengat listrik
- Kematian seluler : kematian sel dengan tidak bersamaan tiap organnya
- Kematian cerebral : kematian pada kedua hemisfer otak
- Kematian batang otak : dapat dinyatakan sudah tidak hidup
 Sebab kematian : adanya penyakit yang menghasilkan kematian, contohnya : luka
tembak abdomen, atheroskleosis
 Mekanisme kematian: gangguan fisiologi dan biokimia yg dipicu oleh sebab
kematian , contohnya aritmia, perdarahan masif (bisa primer, sekunder dan tersier),
bunuh diri mekanisme kematian primernya berupa kehilangan darah

4. Tatalaksana penanganan awal syok dan kegagalan sistem kardiorespirasi


 Terapi oksigen, stop perdarahan, resusitasi cairan
 Derajat 1 apabila kekurangan darah kurang dari 15%, HR normal, sistole 110-120.
Derajat 3 apabila kekurangan darah 30-40 % dan derajat 4 lebih dari 40%
 Penanganan syok :
- posisi tubuh terlentang untuk mengalirkan darah ke organ vital, jangan
digerakkan bila dicurigai terdapat trauma, berbaring miring untuk menghindari
sumbatan jalan nafas,
- Tatalaksana Syok hipovolemik: badan terlentang dan kaki ditinggikan, respirasi
dengan terapi oksigen, mempertahankan sirkulasi, mempertahankan suhu tubuh,
pemberian cairan (jangan diberikan minum saat tidak sadar, mau dioperasi,
resusitasi cairan, jumlah cairan yg diberikan harus seimbang dengan yang
hilang)
- Tatalaksana Syok anafilaktik: membaringkan penderita, kaki dinaikkan,
membersihkan jalan nafas (posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak
menutup jalan nafas), bantuan nafas, obat obatan, sirkulasi : dilakukan
kompresi, diberikan adrenalin, bila tekanan darah rendah dapat dilakukan
pemasangan intravena, pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah,
penanganan di tempat kejadian harus maksimal, setelah syok teratasi
diobservasi 4 jam, inhalasi salbutamol
- Tatalaksana Syok kardiogenik : pemberian obat agar jantung dapat memompa
darah (doputamin: CO rendah, TD sistole 70-100 mmHg, dopamin : TD sistole
kurang dari 70, norepinefrin: TD kurang dari 70 dan terdapat tanda syok),
diperhatikan oksigenasi darah
- Tatalaksana Syok sepsis : Syok akibat infeksi sehingga diberi antibiotik,
pemberian cairan dengan pemantauan ketat
- Tatalaksana Syok neurogenik : baringkan pasien dengan kepala lebih rendah,
pertahankan jalan nafas, penggunaan ventilator mekanik untuk menstabilkan
hemodinamik, resusitasi cairan, berikan obat vasoaktif
 Pemberian oksigen berguna untuk meningkatkan oksigen ke paru-paru dan
ketersediaan oksigen pada jaringan, indikasi pemberian oksigen apabila gagal nafas
akut, syok, infark miokard akut, keracunan gas CO, emfisema pasca bedah, anemia
berat.
 Kardiovaskuler triat : harus dievaluasi, rate/ frekuensi problem, pump problem:
lihat tekanan darahnya, volume problem: memberikan cairan infus, transfusi

5. Kematian tidak wajar, sudden unexpected death, asfiksia, dan eutanasia


 Cara kematian dibagi menjadi :
- Kematian Wajar : penyakit
- Kematian Tidak wajar : kekerasaan, pembunuhan, kecelakaan, tenggelam,
bunuh diri
- Kematian Undetermined : tidak dapat dideteksi, tidak diketahui apa
penyebabnya
 Penyebab kematian
- Langsung: gangguan fisiologis dan biokimia
- Dasar: penyebab kematian utama yang berkaitan dengan cara kematian
- Otopsi verbal : pada keluarga yang mengetahui riwayat almarhum
 Sudden unexpected death merupakan kematian mendadak pada 24 jam setelah
gejala. Dibagi menjadi 3, yaitu mendadak dan langsung tanpa tau penyebabnya
serta unexpected : terdapat gejala sebelum kematian
Terjadi pada umumnya akibat:
- kelainan respirasi: akibat penyakit paru kronis, asfiksia,
- kelainan kardiovaskuler : infark miokard, lesi jaringan jantung, perikarditis,
hipertropi ventrikel, ruptur spontan
- kelainan Gastrointestinal : penyakit gastro kronik, perforasi tukak lambung
- kelainan Genitourinaria : kelainan pada ginjal
- kelainan Saraf otak : perdarahan spontan cerebral, subarachnoid
- kelainan limfatikus : ditemukan kelenjar limfe yang membesar
- kelainan sistem urogenital : komplikasi kehamilan, kehamilan ektopik
- SID : kematian mendadak pada bayi (pilek, batuk, gangguan pencernaan)
 Prosedur pada kematian mendadak kardiovaskular
Periksa secara medical history, tanyakan saksi, pemeriksaan luar, otopsi,
pemeriksaan toksikologi
- Mencari keterangan korban (usia, pertengkaran dll)
- Periksa keadaan sekitar(terkunci/tidak, barang mencurigakan)
- Periksa status asuransi korban
- Periksa mungkin adanya bekas suntikan/tanda kekerasan
 Asfiksia : a tanpa, fiksis: denyut/ pulsasi, keadaan apapun yang mengganggu
jalannya oksigen. aHasil dari asfiksi dapat menyebabkan anoksia,anoksia dibagi
menjadi :
- Anoksik anoksia: oksegen tidak ada
- Anemik anoksia : gangguan hb
- Histotoksik anoksia : gangguan pada sel
 Stadium dispnue : Denyut nadi bertambah, kemudian stadium saat kerusakan sel di
otak. Stadium apnea: pernapasan lemah. Stadium final : respirasi berhenti
 Untuk mengetahuiadanya asfiksia dapat dilakukan pemeriksaan luar : dapat
ditemukam petekie hemoragi, kongesti, edema, sianosis/kebiruan pada kuku bibir.
Pemeriksaan dalam : ditemukan vasodilatasi otak dan paru, wrinkle capsule pada
ginjal
 Sufokasi : berkurangnya oksigen, diakibatkan entrapment (oksigen yang tidak
memadai pada ruangan), smothering (menutup hidung/ mulut korban, bayi yang
tertutup jalan nafasnya karena kelalaian, pecandu alkohol kekurangan oksigen saat
tidur tertelungkup), gagging (udara tertahan akibat akumulasi saliva), choking
 Strangulation : manual (tekanan pada leher, fraktur pada tulang hioid), jeratan pada
leher, hanging(akibat berat tubuh korban sendiri saat bunuh diri, atau dimungkinkan
terdapat kamuflase dari pelaku), traumatic asfiksia: dada tidak dapat mengembang
 Euthanasia : eu berarti baik, thanatos : kematian. Dibagi menjadi euthanasia aktif:
mempercepat kematian pasien dengan memberikan suntikan pada saat pasien pada
stadium akhir, menghilangkan rasa sakit. Dan juga euthanasia pasif : menghentikan
pengobatan pada pasien yang secara medis tidak dapat diselamatkan/ tidak efektif,
tindakan dokter menghentikan pengobatan akibat biaya, dengan syarat
mendahulukan orang yang survival ratenya tinggi
 Euthanasia : kendala euthanasia dokter dituntut membantu pasien dan sekaligus
pada euthanasia menghilangkan nyawa sehingga termasuk pelanggaran
 Euthanasia dibagi menjadi euthanasia sukarela: pasien yang meminta, non
sukarela : pasien tidak meminta, Involuntari: sama seperti non sukarela
 Dari segi agama, hidup dan mati adalah anugerah, tidak membenarkan euthanasia
dengan alasan apapun
 Dari segi hukum, pasal 344: melarang euthanasia aktif, beberapa negara melegalkan
seperti jepang, columbia, canada, belgia. Pada euthanasia tetap diberikan bantuan
hidup dasar
 Di Indonesia tidak diperbolehkan, euthanasia termasuk perbuatan pidana karena
berkaitan dengan HAM , setiap orang berhak hidup dan bebas dari penyiksaan

Dosen Pengampu Mahasiswa

dr. Dion K. Dharmawan, M. Si Moch Harun Al-Rasyid

Wakil Dekan 1 Koordinator Blok

dr. Ancah Caesarina NM, Ph.D dr. Angga Mardro Rahardjo, Sp.P

LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai