Oleh
Martin Aditya Suryani2)
H0715107
Keterangan:
1. Makalah disampaikan pada seminar hasil tingkat sarjana S-1 FakultasPertanian,
Universitas Sebelas Maret (UNS)
2. Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir.
Sulandjari, M.S. sebagai pembimbing utama, Dr. Ir. Amalia Tetrani Sakya, M.,
M.Phil. sebagai pembimbing pendamping dan Dr. Ir.Jauhari Syamsiah, M.S
sebagai pembahas
2
ABSTRAK
1)
Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
2)
Pembimbing utama dari peneliti
3)
Pembimbing pendamping dari peneliti
3
1)
Researcher is students of Major Agrotechnology, Faculty of Agriculture,
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
2)
Research advisor
3)
Research advisor
4
PENDAHULUAN
Petiveria alliacea termasuk ke dalam famili Phytolaceae. P. alliacea diklaim
sebagai tanaman yang memiliki khasiat obat. Singawalang digunakan sebagai obat
untuk meningkatkan daya ingat dan meredakan sakit flu serta infeksi yang
disebabkan oleh virus maupun bakteri, mengobati diabetes dan kanker. P. alliacea
mengandung triterpenoid, saponin, polifenol, kumarin, benzaldehida, asam benzoat,
flavonoid, fredelinol, pinitol dan allantonin yang keberadaannya tersebar di bagian
akar, batang dan daun (Sathiyabalan 2017). Senyawa yang terkandung dalam P.
alliacea yang diduga sebagai komponen utama yang bertanggung jawab terhadap
aktivitas antibakteri dan anti fungi adalah kumpulan senyawa thiosulfinates dan
sulfines (Kim et al 2006).
Kendala yang dihadapi pada pengembangan singawalang di Indonesia yaitu
tanaman obat belum menjadi komoditas yang diprioritaskan, Lahan subur di
Indonesia diprioritaskan untuk penanaman komoditas pangan, sedangkan lahan
marginal belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu jenis tanah marginal di
Indonesia yaitu tanah inceptisol. Pemberian dolomit dan zeolit beserta aplikasi
pupuk NPK yang sesuai dapat berguna bagi perbaikan sifat kimia tanah. Sehingga
perlu dikaji kesesuaian penambahan pupuk NPK dan pengaplikasian amandemen
tanah berupa dolomit dan zeolit bagi pertumbuhan dan serapan hara singawalang
pada tanah inceptisol. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh asupan
NPK dan bahan amandemen pada tanah inceptisol terhadap pertumbuhan dan
serapan hara fosfor singawalang serta mengetahui dosis asupan NPK yang paling
tepat diberikan bersama bahan amandemen pada tanah inceptisol bagi
pertumbuhan dan serapan hara fosfor tanaman singawalang
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Oktober 2018. Lokasi
penelitian bertempat di Desa Kenayan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman,
Yogyakarta. Analisis laboratorium akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi, Fakultas
pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penelitian dilaksanakan melalui
percobaan lapang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini
terdiri atas satu faktor perlakuan dengan 8 taraf yaitu:
5
N Total K Tersedia
pH C KTK P Tersedia
KL (%) Tanah Tanah
(%) (cmol/100g Tanah (ppm)
(%) (mg/100g)
)
6,88 n 16,92 2,38 sd 16,40 r 4,54 sd 8,78 r 10,08 r
pH tertinggi ditunjukan pada perlakuan kapur dolomit dan NPK 1,5 gram yaitu
7.49 hal tersebut karena dolomit mengandung kation basa yang dapat meningkatkan
pH tanah. Nurhayati (2013) menyatakan bahwa kapur dolomit mengandung unsur Ca
dan Mg. Kedua jenis unsur dapat melepaskan ion OH yang berpengaruh terhadap
peningkatan pH. Kapur dolomit berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah, karena secara langsung dapat menyuplai unsur hara makro berupa Ca
dan Mg, serta kondisi pH tanah dapat meningkat sehingga memberikan kondisi
lingkungan yang lebih baik bagi tanaman (Kasmawardani et al. 2017).
Novriani (2010) menyatakan bahwa zeolit bersifat basa dan mengalami proses
hidrolisis silikat sehingga menghasilkan ion OH-. Ion OH- tersebut mengikat ion H+
didalam tanah sehingga pH tanah menjadi naik. pH tanah sangat berpengaruh
terhadap ketersediaan P didalam tanah, pada kondisi asam – agak asam P
bersenyawa dalam bentuk Fe-P, adanya pengikatan tersebut menyebabkan bukan P
menjadi tidak efisien sehingga perlu dilakukan usaha peningkatan pH.
C. Tinggi Tanaman
70
60 Dolomit+ NPK 0 gram
Tabel 4. Jumlah daun, berat basah dan kering brangkasan batang singawalang
Pemberian pupuk NPK dengan dosis 4.5 gram tidak lagi meningkatkan
jumlah daun tetapi menurunkan. Peningkatan pemberian pupuk NPK secara terus
menerus tidak boleh dilakukan karena penambahan dosis pupuk tidak berbanding
lurus dengan jumlah daun yang tumbuh. Jumlah daun merupakan salah satu
parameter pertumbuhan vegetatif tanaman yang di pengaruhi oleh ketersediaan
unsur NPK dalam tanah namun jika pemberiannya kurang tepat maka tidak akan
berpengaruh. Wasis (2010) menyatakan bahwa pupuk NPK merupakan pupuk
majemuk yang terdiri dari pupuk tunggal N, P dan K. Pemakaian pupuk majemuk
NPK akan memberi suplai N yang cukup besar ke dalam tanah, sehingga dengan
10
E. Akar
Tabel 5 menunjukan bahwa akar terbaik diperoleh pada perlakuan zeolit dan
NPK 1.5 gram yaitu berat basah brangkasan akar singawalang 59.31 gram, berat
kering brangkasan akar tanaman singawalang 18.04 gram dan volume akar
singawalang yang paling baik (48.67 ml). Hasil tersebut berbeda nyata terhadap
perlakuan zeolit dengan NPK 0 g dan 4.5 gram, tetapi tidak berbeda nyata tehadap
perlakuan yang lain. Hal tersebut terjadi karena dosis NPK 1.5 gram merupakan
dosis yang optimal bagi pertumbuhan biomasa akar selain itu karena bahan
amandemen zeolit mampu meningkatkan ketersediaan unsur P bagi tanaman,
dimana unsur P merupakan unsur yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman
salah satunya yaitu pertumbuhan akar. Hal ini sesuai seperti yang di ungkapkan
Askari dan Hamzah (2011) bahwa fosfor diperlukan tanaman sebagai penyusun
asam nukleat dan perkembangan jaringan meristem serta merangsang pertumbuhan
akar.
Perlakuan bahan amandemen berupa zeolit yang diberikan bersama
pemberian NPK 3 gram dan 4.5 gram ternyata tidak berbanding lurus terhadap hasil
yang diperoleh tetapi menurunkan hal itu dikarenakan dosis tersebut telah melebihi
dosis optimal bagi pertumbuhan akar singawalang. Sesuai dengan yang
diungkapkan Askari dan Hamzah (2011) bahwa pemberian pupuk pada dosis yang
11
tinggi sampai batas tertentu akan menyebabkan hasil semakin meningkat, dan pada
konsentrasi yang melebihi batas tertentu pula akan menyebabkan hasil menjadi
menurun.
F. Luas Daun
G. Serapan Fosfor
0.2 0.187a
0.18
Serapan P Jaringan (µg / g)
0.16
0.14
0.12 0.096ab
0.1 0.079ab
0.075b
0.08
0.06 0.048b 0.048b
0.04 0.029b
0.02 0.011b
0
Angka yang diikuti huruf sama pada tabel diatas menunjukan tidak berbeda nyata
pada uji Tukey 5%
Grafik 2 menunjukan bahwa perlakuan zeolit dan NPK 1.5 gram memberikan
serapan fosfor tanaman singawalang yang paling baik (0.187) tetapi berbeda tidak
nyata dengan perlakuan dolomite+ NPK 1.5 gram dan zeolit+NPK 3 gram serta
berbeda nyata tehadap perlakuan yang lain. Penambahan dosis NPK 3 gram dan
4.5 gram tidak berbanding lurus dengan hasil serapan fosfor tetapi menurunkan.
Perlakuan pemberian bahan amandemen berupa zeolit tanpa penambahan pupuk
NPK menunjukan serapan fosfor paling rendah sebab zeolit tidak menyediakan hara
secara langsung bagi tanaman melainkan hanya mengubah hara yang tidak tersedia
menjadi tersedia seperti yang diungkapkan Suwardi (2009) bahwa zeolit bukan
tergolong pupuk sehingga pemberian zeolit harus diikuti dengan pemberian pupuk
secara tepat dosis sebagai penyedia unsur hara. Ramesh (2015) juga mengatakan
bahwa zeolit (natrium alumino silikat) adalah bahan pelepas nutrisi terkontrol yang
sangat efektif dan bermanfaat untuk meningkatkan serapan tanaman nutrisi
terutama NPK.
Serapan fosfor sangat ditentukan oleh unsur fosfor yang tersedia bagi
tanaman sehingga penambahan bahan amandemen dimaksudkan dapat mengubah
fosfor yang tidak tersedia menjadi fosfor yang tersedia bagi tanaman. Zeolit
13
1. Asupan NPK dengan dosis 1,5 gram/tanaman dan zeolit mampu meningkatkan
pertumbuhan akar dan serapan fosfor tanaman singawalang pada tanah
inceptisol sedangkan asupan NPK dan dolomit tidak memberikan pengaruh
terhadap semua parameter pertumbuhan dan serapan fosfor.
2. Dosis NPK yang tepat bagi pertumbuhan dan serapan fosfor tanaman
singawalang ditunjukan pada dosis NPK 1.5 gram yang disertai aplikasi bahan
amandemen berupa zeolit.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan menggunakan bahan amandemen selain dolomit dan zeolit untuk
optimalisasi lahan marginal di Indonesia terutama untuk budidaya tanaman
singawalang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Adnan IS, Utoyo B, Kusumastuti A. 2015. Pengaruh pupuk NPK dan pupuk organik
terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di main
nursery. Jurnal AIP 3 (2) : 69-81.
Arafat Y, Kusumarin N, Syekhfani.2016. Pengaruh pemberian zeolit terhadap
efisiensi pemupukan fosfor dan pertumbuhan jagung manis di pasuruan,
jawa timur. J Tanah dan Sumberdaya Lahan 3 (1 ): 319-327.
Askari K M dan Hamzah F. 2011. Pengaruh dosis pupuk npk terhadap pertumbuhan
tanaman jarak pagar. J Agrisistem 7 (1).
Aydinalp C dan Adsil F A. 2003. Genesis and classification of inceptisols formed on
the slate parent material under forest vegetation. J Central European
Agriculture (online) 4 (4): 282-288.
Chutichude B, Chutichudet P and Kaewsit S. 2010. Effects of dolomite
application on plant growth, activities of polyphenol oxidase and
internal quality of grand rapids lettuce. J Agricultural research
5(9):690-707.
Elfaziarni MI. 2018. Pengaruh macam media tanam dan dosis pupuk NPK terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman selada merah ( Lactuca sativa var Crispa) J
Produksi Tanaman 6(4): 398-406.
Firmansyah I, Syakir M, dan Lukman L. 2017. Pengaruh kombinasi dosis pupuk N,
P, dan K terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung (Solanum
melongena L.) J Hortikultura 27(1) : 69-78.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah.Akademika Pressindo. Jakarta.
Juanita D, Lasut M, Kalangi et al. 2013. Pengaruh pemberian pupuk majemuk npk
terhadap pertumbuhan bibit Gyrinops versteegii. J Kehutanan: 1-13.
Kasmawardani, Marlina, Mariana . 2017. Pengaruh pemberian pupuk organik dan
kapur dolomit terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kol bunga (Brassica
Oleraceae Var. Botrytis L.). J Agrotropika Hayati ( 4): 3.
Kim S, Kubec R, Musah RA. 2006. Antibacterial and antifungal activity of sulfur-
containing compounds from Petiveria alliacea L. J. Ethnopharm :188-92.
Novriani. 2010. Alternatif pengelolahan unsur hara fosfor (P) pada budidaya jagung.
J Agronomi (3): 42-49.
Nurhayati. 2013. Pengaruh jenis ameliorant terhadap efektivitas dan infektivitas
mikroba pada tanah gambut dengan kedelai sebagai tanaman indikator. J
Floratek 40 (6)124-139.
Ramesh V, George J , Jissy S et al. 2015. Effect of zeolites on soil quality, plant
growth and nutrient uptake efficiency in sweet potato (Ipomoea batatas L.). J
of Root Crops 41( 1): 25-31.
Rumahorbo AM. 2016. Pengaruh inkubasi dolomit terhadap sifat kimia tanah dan
erapan fosfor pada ultisol darmaga. Departemen ilmu tanah dan sumberdaya
lahan fakultas pertanian institut pertanian bogor.
Sathiyabalan G, Paulpriya K, Tresina PS, Muthukumarasamy S, Mohan VR 2017.
Pharmacognostical, physicochemical and phytochemical standardization of
Petiveria alliacea L. J Pharmacognosy and Phytocemical Research 9(2): 233-
241.
16
Setyanti YH. 2013. Karakteristik fotosintetik dan serapan fosfor hijauan alfalfa
(Medicago sativa) pada tinggi pemotongan dan pemupukan nitrogen yang
berbeda. J Animal Agriculture 2(1): 86-96.
Sulaeman dan Ervianti. 2009. Analisis kimia tanah, tanaman, air, dan pupuk. Balai
penelitian tanah edisi 2.
Suwardi. 2009. Teknik aplikasi zeolit di bidang pertanian sebagai bahan pembenah
tanah. J Zeolit indonesia 8 (1) 33-38.
Wasis B dan Fathia N. 2010. Pengaruh pupuk npk dan kompos terhadap
pertumbuhan semai gmelina (Gmelina arborea Roxb.) pada media tanah
bekas tambang emas (tailing). J Ilmu Pertanian Indonesia 16 (2) : 123-129.