Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SEMINAR HASIL

Mahasiswa S1 Reguler

APLIKASI BIOCHAR DAN PUPUK KANDANG TERHADAP KETERSEDIAAN


SERTA SERAPAN K DAN S JAGUNG DI TANAH ALFISOL

Oleh
Nurul Alifah
H0715091

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS


Pembimbing Pendamping : Hery Widijanto,SP., MP.
Pembahas : Ir. Sri Hartati MP.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019

Keterangan:
1. Makalah disampaikan pada seminar hasil tingkat sarjana S-1 Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret (UNS)
2. Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dibawah bimbingan Prof. Dr.Ir.
Suntoro MS. sebagai pembimbing utama, Hery Widijanto, SP., M.P sebagai
pembimbing pendamping dan Ir. Sri Hartati MP. sebagai pembahas
2

APLIKASI BIOCHAR DAN PUPUK KANDANG TERHADAP KETERSEDIAAN


SERTA SERAPAN K DAN S JAGUNG DI TANAH ALFISOL

Nurul Alifah1), Suntoro2), Hery Widijanto 3)


Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
(UNS) Surakarta

ABSTRAK
Alfisol merupakan tanah yang miskin akan unsur hara dan hanya kaya akan hara
Calsium dan Magnesium. Pemberian arang sekam (biochar) dan pupuk kandang
diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan serta serapan unsur hara kalium
dan sulfur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2018 – Juni 2019 di
laboratorium Ekologi Manajemen dan Produksi Tanaman (EMPT), Fisika Tanah
dan Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penelitian dilakukan menggunakan RAKL Faktorial yang terdiri dari 2
faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan dosis biochar yang terdiri
dari 4 taraf, yaitu 0, 5, 10, 15 ton/ha. Faktor kedua adalah perlakuan dosis pupuk
kandang yang terdiri dari 3 taraf, yaitu 0, 10, 20 ton/ha. Parameter yang diamati
adalah pH, C-organik, KTK, K-dd, Serapan K, S-tersedia, Serapan S, tinggi dan
berat kering tanaman. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis sidik
ragam dan dilanjut dengan uji DMRT (α =5%). Hasil penelitian menunjukkan
interaksi biochar dan pupuk kandang mampu meningkatkan K-dd, S-tersedia
serta serapan S, sedangkan pada masing-masing faktor tunggal mampu
meningkatkan pH, C-organik, KTK, Serapan K, tinggi dan berat kering tanaman.

Kata kunci : Bahan organik, Serapan hara, Karbon, Koloid tanah, Kesuburan
tanah

1)
Makalah disampaikan pada seminar hasil penelitian tingkat sarjana
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret (UNS) Surakarta
2)
Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
3)
Pembimbing utama dari peneliti
4)
Pembimbing pendamping dari peneliti
3

BIOCHAR AND COW MANURE APPLICATION TO THE AVAILABILITY OF K


AND S UPTAKE OF CORN IN ALFISOL SOIL

Nurul Alifah1), Suntoro2), Hery Widijanto 3)


Agrotechnology Study Program Faculty of Agriculture, Sebelas Maret
University (UNS) Surakarta

ABSTRACT
Alfisol soil was poor of nutrient, only rich in nutrients Calcium and Magnesium.
Husk charcoal (biochar) and the cow manure application is expected to increase
the availability and uptake of potassium and sulfur. This research was conducted
in July 2018 - June 2019 in Chemistry and Soil Fertility, Faculty of Agriculture,
Sebelas Maret University Surakarta. The study was conducted using a factorial
RCBD (Randomized Complete Block Design) consisting of two factors and three
replications. The first factor is the dosage of biochar which consists of four levels:
0, 5, 10, 15 tons / ha. The second factor is the dosage of cow manure which
consists of three levels: 0, 10, 20 tons / ha. Parameters measured were pH,
organic C, CEC, K-dd, Uptake K, S-available, S Uptake, plant height and dry
weight of plants. The statistical analysis used in this study was the Analysis of
Variance test with a confidence level of 95% and DMRT further testing was
carried out if there was a significant one. The results showed interaction of
biochar and manure can improve the K-dd, S-available and S uptake, while each
single factor can increase the pH, organic C, CEC, K Uptake, plant height and dry
weight of plants.

Keywords : The organic matter, nutrient uptake, carbon, soil colloids, soil fertility

1)
This paper presented on research result seminar at Undergraduate Program,
Major Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Universitas Sebelas Maret
(UNS) Surakarta.
2)
Researcher is students of Major Agrotechnology, Faculty of Agriculture,
Sebelas Maret University (UNS) Surakarta.
3)
Research advisor
4)
Research advisor
4

PENDAHULUAN
Jagung merupakan komoditas pangan terpenting di Indonesia setelah
padi. Jagung selalu dibutuhkan baik untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun
pakan. Karanganyar merupakan kabupaten yang terletak di provinsi Jawa
Tengah. Jawa Tengah memiliki kontribusi yang besar dalam produksi jagung
nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2017), produksi jagung di
Kabupaten Karanganyar mengalami penurunan yang cukup besar dari tahun
2015 ke tahun 2017 dari 7,03 ton/ha menjadi 6,57 ton/ha. Jumantono merupakan
salah satu kecamatan yang memiliki pengaruh dalam produksi jagung di
Karanganyar. Jenis tanah kecamatan Jumantono, kabupaten Karanganyar
adalah tanah alfisol. Menurut Kusumaningtyas et al. (2015), alfisol merupakan
tanah yang miskin akan unsur hara, baik unsur hara mikro maupun unsur hara
makro.
Pemupukan tanaman jagung dapat dilakukan dengan memanfaatkan
pupuk organik. Leki et al. (2015) mengungkapkan bahwa pupuk kandang
mengandung bahan organik yang dapat memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan
biologi tanah sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman. Salah satu
biomassa yang dapat diolah menjadi biochar adalah sekam padi. Pemanfaatan
biochar dapat meningkatkan serapan nitrogen, fosfor, dan kalium oleh tanaman
(Sudjana 2014). Pengaplikasian biochar dapat dilakukan pada berbagai macam
tanah, salah satunya adalah tanah alfisol, dimana tanah tersebut miskin akan
unsur hara.
Kalium merupakan salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh
tanaman. Kekurangan kalium pada jagung dapat berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman dan pada kenampakan fisik ujung daun jagung akan
berubah warna menjadi cokelat dan menguning pada bagian tepi (Qi et al.
2019). Selain unsur kalium, sulfur juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman, dimana kekurangan sulfur dapat menurunkan pembentukan klorofil
(Aisyah et al. 2015). Pemanfaatan arang sekam (biochar) dan pupuk kandang
diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan serta serapan unsur hara makro
primer maupun sekunder, terutama unsur kalium dan sulfur.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2018 – Juni 2019. Penelitian
5

lapangan bertempat di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten


Karanganyar Jawa Tengah. Analisis laboratorium dilaksanakan di laboratorium
Ekologi Manajemen dan Produksi Tanaman (EMPT), Fisika dan Konservasi
Tanah serta Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian menggunakan rancangan lingkungan acak kelompok lengkap
(RAKL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor pertama
adalah biochar sedangkan faktor kedua adalah pupuk kandang sapi. Perlakuan
biochar terdiri dari 4 taraf yaitu : tanpa perlakuan (B0), biochar dosis 5 ton/ha
(B1), biochar dosis 10 ton/ha (B2) dan biochar dosis 15 ton/ha (B3). Perlakuan
pupuk kandang terdiri dari 3 taraf yaitu : tanpa perlakuan (K0), pupuk kandang
dosis 10 ton/ha (K1) dan pupuk kandang dosis 20 ton/ha (K2).
Variabel pengamatan meliputi meliputi pH tanah, KTK, K-dd, S-tersedia,
tinggi tanaman, berat kering tanaman, serapan K dan serapan S. Data yang
diperoleh kemudian dilakukan analisis statistik dengan ANOVA berdasarkan uji F
taraf kesalahan 5%, apabila berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan DMRT (Duncan Mutiple Range Test).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Tanah Awal
Penelitian dilakukan di lahan percobaan fakultas pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta di desa Sukosari, kecamatan Jumantono, kabupaten
Karanganyar. Letak geografis lahan penelitian yaitu 70 37’ 49,55” LS dan 1100 56’
53,01” BT. Sejarah penggunaan lahan sebelum digunakan penelitian adalah
digunakan untuk budidaya singkong tanpa pemupukan. Lahan penelitian terletak
dibagian tengah lahan praktikum yang jauh dari pohon tegakan atau naungan.
Lahan alfisol Jumantono merupakan lahan kering sehingga cocok digunakan
budidaya tanaman jagung.
Tabel 1. Analisis Tanah Awal Alfisol Jumantono
Parameter Nilai Pengharkatan
pH aktual (H2O) 6,38 Agak masam
C-organik (%) 0,311 Sangat rendah
KTK (me/100g) 9,38 Rendah
N total (%) 0,18 Rendah
P tersedia (ppm) 0,45 Sangat rendah
K-dd (me/100g) 0,2048 Rendah
SO42- tersedia (ppm) 2,75 Sangat rendah
6

Sumber : Analisis Kimia laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah UNS (2018)
Keterangan: Pengharkatan oleh Balittan (2009).
Tanah mediteran (alfisol) merupakan tanah merah yang miskin akan
unsur hara P, K, S, Mg, Fe, Zn dan Cu (Sudaryono 2002). pH awal bersifat agak
masam. KTK dan K-dd tanah alfisol Jumantono tergolong rendah, sedangkan C-
organik dan SO42- tergolong sangat rendah. pH tanah erat hubungannya dengan
serapan hara oleh tanaman. Sebagian besar tanaman dapat menyerap hara
dalam tanah pada pH agak masam hingga netral. Rendahnya kapasitas tukar
kation (9,38 me/100g) dapat diduga karena kandungan bahan organik di tanah
yang rendah. K yang rendah (0,2048 me/100g) juga diduga karena kandungan
bahan organik yang rendah serta banyak K yang terjerap di dalam tanah
sehingga tidak dapat tersedia bagi tanaman. Semakin banyak bahan organik,
maka semakin tinggi kandungan hara. Rendahnya hara dalam tanah dapat
ditanggulangi dengan penambahan bahan organik berupa biochar dan pupuk
kandang.
Tabel 2. Analisis biochar dan pupuk kandang
Parameter Biochar Pupuk Kandang Permentan
pH 7,73 8,97 4-9
C-organik (%) 4,07 21,36 >15
Sumber: Analisis Kimia laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah UNS (2018)
Keterangan: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011
pH dari pupuk kandang dan biochar tergolong basa. pH yang basa pada
kedua bahan organik tersebut apabila diaplikasikan pada tanah dapat
mengurangi tingkat keasamannya (Nurida 2014). C-organik dari biochar belum
mencapai kriteria dari peraturan peraturan menteri pertanian sedangkan C-
organik dari pupuk kandang sudah mencapai kriteria yang telah diatur oleh
peraturan pemerintah pertanian.
B. Sifat, Ciri Tanah dan Tanaman setelah Penelitian
Tabel 3. Resume Hasil Penelitian
No. Parameter Biochar (B) Pupuk kandang (K) Interaksi (B*K)
1. Tanah
a. pH 0,025* 0,045* 0,974ns
b. KTK 0,000** 0,007** 0,057ns
c. K-dd 0,000** 0,094ns 0,000**
d. S-tersedia 0,011* 0,142ns 0,001**
2. Tanaman
a. Tinggi 0,002** 0,003** 0,160ns
b. Berat kering 0,035* 0,024* 0,102ns
c. Serapan K 0,001** 0,000** 0,996ns
7

d. Serapan S 0,000** 0,000** 0,028*


Sumber : Analisis data peneliti (2019)
Keterangan : ns = non significant, *= significant, ** = very significant
1. Tanah
a. Reaksi tanah
Alfisol merupakan salah satu ordo tanah yang masih relatif muda
dan dicirikan dengan pH yang masam. Pemberian biochar dan pupuk
kandang sapi berbagai dosis pada tanah tanah alfisol dapat meningkatkan
pH tanah alfisol namun tidak menghasilkan interaksi antar kedua perlakuan
tersebut. Nurida (2009) dalam Tambunan et al. (2014) mengemukakan,
biochar dapat meningkatkan kandungan pH dalam tanah.
6,7b 6,65b
6.7
6,55a
6.65
H ydrogen (pH )

6,54a
Potensial of H
6.7

ydrogen (pH)
Pote ns ia l of

6,52a 6,5a 6.6 6,52a


6.6 6.55
6.5
6.5
6.45
6.4 6.4
0 5 10 15 0 10 20
Dosis biochar (ton/ha) Dosis pupuk kandang (ton/ha)

Gambar 1. Histogram pengaruh biochar terhadap pH tanah Gambar 2. Histogram pengaruh pupuk kandang terhadap
pH tanah

Berdasarkan Gambar 1, dapat diketahui bahwa aplikasi biochar


pada dosis 15 ton/ha memberikan hasil yang optimum dan mampu
memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan dengan
perlakuan kontrol, maupun pada dosis 5 dan 10 ton/ha. Terjadi
peningkatan pH tanah sebesar 2,7% dibandingkan dengan pH tanah tanpa
perlakuan biochar. Peningkatan pH tanah terjadi karena dalam biochar
sendiri mengandung pH yang tinggi, yaitu 7,94. Pupuk kandang dosis 20
ton/ha memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan dengan
perlakuan 0 ton/ha dan 10 ton/ha dan terjadi peningkatan sebesar 2%
dibandingkan perlakuan kontrol. pH tanah yang meningkat disebabkan oleh
pupuk kandang yang mengalami dekomposisi dan melepaskan mineral-
mineral berupa kation basa seperti kalium, kalsium, natrium dan
magnesium sehingga meningkatkan konsentrasi ion OH-. Peningkatan ion
OH- menyebabkan pH tanah mengalami kenaikan (Kaya 2014).
b. C-Organik
8

Menurut Silawati et al. (2016), pemberian biochar pada tanah


dapat meningkatkan kandungan C-organik yang telah hilang. Tabel 3
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi yang muncul antara biochar dan
pupuk kandang sapi pada analisis kadar C-organik dalam tanah. Tidak
adanya interaksi antara kedua perlakuan menunjukkan bahwa tidak
adanya pengaruh yang berbeda nyata antara kedua interaksi tersebut.
1,2b
Kadar C-organik (%)

1.5
0,798a 0,88a 0,93a 0,84a 0,98ab 1,04b

Kadar c-organik
1.5
1
1
0.5

(%)
0.5
0 0
0 5 10 15 0 10 20
Dosis biochar (ton/ha) Dosis pupuk kandang (ton/ha)

Gambar 3. Histogram pengaruh biochar terhadap C-organik tanah Gambar 4. Histogram pengaruh pupuk kandang
terhadap C-organik tanah

Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui bahwa terjadi signifikansi


pada masing-masing dosis perlakuan biochar. Salawati et al. (2016)
menambahkan, semakin tinggi dosis biochar yang diberikan, maka
semakin tinggi kandungan c-organik di dalam tanah. Aplikasi biochar
memiliki pengaruh yang berbeda nyata pada dosis 15 ton/ha, sedangkan
biochar pada dosis 0 ton/ha, 5 ton/ha dan 10 ton/ha tidak terjadi pengaruh
yang berbeda nyata.Terjadi peningkatan kadar C-organik dari perlakuan
kontrol hingga pemberian biochar dengan dosis tertinggi. Peningkatan C-
organik dari kontrol ke dosis 15 ton/ha sebesar 32,4%. Peningkatan C-
organik pada tanah akibat pemberian biochar dikarenakan pada biochar
mengandung banyak karbon hasil dari pembakaran biomassa
(Sasmita et al. 2017).
Menurut Afandi et al. (2015), pemberian bahan organik berbanding
lurus dengan kadar c-organik. Pemenuhan unsur hara C dapat dipenuhi
dengan pengaplikasian pupuk kandang sapi. Salawati et al. (2016)
menambahkan, kandungan C-organik berbanding lurus dengan KTK tanah,
karena umumnya C-organik mengandung koloid organik yang dapat
meningkatkan kation. Gambar 4 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk
kandang sapi memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan dapat
meningkatkan kandungan C-organik di dalam tanah serta muncul
9

signifikansi pada tiap dosis perlakuan. C-organik tertinggi dan paling


optimal berasal dari berasal dari aplikasi pupuk kandang sapi dosis 20
ton/ha dan terjadi peningkatan sebesar 23,8%. Nilai C-organik berfungsi
sebagai indikator kesuburan tanah,dimana tanah yang memiliki kadar C-
organik semakin tinggi, maka tingkat kesuburan tanah juga semakin tinggi.
Uji korelasi antara pH dengan C-organik bersifat positif atau dengan kata
lain semakin meningkat pH, maka meningkat pula C-organik di dalam
tanah.
c. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation merupakan kemampuan koloid tanah dalam
menjerap dan menukarkan atau melepas kembali kation ke dalam larutan
tanah. interaksi biochar dan pupuk kandang tidak dapat mempengaruhi
kapasitas tukar kation di dalam tanah secara nyata, namun pada masing
masing faktor dapat mempengaruhi kapasitas tukar kation.
20 13,77b
14,72b
11,56a
10,54a 13,47a 14
Kation (me/100g)
Kapasitas Tukar

Kation (me/100g)

15
Kapasitas Tukar

13.5
13 12,08a 11,86a
10 12.5
5 12
11.5
0 11
0 5 10 15 10.5
0 10 20
Dosis biochar (ton/ha) Dosis pupuk kandang (ton/ha)

Gambar 5. Histogram pengaruh biochar terhadap KTK Gambar 6. Histogram pengaruh pupuk kandang terhadap
KTK

Gambar 5 menunjukkan bahwa Pemberian dosis biochar 15 ton/ha


memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan tanpa perlakuan
(kontrol) dan dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) secara
optimal. Terjadi peningkatan sebesar 27,33% dibandingkan dengan tanpa
perlakuan (kontrol). Peningkatan KTK pada tanah dikarenakan pada
permukaan luar biochar terjadi pembentukan gugus karboksilat hasil
oksidasi abiotik (Tambunan et al. 2017). Perlakuan pupuk kandang 20
ton/ha memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kapasitas tukar
kation pada tanah dan terjadi peningkatan kapasitas tukar kation sebesar
14% apabila dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Kadar C-organik
berbanding lurus dengan kapasitas tukar kation. C-organik yang tinggi
menyebabkan kapasitas tukar kation juga tinggi (Aziz et al. 2012). Uji
10

korelasi antara C-organik dengan KTK bersifat positif atau dengan kata lain
semakin meningkat C-organik, maka meningkat pula KTK di dalam tanah
d. K-dd
Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Kalium tersedia
terdiri dari K-larutan tanah dan kalium tertukar atau kalium dapat ditukar.
Ketersediaan kalium pada tanah dapat dipengaruhi oleh jenis tanah, KTK
maupun jenis tanah. Penelitian Suryono et al. (2012) menyebutkan bahwa
alfisol Jumantono memiliki kandungan liat sebesar 24%. Adanya
kandungan liat dalam tanah alfisol menyebabkan kalium terfiksasi oleh
tanah sehingga sulit atau lambat tersedia bagi tanaman.
0.6 0,50ef
0,52f 0,52f
0.5 0,45de 0,44cd
0,39c 0,38bc
0,37bc 0,37bc
0.4
K-dd (me/100g)

0,35bc
0,32b
0.3
0,19a
0.2

0.1

0
B0 B0 B0 B1 B1 B1 B2 B2 B2 B3 B3 B3
K0 K1 K2 K0 K1 K2 K0 K1 K2 K0 K1 K2

Kombinasi perlakuan biochar (B) dengan pupuk kandang (K)

Gambar 7. Histogram pengaruh interaksi biochar dengan pupuk kandang


terhadap K-dd
Berdasarkan Gambar 7, diketahui bahwa interaksi biochar dan pupuk
kandang paling optimum diperoleh pada biochar dosis 10 ton/ha dan dosis
pupuk kandang 10 ton/ha. Terjadi peningkatan K-dd sangat besar, yaitu
173,68% dibandingkan dengan perlakuan kontrol, sehingga terjadi
peningkatan pengharkatan dari rendah menjadi sedang. Kapasitas tukar
kation (KTK) dapat mempengaruhi ketersediaan kalium. Kapasitas tukar
kation (KTK) yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk
menukarkan kation yang terjerap oleh tanah sehingga hara kalium dapat
menjadi tersedia. Uji korelasi antara KTK dengan K-dd bersifat positif atau
dengan kata lain semakin meningkat KTK, maka meningkat pula C-K-dd di
dalam tanah.
e. S tersedia
11

Tanah alfisol umumnya memiliki kandungan Al dan Fe yang cukup


tinggi, dan pada keadaan tertentu dapat mengikat SO42- sehingga
ketersediaan S menjadi rendah (Suntoro et al. 2015). Bahan organik
memiliki kandungan protein yang tersusun atas asam amino (gugus sitin,
sistein dan metionin) yang mengandung sulfur. Protein akan
terdekomposisi menjadi S organik kemudian mengalami mineralisasi
menjadi S anorganik yang tersedia bagi tanaman (Widijanto et al. 2011).
4 3,48cd 3,48cd 3,75d
3,45bc 3,27bc 3,25bc
3.5 3,23bc 3,3bc 3,17bc
2,98ab
2,94ab
3 2,7a
S tersedia (ppm)

2.5
2
1.5
1
0.5
0
B0 B0 B0 B1 B1 B1 B2 B2 B2 B3 B3 B3
K0 K1 K2 K0 K1 K2 K0 K1 K2 K0 K1 K2
Kombinasi perlakuan biochar (B) dengan pupuk kandang (K)

Gambar 8. Histogram pengaruh interaksi biochar dengan pupuk kandang S-


tersedia
Gambar 8 menunjukkan perlakuan paling tinggi berasal dari dosis
biochar 15 ton/ha dan pupuk kandang 20 ton/ha dengan kandungan hara
tersedia sebesar 3,75 ppm dan terjadi peningkatan sebesar 38,88%.
Namun, perlakuan paling optimum berasal dari dosis biochar 5 ton/ha dan
pupuk kandang perlakuan kontrol. Hal tersebut dikarenakan tidak ada
perbedaan yang nyata dari perlakuan biochar dosis 15 ton/ha dan pupuk
kandang dosis 20 ton/ha sehingga dipilih input yang terkecil yaitu biochar 5
ton/ha dengan output yang besar. Dosis biochar 5 ton/ha yang
dikombinasikan dengan pupuk kandang perlakuan kontrol mampu
meningkatkan sulfur sebesar 28,8%. Uji korelasi antara C-organik dengan
S-tersedia bersifat positif atau dengan kata lain semakin meningkat C-
organik, maka meningkat pula S-tersedia di dalam tanah
2. Tanaman
a. Tinggi
Tinggi tanaman erat kaitannya dengan unsur hara nitrogen.
Pertambahan tinggi tanaman berbanding lurus dengan kadar nitrogen.
12

Kebutuhan nitrogen saat pertumbuhan vegetatif tanaman jagung sangat


besar. Umumnya nitrogen diserap tanaman dalam bentuk NO 3- atau NH4+.
Nitrogen dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhan terutama
pertumbuhan vegetatif seperti pembentukan akar, batang dan daun
(Priyani et al. 2017). Pemberian biochar pada berbagai dosis memberikan
pengaruh yang berbeda nyata.
120,80b 116,07b
120 113,2b

Tinggi tanaman (cm)


Tinggi tanaman (cm)

114,5b
120
115
110 102,6a
110
101,1a 99,9a
105
100 100
95
90 90
0 5 10 15 0 10 20
Dosis biochar (ton/ha) Dosis pupuk kandang (ton/ha)

Gambar 9. Histogram pengaruh biochar terhadap tinggi tanaman Gambar 10. Histogram pengaruh pupuk kandang
terhadap tinggi tanaman

Gambar 9 menunjukkan bahwa tanaman jagung dapat tumbuh


optimum Biochar dosis 10 ton/ha dan terjadi peningkatan pertumbuhan
sebesar 19,37% apabila dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Perlakuan biochar dosis 0 ton/ha dengan biochar dosis 5 ton/ha belum
dapat memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman.
Pemberian pupuk kandang ke dalam tanah dapat meningkatkan
kandungan hara baik makro maupun mikro seperti unsur hara N, P, K, Ca,
Mg dan Mn (Andayani dan Sarido 2013). Pemberian pupuk kandang 10
ton/ha tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan dengan
pemberian pupuk kandang dosis 15 ton/ha diduga karena pupuk kandang
memerlukan waktu yang cukup lama untuk proses dekomposisi sehingga
tidak terjadi perbedaan yang nyata meskipun pada pemberian dosis yang
tinggi. Uji korelasi antara serapan K dengan tinggi tanaman bersifat positif
atau dengan kata lain semakin meningkat serapan K, maka meningkat pula
tinggi tanaman jagung.
b. Berat Kering Tanaman
Berat kering tanaman erat kaitannya dengan pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan tanaman berbanding lurus dengan berat kering tanaman.
Bobot kering dari suatu tanaman digunakan untuk mengetahui asimilasi
hasil fotosintesis dari tanaman jagung (Maharani et al. 2018). Pemberian
13

biochar dapat memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap berat


kering tanaman.
59,79b 67,88b 69,12b
65,82b
Berat kering tanaman (g)

Berat kering tanaman (g)


80 53,92a 60,09ab
50,69a 80
70
60 60
50
40 40
30
20 20
10
0 0
0 5 10 15 0 10 20
Dosis biochar (ton/ha) Dosis pupuk kandang (ton/ha)

Gambar 11. Histogram pengaruh biochar terhadap berat kering Gambar 12. Histogram pengaruh pupuk kandang
terhadap berat kering

Perlakuan biochar dosis 10 ton/ha memberikan pengaruh yang


berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol (0 ton/ha). Dosis ptimum biochar
untuk berat kering tanaman jagung adalah 10 ton/ha. Terjadi peningkatan
biochar sebesar 29,84% dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Peningkatan berat kering tanaman dikarenakan biochar mampu
mengurangi proses pencucian hara N dan P total serta mampu menjerap
unsur hara ke dalam tanah. Banyaknya unsur hara yang tersedia di dalam
tanah dapat membantu tanaman dalam menyediakan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman sehingga serapan hara lebih optimal dan berat
kering tanaman juga semakin besar. Pemberian pupuk kandang dosis 20
ton/ha memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan tanpa
pemberian pupuk kandang terhadap berat kering tanaman (0 ton/ha) dan
terjadi peningkatan berat kering tanaman sebesar 26,29%.
c. Serapan K
Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+. Ion yang ada di dalam
larutan tanah dan diserap tanaman melalui rambut akar. Kalium yang telah
masuk kedalam tanaman akan berperan dalam pengangkutan fotosintat
dari daun keseluruh bagian reproduktif dan penyimpanan (Atmaja 2017).
14

32,14c

31,49b
22,16b
(m g /tan am an ) 30
18,64ab 40

(mg/tanaman)
16,66a
14,73a
S erap an K

Serapan K
30
20 10,89a
20
10 10

0
0
0 5 10 15 0 10 20
Dosis biochar (ton/ha) Dosis pupuk kandang (ton/ha)

Gambar 13. Histogram pengaruh biochar terhadap searapan K Gambar 14. Histogram pengaruh pupuk kandang
terhadap Serapan K

Perlakuan biochar dosis 5 ton/ha dan 10 ton/ha tidak memberikan


pengaruh yang berbeda nyata apabila dibandingkan dengan perlakuan
kontrol. Biochar dosis 15 ton/ha memberikan hasil yang paling optimal
dibandingkan dengan perlakuan dosis lain dan mampu memberikan
pengaruh yang berbeda nyata apabila dibandingkan dengan perlakuan
kontrol dan terjadi peningkatan serapan sebesar 195,13%. Pupuk kandang
berfungsi sebagai sumber kalium dan pengikat kalium tertukar yang
berlebih pada tanah serta melepaskannya kembali secara perlahan (Putra
dan Hanum 2018). Perlakuan pupuk kandang memberikan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap serapan hara K pada dosis 20 ton/ha. Dosis pupuk
kandang 10 ton/ha tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap perlakuan kontrol dan terjadi peningkatan sebesar 113,78%.
Serapan K yang rendah menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh secara
optimum baik dalam fase vegetatif maupun generatif.
d. Serapan S
Sulfur merupakan salah satu penyusun asam amino esensial dan
terlibat dalam pembentukan klorofil. Sulfur diserap tanaman dalam bentuk
SO42-. Karo (2017) menambahkan, sulfur juga dibutuhkan untuk proses
sintesis asam amino, sistin, sistein maupun metionin.
15

12,91f
12,52ef
14
12 10,4def
8,12bcd 8,66bcd
9,38cde
Serapan SO42-
(m g/tanam an) 10 7,40bcd 6,25abc
7,48bcd
8 6,5abc
5,53a
6
3,61a
4
2
0

Kombinasi perlakuan biochar (B) dengan pupuk kandang (K)

Gambar 15. Histogram pengaruh interaksi biochar dengan pupuk kandang


terhadap serapan S
Gambar 15 menunjukkan pada perlakuan biochar perlakuan kontrol
(B0) + pupuk kandang dosis 0 ton/ha (K0), menghasilkan serapan S paling
rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Perlakuan tertinggi
berasal dari kombinasi biochar dosis 10 ton/ha (B2) + pupuk kandang dosis
10 ton/ha (K2) dengan serapan S sebesar 12,91 mg/tanaman dengan
peningkatan serapan SO42- sebesar 257,61%. Perlakuan biochar dosis 10
ton/ha (B2) + pupuk kandang dosis 10 ton/ha (K2) tidak berbeda nyata
dibandingkan dengan perlakuan biochar dosis 15 ton/ha (B3) + pupuk
kandang dosis 10 ton/ha (K1) dan biochar dosis 15 ton/ha (B3) + pupuk
kandang dosis 20 ton/ha (K2). Namun, apabila dilihat dari input maupun
output yang dihasilkan,maka perlakuan paling optimum berasal dari
perlakuan biochar dosis 10 ton/ha (B2) + pupuk kandang dosis 10 ton/ha
(K2). Uji korelasi antara S-tersedia dengan serapan S bersifat positif atau
dengan kata lain semakin meningkat S-tersedia, maka meningkat pula
Serapan S di dalam tanah
16

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan untuk menjawab
tujuan dan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Interaksi biochar dosis 10 ton/ha dan pupuk kandang dosis 10 ton/ha
mampu meningkatkan K-dd paling optimum. Interaksi biochar 5 ton/ha
dengan pupuk kandang 0 ton/ha ( kontrol) mampu meningkatkan S-tersedia
paling optimum.
2. Pemberian biochar dan pupuk kandang mampu meningkatkan serapan hara
kalium pada tanaman jagung namun tidak memunculkan interaksi. Interaksi
biochar dan pupuk kandang mampu meningkatkan serapan hara S pada
tanaman jagung.
3. Pemberian biochar dengan dosis 10 ton/ha dan pemberian pupuk kandang
pada dosis 10 ton/ha mampu meningkatkan tinggi tanaman paling optimum
namun tidak memunculkan interaksi antar kedua perlakuan.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebaiknya diadakan
penelitian lanjutan mengenai penggunaan biochar dan pupuk kandang dengan
bahan dasar biochar dan pupuk kandang yang berbeda dan dosis yang sama
sehingga dapat dilihat bahan dari biochar dan pupuk kandang yang paling
optimum serta penanaman dilakukan sesuai bulan tanam sehingga jagung tidak
mengalami kekeringan.
17

DAFTAR PUSTAKA

Afandi FN, Siswanto B, Nuraini Y. 2015. Pengaruh pemberian berbagai jenis


bahan organik terhadap sifat kimia tanah pada pertumbuhan dan produksi
tanaman ubi jalar di entisol Ngrangkah Pawon, Kediri.
Aisyah A, Suastika IW, Suntari R. 2015. Pengaruh aplikasi beberapa pupuk sulfur
terhadap residu, serapan, serta produksi tanaman jagung di mollisol
Jonggol, Bogor, Jawa Barat. J Tanah dan Sumberdaya Lahan 2(1) : 93-
101. URL : https://jtsl.ub.ac.id/index.php/jtsl/article/download/118/128.
Andayani, Sarido L. 2013. Uji empat jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman cabai keriting (Capsicum annum L.). J Agrifor 12(1) : 22-
29.
Atmaja ISW. 2017. Pengaruh uji Minus One Test pada pertumbuhan vegetatif
tanaman mentimun. J Logika 19(1) : 63-68.
Aziz A, Muyassir, Bachtiar. 2012. Perbedaan jarak tanam dan dosis pupuk
kandang terhadap sifat kimia tanah dan hasil padi sawah (Oryza sativa L.).
J Manajemen Sumberdaya Lahan. 1(2) : 120-125.
Badan Pusat Statistik. 2017 : https://karanganyarkab.bps.go.id/. Diakses pada
Minggu, 21 April 2018 pukul 16.00
Karo BB. 2017. Pengaruh pemberian pupuk fosfat dan sulfur terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kentang (Solanum tuberosum)
varietas granola dalam polybag. J Agroteknosains 1(2) : 111-116.
Kaya E. 2014. Pengaruh pupuk organik dan pupuk npk terhadap ph dan k-
tersedia tanah serta serapan-k, pertumbuhan, dan hasil padi sawah (Oryza
sativa (L)). J Buana Sains 14(2) : 113-122.
Kusumaningtyas A, Nuraini Y, Syekhfani. 2015. Pengaruh kecepatan
dekomposisi pupuk organik cair limbah tahu terhadap serapan N dan S
tanaman jagung pada alfisol. J Tanah dan Sumberdaya Lahan 2(2) : 227-
235.
Leki W, Lelang MA, Taoilin RI. 2015. Pengaruh takaran pupuk kandang sapi
terhadap pertumbuhan dan hasil jagung (Zea mays, L.) yang
ditumpangsarikan dengan kedelai (Glysine max, (L.) Merril). J Pertanian
Konservasi Lahan 1(1) : 17-23.
Maharani PD, Yunus A,Hardjoko D. 2018. Jarak tanam berbeda pada uji daya
hasil lima varietas jagung hibrida. J agrotech Res 2(2) : 52-57.
Nurida NL. 2014. Potensi pemanfaatan biochar untuk rehabilitasi lahan kering di
Indonesia. J sumber Daya lahan 57-68. DOI :
http://dx.doi.org/10.2018/jsdl.v8i3.6503.g5795
Priyani FE, Gembong H,Suprapto A. 2017. Hasil jagung manis (Zea mays var.
Sacharata) pada berbagai macam pupuk kandang dan konsentrasi EM 4. J
Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika 2(2) :52-54.
Putra IA, Hanum H. 2018. Kajian antagonisme hara K, Ca dan Mg pada tanah
inceptisol yang diaplikasikan pupuk kandang, dolomit dan pupuk KCl
18

terhadap pertumbuhan jagung manis (Zea mays saccharata L.). J of


Islamic Science and Technology 4(1) : 24-44.
Qi D, Xin-hua Z, Le X et al. 2019. Effects of potassium deficiency on
photosynthesis, chloroplast ultrastructure, ROS, and antioxidant activities in
maize (Zea mays L.). J Integrative Agriculture 18(2) : 395-406. DOI :
https://doi.org/10.1016/S2095-3119(18)61953-7
Salawati, Basir M, Kadekoh I, Thaha AR. 2016. Potensi biochar sekam padi
terhadap perubahan pH, ktk, c-organik dan p tersedia pada tanah sawah
inseptisol. J Agroland 23(2) : 101-109.
Sasmita KD, Anas I, Anwar S, Yahya S, Djajakirana G. 2017. Pengaruh pupuk
organik dan arang hayati terhadap kualitas media pembibitan dan
pertumbuhan bibit kakao. J Industrial and Beverage Crops 4(2) : 107-120.
Sudaryono. 2002. Pemberdayaan alfisol untuk pengembangan sentra area
tanam dan agribisnis kacang tanah di Indonesia. Buletin Palawija 4 : 84-99.
Sudjana B. 2014. Pengaruh biochar dan NPK majemuk terhadap biomas dan
serapan nitrogen di daun tanaman jagung (Zea Mays) pada tanah Typic
Dystrudepts. JIPP 3(1) : 63-66. URL : http://umbidharma.org/jipp
www.researchgate.net/publication/307582171
Tambunan S, Siswanto B, Handayanto E. 2014. Pengaruh aplikasi bahan organik
segar dan biochar terhadap ketersediaan P dalam tanah di lahan kering
Malang Selatan. J Tanah dan Sumbardaya Lahan 1(1) : 85-92.
Widijanto H, Anditasari N, Suntoro. 2011. Efisiensi serapan S dan hasil padi
dengan pemberian pupuk kandang puyuh dan pupuk anorganik di lahan
sawah (musim tanam II). J Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) : 61-70.

Anda mungkin juga menyukai