Penentuan Kebutuhan Hara Tanah Sawah Di Kabupaten Tana Toraja Dan Toraja Utara
Dengan Metode Perangkat Uji Tanah Sawah (PuTS)
ABSTRAK
Metode PuTS merupakan salah satu cara yang praktis diaplikasikan dalam menentukan
kebutuhan hara tanaman padi sawah. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan
mengaplikasi metode PuTS dalam penentuan kebutuhan hara tanaman padi sawah pada beberapa
wilayah di kabupaten Tana Toraja dan kabupaten Toraja Utara. Dilaksanakan pada 11 wilayah
di kabupaten Tana Toraja dan 3 wilayah di Kabupaten Toraja Utara. Pengambilan contoh tanah
komposit dilakukan dengan cara zig-zag, diambil setelah panen dan menjelang pengolahan
tanah pertama. Selanjutnya dilakukan penentuan kadar hara N, P dan K serta pH dengan metode
PuTS. Data dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil analisis hara tanaman berdasarkan
pada beberapa wilayah pengamatan menunjukkan status hara N yang beragam, sementara status
hara P umumnya rendah dan status hara K tergolong sedang sampai tinggi. Berdasarkan status
hara tanah maka kebutuhan hara tanaman dalam bentuk pupuk Urea juga beragam yaitu 150 –
300 kg Urea/ha, pupuk SP-36 relatif seragam yaitu 100 kg SP36/ha, dan kebutuhan pupuk KCl
umumnya 50 kg KCl/ha. Disarankan untuk mensosialisasikan alat PuTS pada tingkat penyuluh
dan petani untuk menentukan kebutuhan hara spesifik lokasi. Diharapkan agar penggunaan alat
PuTS dapat berkembang secara luas di kabupaten Tana Toraja dan kabupaten Toraja Utara
dari potensi hasilnya (Dobermann and adalah urea dan amonium sulfat (ZA),
Fairhurst, 2000). pemberiannya disebar merata sebagai pupuk
Penerapan rekomendasi pemupukan dasar maupun pupuk susulan. Hasil
saat ini masih bersifat umum, belum penelitian menunjukkan bahwa pemupukan
mempertimbangkan varietas, karakteristik urea dengan cara disebar dipermukaan tanah,
lokasi setempat, jenis tanah dan penggunaan menyebabkan efisiensi rendah, yakni 30 –
unsur hara mikro, sehingga pupuk yang 40%, sisanya hilanh melalui proses
diaplikasikan belum sesuai dengan pencucian, terbawa aliran permukaan,
kebutuhan tanaman (Setyorini et al, 2004). volatilisasi NH3, imobilisasi, denitrifikasi
Pemupukan N dan P dengan takaran tinggi dan kompetisi dengan gulma. Dengan
tanpa pengembalian jerami pada lahan sawah demikian pemberian pupuk N harus
intensifikasi secara terus-menerus akan disesuaikan dengan kondisi lahan dan
mempercepat penurunan ketersediaan hara kebutuhan tanaman (Setyorini dan
Zn dan Cu serta hara makro lainnya, seperti Abdulrahman, 2008).
S, Ca dan Mg. Terjadinya kahat S, Zn dan Fosfor merupakan unsur utama ke
Cu di lahan sawah bersifat spesifik lokasi, dua setelah nitrogen (Otari dan Noharu,
bergantung pada kandungan dalam bahan 1966). Tisdale et.al (1990) mengatakan
induk dan pH tanah drainase, kadar bahan bahwa fosfor diketahui merupakan penyusun
organik, dan keadaan redoks tanah (Prasetyo penting sel berkaitan erat dengan senyawa
et al., 2004). struktural, asam nukleat yang berguna untuk
Pemupukan berimbang merupakan reproduksi, konversi dan transfer energi.
salah satu faktor kunci untuk memperbaiki Fosfor juga diketahui berperan dalam
dan meningkatkan produktivitas lahan pembentukan bunga, buah, dan biji,
pertanian, khususnya di daerah tropika basah pembelahan sel, perkembangan akar yang
yang tingkat kesuburan tanahnya relatif pada gilirannya meningkatkan kualitas
rendah karena tingginya tingkat pelapukan tanaman. Kekurangan fosfor mempengaruhi
dan pencucian hara. Pembatas pertumbuhan aspek metabolisme dan pertumbuhan,
tanaman yang umum dijumpai adalah khususnya pembentukan tongkol dan biji
rendahnya kandungan hara di dalam tanah, tidak normal (Sutoro et.al, 1988)
terutama hara makro N, P, dan K. Untuk Kalium sangat penting dalam setiap
mengatasi hal tersebut, pupuk perlu diberikan metabolisme dalam tanah, yaitu sintesis dari
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan asam amino dan protein dari ion-ion
kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan amonium (Sarief, 1986). Menurut Russel
tanah. (1973), kalium ini juga penting dalam proses
Tanaman membutuhkan N paling fotosintesis, sebab apabila terjadi kekurangan
besar dibandingkan unsur hara lainnya. kalium dalam daun, maka kecepatan
Karena N sangat penting peranannya maka asimilasi karbondioksida menurun. Jadi
tanaman sangat respon terhadap terhadap kalium berperan membantu pembentukan
ketersediaan N. Sebagian besar bentuk N protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami
yang diserap tanaman padi adalah NH4+, dan bagian kayu dari tanaman, serta
proses kimia dan biologi sangat meningkatkan resistensi terhadap penyakit.
mempengaruhi ketersediaan N pada tanah Penetapan dosis pupuk berdasar uji
sawah. Pupuk N mutlak harus diberikan bila tanah membutuhkan data status N, P, dan K
mengharapkan hasil yang tinggi, oleh sebab tanah yang ditetapkan sebelum mulai tanam.
itu dapat dikatakan bahwa pupuk N Dengan diketahuinya status hara tanah,
merupakan faktor penentu tingginya hasil jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman
gabah. Pupuk N yang banyak digunakan untuk mencapai produksi optimal, dapat
Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji Hasil Analisis PuTS di Kabupaten Tana
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, Toraja
kemudian diuji dengan pereaksi P yang ada Hasil analisis yang diamati
dalam paket PuTS. Diamkan selama ± 10 dari alat PuTS terdiri dari kadar unsur hara
menit. Selanjutnya warna biru yang muncul N, P, dan K secara kualitatif dapat dilihat
dari larutan jernih di permukaan tanah pada Tabel 1. Hasil analisis pada Tabel 1
dibandingkan dengan bagan warna P tanah. munjukkan bahwa pada masing-masing
daerah pengamatan terdapat perbedaan
Penetapan status K tanah kandungan unsur hara. Pada wilayah T.Iring
(Makale Utara) Kabupaten Tana Toraja
Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji memiliki status N, P, K yang rendah. Hal ini
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tampak bahwa lokasi tersebut tidak mampu
kemudian diuji dengan pereaksi K yang ada menyediakan hara N, P dan K yang cukup
dalam paket PuTS. Diamkan selama ± 10 bagi keperluan tanaman padi untuk tumbuh
menit. Selanjutnya warna kuning yang dengan baik. Karena itu dibutuhkan
muncul pada larutan jernih di permukaan tambahan hara dari luar dalam bentuk pupuk.
tanah dibandingkan dengan bagan warna K
tanah.
Tabel 1. Hasil analisis PuTS pada 15 Wilayah Pengembangan Padi Sawah di Kabupaten Tana
Toraja dan Toraja Utara, 2008.
Wilahyah Pengembangan
Hasil Analisis PuTS
No. Padi Sawah
Urut Desa/Lembang N P K pH
Kabupaten
(Kecamatan)
1 Tana Toraja T. Iring (Makale Utara) R R R N
2 Tana Toraja Patongloan (Bittuang) R R S N
3. Tana Toraja Rantedada (Mengkendek), R R S N
4 Tana Toraja Tiromanda ( Makale Selatan), R R S N
5 Tana Toraja Le`te (Bittuang), R R T N
6 Tana Toraja Tarongko (Makale) R R T N
7 Tana Toraja Turunan (Sangalla) S R S N
8 Tana Toraja Randanan (Rantetayo) ST S T N
9 Tana Toraja Lamunan (Makale), ST R T N
10 Tana Toraja Sarira (Makale utara) ST T S N
11 Tana Toraja Buntu Masakke (Sangalla) ST ST T N
12 Toraja Utara Ma’kutu’ Pare(Kesu) R R S N
13 Toraja Utara Pangalla (Rinding Allo), R R T N
14 Toraja Utara Buntu La`bo (Sanggalangi) ST R T Agak
masam
Keterangan : ST= sangat tinggi, T= tinggi,S= sedang, R=rendah, N= netral
Identifikasi kebutuhan hara sejak dini Status hara K pada semua wilayah di
pada tanaman merupakan langkah penting dua kabupaten adalah berstatus sedang
dalam mensinkronkan kebutuhan hara hingga tinggi. Wilayah-wilayah tersebut
tanaman dengan ketersediaan hara dalam direkomendasikan untuk mengaplikasikan
tanah, sehingga dapat ditentukan takaran pemupukan 50 kg/ha KCl. Kecuali wilayah
pupuk yang diperlukan. T. Iring kabupaten Tana Toraja yang
Pada wilayah yang memiliki kadar memiliki K rendah, direkomendasikan untuk
unsur N yang rendah direkomendasikan menggunakan dosis 100 kg/ha KCl. Menurut
untuk menggunakan 250-300 kg/ha Urea. Supartini et.al (1991) bahwa pada sawah
Wilayah tersebut meliputi T.Iring (Makale yang digenangi selama pertumbuhan,
Utara), Patongloan (Bittuang), Rantedada ketersedian K relatif tinggi karena dinamika
(Mengkendek) dan Tiromanda (Makale perubahan dan pergerakan K terjadi dengan
Selatan) di kabupaten Tana Toraja. Untuk cepat.
kabupaten Toraja Utara, terdapat di wilayah
Ma`kutu Pare (Kesu) dan Pangalla (Rinding KESIMPULAN DAN SARAN
Allo).
Wilayah Le`te (Bittuang), Tarongko 1. Metode PuTS merupakan salah satu
(Makale), dan Turunan (Sangalla) di cara yang praktis diaplikasikan dalam
kabupaten Tana Toraja yang memiliki menentukan kebutuhan hara tanaman
kandungan unsur N sedang padi sawah.
direkomendasikan untuk menggunakan 250 2. Berdasarkan hasil analisis hara tanaman
kg/ha Urea. Demikian pula pada wilayah berdasarkan pada beberapa wilayah
Buntu La`bo (Sanggalangi) di kabupaten pengamatan menunjukkan status hara N
Toraja Utara. yang beragam, sementara status hara P
Kebutuhan pupuk SP-36 yang umumnya rendah dan status hara K
direkomendasikan untuk wilayah kabupaten tergolong sedang sampai tinggi.
Tana Toraja dan Toraja Utara pada umumnya 3. Berdasarkan status hara tanah maka
seragam yaitu 100 kg SP-36/ha, kecuali pada kebutuhan hara tanaman dalam bentuk
wilayah Sarira (Makale Utara) dan Buntu pupuk Urea juga beragam yaitu 150 –
Masakke (Sanggalla) direkomendasikan 300 kg Urea/ha, pupuk SP-36 relatif
menggunakan dosis 50 kg SP-36/ha. seragam yaitu 100 kg SP36/ha, dan
Anjuran umum penggunaan P pada kebutuhan pupuk KCl umumnya 50 kg
padi sawah adalah 100 kg SP-36/ha. Dalam KCl/ha.
rangka meningkatkan efisiensi penggunaan 4. Disarankan untuk mensosialisasikan alat
P, maka padi sawah yang telah menerapkan PuTS pada tingkat penyuluh dan petani
intensifikasi padi lebih dari 10 tahun untuk menentukan kebutuhan hara
dianjurkan untuk tidak memberikan pupuk P spesifik lokasi. Diharapkan agar
setiap musim tanam, cukup diberikan 50 kg penggunaan alat PuTS dapat
SP-36/ha dengan selang satu musim. berkembang secara luas di kabupaten
Meskipun demikian sebagian besar hasil Tana Toraja dan kabupaten Toraja Utara
penelitian menunjukkan bahwa walaupun
tanggap tanaman padi tidak nyata dengan
pemberian P pada sawah-sawah berkadar P
tinggi, tetapi hasilnya berkurang antara 200-
600 kg gabah/ha bila P tidak diberikan
(Hidayat et al, 1990; Hidayat et al., 2002).