Anda di halaman 1dari 49

1

ANALISIS SIFAT KIMIA TANAH UNTUK TANAMAN BUDIDAYA


BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM L.)
DI DESA PEPANDUNGAN

SKRIPSI

HERMAN
1218160015

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PAREPARE
2021
1

ABSTRAK

Herman, 218160015. Analisis Sifat Kimia Tanah Untuk Tanaman


Budidaya Bawang Putih (Allium Sativum L.) Di Kecamatan Baraka
Kabupaten Enrekang, di bawah bimbingan Muh. Ikbal Putera dan
Suherman.

Penelitian ini dilakukan di Desa Pepandungan Kecamatan Baraka


Kabupaten Enrekang pada Bulan Agustus sampai Oktober 2020, pada
tanggal 15 September penyetoran sampel tanah di Laboratorium Tanah,
Tanaman, Pupuk, dan Air di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketinggian tempat dan Ph tanah
di laokasi penelitian Pada lahan yang akan dijadikan tempat
pengembangan budidaya tanaman bawang putih (Allium Satium L.).
Pengukuran ketinggian tempat di atas permukan laut dan pengukuran pH
tanah, alat yang dilakukan alat yang digunakan dalam penentuan
ketinggian tempat dan pH tanah adalah global positioning system (GPS)
dan pH tanah, hasil pengukuran menjuukan rretata ketinggian diatas
permukaan laut 1095 dan pH tanah 6,5 Analisis yang dilakukan di
Laboratorium dengan menggunakan metode penguian yaitu
Spektropiotometri, Atomic Absoption Spektrofotometri (AAS), dan tanur.
Hasil penelitian menunjukan rerata kadar unsur hara makro dan mikro
dalam tanah: posfor (P) 1948 ppm, Kalium (K) 651 ppm, Kalsium (Ca) 939
ppm, Magnesium (mg) 317 ppm, Sulfur (S) 0,08%, dan Natrium (Na) 290
ppm, besi (Fe) 17262 ppm, Mangan (Mn) 1582 ppm, Tembangaa (Cu) 12
ppm, Nitrogen (N) 0,02% Nikel (Ni) 240 ppm.

Kata Kunci : Bawang Putih, Analisis, Kimia Tanah


2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah tubuh alam bebas menduduki sebagian besar

menduduki permukaan planet bumi mampuh menumbuhkan tanaman dan

memiliki sifat untuk mempengaruhi iklim dan jasad hidup, terhadap bahan

induk dalam keadaan relatif tertentu selama jangka wakktu tertentu pula.

Berdasarkan pengertian tanah tersebut maka tanah terbentuk akibat

interaksi dari faktor iklim jasad hidup bahan induk relatif, dan waktu. Hal ini

menunjukan bahawa satu wilayah dapat mempunyai sifat tanah yang

berbeda mengakibatkan setiap tanaman mempunyai respon yang

berbeda-beda terhadap sifat tanah tersebut. Sifat tanah yang berbeda

mengakibatkan setiap tanaman mempunyai respon yang berbeda pula.

Sifat tanah baik fisik, kimia maupun biologi, sangat penting dalam

hubungannya dengan kesuburan tanah yang menunjang pertumbuhan

tanaman. Kesuburan tanah memegang peranan penting dalam

meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. Kesuburan tanah juga

dapat dilihat secara langsung pada keadaan pertumbuhan tanaman yang

menjadi salah satu indikator terjadinya defisiensi hara (Anonim, 2013).

Salah satu sifat tanah yang berkaitan dengan pertumbuhan dan

perkembangan tanaman yaitu sifat kimia tanah. Komponen kimia tanah

antara lain pH tanah.


3

Kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, unsur hara baik makro

maupun mikro, kandungan bahan organik, bahwa sangatlah penting

memperhatikan keseimbangan hara dalam tanah. Unsur hara yang

dibutuhkan tanaman seperti unsur hara makro dan mikro. Unsur hara

makro tersusun atas N, P, K, Ca, Mg, S, CHO sedangkan unsur hara

mikro tersusun atas Fe, Mn, Mo, B, Zn, Cu, Cl, Na, Co. Ini merupakan

nutrisi bagi tanaman yang harus tersedia dalam tanah sesuai

peruntukannya. FAO, 2012.

Tanah merupakan hasil evaluasi dan mempunyai susunan tertentu

yang unik yang terdiri dari lapisan-lapisan atau horison-horison yang

berkembang secara genetik. Proseses-proses pembentukan tanah atau

perkembangan horison di pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

yang mempengaruhi pembentukan tanah antara lain adalah iklim,

organisme (hewan dan lain-lain), tofografi, bahan induk, dan waktu

(Kartasapoetra, 2010)

Jenis tanah yang tersebar di Kabupaten Enrekang adalah jenis

tanah padsolik.Tanah padsolik adalah tanah yang terbentuk karena curah

hujan yang tinggimerupakan jenis tanah mineral tua.Jenis tanah ini

umumnya berwarna kunung dan kemerahan.

Warna tanah padsolik mengidikasikan kesuburan tanah yang

relative randah.Warna kuning dan merah di sebabkan oleh besi dan

almunium yang teroksidasi.Mineral liat di tanah didominasi oleh silikat.


4

Tanah podsolik (ultisol) merupakan tanah kering masam yang

sebagian besar berasal dari bahan induk batuan sedimen masam

(Subagyo dkk.,2013). Ultisol diklasifikasikan sebagai PMK umumnya

berwarna kuning kecoklatan hingga merah (Soepraptoharjono, 2014).

Secara umum tanah PMK di cirikan dengan kandungan hara yang

rendah dikarenakan pencucian basa yang rendah yang intensif

mengakibatkan cepatnya laju dekomposisi bahan organik, selain itu tanah

sering dijumpai dengan Ph <5,5 (rendah sampai sangat rendah) dan ada

kandunga praksi liat yang tinggi menyebabkan sulitnya infiltrasi air

kedalam tanah, akar sukar berkembang dan kesulitan dalam

mendapatkan 0ksigen maupun unsure hara, PMK tergolong lahan

marginal dengan tingkat produksivitasnya rendah, dan memiliki

permabilitas lambat hingga sedang, dan kemantapan agregat rendah

sehingga sebagian besar tanah ini mempunyai daya memengan air yang

rendah dan peka terhadap erosi (Prasetiyo dan Suriadikarta, 2015)

Ciri tanah padsolik adalah berasal dari bahan induk batuan yang

berada di sona iklim yang memiliki curah hujan antara 2500 hingga 3000

mm/tahun. Mempunyai sifat yang mudah basah, mengalami pencucian

hara dan ion lainnya, dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan

perkrbunanmemiliki tekstur tanah berlempung dan juga berpasir, dan

mempunyai unsur almunium dan besi yang tinggi.

Enrekang memiliki kondisi tanah merah kekuning-kuningan dan ini

merupakan salah satu tanah podsolik berdasarkan data statistik


5

Kabupaten Enrekang, struktur geologi Kabupaten Enrekang memiliki

karakteristik yang komleks dicirikan dari morfologi wilayah yang

bervariasi.Berdasarkan morfologinya maka wilayah Kabupaten Enrekang

memiliki kondisi tanah yang berbeda-beda.

Morfologi pegunungan vulkanik mempunyai sifat tofografi tinggi.

Batuan pengunungan adalah bahan gunung api dari formasi Latimojong,

menyebar di bagian Timur Wilayah Kabupaten Enrekang dengan arah

penyebaran ke Utra dan Selatan. Formasi Latimojong tersusn dari batuan

sedimen liat berselinggang dengan batuan gunung api (vulkanik) batu

pasir tufan berselinggang dengan tufa, batu pasir, batu lanan dan batu

lempung umumnya mengerah kuat dan sebagian kurang padat. Tebal

pelapisnya ± 4-100 cm, tupanya berbutir halus hingga mapilli,

mengandung fosil oriminifera kecil yang menunjukan umur miosen tengah

sampai miosen akhir dan di endafkan dalam lingungan netrik.

Kondisi iklm dan curah hujan di Kabupaten Enrekang bisa berubah

setiap saat tetapi secra umum curah hujan yang ada di Kabupaten

Enrekang di bagi tiga kategori. Curah hujan yang paling tinggi terjadi di

Kecamatan Maiwa, sementara daerah di Kecamatan Baroko, Kecamatan

Masalle, Kecamatan Alla, sebagian Kecamata Anggeraja dan Kecamatan

Baraka Mempunyai curah hujan yang rendah, khusus Kecamatan Curio,

Kecamatan Malua, Kecamatan Buntu Batu, Kecamatan Bungin,

Kecamatan Enrekang, Kecamatan Cendana, sebagian Kecamatan Maiwa,

dan Kecamatan Anggeraja mempunyai curah hujan kategori sedang.


6

Potensi Kabupaten Enrekang terhadap tanaman budidaya, memiliki

suhu/iklim, suhu/iklim di Wilayah Kabupaten memiliki iklim tropis dengan

rata-rata curah hujan sekitar 4.380,75 mm/tahun. Suhu udara pada

umumnya di dataran tinggi rata-rata 15⁰C -18⁰Cdan dataran rendah 18⁰C-

27⁰C, Kabupaten Enrekang pada umumnya memiliki ketinggian diatas

permukaan laut 47 m – 3.293 m dari permukaan laut, Kabupaten

Enrekang memiliki Ph tanah antara 6,00 – 7,00. Kabupaten Enrekang

sudah menjadi sentral tanaman budidaya terutanama tanaman hortikultura

dan perkebunan.Dengan adanya senral tanaman hortikultura tidak

menutup kemunkinan Kabaupaten Enrekang sudah bisa dikembangkan

budidaya tanaman bawang putih.

Tanaman bawang putih dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah.

Namaun tanah yang di sukai adalah tipe tanah yang bertekstur lempug

berpasir dengan struktur tanah gembur dan mengandung banyak bahan

organic, seperti tanah alluvial, regosol, dan latosol dengan pH 5,5-7,5,

akan tetapi pH optimal budidaya bawang putih antara 6,5-7

Bawang putih memiliki syrat tumbuh yaitu, suhu/iklimyaitu antara

15-20⁰C, curah hujan antara 100-200 mm/bulan, intentitas matahari yang

cukup kelembaban udara antara 60-80%. Syarat tumbuh bawang putih

lainnya adalah pada tipe tanah yang berlempung berpasir dengan struktur

tanah gembur pH tanah yang paling di sukai adalah 6,5 – 7,5, bawang

putih dapat tumbuh pada berbagai ketinggian tempat. Daerah penanaman


7

bawang putih yang paling sesusai adalah pada ketinggian 600 – 1.000

meter diatas permukaan laut (MDPL).

Berdasarkan syrat-syarat tumbuh yang ada pada bawang putih dan

karekteristik yang di miliki Kabupaten Enrekang maka tidak menutup

kemungkinan untuk melakukan budidaya bawang putih dengan kondisi

tersebut maka budidaya bawang putih di Kabupaten Enrekang dapat

menghasilkan produk yang maksimal.

Suatu permasalahan yang tidak mudah di atasi dalam pemanfaatan

suatu lahan. Tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman bawang putih di

pengaruhi beberapa paktor yaitu temperatur tanah ketersedian

air,ketersedian unsur hara, dan kondisi perakaran (Sitorus, 1985).

Disamping itu kondisi gegrafis wilayah Kabupaten Enrekang yang

didominasi oleh pegunungan, yang letak hamparan sawah yang relatip

sempit dan terpisah antara hamparan satu dengan hamparan lainnya,

sehingga memerlukan strategi khusus untuk dapat mengoptimalkan

pemanfaatannya baik pemanfatan sumber air maupun intentitas tanam.

Sehubung dengan hal tersebut di anggap perlu melakukan

penelitian analisis sifatkimia tanah. Untuk melihat kondisi sifat kimia tanah

untuk pengembangan bawang putih di Desa Pepandungan.


8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di peroleh rumusan


masalah sebagai berikut.

1. Apakah lahan di Desa Pepandungan, berdasarkan sifat kimia

tanah berpotensi untuk budidaya bawang putih.

2. Apakah terdapat sifat kimia tanah yang menjadi pembatas

untuk budidaya bawang putih.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah lahan di Desa Pepandungan

berpotensi terhadap ketersediaan sifat kimia tanah untuk

budidaya bawang putih

2. Untuk mengetahui apakah sifat kimia tanah yang menjadi

pembatas utuk budidaya bawang putih.

1.4 Manfaat Penelitia

1. Sebagai bahan pertimbangan masyarakat kedepan terhadap

keadan tanah untuk pengembanagan tanaman bawan putih

sebagai komoditi baru di Kabupaten Enrekang

2. Sebagai data base untuk Dinas Pertanian Kabupaten

Enrekang khususnya Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)

Kecamatan Baraka dalam pengembangan budidaya bawang

putih.
9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah dan Proses Pembentukannya

Tanah dalam bidang pertanian diartikan sebagai media tempat

tumbuhnya tanaman. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan

bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau

hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah

terdapat juga air dan udara. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang

ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain. Disamping

percampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam proses

pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horizon.

Definisi tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang

tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral,

bahan organik, air, udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya

tanaman (Hardjowigeno, 2010).

Menurut Sutanto (2005), kemampuan tanah sebagai habitat

tanaman dan menghasilkan bahan yang dapat dipanen sangat ditentukan

oleh tingkat kesuburan tanah. Kesuburan tanah merupakan faktor penting

yang dibutuhkan tanaman untuk dapat bertahan hidup dan berproduksi

baik. Kesuburan tanah sangat ditentukan oleh ketersediaan dan jumlah

hara yang ada di dalam tanah. Di lahan pertanian, kadar hara tanah

merupakan fungsi dari bahan induk, iklim, topografi, organisme, vegetasi,

dan waktu.
10

Dinamika dan evolusi alami terhimpun dalam definisi bahwa tanah

adalah bahan minerial yang tidak padat (unconsolidates) terletak di

permukaan bumi, yang telah dan akan tetap mengalami perlakuan dan di

pengaruhi oleh paktor-faktor genetik dan lingkungan yang meliputi bahan

induk, iklim termasuk kelembaban dan suhu, organisme makro dan mikro

dan topografi pada suatu priode waktu tertentu (Hanifah,2007) menurut

Susanto (2013), manusia merupakan salah satu faktor pembentuk tanah,

manusia dapat berpengaruh langsung terhadap pembentukan tanah.

Pengaruh langsung manuisia ialah melalui budidaya yang di

laksanakannya. Manusia berpengaruh terhadap proses pembentukan

tanah melalui pengolahan tanah yang terdiri atas penggalian,

pembajakan, pemindahan tanah dan pemupukan (organik dan mineral).

Kegiatan ini apabila tidak dilaksanakan dengan benar akan berakibat

buruk pada tanah. Diantaranya adalah dapat merusak tekstur,

menurunkan Ph tanah, dan menurunkan hara tanaman sehingga

mempercepat proses pembentukan tanah sementara itu pengaruh tidak

langsung manusia terhadap pembentukan tanah ialah melalui tumbuhan

(vegetasi)

Vegetasi berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah karena

kemampuannya mengubah iklim makro tanah. Seperti diketahui bahwa

akar tanaman mengabsorbsi unsur-unsur hara dari larutan tanah dan

mentraformasikannya ke daun, batang maupun pucuk tanaman. Jika

bagian atas (top) tanaman nanti dan jatuh kepermukaan tanah, maka
11

dikomposisi bahan organik akan membebaskan unsur-unsur itu ke

dalamlarutan tanah. Kation-kation basa yang di bebaskan akan

menghambat turunnya pH tanah, selanjutnya kation-kation ini

mengantikan kation-kation basah yang hilang (Hakim, dkk.,2007).

Darmawijaya (2008) juga menjelaskan bahwa vegetasi berpengaruh

langsung karena tempat kedudukannya tetap untuk selang waktu yang

lama. Pengaruh vegetasi dapat dilihat dari rasio C dan N (rasio C/N) Ph,

presentase bahan organik, presentase N, dan lain-lain.

2.2. Bawang Putih(Allium Sativum L)

Bawang putih (Allium sativum L) termasuk dalam anggota bawang-

bawangan yang paling populer didunia. Beberapa abad yang lalau,

bawang putih merupakan komoditi yang memiliki peran yang sangat besar

dalam membangung bangsa yang kuat dan sehat melalui menu makan.

Bawang putih tidak hanya dikenal sebagai bumbu penyedap masakan,

tetapi juga sebagai penangkal berbagai penyakit. Hal tersebut masih

berlaku hingga sekarang dan mungkin dimasa yang akan datang

(Wibowo, 2009).

Bawang putih (Allium sativumL.) merupakan komoditas sayuran yang

banyak mendatangkan keuntungan karena mempunyai nilai ekonomi yang

tinggi. Umbi bawang putih banyak digunakan sebagai bumbu masak.

Selain dikonsumsi sebagai bumbu masak, bawang putih dapat digunakan

sebagai bahan obat dan kosmetik (Santoso 1988). Sentra bawang putih di

Indonesia umumnya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Berdasarkan survey


12

eksplorasi, sekitar 72 persen daerah penanaman bawang putih terdapat di

Jawa (Buurma 1991). Penanaman bawang putih di Jawa kebanyakan (66

persen) dilakukan di dataran tinggi (> 700 meter dpl). Varietas bawang

putih utama yang diusahakan di dataran tinggi adalah Lumbu Hijau,

Tawangmangu, Lumbu Kuning, Gombloh dan Tes. 

Bawang putih (Allium sativum L) merupakan salah tanaman sayuran

umbi yang banyak ditanam diberbagai negara di dunia. Di Indonesia

bawang putih memiliki banyak nama panggilan seperti orang manado

menyebutnya lasuna moputi, orang Makasar menyebut lasuna kebo dan

orang Jawa menyebutnya bawang (Wibowo, 2007). Masyarakat pada

umumnya hanya memanfaatkan bagian umbi saja, utamanya hanya

sebagai bumbu dapur. Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa

bawang putih memiliki potensi sebagai bahan baku obat-obatan untuk

menyembuhkan berbagai penyakit (Samadi, 2000).

Mengingat biaya usaha tani bawang putih cukup besar dengan

tingkat risiko usaha tani cukup tinggi bila dibandingkan dengan usaha tani

komoditas lainnya maka diperlukan panduan yang lebih terinci mengenai

teknologi budidaya bawang putih di Indonesia.

Bawang putih sebenarnaya berasal dari Asiah Tengah,

diantarananya Cina dan Jepang yang memiliki subtropik.Dari sini bawang

putih menyebar keseluruh Asia, Eropa, dan akhirnya keseluruh dunia. Di

Indonesia, bawang putih dibawah oleh pedangan Cina dan Arab,kemudian

dibudidayakan didaerah pesisir atau daerah pantai. Seiring dengan


13

berjalannya waktu kemudian masuk kedaerah pedalaman dan akhirnya

bawang putih akrab dengan kehidupan masyarakatIndonesia. Perana

sebagai bumbu penyedap masakan moderen sampai sekrang tidak

tergoyahkan oleh penyedap masakan buatan yang banyak kita temui di

pasarn dan dikemas sedemikian menariknya (Syamsiah,2003).

Diperkirakan bahwa Eropa Barat baru mengenl bawangputih sekitar

abad pertengahan dan langsung menyebar ke Eropa Timur. Dari Eropa

Barat, bawang putih ini menyebar luas ke seluruh dunia sampai kedataran

Amerika, hingga Asia Timur, Asia Tengah, dan Asia Tenggar sampai ke

Indonesia dengan demikian, bawang putih bagi bangsa Indonesia

merupakan tanaman introduksi. Karena banyak diantara bangsa

Indonesia senang akan bawang putih kebutuhan akan bawang putih pun

kemudin cenderung meningkat (David, 1997).

Menurut Samadi (2000) sistematika tanaman bawang putih adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Klas : Monocotyledoneae

Ordo : Liliflorae

Famili : Liliales atau Liliaceae

Genus : Allium

Spesie : Allium sativum L.


14

2.2.2 Morfologi Bawang Putih

Bawang putih (Allium Sativum L) dalah herba semusim berumpun

yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. tanaman ini banyak di tanam

di lading-ladang di daerah pengunungan yang cukup mendapat sinar

matahari. Adapun morfologi dari tanaman bawang putih (Allium Sativum

L) ialah sbsgai berikut.

1. Daun

Helaian daun bawang putih tipis dan tangkai buahnya padat (solid),

berbeda dari daun tangkai. Daun bawang putih merupakan daun tunggal,

berbentuk pita, tepi rata, ujung meruncing, beralur, dan panjang dapat

mencapai 60 cm lebar hingga 1,5 cm. pangkal daun menebal, dan

mengandung cadangan makanan yang disebut umbi (Zulkarnain, 2016).

Daun tanaman bawang putih memiliki ciri morfologis yaitu

berbentuk pita, pipih, lebar dan berukuran kecil serta melipat ke arah

dalam sehingga membentuk sudut pada pangkalnya.Satu tanaman

bawang putih biasanya memiliki 8-11 helai daun.Permukaan daun bagian

atas berwarna hijau muda dengan kelopak daun yang tipis, kuat, dan

membungkus kelopak daun yang yang lebih muda. Panjang daun bawang

putih dapat mencapai 60 cm dengan lebar hingga 1,5 cm. Daun bawang

putih yang masih hijau dan akan berubah menjadi putih setelah tua.

(Samadi, 2000).
15

2. Batang

Batang merupakan batang semu, panjang bias 30 cm tersusun

pelepah daun yang tipis, namunkuat(Zulkarnain, 2016).

Salah satu fungsi batang adalah sebagai laju pengangkutan air dan

mineral penting (unsur hara) yang di peroleh melalui penyerapan akar

menuju daun dan sebagai lajur pengangkutan potosintat hasil potosintesis

dari daun menuju seluruh tumbuhan.Batang bawang putih merupakan

batang semu dan berbentuk cakram.Batang tersebut terletak pada bagian

dasar atau pangkal umbi yang terbentuk daripusat tajuk yang dibungkus

daun-daun. Ketinggian batang semu bawang putih dapat mencapai 30

cm.k.(Samadi, 2000).

3. Akar

Terletak di batang pokok atau dibagian dasar umbi ataupun

pangkal umbi yang berbentuk cakram.Sistem perakaran akar serabut,

pendek menghujam ke tanah, mudah goyang dengan air dan angin

berlebihan (Zulkarnain, 2016).

Tanaman bawang putih memiliki sistem perakaran dangkal yang

berkembang dan menyebar disekitar permukaan tanah sampai pada

kedalaman 10 cm. Bawang putih memiliki akar serabut dan terbentuk di

pangkal bawah batang sebenarnya (discus).Akar tersebut tertanam dalam

tanah sebagai alat untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah.Sistem

perakaran bawang putih menyebar ke segala arah, namun tidak terlalu


16

dalam sehingga tidak tahan pada kondisi tanah yang kering (Samadi,

2000).

4. Bunga

Tanaman bawang putih dapat berbunga namun hanya pada

varietas tertentu saja.Bunga bawang putih berupa bunga majemuk yang

berbentuk bulat seperti bola, berwarna merah jambu, berukuran kecil,

tangkainya pendek, dan bentuknya menyerupai umbi bawang.Bunga yang

tumbuh dapat menghasilkan biji.Umumnya pada sebagian besar varietas,

tangkai bunga tidak tumbuh keluar melainkan hanya sebagian bunga saja

yang tampak keluar bahkan tidak sedikitpun bagian bunga yang keluar

karena sudah gagal sewaktu masih berupa tunas (Wibowo, 2007).

Pembungaan pada bawang putih dapat mengganggukecil tersebut

dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan secara vegetative dengan

cara ditanam berulang-ulang selama + 2 tahun (Rukmana, 1995).

5. Umbi

Umbi pada bawang putih berupa umbi majemuk berbentuk hamper

bulat dengan diameter 4-6 cm yang terdiri atas 8-20 siung. Siung-siung

tersebut bentuknya membulat pada bagian pungungnya dan bagian

sampingnya agak lebar.Keseluruhansiung dibungkus oleh 3-5 lapis

selaput tipis berwarna putih.Sementara itu, setiap individu lagi oleh dua

lapis selaput tipis dimana selaput luar berwana putih agak longgar,

sedangkan selaput sebelah dalam berwarna pink keputihan dan melekat

pada siung namun mudah di lepas (Zulkarnain, 2016).


17

Umbi bawang putih tersusun dari beberapa siung yang masing-

masing terbungkus oleh selaput tipis yang sebenarnya merupakan

pelepah daun sehingga tampak seperti umbi yang berukuran besar

(Rukmana, 1995).Ukuran dan jumlah siung bawang putih bergantung

pada varietasnya.Umbi bawang putih berbentuk bulat dan agak

lonjong.Siung bawang putih tumbuh dari ketiak daun, kecuali ketiak daun

paling luar.Jumlah siung untuk setiap umbi berbeda tergantung pada

varietasnya.Bawang putih varietas lokal biasanya pada setiap umbinya

tersusun 15-20 siung (Samadi, 2000).

2.2.3. Syarat Tumbuh

Untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas, bawang putih

hendaknnya di usahakan di lingkungan yang memenuhi kebutuhan syarat

tumbuhnya.Oleh karna itu factor tanah dan iklim dimana perlu di

perhatikan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan

produksi yang maksimal (Zulkarnain, 2016).

Bawang putih dapat tumbuh pada ksaran jenis tanah yang cukup

luas, namun pertumbuhan yang baik dengan hasil yang maksimal akan di

peroleh apabila di usahakan pada tanah dengan kondisi berlempung

berpasir ringan, gembur, kaya bahan organik, dan drainase yang baik

hingga kedalaman 45-60 cm. Pada lahan yang terlau banyak

mengandung pasir, umbi cepat masak, kulit luar menipis dan mudah

pecah (siungnya rontok, sedangkan pada kandungan liat tinggi,

pertumbuhan bawang putih akan terhambat (Zulkarnain, 2016).


18

Bawang putih dapat hidup pada tanah dengan Ph 5,5-7,5, namun

hasil yang baik akan di peroleh bila bawang putih diusahakan pada tanah

dengan Ph 6,0-7,0. Pada tanah-tanah dengan Ph yang terlau rendah,

penyerapan Ca dan N oleh tanaman akan terganggu, dan kekuranganya

ketersediaan P, Ca, Mg, K dan Mo sementara itu, pada Ph yang terlau

tinggi, sejumlah unsure hara mikro (Zn, Cu, B, Fe dan Mn) menjadi kurang

tersedia, sedangkan P terjerap oleh Ca, Mg, dan Na (Zulkarnain, 2016).

Bawang putih dapat hidup dikawasan dengan ketinggian 600-1200

diatas permukaan laut (dpl), namun ketinggian yang paling sesuai untuk

penguasaan tanaman ini adalah 700-1.000 dpl. Curah hujan yang din

kehendaki adalah 110-200 mm per bulan atau 800-2000 mm per bulan

denganjumlah bulan basah (curah hujan lebih dari 100 mm per bulan)

selama 5-7 bulan dan bulan kering (curah hujan kurang dari 60 mm per

bulan) selama 4-6 bulan (Zulkarnain, 2016).

Pengumbian pada bawang putih juga di pengaruhi oleh

fotoperiodesitas dan peningkatan suhu hingga 25 0C.selain itu,pengumbian

pada bawang putih juga tergantung pada suhu lingkungan selama

penyimpanan umbi bibit dan sushu lingkungan selama pertumbuhan

tanaman sebelum pembentukan umbi. Suhu 0-10 0C yang di berikan pada

umbi selama penyimpanan maupun pada tanaman di lapangan selam 30-

60 hari dapat meningkatkan pembentukan umbi. Apabila umbi disimpan

pada suhu diatas 250C dan tanaman di pelihara pada kisaran suhu yang

sama, maka inisisasi pengumbian tidak akan terjadi (Zulkarnain, 2016).


19

2.3. Gambaran Umum Kecamatan Baraka

Kecamatan Baraka yang merupakan salah satu diantara 12

kecamatan yang di Kabupaten Enrekang.Jarak kecamatan baraka dari

ibukota Kabupaten Enrekan adalam ±39 km. Adapun batasadministrasi

Kecamatan Barakayaitu :

Sebelah utara : berbatasan dengan Kecamatan Malua dan Kecamatan

Curio

Sebelah timur : berbatasan dengan Kecamatan Kecamatan Bungin dan

Kabupaten Luwu

Sebelah barat : berbatasan dengan Kecamatan Angeraja dan Kecamatan

Enrekang

Sebelah selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bunta Batu dan

Kecamatan Bungin

Luas wilayah kecamatan baraka adalah 158 km 2yang sebagian

besar terdiri dari daerah pegunungan dengan ketinggian 1000-2000 m di

atas permukaan laut. Secara administrasi kecamatan baraka di

merupakan menjadi dua kecamatan pada tahun 2007, sehingga

kecamatan baraka yang dulunya memiliki 2 kelurahan dan 18 desa

menjadi 3 kelurahan dan 12 desa yaitu Kelurahan Barak, Kelurahan

Tomenawa, Kelurahan Balla, Desa Banti, Desa Bontongan, Desa

Janggurara, Desa Kadingeh, Desa Kendenan, Desa erangian, Desa

Pepandungan, Desa Bone-bone, Desa Salukanan, Desa Tirowali,dan

Desa Pandung batu.


20

Karena letak geografis yang berada di pegunungan sehingga jarak

antara Desa dan sangat berjahuan, demikiam\n juga jarak antara Desa

dan Kecamatan ( letak Kantor BPP Baraka) cukup jauh dengan medan

yang sulit maka setiap desa memiliki penyuluh lapangan yang

bertanggung jawab desa yang ditempatkanya bertugas.

2.4. Iklim

Meskipun kondisi iklim dan curah hujan bisa berubah setiap saat

tetapi secara umumcurah hujan yang ada di KabupatenEnrekang di bagi

tiga kategori. Curah hujan hujan yang paling tinggiterjadi di Kecamatan

Maiwa, sementara daerah di Kecamatan Baroko,KecamatanMasalle,

Kecamatan Alla, sebagian Kecamatan Anggerajadan Kecamatan Baraka

mempunyai curah hujan yang rendah. KhususKecamatan Curio,

Kecamatan Malua, Kecamatan Buntu Batu,Kecamatan Bungin,

Kecamatan Enrekang, Kecamatan Cendana,sebagaian Kecamatan

Maiwa, Kecamatan Anggeraja mempunyai curahhujan kategori sedang.

Seperti halnya di beberapa daerah di Sulawesi Selatan Kecmatan

Braka juga hanya dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim

hujan adapun curah hujan di Kecamatan Baraka yaitu 3000-4000

mm/tahun musim hujan di Kecamatan Baraka biasanya terjadi pada bulan

April – September, sebaliknya musim kemarau terjadi antara bulan

Oktober – Maret.

Kecamata Baraka juga memiliki juga memiliki suhu berkisar antara

90c - 270c pergantian musim di kecamatan Baraka sering tidak menentu


21

kondisi yang sangat ekstrim seperti ini mengakibatkan cuaca di Kecamata

Baraka sulit untuk di prediksi sehingga warga harus siap untuk

menghadapi cuaca yang seperti ini, ditambah lagi dengan isu pemanasan

global. Umumnya untuk kesehatan sering terganggu oleh perubahan iklim

yang tidak menentu. Perubahan iklim juga sangat berakibat fatal kepada

kegiatan perkebunan, pertanian,dan perikanan di Kecamatan Baraka,

masyarakatpun sulit memprediksi kondisi cuaca sehingga mereka juga

sulit untuk memprediksi waktu tanam dan waktu panen.

2.5.. Potensi Tanaman di Kecamatan Braka

Kecamatan baraka merupakan daerah yang mempunyanyi potensi

di sektor pertaniani jenis tanaman yang di budidayakan di kecamatan

baraka adalah tanaman pangan seperti tanaman padi, jagun, kedelai dan

tanaman pangan yang lainnya, sedangkan tanaman hortikultira meliputi

tanaman cabai rawit, cabai besar, kentang, tomat,bawang merah, bawang

daun dan tanaman hortikultura lainnya, tanaman perkebunan meliputi

tanaman kopi, cengkeh, lada dan tanaman perkebunan lainnya.

Selain potensia tanaman perkebunan dan pertanian yang

menunjang perekonomian kecamatan baraka, baraka adalah sebuah

kecamatan di kabupaten enrekang, Sulawesi Selatan, Kecamatan ini di

kenala sebagai pelopor kecamatan bebas rokok yang telah lebih dahulu

menerapkan kawasan bebas rokok aturan ini berlaku di Desa Bone-Bone,

gunung latimojong yang merupakan gunung tertinggi di sulawesi masuk

kedalam administrasi Kecamatan ini.


22

BAB III KERANGKA PIKIR

3.1 Kerangka Pikir

ANALISIS SIFAT KIMIA TANAH UNTUK TANAMAN


BUDIDAYA BAWANG PUTIH DI DESA
PEPANDUNGAN KECAMATAN BARAKA
KABUPATEN ENREKANG

SURVEY

PENGAMBILAN SAMPEL TANAH

ANALISIS SIFAT KIMIA TANAH

HASIL ANALISIS DARI


LABORATORIUM

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian


23

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pepandungan Kecamatan

Baraka Kabupaten Enrekang. Pada Bulan Agustus sampai dengan Bulan

Oktober Tahun 2020. Dilakukan dengan cara survey, pengambilan sampel

tanah kemudian melakukan Analisis yang dilakukan di Laboratorium

Tanah, Tanaman, Pupuk, Air, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Kabupaten Maros Sulawesi Selatan.

4.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah linggis, pH meter, GPS germain,

plastik tempat sampel tanah, spidol permanen, dan kertas label, alat tulis,

kamera dan alat-alat analisis kimia tanah di laboratorium. Sedangkan

bahan yang digunakan adalah contoh tanah utuh, dan bahan-bahan

analisis sifat kimia tanah di laboratorium.

4.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei.

Sampel tanah di ambil pada 1 lokasi yang akan di jadikan sebagai bahan

contoh tanah untuk tanaman bawang putih. Lokasi tempat penelitian di

ambil 1 sampel. Contoh tanah yang di ambil yang berada di lahan tempat

yang akan dijadikan percontohan budidaya tanaman bawang putih.


24

4.4 Metode Cara Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah diambil dalam keadaan lembab, tidak

terlalu basah atau kering, sampel tanah di ambil menggunakan linggis

dengan kedalaman 40 cm, kemudian di masukkan kedalam kantong

plastik kemudian di berikan labael.

4.5 Parameter Yang di amati

1. Ketinggian di atas permukaan laut

Pengukuran ketinggian diatas permukaan laut dilakukan pada hari

ahad, tanggal 29 Agustus 2020 di Desa Pepandungan dengan

menggunakan alat GPS Garmin dan open camera

2. pH tanah

Pengukuran pH tanah dilakukan pada hari ahad, tanggal 29 Agustus

2020 di Desa Pepandungan dengan menggunakan alat pH meter yang di

tancapkan pada lokasi penelitian.

2. Ekstraksi total unsur makro dan mikro

a. Analisis N, P, K, S, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, Cu, Ni

Analisis sampeltanah tanah di Labotorium Tanah dilakukan pada

hari Jun’at tanggal 18 September 2020 dan selesai analisis sampel tanah

pada hari Rabu tanggal 21 Oktober 2020, anlisis sampel tanah

menggunakan metote AAS dan Tanur. Metode spektrofotometer serapan

ataom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis

penentuan unsur–unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada

pemnyerapan absorbsi radiasi oleh atom-atom bebas unsur tersebut.


25

BAB V HASIL DAN PEMBAHSAN

5.1 HASIL
5.1.1 Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah
Berdasarkan hasil pengukuran di lokasi penelitian dan analisis
laboratorium menunjukan bahwa ketinggian di atas permukaan laut
kandungan unsur makro dan mikro yang tersedia didalam tanah pada
lahan yang akan di Tanami bawang putih adalah : P, K, Ca, Mg, S, Na,
Fe, Mn, Cu, Zn. Dimana P 1948 ppm, K 651 ppm, Ca 939 ppm, Mg 317
ppm, S 0,08 %, Na 290 ppm, Fe 17262 ppm, Mg 1582 ppm, Cu 12 ppm.
Dari analisis tersebut menunjukan bahwa unsure Fe yaitu 17262 ppm,,, Ni
240 ppm.
Tabel 1` Hasil Analisis sampel tanah dari laboratorium BPTP Balitbang
Sulawesi Selatan
Hasil analisis
No Pengujian sampel tanah di Parameter yang sifat kimia
Analisis Tanah
laboratorium diamati tanah di Keterangan
Lboratorium
Pengukuran P,
Analisis unsur makro
1. dan mikro
Metode yang digunakan K,Ca, Mg, S, Na,
Fe, Mn, Cu, , Ni,
Spektrofotometri N% 0,02 Rendah
AAS P ppm 1048 Tinggi
AAS K ppm 651 Tinggi
ASS S% 0,08 Rendah
Spektrofotometri Ca ppm 393 Tinggi
ASS Mg ppm 317 Rendah
ASS Na ppm 290 Rendah
AAS Fe ppm 17262 Tinggi
AAS Mn ppm 1582 Tinggi
ASS Cu ppm 12 Rendah
ASS Ni ppm 240 Rendah
26

Tabel 2.` Hasil Pengukuran ketinggian tempat diatas permukaan laut dan
pH tanah di Lokasi Penelitian Desa Pepandungan
Hasil pengukuran
No Parameter yang
Pengukuran Alat yang digunakan Ketinggian tempat Keterangan
diamati
dan Ph Tanah
Pengukuran
Ketinggian di Atas Ketinggian dan
2. Alat Yang di Gunakan
Permukaan laut dan pH Tanah
pH Tanah
Global Positioning Syistem Ketinggian di Atas Tinggi
1095 mdpl
(GPS) Permukaan Laut
pH meter pH 6,5 Netral

5.2 Pembahasan

5.2.1 Ketinggian Meter di Atas Permukaan Laut (MDPL)

Menurut Mahenra, B, (2005) bawang putih dapat tumbuh pada

ketinggian 600-1200 m dpl. Curah hujan tahun yang di butuhkan 800 mm-

2000 mm. Suhu udara yang di perlukan 15 0 C – 20 0 C. Tanaman bawang

putih membutuhkan kelembaban yang tinggi.

Tanaman bawang putih dapat tumbuh baik pada ketinggian 600-

1200 m diatas permukaan laut (dpl), curah haujan yang dikehendaki

adalah 110-200 mm perbulan 800-2000 mm pertahun ( Zulkarnain,2016).

Setelah dilakukan pengukuran ketinggian di lapangan hasil yang di


0
peroleh adalah 1095 mdpl dan suhu udara 30 c sedangkan titik

koordinatnya adalah E – 3,377 S – 119, 92441. Dari data yang di peroleh

di lapangan maka Desa Pepandungan Kecamatan Barakan setelah

dicocokan dengan krakteristik syarat tumbuh tanaman bawang putih

menurut ketinggian diatas permukaan laut yang diperoleh sudah bisa

untuk dilakukan mengembanganbududaya tanaman bawang putih dilahan


27

yang sudah dijadikan sebagai sampel penelitian, dan juga lokasi yang ada

di seitarnya.

5.2.2 pH tanah

Pengukuran Ph tanah terdiri dari dua macam metode, yaitu secara

kalorimetri berdasarkan warna dan menggunakan alat pH meter, dalam

penelitian ini metode yang digunakan dalam menentukan pH tanah adalah

menggunakan pH meter dengang cara menancapkan pada lahan untuk

mengetahui jenis pHnya.

pH yang cocok untuk budidaya tanaman adalah 6,5-7 atau

netral.Namun dilapangan jarang sekali ditemui tanah yang memiliki pH

tujuh. Terkadang pH bisa unsur lebih atau bahkan kurang dari 6. Untuk

Ph yang kurang dari 6 dilakukan penambahan unsur hara seperti ca, mg,

dan K sedangkan pada tanah yang pHnya lebih dari 6 dapat dapat

dikurangi dengan penambahan belerang pada tanah tersebut ( Sarwono,

H, 2013).

Berdasarkan hasil pengukurang pH tanah dilapangan atau lahan

tempat pengambilan sampel, pH tanah yang di peroleh adalah 6,5 netral

selah di cocokan denga karakteriksik syarat tumbum bawang putih pH

tanahnya sudar masuk dalam kriteria. Untuk melakukan pengembangan

bawang putih di Desa Pepandungan dan sekitarnya.

5.2.3 Pembahasan Analisis Sifat Kimia Tanah Hasil Dari di


Labiratorium BPTP Sulawesi Selatan
28

A. Unsur hara makro dan mikro

1. Nitrogen (N)

Unsur nitrogen yang di butuhkan budidaya bawang putih adalah

1,78%. Dengan jumlah yang besar mampu menyediakan unsur hara

Nirogen bagi tanaman.Unsur hara nitrogen merupakan unsur hara

esensial yang di butuhkan untuk pertumbuhan vegetative tananman yaitu

batang, daun, dan akar. Nitrogen merupakan unsur penting dalam

pembentukan klorofil, protoplasm dan asam nukleat. Unsur ini mempunyai

peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembnagan jarinagan hidup

(Braddy dan Weil, 2002)

Dari analisis yang di lakukan di laboratorium menunjukan bahwa

unsur hara Nitrogen di peroleh sebesar 0,01% unsur ini tergolong rendah

unsur ini rendah kerena ada tiga hal yang menyebabkan hilangnya

nitrogen di dalam tanah yaitu : Nitrogen dapat hilang karena tercuci

bersama air darinase atau air hujan, terjadi penguapan, dan di serap oleh

tanaman.

Unsur hara yang di butuhkan tanaman bawang putih yang sesuai

dengan literatur penelitian 1,78%, sedangkan data yang di peroleh setelah

di analisis di laboratorium adalah 0,01% dari data yang di peroleh

tergolong rendah sehingga sehingga untuk budidaya tanaman bawang,

putih di Desa Pepandungan sesuai untuk dilakukan penanaman bawang

putih. Maka dari itu tanah yang kururang unsur nitrogennya harus di
29

tambahkan pupuk norganik yang mengandung nitrogen atau pupuk

anorganik sesuai dosis yang di butuhkan tanaman bawang putih

Unsur hara nitrogen yang rendah, harus ditambahkan pupuk yang

mengandung unsur nitrogen, seperti pupuk Nitrogen ZA, Urea, dan pupuk

jeninis anorganik lainnya.Pupuk kandang juga biasa di tanbahakan pada

tanah setelah panen dan sudah di kalakukan pembajakan jenis pupuk

kandang yang digunakan adalah berasal dari kotoran ayam yang sudah di

lakunan permentasi. Setelah ditambahkan pukpuk kandang yang

mengandung nitroken pada lahan yang rendah unsur nitrogennya maka

ketersediaan unsur nitrogen dalam tanah tetap tersedia untuk tanaman

bawang putih dan tanaman hortikultura lainnya.

Sumber Nitrogen dalam tanah bersumber dari bahan organic yang

dapat berupa sisa tanaman, hewan, sumber lain adalah air hujan, hasil

fiksasi N- simbiotik/non simbiotik, gunung berapi dan pupuk buatan.

Nitrogen adalah salah satu unsure hara esensial dengan tingkat

ketersedian yang rendah dalam tanah, karena mudah hilang melkalui

proses penguapan dan pencucian. Sumber utama nitrogen tanah adalah

bahan organik, yang kemudian akan mengalami proses mineralisasi yaitu

konversi nitrogen oleh mikroorganisme dari nitrogen organic (protein dan

senyawa amina) menjadi bentuk anorganik (NH4+ dan NO3-) sehingga

menjadi tersedia untuk diserap oleh tanaman (Crohn, 2004).


30

1. FOSFOR (P)

Unsur fosfor yang di butuhkan tanaman bawang putih 165 ppm.

Unsure fosfor ini sangat renda, dengan unsur fosfor yang di peroleh dari

laboratorium tinggi. Unsur P berperan dalam pempentukan ATP,asam

amino sehingga membantu dalam pengambilan unsure hara oleh okar

tanaman. Tanaman yang mendapatkan P yang cukup perakaran akan

berkembang dengan baik. (Adiningsih dan Sudjadi, 2009)

Dari analisis yang di lakukan di laboratorium menunjukan bahwa

unsur hara fosfor di peroleh sebesar 1948 ppm unsur ini tergolong tinggi

Unsur Fosfor tergolong tinggi di sebabkan oleh adanya pelapukan batuan

beku dan batuan sedimen yang mengandung mineral P tinggi, kayu-

kayuan dan daun-daunan, dengan curah hujan yang rendah biasnya

mengandung fosfor cukup tinggi.Secara umum unsur hara fosfor yang ada

dalam tanah terbagi atas dua golongan yaitu p-organik dan p-

anorganngat. Bentuk organik P di temukan dalam bahan organik dan

humus. Fosfor dalam bahan organik dilepaskan melalui proses

mineralisasi melibatkan organisme tanah. Fosfor anorganik bermuatan

negatif di sebagian besar tanah. .(Hartatik dan idris, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersedian fosfor adalah satatus

fosfor tanah tanah yang mendapat fosfor lebih dari yang diambil tanaman

akan maberikan status fosfor lebih tunggi, mempertahankan fosfor dalam

status optimum adalah sangat penting, ada beberapa tanaman

mempunyai system perakaran serabut dan beberapa tunjangan.


31

Perbedaan ini perperan dalam kemampuan tanaman dalam mengambil

dan selanjutnya dapat menentukan metode pemberian fosfor, temperature

snagat penting dalam hubungan dan pertumbuhan tanaman, akan tetapi

kurang penting dengan ketersediaan fosfor, temperatur sangat tinnggi

atau rendah dapat membatasi fosfor di serap oleh tanaman.

Unsur hara yang di butuhkan tanaman bawang putih yang sesuai

dengan literatur penelitian 165 ppm sedangkan data yang di peroleh

setelah di analisis di laboratorium adalah 1948 ppm dari data yang di

peroleh tergolong tinggi. Maka dari itu, semakin tinggi unsur hara didalam

tanah maka semakin meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga,

untuk budidaya tanaman bawang putih di Desa Pepandungan sesuai

untuk dilakukan penanaman bawang putih.

2. KALIUM (K)

Unsur Kalium yang di butuhkan tanaman bawang putih 228 ppm.

Unsur Kalum ini sangat rendah dengan unsur kalium yang di peroleh dari

laboratorium tinggi. Unsure kalium berperan dalam pengambilan air

sehingga meningkatkan ketegaran dan diameter umbi bawang putih

(Mansur, 2011)

Dari analisis yang di lakukan di laboratorium menunjukan bahwa

unsur hara Pospr di peroleh sebesar 1948 ppm unsur ini tergolong tinggi,

penyebab tingginya unsur hara Kalium

Unsur hara Kalium yang di butuhkan tanaman bawang putih yang

sesuai dengan literatur penelitian 228 ppm sedangkan data yang di


32

peroleh setelah di analisis di laboratorium adalah 651 ppm dari data yang

di peroleh tergolong tinggi. Maka dari itu, semakin tinggi unsur hara

didalam tanah maka semakin meningkatkan pertumbuhan pertanaman

sehingga, untuk budidaya tanaman bawang putih di Desa Pepandungan

sesuai untuk dilakukan penanaman bawang putih.

SULFUR (S)

Unsur sulfur yang di butuhkan tanaman bawang putih 3,0%.

Unsur sulfur ini tinggi, sedangkan unsur sulfu yang di peroleh dari

laboratorium rendah . Unsur sulfur merupakan unsur makro yang penting

dalam pertumbuhan tanaman. Tanaman yang terkandung sulfur memiliki

pertumbuhan lebih baik dibanhding dengan tanaman tanpa sulfur

(Hawkesford, 2006).

Dari analisis yang dilakukan di Laboratorium menunjukan bahwa

kandungan unsur hara Sulfur (S) di peroleh sebesar 0,8% unsur sulfur ini

tergolong rendah, unsur sulfur rendah disebabkan karena tanah jarang

diberikan dalam bentuk pupuk, tanah mampu menyediakan sulfur dalam

bentuk organik namun bahan organik yang rendah dan aplikasi pupuk

juga jarang dilakukan dan tidak ada juga pengambilan dari sisa panen

dan rendahnya juga pemasukan sulfur dari udara dan air hujan, dapat

menyebabkan semakin luas areal pertanian yang mengalami difesiensi

(Wigena, et al., 2001).

Untuk menambah unsur hara sulfur dalam tanah maka yang harus

dilakuka, yaitu mencampurkan jerami kedalam tanah untuk membentuk


33

bahan organik setelah jerami mengalai pelapukan, melakukan pengolahan

tanah dengan melakukan pembajakan kering setelah panen untuk

meningkatkan penyerapan sulfur. Sumber sulfur selain dari siss-sisa

pelapukan tanaman dan jasad renik sulfur bisa juga ditambahkan dalam

bentuk pupuk anorganik seperti pupuk ZA (Zwavelzure ammoniak) yang

berarti anomion sulfat (NH 4SO4) karena pupuk ZA bengandung

belerang/sulfur 24% (dalam bentuk sulfat) juga pupuk NPK (PHONSKA)

yang mengandung sulfur (S) 10%.

Unsur hara sufur yang di butuhkan tanaman bawang putih yang

sesuai dengan literatur penelitian 3,0%, sedangkan data yang di peroleh

setelah di analisis di laboratorium adalah 0,08% dari data yang di peroleh

tergolong rendah sehingga untuk budidaya tanaman bawang putih di Desa

Pepandungan sesuai untuk dilakukan penanaman bawang putih. Harus di

tambahkan jerami kedalam tanah untuk membentuk bahan organic

setelsh mngalami pelapukan setelah itu dilakukan pengolahan tanah untuk

meningkatakan penyerapan unrur sulfur dalam tanah.

3. KALSIUM (Ca)

Unsur kalsium yang di butuhkan tanaman bawang putih 300 ppm

Unsur kalsium ini rendah, sedangkan unsur kalsium yang di peroleh

setelah dilakukan analisis di laboratorium unsure kasium yang di peroleh

tinggi. Unsur kalsium pada tanaman digunakan sebagi pembangun

dinding sel kalsium juga membantu pembentukan agregat tanah, serta


34

kalsium memiliki peranan dalam pembentukan protrin dan pergerakan

karbohidrat (Sumetrajaya, 2006).

Dari hasil analisis yang di lakukan di Laboratorium menunjukan

bahwa unsur hara kalsium (Ca) yang di peroleh sebesar 939 ppm, unsur

kalsium tergolong tinggi disebabkan adanya. Sumber Kalsium (Ca) bahan

organik tersedia didalam tanah yamg dapat di serap oleh akar tanaman.

Sebagian yang lain mengalami mineralisasi pada awal perombakan

bahan pembentuk unsur hara kalsium didalam tanah, rabuk kompos dan

biosolid sebagian besar Ca adalah larutan dalam air bentuk yang segera

tersedia, dan dapat mudah hilang sebelum bahan tersebut di berikan di

lapangan, Ca tertukar Ca2+ merupakan kation yang dapat di pertukarkan,

pertukaran kation merupakan reaksi paling penting bagi unsur Ca dalam

tanah, pelarutan mineral Ca kehadiran mineral Ca dalam tanah sangat

bervariasi pada tanah yang kasar kadar Ca lebih rendah dibanding tanah

yang halus teksturnya kadar Ca yang rendah pada tanah yang sudah

lerlapuk lanjut, kapur dan pupuk kebanyakan Ca yang diberikan kedalam

tanah adalah senyawa untuk menetralisir kemasaman tanah terutama.

(Poerwowidodo, 2010 ).

Selain dari pelapukan mineral dan bahan–bahan yang mengandung

unsur kalsium. Kalsium juga tersedia degan pemberian berbagi macam

jenis pupuk yang mengandung unsur kalsium seperti pupuk utra kalsium,

pupuk nitrabor, pupuk kalsium natural, dan kapur dolomit, selain

pemberian pupuk pada tanah.Kalsium juga berasal dari pelapukan


35

sejumlah mineral dan batuan yang sangat dominan meliputi feldesar,

apatit, limestone, gyesum, mineral tersebut banyak jumlahnya sehingga

kebanyakan tanah kalsium yang cukup, untuk kebutuhan kalsium pada

tanaman.Tanah yang terbentuk dari bahan induk yang berkadar kapur

tinggi yang mungkin memiliki tingkat kandungan kapur yang lebih tinggi

dari kapur beku (poerwawibodo, 1995).

Unsur hara Kalsium yang di butuhkan tanaman bawang putih yang

sesuai dengan literatur penelitian 300 ppm sedangkan data yang di

peroleh setelah di analisis di laboratorium adalah 939 ppm dari data yang

di peroleh tergolong tinggi. Maka dari itu, semakin tinggi unsur hara

didalam tanah maka semakin meningkatkan pertumbuhan pertanaman,

untuk budidaya tanaman bawang putih di Desa Pepandungan sesuai

untuk dilakukan penanaman bawang putih.

4. MAGNESIUM (MG)

Unsur magnesium yang di butuhkan tanaman bawang putih 450

ppm Unsur magnesium ini tinggi, sedangkan unsur magnesium yang di

peroleh setelah dilakukan analisis di laboratorium Unsur magnesium yang

di peroleh rendah

Dari analisis yang dilakukan di Laboratorium menunjukan bahwa

unsur hara magnesium (Mg) di peroleh sebesar 317 ppm unsur

magnesium tergolong rendah di sebabkan organik tanah mengandung

magnesium mudah terlindih dari seresah dan sisanya mengalami

mineralisasinya pada tanah awal perombakan sumber utama unsur hara


36

magnesium dalam tanah berasal dari pemupukan atau pemberian pupuk

anorganik pada lahan pertanaman, jenis pupuk magnesium yang biasanya

di aplikasikan pada lahan adalah jenis pupuk magnesium sulfat (hiserit)

dan dolomit. Dolomit mengandung unsur utama Mg sehingga digunakan

untuk menambahkan unsur hara Mg dalam tanah.Dolomit mengandung

magnesium berkisar 18-22% pupuk ini bersipat basa.

Ketersediaan magnesium dapat terjadi akibat proses pelapukan

material-material yang mengandung magnesium. Selanjutnya, akibat

proses tadi maka magnesium akan terdapat bebas di dalam tanah.

Keadaan ini dapat menyebabkan magnesium hilang bersama perkolasi,

magnesium di serap oleh tanaman atau organisme hidup lainnya,

diadsorbsi oleh partikel liat dan di endapkan menjadi partikel sekunder.

Ketersedian magnesium bagi tanaman akan berkurang pada tanah-tanah

yang mempunyai kemasaman tinggi. Hal ini didasarkan karena adanya

dalam jumlah yang sangat besar mineral liat tipe 2:1. Dengan adanya

mineral liat ini maka magnesium akan terjerat antara kisi-kisi mineral

tersebut, ketika menjadi pengembang dan pengerutan dari kisi-kisinya

(Hakim dkk, 2005 ).

Unsur hara magnesium yang di butuhkan tanaman bawang putih

yang sesuai dengan literatur penelitian 450 ppm sedangkan data yang di

peroleh setelah di analisis di laboratorium adalah 317 ppm dari data yang

di peroleh tergolong rendah. Maka dari itu, untuk budidaya tanaman


37

bawang putih di Desa Pepandungan sesuai untuk dilakukan penanaman

bawang putih.

5. NATRIUM (Na)

Dari analisis yang di lakukan di Laboratorium menunjukan bahwa

unsur hara natrium di peroleh sebesar 290 ppm, unsur ini tergolong

rendah, di sebabkan adanya kandungan ion hidroksida didalam struktur

silikat juga mempengaruhi stabilitas mineral silikat. Mineral silikat yang

mengandung ion hidroksida memiliki stabilitas yang lebih rendah di

banding mineral yang tidak mengandung ion, hidroksida stabilitas mineral

ditunjukan oleh ukuran dan bentuk kristalnya. Bentuk Kristal yang pipih

cenderung lebih stabil di banding mineral yang kecil ( Ahmad, 2011)

Hardjowigeno dan widiatmoko, 2001 mengatakan kondisi

konsentrasi Na rendah secara utama menguntungkan karena Na bukan

unsur esensial. Keberadaanya dalam tanah dalam konsentrasi tinggi

dapat menggangu pertumbuhan tanaman yaitu menaikkan nilai osmosis

sehingga dapat menimbulkan efek plasmolosis. Dari segi fisikokimia

tanah, keberadaan Na dalam konsentrasi tinggi dapat merusak struktur

tanah (sodik) sehingga menjadi padat.

Unsur hara natrium untuk budidaya tanaman bawang putih di Desa

Pepandungan tidak sesuai untuk dilakukan penanaman bawang putih.

Karena unsur natrium itu dapat mengggu pertumbuhan tanaman dan

merusak tektur tanah.


38

6. BESI (Fe)

Unsur besi yang di butuhkan tanaman bawang putih 250-500 ppm

Unsur besi ini rendah , sedangkan unsur besi yang di peroleh setelah

dilakukan analisis di laboratorium, unsur besi yang di peroleh tinggi. Besi

merupakan salah satu unsure hara esensial bagi semua tanama. Besi

mempunyai peranan penting dalam proses biologi seperti fotosintesis,

pengembangan kloroplas, dan biosintesa protein namun zat besi ini tidak

boleh berlebihan atau kekurangan karena sangat berpengaruh terhadap

hasil yang akan di capai (Merhaban at. Al, 2008).

Dari analisis yang dilakukan di Laboratorium menunjukan bahwa

unsur hara besi (Fe) di peroleh sebesar 17262 ppm unsur ini tergolong

sangat tinggi, unsur Fe sangat tinggi di sebabkan oleh adanya hubungan

potensi lingkungan, dan banyak faktor mempengaruhi bioavailabilitas besi

bagian tumbuhan. Spesi besi didalam tanah. Besi dalam tanah

merupakan unsur hara mikro yang terbanyak jumlahnya dibandinagg

dengan unsur hara mikro lainnya, yaitu 200 ppm sampai dengan 10%

(Nyakpak dkk1 1988 dan Yamoah 2009, Hodges 2011). Kadar kritis Fe

tanaman berkisa 500 ppm (Kebede dan Yamoah, 2009). Ketersediaan

besi dalam tanah adalah Fe 3.Bentuk Fe2+tanah larut dalam air sedankan

ben Fe3+ mengendap sebagai mineral besi oksida dan besi

sulfide.Kelaruatan besi oksid/hiroksida. Besi dalam tanah ditemukan

dalam bentuk Fe3+- oksida dan Fe2+-oksida, besi silikat, besi sulfide (pirit)

dan besi karbonat (Fe3+- karbonat dan Fe2+- karbonat. Mineral primer yang
39

mengandung besi adalah bernblende, biotit, dan kholarit. Kelarutan besi

dalam tanah di control oleh kelarutan hidrous Fe-oksida (Hodges, 2011)

Unsur hara besi yang di butuhkan tanaman bawang putih yang

sesuai dengan literatur penelitian 250-500 ppm sedangkan data yang di

peroleh setelah di analisis di laboratorium adalah 17262 ppm dari data

yang di peroleh tergolong sangat tinggi. Maka dari itu, untuk budidaya

tanaman bawang putih di Desa Pepandungan tidak sesuai untuk

dilakukan penanaman bawang putih.

7. MANGAN (Mn)

Unsur mangan yang di butuhkan tanaman bawang putih 20-300

ppm unsur mangan ini tinggi, sedangkan unsur mangan yang di peroleh

setelah dilakukan analisis di laboratorium, unsur mangan yang di peroleh

tinggi. Mangan merupakan salah satu unsur hara mikro yang penting bagi

metabolism N, poroses fotosintesis dan juga pengaktif ensim (Sudadi,

2003).

Dari analisis yang dilaksanakan di Laboratorium menunjukan

bahwa unsur hara Mangan (Mn) diperoleh sebesar 1582 ppm unsur ini

tergolong tinggi, unsur Mn tergolong tinggi disebabkan adanya sumber

unsur hara mangan (Mn) dalam tanah, berasal dari batuan primer yang

pada umumnya dalam bentuk feromagnesit. Unsur Mn berasal dari

batuan tersebut, yang disebabkan lewat proses pelapukan mineral primer

dan akan bersatu dengan O2, CO2, dan SiO2 untuk membentuk mineral

sekunder terutama menjadi pirolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH2)


40

(Mengel dan Kirkby, 1982) hausmanit (Mn 3O4) rhodoksit (MnCO3) dan

rohdonit (MnSiO3) (Tisdale et al., 2005). Oksida mangan dan besi lebih

sering terdapat didalam tanah secara bersa-sama dalam gumpalan.

Managan (Mn) adalah metal berwarna kelabu-kemeraha, di alam

Mn umumnya di temui dalam bentuk senyawa dengan berbagai macam

valensi. Managan merupakan salah satu logam yang banyak ditemukan

bersama dengan unsur besi (Fe). Kandungan Mn di Bumi sekitar 1060

ppm dan sekitar 61-1010 ppm yang terdapat di tanah ( Sudadi, 2003).

Menuru Lindsay (1979) tanah biasanya mengandung Mn sebesar 20 –

3000 ppm, dengan rata- rata 600 ppm tanah akan mengalami defisiensi

kekuranga Mn jika dibawah 20 ppm dan akan mengalai keracunan jika

lebih 3000 ppm. Mn berada dalam bentuk manganous (Mn 2+) dan

manganic (Mn4+) di dalam tanah Mn4+ berada dalam bentuk senyawa

mangan dioksida yang sanagat tak terlarut di dalam air dan mengandung

karbondioksida. Pada kondisi reduksi (anaerobo akibat dekomposisi

bahan organik dengan kadar tinggi, Mn 4+ pada senyawa mangan dioksida

mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang bersifat larut. Mn2+ berikatan

dengan nitrat, sulfat, dan klorida serta larut dalam air (Efendin, 2003).

Mangan merupakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam

jumlah yang tidak terlalu banyak. Mangan sangat berperan dalam sistem

kloropil selain itu berperan sebagai koenzim respirasi, dalam reaksi

metabolosme nitrogen dan fotosintesis. Mangan juga diperlukan untuk

mengaktifkan nitra reduktase sehingga tumbuhan yang mengalami


41

kekurangan mangan memerlukan sumber N dalam bentuk NH4+. Peranan

mangan dalam fotosintesis berkaitan dengan pelepasan electron dari air

dalam pemecahannya yang menjadi hydrogen dan oksigen.

Unsur hara mangan yang di butuhkan tanaman bawang putih yang

sesuai dengan literatur penelitian 20-3000 ppm sedangkan data yang di

peroleh setelah di analisis di laboratorium adalah 1582 ppm dari data yang

di peroleh tergolong tinggi. Maka dari itu, untuk budidaya tanaman

bawang putih di Desa Pepandungan sesuai untuk dilakukan penanaman

bawang putih.

8. TEMBAGA (Cu)

Unsur tembaga yang di butuhkan tanaman bawang putih 34 ppm

Unsur mangan ini tinggi, sedangkan unsur mangan yang di peroleh

setelah dilakukan analisis di laboratorium, unsur tembaga yang di peroleh

rendah. Tembaga adalah sebagai activator dan membantu kelancaran

proses fotosintesis untuk terbentuknya klorofil atau membawa beberapa

enzim. Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga

dan bakteri fotosintetik. Pigmen ini berperan dalam proses fotosintesis

tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energy cahaya menjadi

energi kimia (Karma, 2004).

Dari analisis yang di lakukan di Laboratorium menunjukan bahwa

unsur hara Cu di peroleh sebesar 12 ppm unsur ini tergolong rendah,

unsur Cu tergolong sedang di sebabkan adanya sumber tembaga (Cu)

dalam tanah, Mineral tanah sebagai sumber Cu tanah,Cu sulfat, Cu-


42

sulfida, Cu-karbonat dan kadar Cu terbanyak di jumpai pada mineral

calcopirit, 34 ppm Cu (Hodges, 2011). Tembaga (Cu +2) tersedia dalam

tanah karena pelapukan mineral tanah dan langsung diserap tanaman.

Kadar kritis tanah 0,06-0,96 ppm (Kebede dan yamoah, 2009) tembaga

diikat bahan organik tanah atau humus tanah membentuk komleks Cu-

humus tanah. Tembaga dari Cu-humus tidak tersedia bagi

tanaman.Ketersediaan Cu menurun dengan meningkatnaya Ph

tanah.Tembaga tidak bergerak dalam tanaman. Tanah bertekstur pasir

atau batu pasir dan batuan beku asam mengandung kadar Cu sangat

rendah (Hodges 2011, dan Kebede dan Yamoah, 2009).

Jenis–jenis mineral yang mengandung Cu adalah Kalkosit (Cu 2S),

Kalkopirit (CuFeS2), Tenorit (CuO), Krisokola (CuSO 3.2H2O), Kovelit

(CuS), Kuprit (CU2O), Malakit (Cu3(OH)2CO3), dan Brokantit

(Cu4(OH)6.SO4). Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan

pergerakan Cu pH tanah, tekstur tanah suplai Cu pada tanah bertekstur

pasir lebih rendah hubungan danga ion lain. Fungsi Cu bagi tanaman yaitu

untuk mengaktifkan enzjm sitokrom-oksidase, akorbit-oksidase, asam

butirat-fenolase dan lactase.Beberapa dalam metabolism protein dan

karbohidrat, berperan terhadap perhembangan tanaman generatif,

berperan terhadap fiksasi N secara simbolis dan penyusunan lignin.

Unsur hara tembaga yang di butuhkan tanaman bawang putih yang

sesuai dengan literatur penelitian 34 ppm sedangkan data yang di peroleh

setelah di analisis di laboratorium adalah 12 ppm dari data yang di peroleh


43

tergolong rendah. Maka dari itu, untuk budidaya tanaman bawang putih di

Desa Pepandungan sesuai untuk dilakukan penanaman bawang putih.

9. NIKEL (Ni)

Unsur nikel yang di butuhkan tanaman bawang putih 300 ppm

Unsur nikel ini tinggi, sedangkan unsur mangan yang di peroleh setelah

dilakukan analisis di laboratorium, unsur nikel yang di peroleh rendah.

Nikel pada beberapa tumbuhan tingkat tinggi pada kacang-kacangan nikel

perperan dalam metabolisme nitrogen (de Macedo et. Al., 2016) akan

tetapi konsentrasi Ni yang tinggi pada media tanam (Ahmad dan Arshaf,

2011). Nikel merupakan salah satu jenis logam berat yang dapat bersifat

toksik (Cmpel, 2006).

Dari analisis yang dilakukan di Laboratorium menunjukan bahwa

unsur hara Nikel (Ni) hasil yang di peroleh Sebesar 240 unsur ini

tergolong rendah disebabkan adanya batas toleransi nikel dalam tanah

pada kisaran rata-rata 300 ppm kering tanah kandungan tinggi nikel pada

tanah umumnya di sebabkan adanaya akativitas manusia berupa

penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan pada lahan pertanian

(Delil dan Koleli, 2017).

Nikel (Ni) merupakan logam berat yang mecemari air tanah

maupun air permukaan baik perairan laut maupun darat seperti sungai,

danau dan waduk.Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembenk, tetapi jika

di padukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja

tahan karat yang keras.


44

Nikel di temukan dalam bentuk ion nikel (II). Beberapa senyawa

Nikel seperti nikel karbonat, sulfat nikel, dan nikel oksida tidak larutdalam

air sedangkan nikel klorida dan nikel nitrat larut dalam air (Enviromental

Healtah Criteria, 1991).

Dalam konsentrasi tinggi nikel di tanah berpasir merusak tanaman

dan di permukaan air dapat mengurangi tingkat pertumbuhan alga.Selain

itu nikel juga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Ketoksikan nikel pada kehidupan akuatik bergantung pada spesies, ph

dan kesadahan (Gerberding, 2005). Tanaman pada tanah yang

mengandung Ni2+ dengan konsentrasi tinggi menunjukan penurunan

keseimbangan hara dan mengakibatkan gangguan fungsi memran sel. Hal

ini mempengaruhi komposisi lipid dan aktivitas h- ATPase memran

plasma.

Kebanyakan tanaman menyerap sejumlah kecil logam berat

mengaktifkan beberapa ensim penting, dan nikel di butuhkan untuk

mengaktifkan salah satu enzim yang penting untuk berbunga. Tetapi

terlalu banyak Nikel dapat meracuni danmembunuh tanaman.Tanaman

hiper – akumulator telah mengembangkan kemampuan untuk meningkat

kelebihan nikel kedalam dinding sel atau menyimpan didalam vakuola.

Yakini organel di dalam sel , kata Tjoa

Beberapa spesies tanaman penyuka nikel seperti Alyssum Murale

yang bisa menyerap hingga 30.000 mikrogram nikel persatu gram daun

kering.
45

Unsur hara nikel yang di butuhkan tanaman bawang putih yang

sesuai dengan literatur penelitian 300 ppm sedangkan data yang di

peroleh setelah di analisis di laboratorium adalah 240 ppm dari data yang

di peroleh tergolong rendah. Maka dari itu, untuk budidaya tanaman

bawang putih di Desa Pepandungan sesuai untuk dilakukan penanaman

bawang putih.
46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasar hasil analisis kimia tanah laboratorium dan pembahasan

berikut :

1. Ketinggian diatas permukaan laut setelah dilakukan

pengukuran maka di peroleh 1095 sedangkan pH setelah di

lakukan pengukuran di peroleh 6,5, setelah di cocokkan

dengan syarat tumbuh bawang putih Maka dari itu, untuk

budidaya tanaman bawang putih di Desa Pepandungan

sudah sesuai untuk dilakukan penanaman bawang putih.

2. Setelah di lakukan analisis sampel tanah di laboratorium hasil

yang di peroleh di peroleh unsur hara didalam tanah yaitu, N

0,02 %, P 1948 ppm,K 651 ppm, Ca 939 ppm, Mg 317 ppm,

S 0,08%, Na 290 ppm, Fe 17262 ppm, Mn 1582 ppm, Cu 12

ppm, dan Ni 240 ppm setelah di cocokkan dengan syarat

tumbuh bawang putih Maka dari itu, untuk budidaya tanaman

bawang putih di Desa Pepandungan sudah sesuai untuk

dilakukan penanaman bawang putih.

6.2 Saran
Berdasaekan hasil penelitian yang telah dilakukan masih banyak

kekurangan, sehingga masih perlu dilakukan analisis unsur hara di makro

dan mikro masi banayak dalam penelitian selanjutnya.


47

DAFTAR FUSTAKA

Arabia. T, Zainabun, Royani., 2012 Karakteristik Tanah Salin Karueng


Raya Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Manajemen Sumber Daya Lahan Fakulitas Pertanian Unsyiah
Darusalam Banda Aceh.

Ahmad, Yamin. 2010. Analisis Kadar Hara Makro Dalam Tanah Pada
Tamanan Agroforestri Di Desa Tambun Raya Kalimantan
TengahA
Agus, Chayo, 2009, Tehnik Pengambilan Sampel Tanah (http:// Tehnik
Pengambilan sampel Tanah)

Afandi, R.N.W, 2005, Ilmu kesuburan Tanah Penerbit Kansius,


Yogyakarta.

Aleatrs Dan Santika., !984. Medote Penelitian Air, Penerbit Usaha


Nasional, Surabaya.
Djaenuddun, D., Marwan Subagio, dan A. Hidayat 2003. Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah Agroklimat (Puslibang Tanah), Bogor

FAO. 1976. Guidelines for soil profiles description. New york : soil survey
fertility branch land water devision.

Hardjowigeno, sarwono dan Widiatmaka. 2011. Evaluasi Kesesuaian


Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta. 352 halaman.

Hanafiah.K.A 2005.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan


Tinggi. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.

Hardjowigeno, sarwono dan Widiatmaka . 2007 Evaluasi Kesesuaian


Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Gadjah Mada
University Pres Yogyakarta

Hardjowigeno, sarwono. 2003 Ilmu Tanah Akademika Presindo. Jakarta.


48

Mustofa, A 2007.Perubahan Sifat Kimia Tanah, dan Biologi Tanah Pada

Hutan Alam Diubah Menjadi Lahan Pertanian Di kawasan

tanaman Nasional Gunung Leuser.

Mega, I.M., Dibia, I.N., Adi, I.G.P.R., dan Kusmiyarti, T.B., 2010. Buku Ajar

Klasifikasi Tanah Dan Kesesuaian Lahan. Denpasar : Program

studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit

Andi, Yogyakarta

Rosyidah. E, dan Wirosoe Drmono R., 2013 Pengaruh Sifat Fisak Tanah

pada Konduktivitas Hidronik Jenis di 5 Penggunaan Lahan

Fakulitas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai