Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENELITIAN

“PENGARUH SIFAT FISIK & KIMIA TANAH


GAMBUT TERHADAP SIFAT KIMIA AIR TANAH
DANGKAL DI KECAMATAN KAPUAS KUALA,
KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN
TENGAH”

NAMA MAHASISWA

INRIANY F. DIMPUDUS

17 013 062

TEKNIK SIPIL

KONSTRUKSI JALAN & JEMBATAN

POLITEKNIK NEGERI MANADO

2017
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN

“PENGARUH SIFAT FISIK & KIMIA TANAH


GAMBUT TERHADAP SIFAT KIMIA AIR TANAH
DANGKAL DI KECAMATAN KAPUAS KUALA,
KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN
TENGAH”

OLEH :

INRIANY F. DIMPUDUS NIM : 17 013 062

Menyetujui

Dosen Pembimbing

NIP………………

I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan mahkluk hidup,
hal ini dikarenakan peran air sebagai salah satu penyusun utama tubuh makhluk
hidup. Sebagai pelarut zat, unsur penting dalam proses fotosintesis dan berbagai peran
penting lainnya. Hal tersebut menyebabkan makhluk hidup sangat bergantung pada air
untuk konsumsi hariannya. Keberadaan air di bumi tidak lepas dari siklus hidrologi.
Salah satu bagian dari siklus hidrologi tersebut adalah infiltrasi, yang merupakan
proses masuknya air ke dalam tubuh tanah . Besarnya infiltrasi dan kualitas air tanah
sangat dipengaruhi oleh jenis tanah beserta sifat fisik dan kimia tanah tesebut.
Karakteristik tanah yang ada di Indonesia umumnya memiliki ketebalan yang besar,
hal ini berkaitan dengan iklim tropis dan keadaan yang lembab di Indonesia. Sehingga
proses pelapukan maupun alterasi pada batuan induk dapat berjalan efektif. Salah satu
jenis tanah yang ada di Indonesia adalah tanah gambut. Tanah gambut adalah tanah
yang komposisi penyusun utamanya berupa sisa tumbuhan yang terakumulasi dalam
kondisi reduktif (Wahyunto, S. dkk, 2005). Suatu tanah disebut sebagai tanah gambut
apabila kandungan bahan organik dalam tanah melebihi 30%. Di Indonesia luas lahan
gambut diperkirakan mencapai 20,6 juta hektar atau sekitar 10,8 % dari luas daratan
Indonesia, dan dari luasan tersebut sekitar 5,7 juta ha atau 27,8% terdapat di
Kalimantan. (Subagjo, 1998; Wibowo dan Suyatno, 1998).

Tanah gambut memiliki sifat fisik dan kimia tertentu. Beberapa sifat fisik tanah
gambut meliputi kadar air, berat isi (bulk density), daya menahan beban (bearing
capacity), subsiden (penurunana permukaan), dan mengering tidak balik (irreversible
drying). Sedangkan Karakteristik kimia tanah gambut meliputi derajat keasaman (PH),
kesadahan, dan kandungan unsur mayor, sekunder dan minor air tanah. Di Indonesia,
sifat fisik dan kimia tanah gambut sangat beragam dan ditentukan oleh kandungan
mineral, ketebalan, jenis tanaman penyusun gambut, jenis mineral pada substratum,
dan tingkat dekomposisi gambut. Pada penelitian ini, ruang lingkup yang dijadikan
sebagai sifat fisik tanah gambut adalah berupa ketebalan tanah gambut, tingkat
dekomposisi, dan kemampuan menyerap dan menahan air. Sedangkan ruang lingkup
sifat kimia tanah gambutdalam penelitian ini adalah meliputi tingkat keasaman tanah
gambut (PH) kesadahan, kandungan unsur mayor meliputi Na, Ca, Sulfat, Silika dan
Klorida; unsur sekunder meliputi Fe, K, nitrat ; dan unsur minor meliputi Al, Cu,
Fosfat. Sedangkan air tanah dangkal yang dianalisis dalam penelitian merupakan air
tanah pada lahan gambut yang terdapat pada kedalaman 3 m. Sifat fisik dan kimia
tersebut tentu berimplikasi terhadap potensi air tanah dan kualitas air yang dihasilkan.
penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui pengaruh sifat fisik dan kimia tanah
gambut terhadap potensi dan kualitas air tanah dangkal bagi konsumsi harian manusia,
khususnya sebagai air minum bagi masyarakat di Kecamatan Kapuas Kuala, Provinsi
Kalimantan Tengah. Penelitian mengenai topik ini belum pernah dilakukan pada
daerah penelitian yang terletak di Kecamatan Kapuas Kuala, Provinsi Kalimantan
Tengah.

1. 2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh sifat fisik dan kimia tanah gambut terhadap sifat kimia air
tanah dangkal yang dihasilkan ?
2. Bagaimanakah kualitas air tanah dangkal dengan kedalaman 3 m pada tanah
gambut di daerah penelitian dalam kaitannya sebagai air minum masyarakat ?

1. 3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengkaji pengaruh sifat fisik dan kimia tanah gambut terhadap sifat kimia air
tanah dangkal yang dihasilkan.
2. Mengetahui kualitas air tanah dangkal dengan kedalaman 3 m pada tanah gambut
di daerah penelitian dalam kaitannya sebagai air minum.

1. 4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini kita bias mengetahui apa yang mempengaruhi sifat fisik
dan kimia tanah gambut dan bias mengetahui kualitas air tanah dangkal dan juga bisa
menambah ilmu.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2. 1. Landasan Teori
2.1.1. Tanah Gambut
Tanah gambut adalah tanah yang komposisi penyusun utamanya berupa sisa
tumbuhan yang terakumulasi dalam kondisi reduktif. Rangkaian penyusunnya berupa
bahan karbon, yang mana bahan organik ini adalah rantai karbon yang sebagian besar
berupa lignin, hemiselulosa dan humik. Suatu tanah disebut sebagai tanah gambut
apabila kandungan bahan organik dalam tanah melebihi 30%. Di Indonesia,
penyebaran tanah gambut mencapai 17 juta Ha, dan dijumpai utamanya di pantai
timur Sumatera dan Kalimantan. Tanah Dambut memiliki sifatfisik dan kimia tertentu,
berikut merupakan penjabaran dari sifat fisik dan kimia tanah gambut :
- Sifat kimia tanah gambut
Tanah gambut terbentuk dari timbunan bahan organik, sehingga kandungan
karbon pada tanah gambut sangat besar. Fraksi organik tanah gambut di Indonesia
lebih dari 95%, kurang dari 5% sisanya adalah fraksi anorganik. Fraksi organik
terdiri atas senyawa – senyawa humat sekitar 10 hingga 20%, sebagian besar terdiri
atas senyawa - senyawa non-humat yang meliputi senyawa lignin, selulosa,
hemiselulosa, lilin, tannin, resin, suberin, dan sejumlah kecil protein. Sedangkan
senyawa – senyawa humat terdiri atas asam humat, himatomelanat, dan humin
(Stevenson, 1994; Tan, 1993). Karakteristik kimia tanah gambut di Indonesia sangat
beragam dan ditentukan oleh kandungan mineral, ketebalan, jenis tanaman
penyusun gambut, jenis mineral pada substratum (di dasar gambut), dan tingkat
dekomposisi gambut.
a. Kemasaman tanah

Tanah gambut umumnya mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi


dengan kisaran pH 3 – 4 . Tanah gambut di Indonesia sebagian besar bereaksi
masam hingga sangat masam dengan pH < 4,0. Tingkat kemasaman tanah gambut
berhubungan erat dengan kandungan asam - asam organik, yaitu asam humat dan
asam fulvat (Andriesse, 1974; Miller dan Donahue, 1990). Diperkirakan 85 – 95%
sumber kemasaman tanah gambut disebabkan karena kedua gugus karboksil dan
fenol tersebut. Kemasaman tanah gambut cenderung menurun seiring dengan
kedalaman gambut. Pada lapisan atas pada gambut dangkal cenderung
mempunyai pH lebih tinggi dari gambut tebal (Suhardjo dan Widjaja-Adhi, 1976).

b. Kandungan basa – basa


Gambut oligotropik, seperti banyak ditemukan di Kalimantan, mempunyai
kandungan kation basa seperti Ca, Mg, K, dan Na sangat rendah terutama pada
gambut tebal. Semakin tebal gambut, basa – basa yang dikandungnya semakin
rendah dan reaksi tanah menjadi semakin masam (Driessen dan Suhardjo, 1976).
Semakin tebal gambut, kandungan abu semakin rendah, kandungan Ca dan Mg
menurun dan reaksi tanah menjadi lebih masam (Driessen dan Soepraptohardjo,
1974).

c. Kapasitas tukar kation

Nilai kapasitas tukar kation tanah gambut umumnya sangat (90 – 200 cmol (+)
kg-1). Hal ini disebabkan oleh muatan negatif bergantung pH yang sebagian besar
dari gugus karboksil dan gugus hidroksil dari fenol (Driessen dan Soepraptohardjo,
1974). Muatan negatif (yang menentukan KTK) pada tanah gambut seluruhnya
adalah muatan tergantung pH (pH dependent charge), dimana KTK akan naik bila
pH gambut ditingkatkan. Muatan negatif yang terbentuk adalah hasil disosiasi
hidroksil pada gugus karboksilat atau fenol. Oleh karena itu penetapan KTK
menggunakan pengekstrak amonium acetat pH 7 akan menghasilkan nilai KTK
yang tinggi, sedangkan penetapan KTK dengan pengekstrak amonium klorida
(pada pH aktual) akan menghasilkan nilai yang lebih rendah. Secara alamiah tanah
gambut memiliki tingkat kesuburan rendah, karena kandungan unsur haranya
rendah dan mengandung beragam asam organik yang sebagian bersifat racun bagi
tanaman. Untuk mengurangi pengaruh buruk asam – asam organik yang beracun,
dapat dilakukan dengan menambahkan bahan – bahan yang banyak mengandung
kation polivalen seperti Fe, Al, Cu, dan Zn.

d. Status hara

Secara alami status hara tanah gambut tergolong rendah, baik hara makro
maupun mikro. Kandungan unsur hara gambut sangat ditentukan oleh lingkungan
pembentukannya. Gambut yang terbentuk dekat pantai pada umumnya gambut
topogen yang lebih subur, dibandingkan gambut pedalaman yang umumny
atergolong ombrogen. Tingkat kesuburan tanah gambut tergantung pada beberapa
faktor: a. ketebalan lapisan tanah gambut dan tingkat dekomposisi; b. komposisi
tanaman penyusunan gambut; dan c. tanah mineral yang berada dibawah lapisan
tanah gambut (Andriesse, 1974). Polak (1949) menggolongkan gambut kedalam tiga
tingkat kesuburan yang didasarkan pada kandungan P2O5, CaO, K2O dan kadar
abunya, yaitu : (1) gambut eutrofik dengan tingkat kesuburan yang tinggi; (2)
gambut mesotrofik dengan tingkat kesuburan yang sedang dan; dan (3) gambut
oligotrofik dengan tingkat kesuburan yang rendah.

Gambut di Indonesia umumnya merupakan gambut ombrogen, terutama


gambut pedalaman yang terdiri atas gambut tebal dan miskin unsur
hara,digolongkan ke dalam tingkat oligotrofik (Radjaguguk, 1997). Sedangkan
pada gambut pantai pada umumnya tergolong gambut topogen dengan status
eutrofik yang kaya akan basa - basa, karena adanya sumbangan Ca, Mg, dan K dari
air pasang surut.

e. Nitrogen

Ketersediaan N bagi tanaman pada tanah gambut umumnya rendah, walaupun


analisis N total umumnya relatif tinggi karena berasal dari N-organik.
Perbandingan kandungan C dan N tanah gambut relatif tinggi, umumnya berkisar
20 – 45 dan meningkat dengan semakin meningkatnya kedalaman (Radjaguguk,
1997).

f. Fosfor

Unsur fosfor (P) pada tanah gambut sebagian besar dijumpai dalam bentuk P-
organik, yang selanjutnya akan mengalami proses mineralisasi menjadi P-
anorganik oleh jasad mikro. Sebagian besar senyawa P-organik berada dalam
bentuk ester ortofosfat, sebagian lagi dalam bentuk mono dan diester.

g. Unsur mikro

Tanah gambut juga mengandung unsur mikro yang sangat rendah dan diikat
cukup kuat (khelat) oleh bahan organik sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
Selain itu adanya kondisi reduksi yang kuat menyebabkan unsur mikro direduksi
ke bentuk yang tidak dapat diserap tanaman. Unsur mikro juga diikat kuat oleh
ligan organik membentuk khelat sehingga mengakibatkan unsur mikro menjadi
tidak tersedia bagi tanaman. Gejala defisiensi unsur mikro sering tampak jelas
pada gambut ombrogen seperti tanaman padi dan kacang tanah yang steril.

- Sifat fisik tanah gambut


Sifat fisik tanah gambut meliputi kadar air, berat isi (bulk density, BD), daya
menahan beban (bearing capacity), subsiden (penurunan permukaan), dan
mengering tidak balik (irriversible drying). Kadar air tanah gambut berkisar 100 –
1.300% dari berat keringnya (Mutalib, et al., 1991). Artinya bahwa gambut mampu
menyerap air sampai 13 kali bobotnya, sehingga gambut dikatakan bersifat
hidrofilik. Kadar air yang tinggi menyebabkan BD menjadi rendah, gambut
menjadi lembek dan daya menahan bebannya rendah (Nugroho et al., 1997; Widjaja
–Adhi, 1988). Volume gambut akan menyusut bila lahan gambut didrainase,
sehinggaterjadi penurunan permukaan tanah. Rendahnya BD gambut
menyebabkan daya menahan atau menyangga beban (bearing capacity) menjadi
sangat rendah. Sifatfisik tanah gambut lainnya adalah sifat mengering tidak balik,
yaitu apabila gambut mengering dengan kadar air < 100% (berdasarkan berat
kering), tidak bisa menyerap air lagi kalau dibasahi, atau bersifat hidrofobik.
Gambut yang mengering ini sifatnya sama dengan kayu kering dan kehilangan
fungsinya sebagai tanah. gambut kering juga mudah hanyut dibawa aliran air dan
mudah terbakar dalam keadaan kering (Widjaja-Adhi, 1988) . Selain karena
pemadatan gambut, subsiden juga terjadi karena adanya proses dekomposisi dan
erosi.
- Jenis Tanah gambut
Menurut karakteristiknya, tanah gambut dapat dibedakan atas :

a. Gambut topogen
Lapisan tanah gambut yang terbentuk karena genangan air yang
terhambat drainasenya pada tanah – tanah cekung di belakang pantai, di
pedalaman atau di pegunungan. Biasanya memiliki ketebalan sekitar 7 m,
airnya tidak begitu asam dan relatif subur, dengan kandungan zat hara yang
berasal dari lapisan tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa - sisa
tumbuhan, dan air hujan.
b. Gambut ombrogen
Tanah gambut yang merupakan perkembangan lanjut dari gambut
topogen dengan ketebalan mencapai 20 m, dan permukaan tanah gambutnya
lebih tinggi daripada permukaan sungai di dekatnya. Kandungan unsur hara
tanah sanga tterbatas. Air yang terdapat lahan gambut memiliki tingkat
keasaman tinggi (pH 3,0 – 4,5), mengandung banyak asam humus dan
warnanya coklat kehitaman. Gambut ombrogen kebanyakan terbentuk tidak
jauh dari pantai. Tanah gambut ini kemungkinan bermula dari tanah endapan
mangrove yang kemudian mengering, kandungan garam dan sulfida yang
tinggi di tanah itu mengakibatkan hanya sedikit jasad - jasad renik pengurai
yang dapat hidup .

2.1.2. Siklus hidrologi

Siklus hidrologi adalah rangkaian peristi1a yang terjadi saat air dari awan jatuh
ke bumi hingga menguap ke udara untuk kemudian jatuh lagi ke bumi (Arsyad
1989). Siklus hidrologi dapat berawal dari proses evapotranspirasi dari tumbuhan
maupun tubuh air dipermukaan bumi yang kemudian menguap danterakumulasi
membentuk awan yang bergerak keatas hingga mencapai titik embun dan
mengembun, kemudian turun ke bumi dalam bentuk hujan. Menurut Asdak (2004),
air hujan yang mencapai permukaan sebagian akan terserap kedalam tanah
(infiltrasi). Sedangkan air hujan yang tidak terserap dalam cekungan - cekungan
permukaan tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan
tanah yang lebih rendah menjadi aliran permukaan untuk selanjutnya masuk ke
sungai. Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang
selanjutnya akan membentuk kelembaban air tanah. Apabila tingkat kelembaban air
tanah telah jenuh maka air hujan yang masuk ke dalam air tanah akan bergerak
secara lateral (horizontal) untuk selanjutnya pada tempat tertentuakan keluar lagi ke
permukaan tanah dan akhirnya mengalir ke sungai. Disamping itu, sebagian air
hujan yang lain masuk ke dalam dan menjadi bagian dari air tanah (groundwater).
Gambar 1. siklus hidrologi

2.1.3. Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang tertahan oleh tanah, sehingga pada air
tanah akan terjadi percampuran dengan bahan mineral dan bahan organik.
Keberadaan air dalam tanah akan tertahan atau terserap oleh massa tanah, tertahan
oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat
meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya - gaya adhesi, kohesi,
dangrafitasi. Kelebihan dan kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman.

Kegunaan air bagi pertumbuhan tanaman adalah :

1. Sebagai unsur hara tanaman


Tanaman memerlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk
membentuk guladan karbohidrat dalam proses fotosintesis.

2. Sebagai pelarut unsur hara.


Unsur hara yang terlarut dalam air diserap dalam air diserap oleh akar -
akar tanaman dari larutan tersebut.
3. Sebagai bagian dari sel-sel tanaman.
Persediaan air dalam tanah tergantung dari banyaknya curah hujan,
kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi, tingginya muka
air tanah.
Air hujan ataupun air permukaan dapat mengalami proses penyusupan
(infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau
celah/rekahan pada tanah/batuan. Proses penyusupan air ini kemudian
berakumulasi pada satutitik dimana air tersebut menemui suatu lapisan atau
struktur batuan yang bersifat kedap air (impermeable). Titik akumulasi ini
akan membentuk suatu zona jenuh air (saturated zone) yang seringkali
disebut sebagai daerah luahan air tanah (discharge zone). Perbedaan kondisi
fisik secara alami akan mengakibatkan air dalam zonasi ini akan mengalir
secara gravitasi karena perbedaan tekanan, control struktur batuan dan
parameter lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran air tanah.
Daerah aliran air tanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran (flow
zone). Dalam perjalananya aliran air tanah ini seringkali melewati suatu
lapisan akifer yang diatasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap
air (impermeable). Hal ini mengakibatkan perubahan tekanan antara air
tanah yang berada di bawah lapisan penutup dan air tanah yang berada
diatasnya. Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai air tanah
tertekan (confined aquifer) dan air tanah bebas
(unconfined aquifer).
Air tanah mengandung unsur - unsur kimia yang terlarut di dalamnya.
Komposisi kimia air tanah ini memberikan beberapa pengaruh terhadap
berbagai kegiatan pemanfaatannya seperti pertanian, industri maupun
domestik. Komposisi zat terlarut dalam air tanah dapat dikelompokkan
menjadi 4 (empat) kelompok (dalam Hadipurwo, 2006) :
1. Unsur utama (major constituents), dengan kandungan 1,0 – 1000 mg/l,
yakni : natrium, kalsium, magnesium, bikarbonat, sulfat, klorida,
silika.
2. Unsur sekunder (secondary constituents), dengan kandungan 0,01 – 10
mg/l, yakni besi, strountium, kalium, kabornat, nitrat, florida, boron.
3. Unsur minor (minor constituents), dengan kandungan0,0001 – 0,1
mg/l, yakni atimon, aluminium, arsen, barium, brom, *admium, krom,
kobalt, tembaga, germanium, jodium, timbal, litium, mangan,
molibdiunum, nikel,fosfat, rubidium, selenium, titanium, uranium,
vanadium, seng.
4. Unsur langka (trace constituents), dengan kandungan biasanya kurang
dari 0,001 mg/l, yakni berilium, bismut, cerium, cesium, galium, emas,
indium, lanthanum, niobium, platina, radium, ruthenium, scandium,
perak, thalium, tharium, timah, tungsten, yttrium, zirkon.

2.1.4. Kualitas air

Kualitas air merupakan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu
kegiatan atau keperluan tertentu, misalnya : air minum, perikanan,
pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Kualitas air dinyatakan dengan
beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan
sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan
sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya)
(Effendi, 2003). Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia
haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan
biologis tertentu.

- Persyaratan Fisika Air


Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut :
a. Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah
liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.
b. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
c. Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis,
pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan
adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam
diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
d. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari
dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang
mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
e. Temperaturnya normal
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan
oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola
temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh factor-faktor anthropogen
(faktor yang diakibatkan oleh aktivitas manusi) seperti limbah panas yang
berasal dari air pendingin pabrik. Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas
terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa,
yang dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan
mikro organisme.
- Persyaratan Kimia
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat
beracun.
a. pH (derajat keasaman)
Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya
disebabkan gas oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida.
Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan
standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar
dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah
menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan.
b. Kesadahan
Kesadahan atau kekerasan (total hardness), adanya kandungan Ca dan Mg.
Kesadahan ada dua macam, yaitu kesadahan karbonat dan kesadahan
nonkarbonat. Air dengan kesadahan tinggi sukar melarutkan sabun, oleh
karenanya air tersebut perlu dilunakkan lebih dahulu.
c. Kandungan Ion
Kandungan ion baik kation maupun anion yang terkandung di dalam air
diukur banyaknya, biasanya dalam satuan part per million (ppm) atau mgJl.
Ion-ion yang diperiksa antara lain Na, K, Ca, Mg, Al, Fe, Mn, Cu, Zn, 4l, SO4,
CO2, CO3, HCO3, H2SF, NH4, NO3, NO2, KMn, O4, SiO2. boron, ion-ion logam
yang biasanya jarang akan tetapi ion ini bersifat sebagai racun antara lain
As, Pb, Sn, Cr, Cd, Hg, Co (Hadipurwo, 2006).
d. Besi
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan
menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada
bahan yang terbuat dari metal. Batas maksimal yang terkandung didalam air
adalah 1,0 mg/l.
e. Aluminium
Batas maksimal yang terkandung di dalam air menurut peraturan Menteri
Kesehatan No 82/2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak
aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.
f. Zat organic
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara
makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di
perairan.
g. Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air
yang keras pada alat merebus air (panic/ketel)vselain mengakibatkan bau
dan korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan
pengolahan air bekas.
h. Chlorida
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chlorida
dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan
dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi
pada pipa air.
- Persyaratan mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut :
a. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya :bakteri golongan coli;
Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah
tersebar melalui air.
b. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes,
phytoplankton colifprm, Cladocera dan lain-lain (Sujudi, 1995).
- Standar kualitas air minum
Standar kualitas air minum yang digunakan di Indonesia dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan RI melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907
Tahun 2002 tentang penga1asan Kualitas Air Minum.
2.2. Kerangka Berpikir

Tanah Gambut

Siklus
Hidrologi

Air Kualitas
Tanah Air

2.3. Hipotesis

Hipotesis dari kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah :

- Tanah gambut memiliki potensi kandungan air tanah yang besar yang disebabkan
oleh sifat fisik tanah gambut yang hidrofilik sehingga mampu menyerap dan
menyimpan air dengan baik.
- Air tanah dangkal pada kedalaman 3 m, yang dihasilkan dari tanah gambut yang
tebal memiliki tingkat keasaman dan kandungan zatorganik yang tinggi dengan
tingkat kesadahan dan kandungan zatanorganik yang rendah.
- Berdasarkan atas tingkat keasaman air tanah dangkal yang tinggi maka air tanah
pada lahan gambut didaerah penelitian memiliki kualitas air yang kurang baik
sebagai air minum.

III. METODE PENELITIAN


3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian
3.2 Perlengkapan Lapangan

Perlengkapan lapangan yang digunakan pada saat melakukan kegiatan penelitian ini


meliputi :

1. Peralatan Lapangan, berupa peralatan perlengkapan yang digunakan


dalammelakukan pengukuran, pemerian maupun penunjang dalam
melakukan pemetaan geologi dan penelitian.
2. Peralatan Tulis, berupa peralatan untuk pencatatan dan perekaman data
lapangan.
3. Peralatan Pribadi, berupa peralatan umum sebagai pemenuhan
kebutuhan peneliti dalam melakukan penelitian.

3.3 Tempat Penelitian


Tempat Penelitian di Kecamatan Kapuas Kuala, Kabupaten Kapuas, Provinsi
Kalimantan tengah

Anda mungkin juga menyukai