Anda di halaman 1dari 10

KIMIA ANALITIK LINGKUNGAN

“Analisis Kandungan Tanah Kapur”

DISUSUN OLEH :
Walny Nicha 200106501004

KIMIA SAINS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
A. Pengertian Tanah dan Tanah Kapur
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang terbentuk melalui
proses alami dari penguraian batuan dan bahan organik. Tanah terdiri dari
campuran partikel mineral, air,
udara, bahan organik, dan
organisme hidup seperti
mikroba, cacing tanah, dan
serangga. Tanah merupakan
media tempat tumbuhnya
tanaman dan memainkan peran
penting dalam siklus nutrisi dan penyerapan air. Tanah juga berperan
sebagai penyimpan air yang dapat diserap oleh tanaman dan dapat
membantu mengurangi erosi dan polusi. Komposisi dan sifat tanah sangat
bervariasi tergantung pada faktor lingkungan seperti jenis batuan,
topografi, iklim, dan aktivitas organisme hidup yang ada di dalamnya.
Oleh karena itu, studi tanah sangat penting dalam pertanian, konservasi
tanah, pengelolaan lahan, dan
manajemen lingkungan.
Terdapat beberapa macam
tanah di Indonesia, salah satunya
adalah tanah kapur. Tanah kapur
adalah jenis tanah yang kandungan
kapurnya lebih tinggi dari biasanya, yaitu sekitar 20% atau lebih. Kapur
dalam tanah kapur biasanya terbentuk dari batuan kapur yang
terdekomposisi dan tererosi dari proses geologi alami seperti pengendapan
laut, endapan air tawar, atau proses pengendapan lainnya. Tanah kapur
memiliki pH yang tinggi (lebih dari 7) karena kandungan kapur aktifnya.
Hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena beberapa jenis
tanaman membutuhkan pH yang lebih asam. Namun, beberapa jenis
tanaman dapat tumbuh dengan baik di tanah kapur, tergantung pada jenis
kapur dan sifat tanah lainnya. Karakteristik tanah kapur yang umum
adalah warnanya coklat keabu-abuan dan struktur tanahnya padat. Tanah
kapur juga cenderung lebih kering dan kurang mengandung bahan organik,
sehingga membutuhkan pemupukan dan pengelolaan tanah yang tepat
untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang sehat.
B. Proses Pembentukan Tanah Kapur
Tanah kapur atau limestone soil terbentuk dari endapan batuan
kapur atau batu gamping yang terbentuk dari endapan kalsium karbonat
(CaCO3) yang mengendap di dasar laut atau danau selama jutaan tahun.
Proses terbentuknya tanah kapur dimulai dari pengendapan endapan batu
gamping yang kemudian terkena tekanan dan panas. Tekanan dan panas
tersebut menyebabkan batuan kapur mengalami rekristalisasi sehingga
menjadi lebih padat dan keras.
Proses ini disebut dengan
metamorfosis, di mana batuan kapur
berubah menjadi batuan marmer.
Setelah itu, proses erosi dan
pelapukan melalui pengaruh cuaca
dan faktor lingkungan lainnya
membentuk partikel-partikel halus
dari batuan kapur yang berakhir
sebagai tanah kapur. Proses erosi ini
melibatkan pergerakan air dan angin yang mengikis batu kapur dan
memecahkannya menjadi partikel yang lebih kecil dan membentuk tanah
kapur. Faktor lingkungan seperti iklim, curah hujan, suhu, dan vegetasi
dapat mempengaruhi pembentukan tanah kapur dan karakteristiknya. Di
dalam tanah kapur, unsur hara dan nutrisi dapat berikatan dengan ion
kapur dan menghasilkan sifat kimia yang khas pada tanah kapur, Tanah
kapur memiliki karakteristik yang khas, seperti memiliki pH yang tinggi
dan kaya akan kalsium. Selain itu, tanah kapur juga seringkali berlumpur
dan licin saat basah, serta memiliki kandungan mineral yang bervariasi
tergantung pada lokasi dan kondisi geografis di mana tanah tersebut
terbentuk. Karena karakteristiknya yang unik, tanah kapur sering dianggap
sebagai jenis tanah yang subur dan baik untuk pertanian dan kebun
binatang, serta dianggap sebagai tempat penemuan fosil-fosil yang penting
bagi ilmu pengetahuan geologi dan
paleontologi.
C. Kandungan Kimia Tanah Kapur
Kandungan unsur kimia dalam
tanah kapur dapat bervariasi tergantung
pada kondisi geologi, iklim, dan faktor
lainnya. Namun, secara umum, tanah
kapur memiliki kandungan unsur kimia sebagai berikut:
1. Kalsium (Ca) : berkisar antara 20-50%
2. Karbonat (CO3) : berkisar antara 70-95%
3. Magnesium (Mg) : berkisar antara 0,5-10%
4. Besi (Fe) : berkisar antara 0,1-5%
5. Mangan (Mn) : berkisar antara 0,001-0,5%
6. Aluminium (Al) : berkisar antara 0,1-10%
7. Silika (SiO2) : berkisar antara 1-20%
8. Bahan Organik : berkisar 0.5-1%
Secara umum, tanah kapur memiliki karakteristik kimiawi yang
khas, yaitu:
1. pH Tinggi
Kandungan kapur aktif dalam tanah dapat meningkatkan pH tanah
hingga mencapai tingkat alkali, yaitu pH diatas 7. Hal ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan keberadaan mikroorganisme
tanah. Jika tanah terlali asam, fosfor akan bereaksi dengan besi dan
aluminium sehingga menjadi tidak tersedia untuk tanaman. Namum
jika tanah terlalu basa maka fosfor akan bereaksi dengan kalsium
sehingga tidak cukup untuk tanaman.
2. Kandungan Karbonat (CO3)
Tanah kapur memiliki kandungan karbonat yang tinggi karena
berasal dari batuan kapur yang mengandung kalsium karbonat.
Kandungan karbonat ini dapat membentuk mineral dolomut dan
aragonite yang dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah.
3. Kandungan Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)
Kandungan kapur aktif dalam tanah kapur mengandung kalsium
dan magnesium yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan
mikroorganisme tanah. Kalsium dan magnesium dapat berikatan
dengan asam-asam organik dalam tanah dan membentuk senyawa
organik yang penting untuk tanaman .
4. Kandungan Fosfor (P)
Tanah kapur umumnya memiliki kandungan fosfor yang rendah
karena fosfor cenderung bereaksi dengan kapur dan terikat dalam
bentuk fosfat. Oleh karena itu, pemupukan fosfor seringkali diperlukan
untuk mendukung pertumbuhan tanaman di tanah kapur.
5. Kandungan Nitrogen (N)
Tanah kapur juga dapat memiliki kandungan nitrogen yang rendah
karena nitrogen cenderung mudah teroksidasi dalam kondisi pH tinggi.
6. Kandungan Logam Berat
Beberapa jenis tanah kapur dapat mengandung logam berat dalam
jumlah yang lebih tinggi karena faktor lingkungan seperti polusi udara
dan air. Hal ini dapat mempengaruhi keberadaan organisme hidup di
tanah dan pertumbuhan
tanaman.
D. Alat Sampling Tanah Kapur
Soil Auger adalah alat yang
mudah digunakan untuk
mengambil sampel tanah kapur
pada kedalaman yang dangkal
dengan cara memutar dan
menyedot tanag. Prinsip kerja soil auger adalah dengan memutar dan
menyedot tanah pada kedalaman yang diinginkan. Soil auger terdiri dari
pisau dan batang berbentuk heliks yang terhubung ke gagang. Soil auger
dapat digunakan pada berbagai jenis tanah, baik yang lembut maupun yang
keras
Berikut adalah langkah-langkah penggunaan soil auger:
1. Menentukan titik pengambilan sampel tanah.
2. Memasukkan soil auger ke dalam tanah hingga mencapai kedalaman
yang diinginkan.
3. Memutar soil auger searah jarum jam untuk memotong dan menyedot
tanah.
4. Mengangkat soil auger dengan hati-hati sehingga sampel tanah tidak
tumpah.
5. Mengeluarkan sampel tanah dari soil auger dengan cara memutar
searah jarum jam dan menarik ke atas
E. Analisis Kandungan Tanah Kapur
Berdasarkan Jurnal Satyanti, A., & Yustian, I. (2019). Kandungan bahan
organik, pH, dan ketersediaan hara tanah kapur di Dusun Batu Nisan, Desa
Sungai Asam, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun. Jurnal
Online Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jambi, 5(3), 1-11.
Berdasarkan jurnal didapat hasil:
1. Kandungan bahan organik pada tanah kapur di daerah tersebut
tergolong cukup tinggi, yaitu sebesar 3,08%. Hal ini menunjukkan
bahwa tanah kapur di daerah tersebut cukup subur dan baik untuk
pertanian.
2. pH tanah kapur di daerah tersebut tergolong basa, yaitu sebesar 7,97.
Hal ini menunjukkan bahwa tanah kapur di daerah tersebut memiliki
sifat alkali dan kurang cocok untuk beberapa jenis tanaman.
3. Ketersediaan hara nitrogen pada tanah kapur di daerah tersebut
tergolong rendah, yaitu hanya sebesar 0,03 me/100 g tanah. Hal ini
menunjukkan bahwa tanah kapur di daerah tersebut memerlukan
pemupukan nitrogen untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
4. Ketersediaan hara fosfor pada tanah kapur di daerah tersebut tergolong
sedang, yaitu sebesar 11,13 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa tanah
kapur di daerah tersebut memerlukan pemupukan fosfor yang cukup
untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
5. Ketersediaan hara kalium pada tanah kapur di daerah tersebut
tergolong rendah, yaitu hanya sebesar 0,18 me/100 g tanah. Hal ini
menunjukkan bahwa tanah kapur di daerah tersebut memerlukan
pemupukan kalium untuk meningkatkan produktivitas pertanian

Cara Perhitungan Kandungan Bahan Organik:


Metode Walkley-Black
1. Persiapan sampel tanah: Ambil 20 gram sampel tanah kering dan
haluskan menggunakan alat penghalus, lalu timbang dengan akurasi
0,001 gram.
2. Persiapan larutan Kalium Dikromat (K2Cr2O7) dan Asam Sulfat
(H2SO4): Larutkan 0,4 gram K2Cr2O7 dalam 500 mL air suling, lalu
tambahkan 200 mL H2SO4 pekat sambil diaduk secara perlahan dan
hati-hati. Biarkan larutan tersebut dingin sebelum digunakan.
3. Pengolahan sampel: Ambil 10 gram sampel tanah yang telah
ditimbang, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL, lalu
tambahkan 10 mL larutan K2Cr2O7 dan H2SO4 yang telah dibuat pada
langkah sebelumnya. Tutup labu dan biarkan terjadi reaksi selama 30
menit pada suhu 25°C.
4. Pemanasan sampel: Setelah reaksi selesai, panaskan larutan di dalam
labu menggunakan alat pemanas dengan suhu 100°C selama 30 menit.
Pastikan larutan tidak sampai mendidih.
5. Setelah dipanaskan, dinginkan larutan sampel dan tambahkan 100 mL
air suling, lalu aduk hingga rata.
6. Penentuan absorbansi: Ambil larutan sampel yang telah dicampur air
pada langkah sebelumnya, lalu masukkan ke dalam tabung
spektrofotometer UV-Vis. Ukur absorbansi pada panjang gelombang
590 nm.
7. Hitung kandungan bahan organik tanah kapur menggunakan rumus
berikut ini:
% C organik = [(A-B) x F x 0,00367 x 100] / W
Keterangan :
A = absorbansi sampel
B = absorbansi kontrol (tanpa sampel)
F = faktor pengenceran
0,00367 = faktor konversi karbon (C) ke dalam bahan organik
W = berat sampel (dalam gram)
Setelah mendapatkan % C organik, dapat dihitung kandungan bahan
organik dengan rumus:
% bahan organik = % C organik x 1,724
Keterangan :
1,724 = faktor konversi karbon (C) ke dalam bahan organik

Cara Analisis pH:


1. Persiapan sampel tanah: Ambil sampel tanah kapur sebanyak 10 g,
kemudian keringkan di oven pada suhu 105°C selama 24 jam. Setelah
sampel dikeringkan, hancurkan sampel menggunakan mortar dan
ayakan menggunakan ayakan 2 mm.
2. Penentuan pH tanah: Ambil 10 g sampel tanah yang telah diayak dan
masukkan ke dalam labu erlenmeyer berukuran 250 mL. Tambahkan
50 mL air suling ke dalam labu erlenmeyer tersebut. Campurkan
sampai homogen menggunakan pengaduk magnetik selama 30 menit.
Setelah itu, biarkan selama 30 menit untuk mengendapkan partikel-
partikel tanah. Kemudian, ukur pH larutan supernatan menggunakan
pH meter.

Analisis unsur fosfor (P):


Metode ekstraksi Bray II dan Spektrometer UV-Vis

1. Persiapan sampel tanah:


a. Sampel tanah diambil sebanyak 10 gram
b. Sampel tanah diayak menggunakan ayakan berukuran 2 mm
c. Sampel tanah yang sudah diayak kemudian diambil sebanyak 2
gram
2. Ekstraksi P menggunakan metode Bray II:
a. Sampel tanah sebanyak 2 gram ditempatkan dalam labu
Erlenmeyer berukuran 50 mL
b. Ditambahkan larutan ekstraksi Bray II (campuran asam sitrat, asam
sulfat, ammonium bifluorida dan air) sebanyak 20 mL, kemudian
diguncangkan selama 5 menit
c. Saring larutan ekstraksi menggunakan kertas saring Whatman No.
1 pada gelas corong
d. Sebanyak 5 mL larutan ekstraksi disimpan pada tabung reaksi
untuk analisis selanjutnya
3. Analisis fosfor (P) dengan Spektrometer UV-Vis:
a. Pada tabung reaksi yang berisi larutan ekstraksi, kemudian
diencerkan dengan aquades hingga volume menjadi 10 mL
b. Campuran larutan tersebut diaduk selama 1 menit menggunakan
magnetic stirrer
c. Larutan yang sudah diaduk dimasukkan ke dalam spektrofotometer
UV-Vis dan kemudian diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 400 nm
d. Dari hasil pengukuran absorbansi tersebut, dibuat kurva kalibrasi
untuk menentukan konsentrasi fosfor dalam sampel
4. Perhitungan kandungan P tanah kapur
Kandungan P dalam sampel dihitung menggunakan rumus:
P (ppm) = (A x C x V) / W
Keterangan :
A = absorbansi larutan sampel
C = konsentrasi larutan standar P
V = volume larutan sampel
W = berat sampel tanah

Analisis Kandungan karbonat (CO 3) berdasarkan jurnal Haldar, F. K.


& Bhattacharyya, S.K. (2010) Determination of Carbonate in Calcitic
Soils by Volumetric Method. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
kandungan karbonat dalam sampel tanah kapur yang diuji adalah 17,44%.

Berikut adalah langkah-langkah analisis kandungan karbonat (CO3)

1. Pengambilan Sampel Tanah Kapur


Pertama-tama, dilakukan pengambilan sampel tanah kapur dari lokasi
penelitian. Sampel tersebut kemudian dibersihkan dan dikeringkan di
bawah sinar matahari atau oven pada suhu rendah.
2. Siapkan sampel tanah kapur yang akan dianalisis. Ukur sekitar 10
gram sampel tambahkan 50mL air suling lalu saring dan masukkan ke
dalam labu Erlenmeyer.
3. Tambahkan 1-2 tetes indikator fenolftalein ke dalam larutan sampel.
Warna larutan akan berubah menjadi merah muda.
4. Titrasi larutan sampel dengan larutan asam klorida (HCl) 0,1 N.
Tambahkan larutan HCl secara perlahan-lahan sambil diaduk hingga
warna larutan berubah dari merah muda menjadi tidak berwarna atau
jingga.
5. Catat volume larutan HCl yang digunakan untuk mencapai titik akhir
titrasi. Titik akhir ditandai dengan perubahan warna larutan dari merah
muda menjadi tidak berwarna atau jingga.
6. Hitung kandungan karbonat dalam sampel tanah kapur.

Perhitungan: Karbonat (%) = (V x N x 50 x 1,4) / W


Keterangan :
V = volume larutan HCl yang digunakan (ml)
N = normalitas larutan HCl
50 = faktor pengali konversi dari mililiter (ml) ke gram (g)
1,4 = faktor pengali konversi dari karbonat ke CO2
W = berat sampel (gram)

Analisis Kandungan kalsium (Ca) berdasarkan jurnal Kristianto S., et


al. (2020). Determination of Calcium in Limestone by Complexometric
Titration diperoleh rata-rata kadar kalsium sebesar 6,98%.
1. Persiapan sampel: Ambil sejumlah tanah kapur dan keringkan di udara
terbuka untuk menghilangkan kelembapan. Kemudian, giling sampel
hingga halus dan ayak dengan saringan berukuran 100 mesh
2. Siapkan larutan standar EDTA (asam etilenediaminatetraasetat)
sebesar 0,01 M
3. Larutkan sejumlah tanah kapur yang telah disiapkan dengan asam
klorida encer dan setelah itu, saring sampel untuk memisahkan kalsium
dari sampel lain.
4. Tambahkan indikator berwarna (seperti Eriochrome Black T) ke dalam
larutan sampel yang telah diencerkan dan kemudian titrasi dengan
larutan standar EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah
muda ke biru. Titik akhir titrasi dicapai ketika warna biru stabil dalam
larutan
5. Hitung jumlah larutan EDTA yang digunakan untuk mencapai titik
akhir titrasi

Rumus Perhitungan :
Kadar kalsium (Ca) dalam sampel = (V x N x M) / W

Contoh Penggunaan Rumus:


Jika 50 mL larutan sampel memerlukan 25 mL larutan EDTA 0,01 M
untuk mencapai titik akhir titrasi, dan berat sampel yang digunakan
adalah 0,5 gram, maka kadar kalsium dalam sampel dapat dihitung
sebagai berikut:

Kadar kalsium (Ca) = [(Volume larutan EDTA x Molaritas larutan


EDTA) / Berat sampel] x 100

= [(0,025 L x 0,01 mol/L) / 0,5 g] x 100 = 0,5 %


DAFTAR PUSTAKA

Eviati & Sulaeman. (2009). Analisis Kimia Tanah, Air dan Pupu Edisi 2. Bogor:
Balai Penelitian Tanah.

Haldar, F. K. & Bhattacharyya, S.K. (2010) Determination of Carbonate in


Calcitic Soils by Volumetric Method. Communications in Soil Science and
Plant Analysis.

Kristianto S., et al. (2020). Determination of Calcium in Limestone by


Complexometric Titration. Indonesian Journal of Chemistry, Vol. 3 No. 2,
2003, 101-105.

Nugraha, A. P., & Kurniawan, A. (2019). Analisis Kandungan Karbonat pada


Tanah Kapur Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal
Kimia Sains dan Aplikasi, 22(2), 62-68.

Satyanti, A., & Yustian, I. (2019). Kandungan bahan organik, pH, dan
ketersediaan hara tanah kapur di Dusun Batu Nisan, Desa Sungai Asam,
Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun. Jurnal Online Mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Jambi, 5(3), 1-11.

Supriyadi, S. (2009). Status Unsur-unsur Basa (Ca 2+, Mg2+, K+ dan Na+) di Lahan
Kering Madura. Jurnal Agrovigor, 2(1), ISSN 1979-5777

Yuliani & Yuni R. (2017). Pemberian Seresah Daun Jati dalam Meningkatkan
Kadar Hara dan Sifat Fisika Tanah pada Tanah Kapur. Jurnal Agrotek
Tropika, 5(2).

Anda mungkin juga menyukai