Oleh :
Dosen
Ir. Fahrizal Hazra, MSc
Dr. Rahayu Widyastuti, MSc
Asisten Praktikum
1. Lusiana Adriani
2. Andre Novrialdi Yusnizar
3. Muhammad Anggi Imaduddin
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Akhir Praktikum TSL-240 Biologi Tanah tepat waktu. Laporan praktikum ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Tanah (TSL-240) Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata,
melainkan juga atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami
ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
terselesaikannya laporan ini, diantaranya:
1. Ir. Fahrizal Hazra, MSc. selaku dosen koordinator praktikum mata kuliah
Biologi Tanah (TSL-240) yang telah memberikan banyak pengetahuan dan
dukungan.
2. Lusiana Adriani, Andre Novrialdi Yusnizar, dan M. Anggi Imaduddin
selaku asisten praktikum kami yang telah membantu dalam praktikum dan
memberi masukan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami selaku tim penulis menerima dengan terbuka semua kritik dan saran
yang membangun agar bisa menjadi evaluasi di kemudian hari. Kami berharap
semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua dan bermanfaat bagi pembaca
terutama untuk lebih memahami mata kuliah Biologi Tanah dan menjadi
referensi.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
METODOLOGI 5
Alat dan Bahan 5
Metode 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Pengambilan dan Persiapan Contoh Tanah 9
Penetapan Populasi Mikrob Tanah (Metode Cawan Hitung) 12
Pengamatan Morfologi Sel Bakteri dan Fungi 14
Penetapan Populasi Bakteri Nitrosomonas dan Algae dalam Tanah dengan
Metode MPN 17
Respirasi Tanah 18
Fauna Tanah 20
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 28
iii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Daftar Tabel
Daftar Gambar
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
fauna tanah sangat bergantung dengan faktor biotik dan abiotik tanah. Keberadaan
atau jumlah dan aktivitas makrofauna tanah dapat meningkatkan aerasi, infiltrasi
air, agregasi tanah, serta mendistribusikan bahan organik tanah yang berimplikasi
pada kesuburan tanah.
Tujuan
2
TINJAUAN PUSTAKA
Contoh tanah merupakan suatu volume massa tanah yang diambil dari
suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu
disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium
(Prayoga dan Saptowati 2016). Tanah mengandung berbagai jenis organisme
tanah yang dapat mengendalikan proses daur nutrisi, dinamika struktur tanah
degradasi polutan tanah dan lain-lain yang mempengaruhi dinamika populasi
tumbuhan yang tumbuh di atasnya. Kadar air tanah adalah jumlah air yang dapat
ditahan per satuan volume atau berat tanah.
Isolasi mikroba dilakukan dengan metode cawan hitung dengan membuat
seri pengenceran. Pengenceran 10-3–10-5 digunakan untuk mengisolasi fungi,
sedangkan pengenceran 10-4–10-7 digunakan untuk menumbuhkan dan
mengisolasi bakteri. Pemurnian (purification) bertujuan agar diperoleh biakan
murni yang diinginkan tanpa ada kontaminan dari mikroba lain. Pemurnian isolat
bakteri dilakukan dengan cara memindahkan bakteri ke media Nutrient Agar (NA)
sedangkan pemurnian isolat fungi dilakukan ke dalam media Potato Dextrase
Agar (PDA) atau Martin Agar (Widyastuti et al. 2017). Suatu media dapat
menumbuhkan mikroorganisme dengan baik bila memenuhi persyaratan antara
lain kelembaban yang cukup, pH yang sesuai, kadar O2 baik, media steril, dan
mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme.
Pengamatan morfologi mikroba tanah salah satunya pada bakteri dan fungi
perlu dilakukan diantaranya adalah dengan mengamati hifa, warna dan bentuk
spora serta ada tidaknya sekat pada hifa (Hamidiyati 2010). Teknik dalam melihat
morfologi bakteri, yakni pewarnaan gram yang dibagi menjadi bakteri gram
positif dan negatif. Hasil pewarnaan akan menunjukkan bakteri gram positif
setelah pengecatan berwarna ungu dan bakteri gram negatif akan kembali tidak
berwarna setelah dekolorisasi dan warnanya sesuai zat kontras yang diberikan
setelah dekolorisasi (Putri et al. 2018). Bentuk bakteri yang ada di alam bisa
berupa kokus, spiral, basil (batang) maupun koma yang membentuk suatu koloni.
Elevasi pada bakteri dan fungi dapat dilihat dari isolatnya, biasanya berbentuk
datar, cekung, cembung, pulvinate, umbanate atau plateau. Bentuk koloni bakteri
dan fungi bisa irregular, regular, bulat (circular) atau rhizoid (Sabdaningaih et al.
2013).
Populasi mikroba tanah yang terdiri atas Algae, bakteri, fungi dan
aktinomisetes pada permukaan dan lapisan olah tanah dapat mencapai puluhan
juta setiap gram tanah, yang merupakan bagian integral dan pembentuk kesuburan
tanah. Tersedianya unsur hara yang cukup, pH tanah yang sesuai, aerasi dan
drainase yang baik, serta sumber energi yang cukup adalah beberapa faktor yang
harus dipenuhi agar mikroorganisme tanah dapat tumbuh dan berkembang
(Susilawati et al. 2013).
3
Bakteri Nitrosomonas termasuk golongan bakteri gram negatif dan bentuk
sel bulat. Bakteri ini memiliki morfologi bentuk bulat, tepian licin, elevasi
cembung dan berwarna bulat, bersifat aerob, motil, katalase urea dan memiliki
reaksi positif. Nitrosomonas berperan dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion
nitrat. Nitrosomonas tergolong ke dalam bakteri kemoautotrof obligat. Secara
umum, Algae terbagi ke dalam dua jenis, yaitu makroalga dan mikroalga.
Mikroalga adalah organisme mikroskopis dan dapat diklasifikasikan ke dalam
ganggang biru-hijau (Cyanophyta). Nutrient yang paling penting untuk
pertumbuhan Algae antara lain nitrogen dan fosfor (Pujiati et al. 2015).
Metode Most Probable Number (MPN) merupakan metode enumerasi
mikroorganisme yang datanya didapat dari hasil pertumbuhan mikrob pada
medium cair spesifik dalam tabung yang dari sampel padat maupun cair
berdasarkan jumlah sampel dan diencerkan menurut tingkat seri pengencerannya
(Hildebrant dan Schott 2011). Prinsip utama dari metode MPN adalah
mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi
mikrob yang sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi
pertumbuhan tabung positif.
Adanya mikroba dan organisme lain yang terkandung dalam tanah
menjadikan adanya aktivitas respirasi tanah yang menunjukkan salah satu
indikator dari aktivitas biologi tanah. Penetapan respirasi tanah berdasarkan
jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan jumlah O2 yang
digunakan. Semakin tinggi populasi mikroorganisme maka aktivitas
mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik akan tinggi, sehingga
produksi CO2 meningkat.
Fauna di dalam tanah dapat dibedakan berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu
mikrofauna dengan diameter tubuh 0.02-0.2 mm, mesofauna dengan diameter
tubuh 0.2-2 mm contoh nematoda, collembola dan acarina, serta makrofauna
dengan diameter tubuh 2-20 mm contoh cacing, semut, dan rayap (Nurrohman et
al. 2015). Faktor yang mempengaruhi kehidupan biodiversitas tanah diantaranya
adalah faktor lingkungan abiotik yang terdiri dari faktor fisika antara lain tekstur
tanah, struktur tanah, dan faktor kimia antara lain pH, salinitas, kadar bahan
organik dan unsur mineral tanah, sedangkan faktor biotik yang mempengaruhi
antara lain mikroflora dan tanaman. Indeks keanekaragaman jenis dilambangkan
dengan H’ dibagi menjadi tiga golongan menurut Magurran (1987) yaitu nilai
H’>3.5 menunjukkan keanekaragaman spesies adalah tinggi. Nilai H’ 1.5-3.5
menunjukkan keanekaragaman spesies sedang dan nilai H’<1.5 menunjukkan
keanekaragaman spesies rendah. Indeks keanekaragaman merupakan suatu indeks
yang digunakan dalam menghitung keanekaragaman suatu individu dari spesies
atau famili tertentu pada suatu daerah. Semakin tinggi nilai indeks
keanekaragaman suatu daerah, maka akan semakin seimbang antara jenis spesies
dan jumlah individu spesies pada komunitas tersebut (Magurran 1987).
4
METODOLOGI
5
Metode
Masukkan ke
Tetapkan Tetapkan
dalam oven
KAKU KAKL
selama 24 jam
Catat vegetasi
Masukkan ke
II. Amati Determinasi di sekitar
dalam alkohol
fauna tanah lab pengambilan
70%
sampel
Tambahkan 90 Pipet 1 ml ke
Timbang 10 g Kocok selama
ml LF ke tabung reaksi
contoh tanah 30 menit
Erlenmeyer yang berisi LF
Putar cawan
Inkubasi
perlahan agar Lapisi plastic
selama 4
tersebar wrap
minggu
merata
6
Pengamatan Morfologi Sel Bakteri dan Fungi
Ambil bakteri
Tetesi kristal
dengan alat Bilas dengan
Fiksasi violet, tunggu
yang sudah aquadest
15 menit
disterilkan
Tetesi
safranin, Bilas dengan Tetesi minyak Amati dengan
tunggu 1-2 aquadest emersi mikroskop
menit
Tambahkan 90 Pipet 1 ml ke
Timbang 10 g Kocok selama
ml LF ke tabung reaksi
contoh tanah 10-15 menit
Erlenmeyer yang berisi LF
Lakukan
Pipet 1 ml sampai Kocok selama Tutup dengan
larutan tanah pengenceran 15 menit kapas
10^-5
I. Pipet 1 ml
II. Pipet 1 ml Inkubasi
larutan ke
larutan ke selama 4
medium
medium Algae minggu
Nitrosomonas
7
Respirasi Tanah
Masukkan
Inkubasi
Timbang 100 beaker
selama 7 hari
g contoh tanah kedalam
(suhu 28°C)
toples tertutup
8.4 ml HCl
Masukkan Pindahkan ke
Tambahkan 2 12N (37%)
KOH ke Erlenmeyer
tetes PP diencerkan
Erlenmeyer 250 ml
menjadi 1 L
Letakkan botol
Tingkatkan suhu Identifikasi fauna di
koleksi berisi
30°C ke 60°C secara bawah mikroskop
alkohol 70% di
bertahap 7 hari stereo
bawah corong
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot
Jenis BKU Cawan BKM KAKU Rata-
Ulangan Cawan
Tanah (gram) (gram) (gram) (%) Rata
(gram)
1 6,67 10,03 15,36 8,69 15,42
Kebun 15,098
2 6,67 10,02 15,40 8,73 14,78
1 7,12 10,10 15,55 8,43 19,81
Rumput 19,140
2 7,02 10,07 15,52 8,50 18,47
1 6,48 10,01 15,46 8,98 11,47
Sampah 11,334
2 6,78 10,03 15,80 9,02 11,20
Bobot
Jenis BKU Cawan BKM KAKL Rata-
Ulangan Cawan
Tanah (gram) (gram) (gram) (%) Rata
(gram)
1 6,69 10,01 13,03 6,34 57,86
Kebun 60,806
2 6,80 10,02 12,92 6,12 63,73
1 7,02 10,04 11,97 4,95 102,83
Rumput 88,849
2 6,86 10,02 12,59 5,73 74,87
1 6,69 10,03 12,98 6,29 59,46
Sampah 58,167
2 6,78 10,04 13,18 6,40 56,88
9
Tabel 4 Keanekaragaman hayati tanah kebun
Nama Ukuran
Ciri-Ciri Jumlah Vegetasi Cuaca
Fauna (cm)
Berbentuk
Cacing Hujan
5-9 memanjang, 2 Sawit
tanah gerimis
silindris, dan licin
Berwarna hitam,
Semut Hujan
0,3 lebih besar dari 2 Sawit
hitam gerimis
semut merah
Semut Kecil dan berbau Hujan
0,2 1 Sawit
merah khas gerimis
Berwarna putih,
Hujan
Rayap 0,1 kecil, pemakan 6 Sawit
gerimis
kayu
Berwarna putih
Hujan
Ulat tanah 3-4 kehitaman, lunak, 2 Sawit
gerimis
dan bergaris-garis
Berwarna hitam,
Semut Hujan
0,3 lebih besar dari 2 Sawit
hitam gerimis
semut merah
10
kehitaman, lunak, gerimis
dan bergaris-garis
Berbentuk bulat,
Telur Hujan
0,1 kecil, dan berwarna 1 Rumput
cacing gerimis
putih
11
lapang sesuai untuk aktivitas cacing tanah untuk memperbaiki kesburan tanah
secara alami (Subowo 2011).
Hasil pengamatan biodiversitas di tiga jenis penggunaan lahan yang
berbeda diantaranya tanah kebun (sawit), tanah rumput, dan tanah sampah,
diperoleh jumlah fauna tanah sawit 13 ekor dan fauna tanah paling dominan
adalah rayap. Fauna tanah yang terdapat di tanah rumput berjumlah 14 ekor, yang
paling dominan yakni cacing tanah. Tanah sampah memiliki 7 ekor fauna tanah
dan dominan semut. Kehidupan fauna tanah sangat bergantung pada habitatnya,
karena keberadaan dan kepadatan suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat
ditentukan oleh keadaan daerah tersebut dengan kata lain sangat tergantung dari
faktor lingkungan (Suheriyanto 2012).
Tanah sawit yang merupakan daerah bervegetasi kelapa sawit biasanya
memiliki kandungan bahan organik yang semakin meningkat dengan semakin tua
umur kelapa sawit sehingga faunanya beragam. Tanah rumput yang merupakan
tanah dibawah tumbuhnya rumput yang memiliki fauna dengan jumlah banyak
dan beragam karena umumnya kelimpahan makrofauna tanah disebabkan oleh
adanya tanaman penutup (Nurrohman et al. 2018). Tanah sampah memiliki fauna
yang rendah karena pada lokasi pengambilan sampel tanah merupakan area
pijakan kaki, sehingga minimum bahan organik. Vegetasi pada tanah sampah
seperti petai, cabai, dan rambutan tidak mampu menghalangi cahaya masuk
menuju permukaan tanah sehingga intensitas cahaya yang diterima tinggi
(Wibowo dan Slamet 2017). Selain itu, dengan bercampurnya jenis sampah antara
organik dan anorganik dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya fauna tanah
akibat tanah tersebut tercemar, dan juga dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan
kimia tanah yang mendukung keberlangsungan fauna tanah (Djuna 2013).
Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam
menentukan penyebaran dan kepadatan makrofauna tanah. Kondisi vegetasi yang
beragam mempengaruhi tingkat keanekaragaman makrofauna tanah melalui
penyediaan serasah sebagai pakan. Nilai keanekaragaman jenis makrofauna tanah
cenderung meningkat pada suhu tanah yang rendah dan memiliki tajuk rapat.
Populasi makrofauna tanah akan menurun dengan semakin tingginya intensitas
cahaya yang masuk. Bahan organik tanah merupakan sumber makanan utama
makrofauna sehingga kandungan bahan organik mempengaruhi keberadaan
makrofauna tanah (Wibowo dan Slamet 2017).
Penetapan jumlah total mikrob dan fungi di dalam tanah dilakukan dengan
metode cawan hitung. Perhitungan ini menggunakan colony counter pada jumlah
bakteri dan fungi yang tumbuh dalam media. Prinsipnya adalah perhitungan
secara tidak langsung yang didasarkan anggapan bahwa setiap sel yang dapat
hidup akan berkembang menjadi suatu koloni (Mukrin et al. 2018). Faktor
12
pengenceran yang digunakan adalah 10-4 dan 10-5 untuk fungi serta 10-5 dan 10-6
untuk total miktob tanah. Pengenceran bertingkat bertujuan memperkecil jumlah
mikroba yang tersuspensi didalamnya dan melihat perbedaan mikrob serta fungi
yang tumbuh.
Hasil penetapan jumlah total mikrob tanah terbanyak berada pada tanah
kebun pengenceran 10-6. Menurut Fitria et al. (2014), tanah kebun memiliki
kandungan air yang tinggi karena tingginya bahan organik sehingga tanah mampu
menyimpan air dalam jumlah besar. Suplai makanan dan lingkungan mendukung
13
perkembangan dari mikroba tanah. Sementara itu, hasil penetapan jumlah total
fungi tanah terbanyak terdapat di tanah sampah pengenceran 10-5. Menurut Kadri
et al. (2015), semakin tinggi tingkat pengenceran maka semakin rendah jumlah
fungi yang tumbuh dalam media. Sel mikroorganisme dalam suspensi akan
tumbuh menjadi koloni. Koloni fungi berwarna putih menunjukkan hifa jamur
(Almundy 2011). Menurut Arisandi et al. (2017), suatu koloni bakteri dan fungi
tidak semua sel dapat bertahan hidup tergantung faktor lingkungan yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan.
Larutan fisiologis merupakan media terbaik untuk menjaga ketahanan
hidup isolate mikroba karena NaCl berfungsi menjaga keseimbangan ion sel
mikroba (Putri 2017). Pemberian streptomycin pada agar martin bertujuan
menghambat pertumbuhan bakteri. Sekitar 70% dari antibiotik yang ditemukan,
actinomycetes terutama streptomycetes paling banyak digunakan. Zat anti
microbial yang dihasilkan mikroorganisme tertentu bisa berperan sebagai anti
bakteri atau fungi (Pujiati 2014).
14
2 Bakteri Hijau 0,6 Tidak berlendir Flat
1 Fungi Hitam 0,5-2,0 Tidak berlendir Raised
10-4
2 Fungi Putih 2,2-5,5 Tidak berlendir Raised
1 Fungi Pink 2,0 Tidak berlendir Convex
10-5
2 fungi Putih 2,4 Tidak berlendir Convex
1 Bakteri Putih 0,6 Berlendir Convex
10-5
2 Bakteri Putih 1,2 Berlendir Convex
1 Bakteri Putih 1,3 Berlendir Convex
10-6
2 Bakteri Putih 0,9 Berlendir Convex
Tanah Putih
1 Fungi 0,5-1,3 Tidak berlendir Fulvinate
sampah kecoklatan
10-4
Putih
2 Fungi 2,0-5,9 Tidak berlendir Convex
kehitaman
1 Fungi Putih susu 6,2 Tidak berlendir Convex
10-5
2 Fungi Putih susu 1,2-5,5 Tidak berlendir Cekung
Kokus
(koloni
Sarcina Negatif 100 × 10
berbentuk
Tanah kubus)
rumput
Kokus
Diplococcus Positif (berkoloni 100 × 10
dua-dua)
15
Hasil pengamatan koloni bakteri pada media agar yang sudah diisolasi
selama tujuh hari menunjukkan pertumbuhan bakteri yang berbeda-beda dengan
panjang diameternya antara 0,1-2,5cm. Bentuk atau elevasi koloni bakteri
didominasi dengan convex atau cembung dengan warna hitam, hijau, putih, dan
bening. Koloni bakteri berwarna hitam kemungkinan mengalami kontaminasi,
menurut Marista et al. (2013) warna koloni bakteri pada media agar akan terlihat
bening atau putih susu. Perbedaan karakter koloni mungkin akibat masuknya
mikroorganisme lain saat melakukan isolasi atau media yang tidak steril.
Pengamatan yang dilakukan Marista et al. (2013) juga memperlihatkan bahwa
sebagian besar koloni bakteri secara makroskopis memiliki elevasi cembung.
Pengamatan koloni fungi secara makroskopis dilakukan dengan miselium
yang tumbuh pada isolat dengan media martin agar. Elevasinya didominasi
cembung dengan ukuran 0,5 cm sampai 6,2 cm. Ukuran koloni fungi
memperlihatkan adanya kompetisi antara berbagai jamur yang tumbuh. Jamur
antagonis akan tumbuh lebih cepat mengungguli jamur yang diisolasi dalam
penguasaan ruang sehingga pertumbuhan jamur lain terdesak di sepanjang tepi
koloni (Purwatisari dan Hastuti 2010). Penelitian yang dilakukan Wahyuni et al.
(2019) menunjukkan bahwa sebagian besar fungi mempunyai elevasi tidak rata.
Warna koloni fungi bergantung hifa yang dibentuknya. Konsistensi koloni bakteri
umumnya berlendir dan fungi tidak menghasilkan lendir (Widayati 2013).
Pengamatan menyatakan hasil berbeda yakni sebagian besar bakteri pada isolat
tidak memiliki lendir. Perbedaan dengan pengamatan dapat terjadi karena
pengamatan dilakukan secara makroskopis sehingga setiap orang pengamat bisa
memiliki interpretasi berbeda-beda (subyektif).
Morfologi bakteri dalam percobaan ini dilakukan dengan metode
pewarnaan gram untuk membedakan bakteri gram positif dan gram negatif.Hasil
pewarnaangram menunjukkan pada tanah terdapat bakteri berbentuk kokus dan
basil dengan gram negatif berwarna merah sesuai penelitian Fitri dan Yasmin
(2011) bahwa di alam sebagian besar bakteri bersifat gram negatif berbentuk
kokus dan basil. Bakteri positif ada di tanah rumput berupa kokus berwarna ungu
dengan genus Diplococcus. Aktivitas bakteri dipengaruhi oleh beberapa hal antara
lain jarak bakteri dengan akar tanaman, kandungan bahan organik, pH, nilai
karbon atau nisbah C/N dan kandungan oksigen.
Bakteri yang ditemukan pada isolat keseluruhan membutuhkan oksigen
untuk hidup (bakteri aerob) dipengaruhi oleh proses pengambilan contoh tanah
yang hanya sampai kedalaman 20 cm sehingga bakteri yang ada pada contoh
tanah adalah bakteri aerob. Genus bakteri yang dapat hidup di berbagai jenis
penggunaan lahan menurut Marista et al. (2013) dalam penelitiannya adalah
genus Bacillus yang mempunyai kemampuan untuk membentuk endospora pada
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan sehingga pada pengamatan dapat
ditemukan bakteri basil, sedangkan Staphylococcus sebagai bakteri yang aerob
16
sehingga sangat mungkin ditemukan dalam contoh tanah yang diambil
berdasarkan penjabaran sebelumnya
17
Hasil praktikum menunjukan jumlah Nitrosomonas selama empat minggu
menunjukan bahwa tanah kebun memiliki jumlah sel tertinggi dengan nilai MPN
sebesar 11,5 dan jumlah sel 11,5 × 103. Tabung dengan pengenceran 10-3 memiliki
jumlah tabung positif sebanyak 3 pada tanah kebun dan sampah. Menurut
Septiana et al. (2017), semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan semakin
rendah pengenceran yang dilakukan, maka semakin sering tabung positif yang
muncul. Semua tabung positif yang dihasilkan ditentukan oleh kemungkinan atau
probabilitas sel yang terambil saat memasukan pipet ke dalam media. Tanah
rumput seharusnya memiliki jumlah sel bakteri terbanyak daripada lahan yang
diolah, seperti tanah kebun karena tingginya kerapatan akar dan ketersediaan
bahan organik dari dekomposisi akar dan serasah lebih banyak (Susilowati et.al
2013). Kurangnya kelimpahan bakteri pada tanah kebun disebabkan oleh senyawa
yang berasal dari eksudat perakaran dan zat terlarut dalam tanah seperti acetylene
dan nitropyrin (Antriana 2015). Tabung yang positif ditandai dengan perubahan
warna merah ke kuning. Hal tersebut terjadi karena Nitrosomonas membentuk
NO2 dan melepaskan H+ sehingga pH menjadi turun. Penurunan pH tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan warna.
Hasil praktikum jumlah Algae selama empat minggu menunjukan bahwa
tanah kebun dan rumput memiliki jumlah sel sebanyak 140 × 103 sedangkan tanah
sampah memiliki jumah sel sebanyak 9,5 × 103. Tabung pengenceran 10-3 pada
semua jenis tanah bernilai positif sedangkan pada tanah sampah pengenceran 10-5
pada tanah sampah tidak ditemukan tabung yang positif. Hal ini sesuai dengan
Sari (2012) bahwa tanah rumput memiliki populasi Algae paling banyak terutama
pada permukaan tanah untuk mencari sumber cahaya dan memfiksasi nitrogen.
Beberapa jenis Algae akan mengikat molekul N2 dari udara jika di dalam medium
tidak terdapat nitrat. Oleh karena itu, untuk mendapatkan Algae yang mampu
mengikat N2 di udara menggunakan larutan Algae minus N (tanpa NaNO3). Nitrat
adalah produksi dari nitrit dalam proses nitrifikasi dan merupakan bentuk oksidasi
terbanyak dari nitrogen dalam media cair.
Respirasi Tanah
Respirasi tanah diukur sebagai fluks CO₂ dari tanah dan berasal dari
respirasi autotrofik serta heterotrofik. CO₂ dalam respirasi autotrofik berasal dari
akar dan mikoriza yang terkait erat dengan laju fotosintesis. CO₂ dalam
heterotrofik berasal dari metabolism sel mikroorganisme dan fauna tanah serta
memiliki kaitan erat dengan perubahan suhu (Vicca et al. 2010). Bahan timbunan
yang mengandung cukup kapur dan karbon berpotensial untuk teroksidasi dan
melepaskan CO₂. Perubahan bahan organik (serasah) menjadi bahan organik tanah
menafsirkan laju respirasi secara maksimal. Apabila dekomposisi bahan organik
meningkat, maka aktivitas mikroorganisme dan respirasi tanah meningkat.
Semakin banyak CO₂ yang dikeluarkan tanah, semakin tinggi aktivitas dan
popuasi mikroorganisme tanah. Hal ini mengakibatkan semakin tinggi respirasi
tanah (Yusnaini et al. 2017).
18
Tabel 13 Volume HCl yang ditambahkan
Jenis Volume HCl Volume HCL Jumlah HCl
Indikator Titrasi
Tanah awal (mL) akhir (mL) (mL)
Pp 0 4,6 4,6
Kontrol
Mo 4,7 9,0 4,3
Tanah Pp 23,2 27,6 4,4
kebun Mo 27,6 32,1 4,5
Tanah Pp 9,0 12,7 3,7
rumput Mo 12,7 18,1 5,4
Tanah Pp 27,6 29 1,4
sampah Mo 29 36,1 7,1
19
sampah, tanah ini sering digali saat penggangkutan sampah sehingga tanah
menjadi gembur dan memiliki kelembaban yang tinggi (Cahyono et al. 2013).
Peranan bahan organik terhadap mikroorganisme merupakan sumber
energi utama bagi tumbuhan dan perkembangannya. Jumlah total mikroorganisme
yang terdapat di dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah. Tanah
yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme. Populasi yang tinggi ini
menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah dengan
temperature yang sesuai, ketersediaan air cukup, kondisi ekologi lain yang
mendukung perkembangan mikroorganisme tanah tersebut. Populasi
mikroorganisme dalam tiap jenis tanah berbeda, baik dari variasi komposisi, fase
pertumbuhan, dan kekuatan dalam metabolism. Hal ini ditunjukkan oleh variasi
laju respirasi tanah tersebut. Tanah yang bertekstur kasar memiliki jumlah
mikroba yang lenih banyak daripada tanah bertekstur halus. Hal ini berkaitan
dengan hara yang terdapat dalam tanah. Jumlah mikroorganisme terkait dengan
ketersediaan substrat (Maysaroh 2011).
Faktor yang mempengaruhi laju respirasi tanah tidak hanya faktor biologis
saja, seperti vegetasi dan mikroorganisme, tetapi juga oleh faktor lingkungan dan
faktor buatan manusia. Faktor lingkungan antara lain suhu, kelembaban dan pH.
Umumnya laju respirasi akan menjadi rendah pada suhu yang rendag dan
menungkat pada suhu yang tinggi. Jumlah CO₂ yang dihasilkan tanah bisanya
rendah dalam kondisi kering karena rendahnya respirasi akar dan aktivitas
mikroorganisme (Setyawan et al. 2011). Kesalahan prosedur dakam melakukan
titrasi bisa mempengaruhi perhitungan jumlah CO₂ yang dihasilkan. Selain itu,
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi data sehingga tidak menunjukkan
pengaruh yang nyata diantaranya adalah kesalahan pada saat pengambilan data
dan sampel, keragaman kondisi iklim, dan kondisi sampe setempat (Guchi et al.
2015).
Fauna Tanah
20
Tabel 15 Jumlah dan keragaman fauna tanah
Jumlah Rata- Jumlah Indeks
Jenis Nama Fauna
Total Rata Individu Keragaman
Tanah (Ordo) Selasa Rabu Jumat (IS) (I/m2) (H’)
Mesostigmata 1 - - 1 1 32
Hymenoptera - - 3 3 3 96
Tanah Pseudoscorpionida - - 1 1 1 32
1,70
kebun Chilopoda - - 2 2 2 64
Collembola - 2 - 2 2 64
Orthoptera - 1 - 1 1 32
Hymenoptera - 2 4 6 3 96
Collembola - - 5 5 5 159
Chilopoda - - 1 1 1 32
Coleoptera - - 1 1 1 32
Tanah
Diplopoda 2 - - 2 2 64 2,06
rumput
Oribatida 6 - - 6 6 191
Mesostigmata 3 - - 3 3 96
Protura - 4 - 4 4 127
Diptera - 4 - 4 4 127
Coleoptera 1 - 18 19 9.5 32
Mesostigmata - - 10 10 10 318
Hymenoptera 14 15 10 39 13 414
Oribatida - - 2 2 2 64
Tanah
Psocoptera - - 7 7 7 223 1,67
sampah
Isopoda - - 7 7 7 223
Nematoda 1 - - 1 1 32
Blattodea 1 - - 1 1 32
Hemiptera - 2 - 2 2 64
21
bahan makanan. Selain itu, pada tempat pengambilan sampel juga banyak terdapat
rumput dan serasah daun kelapa sawit yang dapat menunjang kehidupan
makrofauna tanah. Tanah kebun sawit hanya memiliki keanekaragaman sebanyak
6 ordo dikarenakan kelembaban di kebun sawit rendah ditinjau dari kondisi
lapangan pengambilan sampel dan sinar matahari bisa masuk dalam intensitas
yang tinggi kedalam tanah, mengakibatkan suhu meningkat. Fauna tanah secara
umum tidak menyukai lingkungan panas dan kering, akibatnya hanya golongan
tertentu saja yang dapat bertahan hidup pada intensitas cahaya dan suhu yang
tinggi (Nurhayati et al. 2017).
Tanah sampah memiliki indeks keanekaragaman paling rendah
dibandingkan tanah lainnya yakni 1,67 tetapi ordo yang ditemukan sama
banyaknya dengan tanah rumput, yaitu sebesar 9 ordo. Keberadaan makrofauna
tanah berkolerasi positif dengan kandungan C-organik tanah sesuai penelitian
Nasution et al. (2013). Tanah yang bervegetasi akan mempunyai kadar bahan
organik yang tinggi, sebaliknya pada tanah yang gundul tanpa vegetasi maka
kadar bahan organiknya rendah (Hanafiah 2005). Tanah sampah apabila dilihat
dari kondisi lapangnya, hanya memiliki sedikit vegetasi sehingga mengindikasi
rendahnya bahan organik. Data jumlah individu pada tanah sampah mengalami
keganjilan dengan adanya pencilan pada ordo Coleoptera. Jumlah individu
Coleoptera di hari Jumat sangat berbeda nyata dengan jumlah individu di hari
Selasa dan Rabu padahal secara tempat pengambilan sampelnya sama. Jumlah
Coleoptera di praktikum Jumat sebanyak 18 individu, sedangkan Selasa 1
individu dan Rabu tidak ditemukan. Nilai pencilan pada Coleoptera ini
mengakibatkan data (H’) tidak akurat karena rentangnya terlalu besar dan tidak
menginterpretasikan kondisi sesungguhnya dari ketiga hari tersebut sehingga data
yang digunakan untuk menghitung indeks keanekaragamannya hanya berjumlah 1
individu saja.
Populasi mikrob pada tanah sampah paling banyak dikarenakan tanah ini
memiliki satu ordo dominan, yaitu ordo Hymenoptera. Ordo ini juga ditemukan
sebagai ordo dengan individu paling banyak di tanah kebun. Ordo Hymenoptera
berturut-turut jumlah individunya dari tanah kebun, tanah rumput dan tanah
sampah sebanyak 96, 96, dan 414. Ordo Hymenoptera dari famili Formicidae
seperti semut merupakan serangga sosial yang biasanya mencari makan secara
bergotong royong dan mencari tempat perlindungan biasanya dalam sarang secara
berkelompok atau berkoloni. Habitat ordo Hymenoptera adalah beriklim tropis
dan dingin sekalipun, beraktivitas pada siang maupun malam hari. Menurut
Dharmawan (2005) dikatakan bahwa individu penyusun populasi memberikan
respon perbedaan akibat persaingan yang kuat antara individu-individu dalam
populasi tersebut. Fauna tanah lain yang tidak mampu berkompetisi menjadi
tersingkirkan dilihat dari data terutama pada tanah sampah yang mengakibatkan
jumlah individu lain lebih sedikit. Hidupnya yang berkelompok menyebabkan
ordo tersebut mampu berkompetisi dibandingkan ordo lainnya.
22
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Tanah rumput memiliki kadar air kapasitas lapang dan kadar air kering udara
paling tinggi, sedangkan tanah sampah memiliki nilai terendah. Biodiversitas
tanah pada tiga jenis penggunaan lahan berbeda-beda, masing-masing
penggunaan lahan memiliki fauna yang dominan. Keberadaan dan keragaman
fauna tanah bergantung pada bahan organik dan faktor lingkungan.
2. Jumlah populasi total mikrob tanah tertinggi terdapat pada tanah kebun,
sedangkan total fungi tanah tertinggi pada tanah sampah. Semakin tinggi faktor
pengenceran maka akan semakin jelas pertumbuhan jumlah koloni. Jumlah
total mikrob tanah terlihat jelas pertumbuhannya pada pengenceran 10-6
sedangkan pertumbuhan fungi tanah pada pengenceran 10-5. Ketersediaan
mikroorganisme bergantung pada kandungan dari bahan organik setiap jenis
tanah.
3. Morfologi sel bakteri dan fungi dalam contoh tanah berbeda-beda
karakteristiknya dipengaruhi beberapa faktor yang berhubungan dengan sifat
fisiologisnya. Morfologi sel bakteri dan fungi diamati secara makroskopis dan
mikroskopis. Identifikasi morfologi sel bakteri dan fungi membantu
pengklasifikasiannya berdasar warna, bentuk, konsentrasi, dan elevasi.
4. Tanah kebun memiliki jumlah populasi Nitrosomas dan Algae tertinggi,
sedangkan tanah sampah memiliki populasi terendah. Tanah rumput
seharusnya memiliki populasi Nitrosomonas dan Algae terbanyak karena
tingginya ketersediaan bahan organik dari dekomposisi akar dan serasah.
Pertumbuhan bakteri nitrifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pH,
suhu, dan ketersediaan oksigen, sedangkan sumber cahaya digunakan untuk
fotosintesis Algae.
5. Kandungan CO₂ dalam respirasi tanah sangat dipengaruhi oleh jumlah
mikroorganisme dalam tanah tersebut. Tingkat respirasi tanah paling tinggi
terdapat pada tanah sampah dan tingkat respirasi tanah terendah terdapat pada
tanah kebun. Hal ini disebabkan oleh kadar bahan organik yang tinggi pada
tanah sampah. Semakin tinggi jumlah CO₂ yang dikeluarkan tanah maka
semakin tinggi aktivitas dan populasi mikroorganisme tanah, sehingga respirasi
tanah semakin meningkat.
6. Jumlah dan keragaman fauna tanah berbeda-beda pada ketiga jenis tutupan
lahan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kelembaban, vegetasi,
suhu, bahan organik dan kompetisi antar populasi. Jumlah populasi paling
banyak pada tanah sampah dan nilai keragaman paling tinggi pada tanah
rumput. Kandungan bahan organik dan kelembaban secara umum berkolerasi
positif terhadap tingkat keanekaragaman fauna, sedangkan suhu serta intensitas
cahaya sebaliknya.
23
Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Singkawang. Jurnal Protobiont. 2(2): 93-101.
Maysaroh. 2011. Hubungan kualitas bahan organik tanah dan laju respirasi tanah
dibeberapa lahan budidaya [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Mukrin, Yusran, Toknok B. 2019. Populasi fungi dan bakteri tanah pada lahan
agroforesti dan kebun campuran di Ngata Katuvia Dongi-Dongi
Kecamatan Palolo Sulawesi Tengah. Jurnal Forest Sains. 16(2): 77-84.
Nasution NAP, Yunaini S, Niswati, Dermiyati. 2013. Respirasi tanah pada
sebagian lokasi di Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Jurnal
Agrotek Tropika. 3(3): 427-433.
Nurhayati, Fahri, Annawaty. 2017. Keanekaragaman makrofauna tanah pada
lubang resapan biopori yang diisi media limbah kulit buah kakao. Jurnal
Biocelebes. 1 (1): 30-39.
Nurrohman E, Rahardjanto A, Wahjuni S. 2015. Keanekaragaman makrofauna
tanah di kawasan perkebunan coklat (Theobroma cacao L.) sebagai
bioindikator kesuburan tanah dan sumber belajar biologi. Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia. 1(2): 197-208.
Nurrohman E, Rahardjanto A, Wahyuni S. 2018. Studi hubungan keanekaragaman
makrofauna tanah dengan kandungan C-organik dan organophosfat tanah
di perkebunan cokelat (Theobroma cacao L.) Kalibaru Banyuwangi.
Jurnal Bioeksperimen. 4(1): 1-10.
Prayoga K, Saptowati H. 2016. Penyelidikan struktur dan karakteristik tanah
untuk desain iradiator gamma kapasitas 2 MCI. Jurnal Perangkat Nuklir.
10(1): 30-50.
Pujiati. 2014. Isolasi actinomycetes dari tanah kebun sebagai bahan petunjuk
praktikum mikrobiologi. Jurnal Florea. 1(2): 42-46.
Pujiati, Purwati E, Lukitasari M. 2015. Analisis keanekaragaman dan identifikasi
Algae mikroskopis persawahan di Manguharjo Kota Madiun. Jurnal
Biologi Sains. 16(7): 754-760.
Purwatisari S, Hastuti RB. 2010. Uji antagonisme jamur pathogen phytophthora
infestans penyebab penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang
dengan trichoderma spp. Isolate local. Jurnal Bioma. 11(1): 24-32.
Putri F. 2017. Uji viabilitas bakteri asam laktat dari usus itik (Anas domesticus)
pada media molases, garam fisiologis dan kombinasinya sebagai probiotik
[skripsi]. Lampung(ID): Universitas Lampung.
Putri MD, Baskoro DPT, Tarigan SD, Wahjunie ED. 2017. Karakteristik beberapa
sifat tanah pada berbagai posisi lereng dan penggunaan lahan di DAS
Ciliwung Hulu. Jurnal Teknik Lingkungan. 19(2): 81-85.
Putri YW, Putra AE, Utama BU. 2018. Identifikasi dan karakteristik bakteri asam
laktat yang diisolasi dan vagina wanita usia subur. Jurnal Kesehatan
Andalas. 1(8): 20-22.
Ramadhani R. 2015. Distribusi bakteri nitrifikasi (Nitrosomonas dan Nitrobacter)
di Muara Sungai Tallo, Makassar [skripsi]. Makasssar(ID): Universitas
26
Hasanuddin.
Sabdaningsih A, Budiharjo, Kusdiyantini E. 2013. Isolasi dan morfologi koloni
bakteri isolasi alga merah (Rhodophyta) dan Perairan Kutuh Bali. Jurnal
Biologi. 2(2): 1-7.
Sari WE. 2012. Isolasi dan identifikasi mikroalga (cyanophyta) dari tanah
persawahan kampung Sampora, Cibinong, Bogor [skripsi]. Jakarta(ID):
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah.
Septiana BL, Agriyanti, Jiwintarum Y. 2017. Most probable number (MPN)
kallform dengan variasi volume media lactose broth single strength
(LBSS) dan lactose broth double strength (LBDS). Jurnal Agriculture.
11(1): 11-17.
Siregar SR, Zuraida, Zuyasna. 2017. Pengaruh kadar air kapasitas lapang terhadap
pertumbuhan beberapa genotipe M3 kedelai (Glycine max L. Meer). Jurnal
Floratek. 12(1): 10-20.
Suheriyanto D. 2012. Keanekaragaman fauna tanah di Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru sebagai bioindikator tanah bersulfur tinggi. Jurnal
Saintis. 1(2): 29-38.
Susilowati, Mustoya, Eriandra B, Anggara RCW, Simajuntak BH. 2013. Analisis
kesuburan tanah dengan indikator mikroorganisme tanah pada berbagai
system penggunaan lahan di Plateau Dieng. Jurnal Agriculture. 25(1): 64-
72.
Swift. 2017. Decomposition in Tyrestrial Ecosystem. Oxford(US): Blackwell.
Wahyuni D, Ronal P, Mardiyah S. 2019. Isolasi dan identifikasi fungi endofit
tumbuhan sarathan (Peperomia pellacida L. Kunt) pendidikan Biologi
Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember. Indonesian
Journal of Biotechnology and Biodiversity. 3(1): 8-20.
Vicca S, Janssens IA, Wong SC, Cermusak LA, Farquhar GD. 2010. Zea mays
rhizosphere respiration, but not soil organic matter decomposition was
stable across a temperature gradient. Soil Bio Biochem. 42(1): 2030-2033.
Wibowo C, Slamet SA. 2017. Keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai
tipe tegakan di areal bekas tambang silika di Holcim Educational Forest,
Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Silvikultur Tropika. 8(1): 26-34.
Widayati E. 2013. Pentingnya keragaman fungsional organisme terhadap
produktivitas lahan. Jurnal Tekno Hutan Tanaman. 6(1): 29-37.
Widyastuti R, Ed-har AA, Djajakirana G. 2017. Isolasi dan identifikasi mikroba
tanah pendegradasi selulosa dan pektin dari rhizosfer Aquiliria
malaccensis. Jurnal Tanah dan Lahan. 1(1): 58-64.
Yusnaini S, Niswati A, Buchori H, Pangestuning E. 2017. Pengaruh system olah
tanah dan aplikasi herbisida terhadap respirasi tanah pada lahan
pertanaman jagung (Zea mays). Jurnal Agrotek Tropika. 5(2): 113-117.
27
LAMPIRAN
Gambar 2 Pohon rambutan (kiri) dan pohon petai (kanan) pada tanah sampah
28
Penetapan Populasi Mikrob Tanah (Metode Cawan Hitung)
29
Penetapan Populasi Bakteri Nitrosomonas dan Algae dengan Metode MPN
1
ƩSel = Nilai MPN x FP
Populasi Nitrosomonas tanah sampah:
Nilai MPN = 2,5
1
ƩSel = 2,5 × = 2,5 × 103 sel
10−3
Populasi Algae tanah sampah
Nilai MPN = 9,5
1
ƩSel = 9,5 x 10−3
3
ƩSel = 9,5 x 10 sel
Gambar 7 Pertumbuhan Algae tanah sampah minggu ke-1 pada kontrol, FP 10-3,
10-4, dan 10-5 (dari kiri)
30
Gambar 8 Pertumbuhan Algae tanah sampah minggu ke-2 pada kontrol, FP 10-3,
10-4, dan 10-5 (dari kiri)
Respirasi Tanah
Tanah sampah
Volume HCl yang ditambahkan = Volume akhir – Volume awal
V HCl indicator PP = 29 ml – 27,6 ml = 1,4 ml HCl
V HCl indicator MO = 36,1 ml – 29 ml = 7,1 ml HCl
(7,1 ml−4,3 ml) x 0,1 N x 120
Respirasi Tanah =
7 hari
= 4,8 mg C-CO2 /kg tanah/hari
Fauna Tanah
Tanah Sampah
1. Rata-Rata Jumlah Individu (IS)
Hymenoptera
jumlah fauna hari selasa + rabu + jumat
IS =
banyaknya hari
14 + 15 + 10
IS = = 13 Individu
3
2. Jumlah Individu (N)
Hymenoptera
IS
N =
A
13 Individu
N =
(0,1 m)2 × 3.14
13
N = = 414 I/m2
0.0314
3. Indeks Keragaman (H’)
ni ni
H’ = − ∑si=1 [( ) ln ( )]
n n
Hymenoptera
13 13
H’ = − [( ) ln (52.5)]
52.5
H’ = 0.346
31
H’ tanah sampah = 0.316 + 0.346 + 0.124 + (0.269×2) + (0.075×3) + 0.124
H’ tanah sampah = 1.67
32