Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM TSL-240 BIOLOGI TANAH

Oleh :

Kelompok 3 (Tanah Sampah)

Octaviana Randrikasari (A14180017)


Dini Mardiani (A14180019)
Alfina Rizki Rachmani (A14180026)
Stephanie Alvira (A14180034)
Fitri Damayanti (A14180052)
Andra Septina Rachendra (A14180065)
Ruhut Sialagan (A14180072)
Dwianto Kurnia Akbari (A14180083)
Muhammad Maulana Matin (A14180084)

Dosen
Ir. Fahrizal Hazra, MSc
Dr. Rahayu Widyastuti, MSc

Asisten Praktikum
1. Lusiana Adriani
2. Andre Novrialdi Yusnizar
3. Muhammad Anggi Imaduddin

BAGIAN BIOTEKNOLOGI TANAH


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Akhir Praktikum TSL-240 Biologi Tanah tepat waktu. Laporan praktikum ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Tanah (TSL-240) Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata,
melainkan juga atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami
ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
terselesaikannya laporan ini, diantaranya:
1. Ir. Fahrizal Hazra, MSc. selaku dosen koordinator praktikum mata kuliah
Biologi Tanah (TSL-240) yang telah memberikan banyak pengetahuan dan
dukungan.
2. Lusiana Adriani, Andre Novrialdi Yusnizar, dan M. Anggi Imaduddin
selaku asisten praktikum kami yang telah membantu dalam praktikum dan
memberi masukan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami selaku tim penulis menerima dengan terbuka semua kritik dan saran
yang membangun agar bisa menjadi evaluasi di kemudian hari. Kami berharap
semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua dan bermanfaat bagi pembaca
terutama untuk lebih memahami mata kuliah Biologi Tanah dan menjadi
referensi.

Bogor, 9 Mei 2020

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
METODOLOGI 5
Alat dan Bahan 5
Metode 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Pengambilan dan Persiapan Contoh Tanah 9
Penetapan Populasi Mikrob Tanah (Metode Cawan Hitung) 12
Pengamatan Morfologi Sel Bakteri dan Fungi 14
Penetapan Populasi Bakteri Nitrosomonas dan Algae dalam Tanah dengan
Metode MPN 17
Respirasi Tanah 18
Fauna Tanah 20
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 28

iii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Daftar Tabel

Nomor Teks Halaman


1 Kadar air kering udara 9
2 Kadar air kapasitas lapang 9
3 Jumlah air yang ditambah untuk mencapai kapasitas lapang 9
4 Keanekaragaman hayati tanah kebun 10
5 Keanekaragaman hayati tanah rumput 10
6 Keanekaragaman hayati tanah sampah 11
7 Populasi total mikrob tanah 13
8 Populasi total fungi tanah 13
9 Pengamatan makroskopik morfologi sel fungi dan bakteri 14
10 Pengamatan mikroskopik morfologi sel bakteri 15
11 Jumlah sel Nitrosomonas 17
12 Jumlah sel Algae 17
13 Volume HCl yang ditambahkan 19
14 Respirasi tanah 19
15 Jumlah dan keragaman fauna tanah 21

Daftar Gambar

Nomor Teks Halaman


1 Makrofauna tanah sampah 28
2 Pohon rambutan dan pohon petai pada tanah sampah 28
3 Morfologi sel bakteri pada tanah sampah 29
4 Morfologi sel fungi pada tanah sampah 29
5 Pertumbuhan Nitrosomonas tanah sampah minggu ke-1 30
6 Pertumbuhan Nitrosomonas tanah sampah minggu ke-2 30
7 Pertumbuhan Algae tanah sampah minggu ke-1 30
8 Pertumbuhan Algae tanah sampah minggu ke-2 31
9 Contoh fauna tanah rumput 32

iv
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu habitat organisme atau ekosistem tempat


makhluk hidup berkembang biak. Tanah tersusun atas bahan organik dan mineral.
Fauna tanah terdiri atas mikroorganisme, mesoorganisme, dan makroorganisme
yang memiliki keanekaragaman, antara lain fungi, bakteri, Nitrosomonas, dan
algae. Jumlah dan aktivitas fauna tanah menjadi aspek penting sebagai indikator
biologis dalam menentukan kesuburan tanah karena fauna tanah berperan dalam
dekomposisi bahan organik tanah. Jumlah dan aktivitas organisme dalam tanah
bergantung pada kandungan bahan organik, kelembapan, tingkat aerasi, suhu, pH,
dan pengolahan. Faktor-faktor biotik dan abiotik menjadi faktor pendukung
maupun faktor pembatas bagi organisme. Pengambilan contoh tanah dilakukan
pada tiga jenis penggunaan lahan berbeda agar dapat dibandingkan sekaligus
mengobservasi secara langsung kondisi sekitar tempat pengambilan sampel
menggunakan metode komposit. Kadar air dipertahankan sebesar 75% kadar air
kapasitas lapang, sehingga mikrob tidak mati. Dengan melakukan hal tersebut kita
bisa mengamati beberapa hal dari mikrob tanah seperti populasi, respirasi dan
keanekaragaman.
Jumlah mikrob dalam tanah dapat ditentukan melalui perhitungan populasi
mikrob melalui metode cawan hitung dan MPN (most probably number). Metode
cawan hitung digunakan untuk pendugaan jumlah populasi secara langsung
melalui koloni yang terbentuk dari media biakkan murni, seperti fungi dan
bakteri. Mikrob tanah tidak semuanya hidup berkoloni, contohnya Algae dan
Nitrosomonas, metode MPN yang relevan digunakan untuk menghitung
populasinya. Metode cawan hitung sekaligus dapat digunakan dalam mengamati
koloni secara makroskopis. Pengamatan morfologi sel secara mikroskopis dari
juga perlu dilakukan agar dapat memudahkan identifikasi dan klasifikasi jenis
organisme sesuai filogeninya. Aktivitas mikrob tanah penting untuk diamati
melalui CO2 yang dihasilkan atau O2 yang digunakan untuk mengevaluasi
kemampuam dari biodegradasi karbon melalui perhitungan respirasi tanah.
Jumlah dan aktivitas mesofauna dan makrofauna tanah tidak kalah penting. Setiap
jenisnya dijadikan bioindikator karena keberadaan fauna tanah sangat bergantung
dengan faktor biotik dan abiotik tanah. Keberadaan atau jumlah dan aktivitas
makrofauna tanah dapat meningkatkan aerasi, infiltrasi air, agregasi tanah, serta
mendistribusikan bahan organik tanah yang berimplikasi pada kesuburan tanah.
Setiap jenis lahan menetukan keanekaragaman fauna tanahnya.
Berdasarkan ukuran tubuhnya, fauna tanah dapat dibedakan menjadi empat
kelompok yaitu Mikrofauna dengan diameter tubuh 0.02-0.2 mm, Mesofauna
dengan diameter tubuh 0.2-2 mm, makrofauna dengan diameter tubuh 2-20 mm.
Setiap jenis grup fauna tanah dapat dijadikan bioindikator karena keberadaan

1
fauna tanah sangat bergantung dengan faktor biotik dan abiotik tanah. Keberadaan
atau jumlah dan aktivitas makrofauna tanah dapat meningkatkan aerasi, infiltrasi
air, agregasi tanah, serta mendistribusikan bahan organik tanah yang berimplikasi
pada kesuburan tanah.

Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang dibangun, praktikum ini memiliki


beberapa tujuan:
• Mengambil contoh tanah secara komposit dari beberapa titik yang
ditentukan, serta menetapkan kadar air kering udara, kadar air kapasitas
lapang dan mengamati biodiversitas tanah di lapang,
• Menetapkan jumlah populasi mikrob didalam tanah kebun, tanah sampah,
dan tanah rumput,
• Mengetahui morfologi bakteri dan fungi pada tiga jenis tanah,
• Menghitung populasi Nitrosomonas dan Algae di dalam tanah
menggunakan metode MPN,
• Menetapkan pengukuran respirasi tanah untuk menentukan tingkat
aktivitas mikroorganisme tanah,
• Mengetahui jumlah dan keragaman fauna tanah pada tiga tutupan lahan
yang berbeda.

2
TINJAUAN PUSTAKA

Contoh tanah merupakan suatu volume massa tanah yang diambil dari
suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu
disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium
(Prayoga dan Saptowati 2016). Tanah mengandung berbagai jenis organisme
tanah yang dapat mengendalikan proses daur nutrisi, dinamika struktur tanah
degradasi polutan tanah dan lain-lain yang mempengaruhi dinamika populasi
tumbuhan yang tumbuh di atasnya. Kadar air tanah adalah jumlah air yang dapat
ditahan per satuan volume atau berat tanah.
Isolasi mikroba dilakukan dengan metode cawan hitung dengan membuat
seri pengenceran. Pengenceran 10-3–10-5 digunakan untuk mengisolasi fungi,
sedangkan pengenceran 10-4–10-7 digunakan untuk menumbuhkan dan
mengisolasi bakteri. Pemurnian (purification) bertujuan agar diperoleh biakan
murni yang diinginkan tanpa ada kontaminan dari mikroba lain. Pemurnian isolat
bakteri dilakukan dengan cara memindahkan bakteri ke media Nutrient Agar (NA)
sedangkan pemurnian isolat fungi dilakukan ke dalam media Potato Dextrase
Agar (PDA) atau Martin Agar (Widyastuti et al. 2017). Suatu media dapat
menumbuhkan mikroorganisme dengan baik bila memenuhi persyaratan antara
lain kelembaban yang cukup, pH yang sesuai, kadar O2 baik, media steril, dan
mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme.
Pengamatan morfologi mikroba tanah salah satunya pada bakteri dan fungi
perlu dilakukan diantaranya adalah dengan mengamati hifa, warna dan bentuk
spora serta ada tidaknya sekat pada hifa (Hamidiyati 2010). Teknik dalam melihat
morfologi bakteri, yakni pewarnaan gram yang dibagi menjadi bakteri gram
positif dan negatif. Hasil pewarnaan akan menunjukkan bakteri gram positif
setelah pengecatan berwarna ungu dan bakteri gram negatif akan kembali tidak
berwarna setelah dekolorisasi dan warnanya sesuai zat kontras yang diberikan
setelah dekolorisasi (Putri et al. 2018). Bentuk bakteri yang ada di alam bisa
berupa kokus, spiral, basil (batang) maupun koma yang membentuk suatu koloni.
Elevasi pada bakteri dan fungi dapat dilihat dari isolatnya, biasanya berbentuk
datar, cekung, cembung, pulvinate, umbanate atau plateau. Bentuk koloni bakteri
dan fungi bisa irregular, regular, bulat (circular) atau rhizoid (Sabdaningaih et al.
2013).
Populasi mikroba tanah yang terdiri atas Algae, bakteri, fungi dan
aktinomisetes pada permukaan dan lapisan olah tanah dapat mencapai puluhan
juta setiap gram tanah, yang merupakan bagian integral dan pembentuk kesuburan
tanah. Tersedianya unsur hara yang cukup, pH tanah yang sesuai, aerasi dan
drainase yang baik, serta sumber energi yang cukup adalah beberapa faktor yang
harus dipenuhi agar mikroorganisme tanah dapat tumbuh dan berkembang
(Susilawati et al. 2013).

3
Bakteri Nitrosomonas termasuk golongan bakteri gram negatif dan bentuk
sel bulat. Bakteri ini memiliki morfologi bentuk bulat, tepian licin, elevasi
cembung dan berwarna bulat, bersifat aerob, motil, katalase urea dan memiliki
reaksi positif. Nitrosomonas berperan dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion
nitrat. Nitrosomonas tergolong ke dalam bakteri kemoautotrof obligat. Secara
umum, Algae terbagi ke dalam dua jenis, yaitu makroalga dan mikroalga.
Mikroalga adalah organisme mikroskopis dan dapat diklasifikasikan ke dalam
ganggang biru-hijau (Cyanophyta). Nutrient yang paling penting untuk
pertumbuhan Algae antara lain nitrogen dan fosfor (Pujiati et al. 2015).
Metode Most Probable Number (MPN) merupakan metode enumerasi
mikroorganisme yang datanya didapat dari hasil pertumbuhan mikrob pada
medium cair spesifik dalam tabung yang dari sampel padat maupun cair
berdasarkan jumlah sampel dan diencerkan menurut tingkat seri pengencerannya
(Hildebrant dan Schott 2011). Prinsip utama dari metode MPN adalah
mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi
mikrob yang sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi
pertumbuhan tabung positif.
Adanya mikroba dan organisme lain yang terkandung dalam tanah
menjadikan adanya aktivitas respirasi tanah yang menunjukkan salah satu
indikator dari aktivitas biologi tanah. Penetapan respirasi tanah berdasarkan
jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan jumlah O2 yang
digunakan. Semakin tinggi populasi mikroorganisme maka aktivitas
mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik akan tinggi, sehingga
produksi CO2 meningkat.
Fauna di dalam tanah dapat dibedakan berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu
mikrofauna dengan diameter tubuh 0.02-0.2 mm, mesofauna dengan diameter
tubuh 0.2-2 mm contoh nematoda, collembola dan acarina, serta makrofauna
dengan diameter tubuh 2-20 mm contoh cacing, semut, dan rayap (Nurrohman et
al. 2015). Faktor yang mempengaruhi kehidupan biodiversitas tanah diantaranya
adalah faktor lingkungan abiotik yang terdiri dari faktor fisika antara lain tekstur
tanah, struktur tanah, dan faktor kimia antara lain pH, salinitas, kadar bahan
organik dan unsur mineral tanah, sedangkan faktor biotik yang mempengaruhi
antara lain mikroflora dan tanaman. Indeks keanekaragaman jenis dilambangkan
dengan H’ dibagi menjadi tiga golongan menurut Magurran (1987) yaitu nilai
H’>3.5 menunjukkan keanekaragaman spesies adalah tinggi. Nilai H’ 1.5-3.5
menunjukkan keanekaragaman spesies sedang dan nilai H’<1.5 menunjukkan
keanekaragaman spesies rendah. Indeks keanekaragaman merupakan suatu indeks
yang digunakan dalam menghitung keanekaragaman suatu individu dari spesies
atau famili tertentu pada suatu daerah. Semakin tinggi nilai indeks
keanekaragaman suatu daerah, maka akan semakin seimbang antara jenis spesies
dan jumlah individu spesies pada komunitas tersebut (Magurran 1987).

4
METODOLOGI

Alat dan Bahan

Bab Alat Bahan


Cangkul, kantung plastk,
Pengambilan dan label, botol plastik,
Tanah utuh, alkohol 96%,
Persiapan Contoh toples, cawan, plastik,
zeolit, aquadest
Tanah pipa kecil, timbangan,
oven, saringan
Timbangan, shaker, Larutan tanah, larutan
Penetapan Populasi
tabung Erlenmeyer, fisiologis (LF), agar
Mikrob Tanah
tabung reaksi, inkubator, nutrien, agar martin,
(Metode Cawan
cawan petri, bunsen, aquadest, alkohol, tisu,
Hitung)
pipet, autoklaf plastik wrap, streptomycin
Pengamatan Bunsen, pipet botol Kristal violet, aquadest,
Morfologi Sel Bakteri semprot, mikroskop, iodium, alcohol, safranin,
dan Fungi tabung reaksi minyak emersi, tisu
Larutan contoh tanah,
Penetapan Populasi
Tabung reaksi, Bunsen, larutan medium
Bakteri Nitrosomonas
pipet, Erlenmeyer, Nitrosomonas, larutan
dan Algae dalam
timbangan, karet gelang, Algae minus N, Fenol Red,
Tanah dengan Metode
shaker, autoklaf kapas, aquadest, alkohol,
MPN
label
Contoh tanah lembab,
Toples tertutup, buret, aquadest, larutan KOH 0.2
Respirasi Tanah beaker/botol film, pipet, N, larutan HCl, tisu,
Erlenmeyer Phenolphtalein (PP), Metil
Orange (MO), boraks
Pipa paralon besar/
PVC/soil corer, kantong
Sampel tanah, alkohol
plastik, label, corong
Fauna Tanah 70%, Ethylene glycol,
plastik, lampu 40 watt,
label, kain kasa
botol koleksi, mikroskop,
microtube, kain penutup

5
Metode

Pengambilan dan Persiapan Contoh Tanah

I. Ambil tanah Campurkan Contoh tanah


di 5 titik tanah ±1 kg ke Beri label dikeringudara-
secara kantong tanah kan selama 2-
komposit plastik 3 hari

Masukkan ke
Tetapkan Tetapkan
dalam oven
KAKU KAKL
selama 24 jam

Catat vegetasi
Masukkan ke
II. Amati Determinasi di sekitar
dalam alkohol
fauna tanah lab pengambilan
70%
sampel

Penetapan Populasi Mikrob Tanah (Metode Cawan Hitung)

Tambahkan 90 Pipet 1 ml ke
Timbang 10 g Kocok selama
ml LF ke tabung reaksi
contoh tanah 30 menit
Erlenmeyer yang berisi LF

Lakukan Pipet 1 ml Tuang agar


Pipet 1 ml sampai setiap nutrient dan
larutan tanah pengenceran pengenceran agar martin ke
10^-6 ke cawan petri cawan petri

Putar cawan
Inkubasi
perlahan agar Lapisi plastic
selama 4
tersebar wrap
minggu
merata

6
Pengamatan Morfologi Sel Bakteri dan Fungi

Ambil bakteri
Tetesi kristal
dengan alat Bilas dengan
Fiksasi violet, tunggu
yang sudah aquadest
15 menit
disterilkan

Tetesi iodium, Semprot


Bilas dengan Bilas dengan
tunggu 1-3 dengan
aquadest aquadest
menit alkohol

Tetesi
safranin, Bilas dengan Tetesi minyak Amati dengan
tunggu 1-2 aquadest emersi mikroskop
menit

Penetapan Populasi Bakteri Nitrosomonas dan Algae dalam Tanah dengan


Metode MPN

Tambahkan 90 Pipet 1 ml ke
Timbang 10 g Kocok selama
ml LF ke tabung reaksi
contoh tanah 10-15 menit
Erlenmeyer yang berisi LF

Lakukan
Pipet 1 ml sampai Kocok selama Tutup dengan
larutan tanah pengenceran 15 menit kapas
10^-5

I. Pipet 1 ml
II. Pipet 1 ml Inkubasi
larutan ke
larutan ke selama 4
medium
medium Algae minggu
Nitrosomonas

7
Respirasi Tanah

Masukkan
Inkubasi
Timbang 100 beaker
selama 7 hari
g contoh tanah kedalam
(suhu 28°C)
toples tertutup

8.4 ml HCl
Masukkan Pindahkan ke
Tambahkan 2 12N (37%)
KOH ke Erlenmeyer
tetes PP diencerkan
Erlenmeyer 250 ml
menjadi 1 L

Tambahkan Titrasi KOH Titrasi dengan


Tambahkan 3
600 mg +PP dan HCl HCl hingga
tetes MO pada
boraks + 100 (hingga tidak warna kuning
KOH
ml aquadest berwarna) menjadi pink

Keanekaragaman Fauna Tanah

Sampel tanah Masukkan


Ambil sampel Letakkan kain
diambil sampel tanah
tanah di 5 titik kasa 2 mm
dengan pipa ke kantong
secara acak diatas corong
paralon plastik

Masukkan Ekstrasi tanah


Tutup sampel Pasang lampu
sampel tanah dengan
tanah dengan 40 watt 20 cm
kedalam BerleseFunnel
kain di atas pipa
corong Extractor

Letakkan botol
Tingkatkan suhu Identifikasi fauna di
koleksi berisi
30°C ke 60°C secara bawah mikroskop
alkohol 70% di
bertahap 7 hari stereo
bawah corong

8
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan dan Persiapan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan melihat variasi kejadian


hujan dalam mengukur kadar air kapasitas lapang (KAKL), misalnya satu hari
setelah hujan. Contoh tanah diambil dari masing-masing penggunaan lahan di
kedalaman 0-20 cm (Putri et al. 2017). Sampel tanah yang dikering udarakan pada
suhu ruangan akan menetapkan nilai kadar air kering udara (KAKU). Hasil dari
pengurangan KAKL dan KAKU digunakan untuk penentuan jumlah air yang
dibutuhkan untuk tercapainya kapasitas lapang (Siregar et al. 2017).

Tabel 1 Kadar air kering udara

Bobot
Jenis BKU Cawan BKM KAKU Rata-
Ulangan Cawan
Tanah (gram) (gram) (gram) (%) Rata
(gram)
1 6,67 10,03 15,36 8,69 15,42
Kebun 15,098
2 6,67 10,02 15,40 8,73 14,78
1 7,12 10,10 15,55 8,43 19,81
Rumput 19,140
2 7,02 10,07 15,52 8,50 18,47
1 6,48 10,01 15,46 8,98 11,47
Sampah 11,334
2 6,78 10,03 15,80 9,02 11,20

Tabel 2 Kadar air kapasitas lapang

Bobot
Jenis BKU Cawan BKM KAKL Rata-
Ulangan Cawan
Tanah (gram) (gram) (gram) (%) Rata
(gram)
1 6,69 10,01 13,03 6,34 57,86
Kebun 60,806
2 6,80 10,02 12,92 6,12 63,73
1 7,02 10,04 11,97 4,95 102,83
Rumput 88,849
2 6,86 10,02 12,59 5,73 74,87
1 6,69 10,03 12,98 6,29 59,46
Sampah 58,167
2 6,78 10,04 13,18 6,40 56,88

Tabel 3 Jumlah air yang ditambah untuk mencapai kapasitas lapang


Jenis Tanah Ʃ Air (mL)
Kebun 342,807
Rumput 522,825
Sampah 351,251

9
Tabel 4 Keanekaragaman hayati tanah kebun
Nama Ukuran
Ciri-Ciri Jumlah Vegetasi Cuaca
Fauna (cm)
Berbentuk
Cacing Hujan
5-9 memanjang, 2 Sawit
tanah gerimis
silindris, dan licin
Berwarna hitam,
Semut Hujan
0,3 lebih besar dari 2 Sawit
hitam gerimis
semut merah
Semut Kecil dan berbau Hujan
0,2 1 Sawit
merah khas gerimis
Berwarna putih,
Hujan
Rayap 0,1 kecil, pemakan 6 Sawit
gerimis
kayu
Berwarna putih
Hujan
Ulat tanah 3-4 kehitaman, lunak, 2 Sawit
gerimis
dan bergaris-garis
Berwarna hitam,
Semut Hujan
0,3 lebih besar dari 2 Sawit
hitam gerimis
semut merah

Tabel 5 Keanekaragaman hayati tanah rumput


Nama Ukuran
Ciri-Ciri Jumlah Vegetasi Cuaca
Fauna (cm)
Berbentuk
Cacing Hujan
5-6 memanjang, 6 Rumput
tanah gerimis
silindris, dan licin
Tidak bersayap,
Hujan
Laba-laba 0,6 memiliki 8 kaki, 1 Rumput
gerimis
dan 4 pasang mata
Tidak bersayap dan Hujan
Kutu 0,4 2 Rumput
kecil gerimis
Kecil dan berbau Hujan
Semut 0,4 1 Rumput
khas gerimis
Berkaki 6 dan Hujan
Kumbang 0,8 1 Rumput
berwarna hitam gerimis
Berbentuk
ramping, berwarna Hujan
Tomcat 0,5 1 Rumput
kecokelatan, corak gerimis
kemerahan
Ulat tanah 3-4 Berwarna 1 Rumput Hujan

10
kehitaman, lunak, gerimis
dan bergaris-garis
Berbentuk bulat,
Telur Hujan
0,1 kecil, dan berwarna 1 Rumput
cacing gerimis
putih

Tabel 6 Keanekaragaman hayati tanah sampah


Nama Ukuran
Ciri-Ciri Jumlah Vegetasi Cuaca
Fauna (cm)
Berbentuk
Cacing Hujan
12 memanjang, 1 Semak
tanah gerimis
silindris, dan licin
Berbentuk
Petai, Hujan
Cacing 8,5 memanjang, 1
Rambutan gerimis
silindris, dan licin
Berwarna hitam,
Semut Hujan
1 lebih besar dari 1 Rumput
hitam gerimis
semut merah
Berwarna putih
kekuningan, Hujan
Rayap 0,5 1 Semak
pemakan kayu, gerimis
berukuran kecil
Berkaki 6 dan Petai, Hujan
Kumbang 0,5 1
berwarna hitam Rambutan gerimis
Berbentuk agak
Hujan
Semut 0,75 lempeng, berwarna 1 Semak
gerimis
hitam

Hasil pengamatan menunjukkan kadar air kering udara (KAKU) tertinggi


pada tanah rumput dengan rata-rata 19,140%, begitu pula dengan kadar air
kapasitas lapang (KAKL) tertinggi yakni pada tanah rumput dengan rata-rata
88,849%. Menurut Swift (2017), bahan organik berperan dalam merekatkan
partikel tanah sehingga ruang pori semakin banyak. Hal ini menyebabkan air dan
unsur hara dapat ditampung dalam tanah sehingga kadar air pada tanah rumput
tinggi. Bahan organik dapat meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air
(WHC) sehingga semakin tinggi bahan organik maka semakin tinggi kemampuan
menyimpan airnya (Hanafiah 2005). Selain itu, tanah rumput banyak mengandung
cacing tanah yang menyebabkan tanah menjadi subur dan aerasi tanahnya bagus,
Kotoran cacing (casting) memiliki kandungan nutrisi yang sama dengan bahan
organik. Kadar air tanah pada tanah rumput cukup tinggi pada kondisi kapasitas

11
lapang sesuai untuk aktivitas cacing tanah untuk memperbaiki kesburan tanah
secara alami (Subowo 2011).
Hasil pengamatan biodiversitas di tiga jenis penggunaan lahan yang
berbeda diantaranya tanah kebun (sawit), tanah rumput, dan tanah sampah,
diperoleh jumlah fauna tanah sawit 13 ekor dan fauna tanah paling dominan
adalah rayap. Fauna tanah yang terdapat di tanah rumput berjumlah 14 ekor, yang
paling dominan yakni cacing tanah. Tanah sampah memiliki 7 ekor fauna tanah
dan dominan semut. Kehidupan fauna tanah sangat bergantung pada habitatnya,
karena keberadaan dan kepadatan suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat
ditentukan oleh keadaan daerah tersebut dengan kata lain sangat tergantung dari
faktor lingkungan (Suheriyanto 2012).
Tanah sawit yang merupakan daerah bervegetasi kelapa sawit biasanya
memiliki kandungan bahan organik yang semakin meningkat dengan semakin tua
umur kelapa sawit sehingga faunanya beragam. Tanah rumput yang merupakan
tanah dibawah tumbuhnya rumput yang memiliki fauna dengan jumlah banyak
dan beragam karena umumnya kelimpahan makrofauna tanah disebabkan oleh
adanya tanaman penutup (Nurrohman et al. 2018). Tanah sampah memiliki fauna
yang rendah karena pada lokasi pengambilan sampel tanah merupakan area
pijakan kaki, sehingga minimum bahan organik. Vegetasi pada tanah sampah
seperti petai, cabai, dan rambutan tidak mampu menghalangi cahaya masuk
menuju permukaan tanah sehingga intensitas cahaya yang diterima tinggi
(Wibowo dan Slamet 2017). Selain itu, dengan bercampurnya jenis sampah antara
organik dan anorganik dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya fauna tanah
akibat tanah tersebut tercemar, dan juga dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan
kimia tanah yang mendukung keberlangsungan fauna tanah (Djuna 2013).
Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam
menentukan penyebaran dan kepadatan makrofauna tanah. Kondisi vegetasi yang
beragam mempengaruhi tingkat keanekaragaman makrofauna tanah melalui
penyediaan serasah sebagai pakan. Nilai keanekaragaman jenis makrofauna tanah
cenderung meningkat pada suhu tanah yang rendah dan memiliki tajuk rapat.
Populasi makrofauna tanah akan menurun dengan semakin tingginya intensitas
cahaya yang masuk. Bahan organik tanah merupakan sumber makanan utama
makrofauna sehingga kandungan bahan organik mempengaruhi keberadaan
makrofauna tanah (Wibowo dan Slamet 2017).

Penetapan Populasi Mikrob Tanah (Metode Cawan Hitung)

Penetapan jumlah total mikrob dan fungi di dalam tanah dilakukan dengan
metode cawan hitung. Perhitungan ini menggunakan colony counter pada jumlah
bakteri dan fungi yang tumbuh dalam media. Prinsipnya adalah perhitungan
secara tidak langsung yang didasarkan anggapan bahwa setiap sel yang dapat
hidup akan berkembang menjadi suatu koloni (Mukrin et al. 2018). Faktor

12
pengenceran yang digunakan adalah 10-4 dan 10-5 untuk fungi serta 10-5 dan 10-6
untuk total miktob tanah. Pengenceran bertingkat bertujuan memperkecil jumlah
mikroba yang tersuspensi didalamnya dan melihat perbedaan mikrob serta fungi
yang tumbuh.

Tabel 7 Populasi total mikrob tanah


Jenis Hari ke Rata-Rata Rata-Rata
FP Ulangan ∑ Sel CFU/BKM
Tanah 3 5 7 ∑ Sel CFU/BKM
1 11 23 23 2,3 × 106
10-5 2,3 × 106 529695
Tanah 2 18 32 43 4,3 × 106
2632423
kebun 1 1 2 55 5,5 × 107
10-6 2,9 × 10 7
4735152
2 3 4 4 4 × 106
1 2 6 10 1 × 106
10-5 1,1 × 106 174375
Tanah 2 1 6 13 1,3 × 106
1830933
rumput 1 15 20 33 3,3 × 107
10-6 2,3 × 10 7
3487491
2 5 13 13 1,3 × 107
1 0 0 2 2 × 105
10-5 8 × 105 126084
Tanah 2 8 12 14 1,4 × 106
1284476
sampah 1 7 15 22 2,2 × 107
10-6 1,5 × 10 7
2442868
2 2 5 9 9 × 106

Tabel 8 Populasi total fungi tanah


Jenis Hari ke Rata-Rata Rata-Rata
FP Ulangan ∑ Sel CFU/BKM
Tanah 3 5 7 ∑ Sel CFU/BKM
1 0 0 2 2 × 104
10-4 1,7 × 105 26485
Tanah 2 0 5 31 3,1 × 105
85473
kebun 1 0 7 16 1,6 × 106
10-5 9 × 10 5
144462
2 0 2 2 2 × 105
1 3 15 26 2,6 × 105
10-4 2,1 × 105 31842
Tanah 2 4 11 16 1,6 × 105
137225
rumput 1 2 8 19 1,9 × 106
10-5 1,6 × 10 6
242608
2 2 8 13 1,3 × 106
1 6 31 46 4,6 × 105
10-4 4,9 × 105 77226
Tanah 2 12 31 52 5,2 × 105
200158
sampah 1 4 13 18 1,8 × 106
10-5 2,1 × 10 6
323089
2 7 16 23 2,3 × 106

Hasil penetapan jumlah total mikrob tanah terbanyak berada pada tanah
kebun pengenceran 10-6. Menurut Fitria et al. (2014), tanah kebun memiliki
kandungan air yang tinggi karena tingginya bahan organik sehingga tanah mampu
menyimpan air dalam jumlah besar. Suplai makanan dan lingkungan mendukung

13
perkembangan dari mikroba tanah. Sementara itu, hasil penetapan jumlah total
fungi tanah terbanyak terdapat di tanah sampah pengenceran 10-5. Menurut Kadri
et al. (2015), semakin tinggi tingkat pengenceran maka semakin rendah jumlah
fungi yang tumbuh dalam media. Sel mikroorganisme dalam suspensi akan
tumbuh menjadi koloni. Koloni fungi berwarna putih menunjukkan hifa jamur
(Almundy 2011). Menurut Arisandi et al. (2017), suatu koloni bakteri dan fungi
tidak semua sel dapat bertahan hidup tergantung faktor lingkungan yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan.
Larutan fisiologis merupakan media terbaik untuk menjaga ketahanan
hidup isolate mikroba karena NaCl berfungsi menjaga keseimbangan ion sel
mikroba (Putri 2017). Pemberian streptomycin pada agar martin bertujuan
menghambat pertumbuhan bakteri. Sekitar 70% dari antibiotik yang ditemukan,
actinomycetes terutama streptomycetes paling banyak digunakan. Zat anti
microbial yang dihasilkan mikroorganisme tertentu bisa berperan sebagai anti
bakteri atau fungi (Pujiati 2014).

Pengamatan Morfologi Sel Bakteri dan Fungi

Morfologi sel bakteri dan fungi dilakukan dengan memurnikan selnya


pada media agar biakkan. Bentuk koloni, warna, tepian, dan elevasi fungi dan
bakteri pada media biakkan diamati secara makroskopis. Morfologi sel bakteri
diamati lebih lanjut secara mikroskopis untuk memudahkan pengklasifikasiannya.
Pengamatan sel bakteri dilakukan dengan pewarnaan gram, kemudian bakteri
dapat dibedakan menjadi bakteri gram positif akan berwarna ungu disebabkan
warna kristal violet-iodin tetap bertahan dalam sel karena peptidoglikannya tebal.
Bakteri gram negatif akan memiliki warna merah muda sebab kompleks tersebut
larut saat diberikan pemucatan dengan alkohol sehingga warna safranin yang
terambil dan peptidoglikannya lebih tipis (Fitri dan Yasmin 2011).

Tabel 9 Pengamatan makroskopik morfologi sel fungi dan bakteri


Jenis Konsentrasi Jenis Ukuran
Ulangan Warna Konsistensi Elevasi
Tanah Larutan Koloni (cm)
1 Bakteri Hitam 0,1-1,0 Tidak berlendir Convex
10-5
2 Bakteri Hijau 0,4-0,6 Tidak berlendir Fulvinate
1 Bakteri Hijau 2,5 Tidak berlendir Flat
10-6
Tanah 2 Bakteri Putih 2,5 Tidak berlendir Convex
kebun 1 Fungi Hijau 0,5-1,8 Tidak berlendir Convex
10-4
2 Fungi Putih 1,5 Tidak berlendir Convex
1 Fungi Hitam 0,1-0,8 Tidak berlendir Convex
10-5
2 Fungi Putih 0,2 Tidak berlendir Flat
1 Bakteri Hitam 0,5 Tidak berlendir Cekung
Tanah 10-5
2 Bakteri Bening 0,7 Tidak berlendir Convex
rumput -6
10 1 Bakteri Bening 1,0 Tidak berlendir Convex

14
2 Bakteri Hijau 0,6 Tidak berlendir Flat
1 Fungi Hitam 0,5-2,0 Tidak berlendir Raised
10-4
2 Fungi Putih 2,2-5,5 Tidak berlendir Raised
1 Fungi Pink 2,0 Tidak berlendir Convex
10-5
2 fungi Putih 2,4 Tidak berlendir Convex
1 Bakteri Putih 0,6 Berlendir Convex
10-5
2 Bakteri Putih 1,2 Berlendir Convex
1 Bakteri Putih 1,3 Berlendir Convex
10-6
2 Bakteri Putih 0,9 Berlendir Convex
Tanah Putih
1 Fungi 0,5-1,3 Tidak berlendir Fulvinate
sampah kecoklatan
10-4
Putih
2 Fungi 2,0-5,9 Tidak berlendir Convex
kehitaman
1 Fungi Putih susu 6,2 Tidak berlendir Convex
10-5
2 Fungi Putih susu 1,2-5,5 Tidak berlendir Cekung

Tabel 10 Pengamatan mikroskopik morfologi sel bakteri


Jenis
Nama Bakteri Gram Bentuk Gambar Perbesaran Foto
Tanah

Streptococcus Negatif Kokus 40 × 10


Tanah
kebun
Streptobacillus Negatif Basil 40 × 10

Kokus
(koloni
Sarcina Negatif 100 × 10
berbentuk
Tanah kubus)
rumput
Kokus
Diplococcus Positif (berkoloni 100 × 10
dua-dua)

Staphylococcus Negatif Kokus 40 × 10


Tanah
sampah
Monobacillus Negatif Basil 40 × 10

15
Hasil pengamatan koloni bakteri pada media agar yang sudah diisolasi
selama tujuh hari menunjukkan pertumbuhan bakteri yang berbeda-beda dengan
panjang diameternya antara 0,1-2,5cm. Bentuk atau elevasi koloni bakteri
didominasi dengan convex atau cembung dengan warna hitam, hijau, putih, dan
bening. Koloni bakteri berwarna hitam kemungkinan mengalami kontaminasi,
menurut Marista et al. (2013) warna koloni bakteri pada media agar akan terlihat
bening atau putih susu. Perbedaan karakter koloni mungkin akibat masuknya
mikroorganisme lain saat melakukan isolasi atau media yang tidak steril.
Pengamatan yang dilakukan Marista et al. (2013) juga memperlihatkan bahwa
sebagian besar koloni bakteri secara makroskopis memiliki elevasi cembung.
Pengamatan koloni fungi secara makroskopis dilakukan dengan miselium
yang tumbuh pada isolat dengan media martin agar. Elevasinya didominasi
cembung dengan ukuran 0,5 cm sampai 6,2 cm. Ukuran koloni fungi
memperlihatkan adanya kompetisi antara berbagai jamur yang tumbuh. Jamur
antagonis akan tumbuh lebih cepat mengungguli jamur yang diisolasi dalam
penguasaan ruang sehingga pertumbuhan jamur lain terdesak di sepanjang tepi
koloni (Purwatisari dan Hastuti 2010). Penelitian yang dilakukan Wahyuni et al.
(2019) menunjukkan bahwa sebagian besar fungi mempunyai elevasi tidak rata.
Warna koloni fungi bergantung hifa yang dibentuknya. Konsistensi koloni bakteri
umumnya berlendir dan fungi tidak menghasilkan lendir (Widayati 2013).
Pengamatan menyatakan hasil berbeda yakni sebagian besar bakteri pada isolat
tidak memiliki lendir. Perbedaan dengan pengamatan dapat terjadi karena
pengamatan dilakukan secara makroskopis sehingga setiap orang pengamat bisa
memiliki interpretasi berbeda-beda (subyektif).
Morfologi bakteri dalam percobaan ini dilakukan dengan metode
pewarnaan gram untuk membedakan bakteri gram positif dan gram negatif.Hasil
pewarnaangram menunjukkan pada tanah terdapat bakteri berbentuk kokus dan
basil dengan gram negatif berwarna merah sesuai penelitian Fitri dan Yasmin
(2011) bahwa di alam sebagian besar bakteri bersifat gram negatif berbentuk
kokus dan basil. Bakteri positif ada di tanah rumput berupa kokus berwarna ungu
dengan genus Diplococcus. Aktivitas bakteri dipengaruhi oleh beberapa hal antara
lain jarak bakteri dengan akar tanaman, kandungan bahan organik, pH, nilai
karbon atau nisbah C/N dan kandungan oksigen.
Bakteri yang ditemukan pada isolat keseluruhan membutuhkan oksigen
untuk hidup (bakteri aerob) dipengaruhi oleh proses pengambilan contoh tanah
yang hanya sampai kedalaman 20 cm sehingga bakteri yang ada pada contoh
tanah adalah bakteri aerob. Genus bakteri yang dapat hidup di berbagai jenis
penggunaan lahan menurut Marista et al. (2013) dalam penelitiannya adalah
genus Bacillus yang mempunyai kemampuan untuk membentuk endospora pada
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan sehingga pada pengamatan dapat
ditemukan bakteri basil, sedangkan Staphylococcus sebagai bakteri yang aerob

16
sehingga sangat mungkin ditemukan dalam contoh tanah yang diambil
berdasarkan penjabaran sebelumnya

Penetapan Populasi Bakteri Nitrosomonas dan Algae dalam Tanah Dengan


Metode MPN

Perhitungan dalam praktikum MPN ini berdasarkan pada jumlah tabung


reaksi positif, yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu
tertentu. Metode yang dilakukan, yaitu dengan pengenceran pada sampel yang
diamati sesuai dengan derajat kontaminasinya. Dengan demikian, setelah
dilakukan inkubasi terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung yang dinyatakan
sebagai tabung positif sedangkan lainnya adalah negatif (Ramadhani 2015).
Metode perhitungan MPN sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung
jumlah mikroorganisme dalam tanah seperti bakteri dan Algae.

Tabel 11 Jumlah sel Nitrosomonas


Jenis Ulangan Nilai
Pengenceran ∑ Sel
Tanah 1 2 3 MPN
-3
10 + + +
Tanah
10 -4
– + – 11,5 11,5 × 103
kebun
10 -5
– + +
10 -3
– + +
Tanah
10 -4
– + + 4,0 4 × 103
rumput -5
10 + + +
-3
10 + + +
Tanah
10 -4
– – – 2,5 2,5 × 103
sampah
10 -5
– – –

Tabel 12 Jumlah sel Algae


Jenis Ulangan Nilai
Pengenceran ∑ Sel
Tanah 1 2 3 MPN
10-3 + + +
Tanah
10-4 + + + 140 140 × 103
kebun
10-5 + + +
10-3 + + +
Tanah
10-4 + + + 140 140 × 103
rumput
10-5 + + +
10-3 + + +
Tanah
10-4 + – + 9,5 9,5 × 103
sampah
10-5 – – –

17
Hasil praktikum menunjukan jumlah Nitrosomonas selama empat minggu
menunjukan bahwa tanah kebun memiliki jumlah sel tertinggi dengan nilai MPN
sebesar 11,5 dan jumlah sel 11,5 × 103. Tabung dengan pengenceran 10-3 memiliki
jumlah tabung positif sebanyak 3 pada tanah kebun dan sampah. Menurut
Septiana et al. (2017), semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan semakin
rendah pengenceran yang dilakukan, maka semakin sering tabung positif yang
muncul. Semua tabung positif yang dihasilkan ditentukan oleh kemungkinan atau
probabilitas sel yang terambil saat memasukan pipet ke dalam media. Tanah
rumput seharusnya memiliki jumlah sel bakteri terbanyak daripada lahan yang
diolah, seperti tanah kebun karena tingginya kerapatan akar dan ketersediaan
bahan organik dari dekomposisi akar dan serasah lebih banyak (Susilowati et.al
2013). Kurangnya kelimpahan bakteri pada tanah kebun disebabkan oleh senyawa
yang berasal dari eksudat perakaran dan zat terlarut dalam tanah seperti acetylene
dan nitropyrin (Antriana 2015). Tabung yang positif ditandai dengan perubahan
warna merah ke kuning. Hal tersebut terjadi karena Nitrosomonas membentuk
NO2 dan melepaskan H+ sehingga pH menjadi turun. Penurunan pH tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan warna.
Hasil praktikum jumlah Algae selama empat minggu menunjukan bahwa
tanah kebun dan rumput memiliki jumlah sel sebanyak 140 × 103 sedangkan tanah
sampah memiliki jumah sel sebanyak 9,5 × 103. Tabung pengenceran 10-3 pada
semua jenis tanah bernilai positif sedangkan pada tanah sampah pengenceran 10-5
pada tanah sampah tidak ditemukan tabung yang positif. Hal ini sesuai dengan
Sari (2012) bahwa tanah rumput memiliki populasi Algae paling banyak terutama
pada permukaan tanah untuk mencari sumber cahaya dan memfiksasi nitrogen.
Beberapa jenis Algae akan mengikat molekul N2 dari udara jika di dalam medium
tidak terdapat nitrat. Oleh karena itu, untuk mendapatkan Algae yang mampu
mengikat N2 di udara menggunakan larutan Algae minus N (tanpa NaNO3). Nitrat
adalah produksi dari nitrit dalam proses nitrifikasi dan merupakan bentuk oksidasi
terbanyak dari nitrogen dalam media cair.

Respirasi Tanah

Respirasi tanah diukur sebagai fluks CO₂ dari tanah dan berasal dari
respirasi autotrofik serta heterotrofik. CO₂ dalam respirasi autotrofik berasal dari
akar dan mikoriza yang terkait erat dengan laju fotosintesis. CO₂ dalam
heterotrofik berasal dari metabolism sel mikroorganisme dan fauna tanah serta
memiliki kaitan erat dengan perubahan suhu (Vicca et al. 2010). Bahan timbunan
yang mengandung cukup kapur dan karbon berpotensial untuk teroksidasi dan
melepaskan CO₂. Perubahan bahan organik (serasah) menjadi bahan organik tanah
menafsirkan laju respirasi secara maksimal. Apabila dekomposisi bahan organik
meningkat, maka aktivitas mikroorganisme dan respirasi tanah meningkat.
Semakin banyak CO₂ yang dikeluarkan tanah, semakin tinggi aktivitas dan
popuasi mikroorganisme tanah. Hal ini mengakibatkan semakin tinggi respirasi
tanah (Yusnaini et al. 2017).

18
Tabel 13 Volume HCl yang ditambahkan
Jenis Volume HCl Volume HCL Jumlah HCl
Indikator Titrasi
Tanah awal (mL) akhir (mL) (mL)
Pp 0 4,6 4,6
Kontrol
Mo 4,7 9,0 4,3
Tanah Pp 23,2 27,6 4,4
kebun Mo 27,6 32,1 4,5
Tanah Pp 9,0 12,7 3,7
rumput Mo 12,7 18,1 5,4
Tanah Pp 27,6 29 1,4
sampah Mo 29 36,1 7,1

Tabel 14 Respirasi tanah


Respirasi
Jenis Tanah Indikator
(mg C-CO2/kg/hari)
Tanah kebun Mo 0,34
Tanah rumput Mo 1,89
Tanah sampah Mo 4,80

Hasil praktikum yang diperoleh menunjukkan bahwa kandungan CO₂


paling besar terdapat pada tanah sampah sebesar 4.80 mg C-CO2/kg tanah/hari.
Tingkat respirasi paling tinggi menunjukkan jumlah mikroorganisme paling
banyak dikarenakan pada tanah sampah mengandung banyak bahan organic dan
zat makanan sebagai sumber karbon dan sumber energi bagi mikroorganisme
tanah serta kondisi lingkungan yang cocok untuk tempat tinggal mikroorganisme
karena tanahnya tertutupi sampah sampah sisa makanan maupun sampah organik.
Tanah kebun memiliki hasil respirasi yang paling rendah sebesar 0.34 mg C-
CO2/kg tanah/hari. Hal ini dikarenakan pada tanah kebun terdapat kanopi
tumbuhan yang melindungi tanah dari sinar matahari langsung sehingga
mikroorganisme tidak berkembang (Indra 2011). Selain itu, tanah rumput
memiliki laju respirasi sebesar 1.89 mg C-CO2/kg tanah/ hari. Berkurangnya
vegetasi penutup tanah akibat penanaman atau panen dapat menyebabkan
penetrasi sinar matahari langsung sehingga dapat meningkatkan temperatut tanah
yang memicu dekomposisi (Nasution et al. 2015).
Respirasi tanah yang tinggi dapat juga terjadi pada tanah yang baru saja
diolah atau pada tanah yang sering terjadi aktivitas dan seiring bertambahnya
waktu respirasi tanah akan semakin menurun. Tanah kebun memiliki tingkat
respirasi tanah yang rendah karena tanah kebun hanya diolah pada waktu sebelum
dilakukannya penanaman vegetasi perkebunan. Tanah rumput masih terjadi
aktivitas pengolahan tanah atau sering di injak sehingga tanah menjadi padat dan
CO₂ yang keluar semakin tipis (Yusnaini et al.2017). begitu juga dengan tanah

19
sampah, tanah ini sering digali saat penggangkutan sampah sehingga tanah
menjadi gembur dan memiliki kelembaban yang tinggi (Cahyono et al. 2013).
Peranan bahan organik terhadap mikroorganisme merupakan sumber
energi utama bagi tumbuhan dan perkembangannya. Jumlah total mikroorganisme
yang terdapat di dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah. Tanah
yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme. Populasi yang tinggi ini
menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah dengan
temperature yang sesuai, ketersediaan air cukup, kondisi ekologi lain yang
mendukung perkembangan mikroorganisme tanah tersebut. Populasi
mikroorganisme dalam tiap jenis tanah berbeda, baik dari variasi komposisi, fase
pertumbuhan, dan kekuatan dalam metabolism. Hal ini ditunjukkan oleh variasi
laju respirasi tanah tersebut. Tanah yang bertekstur kasar memiliki jumlah
mikroba yang lenih banyak daripada tanah bertekstur halus. Hal ini berkaitan
dengan hara yang terdapat dalam tanah. Jumlah mikroorganisme terkait dengan
ketersediaan substrat (Maysaroh 2011).
Faktor yang mempengaruhi laju respirasi tanah tidak hanya faktor biologis
saja, seperti vegetasi dan mikroorganisme, tetapi juga oleh faktor lingkungan dan
faktor buatan manusia. Faktor lingkungan antara lain suhu, kelembaban dan pH.
Umumnya laju respirasi akan menjadi rendah pada suhu yang rendag dan
menungkat pada suhu yang tinggi. Jumlah CO₂ yang dihasilkan tanah bisanya
rendah dalam kondisi kering karena rendahnya respirasi akar dan aktivitas
mikroorganisme (Setyawan et al. 2011). Kesalahan prosedur dakam melakukan
titrasi bisa mempengaruhi perhitungan jumlah CO₂ yang dihasilkan. Selain itu,
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi data sehingga tidak menunjukkan
pengaruh yang nyata diantaranya adalah kesalahan pada saat pengambilan data
dan sampel, keragaman kondisi iklim, dan kondisi sampe setempat (Guchi et al.
2015).

Fauna Tanah

Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari lingkungan


abiotik dan lingkungan biotik. Kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah
yang dapat dijadikan sebagai habitat bagi beberapa jenis makhluk hidup, salah
satunya fauna tanah. Kegiatan biologis seperti metabolisme mikroba dalam tanah
berperan dalam membentuk tekstur dan kesuburan tanah. Di dalam tanah terdapat
berbagai jenis biota tanah, antara lain fauna tanah. Masing-masing biota tanah
mempunyai fungsi yang khusus. Keanekaragaman biota dalam tanah dapat
digunakan sebagai indikator biologis kualitas tanah karena keberadaan fauna
tanah sangat bergantung dengan faktor biotik dan abiotik tanah (Nurrohman et al.
2018).

20
Tabel 15 Jumlah dan keragaman fauna tanah
Jumlah Rata- Jumlah Indeks
Jenis Nama Fauna
Total Rata Individu Keragaman
Tanah (Ordo) Selasa Rabu Jumat (IS) (I/m2) (H’)
Mesostigmata 1 - - 1 1 32
Hymenoptera - - 3 3 3 96
Tanah Pseudoscorpionida - - 1 1 1 32
1,70
kebun Chilopoda - - 2 2 2 64
Collembola - 2 - 2 2 64
Orthoptera - 1 - 1 1 32
Hymenoptera - 2 4 6 3 96
Collembola - - 5 5 5 159
Chilopoda - - 1 1 1 32
Coleoptera - - 1 1 1 32
Tanah
Diplopoda 2 - - 2 2 64 2,06
rumput
Oribatida 6 - - 6 6 191
Mesostigmata 3 - - 3 3 96
Protura - 4 - 4 4 127
Diptera - 4 - 4 4 127
Coleoptera 1 - 18 19 9.5 32
Mesostigmata - - 10 10 10 318
Hymenoptera 14 15 10 39 13 414
Oribatida - - 2 2 2 64
Tanah
Psocoptera - - 7 7 7 223 1,67
sampah
Isopoda - - 7 7 7 223
Nematoda 1 - - 1 1 32
Blattodea 1 - - 1 1 32
Hemiptera - 2 - 2 2 64

Praktikum kali ini menentukan indeks keanekaragaman fauna tanah pada


tiga penggunaan lahan yang berbeda, yaitu tanah kebun, tanah rumput dan tanah
sampah. Keanekaragaman paling besar dimiliki oleh tanah rumput dengan indeks
keragamaan 2,06. Ordo yang ditemukan pada tanah rumput berjumlah 9 ordo.
Menurut Alexander (1977) dikatakan bahwa padang rumput memiliki bahan
organik yang tinggi karena tingginya kerapatan akar dan ketersediaan bahan
organik dari dekomposisi akar dan serasah lebih banyak di daerah padang rumput.
Vegetasi yang berlimpah berupa rumput-rumput diatas tanahnya mampu
meningkatkan kelembaban tanah. Kelembaban tanah yang tinggi lebih baik bagi
fauna tanah dari pada kelembaban rendah. Tanah kebun memiliki indeks
keanekaragaman terbesar kedua setelah tanah rumput sebesar 1,70 dan hanya
terdapat 6 ordo. Menurut Nurhayati et al. (2017), perkebunan menghasilkan
sampah organik yang dapat dimanfaatkan oleh makrofauna tanah sebagai sumber

21
bahan makanan. Selain itu, pada tempat pengambilan sampel juga banyak terdapat
rumput dan serasah daun kelapa sawit yang dapat menunjang kehidupan
makrofauna tanah. Tanah kebun sawit hanya memiliki keanekaragaman sebanyak
6 ordo dikarenakan kelembaban di kebun sawit rendah ditinjau dari kondisi
lapangan pengambilan sampel dan sinar matahari bisa masuk dalam intensitas
yang tinggi kedalam tanah, mengakibatkan suhu meningkat. Fauna tanah secara
umum tidak menyukai lingkungan panas dan kering, akibatnya hanya golongan
tertentu saja yang dapat bertahan hidup pada intensitas cahaya dan suhu yang
tinggi (Nurhayati et al. 2017).
Tanah sampah memiliki indeks keanekaragaman paling rendah
dibandingkan tanah lainnya yakni 1,67 tetapi ordo yang ditemukan sama
banyaknya dengan tanah rumput, yaitu sebesar 9 ordo. Keberadaan makrofauna
tanah berkolerasi positif dengan kandungan C-organik tanah sesuai penelitian
Nasution et al. (2013). Tanah yang bervegetasi akan mempunyai kadar bahan
organik yang tinggi, sebaliknya pada tanah yang gundul tanpa vegetasi maka
kadar bahan organiknya rendah (Hanafiah 2005). Tanah sampah apabila dilihat
dari kondisi lapangnya, hanya memiliki sedikit vegetasi sehingga mengindikasi
rendahnya bahan organik. Data jumlah individu pada tanah sampah mengalami
keganjilan dengan adanya pencilan pada ordo Coleoptera. Jumlah individu
Coleoptera di hari Jumat sangat berbeda nyata dengan jumlah individu di hari
Selasa dan Rabu padahal secara tempat pengambilan sampelnya sama. Jumlah
Coleoptera di praktikum Jumat sebanyak 18 individu, sedangkan Selasa 1
individu dan Rabu tidak ditemukan. Nilai pencilan pada Coleoptera ini
mengakibatkan data (H’) tidak akurat karena rentangnya terlalu besar dan tidak
menginterpretasikan kondisi sesungguhnya dari ketiga hari tersebut sehingga data
yang digunakan untuk menghitung indeks keanekaragamannya hanya berjumlah 1
individu saja.
Populasi mikrob pada tanah sampah paling banyak dikarenakan tanah ini
memiliki satu ordo dominan, yaitu ordo Hymenoptera. Ordo ini juga ditemukan
sebagai ordo dengan individu paling banyak di tanah kebun. Ordo Hymenoptera
berturut-turut jumlah individunya dari tanah kebun, tanah rumput dan tanah
sampah sebanyak 96, 96, dan 414. Ordo Hymenoptera dari famili Formicidae
seperti semut merupakan serangga sosial yang biasanya mencari makan secara
bergotong royong dan mencari tempat perlindungan biasanya dalam sarang secara
berkelompok atau berkoloni. Habitat ordo Hymenoptera adalah beriklim tropis
dan dingin sekalipun, beraktivitas pada siang maupun malam hari. Menurut
Dharmawan (2005) dikatakan bahwa individu penyusun populasi memberikan
respon perbedaan akibat persaingan yang kuat antara individu-individu dalam
populasi tersebut. Fauna tanah lain yang tidak mampu berkompetisi menjadi
tersingkirkan dilihat dari data terutama pada tanah sampah yang mengakibatkan
jumlah individu lain lebih sedikit. Hidupnya yang berkelompok menyebabkan
ordo tersebut mampu berkompetisi dibandingkan ordo lainnya.

22
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Tanah rumput memiliki kadar air kapasitas lapang dan kadar air kering udara
paling tinggi, sedangkan tanah sampah memiliki nilai terendah. Biodiversitas
tanah pada tiga jenis penggunaan lahan berbeda-beda, masing-masing
penggunaan lahan memiliki fauna yang dominan. Keberadaan dan keragaman
fauna tanah bergantung pada bahan organik dan faktor lingkungan.
2. Jumlah populasi total mikrob tanah tertinggi terdapat pada tanah kebun,
sedangkan total fungi tanah tertinggi pada tanah sampah. Semakin tinggi faktor
pengenceran maka akan semakin jelas pertumbuhan jumlah koloni. Jumlah
total mikrob tanah terlihat jelas pertumbuhannya pada pengenceran 10-6
sedangkan pertumbuhan fungi tanah pada pengenceran 10-5. Ketersediaan
mikroorganisme bergantung pada kandungan dari bahan organik setiap jenis
tanah.
3. Morfologi sel bakteri dan fungi dalam contoh tanah berbeda-beda
karakteristiknya dipengaruhi beberapa faktor yang berhubungan dengan sifat
fisiologisnya. Morfologi sel bakteri dan fungi diamati secara makroskopis dan
mikroskopis. Identifikasi morfologi sel bakteri dan fungi membantu
pengklasifikasiannya berdasar warna, bentuk, konsentrasi, dan elevasi.
4. Tanah kebun memiliki jumlah populasi Nitrosomas dan Algae tertinggi,
sedangkan tanah sampah memiliki populasi terendah. Tanah rumput
seharusnya memiliki populasi Nitrosomonas dan Algae terbanyak karena
tingginya ketersediaan bahan organik dari dekomposisi akar dan serasah.
Pertumbuhan bakteri nitrifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pH,
suhu, dan ketersediaan oksigen, sedangkan sumber cahaya digunakan untuk
fotosintesis Algae.
5. Kandungan CO₂ dalam respirasi tanah sangat dipengaruhi oleh jumlah
mikroorganisme dalam tanah tersebut. Tingkat respirasi tanah paling tinggi
terdapat pada tanah sampah dan tingkat respirasi tanah terendah terdapat pada
tanah kebun. Hal ini disebabkan oleh kadar bahan organik yang tinggi pada
tanah sampah. Semakin tinggi jumlah CO₂ yang dikeluarkan tanah maka
semakin tinggi aktivitas dan populasi mikroorganisme tanah, sehingga respirasi
tanah semakin meningkat.
6. Jumlah dan keragaman fauna tanah berbeda-beda pada ketiga jenis tutupan
lahan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kelembaban, vegetasi,
suhu, bahan organik dan kompetisi antar populasi. Jumlah populasi paling
banyak pada tanah sampah dan nilai keragaman paling tinggi pada tanah
rumput. Kandungan bahan organik dan kelembaban secara umum berkolerasi
positif terhadap tingkat keanekaragaman fauna, sedangkan suhu serta intensitas
cahaya sebaliknya.

23
Saran

Praktikan harus lebih kondusif dalam melakukan praktikum agar


mendapatkan hasil yang baik. Praktikan harus lebih teliti ketika sedang
melakukan pengamatan menggunakan mikroskop dan pengamatan secara manual.
Praktikan harus lebih berhati-hati dan bekerja lebih aseptis saat melakukan
pengenceran agar tidak terjadi kontaminasi. Dalam mengolah data hasil
praktikum, praktikan harus lebih teliti agar tidak terjadi kekeliruan hasil data
praktikum. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus sudah mengerti dan
memahami langkah-langkah yang akan dilakukan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Alexander M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. New York(US): Academic


Press.
Almundy P. 2011. Isolasi mikroba penghasil antibiotika dari tanah kompos Unsri
Indralaya menggunakan media ekstrak tanah. Jurnal Penelitian Sains.
14(3): 27-30.
Antriana N. 2015. Keragaman dan laju kinetika aktivitas isolat nitrifikasi asal
perkebunan karet dan kelapa sawit Jambi [skripsi]. Surabaya(ID):
Universitas Airlangga.
Arisandi A, Tamam B, Yuliandri R. 2017. Jumlah koloni pada media kultur
bakteri yang berasal dari Thallus dan perairan sentra budidaya
Kappaphycus alvarezii di Sumenep. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. 9(1): 57-60.
Cahyon B, Yusnaini S, Niswati A, Utomo M. 2013. Pengaruh system olah tanah
dan aplikasi mulsa bagas terhadap respirasi tanah pada lahan pertanaman
tebu PT Gunung Madu Plantations. Jurnal Agrotek Tropika. 1(2): 208-212.
Dharmawan. 2005. Ekologi Hewan. Malang(ID): UM Press.
Djuna IAF. 2013. Populations and distributions of some mesofauna in the inactive
failing deposition area of freeport Indonesia, Timika, Papua. Jurnal
Tropika Sains. 18(3): 225-229.
Dwidjosaputero. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta(ID): Djambatan.
Fitria R, Zul D, Leni BF. 2014. Enumerasi total populasi mikroba tanah gambut di
Teluk Meranti Kabupaten Riau. Jurnal Matematika dan Ilmu
Pengetahuan. 1(1): 1-7.
Fitri L, Yasmin Y. 2011. Isolasi dan pengamatan koloni bakteri aktinolitik. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Biologi. 3(2): 20-25.
Hanafiah KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta(ID): Raja Grafindo
Persada.
Hildebrant G, Schott W. 2011. Comparison of direct colory method of MPN
method for quantitive detection of listeria in model and field conditions.
Microbiological Journal. 14(8): 53-64.
Indra DW. 2011. Pengaruh system olah tanah terhadap C-organik dan respirasi
tanah pada pertanaman jagung dilahan petani Lampung [skripsi]. Bandar
Lampung(ID): Universitas Lampung.
Kadri AN, Golei KTP, Suarjana IGK. 2015. Perbedaan cara penyebaran suspensi
terhadap jumlah bakteri pada media eosin methylene blue agar. Jurnal
Indonesia Medicus Veterans. 4(3): 205-212.
Magurran AE. 1987. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey(US):
Chapman and Hall.
Marista E, Khotimah S, Linda R. 2013. Bakteri pelarut fosfat hasil isolasi dan tiga
jenis tanah rizosfer tanaman pisang nipah (Musa paradisiacal) di kota

25
Singkawang. Jurnal Protobiont. 2(2): 93-101.
Maysaroh. 2011. Hubungan kualitas bahan organik tanah dan laju respirasi tanah
dibeberapa lahan budidaya [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Mukrin, Yusran, Toknok B. 2019. Populasi fungi dan bakteri tanah pada lahan
agroforesti dan kebun campuran di Ngata Katuvia Dongi-Dongi
Kecamatan Palolo Sulawesi Tengah. Jurnal Forest Sains. 16(2): 77-84.
Nasution NAP, Yunaini S, Niswati, Dermiyati. 2013. Respirasi tanah pada
sebagian lokasi di Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Jurnal
Agrotek Tropika. 3(3): 427-433.
Nurhayati, Fahri, Annawaty. 2017. Keanekaragaman makrofauna tanah pada
lubang resapan biopori yang diisi media limbah kulit buah kakao. Jurnal
Biocelebes. 1 (1): 30-39.
Nurrohman E, Rahardjanto A, Wahjuni S. 2015. Keanekaragaman makrofauna
tanah di kawasan perkebunan coklat (Theobroma cacao L.) sebagai
bioindikator kesuburan tanah dan sumber belajar biologi. Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia. 1(2): 197-208.
Nurrohman E, Rahardjanto A, Wahyuni S. 2018. Studi hubungan keanekaragaman
makrofauna tanah dengan kandungan C-organik dan organophosfat tanah
di perkebunan cokelat (Theobroma cacao L.) Kalibaru Banyuwangi.
Jurnal Bioeksperimen. 4(1): 1-10.
Prayoga K, Saptowati H. 2016. Penyelidikan struktur dan karakteristik tanah
untuk desain iradiator gamma kapasitas 2 MCI. Jurnal Perangkat Nuklir.
10(1): 30-50.
Pujiati. 2014. Isolasi actinomycetes dari tanah kebun sebagai bahan petunjuk
praktikum mikrobiologi. Jurnal Florea. 1(2): 42-46.
Pujiati, Purwati E, Lukitasari M. 2015. Analisis keanekaragaman dan identifikasi
Algae mikroskopis persawahan di Manguharjo Kota Madiun. Jurnal
Biologi Sains. 16(7): 754-760.
Purwatisari S, Hastuti RB. 2010. Uji antagonisme jamur pathogen phytophthora
infestans penyebab penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang
dengan trichoderma spp. Isolate local. Jurnal Bioma. 11(1): 24-32.
Putri F. 2017. Uji viabilitas bakteri asam laktat dari usus itik (Anas domesticus)
pada media molases, garam fisiologis dan kombinasinya sebagai probiotik
[skripsi]. Lampung(ID): Universitas Lampung.
Putri MD, Baskoro DPT, Tarigan SD, Wahjunie ED. 2017. Karakteristik beberapa
sifat tanah pada berbagai posisi lereng dan penggunaan lahan di DAS
Ciliwung Hulu. Jurnal Teknik Lingkungan. 19(2): 81-85.
Putri YW, Putra AE, Utama BU. 2018. Identifikasi dan karakteristik bakteri asam
laktat yang diisolasi dan vagina wanita usia subur. Jurnal Kesehatan
Andalas. 1(8): 20-22.
Ramadhani R. 2015. Distribusi bakteri nitrifikasi (Nitrosomonas dan Nitrobacter)
di Muara Sungai Tallo, Makassar [skripsi]. Makasssar(ID): Universitas

26
Hasanuddin.
Sabdaningsih A, Budiharjo, Kusdiyantini E. 2013. Isolasi dan morfologi koloni
bakteri isolasi alga merah (Rhodophyta) dan Perairan Kutuh Bali. Jurnal
Biologi. 2(2): 1-7.
Sari WE. 2012. Isolasi dan identifikasi mikroalga (cyanophyta) dari tanah
persawahan kampung Sampora, Cibinong, Bogor [skripsi]. Jakarta(ID):
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah.
Septiana BL, Agriyanti, Jiwintarum Y. 2017. Most probable number (MPN)
kallform dengan variasi volume media lactose broth single strength
(LBSS) dan lactose broth double strength (LBDS). Jurnal Agriculture.
11(1): 11-17.
Siregar SR, Zuraida, Zuyasna. 2017. Pengaruh kadar air kapasitas lapang terhadap
pertumbuhan beberapa genotipe M3 kedelai (Glycine max L. Meer). Jurnal
Floratek. 12(1): 10-20.
Suheriyanto D. 2012. Keanekaragaman fauna tanah di Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru sebagai bioindikator tanah bersulfur tinggi. Jurnal
Saintis. 1(2): 29-38.
Susilowati, Mustoya, Eriandra B, Anggara RCW, Simajuntak BH. 2013. Analisis
kesuburan tanah dengan indikator mikroorganisme tanah pada berbagai
system penggunaan lahan di Plateau Dieng. Jurnal Agriculture. 25(1): 64-
72.
Swift. 2017. Decomposition in Tyrestrial Ecosystem. Oxford(US): Blackwell.
Wahyuni D, Ronal P, Mardiyah S. 2019. Isolasi dan identifikasi fungi endofit
tumbuhan sarathan (Peperomia pellacida L. Kunt) pendidikan Biologi
Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember. Indonesian
Journal of Biotechnology and Biodiversity. 3(1): 8-20.
Vicca S, Janssens IA, Wong SC, Cermusak LA, Farquhar GD. 2010. Zea mays
rhizosphere respiration, but not soil organic matter decomposition was
stable across a temperature gradient. Soil Bio Biochem. 42(1): 2030-2033.
Wibowo C, Slamet SA. 2017. Keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai
tipe tegakan di areal bekas tambang silika di Holcim Educational Forest,
Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Silvikultur Tropika. 8(1): 26-34.
Widayati E. 2013. Pentingnya keragaman fungsional organisme terhadap
produktivitas lahan. Jurnal Tekno Hutan Tanaman. 6(1): 29-37.
Widyastuti R, Ed-har AA, Djajakirana G. 2017. Isolasi dan identifikasi mikroba
tanah pendegradasi selulosa dan pektin dari rhizosfer Aquiliria
malaccensis. Jurnal Tanah dan Lahan. 1(1): 58-64.
Yusnaini S, Niswati A, Buchori H, Pangestuning E. 2017. Pengaruh system olah
tanah dan aplikasi herbisida terhadap respirasi tanah pada lahan
pertanaman jagung (Zea mays). Jurnal Agrotek Tropika. 5(2): 113-117.

27
LAMPIRAN

Pengambilan dan Persiapan Contoh Tanah

Tanah sampah ulangan ke-1


Penetapan KAKU:
(BKU − BKM)
%KAKU = X 100%
BKM
(10,01 −8,98)
= 𝑋 100%
8,98
= 11,47%
Penetapan KAKL:
(BKU − BKM)
%KAKL = X 100%
BKM
(10,03 −6,29)
= 𝑋 100%
6,29
= 59,46%
Jumlah air yang ditambahkan untuk mencapai 75% KAKL
Ʃ Air = 75% (KAKL − KAKU)
= 75%(59,46 − 11,47) = 359,921 ml

Gambar 1 Makrofauna tanah sampah

Gambar 2 Pohon rambutan (kiri) dan pohon petai (kanan) pada tanah sampah

28
Penetapan Populasi Mikrob Tanah (Metode Cawan Hitung)

Total fungi tanah sampah dengan pengenceran 10-5


1
ƩSel = X Koloni
FP
Ulangan 1:
1
ƩSel = −5 X 18
10
= 1,8 X 106
Ulangan 2:
1
ƩSel = −5 X 15
10
= 2,3 X 106
(2,3+1,8)x 106
Rata-Rata ƩSel = 2
= 2,05 x 106
CFU ∑ Sel
=
BKM BKM
CFU 2,05 x 106
=
BKM 6,345
CFU
= 323089 CFU/gram
BKM

Pengamatan Morfologi Sel Bakteri dan Fungi

Gambar 3 Morfologi sel bakteri pada tanah sampah

Gambar 4 Morfologi sel fungi pada tanah sampah

29
Penetapan Populasi Bakteri Nitrosomonas dan Algae dengan Metode MPN

1
ƩSel = Nilai MPN x FP
Populasi Nitrosomonas tanah sampah:
Nilai MPN = 2,5
1
ƩSel = 2,5 × = 2,5 × 103 sel
10−3
Populasi Algae tanah sampah
Nilai MPN = 9,5
1
ƩSel = 9,5 x 10−3
3
ƩSel = 9,5 x 10 sel

Gambar 5 Pertumbuhan Nitrosomonas tanah sampah minggu ke-1 pada kontrol,


FP 10-3, 10-4, dan 10-5 (dari kiri)

Gambar 6 Pertumbuhan Nitrosomonas tanah sampah minggu ke-2 pada kontrol,


FP 10-3, 10-4, dan 10-5 (dari kiri)

Gambar 7 Pertumbuhan Algae tanah sampah minggu ke-1 pada kontrol, FP 10-3,
10-4, dan 10-5 (dari kiri)

30
Gambar 8 Pertumbuhan Algae tanah sampah minggu ke-2 pada kontrol, FP 10-3,
10-4, dan 10-5 (dari kiri)

Respirasi Tanah

Tanah sampah
Volume HCl yang ditambahkan = Volume akhir – Volume awal
V HCl indicator PP = 29 ml – 27,6 ml = 1,4 ml HCl
V HCl indicator MO = 36,1 ml – 29 ml = 7,1 ml HCl
(7,1 ml−4,3 ml) x 0,1 N x 120
Respirasi Tanah =
7 hari
= 4,8 mg C-CO2 /kg tanah/hari

Fauna Tanah

Tanah Sampah
1. Rata-Rata Jumlah Individu (IS)
Hymenoptera
jumlah fauna hari selasa + rabu + jumat
IS =
banyaknya hari
14 + 15 + 10
IS = = 13 Individu
3
2. Jumlah Individu (N)
Hymenoptera
IS
N =
A
13 Individu
N =
(0,1 m)2 × 3.14
13
N = = 414 I/m2
0.0314
3. Indeks Keragaman (H’)
ni ni
H’ = − ∑si=1 [( ) ln ( )]
n n
Hymenoptera
13 13
H’ = − [( ) ln (52.5)]
52.5
H’ = 0.346

31
H’ tanah sampah = 0.316 + 0.346 + 0.124 + (0.269×2) + (0.075×3) + 0.124
H’ tanah sampah = 1.67

Ordo Hymenoptera Ordo Collembola Ordo Coleoptera


Ordo Hymenoptera Ordo Hymenoptera

Ordo Chilopoda Ordo Collembola Ordo Collembola


Ordo Hymenoptera Ordo Hymenoptera Ordo Hymenoptera

Ordo Orthoptera Ordo Protura Ordo Diptera


Ordo Hymenoptera Ordo Hymenoptera Ordo Hymenoptera

Ordo Hymenoptera Ordo Coleoptera


Ordo Hymenoptera Ordo Hymenoptera
Gambar 9 Contoh fauna tanah rumput

32

Anda mungkin juga menyukai