Anda di halaman 1dari 37

KERAGAMAN TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

OLEH
NABILLA WANDANA
2305101050041

LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan praktikum Genetika
Dasar dengan baik dan tepat waktu. Adapun judul pada praktikum adalah “Keragaman
Tumbuhan” Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati dan mengenal tipe-
tipe keragaman pada tumbuhan.

Dalam menyusun laporan ini, melibatkan banyak pihak yang sangat membantu.
Oleh karena itu, ucapan terimakasih penulis tujukan kepada laboran, maupun asisten
laboratorium selaku pembimbing. Penulis menyadari bahwa pada laporan ini masih
terdapat kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu, penulis harapkan saran yang
dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan pedoman penulisan laporan praktikum
selanjutnya.

Banda Aceh, 10 Februari 2024

Nabilla Wandana

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN v

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4

BAB III. METODELOGI PRAKTIKUM 7

3.1. Tempat dan Waktu 7

3.2. Alat dan Bahan 7

3.3. Metode Pelaksanaan Praktikum 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 8

4.1. Hasil Pengamatan 8

4.2. Pembahasan 11

4.3. Tugas Integritas 17

BAB V. PENUTUP 19

5.1. Kesimpulan 19

5.2. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 22

DAFTAR TABEL

ii
Tabel 1. Keragaman biji tanaman Padi (Oryza sativa L.) 8

Tabel 2. Keragaman biji tanaman Kedelai (Glycine max L.) 8

Tabel 3. Keragaman biji tanaman Jagung (Zea mays L.) 9

Tabel 4. Keragaman bungaan 9

Tabel 5. Keragaman buah Pisang (Musa paradisiaca L.) 10

Tabel 6. Keragaman ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 11

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Biji tanaman Padi 7
Gambar 2. Biji tanaman Kedelai 8
Gambar 3. Biji tanaman Jagung 8
Gambar 4. Keragaman Bungaan 9
Gambar 5. Keragaman buah Pisang 10
Gambar 6. Keragaman Ubi Jalar 10

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan praktikum 22

Lampiran 2. Sumber literatur 27

v
ABSTRAK

Keanekaragaman adalah pernyataan tentang beranekaragamnya bentuk, penampilan,


warna, densitas dan sifat yang nampak pada berbagai tingkatan organisasi kehidupan
seperti genetik, jenis dan ekosistem. Keanekaragaman tumbuhan menunjukkan berbagai
variasi dalam bentuk, struktur tubuh, warna, jumlah, dan sifat lain dari tumbuhan di suatu
daerah. Makin beranekaragam tumbuhan dan keanekaragaman hayati lainya, makin banyak
manfaat dan pilihan bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan yang
terjadi pada suatu lingkungan dapat berdampak buruk bagi spesies, hal itu ialah akan
terjadinya kepunahan massal suatu spesies. Makin beranekaragam tumbuhan dan
keanekaragaman hayati lainya, makin banyak manfaat dan pilihan bagi manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kata kunci: Keanekaragaman, Densitas, Ekosistem, dan Genetik.

vi
ABSTRACT

Diversity is a statement about the variety of forms of appearance, color, density, and
characteristics that appear at various levels of life organization such aas genetics, species,
and ecosystems. Plant diversity shows various variations in shape, body structure, color,
number, and other characteristics of plants in an area. The more diverse the plants and
other biodiversity, the more benefits and choices there will be for humans to meet their
daily needs. Changes that uccur in an environment can have a negative impact on species.
This will lead to mass extinction of a species. The more diverse the plants and other
biodiversity, the more benefits and choices there will be for humans to fulfill their daily
needs.
Keywords: Diversity, Density, Ecosystem, and Genetics.

vii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perjalanan waktu, biologi tropikpun berkembang dan para
biologiwan mulai mengeksplorasikan dan menelaah kompisisi, struktur, dan fungsi
tumbuhan ekosistem tropik secara sistematik, terutama didorong oleh keperluan praktis,
seperti pemanfaatan dan konservasi. Konservasi jenis tropik yang efektif bergantung
kepada pengetahuan dasar tentang sebaran jenis dalam ruang, dinamika populasinya, dan
interaks yang komplek antar jenis dalam komunitas, daur air, dan hara serta aliran energi
sangat diperlukan untuk pengembangan dan konservasi. Maka diperlukan pemanfaatan
yang baik dalam mengolah sumberdaya alam yang ada khususnya yang ada di Indonesia
(Kartawinata, 2014).
Keanekaragaman adalah pernyataan tentang beranekaragamnya bentuk,
penampilan, warna, densitas dan sifat yang nampak pada berbagai tingkatan organisasi
kehidupan seperti genetik, jenis dan ekosistem. Keanekaragaman tumbuhan menunjukkan
berbagai variasi dalam bentuk, struktur tubuh, warna, jumlah, dan sifat lain dari tumbuhan
di suatu daerah. Makin beranekaragam tumbuhan dan keanekaragaman hayati lainya,
makin banyak manfaat dan pilihan bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Begitu banyak jumlah tumbuhan, tetapi tidak ditemukan dua individu yang sama persis
sekalipun anak kembar identik. Banyak jenis tumbuhan sebagai sumber produksi pangan,
sandang, dan papan maupun kebutuhan lainnya. Semakin banyak keanekaragaman pada
tumbuhan semakin banyak pula manfaat bagi manusia (Al-Muhdar, et al., 2018).
Keanekaragaman tumbuhan yang ada didunia ini sangat beragam. Tumbuhan
merupakan makhluk hidup eukariota yang bersifat autotroph dan berperan sebagai
komponen utama dalam ekosistem. Dalam dunia tumbuhan terdapat sekitar 300.000 jenis
tumbuhan yang dalam klasifikasinya dibagi menjadi takson yang lebih rendah yaitu kelas,
bangsa, suku, marga, dan jenis. Sistem filogenik membagi dunia tumbuhan menjadi lima
divisi diantaranya tumbuhan belah (Schizophyta) 60.000 jenis, tumbuhan lumut (
Bryophyta) 25.000 jenis, tumbuhan berbiji (Spermato-phyta) 170.000 jenis, dan tumbuhan
paku (Pteridophyta) 10.000 jenis (Sari, 2019).
Tumbuhan sebagai sumber daya alam dan sumber daya genetis, pada saat ini
keberadaannya cenderung semakin terancam kepunahannya, sementara itu kebutuhan dan
kegiatan manusia serta perusakan lingkungan semakin meningkat, sedangkan pengelolaan
dan pelestariannya belum memadai. Sehingga tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup

1
2

lainnya, kehadiran keanekaragaman dan kelestariannya diperlukan untuk generasi


yang akan datang ( Alqamari, 2022).
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan cepat terjadi pada kondisi lingkungan
yang optimal dan adanya kesesuaian habitat. Contohnya pada famili kantong semar
(nepenthaceae), yang lebih dominan daripada famili lainnya. Pengaruh kondisi lingkungan
terhadap komposisi jenis suatu komunitas adalah pengaruh selektif yaitu kondisi
lingkungan pada suatu tempat adalah sedemikian rupa sehingga hanya memungkinkan
pertumbuhan sebahagian besar yang ada dalam daerah tersebut (Sriastuti, 2018).
Sejak awal tahun 1990an, pelestarian keanekaragaman hayati telah menjadi salah
satu prioritas utama agenda lingkungan hidup global. Paleoekologi telah memberikan
kontribusi penting terhadap pemahaman keanekaragaman hayati di beberapa tingkatan.
Penelitian terbaru mengenai hubungan ini sebagian besar berfokus pada 200 tahun terakhir.
Hal ini luar biasa, karena hal ini mungkin merupakan kunci untuk memperoleh
pemahaman tentang tren keanekaragaman hayati yang diamati (Van Beek, 2017).
Peran keanekaragaman tumbuhan, khususnya spesies langka, dalam fungsi
ekosistem sebagian besar dipelajari di daerah beriklim sedang dengan sedikit penerapan
praktis dalam konservasi hutan tropis, dimana kelangkaan spesies dan kelayakan spesies
cenderung lebih besar dan lebih penting bagi ekosistem. Fungsinya kami menghubungkan
sumber penyimpanan karbon dengan keanekaragaman tanaman fungsional, keberadaan
spesies langka, dan gradient lingkungan (topografi) dihutan tropis kering musiman yang
kaya akan spesies (Alvarez Yepiz, 2015).
Perubahan yang terjadi pada suatu lingkungan dapat berdampak buruk bagi spesies,
hal itu ialah akan terjadinya kepunahan massal suatu spesies. Suatu catatan sejarah
menunjukkan bahwa telah terjadi lima kepunahan massal selama kehidupan berlangsung di
bumi. Sekitar 540 juta tahun yang lalu, terjadi pertumbuhan biodiversitas yang sangat
cepat. Pertumbuhan spesies yang sangat cepat disebabkan oleh suatu ledakan pada saat
filum multiseluler dengan mayoritas besar pertama kali muncul (Nandy, 2021).

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa pentingnya keragaman?
2. Apa kemungkinan yang menyebabkan keragaman genetik? Berikan contoh!
3. Bagaimana anda bisa mengetahui bahwa keragaman adalah karena genetik atau
lingkungan ?
3

1.3 Tujuan Khusus


Tujuan praktikum ini adalah untuk mengenal dan mengamati jenis-jenis
keragaman pada tanaman dan untuk dapat mengetahui keragaman pada tumbuhan,
mengetahui tipe-tipe keragaman pada tumbuhan, serta mampu mengenali macam-
macam bunga dan biji serta bagian-bagiannya.

1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui keragaman pada tumbuhan.
2. Mahasiswa mengetahui tipe-tipe keragaman pada tumbuhan
3. Mahasiswa mampu mengenali macam-macam bunga dan biji beserta bagian-
bagiannya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Beragamnya tumbuhan yang ada dibumi ini yang ditunjukkan dengan
adanya variasi, bentuk, penampilan serta ciri-ciri yang lainnya, maka mendorong
diperlukannya suatu cara untuk mengelompokkan makhluk hidup agar mudah
dipelajari dan dipahami. Kita boleh berbangga dengan kekayaan tumbuhan yang
tidak dimiliki Negara lain. Lebih kurang 30.000 sampai 40.000 jenis tumbuhan
yang tersebar dari Aceh hingga Papua, dari dataran rendah hingga dataran tinggi
dari daerah tropik hingga daerah sejuk. Para ilmuwan dari bidang biologi
mengembangkan suatu sistem pengelompokkan yang memudahkan untuk
memahami, mempelajari, dan mengenali makhluk hidup dengan suatu sistem
klasifikasi organisme yang memiliki kesamaan sifat dan ciri dimasukkan kedalam
kelompok tertentu. Mulai dari biji-bijian, bunga, buah-buahan dan lainya (Mulyadi,
2014).
Keanekaragaman tanaman buah-buahan di Indonesia terdapat sekitar 592 jenis
tanaman buah-buahan. Keragaman buah-buahan tersebut merupakan kekayaan plasma
nutfah lokal Indonesia yang cukup besar dan sangat penting terutama sebagai modal dasar
untuk pemuliaan tumbuhan buah-buahan asli Indonesia perlu dilakukan agar dapat
dimanfaatkan terutama dalam usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas buah-buahan asli
Indonesia dan dapat menambah serta meningkatkan usaha diversivikasi jenis buah-buahan
yang dapat dimakan di Indonesia. Sehingga nantinya semua jenis kekayaan alam terutama
buah-buahan yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan dengan baik dan dibudidayakan
khususnya tanaman buah-buahan yang masih liar yang terdapat diarea hutan (Purnomo,
2015).
Pada tanaman buah-buahan juga memiliki beranekaragaman jenis serta varietas
yang ada. Sehingga terdapat beberapa buah-buahan yang sangat popular dan digemari oleh
hampir setiap orang. Salah satu ciri khas dari buah-buahan popular ialah memiliki nama
tersendiri atau sebutan tersendiri dalam setiap bahasa. Hal ini dikarenakan buah-buahan
popular tersebut sudah sangat dekat dengan masyarakat di suatu wilayah tertentu sehingga
masyarakat berhak memberi nama sesuai kesepakatan masyarakat didaerah tersebut
(Sihabuddin, 2018).
Indonesia merupakan daerah yang cukup potensial sebagai penghasil
karbohidrat (pati) seperti ubi kayu, sagu, jagung, ubi jalar, dan lainnya. Karena
tanaman tersebut tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Sebagian besar pati

4
disimpan didalam umbi ( ubi kayu, ubi jalar, kentang, dll), batang (sagu) dan buah.
Disamping itu pati merupakan zat

4
5

gizi penting dalam kehidupan sehari-hari, dimana dalam tubuh manusia


kebutuhan energi hampir 80 % dipenuhi oleh karbohidrat (Rahman, 2018).
Komoditi serealia sangat penting dalam memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat sebagai sumber karbohidrat utama. Semakin besar jumlah penduduk
maka kebutuhan terhadap serealia juga akan semakin besar. Kebutuhan serealia
dihitung menurut kebutuhan energi penduduk yang terus bertambah setiap tahun.
Produksi serealia salah satunya ditentukan oleh ketersediaan lahan pertanian yang
luas dan subur. Serta pentingnya mengetahui ketersediaan lahan yang sesuai untuk
tanaman serealia berdasarkan kriteria tumbuh dan rencana tata ruang didalam suatu
wilayah (Afzal, 2020).
Keragaman tumbuhan juga mencakup kedalam kategori kacang-kacangan
atau polongan yang termasuk kedalam famili leguminosa. Kacang-kacangan
mengandung sejumlah besar serat pangan yang jika terlarut dapat membantu
menurunkan kadar kolesterol. Ada berbagai jenis kacang-kacangan yang tersebar
diseluruh Indonesia maupun dunia yang memiliki berbagai macam manfaat bagi
tubuh. Jenis kacang-kacangan juga mengandung protein, karbohidrat kompleks,
folat, dan besi. Seperti pada jenis kacang merah, kacang hijau, kacang kedelai, dan
lainnya (Al Rivan, 2020).
Ubi jalar (Ipomoea batatas L,) merupakan tanaman dikotil yang termasuk kedalam
family Concolvulaceae. Ubi jalar dianggap sebagai salah satu tanaman pangan utama
dunia. Produksi ubi jalar global sekitar 112,8 juta ton.Tiongkok menyumbang 90.5% dan
63,8% produksi ubi jalar di Asia dan dunia. Untuk meningkatkan keberlanjutan dan
produktivitas pertania, ilmu pengetahuan tanaman, mulai dari pra-pembibitan hingga
manajemen produksi, perlu memanfaatkan keanekaragaman genetic dengan lebih baik.
Misalnya, sumber daya genetik yang telah beradaptasi dan eksotik dapat berkontribusi
besar dalam menghasilkan varietas yang lebih baik lagi (Makori, 2020).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan dihasilkannya
data genotype dan fenotipe dari jumlah besar dengan biaya yang lebih murah
dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Pendekatan bioteknologi baru juga
merevolusi cara kita mengedit atau menghapus rangkaian genom tanaman tertentu.
Dampak dari inovasi ini sangat luas dan mencakup kemungkinan untuk
meningkatkan pemahaman dan eksploitasi sumber daya genetik tanaman untuk
pangan dan pertanian (PGRFA) (Rao et al., 2018).
4
BAB III. METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Adapun praktikum dilakukan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah kuala pada hari Sabtu, 03
Februari 2024 Pukul 12.00 – 14.00 WIB.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat ukur, pisau silet, dan
kaca pembesar. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: Biji tanaman
Padi (Oryza sativa l.), biji tanaman Kedelai ( Glycine max L.), biji tanaman Jagung (Zea
mays L.), bunga Terong (Solanum melongena), bunga Timun ( Cucumis sativus), bunga
Petai Cina (Leucaena leucocephala), bunga Cabai (Capsicum annum), Pisang wak (Musa
acuminata), Pisang mas (Musa acuminata lady finger), Pisang raja (Musa acuminata),Ubi
jalar ungu (Ipomoea batatas), Ubi kayu (Manihot utilisima), dan Ubi merah (Ipomoea
batatas poir)

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Diamati Biji-bijian yang tersedia, bunga, buah, serta umbi-umbian yang dibawa.
2. Dicari dan didapatkan paling sedikit tiga ciri yang berbeda untuk suatu sifat/karakter
yang dibawa.
3. Keragaman yang ditemukan dicatat dalam bentuk tabel dan digambarkan pada lembar
kerja.

6
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Adapaun hasil pengamatan yang didapatkan dari hasil pengamatan ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 2. Keragaman biji tanaman padi (Oryza sativa L.)

Varietas Padi
Karakter
Arias Tinggang Kuku Balam
Panjang gabah 0,9 mm 0,8 mm 0,8 mm
Lebar gabah 0,4 mm 0,3 mm 4,5 mm
Bentuk gabah Lonjong Lonjong Lonjong
Ekor pada ujung
Ada Tidak ada Tidak ada
gabah
Warna permukaan Kuning
Kuning Kuning kecoklatan
gabah kecoklatan
Warna hilum Putih Putih Putih

Arias Tinggang Kuku Balam

Gambar 1. Biji tanaman Padi

Tabel 2. Keragaman biji tanaman kedelai (Glycine max L.)

Varietas Kedelai
Karakter
Anjasmoro Deja 2 Brosol
Panjang biji 1 cm 1 cm 1 cm
Lebar biji 7 mm 8 mm 1mm
Bentuk biji Bulat Lonjong bulat Lonjong
Warna kulit biji Kuning gelap Kuning Kuning cerah
Warna hilum Coklat terang Coklat terang Coklat
Kecerahan kulit biji Gelap Terang Terang

7
8

jasmoro Deja 2 Brosol

Gambar 2. Biji tanaman Kedelai

Tabel 3. Keragaman biji tanaman jagung (Zea mays L.)

Genotipe Jagung
Karakter
USK J1 USK J2 USK A1 Genotipe J9
Panjang butir 0,2 mm 1,2 mm 0,8 mm 0,10 mm
Lebar butir 0,6 mm 0,6 mm 0,8mm 0,8 mm
Bentuk permukaan butir Bergerigi Begerigi Bundar Berkerut
teratas Orange Merah Kuning Hitam
Warna kulit biji kemerahan kehitaman Putih Ungu
Warna hilum Coklat Kuning Gigi kuda Ketan
Tipe biji Semi tepung Berondong

USK J1 USK J2 USK A1 Genotipe J9

Gambar 3. Biji tanaman Jagung

Tabel 4. Keragaman bungaan

Jenis Bunga
Karakter
Terong Timun Petai cina Cabai
9

Panjang bunga 2,5 cm 2 cm 6 cm 2


Lebar bunga 3,5 cm 1,2 cm 4 cm 0,30
Panjang pedicel 2,5 cm 0,5 cm 3 cm 1,5 cm
Jumlah stamen 7 6 10 4
Tinggi stigma - - 6 cm 0,10 cm
Panjang calyx 2,3 cm 1,5 cm 2 cm 0,70cm
Jumlah calyx 7 5 5 5
Jumlah corolla bunga - - 5 6
Bentuk bunga Bintang Terompet Kembang Berbentuk
Tipe bunga Ganda Ganda diatas bintang
Warna bunga Ungu Kuning Tunggal Tunggal
Merah Putih

Terong Timun Petai cina Cabai

Gambar 4. Keragaman Bungaan

Tabel 5. Keragaman buah pisang (Musa paradisiaca L.)

Jenis/Genotipe
Kerakter
Wak Mas Raja
Panjang buah 11 cm 7 cm 11,3 cm

Diameter buah 4 cm 2,5 cm 2,9 cm

Permukaan buah Tidak berbulu Tidak berbulu Lonjong

Bentuk buah Lurus Sedikit Sedikit


melengkung melengkung

Warna kulit buah matang Kuning Kuning Kuning

Penampang melintang buah Sangat berpunggung Bulat Sangat


berpunggung

Bentuk ujung buah Leher botol Lonjong Menonjol

Sisa bunga tergantung pada Tanpa meninggalkan Tanpa Lancip


ujung buah bunga meninggalkan
10

bunga

Warna daging buah matang


Putih Kuning Kuning
Tekstur daging buah
Lembut Lembut Lembek

Wak Mas Raja

Gambar 5. Keragaman buah Pisang

Tabel 6.Keragaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.)

Jenis/Genotipe
Karakter
Ubi Jalar Ungu Ubi Kayu Ubi Merah
Panjang umbi 17 cm 18 cm 16 cm

Diameter umbi 5,8 cm 3 cm 4,4 cm

Ketebalan korteks 0,2 cm 1 cm 0,2 cm

Berat umbi 0,2 kg 0,3 kg 0,2 kg

Bentuk umbi Lonjong Melengkung Lonjong bulat

Cacat umbi Alligator L.S Bercak hitam Alligator L.S

Warna kulit predominan Berpigmen Coklat Kuning

Intensitas warna kulit Gelap Gelap Pucat

Warna sekunder kulit Ungu gelap Coklat Terang

Warna daging predominan Berpigmen Putih Orange

Warna sekunder daging Ungu Putih Bread ring

Distribusi warna sekunder Berbintik-bintik Menutup sebagian Bintik-bintik


besar daging
11

Ubi Jalar Ungu Ubi Kayu Ubi Merah

Gambar 6. Keragaman Ubi Jalar


4.2 Pembahasan
4.2.1 Keragaman biji tanaman padi (Oryza sativa)
Berdasarkan pada hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum kali ini
didapati banyak sekali perbedaan dan keragaman di tiap-tiap tanaman yang telah diamati.
Pengamatan pertama dilakukan pada biji tanaman padi (Oryza sativa L.) dengan tiga
varietas padi, diantaranya yang pertama adalah Arias, yang kedua adalah Tinggang, dan
yang terakhir adalah Kuku Balam. Pengamatan ini dilakukan dengan paramater yang sama
untk tiap varietasnya, sehingga sangat mudah untuk mengetahui perbedaan dan keragaman
dari tiap-tiap varietas. Untuk yang pertama dilakukan pengamatan pada varietas arias. Pada
varietas ini didapati bahwa varietas tersebut memiliki panjang dengan 0,9 mm sedikit lebih
panjang dari varietas lain dalam pengamatan. Setelah itu varietas ini memiliki lebar dengan
0,4 mm. Selanjutnya untuk bentuk dari gabahnya benrbentuk lonjong serta memiliki ekor
pada ujung gabah. Kemudian warna pada permukaan gabah berwarna kuning dan memiliki
warna hilum berwarna putih.
Pengamatan kedua dilakukan pada varietas Tinggang. Pada varietas ini
memiliki panjang dengan 0,8 mm. Lalu pada lebar gabahnya lebih kecil yaitu 0,3
mm dari varietas arias dan kuku balam. Kemudian pada varietas Tinggang memiliki
bentuk gabah yang lonjong juga sama seperti bentuk gabah varietas arias .
Selanjutnya varietas Arias tidak memiliki ekor pada ujung gabahnya. Setelah itu
varietas ini memiliki warna permukaan gaah dengan warna kuning kecoklatan tidak
seperti varietas arias yang hanya berwarna kuning. Dan yang terakhir varietas
Tinggang memiliki hilum yang berwarna putih.
Lalu pengamatan ketiga dari biji tanaman padi yaitu pada varietas Kuku
Balam. Pada varietas ini memiliki panjang gabah yang sama dengan varietas
tinggang, yaitu dengan panjang 0,8 mm. Selanjutnya varietas ini memiliki lebar
gabah yang paling panjang dibandingkan dengan kedua varietas sebelumnya yaitu
12

Arias dan Tinggang, yaitu dengan lebar 4,5 mm. Kemudian varietas kuku balam
memiliki bentuk gabah yang lonjong, serta varietas kuku balam tidak memiliki ekor
pada ujung gabahnya sama seperti varietas tinggang. Selain itu varietas ini
memiliki warna permukaan gabah yang berwarna kuning pucat, dibandingkan
dengan warna permukaan gabah varietas arias. Dan yang terakhir memiliki warna
hilum yang sama dengan varietas lain dalam pengamatan yaitu berwarna putih.

4.2.2 Keragaman biji tanaman kedelai (Glycine max L.)


Pengamatan selanjutnya pada praktikum kali ini yaitu melihat perbedaan dan
keragaman pada tanaman kedelai (Glycinen max L.) dengan tiga varietas kedelai (Glycine
max L.). Varietas-varietas tersebut antara lain adalah Anjasmoro, Deja 2, dan Brosol.
Untuk pembahasan hasil pengamatan yang pertama pada tanaman kedelai adalah varietas
Anjasmoro. Pada varietas ini memiliki panjang biji 1 cm serta lebar pada bijinya 7 mm.
Setelah itu varietas ini memiliki bentuk biji yang bulat serta varietas ini memiliki warna
kulit biji yang berwarna kuning gelap. Setelah itu memiliki hilum yang berwarna coklat
yang hampir sedikit mendekati warna putih atau coklat terang. Dan yang terakhir
kecerahan kulit biji dari varietas ini yaitu gelap.
Setelah itu dilakukan pengamatan kedua dari keragaman tanaman kedelai
(Glycinen max L.) yaitu dengan varietas Deja 2. Pada varietas ini memiliki panjang
biji 1 cm sama seperti varietas Anjasmoro dan juga memiliki lebar biji 8 cm yang
merupakan terpanjang dari kedua varietas lainnya yaitu anjasmoro dan brosol.
Kemudian varietas ini memiliki bentuk biji lonjong bulat dan juga memiliki kulit
pada biji yang berwarna kuning. Kemudian varietas ini memiliki hilum yang
berwarna coklat gelap. Dan yang terakhir kecerahan kulit pada biji dari varietas
deja 2 yaitu varietas ini memiliki kecerahan kulit yang terang.
Dan selanjutnya pengamatan terakhir pada tanaman kedelai (Glycinen max
L.) yaitu pengamatan pada varietas brosol. Pada varietas ini panjang pada bijinya
sama dengan kedua varietas anjasmoro dan deja 2 yaitu 1 cm. Lalu memiliki lebar
yang paling pendek dibandingkan dengan kedua varietas lainnya yaitu 1 mm.
Kemudian bentuk biji dari varietas ini yaitu berbentuk lonjong. Lalu varietas ini
memiliki kulit biji yang berwarna kuning cerah yang merupakan kebalikan dari
warna kulit pada varietas anjasmoro yang berwarna kuning gelap. Setelah itu hilum
13

pada varietas ini memiliki warna coklat. Dan yang terakhir varietas ini memiliki
kecerahan kulit biji yang sama seperti varietas deja 2, yaitu berwarna terang.

4.2.3 Keragaman biji tanaman jagung (Zea mays)


Pengamatan pada biji tanaman jagung (Zea mays L.) dengan menggunakan empat
genotipe jagung untuk diamati, diantaranya yaitu USK J1, USK J2, USK J A1, dan
Genotipe J9. Untuk yang pertama yaitu pengamatan dilakukan pada genotipe USK J1.
Pada genotipe ini memiliki panjang sekitar 0,2 mm serta lebarnya sekitar 0,6 mm.
Kemudian genotipe ini memiliki bentuk permukaan butir teratasnya yang bergerigi.
Kemudian genotipe ini memiliki kulit biji yang berwarna orange kemerahan. Lalu
memiliki hilum yang berwarna coklat serta genotipe ini dengan biji bertipe semi tepung.
Pengamatan kedua pada biji tanaman jagung (Glycinen max L.) yaitu
dengan genotipe USK J2. Pada genotipe ini memiliki panjang biji 1,2 mm serta
lebar pada bijinya yaitu 0,6 mm. Kemudian genotipe ini memiliki bentuk
permukaan butir teratasnya bergerigi dan memiliki warna kulit pada biji berwarna
merah kehitaman serta hilumnya yang berwarna kuning. Dan yang terakhir dari
pengamatan pada genotipe ini yaitu tipe biji pada genotipe ini yaitu bertipe
berondong.
Selanjutnya pengamatan pada genotipe A1 dari biji tanaman jagung (Glycinen max
L.). Pada genotipe ini telah diamati dan didapati bahwa pada panjangnya gonotipe ini yaitu
0,8 mm beserta dengan lebarnya sekitar 0,8 mm. Kemudian didapati bentuk dari
permukaan butir teratasnya memiliki bentuk yang bundar, berbeda dengan varietas J1 dan
J2 yang memiliki bentuk bergerigi. Setelah itu pada genotipe ini memiliki kulit biji yang
berwarna kuning. Setelah itu memiliki hilum yang berwarna putih dan tipe biji yang
bertipe gigi kuda.
Terakhir pada pengamatan pada genotipe J9 dari biji tanaman jagung
(Glycinen max L.). Pada genotipe ini telah diamati dan didapati bahwa pada
panjangnya genotipe ini memiliki sekitar 0,10 mm yang merupakan terpanjang dari
ketiga varietas lainnya yaitu J1, J2, dan A1. Lebar pada varietas ini yaitu 0,8 mm.
Kemudian didapati bentuk dari permukaan butir teratasnya memiliki bentuk yang
berkerut dan sangat terlihat perbedaannya dengan genotipe jagung yang lainnya
dalam pengamatan. Setelah itu pada genotipe ini memiliki kulit biji yang berwarna
14

hitam. Setelah itu memiliki hilum yang berwarna ungu dan tipe biji yang bertipe
ketan.

4.2.4 Keragaman bungaan


Pengamatan selanjutnya dilakukan pada bunga-bungaan yang diamati oleh
masing- masing kelompok pada bunga yang dibawa oleh masing-masing anggota
kelompoknya. Pada pengamatan ini dilakukan pada 4 jenis bunga yang menjadi
objek pengamatan. Yang pertama yaitu bunga Terong (Solanum melongena).
Bunga ini memiliki panjang bunga sekitar 2,5 cm dan lebar 3,5 cm. Selanjutnya
memiliki panjang pedicel 2,5 cm dan jumlah stamen ±7. Lalu tidak memiliki
stigma sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran pada tinggi stigma serta panjang
calyx 2,3 cm dan yang berjumlah 7. Kemudian tidak memiliki corolla pada bunga.
Setelah itu didapati pada bunga dalam pengamatan memiliki bentuk bunga seperti
bintang dengan tipe bunga ganda dan berwarna ungu.
Kemudian pengamatan kedua dilakukan pada bunga Timun (Cucumis sativus)
didapati bahwa panjang dari bunga dalam pengamatan tersebut sepanjang 2 cm dengan
lebar 1,2 cm. Kemudian panjang dari pedicel nya 0,5 cm serta jumlah stamen nya ±6. Pada
bunga ini tidak memiliki stigma namun panjang calyx 1,5 cm dan jumlahnya 5. Kemudian
pada bunga ini tidak memiliki corolla. Setelah diamati, bunga ini memiliki bentuk
terompet. Bunga ini bertipe ganda serta memiliki bunga berwarna kuning.
Selanjutnya pengamatan ketiga dalam keragaman bungaan yaitu pada petai cina
(Leucaena leucocephala) Pada bunga ini memiliki panjang 6 cm dan juga lebarnya sekitar
4 cm. Kemudian panjang pedicel pada bunga ini yaitu 3 cm serta jumlah stamen nya ±10
dan pada bunga ini memiliki tinggi stigma sekitar 6 cm yang merupakan terpanjang dari
bunga-bunga yang lain. Setelah itu panjang calyx pada bunga ini 2 cm dan memiliki
jumlah calyx 5. Kemudian jumlah corolla pada bunga ini sekitar 5 dan memiliki bunga
yang berbentuk kembang pada bagian atasnya. Yang terakhir bunga ini memiliki tipe
bunga yang tunggal serta warna dari bunganya yaitu berwarna merah.
Kemudian pada pengamatan terakahir untuk keragaman bungaan yaitu pada bunga
cabai (Capsicum annum). Bunga ini memiliki panjang bunga sekitar 2 cm dan lebarnya
0,30 cm. Selanjutnya panjang dari pedicel bunga ini yaitu 1,5 cm dan jumlah dari stamen
nya yaitu ±4. Kemudian diukur tinggi dari stigma nya sekitar 0,10 cm dan panjang calyx
nya sekitar 0,70 cm serta berjumlah 5. Lalu untuk jumlah corolla nya yang paling banyak
15

diantara bunga-bunga yang lain dalam pengamatan yaitu sebanyak 6 corolla. Setelah itu
bentuk dari bunga ini yaitu berbentuk bintang dan tipe bunga ini bertipe tunggal serta
memiliki warna putih.

4.2.5 Keragaman buah pisang (Musa paradisiaca L.)


Pengamatan selanjutnya pada praktikum kali ini yaitu pengamatan pada keragaman
buah pisang (Musa paradisiaca L.). Yang pertama yaitu pengamatan pada pisang wak
yang mana pada pisang ini memiliki panjang 11 cm dan diameter pisang sekitar 4 cm.
Permukaan tangkai buah pisang wak tidak berbulu serta bentuk dari buah ini yaitu lurus.
Kemudian warna kulit buah yang matang berwarna kuning dan penampang melintang buah
sangat berpunggung. Kemudian bentuk dari ujung buahnya yaitu leher botol serta sisa
bunga tergantung pada ujung buah tidak ada peninggalan bunga. Setelah itu daging pada
buah yang matang memiliki warna putih serta dagingnya bertekstur lembut.
Pengamatan kedua yaitu pada buah pisang dengan genotipe mas. Panjang
dari pisang ini sekitar 7 cm dan dengan diameter 2,5 cm. Kemudian permukaan
tangkai buah tersebut tidak berbulu serta memiliki bentuk buah yang sedikit
melengkung. Lalu warna dari kulit buah yang matang berupa warna kuning serta
penampang melintang buah bulat. Setelah itu bentuk dari ujung buah tersebut yaitu
lonjong dengan tidak memiliki sisa bunga tergantung pada ujung buah. Kemudian
daging buah yang matang berwarna kuning dengan tekstur lembut pada dagingnya.
Dan terakhir pengamatan pada buah pisang yaitu pada pisang raja. Pada
pisang ini memiliki panjang sekitar 11,3 cm, yang merupakan pisang terpanjang
dari kedua jenis pisang lainnya. Dengan diameter 2,9 cm. Kemudian pada buah ini,
permukaan tangkai buahnya lonjong serta buahnya berbentuk sedikit melengkung
dengan kulit buah yang matang berwarna kuning. Setelah itu penampang melintang
buah ini sangat berpunggung dan bentuk dari ujung buah berbentuk menonjol.
Setelah itu bunga ini tanpa peninggalan bunga pada ujung buah. Kemudian daging
dari buah yang matang berwarna kuning serta teksturnya yang berbeda dari kedua
jenis pisang lainnya yaitu lembek.

4.2.6 Keragaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)


Pengamatan selanjutnya pada praktikum kali ini yaitu pengamatan pada
keragaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.) yang dilakukan menggunakan 3 jenis ubi
16

yaitu ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) , ubi kayu (Manihot utilisima) , dan ubi
merah (Ipomoea batatas poir) . Yang pertama yaitu pengamatan pada ubi jalar
(Ipomoea batatas L.) dengan panjang 17 cm dan diameter 5,8 cm yang merupakan
terbesar diantara kedua jenis ubi lainnya. Ketebalan korteks 0,2 cm, berat yang
diketahui setelah ditimbang yaitu 0,2 kg. Dengan bentuk umbi berbentuk lonjong
dan memiliki cacat umbi dengan tipe Alligator like skin. Warna kulit
predominannya adalah berpigmen antosianin. Intensitas warna kulit gelap dengan
warna sekunder kulit ungu gelap dan warna sekunder daging ungu. Warna daging
predominan berpigmen antosianin. Dan distribusi warna sekunder dengan
penyebaran berbintik didaging buah.
Kedua yaitu pengamatan pada ubi kayu (Manihot utilisima) dengan
panjang 18 cm dan diameter 3 cm. Ketebalan korteks 1 cm, berat yang diketahui
setelah ditimbang yaitu 0,3 kg. Dengan bentuk umbi berbentuk melengkung dan
memiliki cacat umbi dengan tipe bercak hitam. Warna kulit predominannya adalah
coklat. Intensitas warna kulit gelap dengan warna sekunder kulit coklat dan warna
sekunder daging putih. Warna daging predominan putih. Dan distribusi warna
sekunder dengan menutup sebagian besar daging.
Dan terakhir pengamatan pada ubi merah (Ipomoea batatas poir) dengan
panjang 16 cm dan diameter 4,4 cm. Ketebalan korteks 0,2 cm, berat yang
diketahui setelah ditimbang yaitu 0,2 kg. Dengan bentuk umbi berbentuk lonjong
bulat dan memiliki cacat umbi dengan tipe Alligator like skin. Warna kulit
predominannya adalah kuning. Intensitas warna kulit pucat dengan warna sekunder
kulit terng dan warna sekunder daging bread ring. Warna daging predominan
orange. Dan distribusi warna sekunder dengan penyebaran berbintik didaging buah.

4.3 Tugas Integritas


Adapun tugas integritas yang diberikan saat praktikum adalah sebagai berikut:
1. Apa nama dari gabungan faktor genetik dan faktor lingkungan?
Fenotipe adalah suatu karakter (baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan
perilaku) yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotipe dan
lingkungan serta interaksi dari keduanya. Pada tingkat organisme, fenotipe adalah
sesuatu yang dapat diihat/diamati/diukur, sesuatu sifat atau karakter. Pengamatan
fenotipe dapat sederhana (misalnya warna bunga) atau sangat rumit hingga
17

memerlukan alat dan metode khusus. Namun, Karena ekspresi genetik suatu
genotype bertahap dari tingkat molekular hingga tingkat individu, sering kali
ditemukan keterkaitan antara sejumlah fenotipe dalam berbagai tingkatan yang
berbeda-beda.

2. Sebutkan varietas padi lokal yang terdapat dimasing-masing wilayah tempat


tinggalmu!
Untuk varietas padi lokal yang ada diwilayah tempat tinggal saya yaitu di
kabupaten Aceh Tamiang sendiri tidak memiliki varietas padi lokal. Dikarenakan
masyarakat di wilayah Aceh Tamiang memilih untuk menggunakan varietas padi
yang umum di gunakan oleh para petani lainnya. Dan yang lebih dominan
digunakan seperti pada varietas padi Inpari 32. Untuk varietas padi Inpari 32
banyak digunakan karena memiliki ketahanan terhadap penyakit Hawar daun
bakteri strain III dan Blas ras 033. Namun, agak rentan terhadap wereng coklat
biotipe 1, 2, dan 3. Kemudian memiliki rasa nasi yang pulen dengan kadar amilosa
21,8 %. Sedangkan untuk padi lokal dari Aceh sendiri berasal dari kabupaten Aceh
Barat Daya dengan nama Sigupai. Sigupai dapat ditanam pada dua agroekosistem
di lahan sawah dan lahan kering. Varietas ini memiliki banyak karakter yang
menonjol, seperti bentuk bulat yang bagus, memiliki ukuran panjang 6,89 mm, dan
kandungan amilosa 20.92 %. Berdasarkan mutu giling sigupai memiliki rendemen
beras giling dan beras kepala lebig tinggi serta persentase beras menir lebih rendah
dibandingkan inpari 32.

3. Umpamanya dapat menanam tanaman di planet Mars. Bagaimana cara kalian


menciptakan variasi baru yang tahan untuk dibudidayakan diplanet mars?

Menurut ilmuwan asal Indonesia yang terlibat dalam sebuah proyek bercocok
tanam dimars yaitu Yheni Dwinigningsih di Universitas of Arkansas, Amerika
Serikat (AS). Dalam studi berjudul “Rice Can Grow and Survive in Martian
Regolith with Challenges That Could be Overcome Trough Control of Stress-
Related Genes”. Menyebutkan bahwa tantangan terbesar dalam menanam makanan
di mars adalah adanya garam perklorat yang terdeteksi di tanah planet mars yang
dianggap beracun bagi tanaman. Selain itu tantangan lainnya adalah karena jumlah
kadar oksigen, nitrogen, dan bakteri anaerob yang ada.
18

Maka dari itu menurut saya langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan
menanam tanaman yang dapat menetralkan garam perklort atau tanaman yang
tahan akan tanah dengan kandungan garam perklorat. Setelahnya untuk dapat
dilakukan penanaman tanaman, maka diperlukan oksigen yang cukup dengan
menggunakan green house, yang didalamnya diberi oksigen serta bahan-bahan
yang dibutuhkan untuk tanaman dapat tumbuh. Karena pada dasarnya semua
makhluk hidup memerlukan oksigen untuk bernafas begitu juga dengan tumbuh-
tumbuhan. Maka jika pun dapat membuat varietas tanaman yang tahan akan suhu,
udara, tekanan, dan tekstur tanah yang ada di planet mars. Akan sia-sia karena di
planet mars hampir tidak ada oksigen.

.
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Keanekaragaman tumbuhan yang ada dibumi ini dapat ditunjukkan dengan adanya
variasi, bentuk, penampilan serta ciri-ciri yang ada pada tumbuhan tersebut.
2. Pada tiap varietas dari tanaman padi yang menjadi objek pengamatan, memiliki
keragaman yang mencolok dalam warna permukaan gabah yang berbeda-beda namun
tak jarang memiliki salah satu ciri yang sama.
3. Pada tiap varietas tanaman kedelai yang menjadi objek pengamatan, memiliki panjang
yang sama serta warna kulit yang hampir sama.
4. Pada tiap genotipe tanaman jagung memiliki keragaman serta ciri khas yang berbeda-
beda.
5. Pada keragaman bunga sangat jelas perbedaan yang tampak dikarenakan jenis
masing-masing bunga yang berbeda-beda, baik itu bentuk, warna, dan lainnya.
6. Keragaman pada buah pisang ditemukan salah satu yang sama antara masing-masing
pisang yang berbeda jenis pada warna kulit buah matang.
7. Pada keragaman ubi jalar dapat diketahui bahwa pada masing-masing ubi memiliki
ciri-ciri yang berbeda namun hampir memiliki kesamaan pada jenis cacat yang ada
pada ubi.

5.2 Saran
Adapun saran saya pada pelaksanaan praktikum, hendaknya mahasiswa
dapat menjalankan praktikum dengan bersungguh-sungguh dan dengan tertib agar
mahasiswa dapat memahami apa yang dipraktikumkan dan mengetahui tujuan dari
praktikum tersebut. Serta dapat mengaplikasikan hasil praktikum dengan baik. Dan
untuk lab agar mempertahankan preparat yang ada.

18
DAFTAR PUSTAKA

Al-Muhdar, Mimien H.I., F. Rohman, dan M. Nasir Tamalene., 2018. Keanekaragaman


Tumbuhan Rempah dan Pangan Unggul Lokal. Malang: IKIP Malang.
Alqamari, Muhammad, Fitria, Yusuf, Mukhtar, Suwanto sitorus, Reyza. 2022. Ekologi
Tanaman. Medan.

Alverez Yepiz, Juan C., Dovciak, Martin. 2015. Enhancing Ecosystem Function Through
Conservation: threatened plants increase local carbon storage in tropical dry
forests. 8(4) 999-1008.

Afzal, Muhammad, Fachruddin, Jayanti, Sri, Dewi. 2020. Analisis Ketersediaan lahan
untuk pemenuhan kebutuhan serealia di Kabupaten Aceh Jaya. 8(1): 1.

Alrivan, Ezar, Muhammad, Rachmat, Nur, Ayustin, Rizki, Monica. 2020. Klasifikasi jenis
kacang-kacangan berdasarkan tekstur menggunakan jaringan syaraf tiruan. Jurnal
Politeknik Caltex Riau. 6(1): 89-98.

Kartawinata, Kuswata. 2013. Diversitas ekosistem alami Indonesia: ungkapan singkat


dengan sajian foto dan gambar. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.

Mulyadi, Hasanuddin. 2014. Botani Tumbuhan rendah. Banda Aceh:Syiah kuala


University Press.

Makori Isaboke, Shandrack, Tai-Hua Mu, Sun, Hong-Nan. 2020. Total polyphenol content,
antioxidant activity, and individual phenolic composition of different edible parts of
4 sweet potato cultivars. 15 (7): 1-2.

Nandy. 2021. Keanekaragaman Hayati: Pengertian, Tingkatan, manfaat, dan


Pelestariannya. [Online] Available at: < https://www.gramedia.com
/literasi/keanekaragaman-hayati/ > [Diakses 09 Februari 2024].

Purnomo. 2015. Praktik-praktik konservasi lingkungan secara tradisional jawa. Malang:


Universitas brawijaya Press.

Rahman, dan Syamsul. 2018. Teknologi pengolahan tepung dan pati biji-bijian. Penerbit
Deepublish. Yogyakarta.

Sari, Helda, Hari Mukti, Bayu. 2019. Keanekaragaman tumbuhan paku (Pteridophyta)
di kawasan hutan desa Banua Rantau kecamatan Batang Alai Selatan kabupaten hulu
tengah. Banjarmasin. 5(3): 1-5.

Sriastuti, Widia, Herawatiningsih, Ratna, Tavita, Eva, Gusti. 2018. Keanekaragaman jenis
tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman hias dalam kawasan IUPHHK-HTI Pt.
Bhatara Alam Lestari di desa Sekabuk kecamatan Sadaniang kabupaten
mempawah. Jurnal Hutan Lestari. 6(1):147-157.

19
20

Sihabuddin. 2018. Mempopulerkan buah-buahan lokal. [online] Available


at:<ttps://komunikasi.unimma.ac.id/memopulerkan-buah-buahan
lokal.html>[Diakses 08 Februari 2024].

Van Beek, Roy, Marguerie, Dominique, Burel, Francoise. 2017. Land use, settlement, and
plant diversity in Iron Age Northwest France. The Holocene. 28(4): 513-528.
21

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil pengamatan di laboratorium

Gambar 1. Varietas Kuku Balam pada Gambar 2. Varietas Tinggang pada tanaman
Tanaman Padi Padi

Gambar 3. Varietas Arias pada tanaman Gambar 4. Varietas Deja 2 pada tanaman
Padi Kedelai

Gambar 5. Varietas Brosol pada tanaman Gambar 6. Varietas Anjasmoro pada


Kedelai tanaman Kedelai
22

Gambar 7. Genotipe J2 pada tanaman Gambar 8. Genotipe A1 pada tanaman


Jagung Jagung

Gambar 9. Genotipe J1 pada tanaman Gambar 10.Genotipe pada tanaman


Jagung Jagung

Gambar 11. Bunga Terong Gambar 12. Bunga Timun


23

Gambar 13. Bunga Petai Cina Gambar 14. Bunga Cabai

Gambar 15. Pisang Wak Gambar 16. Pisang Mas

Gambar 17. Pisang Raja Gambar 18. Ubi Jalar Ungu


24

Gambar 19. Ubi Kayu Gambar 20. Ubi Merah

Lampiran 2. Sumber Literatur


25
26

Anda mungkin juga menyukai