Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN LENGKAP

EKOLOGI HEWAN
SUMBER DAYA ALAM SERANGGA CAHAYA
(LIGHT TRAP)

Di susun
Oleh :

Nama : Gusti Ayu Kadek Yunita Safitri

Stambuk : A22116053

Kelas :B

Kelompok : 14

Asisten : Aris Munandar S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hanturkan atas kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang

telah memberikan nikmat berupa kesahatan dan kekuatan sehingga penulis dapat

menyusun laporan lengkap pada mata kuliah Ekologi Hewan yang berjudul “SDA

Serangga Cahaya (Light Trap)”.

Tidak lupa penulis sampaikan banyak terimakasi kepada seluruh anggota

kelompok 14 dengan modul praktikum “SDA Serangga Cahaya (Light Trap)”,

kepada asisten lapangan yang telah membimbing seleuruh praktikan sehingga

kami memperleh arah dan tujuan untuk melakukan pengamatan, dan tak lupa

penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengampuh mata kuliah

Ekologi Hewan yang telah memberi banyak masukan dan membimbing serta

memberikan bekal teori dan praktik sehingga kami memiliki bekal dalam

melakukan pengamatan “SDA Serangga Cahaya (Light Trap)”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan

laporan ataupun dalam melakukan pengamatan “SDA Serangga Cahaya (Light

Trap)”, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

pengetahuan mengenai serangga cahaya dan adaptasinya pada lingkungan

tertentu. Penulis berharap laporan ini bermanfaat untuk membantu menambah

wawasan dan pengetahuan mahasiswa.

Palu, 22 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR KOREKSI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

1.5 Batasan Istilah 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4

2.1 Penelitian Relevan 4

2.2 Kajian Pustaka 6

2.3 Kerangka Pikiran 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10

3.1 Jenis Penelitian 10

3.2 Waktu dan Tempat 10

3.3 Alat dan Bahan 10

3.4 Teknik pengambilan data 12

3.5 Analisis Data 12

ii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14

4.1 HASIL PENGAMATAN 14

4.2 Pembahasan 17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 20

5.1 Kesimpulan 20

5.2 Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN

LAMPIRAN DATA

LAMPIRAN ANALISIS DATA

LAMPIRAN LAPORAN SEMENTARA

LAMPIRAN GAMBAR

LAMPIRAN KOREKSI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Serangga dibagi pada beberapa ordo seperti orthoptera, isoptera,

thysanoptera, hemiptera,homoptera, lepidoptera, celeoptera, diptera, dan

hymenoptera. Serangga juga memiliki beberapa ciri yang khas yaitu diantaranya

tubuhnya dibagi menjadi 1 bagian, serangga juga termasuk kelas insekta,

tubuhnya beruas-ruas. Serangga memiliki tipe metamorphosis yaitu

paurometabola dan holometabola. Serangga memiliki antenna yang fungsinya

cukup beragam,yaitu sebagai peraba, pembau dan perasa. bentuk antena serangga

bermacam-macam, dan dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengidentifikasi

makhluk asing.

Walaupun ukuran tubuh serangga relative kecil dibandingkan dengan

vertebrata, kuantitasnya yang demikian besar menyebabkan serangga sangat

berperan dalam biodiversity (keanekaragaman bentuk hidup) dan dalam siklus

energy dalam suatu habitat. Keanekaragaman yang tinggi dalam sifat-sifat

morfologi, fisiologi, dan prilaku adaptasi dalam lingkungannya.

Adapun faktor-faktor yang melatarbelakanggi dilakukannya penelitian di

Dusun Lino, Desa Lembah Sada, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten

Donggala karena di desa tersebut memiliki kondisi alam yang cukup menunjang

untuk kehidupan organisme didalamnya, seperti kondisi fisik lingkungan, suhu,

intensitas cahaya dan kelembaban di deerah ini sangat baik. Selain itu Desa

Tolongano mempunyai hutan yang berlum terlalu di jamah manusia. Sehingga

1
2

sangat cocok di gunakan sebagai tempat di lakukan nya pratikum lapangan mata

kuliah Ekologi hewan yaitu Sumber Daya Alam Serangga cahaya (Light Trap).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada pengamatan light trap yaitu :

1. Bagaimana keanekaragam jenis serangga yang ada di Dusun Lino, Desa

Tolongano, Kabupaten Donggala

2. Bagaimana kelimpahan jenis serangga yang ada di Dusun Lino, Desa

Tolongano, Kabupaten Donggala

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi

mengenai:

1. Keanekaragaman jenis serangga yang ada di Dusun Lino, Desa Tolongano,

kabupaten donggala.

2. Kelimpahan jenis serangga yang ada di Dusun Lino, Desa Tolongano,

kabupaten donggala.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Aspek Teoritis

1. sebagai salah satu subangsi ilmu pengetahuan untuk menambah dan

memperdalam ilmu pegetahuan di lingkungan Universitas Tadulako.

2. Tersedianya data tentang keanekaragaman serta kelimpahan serangga

cahaya yang ada di Desa Tolongano, Dusun Lino.


3

1.4.2 Aspek Praktis

1. Bagi masyarakat dan memberika sumbangsi wawasan dan informasi

tentang keanekaragaman dan kelimpahan serangga cahaya yang terdapat

Di Desa Tolongano, Dusun Lino.

2. Bagi universitas, sebagai wujud aplikasi bagi penulis/mahasiswa dan dapat

memberi informasi terhadap Universitas Tadulako dalam pengembangan

Tri Darma Perguruan Tinggi.

3. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu panduan bagi guru dan siswa

dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar melalui pembelajaran

yang tepat.

1.5 Batasan Istilah

Agar mempermudah dalam melakukan penelitian mengenai serangg

cahaya, maka disusunlah batasan-batasan kajian yang perlu kerjakan dan

dipahami dalam pengamatan serangga cahaya atau light trap.

1. Serangga cahaya merupakan spesies insect nocturnal yang peka terhadap

cahaya.

2. keanekaragaman dari jenis jenis serangga cahaya yang ada di Desa

Tolongano, Dusun Lino.

3. kelimpahan dari jenis serangga cahaya yang ditemukan di Desa

Tolongano, Dusun Lino.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Relevan

Menurut Hanifah Masaroh (2017), Indonesia merupkan salah satu

produsen kakao dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Adanya serangan hama

Penggerek Buah Kakao dapat menurunkan produksi sampai 80%. Terkait dengan

hal tersebut dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui, jenis serangga

nokturnal, distribusi temporal, respon serangga nokturnal terhadap variasi warna

cahaya, dan hubungan antara faktor abiotik dengan jumlah serangga nokturnal

tertinggi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-April 2016 di

lahan perkebunan kakao Desa Jambangan, Kecamatan Dampit, Kabupaten

Malang. Pengumpulan data dilakukan menggunakan light trap, variasi warna

cahaya yang digunakan yaitu (putih, biru, kuning, hijau, dan merah) dengan waktu

pengambilan sampel pada pukul 20.00, 22.00, dan 00.00 WIB. Pengambilan data

dilakukan 6 kali ulangan. Data dianalisis menggunakan (ANAVA) dengan

rancangan acak kelompok (RAK), dilanjutkan dengan uji lanjut BNJ. Hasil

penelitian menunjukkan terdapat 10 ordo, 20 famili, dan 23 genus. Distribusi

temporal serangga nokturnal paling banyak yaitu pada pukul 20.00 WIB,

sedangkan respon serangga tertingi pada perlakuan warna cahaya biru pada waktu

pengambilan sampel 20.00, dengan komposisi serangga hama 10 genus, predator

4
7 genus, dan parasitoid 1 genus. Hama utama yang ditemukan yaitu genus

Empoasca. Selanjutnya untuk hasil regresi multiparameter memiliki nilai

5
signifikansi sebesar 0,033, dengan sumbangan faktor abiotik (kelembaban udara)

terhadap jumlah individu tertinggi waktu pengambilan sampel pukul 20.00 WIB

sebasar R2 = 0,720.

Menurut Rudi Candra Aditama (2013), Pertanian organik merupakan

sistem pertanian berkelanjutan dengan menekankan pada kestabilan lingkungan.

Indikator kestabilan pertanian organik tersebut dapat diketahui dari keragaman

dan kelimpahan serangga salah satunya serangga nokturnal. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui diversitas dan struktur komunitas serangga nokturnal

pada areal pertanian padi organik di musim penghujan. Penelitian ini bersifat

deskriptif eksploratif dengan pengambilan sampel sebanyak enam kali dengan

mengunakan metode Light Trap (LT) pada enam titik serta dilakukan pengukuran

faktor abiotik. Data ditabulasi dalam Microsoft Excel. Struktur komunitas

didapatkan dari indeks nilai penting (INP) dan indeks diversitas Shannon-

Wienner. Serangga nokturnal di areal pertanian organik terdiri dari 10 ordo yang

terbagi atas 42 famili dengan lima famili tertinggi berdasarkan indeks nilai

penting (INP) yaitu Culicidae (23 %), Delphacidae (19 %), Pyralidae (13 %),

Chrysomelidae (12 %), dan Formicidae (12 %). Diversitas serangga nokturnal

yang diperoleh berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener menunjukkan nilai

(H'=4,146). Komposisi peran ekologis serangga nokturnal yang ditemukan terdiri

dari herbivora (122 %), predator (33 %), scavanger (23 %), dan parasitoid (22 %).

Faktor abiotik memiliki nilai yang tidak berbeda jauh pada setiap lokasi
6

pengambilan sampel dengan rata-rata suhu 22-24o C, intensitas cahaya 40 lux,

kelembaban udara 88 %, dan curah hujan kumulatif 2663 mm/tahun.

Menurut Novita Kristina Larioh (2018), Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh cahaya lampu terhadap kepadatan populasi dan intensitas

serangan S. innotata. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode

observasi, dengan perlakuan dua lampu perangkap jenis LED dengan daya 5 watt

dan 10 watt,setiap lampu perangkap ditempatkan diantara 2 petak pengamatan.

Petak pengamatan yang diamati pada penelitian ini sebanyak 4 petak berukuran

30x20,5m. Pada setiap petak pengamatan dibuat sebanyak 5 titik pengamatan

berukuran 2x2m, sehingga jumlah seluruh petak yang diamati pada penelitian ini

sebanyak 20 anak petak. Penanaman pada setiap petak menggunakan sistem

penanaman padi jajar legowo dengan ukuran 20x40m. Data populasi dan

intensitas serangan innotata yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah imago S innotata pada perlakuan

cahaya lampu 5 watt da 10 watt mengalami peningkatan mulai dari minggu

pertama pengamatan sampai dengan minggu terakhir pengamatan, dimana

pengamatan dilakukan seminggu sekali selama 8 kali pengamatan. Jumlah

tangkapan imago S. innotata pada perlakuan 5 wattter banyak 110 ekor dan 10

watt jumlah tangkapan terbanyak 219 Dan hasil analisis uji-t bahwa perlakuan

antara cahaya lampu yang 5 watt dan 10 watt berpengaruh nyata terhadap

intensitas serangan S. innotata yang diamati.

2.2 Kajian Pustaka


7

Serangga adalah anggota dari filum atropoda (binatang dengan kaki

beruas-ruas) yang terbagi menjadi tiga sub filum yaitu filum Trilobita (telah

punah dan tinggal sisa-sisanya/fosil) Chelicerata (terdiri atas beberapa kelas

termasuk Arachnida) dan Mandibulata (terdiri atas beberapa kelas yang salah

satunya adalah kelas insect/Hexapoda). Serangga malam merupakan golongan

hewan yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk beraktivitas pada

malam hari (Adeliny 2018).

Salah satu sifat serangga adalah memiliki ketertarikan terhadap cahaya,

dalam praktek secara tradisional hal ini telah lama diaplikasikan misalnya

menggunakan lampu petromak untuk menangkap laron (serangga), menangkap

lalat buah dengan warna kuning, menangkap lalat dengan warna-warni yang

mencolok dan menangkap nyamuk dengan menggunakan ultraviolet. Intensitas

cahaya dapat berpengaruh terhadap perilaku serangga (hama), sehingga intensitas

cahaya dapat dimanfaatkan guna menangkap serangga (hama) yang mana

penangkapan serangga (hama) tersebut dapat dimanfaatkan dalam bidang

pertanian (pengendalian hama serangga) serta dapat digunakan sebagai bahan

pakan ternak. Cahaya memiliki daya tarik dan mampu mempengaruhi perilaku

serangga (hama), dengan intesitas tertentu akan diperoleh efisiensi sumber energi

(catu daya), serta daya pikat untuk mengumpulkan serangga (hama). Kemampuan

ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian populasi serangga yang tidak

menguntungkan (hama) dengan pendekatan ramah lingkungan (Mukhlis, 2016).


8

Ada dua faktor yang memengaruhi perkembangan populasi serangga yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kemampuan

berkembang-biak yang dipengaruhi oleh natalitas dan fekunditas, sex rasio antara

serangga jantan dan betina, sifat mempertahankan diri, siklus hidup, dan umur

imago, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor temperatur, kelembapan,

cahaya, warna, bau, angin, makanan, ruang, dan faktor hayati/ musuh alami

(Natawigena, 1990 dalam Sianipar, 2015).

Insekta atau serangga merupakan spesies hewan yang jumlahnya paling

dominan di antara spesies hewan lainnya dalam filum Arthrophoda. Serangga

dapat dijumpai di semua daerah di atas permukaan bumi baik di darat, laut,

maupun udara. Mereka hidup sebagai pemakan tumbuhan, serangga, atau binatang

lain, bahkan mengisap darah manusia dan mamalia. Serangga merupakan hewan

beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Fosil-fosilnya dapat dirunut

hingga ke masa fosil raksasa primitif telah ditemukan. Sejumlah anggota Diptera

seperti lalat dan nyamuk yang terperangkap pada getah juga ditemukan. Serangga

mampu hidup dimanapun, bahkan ada serangga yang mampu hidup tanpa oksigen

sekalipun (Hasyimudin, 2017).

Serangga hama memiliki kemampuan untuk menemukan tanaman inang.

Menurut Sunarno (2011) kesesuaian isyarat visual maupun isyarat kimia akan

menyebabkan serangga lebih tertarik menemukan inangnya. Respon dapat berupa

gerak mendekat, menjauh maupun mematikan serangga secara perlahan. Respon

tersebut dijadikan landasan oleh para peneliti untuk mengendalikan serangga


9

hama di pertanian. Bentuk pengendalian hama yaitu sticky trap, yellow trap, light

trap, pemanfaatan senyawa atraktan, repelen dan feromon, dan insektisida nabati

maupun kimia. Hasil wawancara kepada petani pada bulan Januari 2016 di Desa

Selokerto, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang menunjukkan sebagian besar

petani jeruk menggunakan insektisida kimia dalam mengendalikan serangan

hama. Mereka menganggap insektisida kimia lebih efektif menurunkan serangan

hama (Oktaviana, 2009).

2.3 Kerangka Pemikiran


Fenomena :

kurangnya pemahaman masyarakat mengenai


keanekaragaman jenis serangga cahaya yang ada di
Desa Tolongano, Dusun Lino

Permasalahan :

minimnya litetaur yang tersedia yang disebabkan oleh kurangnya


penelitian mengenai keanekaragaman jenis serangga dan kelimpahan
dari jenis serangga cahaya. Sehingga solusi yang ditawarkan yaitu
dilakukannya study literature mengenai keanekaragaman jenis dan
kelimpahan jenis serangga.

Tema :

keanekaragaman dan kelimpahan


jenis serangga cahaya.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif ekploratif.

Penelitian ini bersifat deskriptif ekploratif. Penelitian dilakukan di di dusun lino,

desa lembah sada ,kecematan banawa, kabupaten donggala. Pengambilan data

menggunakan light trap dengan memberi perlakuan warna lampu yaitu putih,

merah, kuning, hijau, dan biru.

3.2 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum lapangan yaitu :

Hari/tanggal : Jumat- Sabtu / 13-14 April 2019

Waktu : Pukul 18.00 wita – selesai

Tempat : Dusun Lino, Desa tolongano, Kecamatan Banawa Selatan,

Kabupaten Donggala.

3.3 Alat dan Bahan

10
11

Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

No Nama alat Fungsi alat

.
1. Lampu Boh lam warna putih sebagai control
1. Boh lam warna warni sebagi pembanding
3. Kabel menyambungkan lampu dan sumber

listrik (arus listrik)


11

4. Toples wadah untuk perangkap


5. Kamera sebagai alat dokumentasi
6. Jenset sebagai sumber listrik
7. Meteran mengukur dan menentukan panjang

transek
8. Buku identifikasi serangga. Untuk mengidentifikasi jenis serangga
9. Tali rafia untuk mengikat toples
10. Senter dan baterai sebagai penerangan saat pengamatan
11. Thermometer sebagai pengukur suhu
12. Patok sebagai penyangga toples
13. Alat tulis menulis untuk menuliskan hasil pengamatan
14. Saringan menyaring hewan yang terkena

perangkap
15. Anemometer untuk menghitung kecepatan angina
16. Hygrometer untuk menghitung kelembaban

TABEL 3.2 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

No Nama bahan Fungsi bahan

.
1. Air sebagai pencampur alcohol
2. Alcohol agar serangga masuk dalam toples tidak

bias keluar
3. Plastic sampel untuk tempat menaruhkan serangga

yang sudah tertangkap di light trap.

4. Kertas label untuk member nama spesies yang di

temukan.

3.4 Teknik pengambilan data

Data yang dikumpulkan yaitu jenis, kelimpahan, dan keanekaragaman spesies

yang ditemukannya satwa.


12

3.4.1 Pengamatan langsung

1) Metode light trap

Pengambilan data dilakukan pada pukul 18.00-20.00, 20.00-22.00, dan

22.00- 00.00, 00.00-02.00, dan 02.00-04.00 WITA. Serangga yang terjebak pada

toples yang berisi yang bercampur dengan alcohol agar serangga tidak bisa keluar

lagi. Jenis lampu yang digunakan lampu yang berwarna putih. Sumber energi

berasal dari aki atau jenset. Pengukuran faktor abiotik (suhu, kelembaban udara,

dan kecepatan angin) dilakukan satu kali pada setiap pengambilan data.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Indeks keanekaragaman jenis (H’)

Ludwig dan Reynold (1998) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis

mamalia ditentukan dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon–

Wiener dengan rumus :

H’= -∑pi ln pi; dimana pi = ni N

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

ni = Jumlah individu setiap jenis

N =Jumlah individu seluruh jenis Untuk menentukan keanekaragaman jenis

serangga,

Kriteria Nilai Indeks Keanekaragaman Shanon-Wieners Seperti Berikut:

> 3 = Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan

kestabilan komunitas tinggi


13

1 – 3 = Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang

dan kestabilan komunitas sedang

< 1 = Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah

dan kestabilan komunitas rendah

3.6.2 Rumus Kelimpahan Jenis

Kelimpahan individu dapat dinyatakan sebagai jumlah individu persatuan

luas, dimana dapat dihitung dengan rumus :

Xi
A=
¿

Keterangan:

A=¿Kelimpahan (individu/m2)

Xi=¿ Jumlah individu

¿=¿ Luas plot jenis ke-I di temukan (m2)


14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang diperoleh pada penelitian Keanekaragaman dan

kelimpahan jenis serangga cahaya (light trap) dapat di lihat pada table yang akan

disajikan dibawah ini:

Tabel 4.1 Jenis-Jenis Serangga Cahaya

Jenis- jenis serangga cahaya dapat disajikan pada table 4.1

No Ordo Family Genus Spesies


1 Diptera Tachinidae Triarthria Triarthria setipennis
2 Blattodea Termitidae Macrotermes Macrotermes gilvus
3 Lepidoptera Crambidae Nymphula Nymphula sp.
4 Coleopteran Geotrupidae Geotrupes Geotrupes sp.
5 Hymenoptera Agaonidae Blastopaga Blastophaga sp.
6 Hymenoptera Formicidae Anoplolepis Anoplolepis sp.
7 Hymenoptera Berytidae Zelus Zelus sp.
8 Hymenoptera Formicidae Solenopsis Solenopsis sp.

Tabel 4.2 Anilisis keanekaragaman jenis serangga cahaya

Analisis mengenai keanekaragaman jenis serangga cahaya dapat disajikan dalam

table 4.2
15

Pengambilan
No Nama ∑ Pi Ln. Pi Pi. lnpi H1
Data Jam
21 22 23
1 Triarthria
1 11 - 12 0,35 -1,05 -0,36 0,36
setipennis
2 Macrotermes
2 3 5 10 0,29 -1,23 -0,35 0,35
gilvus
3 Nymphula sp. 1 1 1 3 0,08 -2,52 -0,20 0,20
4 Geotrupes sp. - 1 - 1 0,03 -3,50 -0,10 0,10
5 Blastophaga
- 1 1 2 0,05 -2,99 -0,14 0,14
sp.
6 Anoplolepis sp. - 4 - 4 0,11 -0,21 -0,24 0,24
7 Zelus sp. - - 1 1 0,03 -3,50 -0,10 010
8 Solenopsis sp. - 1 - 1 0,03 -3,50 -0,10 010
Total 34 -1,59 1,59

Tabel 4.3 Kelimpahan Jenis Serangga

Kelimpahan jenis serangga cahaya dapat disajikan dalam tabel dibawah ini:

Waktu
A
Pengambilan
No Nama spesies ∑ (individu/m2)
Sampel
21 22 23
1. Triarthria 1 11- 12 0,48

setipennis
2. Macrotermes 2 3 5 10 0,40
16

gilvus
3. Nymphula sp. 1 1 1 3 0,12
4. Geotrupes sp. - 1 - 1 0,04
5. Blastophaga sp. - 1 1 2 0,08
6. Anoplolepis sp. - 4 - 4 0,16
7. Zelus sp. - - 1 1 0,04
8. Solenopsis sp. - 1 - 1 0,04
Total 34 1,36

Tabel 4.4 Kondisi fisik-kimia desa tolongano

Kondisi fisik dan kimia daerah pengamatan dapat disajikan dalam table 4.4

di bawah ini :

No Parameter Nilai Kisaran


1 Suhu 27,2 0C
2 Kelembaban 99.9 00/0
3 Kecepatan Angin 0,8 m/s

4.2 Pembahasan

Serangga malam merupakan golongan hewan yang menghabiskan

sebagian besar hidupnya untuk beraktivitas pada malam hari, Salah satu sifat

serangga adalah memiliki ketertarikan terhadap cahaya. Cahaya memiliki daya

tarik dan mampu mempengaruhi perilaku serangga (hama), dengan intesitas

tertentu akan diperoleh efisiensi sumber energy, serta daya pikat untuk

mengumpulkan serangga (hama).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan sumber daya

alam serangga cahaya (light trap) menggunakan metode deskriptif ekploratif, dan

didalam melakukan penelitian menggunakan teknik tiga pengambilan sampel


17

dalam jeda waktu dua jam. Adapun penerang cahaya yang gunakan yaitu lampu

berwarna putih, biru, merah, kuning dan hijau tujuannya agara mengetahui tingkat

pencahayaan yang disukai oleh serangga dan dapat menarik perhatian serangga.

Pada umumnya serangga akan mendekati cahaya atau sumber cahaya yang lebih

dekat dari pada cahaya bulan karena saat melihat cahaya lebih kuat pada salah

satu mata, sehingga salah satu sayap akan dikepakan lebih cepat kemudian

serangga akan terbang dengan arah spiral yang semakin mengecil dan semakin

mendekat kea rah cahaya.

Berdasarkan hasil pengamatan yang di peroleh jenis-jenis serangga cahaya

yang di peroleh yaitu Triarthria setipennis, Macrotermes gilvus, Nymphula sp.,

Geotrupes sp., Blastophaga sp., Anoplolepis sp., Zelus sp. Dan Solenopsis sp.

Adapun keanekaragaman jenis serangga yang diperoleh yaitu pada spesies

Triarthria setipennis dengan jumlah 12 ekor, spesies Macrotermes gilvus dengan

jumlah 10 ekor, spesies Nymphula sp. dengan jumlah 3 ekor, Geotrupes sp.

dengan jumlah 1 ekor, spesies Blastophaga sp. dengan jumlah 2 ekor, spesies

Anoplolepis sp. dengan jumlah 4 ekor, spesies Zelus sp. dengan jumlah 1 ekor dan

spesies Solenopsis sp. dengan jumlah 1 ekor.

Setelah melakukan pengamatan diperoleh hasil bahwa lampu balon

berwarna putih memiliki daya tarik terhadap serangga yang paling banyak yaitu

terdapat 7 speises yang menyukai lampu (cahaya putih). Pada lampu berwarna

merah hanya satu jenis serangga yang mendekati cahaya. Pada lampu atau cahaya

kuning terdapat 3 jenis serangga yang mendekati cahaya kuning. Pada lampu
18

balon berwarna hijau terdapat 2 spesies yang mendekati cahaya hijau. Pada lampu

cahaya berwarna biru terdapat 2 jenis serangga yang mendekati cahaya biru.

Adapun untuk kelimpahan jenis serangga yang diperoleh yaitu Triarthria

setipennis dengan jumlah kelimpahan 0,48 individu/m2, spesies Macrotermes

gilvus dengan jumlah kelimpahan 0,40 individu/m2, spesies Nymphula sp. dengan

jumlah kelimpahan 0,12 individu/m2, Geotrupes sp. dengan jumlah kelimpahan

0,04 individu/m2, spesies Blastophaga sp. dengan jumlah kelimpahan 0,08

individu/m2, spesies Anoplolepis sp. dengan jumlah kelimpahan 0,16 individu/m2,

spesies Zelus sp. dengan jumlah kelimpahan 0,04 individu/m2 dan spesies

Solenopsis sp. dengan jumlah kelimpahan 0,04 individu/m2. Sehingga di peroleh

tingkat kelimpahan mencapai 1,36.

Adapun faktor yang mempengaruhi serangga mampu mendekati cahaya

karena Serangga mempunyai dua alat penerima rangsang cahaya yaitu mata

tunggal (oseli) dan mata majemuk (omatidia). Mata tuggal mempunyai lensa

kornea tunggal sedangkan mata majemuk terdiri dari banyak omatidium yang

dilapisi dengan lensa kornea segi enam. Mata tunggal berfungsi untuk

membedakan intensitas cahaya yang diterima, sedangkan mata majemuk berfungsi

sebagai pembentuk bayangan yang berupa mozaik.  Banyak serangga yang buta

warna, namun banyak pula yang dapat membedakan warna sehingga

preferensinya berbeda pula terhadap warna. Seperti contoh, lebah madu dapat

membedakan warna biru dan kuning dan tidak dapat melihat warna merah; kutu

kebul, kutu daun bersayap, lalat pengorok daun tertarik pada warna kuning.

Serangga dapat membedakan warna-warna kemungkinan karena adanya


19

perbedaan pada sel-sel retina pada mata serangga. Kisaran panjang gelombang

yang dapat diterima serangga adalah 2540-6000 A. Preferensi terhadap warna

dengan menggunakan light trap sering dimanfaatkan dalam monitoring serangga,

warna yang disukai serangga biasanya warna-warna kontras seperti putih dan

kuning cerah. Keunggulan dari penggunaan perangkap warna ini adalah murah,

efisien juga praktis.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Keanekaragaman jenis serangga yang ada di Dusun Lino, Desa

Tolongano, Kabupaten Donggala mencapai tingkat keanekaragaman jenis

serangga cahaya yaitu mencapai 1,59 yakni dapat dikategorikan Sedang

karena nilai indek keanekaragaman pada interval 1-3.

2. Kelimpahan jenis serangga yang ada di Dusun Lino, Desa Tolongano,

kabupaten donggala yaitu 1,36 individu/m2.


20

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu agar tingkat penelitian

yang relevan mengenai serangga cahaya lebih ditingkatkan lagi, mengenai metode

indentifikasi dan referensi mengenai serangga cahaya lebih banyak lagi

dikumpulkan guna menambah wawasan peneliti untuk mengidentifikasi jenis-

jenis serangga yang ada di desa tolongano khusunya. Selain itu penulis berharap

agar laporan ini dapat menjadi salah satu referensi yang digunakan untuk

menambah wawasan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Adelny, S. 2018. Pengaruh Light Trap Terhadap Keberadaan Serangga Malam

Di Hutan Universitas Borneo Tarakan, Kalimantan Utara. Universitas

Borneo : Tarakan

Hasyimudin, Dkk. (2017). Peran Ekologis Serangga Tanah Di Perkebunan

Patallassang Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.

Uin Alauddin Makassar: Makassar..

Mukhlis. (2016). Penerapan Lampu Perangkap (Light Trap) Dan Ekstrak Akar

Tuba Untuk Pengendalian Hama Penggerek Batang Kuning (Scirpophaga

Spp) Pada Tanaman Padi (Oryza Sativa L). Jurnal Agrohita : Volume 1.

Nomor 1.

Oktaviana. (2018). Respon Serangga Nokturnal Terhadap Warna Cahaya Di

Perkebunan Kakao (Theobroma Cacao L.) Desa Jambangan Kecamatan

Dampit Kabupaten Malang. Universitas Negeri Malang: Jawa Timur.

Sianipar, M. S. ( 2015). Keragaman Dan Kelimpahan Serangga Hama Tanaman

Padi (Oryza Sativa L.) Di Dataran Rendah Jatisari, Karawang, Jawa Barat.

Jurnal Argin : Volume 19. Nomor 2.

Masaroh, Hanifah. 2014. Respon Serangga Nokturnal Terhadap Warna Cahaya Di

Perkebunan Kakao (Theobroma Cacao L.) Desa Jambangan Kecamatan

Dampit Kabupaten Malang. Jurnal Agrosistem (8) 2 : 57-61.

Aditam Rudi Candra. 2013. Struktur Komunitas Serangga Nokturnal Areal

Pertanian Padi Organik pada Musim Penghujan di Kecamatan Lawang,

Kabupaten Malang. Jurnal Biotropika: 1(4): 186.


LAMPIRAN

Tabel 4.1. Tabel Cacah Lampu Putih

Pengambilan Data Jam Jumlah


No. Nama
21 22 23 24 25
1 Triarthria setipennis 1 - - 1
2 Macrotermes gilvus 2 3 1 6
3 Nymphulla sp. 1 - - 1
4 Geotrupes sp. - 1 - 1
5 Blastophaga sp. - 1 1 2
6 Anoplolepis sp. - 1 - 1
7 Zelus sp. - - 1 1

Tabel 4.2. Tabel Cacah Lampu Merah

Pengambilan Data Jam Jumlah


No. Nama
21 22 23 24 25
1 Anoplolepis sp. - 1 - 1

Tabel 4.3. Tabel Cacah Lampu Kuning

Pengambilan Data Jam Jumlah


No. Nama
21 22 23 24
25

1 Anoplolepis sp. - 2 -
2 Nympulla sp. - 1 -
3 Macrotermes gilvus - - 2

Tabel 4.4. Tabel Cacah Lampu Hijau

Pengambilan Data Jam Jumlah


No. Nama
21 22 23 24
25

1 Solenopsis sp. - 1 - 1
2 Nympulla sp. - - 1 1

Tabel 4.5. Tabel Cacah Lampu Biru

No. Nama Pengambilan Data Jam Jumlah

11
21 22 23 24 25
1 Triarthria setipennis - 11 - 11
2 Macrotermes gilvus - - 2 2

ANALISIS DATA :

4.1.3 Anilisis keanekaragaman jenis serangga cahaya

1. Triarthria setipennis

Pi = ni/N = 12/34 = 0,35

Len pi = -1,05

Pi. Len pi = 0,35 X (-1,05) = -0,36

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,36) = 0,36

2. Macrotermes gilvus

Pi = ni/N = 10/34 = 0,29

Len pi = -1,23

Pi. Len pi = 0,29 X (-1,23) = -0,35

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,35) = 0,35

3. Nymphula sp.

Pi = ni/N = 3/34 = 0,08

Len pi = -2,52

Pi. Len pi = 0,08 X (-2,52) = -0,20

12
H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,20) = 0,20

4. Geotrupes sp.

Pi = ni/N = 1/34 = 0,029

Len pi = -3,54

Pi. Len pi = 0,029 X (-3,54) = -0,102

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,102) = 0,102

5. Blastophaga sp.

Pi = ni/N = 2/34 = 0,058

Len pi = -2,84

Pi. Len pi = 0,058 X (-2,84) = -0,164

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,164) = 0,164

6. Anoplolepis sp.

Pi = ni/N = 4/34 = 0,11

Len pi = -2,21

Pi. Len pi = 0,11 X (-2,21) = -0,24

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,24) = 0,24

7. Zelus sp.

13
Pi = ni/N = 1/34 = 0,029

Len pi = -3,54

Pi. Len pi = 0,029 X (-3,54) = -0,10

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,10) = 0,10

8. Solenopsis sp.

Pi = ni/N = 1/34 = 0,029

Len pi = -3,54

Pi. Len pi = 0,029 X (-3,54) = -0,10

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,10) = 0,10

4.1.8 Kelimpahan Jenis Serangga

1. Triarthria setipennis

A = Xi/ni = 12/25 = 0,48 individu/m2

2. Macrotermes gilvus

A = Xi/ni = 10/25 = 0,40 individu/m2

3. Nympulla sp.

A = Xi/ni = 3/25 = 0,12 individu/m2

4. Geotrupes sp.

A = Xi/ni = 1/25 = 0,04 individu/m2

5. Blastophaga sp.

14
A = Xi/ni = 2/25 = 0,08 individu/m2

6. Anoplolepis sp.

A = Xi/ni = 4/25 = 0,16 individu/m2

7. Zelus sp.

A = Xi/ni = 1/25 = 0,04 individu/m2

8. Solenopsis sp. A = Xi/ni = 1/25 = 0,04 individu/m2

LAMPIRAN

Triathria setipennis Anoplolepis sp.

15
Blastopaga sp. Solenopsis sp.

Zelus sp. Geotrupes sp.

16
Macrotermes gilvus Nympulla sp.

17
18

Anda mungkin juga menyukai