EKOLOGI HEWAN
SUMBER DAYA ALAM SERANGGA CAHAYA
(LIGHT TRAP)
Di susun
Oleh :
Stambuk : A22116053
Kelas :B
Kelompok : 14
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis hanturkan atas kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang
telah memberikan nikmat berupa kesahatan dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyusun laporan lengkap pada mata kuliah Ekologi Hewan yang berjudul “SDA
kami memperleh arah dan tujuan untuk melakukan pengamatan, dan tak lupa
Ekologi Hewan yang telah memberi banyak masukan dan membimbing serta
memberikan bekal teori dan praktik sehingga kami memiliki bekal dalam
Trap)”, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR KOREKSI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
ii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14
4.2 Pembahasan 17
5.1 Kesimpulan 20
5.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN
LAMPIRAN DATA
LAMPIRAN GAMBAR
LAMPIRAN KOREKSI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
hymenoptera. Serangga juga memiliki beberapa ciri yang khas yaitu diantaranya
cukup beragam,yaitu sebagai peraba, pembau dan perasa. bentuk antena serangga
makhluk asing.
Donggala karena di desa tersebut memiliki kondisi alam yang cukup menunjang
intensitas cahaya dan kelembaban di deerah ini sangat baik. Selain itu Desa
1
2
sangat cocok di gunakan sebagai tempat di lakukan nya pratikum lapangan mata
kuliah Ekologi hewan yaitu Sumber Daya Alam Serangga cahaya (Light Trap).
mengenai:
kabupaten donggala.
kabupaten donggala.
3. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu panduan bagi guru dan siswa
yang tepat.
cahaya.
KAJIAN PUSTAKA
produsen kakao dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Adanya serangan hama
Penggerek Buah Kakao dapat menurunkan produksi sampai 80%. Terkait dengan
hal tersebut dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui, jenis serangga
cahaya, dan hubungan antara faktor abiotik dengan jumlah serangga nokturnal
cahaya yang digunakan yaitu (putih, biru, kuning, hijau, dan merah) dengan waktu
pengambilan sampel pada pukul 20.00, 22.00, dan 00.00 WIB. Pengambilan data
rancangan acak kelompok (RAK), dilanjutkan dengan uji lanjut BNJ. Hasil
temporal serangga nokturnal paling banyak yaitu pada pukul 20.00 WIB,
sedangkan respon serangga tertingi pada perlakuan warna cahaya biru pada waktu
4
7 genus, dan parasitoid 1 genus. Hama utama yang ditemukan yaitu genus
5
signifikansi sebesar 0,033, dengan sumbangan faktor abiotik (kelembaban udara)
terhadap jumlah individu tertinggi waktu pengambilan sampel pukul 20.00 WIB
sebasar R2 = 0,720.
pada areal pertanian padi organik di musim penghujan. Penelitian ini bersifat
mengunakan metode Light Trap (LT) pada enam titik serta dilakukan pengukuran
didapatkan dari indeks nilai penting (INP) dan indeks diversitas Shannon-
Wienner. Serangga nokturnal di areal pertanian organik terdiri dari 10 ordo yang
terbagi atas 42 famili dengan lima famili tertinggi berdasarkan indeks nilai
penting (INP) yaitu Culicidae (23 %), Delphacidae (19 %), Pyralidae (13 %),
Chrysomelidae (12 %), dan Formicidae (12 %). Diversitas serangga nokturnal
dari herbivora (122 %), predator (33 %), scavanger (23 %), dan parasitoid (22 %).
Faktor abiotik memiliki nilai yang tidak berbeda jauh pada setiap lokasi
6
observasi, dengan perlakuan dua lampu perangkap jenis LED dengan daya 5 watt
Petak pengamatan yang diamati pada penelitian ini sebanyak 4 petak berukuran
berukuran 2x2m, sehingga jumlah seluruh petak yang diamati pada penelitian ini
penanaman padi jajar legowo dengan ukuran 20x40m. Data populasi dan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah imago S innotata pada perlakuan
tangkapan imago S. innotata pada perlakuan 5 wattter banyak 110 ekor dan 10
watt jumlah tangkapan terbanyak 219 Dan hasil analisis uji-t bahwa perlakuan
antara cahaya lampu yang 5 watt dan 10 watt berpengaruh nyata terhadap
beruas-ruas) yang terbagi menjadi tiga sub filum yaitu filum Trilobita (telah
termasuk Arachnida) dan Mandibulata (terdiri atas beberapa kelas yang salah
dalam praktek secara tradisional hal ini telah lama diaplikasikan misalnya
lalat buah dengan warna kuning, menangkap lalat dengan warna-warni yang
pakan ternak. Cahaya memiliki daya tarik dan mampu mempengaruhi perilaku
serangga (hama), dengan intesitas tertentu akan diperoleh efisiensi sumber energi
(catu daya), serta daya pikat untuk mengumpulkan serangga (hama). Kemampuan
ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian populasi serangga yang tidak
berkembang-biak yang dipengaruhi oleh natalitas dan fekunditas, sex rasio antara
serangga jantan dan betina, sifat mempertahankan diri, siklus hidup, dan umur
cahaya, warna, bau, angin, makanan, ruang, dan faktor hayati/ musuh alami
dapat dijumpai di semua daerah di atas permukaan bumi baik di darat, laut,
maupun udara. Mereka hidup sebagai pemakan tumbuhan, serangga, atau binatang
lain, bahkan mengisap darah manusia dan mamalia. Serangga merupakan hewan
beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Fosil-fosilnya dapat dirunut
hingga ke masa fosil raksasa primitif telah ditemukan. Sejumlah anggota Diptera
seperti lalat dan nyamuk yang terperangkap pada getah juga ditemukan. Serangga
mampu hidup dimanapun, bahkan ada serangga yang mampu hidup tanpa oksigen
Menurut Sunarno (2011) kesesuaian isyarat visual maupun isyarat kimia akan
hama di pertanian. Bentuk pengendalian hama yaitu sticky trap, yellow trap, light
trap, pemanfaatan senyawa atraktan, repelen dan feromon, dan insektisida nabati
maupun kimia. Hasil wawancara kepada petani pada bulan Januari 2016 di Desa
Permasalahan :
Tema :
METODOLOGI PENELITIAN
menggunakan light trap dengan memberi perlakuan warna lampu yaitu putih,
Kabupaten Donggala.
10
11
Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
.
1. Lampu Boh lam warna putih sebagai control
1. Boh lam warna warni sebagi pembanding
3. Kabel menyambungkan lampu dan sumber
transek
8. Buku identifikasi serangga. Untuk mengidentifikasi jenis serangga
9. Tali rafia untuk mengikat toples
10. Senter dan baterai sebagai penerangan saat pengamatan
11. Thermometer sebagai pengukur suhu
12. Patok sebagai penyangga toples
13. Alat tulis menulis untuk menuliskan hasil pengamatan
14. Saringan menyaring hewan yang terkena
perangkap
15. Anemometer untuk menghitung kecepatan angina
16. Hygrometer untuk menghitung kelembaban
.
1. Air sebagai pencampur alcohol
2. Alcohol agar serangga masuk dalam toples tidak
bias keluar
3. Plastic sampel untuk tempat menaruhkan serangga
temukan.
22.00- 00.00, 00.00-02.00, dan 02.00-04.00 WITA. Serangga yang terjebak pada
toples yang berisi yang bercampur dengan alcohol agar serangga tidak bisa keluar
lagi. Jenis lampu yang digunakan lampu yang berwarna putih. Sumber energi
berasal dari aki atau jenset. Pengukuran faktor abiotik (suhu, kelembaban udara,
dan kecepatan angin) dilakukan satu kali pada setiap pengambilan data.
Keterangan :
serangga,
> 3 = Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan
Xi
A=
¿
Keterangan:
A=¿Kelimpahan (individu/m2)
BAB IV
kelimpahan jenis serangga cahaya (light trap) dapat di lihat pada table yang akan
table 4.2
15
Pengambilan
No Nama ∑ Pi Ln. Pi Pi. lnpi H1
Data Jam
21 22 23
1 Triarthria
1 11 - 12 0,35 -1,05 -0,36 0,36
setipennis
2 Macrotermes
2 3 5 10 0,29 -1,23 -0,35 0,35
gilvus
3 Nymphula sp. 1 1 1 3 0,08 -2,52 -0,20 0,20
4 Geotrupes sp. - 1 - 1 0,03 -3,50 -0,10 0,10
5 Blastophaga
- 1 1 2 0,05 -2,99 -0,14 0,14
sp.
6 Anoplolepis sp. - 4 - 4 0,11 -0,21 -0,24 0,24
7 Zelus sp. - - 1 1 0,03 -3,50 -0,10 010
8 Solenopsis sp. - 1 - 1 0,03 -3,50 -0,10 010
Total 34 -1,59 1,59
Kelimpahan jenis serangga cahaya dapat disajikan dalam tabel dibawah ini:
Waktu
A
Pengambilan
No Nama spesies ∑ (individu/m2)
Sampel
21 22 23
1. Triarthria 1 11- 12 0,48
setipennis
2. Macrotermes 2 3 5 10 0,40
16
gilvus
3. Nymphula sp. 1 1 1 3 0,12
4. Geotrupes sp. - 1 - 1 0,04
5. Blastophaga sp. - 1 1 2 0,08
6. Anoplolepis sp. - 4 - 4 0,16
7. Zelus sp. - - 1 1 0,04
8. Solenopsis sp. - 1 - 1 0,04
Total 34 1,36
Kondisi fisik dan kimia daerah pengamatan dapat disajikan dalam table 4.4
di bawah ini :
4.2 Pembahasan
sebagian besar hidupnya untuk beraktivitas pada malam hari, Salah satu sifat
tertentu akan diperoleh efisiensi sumber energy, serta daya pikat untuk
alam serangga cahaya (light trap) menggunakan metode deskriptif ekploratif, dan
dalam jeda waktu dua jam. Adapun penerang cahaya yang gunakan yaitu lampu
berwarna putih, biru, merah, kuning dan hijau tujuannya agara mengetahui tingkat
pencahayaan yang disukai oleh serangga dan dapat menarik perhatian serangga.
Pada umumnya serangga akan mendekati cahaya atau sumber cahaya yang lebih
dekat dari pada cahaya bulan karena saat melihat cahaya lebih kuat pada salah
satu mata, sehingga salah satu sayap akan dikepakan lebih cepat kemudian
serangga akan terbang dengan arah spiral yang semakin mengecil dan semakin
Geotrupes sp., Blastophaga sp., Anoplolepis sp., Zelus sp. Dan Solenopsis sp.
jumlah 10 ekor, spesies Nymphula sp. dengan jumlah 3 ekor, Geotrupes sp.
dengan jumlah 1 ekor, spesies Blastophaga sp. dengan jumlah 2 ekor, spesies
Anoplolepis sp. dengan jumlah 4 ekor, spesies Zelus sp. dengan jumlah 1 ekor dan
berwarna putih memiliki daya tarik terhadap serangga yang paling banyak yaitu
terdapat 7 speises yang menyukai lampu (cahaya putih). Pada lampu berwarna
merah hanya satu jenis serangga yang mendekati cahaya. Pada lampu atau cahaya
kuning terdapat 3 jenis serangga yang mendekati cahaya kuning. Pada lampu
18
balon berwarna hijau terdapat 2 spesies yang mendekati cahaya hijau. Pada lampu
cahaya berwarna biru terdapat 2 jenis serangga yang mendekati cahaya biru.
gilvus dengan jumlah kelimpahan 0,40 individu/m2, spesies Nymphula sp. dengan
spesies Zelus sp. dengan jumlah kelimpahan 0,04 individu/m2 dan spesies
karena Serangga mempunyai dua alat penerima rangsang cahaya yaitu mata
tunggal (oseli) dan mata majemuk (omatidia). Mata tuggal mempunyai lensa
kornea tunggal sedangkan mata majemuk terdiri dari banyak omatidium yang
dilapisi dengan lensa kornea segi enam. Mata tunggal berfungsi untuk
sebagai pembentuk bayangan yang berupa mozaik. Banyak serangga yang buta
preferensinya berbeda pula terhadap warna. Seperti contoh, lebah madu dapat
membedakan warna biru dan kuning dan tidak dapat melihat warna merah; kutu
kebul, kutu daun bersayap, lalat pengorok daun tertarik pada warna kuning.
perbedaan pada sel-sel retina pada mata serangga. Kisaran panjang gelombang
warna yang disukai serangga biasanya warna-warna kontras seperti putih dan
kuning cerah. Keunggulan dari penggunaan perangkap warna ini adalah murah,
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu agar tingkat penelitian
yang relevan mengenai serangga cahaya lebih ditingkatkan lagi, mengenai metode
jenis serangga yang ada di desa tolongano khusunya. Selain itu penulis berharap
agar laporan ini dapat menjadi salah satu referensi yang digunakan untuk
menambah wawasan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Borneo : Tarakan
Mukhlis. (2016). Penerapan Lampu Perangkap (Light Trap) Dan Ekstrak Akar
Spp) Pada Tanaman Padi (Oryza Sativa L). Jurnal Agrohita : Volume 1.
Nomor 1.
Padi (Oryza Sativa L.) Di Dataran Rendah Jatisari, Karawang, Jawa Barat.
1 Anoplolepis sp. - 2 -
2 Nympulla sp. - 1 -
3 Macrotermes gilvus - - 2
1 Solenopsis sp. - 1 - 1
2 Nympulla sp. - - 1 1
11
21 22 23 24 25
1 Triarthria setipennis - 11 - 11
2 Macrotermes gilvus - - 2 2
ANALISIS DATA :
1. Triarthria setipennis
Len pi = -1,05
2. Macrotermes gilvus
Len pi = -1,23
3. Nymphula sp.
Len pi = -2,52
12
H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,20) = 0,20
4. Geotrupes sp.
Len pi = -3,54
5. Blastophaga sp.
Len pi = -2,84
6. Anoplolepis sp.
Len pi = -2,21
7. Zelus sp.
13
Pi = ni/N = 1/34 = 0,029
Len pi = -3,54
8. Solenopsis sp.
Len pi = -3,54
1. Triarthria setipennis
2. Macrotermes gilvus
3. Nympulla sp.
4. Geotrupes sp.
5. Blastophaga sp.
14
A = Xi/ni = 2/25 = 0,08 individu/m2
6. Anoplolepis sp.
7. Zelus sp.
LAMPIRAN
15
Blastopaga sp. Solenopsis sp.
16
Macrotermes gilvus Nympulla sp.
17
18