Anda di halaman 1dari 26

Kelimpahan dan Keragaman Jenis Serangga Dengan

Metode CMRR Didusun Lino Desa Tolongano Kecematan


Banawa Kabupaten Donggala

Oleh
Nama : Muhammad Fathur Rahman
Stambuk : A 221 16 023
Kelas : A
Kelompok : 18

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dan
mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pengampu dan asisten yang telah
membimbing kami dalam praktikum ini sehingga dapat berjalan dengan lancar
Penyusunan tugas ini bertujuan untuk melakukan praktikum ekologi
hewan sekligus memenuhi tugas dan kewajiban kami sebagai mahasiswa serta
agar mahasiswa yang lain dapat melakukan kegiatan seperti yang kami lakukan.
Kami sadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat  membangun sehingga kami
dapat memperbaiki kesalahan kami.

Palu, 29 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 Batasan istilah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Penelitian relevan
2.2 Tinjauan pustaka
2.3 Kerangka pemikiran
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode penelitian
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Teknik pengambilan data
3.3.1 Pengamatan langsung
3.3.2 Kondisi Habitat
3.4 Analisis Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.2 Deskripsi Umum Kawasan Penelitian
4.2 Hasil pengamatan Jenis Serangga Desa Tolongano, Kecamatan
Banawa, Selatan, Kabupaten Donggala
4.3 Klasifikasi dan Deskripsi Jenis Serangga Desa Tolongano,
Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala.
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUHAN

1.1 Latar Belakang

Populasi dalam bidang ekologi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok


makhluk yang sama jenis (atau kelompok yang individunya mampu bertukar
informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus (Soetjipta, 1992).
Hewan merupakan salah satu makhluk hidup yang saat ini diperhatikan oleh
pemerintah karena kepunahannya. Oleh karena itu, setidaknya dibutuhkan
informasi mengenai jumlah populasi hewan yang hampir punah, agar kita selaku
manusia dapat mengantisipasi agar hewan tersebut tidak punah dan
melestarikannya.
Beberapa hewan langka diantaranya adalah orang utan, badak bercula satu,
musang congkok, ikan mola-mola badak putih dan lain-lain. Ikan mola-mola atau
ikan matahari merupakan hewan langka di dunia. Biasanya ikan ini ditemukan di
perairan yang bersuhu hangat. Ikan mola-mola merupakan ikan raksasa karena
ikan ini berukuran besar rata-rata sekitar 1,8 meter. Ikan ini merupakan hewan
langka yang ditemui di dunia, di Indonesia ikan ini bisa ditemukan di Bali dan
biasanya hanya ditemukan bulan Juli-September di Nusa Penida.
Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah
dengan cara menghitung seluruh individu (sensus), namun karena berbagai
keterbatasan seperti situasi alam, lokasi penelitian dan waktu menyebabkan hal
ini tidak dilakukan. Statistika mengembangkan sebuah metode dalam
mengestimasi populasi hewan pada populasi tertutup, yaitu metode Capture
Mark Release Recapture (CMRR). Metode Capture Mark Release Recapture
(CMMR) yaitu metode estimasi populasi yang dilakukan dengan cara
menangkap, menandai, melepaskan, dan menangkap kembali sampel sebagai
metode pengamatan populasi.
Teknik Capture Mark Release Recapture (CMRR) terdiri dari 3 metode, yaitu
metode Licoln-Petersen, metode Schnabel dan metode Schumacher-Eschmeyer.
Metode yang paling sederhana dalam Capture Mark Release Recapture (CMRR)
adalah metode Licoln-Petersen. Metode Licoln-Petersen merupakan metode yang
dilakukan dengan satu kali penandaan (marking) dan satu kali penangkapan
ulang (recapture). Karena estimasi yang diperoleh dari metode ini dinilai kurang
akurat, maka untuk mengatasi kekurangan tersebut muncul sebuah metode baru
yaitu metode Schnabel. Metode Schnabel merupakan metode estimasi jumlah
anggota populasi dalam teknik Capture Mark Release Recapture (CMRR)
dimana pengambilan sampel dan penandaan sampelnya dilakukan lebih dari dua
kali. Gina Safitri (2016).
Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi sebelum menggunakan teknik
Capture Mark Release Recapture (CMRR). Menurut (Mark Lindberg & Eric
Rexstad, 2002) asumsi-asumsi yang harus dipenuhi pada teknik Capture Mark
Release Recapture (CMRR) adalah sebagai berikut:
• Penandaan pada hewan tidak mempengaruhi perilaku dan nasib
hewan yang ditandai.
• Penandaan tidak hilang selama proses penelitian.
• Setiap hewan yang ditandai yang hidup dalam populasi pada waktu
ke- mempunyai peluang yang sama untuk ditangkap.
• Perilaku setiap hewan yang ditandai tidak berhubungan dengan
hewan lain yang ditandai.
• Pengambilan sampel dalam waktu yang singkat.
Indeks keanekaragaman dapat di gunakan untuk menyatakan hubungan
kelimpahan spesies dalam komunitas. Keanekaragaman spesies terdiri dari 2
komponen yaitu :
1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies.
2. Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan
spesies itu (yaitu jumlah individu, biomassa, penutup tanah) tersebar
antara banyak spesies itu.
Contohnya : pada suatu komunitas terdiri dari spesies jika 90% adalah 1
spesies dari 10% adalah 9 dari yang tersebar, kesamaan disebut rendah.
Sebaliknya masing – masing spesies jumlahnya 10%, kesamaannya maksimum.
Beberapa tahun kemudian muncul penggolongan indeks atas indeks kekayaan
dan indeks kesamaan. Setelah itu digabungkan menjadi indeks keanekaragaman
dengan variable yang menggolongkan struktur komunitas :
1. Jumlah spesies
2. Kelimpahan relatif spesies
3. Homogenitas dan ukuran dari area sample. (Rizali dkk, 2002).

1.1. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat keanekaragaman jenis serangga di Desa Tolongano,


Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala ?
2. Bagaimana tingkat kelimpahan jenis serangga di Desa Tolongano,
Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala?
3. Bagaimana estimasi populasi serangga menggunakan metode CMRR ?
1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis serangga di Desa
Tolongano, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala
2. Untuk mengetahui tingkat kelimpahan jenis serangga di Desa Tolongano,
Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala?
3. Untuk mengeetahui estimasi populasi serangga menggunakan metode
CMRR ?
1.2 Manfaat

Dalam melakukan penelitian ini terdapat dua manfaat yang akan diterima
yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai
serangga dan menganalisis tingkat keanekaragaman jenis.
2. Manfaat praktis sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa
pendidikan biologi Universitas tadulako
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Penelitian Relevan

2.2 Tinjauana pustaka

Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah


dengan cara menghitung seluruh individu (sensus), namun karena berbagai
keterbatasan seperti situasi alam, lokasi penelitian dan waktu menyebabkan hal
ini tidak dilakukan. Statistika mengembangkan sebuah metode dalam
mengestimasi populasi hewan pada populasi tertutup, yaitu metode Capture
Mark Release Recapture (CMRR). Metode Capture Mark Release Recapture
(CMMR) yaitu metode estimasi populasi yang dilakukan dengan cara
menangkap, menandai, melepaskan, dan menangkap kembali sampel sebagai
metode pengamatan populasi.
Teknik Capture Mark Release Recapture (CMRR) terdiri dari 3 metode, yaitu
metode Licoln-Petersen, metode Schnabel dan metode Schumacher-Eschmeyer.
Metode yang paling sederhana dalam Capture Mark Release Recapture (CMRR)
adalah metode Licoln-Petersen. Metode Licoln-Petersen merupakan metode yang
dilakukan dengan satu kali penandaan (marking) dan satu kali penangkapan
ulang (recapture). Karena estimasi yang diperoleh dari metode ini dinilai kurang
akurat, maka untuk mengatasi kekurangan tersebut muncul sebuah metode baru
yaitu metode Schnabel. Metode Schnabel merupakan metode estimasi jumlah
anggota populasi dalam teknik Capture Mark Release Recapture (CMRR)
dimana pengambilan sampel dan penandaan sampelnya dilakukan lebih dari dua
kali. Gina Safitri (2016).
Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi sebelum menggunakan teknik
Capture Mark Release Recapture (CMRR). Menurut (Mark Lindberg & Eric
Rexstad, 2002) asumsi-asumsi yang harus dipenuhi pada teknik Capture Mark
Release Recapture (CMRR) adalah sebagai berikut:
• Penandaan pada hewan tidak mempengaruhi perilaku dan nasib
hewan yang ditandai.
• Penandaan tidak hilang selama proses penelitian.
• Setiap hewan yang ditandai yang hidup dalam populasi pada waktu
ke- mempunyai peluang yang sama untuk ditangkap.
• Perilaku setiap hewan yang ditandai tidak berhubungan dengan
hewan lain yang ditandai.
• Pengambilan sampel dalam waktu yang singkat.
Indeks keanekaragaman dapat di gunakan untuk menyatakan hubungan
kelimpahan spesies dalam komunitas. Keanekaragaman spesies terdiri dari 2
komponen yaitu :
1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies.
2. Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan
spesies itu (yaitu jumlah individu, biomassa, penutup tanah) tersebar
antara banyak spesies itu.
Contohnya : pada suatu komunitas terdiri dari spesies jika 90% adalah 1
spesies dari 10% adalah 9 dari yang tersebar, kesamaan disebut rendah.
Sebaliknya masing – masing spesies jumlahnya 10%, kesamaannya maksimum.
Beberapa tahun kemudian muncul penggolongan indeks atas indeks kekayaan
dan indeks kesamaan. Setelah itu digabungkan menjadi indeks keanekaragaman
dengan variable yang menggolongkan struktur komunitas :
1. Jumlah spesies
2. Kelimpahan relatif spesies
3. Homogenitas dan ukuran dari area sample. (Rizali dkk, 2002).
2.3 Kerangka pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif kuantitatif dengan


teknik survey yaitu pengambilan sampel secara langsung dengan menggunakan
alat perangkap jaring dimana untuk mengestimasi kerapatan populasi jenis
serangga dengan demikian diperoleh hasilnya mampu menjelaskan tingkat
karagaman dan keanekaragaman mahluk hidup dan mengetahui serta
menggunakan anilisis indeks keanekaragaman untuk menentukan tingkat
keanekaragaman jenis yang ada di dusun lino,desa lembasada, kecematan banawa,
kabupaten donggala
2.2 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum ini akan dilaksanakan pada tanggal 12-14, April 2019
di dusun lino, desa lembah sada ,kecematan banawa, kabupaten donggala.
2.3 Alat dan Bahan

1) TahapanPersiapan
a) Melakukan survey terhadap lokasi ( luasan area ) pengamatan.
b) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2) Tahapan Pelaksanaan Praktikum Lapangan
3) Menentukan stasiun penelitian pada 3 (tiga) stasiun yang berbeda tersebut.
Jalur transek pengamatan dimulai dengan arah mendatar dari arah
horizontal searah dengan garis muara/estuari dengan panjang transek 20
m. Pengambilan sampel hanya dilakukan 5 kali masing-masing stasiun.
4) Menangkap sejumlah serangga dengan menggunakan jaring.
5) Menghitung jumlah serangga yang tertangkap, lalu memberi tanda dengan
spidol pada bagian caput, thorax atau abdomen pada tiap serangga dan
melepaskannya kembali.
6) Mengulangi langkah 2 dan menghitung jumlah serangga yang tertangkap
baik yang telah diberi tanda dan tertangkap kembali maupun yang belum
memiliki tanda.
7) Memberi tanda pada serangga yang belum memiliki tanda dan kembali
melepaskannya.
8) Mengulangi percobaan pada perlakuan 2-5 diatas sampai penangkapan 3
kali.
2.4 Teknik pengambilan data

Data yang dikumpulkan yaitu mehitung jumlah individu, jumlah jenis,


kerapatan, waktu perjumpaan serangga yang ditandai, waktu perjumpaan serangga
yang ditandai kembali serta menghitung kerapatan dan keanekaragaman.
2.5 Pengamatan langsung

2.5.1 Metode Transek Jalur (Strip Transect).

Metode ini merupakan salah satu metode yang sering digunakan


dalam pengumpulan data jenis dan jumlah individu serangga pada. Panjang dan
lebar jalur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi topografi dan kerapatan
tegakan pada lokasi pengamatan. Data yang dikumpulkan berdasarkan pada
perjumpaan langsung dengan serangga yang berada pada lebar jalur pengamatan.
2.5.2 Teknik Capture Mark Release Recapture (CMRR)

Teknik Capture Mark Release Recapture (CMRR) terdiri dari 3


metode, yaitu metode Licoln-Petersen, metode Schnabel dan metode Schumacher-
Eschmeyer. Metode yang paling sederhana yang dilakukan dalam Capture Mark
Release Recapture (CMRR) adalah metode Licoln-Petersen. Estimasi yang
diperoleh dari metode ini dinilai kurang akurat, maka untuk mengatasi
kekurangan tersebut muncul sebuah metode baru yaitu metode Schnabel. Metode
Schnabel merupakan metode estimasi jumlah anggota populasi dalam teknik
Capture Mark Release Recapture (CMRR) dimana pengambilan sampel dan
penandaan sampelnya dilakukan lebih dari dua kali.
2.6 Kondisi Habitat

Data habitat yang diperoleh berupa kondisi fisik meliputi suhu udara dan
kelembaban udara dan kekuatan angin. Pada pengamatan Teknik Capture Mark
Release Recapture (CMRR) digunakan yaitu metode Schnabel dilakukan 3 daerah
pengamatan yaitu daerah terdedah yang kondisi daerahnya dikelilingi oleh
pepohonan, padang rumput terdapat banyak tumbuhan yang bervariasi sehingga
terlihat rimbun sedangkan padang tandus kondisinya kurang ditemukan tumbuhan
bervariasi dan tanahnya sedikit keras dibandingkan 2 daerah pengamatan
sebelumnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

4.1.1 Deskripsi Umum Kawasan Penelitian

Desa Tolongano berada di wilayah Kecamatan Banawa Selatan. Satu


kecamatan yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Barat. Desa
Tolongano adalah desa kedua dari Desa Tosale yang juga terletak diwilayah
kecamatan yang sama, jarak Desa Tolongano dari ibu kota Kabupaten Donggala
kurang lebih 20 km, menuju arah selatan dari ibu kota Kabupaten. Letak geografis
Desa Tolongano berada di sepanjang garis pantai Kecamatan Banawa Selatan,
tepatnya arah selatan dari Kabupaten Donggala.
Desa ini awalnya bukan bernama Tolongano, tetapi bernama “Pakalonga”
memiliki arti “Telanjang”. Awalnya Pakalonga adalah sebuah kerajaan yang
memiliki wilayah yang cukup luas. Yang diperintah oleh seorang raja yang diberi
gelar “Madika Malolo” atau raja muda. Kondisi masyarakat Pakalonga dapat
dikatakan telanjang karena belum mengenal pakaian sebagaimana kondisi saat ini.
Meskipun demikian kondisi sosial ekonomi masyarakat Pakalonga, tetapi mereka
telah memiliki tata aturan, norma, dan adat istiadat yang menjadi pedoman dalam
berinteraksi dalam ditengah masyarakat.
Kondisi sosiokultural dan ekonomi yang demikian standar, mampu
menciptakan suasana aman dan damai dibawah kendali kepemimpinan “Madika
Malolo” atau raja muda, dalam kepemimpinan beliau (Madika Malolo atau raja
muda) masyarakat Pakalonga merasa nyaman dan aman, karena “Madika Malolo”
atau raja muda memerintah dengan penuh bijaksana dan penuh kasih sayang.
Kepemimpinan Madika Malolo diawali dari kondisi zaman yang masyarakatnya
belum mengenal pakaian hingga masuk pada kondisi zaman yang dimana pakaian
sudah dijadikan kebutuhan utama.
Seiring dengan kondisi zaman tersebut, mulailah wilayah kerajaan
Pakalonga didatangi oleh orang-orang yang bertujuan untuk menjajakan dagangan
seperti bahan pakaian. Saat itu ada tiga saudagar yang datang ke wilayah tersebut
membawa bahan pakaian dan pakaian jadi, ketiganya menawarkan barang
dagangannya kepada masyarakat melalui raja (Madika Malolo) dengan sistem
kredit, yang memiliki jangka waktu ditentukan oleh tiga saudagar tersebut.
 Kondisi Fisik-Kimia Dikebun Cengkeh

Kondisi fisik-kimia lingkungan merupakan faktor utama pertumbuhan


makhluk hidup. Berdasarkan hasil pengukuran kondisi fisik-kimia lingkungan
yang telah dilakukan meliputi kecepatan arus angina, suhu, pH tanah, dan
salinitas, diperoleh data kondisi fisik-kimia sebagai berikut :
Pagi Hari

No Faktor fisik Keterangan


1 Intensitas Cahaya -
2 Suhu 24ºC
3 Kelembapan 65,6%
4 Kuat arus angin 1,4 m/s
5 Ph Tanah 6
Siang hari

No Faktor fisik Keterangan


1 Intensitas Cahaya -
2 Suhu 30ºC
3 Kelembapan 75,5 %
4 Kuat arus angin 2,2 m/s
5 Ph Tanah 9
Sore Hari

No Faktor fisik Keterangan


1 Intensitas Cahaya -
2 Suhu 28ºC
3 Kelembapan 69,6%
4 Kuat arus angina 1,2 m/s
5 Ph Tanah 6
4.2 Hasil pengamatan Jenis Serangga Desa Tolongano, Kecamatan
Banawa, Selatan, Kabupaten Donggala.
Tabel Hasil Pengamatan 1

stasiun
No Nama Serangga Ʃ
I ii ii
Oxya chinensis (Belalang
1 1 - - 1
hijau)
Acanthametropii pecatinica
2 4 3 3 10
(belalang coklat kuning)
Anoplolepis gracilipes (semut
3 10 20 5 35
merah)
Acanthopteractetes (kupu-
4 - 2 2 4
kupu coklat)
5 Lestes forficula (capung) 2 2 1 5
6 Triarthria setipennis (lalat) H 1 1 2
Valanga nigricornis.
7 3 3 4 10
(belalang coklat)
Tranoholas tranguillus (laba-
8 - 1 - 1
laba)
Stasiun 1

¿
No Nama Serangga ni Pi n Ln pi Pi ln pi h¹
1 Oxya chinensis (Belalang hijau) 1 0,05 -2,99 -0,15  2,81
Acanthametropii pecatinica
2 4 0,2 -1,61 -1,81
(belalang coklat kuning)  
Anoplolepis gracilipes (semut
3 10 0,5 -0,69 -0,34
merah)  
Acanthopteractetes (kupu-kupu
4 - - - -
coklat)  
5 Lestes forficula (capung) 2 0,1 -2,30 -0,23  
6 Triarthria setipennis (lalat) - - - -  
Valanga nigricornis. (belalang
7 3 0,15 -1,90 -0,28
coklat)  
Tranoholas tranguillus (laba-
8 - - - -
laba)  
Ʃ = 20 Ʃ – 281  
Stasiun II

¿
No Nama Serangga ni Pi n Ln pi Pi ln pi h¹
1 Oxya chinensis (Belalang hijau) - - - -  1,28
Acanthametropii pecatinica
2 3 0,09 -2,41 -0,22
(belalang coklat kuning)  
Anoplolepis gracilipes (semut
3 20 0,62 -0,48 -0,30
merah)  
Acanthopteractetes (kupu-kupu
4 2 0,06 -2,81 -0,17
coklat)  
5 Lestes forficula (capung) 2 0,06 -2,81 -0,17  
6 Triarthria setipennis (lalat) 1 0,09 3,51 -0,10  
Valanga nigricornis. (belalang
7 4 0,03 -2,41 -0,22
coklat)  
Tranoholas tranguillus (laba-
8 - - 3,51 -0,10
laba)  
Ʃ–
Ʃ = 32
1,28  
Stasiun III

¿
No Nama Serangga ni Pi n Ln pi Pi ln pi h¹
1 Oxya chinensis (Belalang hijau) - - - -  Ʃ 1,59
Acanthametropii pecatinica
2 3 0,19 -1,16 -0,30
(belalang coklat kuning)  
Anoplolepis gracilipes (semut
3 5 0,31 -1,17 -0,36
merah)  
Acanthopteractetes (kupu-kupu
4 2 0,12 -2,12 -0,25
coklat)  
5 Lestes forficula (capung) 1 0,06 -2,81 -0,17  
6 Triarthria setipennis (lalat) 1 0,06 -2,81 -0,17  
Valanga nigricornis. (belalang
7 4 0,25 -1.39 -0,34
coklat)  
Tranoholas tranguillus (laba-
8 - - - -
laba)  
  Ʃ=16 Ʃ= - 1,59 
Analisa Data

Indeks Keanekaragaman Serangga di dusun lino desa tolongano yaitu

281+ 1,28+ 1,59


=
3

5,68
= 3
= 1,89
Jadi, indeks keanekaragaman serangga di dusun lino tolongano yaitu 1,89 atau
dikategorikan keanekaragaman sedang

Tabel Hasil Pengamatan 2

No Ni Ʃ hewan bertanda mi Ni.mi n


1 16 0 16 256 0
2 13 1 14 128 128
3 11 0 11 121 0
Analisa Data

Penyelesaian 1

N=
∑ (¿ . mi)
∑ Ri

16.16
= 0

256
= 0

=0

Penyelesaian II

N=
∑ (¿ . mi)
∑ Ri

13.14
= 0

128
= 0

=0

Penyelesaian III

N=
∑ (¿ . mi)
∑ Ri

11.11
= 0
121
= 0

=0

Tabel Kelimpahan

Stasiun 1

¿ ¿
No Nama Serangga ni n n × 100%
1 Oxya chinensis (Belalang hijau) 1 0,05 5
Acanthametropii pecatinica (belalang
2 4 0,2 20
coklat kuning)
3 Anoplolepis gracilipes (semut merah) 10 0,5 50
4 Acanthopteractetes (kupu-kupu coklat) - - -
5 Lestes forficula (capung) 2 0,1 10
6 Triarthria setipennis (lalat) - - -
7 Valanga nigricornis (belalang coklat) 3 0,15 15
8 Tranoholas tranguillus (laba-laba) - - -
100%
Stasiun II

¿ ¿
No Nama Serangga ni n n × 100%
1 Oxya chinensis (Belalang hijau)v - -
Acanthametropii pecatinica (belalang
2 3 0,09 9
coklat kuning)
3 Anoplolepis gracilipes (semut merah) 20 0,62 62
4 Acanthopteractetes (kupu-kupu coklat) 2 0,06 6
5 Lestes forficula (capung) 2 0,06 6
6 Triarthria setipennis (lalat) 1 0,03 3
7 Valanga nigricornis. (belalang coklat) 4 0,09 9
8 Tranoholas tranguillus (laba-laba) - 0,03 3
98%
Stasiun III

¿ ¿
No nama serangga ni n n × 100%
1 Oxya chinensis (Belalang hijau) - - -
Acanthametropii pecatinica (belalang
2 3 0,19 19
coklat kuning)
3 Anoplolepis gracilipes (semut merah) 5 0,31 31
4 Acanthopteractetes (kupu-kupu coklat) 2 0,12 12
5 Lestes forficula (capung) 1 0,06 6
6 Triarthria setipennis (lalat) 1 0,06 6
7 Valanga nigricornis (belalang coklat) 4 0,25 25
8 Tranoholas tranguillus (laba-laba) - - -
99%
Analisa Data

Indeks Kelimpahan Serangga di dusun lino desa tolongano yaitu

100+98+99
=
3

2,97
= 3

= 99
Jadi, indeks keanekaragaman serangga di dusun lino tolongano yaitu 99 atau
dikategorikan kelimpahan
4.3 Klasifikasi dan Deskripsi Jenis Serangga Desa Tolongano, Kecamatan
Banawa Selatan, Kabupaten Donggala.

No Nama / Gambar Klasifikasi


1 Oxya chinensis Kingdom Animalia
(Belalang hijau) Phylum Arthropoda
Class Insecta
Ordo Orthoptera
Family Acrididae
Genus Oxya
Spesies Oxya chinensis

Deskripsi :
Oxya chinensis biasanya di temukan di daerah rerumputan, semak. Belalang ini
memiliki antenna yang lebih pendek dari tubuhnya. Belalang Oxya chinensis
kebanyakan berwarna hijau.

No Nama / Gambar Klasifikasi


2 Acanthametropus pecatonica Kingdom Animalia
Phylum Arthropoda
(belalang coklat kuning)
Class Insecta
Ordo Ephemeroptera
Familia
Genus pecatonica
Species Acanthametropus
pecatonica

Deskripsi :

No Nama / Gambar Klasifikasi


3 Anoplolepis gracilipes (semut Kingdom Animalia
Filum Arthropoda
merah)
Kelas Insecta
Ordo Hymenoptera
Famili Formicidae
Genus Anoplolepis
Spesies Anoplolepis Gracilipes

Deskripsi :

No Nama / Gambar Klasifikasi


4 Acanthopteractetes (kupu-kupu Kingdom Animalia
Phylum Arthropoda
coklat)
Class Insecta
Ordo epidoptera
Family Acanthopteroctetidae
Genus Acanthopteroctetes
Spesies Acanthopteroctetes

Deskripsi :

No Nama / Gambar Klasifikasi


5 Lestes forficula (capung ) Kingdom Animalia
Phylum Arthropoda
Class Insecta
Ordo Odonata
Family Lestidae
Genus Lestes
Species Lestes forficula
Deskripsi :
Capung merupakan salahsatu predator nyamuk, mulai dari tahap nimfa maupun
serangga dewasa. Capung termasuk dalam kelompok insekta atau serangga yang
memiliki ciri-ciri terdiri atas tiga bagian yaitu : kepala (caput), dada (toraks), dan
perut (abdomen).

No Nama / Gambar Klasifikasi

6 Triarthria setipennis (lalat) Kingdom Animalia


Phylum Arthropoda
Class Insecta
Ordo Diptera
Family Tachinidae
Genus Triarthria
Species Triarthria setipennis

Deskripsi :

No Nama / Gambar Klasifikasi

7 Valanga nigricornis (belalang Kingdom Animalia


coklat) Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Orthoptera
Famili Acrididae
Genus Valanga
Spesies Valanga nigricornis

Deskripsi :
Belalang kayu ini memiliki bentuk tubuh yang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu
kepala, dada (thorak), perut (abdomen) Belalang kayu juga memiliki 6 kaki yang
bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki bagian belakang panjang yang
digunakan untuk melompat dengan jauh dan tinggi.

No Nama / Gambar Klasifikasi

7 Trachelas tranquillus (laba-laba) Kingdom Animalia


Phylum Arthropoda
Class Arachnida
Ordo Araneae
Family Trachelidae
Genus Trachelas
Species Trachelas tranquillus

Deskripsi :

4.4 PEMBAHASAN

Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah


dengan cara menghitung seluruh individu (sensus), namun karena berbagai
keterbatasan seperti situasi alam, lokasi penelitian dan waktu menyebabkan hal ini
tidak dilakukan. Statistika mengembangkan sebuah metode dalam mengestimasi
populasi hewan pada populasi tertutup, yaitu metode Capture Mark Release
Recapture (CMRR). Metode Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu
metode estimasi populasi yang dilakukan dengan cara menangkap, menandai,
melepaskan, dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan
populasi.
Pada penelitian yang dilakukan diperkebunan Desa Tolongano, kecamatan
Banawa Selatan, Kabupaten Donggala dengan membuat transek menjadi 3
stasiun yaitu stasiun 1 (daerah terdedah),staiun 2 (daerah padang rumput) dan
stasiun 3 (daerah padang tandus ). Berdasarkan hasil pengamatan dengan
menggunakan metode survei dan teknik CMRR (Capture Mark Release
Recapture) ditemukan 8 species jenis serangga yaitu Oxya chinensis (Belalang
hijau), Acanthametropii pecatinica (belalang coklat kuning), Anoplolepis
gracilipes (semut merah), Acanthopteractetes (kupu-kupu coklat), Lestes forficula
(capung), Triarthria setipennis (lalat), Triarthria setipennis (lalat), Valanga
nigricornis. (belalang hijau), Tranoholas tranguillus (laba-laba), dari 3 kali
pengamatan dengan waktu yang berbeda dengan teknik CMR yaitu menandai
serangga yang tertangkap pada garis stransek sepanjang 20 M, dengan jarak
pengamatan kiri-kanan 20 M, kemudian menandai serangga yang tertangkap
menggunakan tipe X dan mengamati yang tertangkap kembali.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa jenis
serangga dengan menggunakan indeks keanekaragaman terdapat 1,89 atau
dikategorikan keanekaragaman sedang dan untuk indeks kelimpahan tedapat 99
atau dikategorikan kelimpahan.

Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, kondisi fisik lingkungan Desa


Tolongano, kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala dengan mengukur
suhu, kelembapan, kuat arus angin dan pH tanah. Pengukuran ini dilakukan 3 kali
pengukuran pada pagi, siang dan sore hari hasil pengukurannya yaitu pada suhu
dipagi hari 24 oc,suhu disiang hari 30 oc dan suhu disore hari 28 oc.selanjutnya
dilakukan pengukuran kelembapan dimana pada pagi hari kelembapannya
65,6%,siang hari kelembapannya 75,5% dan sore hari 69,6%.untuk pengukuran
kuat arus angin dimana pada pagi hari terdapat kuat arus angin 1,4m/s,pada siang
hari terdapat kuat arus angin 2,2m/s,dan sore hari terdapat 1,2m/s dan untuk
pengukuran terakhir yaitu pH tanah dimana pada pagi hari yaitu 6,siang hari
terdapat pH tanah 9 dan sore hari terdapat pH tanah 6.

BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai