Anda di halaman 1dari 15

Laporan Lengkap

PRAKTIKUM LAPANGAN ETOLOGI


MODUL VI
“INVERTEBRATA DAN VERTEBRATA”

Oleh:

Nama : Silfana
Stambuk : A 221 16 025
Kelas :A
Kelompok : III ( Tiga)
Asisten : Aris Munandar S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2018
LEMBAR KOREKSI
ModulIV
“Invertebrata dan Vertebrata”

Nama : Silfana
Stambuk : A 221 16 025
Kelas :A
Kelompok : III (Tiga)
Asisten : Aris Munandar S.Pd
No. Hari/Tanggal Koreksi Paraf

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat
pada waktunya. Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu tugas praktikum
lapangan pada mata kuliah Etologi Hewan dengan judul “Invertebrata dan
Vertebrata” yang dilakukan di Desa Tomado Kacamatan Lindu Kabupaten Sigi.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
ini dan masih jauh dari kesempurnaan. Saya berharap adanya kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun guna memperbaiki laporan ini dan
semoga laporan ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.

Palu, 22 April 2018

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL I
LEMBAR KOREKSI ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat 5
3.2. Alat dan Bahan 5
3.3. Prosedur Kerja 5
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan 6
4.2. Pembahasan 8
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan 10
5.2. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
LAPORAN SEMENTARA 12
LAMPIRAN-LAMPIRAN 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Lindu merupakan salah satu kacamatan yang terletak di Kabupaten Sigi
Provinsi Sulawesi Tengah. Pada kacamatan ini khususnya pada Desa Tomado
terdapat suatu danau yang disebut dengan danau Lindu yang luasnya mencapai
34,88 km2 dengan kedalaman rata-rata 38 meter dan berada diketinggian sekitar
1000 meter di atas permukaan air laut. Terdapat lima desa yang terletak di tepi
danau diantaranya desa Puroo, Desa Langko, Desa Tomado, Desa Anca dan Desa
Olu. Danau Lindu adalah danau terbesar kedelapan di Pulau Sulawesi dan kedua
di Provinsi Sulawesi Tengah setelah danau Poso. Daerah ini merupakan salah satu
tempat wisata yang sangat terkenal di Provinsi Sulawesi Tengah. Daya tarik
Hutan Wisata Danau Lindu adalah keindahan panorama pegunungan dan
pemandangan danau , khususnya bagi wisatawan pejalan kaki dan pendaki
gunung. Daerah ini juga memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar,
sehingga daerahnya tidak hanya digunakan sebagai tempat objek wisata
melainkan juga digunakan sebagai tempat penelitian. Penelitian yang dilakukan
khususnya pada prodi pendidikan biologi sendiri yaitu khususnya pada mata
kuliah Etologi Hewan. Jadi setiap tahun mahasiswa-mahasiswa program studi
pendidikan biologi yang memprogramkan mata kuliah Etologi Hewan melakukan
penelitian di daerah tersebut.
Etologi merupakan salah satu cabang zoologi yang menelaah tingkah laku
hewan. Ilmu ini dikenal sebagai ilmu yang berdiri sendiri pada tahun 1920-an,
berkat jasa biologiwan Nikolaas Tinbergen, dari negeri Belanda, dan Konrad
Lorenz, dari Austria. Tingkah-laku yang pertama-tama dipelajari dalam etologi
meliputi cumbu-rayu, perkawinan, dan pengasuhan anak. Selain itu, dipelajari
pula cara hewan berkomunikasi dengan sesama jenisnya, dan cara menentukan
daerah teritorialnya. Perkembangan tingkah-laku hewan selama jutaan tahun, serta
tingkah-laku yang dapat membantu hewan untuk bertahan hidup, juga dipelajari

1
dalam etologi. Ilmu ini merupakan perpaduan dari kerja laboratorium dan
pengetahuan lapangan, serta mempunyai kaitan erat dengan ilmu lain, misalnya:
neuroanatomy ekologi, dan evolusi. Pokok perhatian etologi lebih besar pada
proses tingkah-laku hewan daripada jenisnya. Dalam mempelajari tingkah-laku
suatu jenis hewan, dibuat daftar yang dapat menggambarkan pola tingkah-laku
hewan tersebut. Daftar itu disebut etogram. Dari analisis etogram beberapa jenis
hewan akan diketahui pola tingkah-laku yang serupa dan berhubungan secara
filogenetik (homologi), atau yang serupa tetapi tidak ada hubungannya secara
filogenetik (analogi). Di samping itu, akan diketahui pula beberapa kesamaan pola
tingkah-laku (homonomi) serta fungsinya, dan tingkah-laku yang berbeda
(heteronomi) pada berbagai binatang dari jenis yang sama. Di dalam etogram juga
dicatat hal-hal yang mempengaruhi tingkah-laku tersebut.`

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat diangkat pada praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana cara mengidentifikasi tingkah laku anjing dengan cara
mengamati tingkah lakunya?
2. Bagaimana cara mendeskripsikan ciri-ciri pada kupu-kupu dengan
menggunakan metode pengamatan?

1.3 Tujuan
Tujuan padapraktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan dan melihat tingkah laku anjing.
2. Mendeskrisikan ciri—ciri pada kupu-kupu.

2
TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mempelajari Invertebrata, terlebih dahulu harus mengenal filum


invertebrata, yaitu sebagai berikut : (1) Protozoa, bersel satu dan renik; (2)
Porifera, bersel banyak dengan tubuh berpori-pori serta mempunyai spikula yang
beragam : (3) Ceoelenterata, bersel banyak, simetri radial, diplobalstik, dengan
bentuk polip dan medusa, dan memiliki rongga pencernaan ; (4) Platyhelminthes,
simetri bilateral,triploblastik salauran penceenaan tidak sempurna, tidak
mempunyai rongga tubuh (5) Nematyhelminthes, simetris bilateral, triploblastik,
mempunyai rongga tubuh semu, saluran pencernaan sempurna ; (6) Annelida,
simetri bilateral, triploblastik, mempunyai rongga tubuh sejati dan beruas-ruas ;
(7) Arthropoda, simetri bilateral, triploblastik, mempunyai coelom,beruas-
ruas,mempunyai rangka luar, kaki bersendi ; (8) Molusca, simetri bilateral,
mempunyai coelom, tidak beruas-ruas, memiliki lapisan mantel yang dapat
membuat cangkok (9) Echinodermata, mempunyai duri kulit, rangka kapur, dan
system ambulakral (Kamal S, 2014).
Hopalocera (kupu-kupu) merupakan salah satu hewan penghuni bumi yang
termasuk kedalam kelompok insekta. Hewan ini dapat ditemukan pada berbagai
habitat, seperti di tanah, serasah daun, genangan air, pada kayu lapuk, sebagai
hama pada tanaman, dan sebagai parasit pada stadia pradewasa (larva, pupa,
nimfa) dari suatu hewan. Rhopalocera merupakan hewan yang aktif pada siang
hari (diurnal), kebanyakan berwarna cerah, antenanya membesar pada bagian
ujung, tubuhnya ramping dan sayapnya terlipat ke atas pada saat istirahat. Jumlah
jenisnya ±20.000 spesies yang ada di dunia. Indonesia adalah negara kedua
pemilik Rhopalocera terbanyak di dunia yang diperkirakan sekitar 2.500 jenis.
Rhopalocera merupakan hewan invertebrata yang memiliki dua sayap sehingga
dapat terbang. Rhopalocera tubuhnya terbungkus oleh kitin, sehingga dapat
menjaga daya adaptasi yang besar terhadap lingkungan. Rhopalocera hidup di
tempat yang memiliki kisaran suhu minimun 15 C, kisaran suhu optimun 25C, dan
kisaran suhu maksimun 45 C (Kamal S, 2014).

3
Rhopalocera dapat ditemukan pada habitat yang bervariasi tetapi selalu
bergabung dengan tumbuhan yang tinggi, khususnya Angiospermae (tumbuhan
berbiji tertutup). Pada tumbuhan tersebut Rhopalocera dapat memperoleh
makanan yang dihasilkan pada bagian-bagian tertentu tumbuhan diantaranya;
nektar. Rhopalocera mempunyai nilai ekonomi yang sangat besar. Larva dari
kebanyakan Rhopalocera adalah pemakan tumbuhan dan dapat juga menjadi hama
(Kamal S, 2014).
Anjing merupakan salah satu hewan yang memiliki kemampuan berpikir
dan bertingkah laku. Anjing adalah mamalia karnivora, yang telah mengalami
demostikasi dari serigala sejak 14.000 tahun yang lalu (Koler-Matznicl, 2002;
Akey et al., 2010). Domestikasi merupakan pengadopsian hewan dari kehidupan
liar ke dalam lingkungan kehidupan sehari hari manusia. Dalam arti yang
sederhana, domestikasi merupakan proses "penjinakan" yang dilakukan terhadap
hewan liar. Perbedaannya, apabila penjinakan lebih pada individu, domestikasi
melibatkan populasi, seperti seleksi, pemuliaan (perbaikan keturunan), serta
perubahan perilaku/sifat dari organisme yang menjadi objeknya. Demostikasi
tersebut ada yang menduga mungkin sudah dimulai sejak 100.000 tahun yang
lalu, berdasarkan bukti berupa penemuan fosil dan tes DNA. Namun ada juga
penelitian lain yang mengungkapkan sejarah demostikasi anjing begitu lama.
Terlepas dari kontroversi tersebut, anjing telah berkembang menjadi ratusan ras
dengan berbagai macam variasi, mulai dari anjing dengan tinggi badan beberapa
puluh sentimeter hingga tingginya lebih dari satu meter (Dharmawan,2009).
Anjing domestik merupakan mamalia yang sangat polimorfik, yaitu hewan yang
mempunyai keragaman yang luas dalam bentuk, perilaku dan temperamen (Puja,
2011 dalam Kamal S, 2014s).

4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 WaktudanTempat
Adapun waktu dan tempat praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal : Sabtu – Minggu/14-15 April 2018
Waktu : Pukul 09.00 WITA - Selesai
Tempat :Taman Nasional Lore Lindu yang berada di Desa Tomado,
Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi
Tengah.

3.2 AlatdanBahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah batu, kamera
hp, alat tulis menulis, anjing dan kupu-kupu.`

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mencari hewan vertebrata yang akan diamati.
3. Memberi perlakuan berupa memberi makan, mendekati hewan tersebut
dan memberi ancaman.
4. Mengamati tanggapan atau perilaku yang dilakukan hewan saat diberi
perlakuan.
5. Mengambil dokumentasi
6. Mencatat hasil pengamatan pada laporan sementara.

5
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


s
1. Tabel invertebrata ( Kupu-kupu)

No Nama / Gambar Klasifikasi Jumlah


1. Flos apidanus Kingdom Animalia 1
Phylum Arthropoda
Classis Insecta
OrdoLopidoptera
FamiliaLycaenidae
Genus Flos
Species Flosapidanus

Perlakuan
Sebelum Sesudah Deskripsi
Sebelum dilakukan Ketika telah dilakukan Kupu-kupun Flos apidanus
perlakuan dengan penangkapan specimen memiliki deskripsi berupa
menangkap kupu-kupu dengan panjang sayap 2 cm,
specimen kupu- menggunakan jaring, panjang antena 2 yaitu 1 cm,
kupu, specimen maka kupu-kupu tersebut dengan warna hitam
didapat saat terbang terperangkap dan bergaris putih memiliki
di daerah habitatnya. pergerakannya tidak warna sayap unggu bergaris
bebas seperti kecoklatan. Memiliki
pergerakannya ketika di abdomen berwarna putih
alam bebas atau sebelum dan memiliki punggung
perlakuan. berwarna hitam.

6
2. Tabel Vertebrata (Anjing)
Nnn Spesies / Bentuk Tanggapan / Perilaku Habitat
jenisdangambar respon
Diberikan Memberi respon baik
1 Anjing makanan dengan memakan
. makanan tersebut

Memberikan Anjing tersebut merespon


suara baik dengan mendekati
(bersiul) sumber bunyi (siul) namun Pemuki
tidak mendekati secara man
dekat dengan orang yang
bersiul. Anjing tersebut
merespon suara dengan
memperjelas
penciumannya.

Diancam Responanjingmerasatakutd
(seakan- anlarimenjauh
akandilempar
)

Ketika Anjingtiba-
menjongkok tibalarimenjauh

7
4.2 Pembahasan
Hopalocera (kupu-kupu) merupakan salah satu hewan penghuni bumi yang
termasuk kedalam kelompok insekta. Hewan ini dapat ditemukan pada berbagai
habitat, seperti di tanah, serasah daun, genangan air, pada kayu lapuk, sebagai
hama pada tanaman, dan sebagai parasit pada stadia pradewasa (larva, pupa,
nimfa) dari suatu hewan.
Anjing merupakan salah satu hewan yang memiliki kemampuan berpikir
dan bertingkah laku. Anjing adalah mamalia karnivora, yang telah mengalami
demostikasi dari serigala sejak 14.000 tahun yang lalu (Koler-Matznicl, 2002;
Akey et al., 2010)
Pada pengamatan invertebrata dan vertebrata ini dilakukan masing-
masing satu dari hewan vertebrata dan invertebrata. Dimana pada invertebrata
dilakukan perlakuan pada kupu-kupu yakni spesies Flos aapidanus. Dimana
spesies ini berjumlah satu. Adapun jenis perlakuan disini yaitu melihat
perbandingan sebelum diberikan respon dan sesudah diberi respon. Dimana
sebelum diberikan perlakuan, hewan ini terlihat terbang di daerah habitatnya,
sedangkan sesudah diberikan perlakuan atau ditangkap dengan menggunakan
jaring spesies ini terperangkap dan pergerakannya tidak bebas seperti
pergerakannya ketika di alam bebas atau sebelum perlakuan. Adapun ciri-ciri dari
spesies ini yaitu panjang sayap 2 cm, panjang antena 2 yaitu 1 cm, dengan warna
hitam bergaris putih memiliki warna sayap ungu bergaris kecoklatan, memiliki
abdomen berwarna putih dan pungung berwarna hhitam. Kupu-kupu spesies Flos
apidanus ini memiliki habitat di kebun kopi (agroforestri) perpaduan antara
tanaman pertanian dan kehutaan.
Selanjutnya pengamatan tentang respon hewan vertebrata yang
menggunakan anjing dan anjing ini berada pada habitat rrumah warga. Terdapat
beberapa bentuk stimulus serta tanggapan / respon yang diberikan pada saat
diberikan stimlus diantaranya, diberikan stimulus berupa makanan dan respon
yang diberikan yaitu respon dikatakan baik karena anjing tersebut memakan
makanan yang diberikan. Stimulus selanjutnya yaitu memberikan suara (bersiul),
dimana anjing tersebut merespon baik dengan mendekati sumber bunyi (siul)

8
namun tidak mendekati secara dekat dengan orang yang bersiul. Anjing tersebut
merespon suara dengan memperjelas penciumannya. Stimulus ketiga yaitu
diancam (seakan-akan dilempar) dan respon yang diberikan yaitu anjing merasa
takut dan lari menjauh. Dan stimulus yang terakhir adalah diberikan perlakuan
menjongkok dan respon yang diberikan yaitu lari menjauh.
Adapun faktor yang mempengaruhi pada saat melakukan pengamatan
yakni adanya respon setelah diberi stimulus yaitu dipengaruhi oleh
lingkungannya. Misalnya disini ketika pengamatan yang dilakukan pada kupu-
kupu, dimana sebelum diberikan stimulus berupa penangkapan dengan
menggunakan jaring, kupu-kupu ini terlihat terbang bebas di alam, sedangkan
setelah diberi stimulus / ditangkap dengan jaring dan sudah terperangkap,
pergerakannya tidak bebas seperti pergerakan ketika di alam bebas. Pengamatan
selanjutnya yaitu pengamatan pada anjing, dimana faktor yang mempengaruhi
ketika melakukan pengamatan di sini yaitu makanan yang berupa stimulus yang
diberikan. Makanan dikatakan sebagai faktor yang mempengaruhi adanya respon
yaitu dikarenakan ketika diberikan stimulus berupa makanan anjing ini langsung
merespon dengan bentuk respon mendekati langsung makanan tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dan melihat faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil pengamatan, pengamatan ini sudah sesuai dengan
literature, dimana pada literature dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
adanya respon terhadap stimulus yang diberikan yaitu dipengaruhi oleh
lingkungan diantaranya Makanan air, cahaya, suhu, dan kelembapan (Susanto,
2000 ).

9
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkah laku anjing setelah diberikan stimulus berupa makanan, suara,
diancam, dan ketika menjongkok yaitu dimana stimulus berupa makanan
respon yang diberikan yaitu langsung memakan makanan tersebut, ketika
stimulus berupa suara (bersiul) respon yang diberikan yaitu mendekati
dan memperjelas penciumannya. Kemudian ketika stimulus yang
diberikan berupa makanan respon yang diberikan yaitu ketakutan dan lari
menjauh. Dan stimulus yang terakhir yaitu berupa gerakan menjongkok
dan respon yang diberikan yaitu lari menjauh.
2. Deskripsi kupu-kupu yang ditemukan yaitu memiliki panjang sayap 2 cm,
panjang antena 2 yaitu 1 cm d3engan warna hitam bergaris putih,
memiliki warna sayap ungu bergaris kecoklatan, warna abdomen putih
dan memiliki punggung hitam

5.2 Saran
Saran dalam praktikum ini adalah untuk para pembaca agar kiranya mencari
referensi lain untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang etologi dan
terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca laporan ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kamal S, Hasanuddin dan Wardani H ( 2014). “Keanekaragaman Rhopalocera Di


Pegunungan Mata IE Kacamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar”.
Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 2, No. 2, Ed. September 2014, Hal.
77-13.

Tim Pembina Mata Kuliah. (2018). Penuntun Praktikum Etologi. Universitas


Tadulako. Palu.

11

Anda mungkin juga menyukai