Anda di halaman 1dari 51

i

PERTUMBUHAN ANGGREK Cattleya PADA PERLAKUAN


KOMBINASI PUPUK DAN SILIKA SERTA
KARAKTERISASI MORFOLOGI

ADIMAS KRISHARDIANTO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ii
iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER


INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan


Anggrek Cattleya pada Perlakuan Kombinasi Pupuk dan Silika serta Karakterisasi
Morfologi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya pada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Adimas Krishardianto
A24110107

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar
IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait.
iv
v

ABSTRAK

ADIMAS KRISHARDIANTO. Pertumbuhan Anggrek Cattleya pada


Perlakuan Kombinasi Pupuk dan Silika serta Karakterisasi Morfologi. Dibimbing
oleh DEWI SUKMA.

Cattleya merupakan genus anggrek yang memiliki bunga dengan ukuran


besar dan terkenal queen of orchid karena memiliki keindahan dari variasi warna
pada bunganya. Pemupukan berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Silika berperan dalam memperkuat jaringan tanaman
sehingga lebih tahan serangan penyakit dan hama. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh perlakuan kombinasi pupuk dan Silika (SiO2) terhadap
pertumbuhan dan mengetahui karakter morfologi tiga anggrek Cattleya hibrida.
Penelitian dilakukan di rumah Anggrek Departemen Agronomi dan Hortikultura,
IPB pada bulan April hingga Juli 2015. Percobaan pemupukan dilakukan
menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan faktor
tunggal yaitu perlakuan pemupukan. Terdapat empat perlakuan yaitu pupuk
organik cair lengkap 2 ml L-1, Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, pupuk organik
cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1
+ silika 2.5 ml L-1. Perlakuan terdiri atas tiga kali ulangan, setiap ulangan terdiri
dari 3 tanaman. Karakterisasi morfologi dan pertumbuhan 3 aksesi anggrek
Cattleya ini dilaksanakan sesuai dengan panduan karakterisasi anggrek Balai
Penelitian Tanaman Hias (2007). Perlakuan kombinasi pupuk dan silika yang
diberikan tidak berpengaruh nyata pada 3 genotipe hibdrida anggrek Cattleya
yang diuji. Hasil karakterisasi menunjukkan tidak terdapat keragamaan pada
penampang melintang daun serta posisi pembungaan, bentuk ujung, susunan,
bentuk tepi dan tekstur permukaan daun, tipe pembungaan, resupinasi, perhiasan,
serta bentuk bunga.

Kata kunci: pupuk organik cair lengkap, Grow More, silika (SiO2), hibrida,
Cattleya

ABSTRACT
ADIMAS KRISHARDIANTO. Growth of Cattleya Orchids on Combination
Treatment of Fertilizer and Silica and Morphological Characterization. Supervised
by DEWI SUKMA.

Cattleya is an orchid genera which has large flowers therefore called as


queen of orchid. It has the beauty of flower color variation. Fertilization have
plant growth and production. Silica could strengthens plant tissues that support
plant resistance to pests and disease. The research aims were to know the the
effect of fertilizer and Silica (SiO2) combination treatments on growth and
morphological characters of three Cattleya orchid hybrids. The experiment was
placed at Orchid House Department of Agronomy and Horticulture, IPB and
carried out from April to July 2015. Fertilizer and silica combination treatment
used Completely Randomized Design with single factor. Four treatments used
were complete liquid organic fertilizer 2 ml L-1, Grow More (NPK 32:10:10) 2 g
vi

L-1, complete liquid organic fertilizer 2 ml L-1 + silica 2.5 ml L-1, and Grow More
(NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silica 2.5 ml L-1. Each treatment consisted of three
replications with 3 plants. Morphological characterization carried out according
to orchid guidance characterization from Ornamental Plant Research Centers
(2007). Combination of fertilizer and silica did not have significant effect on
growth of 3 Cattleya hybrids. Morphological characterization results indicated
that there was no differences between hybrids for their leaves and flowering
position, tip shape, texture, shape and texture of the surface edges of the leaves,
flowering types, resupination, as well as the shape of flowers.

Keywords: complete liquid organic fertilizer, Grow More, silica (SiO2), hybrid,
Cattleya
vii

PERTUMBUHAN ANGGREK Cattleya PADA PERLAKUAN


KOMBINASI PUPUK DAN SILIKA SERTA
KARAKTERISASI MORFOLOGI

ADIMAS KRISHARDIANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
viii
x
xi

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan cinta dan
kasih-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Juli 2015 ini adalah
peningkatan hasil anggrek, dengan judul Pertumbuhan Anggrek Cattleya pada
Perlakuan Kombinasi Pupuk dan Silika serta Karakterisasi Morfologi.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada ibu Dr Dewi Sukma, SP MSi
yang telah bersedia menjadi pembimbing dalam membimbing selama pelaksanaan
penelitian hingga penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada ibu Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, M.S. serta ibu Juang Gema Kartika, SP.
MSi sebagai dosen penguji dalam ujian skripsi penulis yang telah memberikan
masukan, koreksi, dan dukungan dalam pembuatan karya ilmiah ini. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada bapak Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc.
sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat dan arahan
kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada ibu Dra Dwi
Kristanti Wahyu Mahanani, MPd dan bapak Harsono, SE sebagai orang tua yang
selalu memberikan kasih nya, grup FLOTERRARIA yang senantiasa ada dikala
suka maupun duka penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada teman-teman satu dosen
pembimbing akademik (PA) : Rizki Anjal PN, SP., Bimo Hariokusumo. Kepada
Halida Adistya Putri, SP., Leni Siswati, SP., Fahmur Razaq yang merupakan
teman seperjuangan skripsi yang telah banyak bekerja sama baik dalam
penyusunan karya ilmiah ini penulis sampaikan terima kasih. Kepada Ferra
Anggita A., SP., Khairunnisa Bestari, Nina Ivana S., STP., Ahmad Fitra M.
Penulis juga tak lupa sampaikan terima kasih atas segala bantuan, kerjasama di
dalam dan di luar penyelesaian karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada kakak-kakak asistensi agama Kristen Protestan angkatan 49,
50, dan 51, rekan-rekan IPB angkatan 48, AGH 48, PMK, Agria Swara serta
teman-teman yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun
materiil dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016

Adimas Krishardianto
xii
xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani Anggrek 2
Morfologi Tanaman Anggrek 3
Batang (Pseudobulb) 3
Daun 3
Bunga 4
Biji 4
Anggrek Cattleya 4
Syarat Tumbuh Anggrek Cattleya 5
Silika 5
Silika dalam Tumbuhan 6
Karakterisasi Tanaman 7
Pemupukan, Pupuk Anorganik dan Organik dalam Anggrek 7
METODE PENELITIAN 9
Waktu dan Tempat 9
Bahan dan Alat 9
Metode Percobaan 9
Persiapan 9
Perlakuan Pemupukan dan Pemberian Silika (Si) 10
Karakterisasi 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Kondisi Umum 15
Pengaruh Pemupukan 17
Karakterisasi 24
SIMPULAN DAN SARAN 25
Simpulan 25
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 30
RIWAYAT HIDUP 35
xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rataan jumlah awal daun anggrek Cattleya (helai) 17


Tabel 2 Rataan pertambahan jumlah daun (PJD) anggrek Cattleya 18
Tabel 3 Rataan panjang awal daun anggrek Cattleya (cm) 18
Tabel 4 Rataan pertambahan panjang daun (PPD) anggrek Cattleya 19
Tabel 5 Rataan lebar awal daun anggrek Cattleya (cm) 19
Tabel 6 Rataan pertambahan lebar daun (PLD) anggrek Cattleya 20
Tabel 7 Rataan tebal awal daun anggrek Cattleya (mm) 20
Tabel 8 Rataan pertambahan tebal daun (PTD) anggrek Cattleya 21
Tabel 9 Rataan jumlah anakan baru anggrek Cattleya (mm) 21
Tabel 10 Rataan muncul anakan baru (MAB) anggrek Cattleya 22
Tabel 11 Hasil karakterisasi morfologi daun anggrek Cattleya 25
Tabel 12 Hasil karakterisasi morfologi bunga anggrek Cattleya 25

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 (A) Keragaan tanaman anggrek Blc. warneri purple tounge (C.
warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki), (B)
Bentuk bunga anggrek Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc.
kuan miao chen). 4
Gambar 2 Contoh tanaman anggrek Cattleya yang diamati (A) Blc. mantini
(C. dowiana X C. bowringiana), (B) Blc. chun yeah (Blc. tassi
barbero x Blc. kuan miao chen), (C) Blc. warneri purple tounge
(C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki). 10
Gambar 3 Penampang melintang daun 12
Gambar 4 Posisi pembungaan 12
Gambar 5 Bentuk daun 12
Gambar 6 Bentuk ujung daun 13
Gambar 7 Susunan daun 13
Gambar 8 Bentuk tepi daun 13
Gambar 9 Tekstur permukaan daun 14
Gambar 10 Simetri daun 14
Gambar 11 Tipe pembungaan 14
Gambar 12 Resupinasi 15
Gambar 13 Perhiasan bunga 15
Gambar 14 Bentuk bunga 15
Gambar 15 (A) Kondisi tanaman anggrek Cattleya ulangan 1, (B) Ulangan
2, (C) Ulangan 3. 16
Gambar 16 Daun Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana) yang terkena
serangan hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera :
Diaspididae). 16
Gambar 17 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CM pada semua
perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair
lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3)
pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4)
Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. 23
xv

Gambar 18 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CCY pada semua


perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair
lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1,
(P3) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1,
(P4) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. 23
Gambar 19 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CM pada semua
perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair
lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1,
(P3) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1,
(P4) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. 24
Gambar 20 (A) CM : Blc. mantini, (B) CCY : Blc. chun yeah , (C) CWPT :
Blc. warneri purple tounge. 24

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Novelgro SILIKA 30


Lampiran 2 Pupuk Organik Cair BioSugih Tani 31
Lampiran 3 Pupuk majemuk Grow More 32-10-10 33
Lampiran 4 Vitamin B1 Liquinox Start 34
xvi
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias berbunga yang cukup
digemari di Indonesia dan termasuk family Orchidaceae yang memiliki sekitar
800 genus dan 25 000 spesies (Mattjik 2010). Tanaman anggrek termasuk
tanaman monokotil, tahunan dan berbentuk herba. Tanaman ini sangat beragam
ditinjau dari habitat, ukuran, serta morfologinya (Sastrapradja et al. 1977). Daya
tarik pada tanaman ini terletak pada keindahan bentuk bunga dan warna bunga
yang beraneka ragam sehingga para pecinta anggrek tidak merasa bosan
menikmati keindahannya (Mattjik 2010). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
Sarwono (2002) bahwa anggrek merupakan salah satu tanaman berbiji dari famili
Orchidaceae yang banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik
sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman
pot, atau hiasan taman.
Dewasa ini permintaan anggrek sebagai bunga potong maupun tanaman pot
semakin meningkat. Produksi anggrek tahun 2011 mencapai 15 490 256 tangkai,
tahun 2012 mencapai sebanyak 20 727 891 tangkai dan pada tahun 2013 sebanyak
20 277 672 tangkai (BPS 2014). Ekspor anggrek pada tahun 2012 ke beberapa
negara seperti Taiwan, Singapura, Malaysia, Australia, Korea dan Jepang adalah
69 353 kg, menurun pada tahun 2013 sebanyak 58 656 kg (BPS 2014). Puspitasari
(2006) menyatakan besarnya perolehan yang fluktuatif ini menunjukkan bahwa
perlu adanya suatu peningkatan kualitas dan kuantitas anggrek agar dapat
meningkatkan nilai ekonomi tanaman anggrek.
Sebagian besar anggrek terdapat dan berasal dari negara yang memiliki
banyak bukit dan pegunungan, meskipun tanaman ini mampu tumbuh di daerah
intermediet (Sander 1979). Salah satu jenis anggrek yang banyak digemari adalah
genus Cattleya. Anggrek Cattleya termasuk tanaman yang hidup menempel pada
pohon lain (epifit). Tanaman ini termasuk dalam anggrek simpodial yaitu anggrek
yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga
kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Cattleya memiliki ciri khas yaitu bentuk
bunga yang besar dengan warna bunga yang sangat bervariasi dan ketahanan
terhadap suhu dengan tingkat sedang (Iswanto 2010).
Tanaman akan berpotensi menghasilkan jumlah anakan yang banyak jika
terpenuhi unsur hara bagi pertumbuhannya dan berada pada kondisi lingkungan
optimal. Melihat kondisi demikian anggrek membutuhkan beberapa unsur hara
untuk pertumbuhannya yang diambil dari media tumbuh serta pupuk yang
diberikan. Anggrek membutuhkan beberapa unsur hara untuk pertumbuhannya.
Adaptasi tanaman dapat berupa pengaturan produksi makanan, masa reproduksi
dan penyebaran keturunan yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
Defisiensi nutrisi dapat terjadi jika konsentrasi unsur hara berada dibawah
konsentrasi yang dibutuhkan agar anggrek tumbuh optimal (Hew dan Young
1997). Ada dua cara untuk menyuplai hara ke dalam tanaman, yaitu pemupukan
melalui akar dan daun (Soepardi 1983). Tanaman dapat menyerap hara melalui
daun selain melalui akar. Tisdale, Nelson dan Beaton (1985) menyatakan bahwa
2

dengan cara pemupukan melalui daun penyerapan hara oleh tanaman dapat
dilakukan lebih cepat dibandingkan melalui akar karena dapat menembus kutikula
dan stomata sehingga langsung masuk ke dalam sel jaringan. Umumnya
pemupukan melalui daun menggunakan alat semprot namun ada juga yang
dilakukan dengan cara langsung menyiram daun tanaman (Wahyono et al. 2009).
Pemupukan pada anggrek akan lebih efektif apabila diberikan pada permukaan
daun bagian bawah (Santi, Suciantini, dan Goenadi 1996). Sesuai pernyataan
Santi (2005) bahwa anggrek Cattleya tumbuh dengan sehat dan kuat apabila
kebutuhan unsur hara makro dan mikro terpenuhi, sedangkan kandungan unsur
hara dalam media pakis jumlahnya kurang memenuhi sehingga diperlukan untuk
pemupukan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh pemupukan dan pemberian Silika (Si) terhadap pertumbuhan
anggrek Cattleya hibrida.
2. Keragaman morfologi hibrida anggrek Cattleya.
Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
1. Kombinasi pupuk dengan Silika (Si) dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman pada semua genotipe yang di uji.
2. Terdapat keragaman morfologi pada hibrida anggrek Cattleya.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Anggrek
Anggrek adalah salah satu tanaman yang masuk dalam ordo Orchidales dan
famili Orchidaceae. Menurut (Mattjik 2010) anggrek merupakan salah satu
tumbuhan berbunga dengan jenis terbanyak. Anggrek mempunyai berbagai jenis,
diantaranya adalah Dendrobium, Phalaenopsis, Cymbidium, Cattleya, dan
Phragmipedium. Anggrek memiliki banyak sekali variasi mulai dari bentuk
bunga, warna bunga, aroma, serta corak pada petal nya. Kebanyakan tanaman
anggrek hidup secara epifit terutama untuk jenis – jenis yang berasal dari daerah
tropis. Ada empat kelompok anggrek berdasarkan habitat tumbuhnya. Anggrek
epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan
tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya
Cattleya sp. memerlukan cahaya 40%, Dendrobium sp. 50-60%, Phalaenopsis sp.
30 %, dan Oncidium sp. 60-75 %. Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh
di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera,
Renanthera, Vanda dan Arachnis. Tanaman anggrek terestrial membutuhkan
cahaya matahari 70-100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19-38oC, dan
malam hari 18-21oC. Anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan
sedikit naungan. Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan,
3

dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium, Phalaenopsis.


Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung
humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari,
misalnya Goodyera.
Anggrek merupakan tanaman yang memiliki tipe pertumbuhan cukup
lambat, dengan kecepatan tumbuh yang berbeda-beda tergantung pada jenisnya
(Nesiaty dan Maloedyn 2007). Sifat tumbuh anggrek dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu monopodial dan simpodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang
tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga
kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium
yang dapat mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Menurut
Soedjono (1997) menuliskan bahwa batang anggrek beranekaragam, ada yang
ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja,
dengan atau tanpa umbi semu (pseudobulb). Untuk anggrek simpodial
pertumbuhan batang akan terhenti bila telah mencapai maksimal. Pertumbuhan
baru dilanjutkan oleh tunas anakan yang tumbuhnya disampingnya. Contoh dari
anggrek tipe simpodial antara lain : Dendrobium, Cattleya, Oncidium dan
Cymbidium. Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit. Anggrek tipe
monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat di
ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Pada anggrek
monopodial akar muncul pada ruas-ruas batang (Lestari 1985). Bunga keluar dari
sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain
: Vanda, Arachnis, Renanthera, Phalaenopsis, dan Aranthera (Hew dan Young
1997; Mattjik 2010).
Morfologi Tanaman Anggrek
Pada dasarnya tanaman anggrek mempunyai bagian tanaman yang sama
dengan tanaman lainnya, yaitu terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Anggrek
memiliki dua jenis perakaran, yaitu akar lekat dan akar udara. Akar lekat
berfungsi untuk tanaman dapat melekat pada media pegangan nya, sedangkan akar
udara berfungsi untuk tanaman mengambil air dan unsur hara (Jenny, Rondonuwu
dan Pioh 2009).
Batang (Pseudobulb)
Batang pada tanaman ini sering mengalami penebalan yang sering juga
disebut batang semu yang membentuk seperti umbi pada pangkal daun dan
dikenal dengan nama pseudobulb. Batang pada tanaman anggrek ini berfungsi
sebagai penyimpan dan mengalirkan hasil fotosintat (Hew dan Young 1997).
Daun
Bentuk daun anggrek bermacam-macam dari sempit memanjang, pensil,
bulat, bulat-lonjong, bulat telur, mata lembing/lanset, jantung dan masih banyak
lagi variasi lainnya. Ada dua jenis daun anggrek, yaitu daun yang tebal dan daun
yang tipis. Daun anggrek berwarna hijau dan banyak mengandung klorofil
sehingga dapat melakukan fotosintesis. Selain daun, batang anggrek juga
mengandung klorofil yang berfungsi untuk melakukan fotosintesis. Meskipun
batang anggrek dapat berfotosintesis, daun memiliki kemampuan fotosintesis
yang lebih tinggi (Sastrapradja 1980).
4

Bunga
Anggrek adalah tanaman dengan karakteristik bunga yang berbeda dengan
bunga dari tanaman lain. Hal ini dapat dilihat dari tangkai bunga, ukuran bunga,
jumlah kuntum bunga, ketahanan bunga dan aroma bunga yang keluar dari bunga
anggrek. Dilihat dari karakteristik bentuk bunganya, maka bunga dari tanaman
anggrek akan terlihat berbeda antar anggrek, tetapi semuanya mempunyai struktur
dasar yang sama, yaitu terdiri dari tiga petal dan tiga sepal (Orchid Society 1998).
Gabungan dari petal dan sepal disebut tepal. Dua petal berukuran sama dan satu
petal berukuran lebih besar membentuk lidah daun (Mattjik 2010). Bentuk petal
dan sepal sering tidak teratur.
Berikut adalah gambar penampakan tanaman, bentuk dan bagian-bagian
bunga anggrek Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C.
warneri coerulea suzuki) dan Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao
chen).
Daun
Sepal dorsal Petal
Bunga
Sepal
Bulb
Labellum
Akar
A B Colum

Gambar 1 (A) Keragaan tanaman anggrek Blc. warneri purple tounge (C. warneri
f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki), (B) Bentuk bunga
anggrek Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen).
Biji
Buah tanaman anggrek berbentuk kapsul dan dalam kapsul ini terdapat
banyak sekali biji anggrek. Biji anggrek berukuran sangat kecil dan tidak
memiliki endosperma atau cadangan makanan. Biji yang seperti ini menyebabkan
susah untuk berkecambah sendiri tanpa tambahan nutrisi dari luar. Oleh karena itu
anggrek lebih umum diperbanyak dengan cara perbanyakan organ vegetatifnya
atau dapat melalui kultur jaringan (Hew dan Young 1997).
Anggrek Cattleya
Cattleya merupakan salah satu jenis anggrek yang banyak dikenal di
Indonesia. Cattleya diberi julukan sebagai ratu anggrek. Disebut ratu anggrek
karena bunganya yang anggun seperti halnya seorang ratu (Rahmatia dan Pitriana
2007). Sesuai dengan pendapat Sarwono (2002) menyatakan bahwa anggrek
Cattleya pada umumnya memiliki ukuran bunga yang lebih besar dibandingkan
dengan anggrek lainnya, sehingga Cattleya dijuluki The Queen of Orchid. Spesies
yang ukuran bunganya paling besar adalah Cattleya gigas, namun spesies yang
paling terkenal adalah Cattleya skinneri yang dijadikan sebagai bunga nasional
negara Brasil. Jenis anggrek ini termasuk dalam tanaman epifit yaitu tanaman
yang tidak merugikan bagi tanaman inangnya.
Sandra (2003) menyatakan bahwa anggrek Cattleya termasuk anggrek
berdaun lebar, bentuk daunnya sederhana, bertulang daun lurus serta jumlahnya
5

satu atau dua helai tiap batang. Akar anggrek epifit umumnya lunak dan mudah
patah, ujung runcing, berklorofil, licin dan memiliki daya lekat. Rambut-rambut
pendek yang melekat pada bagian akar digunakan untuk menyerap air dan hara
(Puspaningtyas et al. 2003). Cattleya adalah tanaman yang sedikit membutuhkan
sinar matahari langsung sepanjang hari. Tapi senang mendapat sinar langsung di
pagi hari selama 4-5 jam sehari. Anggrek ini memerlukan intensitas cahaya
matahari hanya sekitar 40%.
Menurut Rahmatia dan Pitriana (2007) anggrek ini memiliki hampir semua
warna bunga kecuali biru dan hitam dengan ukuran bunga 5-15 cm atau lebih.
Jumlah bunga yang tumbuh bervariasi. Mahkota bunga lebih lebar dibanding
kelopak bunga. Bagian sisi labellum terdiri atas tiga cuping. Bagian sisi labellum
biasanya berkerut seperti renda.
Cattleya memerlukan penyiraman secara teratur, namun ia juga memerlukan
waktu kering beberapa saat, sebelum disiram lagi. Saat disiram, akar akan
menyerap air sebanyak-banyaknya untuk disimpan dalam akar maupun bulb.
Menurut Supramana dan Suatika (1990) tinggi untuk pseudobulb anggrek
Cattleya berkisar antara 18-90 cm.
Menurut pendapat Rahmatia dan Pitriana (2007) menyatakan bahwa banyak
Cattleya merupakan tanaman hasil persilangan. Persilangan pada anggrek jenis ini
dapat terjadi baik antar spesies maupun antar genus. Persilangan antar genus pada
Cattleya salah satunya adalah pada genus Brassavola, Laelia, dan Cattleya.
Penulisan nama untuk hasil persilangan Brassavola, Laelia, dan Cattleya adalah
Blc (Brassolaeliocattleya).
Syarat Tumbuh Anggrek Cattleya
Anggrek Cattleya merupakan anggrek yang tumbuh di daerah yang
mempunyai ketinggian antara 750-2 000 mdpl. Anggrek Cattleya akan tumbuh
dengan baik bila lingkungan tempat tumbuhnya mempunyai suhu siang antara 21-
32oC dan suhu malam 13-18oC. Intensitas cahaya yang dibutuhkan berkisar 2 000-
4 000 fc atau 30% cahaya matahari penuh, kelembaban sekitar 60-80%, selain itu
juga perlu sirkulasi udara dan pengairan yang cukup baik (Soeryowinoto, 1974).
Cattleya akan rajin berbunga pada lingkungan dengan suhu antara 15-35oC.
Sesuai dengan pernyataan Iswanto (2010) bahwa suhu pada siang hari yang
dibutuhkan untuk anggrek Cattleya sebesar 21-30oC dengan kapasitas cahaya
sedang sampai terang.
Silika
Silika adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (silicon dioxida)
dan merupakan unsur ke dua terbanyak setelah oksigen (O2) di kerak bumi yang
diserap oleh hampir semua tanaman dalam bentuk asam monosilikat (monosilicic
acid) atau Si(OH)4 (Tisdale, Nelson dan Beaton 1985; Dixon dan Weed 1989;
Sommer 2006). Meskipun didalam kerak bumi terdiri dari Si dimana 95% dari
total mineral yang ada, namun yang dapat diambil oleh tanaman relatif rendah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Krauskopf (1987) yang menyatakan bahwa
kelarutan Si dalam tanah umumnya hanya berkisar antara 10-40 ppm. Hal ini
menjadikan penambahan silika yang disertakan dengan pupuk pada tanaman
sangat dibutuhkan.
6

Sesuai dengan keperluan Si tumbuhan dikelompokkan menjadi dua yaitu


akumulator dan non akumulator. Tumbuhan akumulator adalah tumbuhan yang
kandungan Si-nya melebihi besar Si yang diserap, keadaan sebaliknya untuk
tumbuhan non akumulator. Berdasarkan pendapat Ma dan Takahashi (2002)
bahwa tanaman akumulator menyerap Si secara aktif. Unsur hara yang memberi
banyak manfaat bagi tanaman, khususnya tanaman akumulator Si seperti padi dan
tebu. Unsur yang paling banyak terdapat di dalam tanah dalam bentuk mineral
aluminium silikat. Mineral tersebut dalam bentuk padat yang melalui proses
pelapukan diurai menjadi sumber unsur yang tersedia bagi tanaman, oleh karena
itu tanaman yang tumbuh di atas tanah, akan mengandung unsur Si yang terdapat
dalam hampir semua jaringan dengan kadar antara 0.1 sampai 10% (Esptein
1999).
Si dari sumber bahan mineral terdiri dari tiga bentuk, yaitu: (1) Mineral
primer dari bahan induk tanah, (2) Mineral sekunder (bentuk kristal) yang
berkembang dari proses pembentukan tanah (terutama mineral liat), dan (3)
Mineral mikro sekunder (kwarsa, opal CT, kalsedon) dan bentuk mineral
sederhana (alofen, imogolit, opal A) yang berasal dari proses pembentukan tanah
(Monger dan Kelly 2002). Peran hara Si bagi tanaman dapat menstimulasi
fotosintesis dan translokasi karbon dioksida (CO2). Unsur Si juga dapat
mengurangi cekaman abiotik, seperti suhu, radiasi cahaya, angin, air, dan
kekeringan, serta meningkatkan resistensi tanaman terhadap cekaman biotik,
seperti serangan penyakit dan hama. Silika memperkuat jaringan tanaman
sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit dan hama. Fungsi ini mirip
dengan peran K bagi tanaman. Penambahan unsur Si akan membuat proses
fotosintesis menjadi lebih maksimal, karena fungsi tersebut maka unsur hara Si
mutlak dibutuhkan tanaman. Perannya sebagai unsur hara yang menguntungkan
dapat berubah menjadi unsur hara esensial seiring perkembangan ilmu
pengetahuan dan konsep unsur hara esensial dan nonesensial berdasarkan
hubungan tanah, unsur hara, dan tanaman.
Silika dalam Tumbuhan
Peran Si salah satunya adalah sebagai proteksi tanaman terhadap keadaan
yang kurang menguntungkan. Penggunaan Si sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, berdampak pada penguatan batang tanaman, perlindungan tanaman dari
hama, penguatan akar dan lain-lain (Ma dan Takahashi 2002). Peran hara Si bagi
tanaman dapat menstimulasi fotosintesis dan translokasi karbon dioksida (CO2).
Si dapat menggantikan posisi P dalam DNA (Voronkov, Zelchan dan Lykevic
1978). Tanaman monokotil menyerap Si lebih banyak dibanding tanaman kacang-
kacangan dan dikotil. Berdasarkan kemampuan menyerap Si, tanaman dibagi
menjadi tiga golongan yaitu (a) Gramineae basah seperti padi sawah, menyerap
SiO2 sekitar 10%-15%, (b) Gramineae kering seperti tebu dan rumput-rumputan
sekitar 1-3%, dan (c) Tanaman dikotil dan leguminose sekitar hanya 0,5%
(Roesmarkam dan Yuwono 2002 dalam Amrullah 2015).
Ada tiga model berbeda dalam penyerapan Si oleh tanaman yang
menyebabkan perbedaan dalam akumulasi Si yaitu (Mitani dan Ma 2005 dalam
Amrullah 2015) : a. Penyerapan aktif Tanaman dengan model penyerapan aktif
menyerap Si lebih cepat dari pada menyerap air, sehingga menghasilkan
penurunan kandungan Si pada larutan. b. Penyerapan pasif Tanaman dengan
7

model penyerapan pasif menyerap Si dengan tingkatan yang sama dengan


menyerap air, tetapi tidak ada perubahan konsentrasi yang signifikan dalam
larutan yang berhasil diamati. c. Rejective uptake Model rejective uptake
cenderung untuk mengeluarkan Si yang dibuktikan dengan terjadinya peningkatan
konsentrasi Si dalam larutan.
Pasokan Si membantu daun untuk lebih tegak dalam pengaruh kondisi
pemupukan nitrogen yang tinggi, sehingga bisa meningkatkan tingkat fotosintesis.
Penambahan Si yang cukup bisa mengurangi tendensi tanaman serelia untuk layu
pada kondisi kekeringan karena penurunan permeabilitas atas uap air dari dinding
sel epidermal daun. Unsur Si juga dapat mengurangi cekaman abiotik, seperti
suhu, radiasi cahaya, angin, air, dan kekeringan, serta meningkatkan resistensi
tanaman terhadap cekaman biotik, seperti serangan penyakit dan hama. Silika
memperkuat jaringan tanaman sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit
dan hama. Fungsi ini mirip dengan peran K bagi tanaman (PIOC 2014). Semua
fungsi Si mempuyai andil dalam meningkatkan bobot batang dan ketahanan
terhadap cekaman fisik, kimia maupun biologi (Ma dan Takahashi 2002).
Tanaman yang kekurangan Si menyebabkan ketiga organ tanaman kurang
terlindungi oleh lapisan silika yang kuat, akibatnya (1) daun tanaman lemah
terkulai, tidak efektif menangkap sinar matahari, sehingga produktivitas tanaman
rendah, (2) penguapan air dari permukaan daun dan batang tanaman dipercepat,
sehingga tanaman mudah layu atau peka terhadap kekeringan, (3) daun dan batang
menjadi peka terhadap serangan hama dan penyakit, (4) tanaman mudah rebah, (5)
kualitas berkurang karena mudah terkena hama dan penyakit sehingga hasil
optimal tanaman tidak tercapai, kestabilan hasil rendah (fluktuatif) dan mutu
produk rendah. Peningkatan serapan silikat dapat menjaga daun tetap tegak
sehingga fotosintesis dari kanopi dapat meningkat sampai 10% (PIOC 2014).
Karakterisasi Tanaman
Karakterisasi adalah cara untuk mengetahui karakter-karakter tanaman baik
karakter kuantitatif maupun secara karakter kualitatif. Perlakuan karakterisasi
seperti ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi karakter morfologi, fisiologi
maupun molekuler tergantung pada karakter yang ingin diketahui. Potensi suatu
tanaman juga dapat dilihat melalui kegiatan karakterisasi (Nursandi 1997). Hasil
karakterisasi suatu tanaman dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan
pemuliaan tanaman. Karakterisasi juga dapat digunakan sebagai panduan untuk
mengetahui kekerabatan suatu aksesi yang dikarakterisasi. Semakin banyak
persamaan ciri, maka semakin dekat hubungan kekerabatannya. Sebaliknya,
semakin banyak perbedaan ciri maka semakin jauh hubungan kekerabatannya
(Irawan dan Kartika 2008).
Pemupukan, Pupuk Anorganik dan Organik dalam Anggrek
Pupuk adalah bahan yang memberikan hara pada tanaman. Di dalam tubuh
tanaman pupuk adalah sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang diperlukan
untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogen, fosfor, dan
kalium. Media tanam berfungsi sebagai tempat berpijak bagi akar, agar batang
semu mampu menyangga tangkai bunga dengan sejumlah kuntum bunga. Media
tanam juga berfungsi untuk menyimpan air dan hara tanaman bagi keperluan
proses pertumbuhan tanaman, tetapi apabila didalam media tanam yang diberikan
8

kurang terdapat hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh optimal, maka
kegiatan pemupukan sangatlah diperlukan. Penggunaan pupuk secara setimbang
akan meningkatkan produksi tanaman. Berdasarkan Roidah (2013) menyatakan
bahwa penggunaan pupuk yang setimbang juga dapat menghindari kekerasan
tanah sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman dan porositas tanah serta
kadar air tersedia tanah.
Anggrek memerlukan adanya pemberian pupuk sebagai penyedia hara untuk
pertumbuhan, perkembangan dan merangsang pembungaan serta meningkatkan
produktivitasnya. Anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengingat pertumbuhan anggrek sangat
lambat. Defisiensi nutrisi dapat terjadi jika konsentrasi unsur hara berada dibawah
konsentrasi yang dibutuhkan agar anggrek tumbuh optimal (Hew dan Young
1997). Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman diberi pupuk organik
maupun anorganik (Widiastoety dan Santi 1997).
Ada dua cara untuk mensuplai hara ke dalam tanaman, yaitu pemupukan
melalui akar dan daun (Soepardi 1983). Tanaman pada umumnya juga menyerap
hara melalui daun selain melalui akar. Akan tetapi pemupukan akan lebih efektif
apabila diberikan pada permukaan daun bagian bawah (Santi, Suciantini, dan
Goenadi 1996). Tisdale, Nelson dan Beaton (1985) menyatakan bahwa dengan
cara pemupukan melalui daun penyerapan hara oleh tanaman dapat dilakukan
lebih cepat dibandingkan melalui akar karena dapat menembus kutikula dan
stomata sehingga langsung masuk ke dalam sel jaringan. Sesuai pernyataan Santi
(2005) bahwa anggrek Cattleya tumbuh dengan sehat dan kuat apabila kebutuhan
unsur hara makro dan mikro terpenuhi, sedangkan kandungan unsur hara dalam
media pakis jumlahnya kurang memenuhi sehingga diperlukan untuk pemupukan.
Pupuk biasanya diberikan melalui tanah, tetapi dapat juga diberikan melalui
daun sebagai larutan. Untuk sebagian besar anggrek dan khususnya anggrek epifit,
pemupukan diberikan dalam bentuk larutan. Selanjutnya menurut Wahyono et al.
(2009) menyatakan bahwa umumnya pemupukan dalam bentuk larutan melalui
daun menggunakan alat semprot namun ada juga yang dilakukan dengan cara
langsung menyiram daun tanaman.
Pupuk anorganik dijual dengan berbagai merek dagang dan mengandung
bahan campuran utama yang seimbang, terdiri dari tiga elemen esensial dasar
untuk pertumbuhan dan pembungaan. Ketiga elemen tersebut adalah Nitrogen
(N), Fosfor (P) dan Kalium (K) (Orchid Society 1998). Pupuk yang memberikan
N, P dan K disebut pupuk lengkap. Kelas pupuk (grade atau analisis) merupakan
persen dalam berat dari nitrogen (dinyatakan sebagai unsur N), fosfor (dinyatakan
sebagai P2O5) dan kalium (dinyatakan sebagai K2O). Sesuai dengan pendapat
Harjadi (1996) bahwa selain unsur makro, unsur mikro juga memegang peranan
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman walaupun hanya
dibutuhkan dalam jumlah kecil.
Pemberian pupuk dan zat pengatur tumbuh merupakan salah satu usaha
untuk mengoptimal baik pertumbuhan maupun pembungaan (Sandra 2007).
Pupuk organik cair merupakan salah satu pilihan dalam rangka memenuhi
memenuhi kebutuhan hormon tanaman anggrek agar diperoleh pembungaan yang
optimal. Pupuk organik mempunyai fungsi antara lain adalah memperbaiki
struktur tanah, karena bahan organik dapat mengikat partikel tanah menjadi
agregat yang mantap, memperbaiki distribusi ukuran pori tanah sehingga daya
9

pegang air tanah meningkat dan pergerakan udara (aerasi) di dalam tanah menjadi
lebih baik.
Pemupukan pada anggrek tidak hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan satu jenis pupuk, tetapi dapat dilakukan menggunakan dua jenis
pupuk berbeda. Penyelingan dan kombinasi beberapa pupuk ini dilakukan untuk
melengkapi komposisi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Setiap jenis
pupuk daun mempunyai kandungan unsur hara yang berbeda.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juli 2015. Penelitian bertempat
di rumah anggrek Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB yang bertempat di
kebun percobaan Leuwikopo, Dramaga.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 genotipe
anggrek Cattleya hibrida, yaitu : Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana), Blc.
chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen), Blc. warneri purple tounge
(C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki). Media tanam
berupa pakis cacah, arang dan sphagnum moss. Pngendalian hama dan penyakit
dalam penelitian ini menggunakan fungisida (Dythane-45) dan bakterisida
(Agrept). Silika (Si) yang digunakan dalam perlakuan pemupukan dengan merek
dagang Novelgro Silika (Lampiran 1). Bahan lain yang dipakai meliputi air,
pupuk organik cair lengkap dengan merek dagang Bio Sugih Tani (Lampiran 2),
pupuk majemuk untuk daun berbentuk kristal biru dengan merek dagang Grow
More Research Farms (NPK 32-10-10) (Lampiran 3), serta Vitamin B1 dengan
merek Liquinox Start (Lampiran 4). Alat yang digunakan meliputi alat tanam, pot
plastik hitam, suntikan takar, gelas ukur, neraca analitik, wadah plastik, jangka
sorong, meteran, sprayer, alat tulis, dan kamera.
Metode Percobaan
Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan memasang paranet sebagai naungan
untuk anggrek Cattleya dengan kapasitas menyaring sinar matahari sebesar 70%
pada green house. Bahan tanam berupa 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya yang
diperoleh dari Malang, Jawa Timur. Bahan tanam yang dipakai merupakan
tanaman dengan umur lebih dari satu tahun atau setidaknya merupakan
pseudobulb tua yang ditandai dengan adanya bekas bunga dipucuk pseudobulb.
Kegiatan dilanjutkan repotting dan membagi tanaman menjadi masing-
masing pot terdiri dari 2 pseudobulb bahan tanaman yang sudah tersedia
sebelumnya serta pemberian label pada setiap tanaman, selanjutnya dilakukan
pemeliharaan yaitu berupa perlakuan pemupukan dan pemberian vitamin B1 yang
diberikan dengan cara disemprotkan pada daun dan seluruh bagian tanaman
dilakukan setiap 6 hari sekali secara bergantian. Pemeliharaan rutin meliputi
pengendalian penyakit dengan fungisida dan bakterisida.
10

Perlakuan Pemupukan dan Pemberian Silika (Si)


Percobaan ini disusun menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak
(RKLT) dengan 1 faktor perlakuan yaitu konsentrasi pupuk dimana terdapat 4
taraf pemupukan. Percobaan dilakukan secara terpisah pada 3 genotipe hibrida.
Adapun perlakuan yang digunakan yaitu :
P1 = pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1
P2 = Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1
P3 = organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1
P4 = Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1
Silika yang digunakan dalam perlakuan pemupukan merupakan silika
dengan merek Novelgro Silika (Lampiran 1). Tanaman memiliki lapisan sel silika
atau yang sering dikenal dengan Phytolith. Sel ini bersifat keras seperti batu.
Novelgro silika merupakan nutrisi silika terlarut dalam air yang mudah diserap
oleh tanaman. Nutrisi tersebut akan dibawa oleh jaringan tanaman ke lapisan sel
terluar (epidermis) untuk membentuk lapisan yang keras (cuticle). Ketika sel-sel
silika tersebut melapisi seluruh permukaan sel terluar, termasuk bulu-bulu
tanaman, maka dinding sel menjadi semakin tebal dan susah ditembus oleh OPT.
Pupuk organik cair yang dipakai dalam perlakuan pemupukan merupakan
pupuk organik cair dengan merek dagang Bio Sugih Tani yang dikeluarkan oleh
PT Sukajadi Sejahtera Bersama dibawah naungan Agro Tech Indonesia. Tertera
dalam kemasan (Lampiran 2) bahwa komposisi mineral dalam pupuk ini untuk
unsur N sebesar 1.8 ppm, unsur P sebesar 0.757 ppm dan unsur K sebesar 0.383
ppm.
Perlakuan pemupukan menggunakan pupuk majemuk untuk daun berbentuk
kristal dengan merek dagang Grow More Research Farms (Lampiran 3) dengan
komposisi NPK (32-10-10). Pupuk ini diproduksi oleh Grow More Gardena, CA
90248-2140 USA.
Penyemprotan menggunakan vitamin B1 dilakukan bertujuan untuk
membuat tanaman menjadi stabil atau lebih cepat beradaptasi dengan lokasi
penelitian. Vitamin B1 yang digunakan dalam perlakuan adalah vitamin B1
dengan merek dagang Liquinox Start merupakan produk USA Liquinox Company
Orange CA 92665 (Lampiran 4).
Berikut merupakan gambar contoh 3 genotipe tanaman anggrek Cattleya
yang diuji.

A B C

Gambar 2 Contoh tanaman anggrek Cattleya yang diamati (A) Blc. mantini (C.
dowiana X C. bowringiana), (B) Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x
Blc. kuan miao chen), (C) Blc. warneri purple tounge (C. warneri f.
semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki).
11

Tanaman yang digunakan terdiri atas tiga hibrida anggrek Cattleya, yaitu :
G1 = Blc. mantini (C. dowiana X C. bowringiana)
G2 = Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen)
G3 = Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri
coerulea suzuki)
Setiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan pada masing-masing genotipe.
Tanaman berupa 2 bulb dalam satu pot. Setiap ulangan terdiri atas 3 tanaman
sehingga jumlah tanaman adalah 108 tanaman. Model aditif linier yang
digunakan, yaitu :
Yij = μ + αi + ßj + ϵijk
Keterangan :
Yij : pengamatan perlakuan pupuk daun ke-i, ulangan ke-j
μ : nilai rataan umum hasil pengamatan
αi : pengaruh perlakuan pupuk daun ke-i, i = 1,2,3,4
ßj : pengaruh ulangan ke-j, j = 1,2,3
ϵ ijk : nilai galat percobaan perlakuan.
Data kuantitatif yang didapatkan dari perlakuan pemupukan terdiri atas 5
peubah pengamatan. Pengamatan data kuantitatif meliputi :
1. Pertambahan jumlah daun (menghitung jumlah daun yang terdapat dalam satu
pot pada masing-masing unit percobaan dan data yang dipakai merupakan data
hasil perhitungan daun saat pengamatan dilakukan yang dikurangi dengan data
perhitungan minggu sebelumnya).
2. Pertambahan panjang daun (mengukur menggunakan mistar daun terpanjang
dalam satu pot selanjutnya data yang diambil merupakan selisih panjang
minggu saat pengamatan dilakukan dikurangi dengan data minggu
sebelumnya).
3. Pertambahan lebar daun (mengukur tebal semua daun masing-masing pot
menggunakan jangka sorong, data yang di pakai adalah data daun yang paling
lebar yang dikurangkan dengan data minggu sebelumnya).
4. Pertambahan tebal daun (mengukur tebal semua daun masing-masing pot
menggunakan jangka sorong, data yang di pakai adalah data daun yang paling
lebar yang selanjutnya dikurangi dengan data pengamatan sebelumnya).
5. Waktu muncul anakan baru (menghitung jumlah anakan baru yang muncul
pada tiap pot, data yang dipakai merupakan seisih data minggu saat
pengamatan dikurangi dengan data minggu sebelumnya, dihitung anakan baru
apabila daun telah terbuka secara sempurna).
Data kuantitatif diolah dengan uji F pada sistem SAS (Statistical Analysis System)
kemudian dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf
5% .
Karakterisasi
Karakterisasi pada karakter morfologi dan pertumbuhan 3 genotipe hibrida
anggrek Cattleya ini dilaksanakan sesuai dengan panduan karakterisasi anggrek
Balai Penelitian Tanaman Hias (2007). Parameter kualitatif yang diamati adalah
sebagai berikut :
12

1. Keragaan umum tanaman


1.1 Penampang melintang daun
1. Teret / pesil
2. Bilaterarly compressed (zigomorf/tipe simetri ditekan)
3. Plicate (berlipatan)
4. Conduplicate (tidak rangkap)

1 2 3 4
Gambar 3 Penampang melintang daun
1.2 Posisi pembungaan
1. Pangkal/sisi pseudobulb
2. Sisi/di antara dua ketiak daun
3. Pucuk

1 2 3
Gambar 4 Posisi pembungaan
2. Daun
2. 1 Bentuk daun
1. Subulate/berbentuk jarum
2. Linear/berbentuk pita/lurus
3. Oblong/lonjong
4. Eliptic/jorong/bujur telur
5. Spathulate/berbentuk sendok
6. Lanceolate/berbentuk lanset/mata lembing
7. Oblanceolate/berbentuk lanset sungsang/kebalikan lanset
8. Ovate/bulat telur
9. Obovate/bulat telur sungsang
10. Trullate/berbentuk sekop
11. Cordate/berbentuk jantung
12. Triangular/segitiga
13. Sagittate/berbentuk panah
14. Hastate/mata tombak

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Gambar 5 Bentuk daun
13

2.2 Bentuk ujung daun


1. Acute/lancip/menajam ke ujung
2. Acuminate/meruncing dengan sisi-sisi yang tajam
3. Apiculate/berujung runcing
4. Mucronate/berujung suntih dangkal bertulang runcing
5. Obtuse/tumpul
6. Truncate/bentuk pepat/memotong
7. Retuse/romping/tumpul bertakik sedikit
8. Emarginated/terkoyak, ujung membelah
9. Tridentate/bergigi tiga
10. Praemorse/bergerigi
11. Setose/berbentuk sikat
12. Caudate/berekor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gambar 6 Bentuk ujung daun
2. 3 Susunan daun
1. Convolute/tergulung bersama
2. Duplicate/rangkap

1 2
Gambar 7 Susunan daun

2.4 Bentuk tepi daun


1. Entire/mengutuh
2. Undulate/mengombak
3. Sinuate/berliuk
4. Angulate/menyudut/bersegi
5. Crenate/beringgitan
6. Erose/terkerkah
7. Dentate/bergerigi
8. Serrate/menggergaji
9. Doubly serrate/benggergaji ganda
10. Fimbriate/berjumbai
11. Ciliate/kelijak, seperti bulu mata
12. Crispate/mMengeriting

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gambar 8 Bentuk tepi daun
14

2.5 Tekstur permukaan daun


1. Glabrous/gundul
2. Pilose/tertutup bulu-bulu halus jarang-jarang
3. Hirsute/tertutup bulu-bulu panjang yang agak kaku
4. Woolly/seperti wol
5. Farinose/seperti tepung
6. Verrucose/permukaan tidak teratur
7. Rugulose/berkeriput
8. Papillose/seperti papila

1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 9 Tekstur permukaan daun
2.6 Simetri daun
1. Simetri
2. Tidak simetri

1 2
Gambar 10 Simetri daun
3. Bunga
3. 1 Tipe pembungaan
1. Single flowered/berbunga tunggal/soliter
2. Cymose/perbungaan terbatas
3. Spicate/berpaku-paku/permukaan yang tertutup berjalar-jarar halus, tegak, dan
mendaging
4. Racemose/raceme/tandan
5. Paniculate/malai
6. Fasciculate/berberkas/bertukal
7. Umbellate/seperti payung

1 2 3 4 5 6 7
Gambar 11 Tipe pembungaan
3.2 Resupinasi (berputar hampir atau lebih dari 180o ke arah porosnya)
1. Nonresupinat (tidak terpuntir)
15

2. Resupinat (terpuntir)

1 2
Gambar 12 Resupinasi
3.3 Perhiasan bunga
Keterangan:
1. Sepal dorsal
2. Sepal lateral
3. Petal
4. Bibir
Gambar 13 Perhiasan bunga

3. 4 Bentuk bunga
1. Bulat (saling menumpang antara sepal dan petal)
2. Bintang

1 2
Gambar 14 Bentuk bunga
Kegiatan karakterisasi dilakukan setelah akhir perlakuan diberikan hal ini
karena kondisi tanaman yang belum memungkinkan untuk dilakukan karakterisasi
saat pertama bahan tanam didapatkan. Karakterisasi dilakukan pada semua
tanaman percobaan, dengan melihat masing-masing tanaman berdasarkan
genotipe, dan perlakuan pemupukan yang diberikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi Umum
Bahan tanam diletakkan pada rak besi diatas kolam berisi air yang biasa
dipakai untuk memelihara lele, hal ini memungkinkan untuk menjaga kelembapan
dari bahan tanam. Iswanto (2010) menyatakan bahwa kelembapan yang
diperlukan untuk anggrek Cattleya adalah sebesar 45-80% sehingga penyiraman
dapat dilakukan ketika media tanam mulai mengering. Kelembapan dalam rumah
16

anggrek pada bulan April sampai dengan Juli 2015 pada siang hari rata-rata
sebesar 40-45% sedangkan pada malam hari rata-rata sebesar 60-70%. Jumlah
penyiraman ditambahkan ketika tanaman akan berbunga dan sudah memproduksi
bunga. Perlakuan pemupukan seluruhnya dilakukan dengan cara disemprotkan
menggunakan sprayer dan dilakukan pada pagi hari.
Faktor yang berpengaruh dalam pertambahan tinggi tanaman adalah
ketersediaan air, cahaya, temperatur, dan kelembapan udara yang optimal, apabila
hal tersebut dipenuhi maka dapat memacu pertumbuhan tanaman melalui
pembelahan dan pemanjangan sel (Sitompul dan Bambang 1995). Bahan tanam
berada dibawah naungan dengan paranet dengan kapasitas untuk menyaring sinar
matahari 70%, sehingga tanaman tidak terkena paparan sinar matahari dan tetesan
air hujan secara langsung. Iswanto (2010) menyatakan bahwa suhu pada siang
hari yang dibutuhkan untuk anggrek Cattleya sebesar 21-30oC dengan kapasitas
cahaya sedang sampai terang. Hal ini disebabkan apabila cahaya yang diterima
berlebihan maka sel-sel dalam tanaman akan menjadi keras dan tdak produktif
lagi, dan biasanya akan menjadi mati (Wilkins 1989).
Berikut merupakan kondisi tanaman anggrek Cattleya yang di uji untuk 3
ulangan saat berada di green house.

A B C

Gambar 15 (A) Kondisi tanaman anggrek Cattleya ulangan 1, (B) Ulangan 2, (C)
Ulangan 3.
Serangan dari hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera :
Diaspididae) menyerang daun pada beberapa tanaman genotipe CM atau Blc.
mantini (C. dowiana x C. bowringiana) pada minggu ke 2 setelah dilakukan
perlakuan. Berikut merupakan gambar daun Blc. mantini (C. dowiana x C.
bowringiana) yang terkena serangan hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock.
(Hemiptera : Diaspididae).

Gambar 16 Daun Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana) yang terkena serangan
hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera : Diaspididae).
Penelitian Balfas (2010) menunjukkan bahwa kutu perisai menempel pada
permukaan tanaman. Serangan berat akibat hisapan kutu terlihat pada seluruh
17

permukaan tanaman berupa bintik berwarna coklat, yang membuat tanaman


terlihat kusam.
Pengaruh Pemupukan
Data kuantitatif karakter morfologi terdiri dari 5 peubah pengamatan yaitu
pertambahan jumlah daun, pertambahan panjang daun, pertambahan lebar daun,
pertambahan tebal daun, serta muncul anakan baru. Berdasarkan hasil uji statistik
pada 3 genotipe anggrek yang diuji terhadap 5 peubah pengamatan didapatkan
nilai koefisien keragaman sebesar 8-29%. Syahid (2009) menyatakan bahwa
gambaran tentang seberapa jauh keragaman yang terdapat di dalam suatu
percobaan disebut dengan koefisien keragaman. Nilai koefisien keragaman
dikatakan sedang apabila minimal 5-10% pada kondisi homogen atau 10-20%
pada kondisi heterogen. Nilai koefisien keragaman ini maksimal 5% pada kondisi
homogen bernilai kecil dan 10% pada kondisi heterogen bernilai besar (Hanafiah
1991). Jika koefisien keragaman terlalu besar akan menyebabkan tidak adanya
perlakuan yang menonjol secara logis (Syahid 2009).
Tabel 1 Rataan jumlah awal daun anggrek Cattleya (helai)
Perlakuan
Genotipe
1 2 3 4
CM 4.11 4.11 3.89 3.00
CCY 2.22 1.89 2.44 1.89
CWPT 2.00 1.78 3.00 2.22
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 :
pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk
organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g
L-1 + silika 2.5 ml L-1.

Tabel 1 dan Tabel 2 menampilkan rataan awal serta pertambahan jumlah


daun tanaman anggrek yang diuji. Daun yang muncul dihitung menjadi daun baru
saat daun telah membuka sempurna meskipun ukurannya masih relatif kecil dan
masih dapat bertambah panjang, lebar dan tebalnya. Anggrek memiliki
keanekaragaman bentuk, ukuran maupun ketebalan daun. Tiap daun berbeda
tebalnya, ada yang tipis, tebal, rata dan kaku (Darmono 2004). Tunas dan anakan
adalah sesuatu yang berbeda, tunas adalah bulb baru yang muncul pada bulb
utama anggrek Cattleya tetapi daun belum membuka sempurna.
Pengamatan daun anggrek yang diuji dilakukan setiap dua minggu sekali
dan dilakukan pada pagi hari. Tabel 2 menunjukan hasil perlakuan pupuk
berpengaruh nyata pada genotipe CM terhadap pertambahan jumlah daun pada
minggu ke 8 dan akhir perlakuan yaitu minggu ke 12 atau pada akhir perlakuan
dilakukan. Perlakuan pemupukan yang diberikan pada anggrek Cattleya genotipe
CM yang paling berpengaruh pada pertambahan jumlah daun adalah pupuk Grow
More (NPK 32:10:10) 2 g L-1. Sedangkan perlakuan pemupukan yang diberikan
pada anggrek Cattleya genotipe CCY tidak menunjukan respon yang nyata pada
pertambahan jumlah daun selama perlakuan diberikan untuk semua perlakuan
pupuk.
Perlakuan pemupukan berpengaruh sangat nyata pada genotipe CWPT
sesuai Tabel 2 pada minggu ke 2 sampai degan minggu ke 8. Hal ini karena pupuk
yang memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah daun anggrek genotipe
ini adalah pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 dan pupuk yang lain tidak
memberikan hasil. Genotipe dan lingkungan merupakan faktor yang
18

mempengaruhi jumlah dan ukuran daun (Humphries dan Wheeler 1963 dalam
Gardner et al. 1991).
Tabel 2 Rataan pertambahan jumlah daun (PJD) anggrek Cattleya
Minggu Setelah Perlakuan (MSP)
Perlakuan
2 4 6 8 10 12
----------CM (Cattleya Mantini)----------
P1 0.00 0.40 0.50 ab 0.60 ab 1.20 1.30 a
P2 0.20 ab 0.40 0.80 a 1.10 a 1.20 1.40 a
P3 0.40 a 0.60 0.70 ab 0.70 ab 1.00 1.00 ab
P4 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20 0.20 b
Pr > F 0.09tn 0.31tn 0.13tn 0.03* 0.06tn 0.03*
KK (%) 25.67 10.28 11.21 10.40 10.72 10.89
----------CCY (Cattleya Chun Yeah)----------
P1 0.00 0.10 0.20 0.20 0.40 0.40
P2 0.00 0.00 0.10 0.10 0.20 0.20
P3 0.00 0.10 0.10 0.20 0.20 0.20
P4 0.00 0.10 0.10 0.10 0.20 0.20
Pr > F 0.00 0.80tn 0.88tn 0.86tn 0.90tn 0.90tn
KK (%) 0.00 19.93 24.13 25.50 8.74 8.74
----------CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)----------
P1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
P2 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30
P3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.10 0.10
P4 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Pr > F 0.01** 0.01** 0.01** 0.01** 0.08tn 0.08tn
KK (%) 17.26 17.26 17.24 17.24 20.34 20.36
Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata
pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat
respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow
More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan
P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien
keragaman.

Tabel 3 dan Tabel 4 menerangkan mengenai rataan awal dan rataan


pertambahan panjang daun pada anggrek Cattleya yang di uji. Sesuai dengan data
yang didapatkan genotipe CCY memiliki daun awal paling panjang dari genotipe
lain yaitu sebesar rata-rata 20.24 cm, sedangkan untuk genotipe CWPT
merupakan genotipe dengan rataan panjang awal daun terpendek yaitu sebesar
15.1 cm.
Tabel 3 Rataan panjang awal daun anggrek Cattleya (cm)
Perlakuan
Genotipe
1 2 3 4
CM 15.92 15.58 16.53 16.48
CCY 20.42 20.43 17.51 22.61
CWPT 15.37 15.28 15.62 14.15
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 :
pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk
organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g
L-1 + silika 2.5 ml L-1.

Hasil menunjukkan pada Tabel 4 pertambahan panjang daun genotipe CM


dan CCY tidak nyata selama perlakuan diberikan. Genotipe CWPT hanya pada
minggu ke 2 setelah diberikan perlakuan menunjukan respon yang nyata terhadap
pertambahan panjang daun. Perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1
19

memberikan hasil yang paling baik dari perlakuan yang lain pada genotipe CWPT
pada minggu ke 2.
Tabel 4 Rataan pertambahan panjang daun (PPD) anggrek Cattleya
Minggu Setelah Perlakuan (MSP)
Perlakuan
2 4 6 8 10 12
----------CM (Cattleya Mantini)----------
P1 0.80 1.11 1.21 1.31 1.52 1.60
P2 0.77 1.03 1.14 1.27 1.38 1.49
P3 0.90 1.07 1.31 1.39 1.58 1.67
P4 0.84 1.12 1.23 1.36 1.49 1.51
Pr > F 0.99tn 0.99tn 0.97tn 0.98tn 0.95tn 0.95tn
KK (%) 29.83 27.15 24.29 23.73 23.60 23.97
----------CCY (Cattleya Chun Yeah)----------
P1 0.94 1.23 1.39 1.52 1.80 1.98
P2 0.28 0.76 0.93 1.17 1.39 1.48
P3 1.07 1.52 1.69 1.73 1.81 1.84
P4 0.64 0.80 1.03 1.19 1.23 1.31
Pr > F 0.41tn 0.37tn 0.37tn 0.57tn 0.48tn 0.49tn
KK (%) 10.72 29.27 26.75 25.60 24.82 25.52
----------CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)----------
P1 0.31 b 0.97 1.19 1.28 1.51 1.63
P2 1.01 a 1.40 1.48 1.60 1.79 1.92
P3 0.61 ab 0.94 1.12 1.21 1.23 1.27
P4 0.52 ab 0.78 1.00 1.09 1.13 1.17
Pr > F 0.03* 0.20tn 0.46tn 0.46tn 0.27tn 0.23tn
KK (%) 22.09 20.77 19.37 19.86 19.56 20.81
Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata
pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat
respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow
More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan
P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien
keragaman.

Menurut Suharno et al. (2007) bahwa keberadaan unsur nitrogen juga sangat
penting terutama kaitannya dengan pertumbuhan tanaman. Unsur N menyebabkan
perkembangan permukaan daun yang lebih cepat, sedangkan unsur P, K, Mg, Ca,
dan S juga berperan dalam menunjang pertumbuhan lebar daun (Suwandi dan
Chan 1982).
Tabel 5 dan 6 menampilkan rataan lebar awal daun anggrek dan
pertambahan lebar daun anggrek Catlleya setelah diberikan perlakuan pupuk.
Pada Tabel 5 menunjukan bahwa genotipe CM memiliki rataan lebar daun yang
paling lebar dibanding genotipe lain yaitu sebesar 5.61 cm.
Tabel 5 Rataan lebar awal daun anggrek Cattleya (cm)
Perlakuan
Genotipe
1 2 3 4
CM 9.21 4.31 4.48 4.47
CCY 4.30 4.93 4.58 5.17
CWPT 3.91 4.01 4.00 3.81
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 :
pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk
organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g
L-1 + silika 2.5 ml L-1.

Pada Tabel 6 pertambahan lebar daun genotipe CM memberikan respon


yang nyata pada minggu ke 6 setelah diberikan perlakuan pupuk. Pupuk Grow
More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 memberikan pengaruh yang paling baik dari minggu
20

ke 2 hingga minggu ke 8 pada genotipe ini. Pada genotipe CWPT memberikan


respon yang nyata dan sangat nyata terhadap pemberian pupuk pada minggu ke 2
dan ke 4, untuk perlakuan pupuk yang paling baik memberikan pengaruh terhadap
pertambahan lebar genotipe ini adalah pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1.
Tabel 6 Rataan pertambahan lebar daun (PLD) anggrek Cattleya
Minggu Setelah Perlakuan (MSP)
Perlakuan
2 4 6 8 10 12
----------CM (Cattleya Mantini)----------
P1 0.21 ab 0.28 ab 0.41 ab 0.46 ab 0.48 0.49
P2 0.40 a 0.49 a 0.60 a 0.60 a 0.60 0.61
P3 0.18 ab 0.34 ab 0.37 ab 0.48 ab 0.62 0.62
P4 0.10 b 0.17 b 0.22 b 0.26 b 0.27 0.27
Pr > F 0.13tn 0.07tn 0.05* 0.10tn 0.10tn 0.10tn
KK (%) 16.96 15.05 14.50 15.00 16.55 16.71
----------CCY (Cattleya Chun Yeah)----------
P1 0.19 0.21 0.29 0.30 0.33 0.36
P2 0.07 0.16 0.18 0.21 0.23 0.24
P3 0.13 0.21 0.27 0.32 0.37 0.41
P4 0.07 0.13 0.16 0.21 0.26 0.26
Pr > F 0.15tn 0.74tn 0.34tn 0.47tn 0.48tn 0.35tn
KK (%) 10.01 13.67 12.93 12.76 13.14 13.80
----------CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)----------
P1 0.51 a 0.53 a 0.57 a 0.59 a 0.63 a 0.63 a
P2 0.20 b 0.24 ab 0.33 ab 0.33 ab 0.37 ab 0.37 ab
P3 0.28 ab 0.38 a 0.43 ab 0.46 ab 0.47 ab 0.47 ab
P4 0.07 b 0.08 b 0.18 b 0.20 b 0.22 b 0.24 b
Pr > F 0.02* 0.01** 0.08tn 0.07tn 0.06tn 0.09tn
KK (%) 17.63 17.17 16.91 16.39 16.19 16.40
Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata
pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat
respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow
More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan
P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien
keragaman.

Tabel 7 dan Tabel 8 menampilkan data tebal awal daun anggrek serta
pertambahan tebal daun anggrek Cattleya yang diuji. Sesuai hasil perhitungan
menggunakan jangka sorong, bahwa rata-rata daun anggrek Cattleya yang paling
tebal adalah genotipe CCY yaitu sebesar 1.92 mm pada awal sebelum perlakuan
diberikan. Daun anggrek Cattleya yang paling tipis adalah genotipe CM yaitu
rata-rata sebesar 1.55 mm.
Tabel 7 Rataan tebal awal daun anggrek Cattleya (mm)
Perlakuan
Genotipe
1 2 3 4
CM 1.76 1.56 1.49 1.39
CCY 2.00 1.95 1.90 1.84
CWPT 1.77 1.66 1.96 1.84
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 :
pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk
organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g
L-1 + silika 2.5 ml L-1.

Sesuai dengan Tabel 8 bahwa hasil perhitungan statistik menunjukan bahwa


perlakuan pemupukan tidak memberikan hasil yang nyata selama perlakuan
diberikan terhadap pertambahan tebal daun pada semua genotipe yang diuji.
Perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 gL-1 memberikan pengaruh paling
21

besar terhadap pertambahan tebal daun pada semua genotipe yang diuji selama
penelitian dilakukan. Perhitungan ini didapatkan dari menambahkan semua data
dari masing-masing genotipe yang diuji tiap perlakuan dan dibagi dengan jumlah
minggu diberikan perlakuan pemupukan.
Tabel 8 Rataan pertambahan tebal daun (PTD) anggrek Cattleya
Minggu Setelah Perlakuan (MSP)
Perlakuan
2 4 6 8 10 12
----------CM (Cattleya Mantini)----------
P1 0.08 0.24 0.27 0.27 0.28 0.28
P2 0.18 0.31 0.34 0.34 0.34 0.41
P3 0.08 0.20 0.24 0.24 0.25 0.31
P4 0.06 0.19 0.24 0.25 0.25 0.34
Pr > F 0.45tn 0.69tn 0.70tn 0.74tn 0.78tn 0.76tn
KK (%) 12.41 14.12 12.94 12.78 12.77 15.10
----------CCY (Cattleya Chun Yeah)----------
P1 0.02 0.19 0.24 0.24 0.24 0.27
P2 0.08 0.26 0.27 0.28 0.30 0.51
P3 0.08 0.18 0.19 0.20 0.21 0.29
P4 0.04 0.15 0.16 0.16 0.16 0.24
Pr > F 0.45tn 0.85tn 0.77tn 0.76tn 0.74tn 0.66tn
KK (%) 7.51 15.40 14.62 14.83 15.16 22.54
----------CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)----------
P1 0.01 0.10 0.15 0.16 0.16 0.22
P2 0.09 0.16 0.23 0.23 0.24 0.27
P3 0.03 0.11 0.21 0.21 0.23 0.23
P4 0.05 0.12 0.15 0.15 0.15 0.15
Pr > F 0.37tn 0.84tn 0.59tn 0.61tn 0.54tn 0.55tn
KK (%) 8.31 10.68 11.44 11.42 11.22 12.41
Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata
pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat
respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow
More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan
P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien
keragaman.

Tabel 9 dan Tabel 10 menerangakan mengenai jumlah anakan awal dan


rataan jumlah muncul anakan baru pada anggrek yang diuji. Genotipe CWPT
tidak terdapat anakan baru saat awal sebelum penelitian dilakukan (Tabel 9). Pada
genotipe CM terdapat paling banyak anakan baru saat penelitian akan dimulai.
Anakan baru dihitung ketika terdapat daun yang telah terbuka sempurna pada
tunas yang muncul.
Tabel 9 Rataan jumlah anakan baru anggrek Cattleya (mm)
Perlakuan
Genotipe
1 2 3 4
CM 0.20 0.30 0.40 0.10
CCY 0.20 0.00 0.20 0.20
CWPT 0.00 0.00 0.00 0.00
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 :
pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk
organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g
L-1 + silika 2.5 ml L-1.

Sesuai perhitungan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakua


pemupukan memberikan pengaruh nyata pada genotipe CM pada minggu ke 10
dan minggu 12. Baik pada genotipe CCY maupun CWPT, perlakuan pemupukan
22

tidak memberikan pengaruh yang nyata selama penelitian dilakukan terhadap


peubah pengamatan muncul anakan baru.
Tabel 10 Rataan muncul anakan baru (MAB) anggrek Cattleya
Minggu Setelah Perlakuan (MSP)
Perlakuan
2 4 6 8 10 12
----------CM (Cattleya Mantini)----------
P1 0.30 0.70 1.30 2.10 a 2.60 a 3.20 a
P2 0.30 0.70 1.20 1.80 ab 2.50 a 3.20 ab
P3 0.40 0.60 1.20 2.00 ab 3.10 a 4.20 a
P4 0.10 0.20 0.40 0.60 b 0.80 b 1.40 b
Pr > F 0.63tn 0.21tn 0.19tn 0.09tn 0.03* 0.05*
KK (%) 8.35 10.72 12.50 13.32 13.50 13.99
----------CCY (Cattleya Chun Yeah)----------
P1 0.30 0.70 1.10 1.10 1.10 1.20
P2 0.10 0.30 0.40 1.20 1.70 2.50
P3 0.20 0.50 0.80 1.10 1.30 1.80
P4 0.20 0.30 0.40 0.60 1.00 1.40
Pr > F 0.88tn 0.77tn 0.73tn 0.84tn 0.69tn 0.34tn
KK (%) 8.23 9.73 13.99 15.11 15.79 14.89
----------CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)----------
P1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.10
P2 0.00 0.00 0.10 0.20 0.50 0.80
P3 0.00 0.10 0.20 0.40 0.60 0.70
P4 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.10
Pr > F 0.00 0.40tn 0.55tn 0.25tn 0.16tn 0.30tn
KK (%) 0.00 11.96 22.70 29.67 10.87 12.03
Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata
pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat
respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow
More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan
P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien
keragaman.

Pertambahan jumlah daun genotipe CM pada perlakuan P2 menunjukan


rata-rata sebesar 0.8 helai atau hampir 1 helai daun pada setiap 2 minggu saat
dilakukan pengamatan. Sesuai dengan Tabel 6 dan Tabel 8 bahwa pertambahan
lebar dan tebal daun anggrek genotipe CM pada P2 sebesar rata-rata 0.55 cm dan
0.32 mm pada setiap 2 minggu.
Pada Gambar 17 kondisi tanaman anggrek paling baik saat akhir
pengamatan atau minggu ke 12 adalah pada perlakuan pemupukan P2 : Grow
More (NPK 32:10:10) 2 g L-1. Sesuai dengan data pada Tabel 2, Tabel 6 dan
Tabel 8 bahwa perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1
menghasilkan pertambahan jumlah daun, pertambahan lebar daun dan
pertambahan tebal daun paling tinggi pada genotipe CM.
Perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 menunjukan pengaruh
yang paling baik untuk genotipe CM dalam pertambahan jumlah, lebar dan tebal
daun. Genotipe CM yang diamati terdapat calon bunga pada beberapa tanaman
pada perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1. Pertambahan panjang
daun genotipe CM menunjukan respon dan kondisi paling baik pada P3 : pupuk
organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, yaitu rata-rata sebesar 1.32 cm
pada setiap pengamatan tanaman.
Gambar 17 merupakan gambar kondisi tanaman contoh anggrek genotipe
CM dalam semua perlakuan pemupukan pada akhir pengamatan. Terlihat pada
Gambar 17 bahwa perlakuan pupuk P2 menampilkan penampakan tanaman yang
paling baik dibanding perlakuan yang lain.
23

P1 P2 P3 P4
Gambar 17 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CM pada semua perlakuan
pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1,
(P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair
lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK
32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1.
Pada Gambar 18 menunjukkan kondisi tanaman anggrek Cattleya genotipe
CCY yang paling baik adalah pada P2. Uji statistik untuk anggrek genotipe CCY
menunjukan bahwa untuk pertambahan jumlah daun anggrek yang paling baik
adalah P1. Pertambahan panjang daun genotipe CCY paling baik memberikan
respon pada P3. Sesuai pada Tabel 6 bahwa pertambahan lebar daun anggrek
genotipe CCY paling baik memberikan respon adalah pada P1 dan P3 yaitu rata-
rata sebesar 0.285 cm pada setiap pengamatan atau 2 minggu.
Hasil uji menunjukkan bahwa untuk pertambahan tebal daun dan waktu
muncul anakan baru genotipe CCY paling baik memberikan respon adalah pada
P2. Secara uji statistik menunjukkan bahwa sebetulnya antara P1, P2 dan P3
hampir seimbang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan anggrek Cattleya
genotipe CCY tetapi secara kondisi dilapangan, tanaman yang diberi perlakuan
pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 menunjukan kondisi yang paling
prima.
Kondisi tanaman contoh anggrek genotipe CCY dalam semua perlakuan
pemupukan pada akhir perlakuan disajikan pada Gambar 18.

P1 P2 P3 P4

Gambar 18 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CCY pada semua


perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap
2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk
organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More
(NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1.
Data hasil uji statistik pada anggrek Cattleya genotipe CWPT untuk 5
peubah pengamatan 3 diantaranya menunjukkan bahwa perlakuan pupuk Grow
More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 memberikan pengaruh paling baik terhadap
pertumbuhan anggrek. Hal ini sesuai dengan fungsi unsur N bagi tanaman yaitu
24

berfungsi dalam proses sintesis klorofil, asam amino dan protein. Unsur nitrogen
juga berfungsi untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman. Pemberian
pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 memberikan hasil paling baik karena
kandungan nitrogen lebih tinggi dibandingkan pupuk organik cair lengkap yang
hanya mengandung nitrogen sebesar 1.8 ppm.
Gambar 19 merupakan gambar kondisi contoh tanaman anggrek genotipe
CWPT dalam semua perlakuan pemupukan pada akhir pengamatan.

P1 P2 P3 P4

Gambar 19 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CM pada semua perlakuan


pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1,
(P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair
lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK 32:10:10)
2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1.
Pecampuran dua jenis senyawa yaitu Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1
dan silika 2.5 ml L-1 menimbulkan suatu gumpalan yang tidak dapat larut didalam
air. Percampuran senyawa dilakukan dengan memasukkan air terlebih dahulu
setelah diketahui terjadi penggumpalan antara dua senyawa tersebut.
Karakterisasi
Data kualitatif diamati untuk mengetahui keragaman karakter morfologi
daun dan karakter morfologi bunga dari 3 genotipe anggrek Cattleya yang diuji.
Karakterisasi morfologi perlu dilakukan terutama untuk keperluan identifikasi
fenotipe dan peubahnya terkait dengan ekotipe atau perubahan-perubahan
lingkungan (Marzuki et al 2008).

A B C
Gambar 20 (A) CM : Blc. mantini, (B) CCY : Blc. chun yeah , (C) CWPT : Blc.
warneri purple tounge.
Hasil dari karakterisasi morfologi daun tanaman yang telah dilakukan
disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan data yang didapat mengenai karakter
morfologi daun yaitu penampang melintang daun, bentuk ujung daun, susunan,
bentuk tepi daun, dan tekstur permukaan daun genotipe anggrek Cattleya tidak
ada keragaman.
25

Tabel 11 Hasil karakterisasi morfologi daun anggrek Cattleya


Karakter Morfologi Daun
Genotipe Penampang
Bentuk Bentuk Susunan Bentuk Tekstur Simetri
melintang
daun daun ujung daun tepi permukaan daun
Bilaterarly Retuse/
compressed romping/
(zigomorf / Oblong/ Duplicate/ Entire/ Glabrous/
CM tipe simetri lonjong
tumpul rangkap
Simetri
mengutuh gundul
daun) bertakik
sedikit
Bilaterarly Retuse/
compressed romping/
(zigomorf / Oblong/ Duplicate/ Entire/ Glabrous/ Tidak
CCY tipe simetri lonjong
tumpul rangkap simetri
mengutuh gundul
daun) bertakik
sedikit
Bilaterarly Retuse/
Eliptic/ romping/
compressed
jorong/ Duplicate/ Entire/ Glabrous/
CWPT (zigomorf /
bujur
tumpul rangkap
Simetri
tipe simetri mengutuh gundul
telur bertakik
daun) sedikit
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge.

Berdasarkan data yang diamati, keragaman terdapat pada bentuk dan simetri
daun dari ketiga genotipe yang diamati. Variasi sifat fenotipe disebabkan oleh
adanya interaksi antara genotipe dan keadaan lingkungan (Allard 1960).
Karakterisasi morfologi daun Cattleya yang diuji ditampilkan pada Tabel 11.
Tabel 12 Hasil karakterisasi morfologi bunga anggrek Cattleya
Karakter morfologi bunga
Aksesi Posisi Tipe Bentuk
Resupinasi Perhiasan bunga
pembungaan pembungaan bunga
Racemose/
Resupinat Sepal dorsal, sepal
CM Pucuk raceme/tandan Bulat
(terpuntir) lateral, petal, dan bibir
Racemose/
Resupinat Sepal dorsal, sepal
CCY Pucuk raceme/tandan Bulat
(terpuntir) lateral, petal, dan bibir
Racemose/ Resupinat Sepal dorsal, sepal
CWPT Pucuk Bulat
raceme/tandan (terpuntir) lateral, petal, dan bibir
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge.

Pada karakter morfologi bunga pada 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya


yang diamati tidak terdapat suatu keragaman baik pada posisi pembungaan, tipe
pembungaan, resupinasi, perhiasan, serta bentuk bunga dari anggrek Cattleya
yang diamati. Hasil karakterisasi morfologi bunga pada anggrek Cattleya yang
diuji di sajikan pada Tabel 12.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perlakuan pemupukan yang diberikan tidak berpengaruh nyata pada 3
genotipe hibdrida anggrek Cattleya yang diuji kecuali pada genotipe CM pada
peubah pertambahan jumlah daun dan muncul anakan baru. Pupuk Grow More
(NPK 32:10:10) 2 g L-1 menghasilkan pertambahan jumlah dan tebal daun paling
tinggi terhadap pertumbuhan 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya. Perlakuan
pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1 memberikan pengaruh
26

terhadap pertambahan panjang daun dan muncul anakan baru paling tinggi
terhadap pertumbuhan 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya. Penambahan Silika
(Si) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan anggrek Cattleya.
Karakterisasi morfologi 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya menunjukkan
bahwa tidak terdapat keragaman antar jenis Cattleya pada morfologi daun anggrek
penampang melintang daun, bentuk ujung, susunan, bentuk tepi dan tekstur
permukaan daun. Keragaman pada daun anggrek Cattleya yang diamati terdapat
pada bentuk daun dan simetri daun. Karakterisasi bunga anggrek Cattleya yang
diamati tidak terdapat keragaman antar jenis Cattleya pada posisi pembungaan,
tipe pembungaan, resupinasi, perhiasan, serta bentuk bunga.
Saran
Perlu dilakukan pengamatan mengenai ukuran bulb yang mencakup
panjang, lebar dan tebal bulb. Perlu dilakukan pengamatan mengenai serangan
hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman yang di uji.

DAFTAR PUSTAKA
Allard RW. 1960. Pemuliaan Tanaman. Bandung (ID). Rineka Cipta.
Amrullah. 2015. Pengaruh Nano Silika terhadap Pertumbuhan, Respon
Morfofisiologi dan Produktivitas Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
[disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
[Balithi] Balai Penelitian Tanaman Hias. 2007. Panduan Karakterisasi Tanaman
Hias Anggrek. Jakarta (ID): BALITHI.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Publikasi laporan tanaman hias 2014 (produksi
anggrek) [internet]. [diunduh 2014 Januari 12]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Publikasi laporan tanaman hias 2014 (ekspor
anggrek) [internet]. [diunduh 2014 Januari 12]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id
[PIOC] Pupuk Ion Organik Cair - Ciremai. 2014. Sumber Unsur Hara Silika (Si)
untuk Pertanian (Ilmu Pertanian) [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 26].
Tersedia pada http://pioc-Ciremai.page4.me.
Balfas R. 2010. Kutu Perisai Aspidiella Hartii Cock. (Hemiptera : Diaspididae)
pada Tanaman Jahe dan Pengendaliannya. Bogor (ID) : Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik.
Darmono DW. 2004. Bertanam Anggrek. Depok : Penebar Swadaya.
Dixon JB, Weed SB. 1989. Silica in Soil : Quartz and disorder silica polymorphs.
Drees LR, Wilding LP, Smeck NE, Senkayi A, editor. Minerals in Soil
Environments. Madison (US). SSSA.
Dixon JB, Schulze DG. 2002. Silica minerals. Monger HC, Kelly EF, editor. Soil
Mineralogy with environmental applications. Madison (US) : SSSA.
Epstein E. 1999. Silicon. Annual Review of Plant Physiology and Plant Molecular
Biology 50: 641-664.
Fatimah, Sukma D. 2010. Studi filogenetik dan identifikasi molekuler anggrek
Phalaenopsis sp. menggunakan marka microsatelit. Di dalam : Utama MS,
Susila AD, Poerwanto R, Antara NS, Putra NK, Susrusa KB, editor.
Prosiding Seminar Nasional Hortikultura Indonesia 2010. [Internet].
[Universitas Udayana Denpasar-Bali, 25-26 November 2010]. Bali (ID) :
27

Univ. Udayana. Hlm 122; [diunduh 2015 jan 24]. Tersedia pada :
http://www.ftp.unud.ac.id/tip/wp-content/uploads/2011/11/Penentuan-
bahan-pengisi.pdf.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo
H penerjemah. Jakarta (ID) : UI Press.
Hanafiah KA. 1991. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi Cetakan ke-5.
Jakarta (ID) : Raja Grafindo Persada.
Hassan RH, Sarawan, I Gusti RS. 2012. Respon tanaman Anggrek Dendrobium
sp. terhadap pemberian paclobutrazol dan pupuk organik cair. J. Berkala
Penelitian Agronomi (1) : 71-78.
Hayati E, Mahmud T, Fazil R. 2012. Pengaruh jenis pupuk organik dan varietas
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai (Capsicum annum L.). J.
Floratek 7(2).
Hew CS dan Young JWH. 1997. The Physiology of Tropical Orchids in Relation
to the Industry. Singapore (SG) : World Scientific.
Irawan B, Purbayanti K. 2008. Karakterisasi dan kekerabatan kultivar padi lokal
di desa Rancakalong kecamatan Rancakalong kabupaten Sumedang.
Seminar Nasional PTTI. [Internet]. [Univ. Padjajaran Bandung; 21-23
Oktober 2008]. Bandung (ID) : Univ. Padjajaran [diunduh 2014 Maret 14].
Tersedia pada : http:// jurnal.umsu.ac.id/index.php.
Iswanto H. 2001. Anggrek Phalaenopsis. Jakarta (ID) : Agromedia Pustaka.
Iswanto H. 2010. Petunjuk Praktis Merawat Anggrek. Jakarta (ID) : Agromedia
Pustaka.
Jenny J, Rondonuwu, Pioh DD. 2009. Kebutuhan hara tanaman hias anggrek. Soil
environment 7(1):73-79.
Lestari S. 1985. Mengenal dan Bertanam Anggrek. Semarang (ID) : Aneka Ilmu.
Marzuki I, Uluputty MR, Aziz SA, Surahman M. 2008. Karakterisasi
morfoekotipe dan proksimat pada banda (Myristica fragans Houtt.). Bul
Agron. 36(2): 145-151.
Ma JF, Takahashi E. 2002. Soil, fertilizer and plant silicon research in Japan.
Elsevier Science. 281
Mattjik NA. 2010. Budi Daya Bunga Potong dan Tanaman Hias. Bogor (ID) :
IPB Press.
Mukherjee SK. 1986. Chemical Technology for Producing Fertilizer Nitrogen in
the year 2000. [Internet]. [Diunduh 2015 Nov. 01]. Tersedia pada
http://cms.1m-bio.com/bagan-warnadaun-bwd/.
Nesiaty S, Maloedyn S. 2007. Kiat Sukses Membungakan Anggrek. Jakarta (ID) :
Agro Media Pustaka.
Nursandi F. 1997. Karakterisasi Keturunan Hasil Persilangan Anggrek
Phalaenopsis Berdasarkan Morfologi dan Pola Pita Isozim [catatan
penelitian].
Orchid Society of South East Asia. 1998. Orchid Growing In The Tropics.
Timber Press, Malaysia. 207 p.
Purwantoro A, Ambarwati E, Setyaningsih F. 2005. Kekerabatan antar anggrek
spesies berdasarkan sifat morfologi tanaman dan bunga. Ilmu Pertanian 12
(1): 1-11.
28

Puspitasari DT. 2006. Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap pertumbuhan


vegetatif dan generatif tanaman anggrek Dendrobium sp. Var Thouchai
Viroj [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Puspaningtyas DM, Mursidawati S, Sutrisno, Asikin J. 2003. Anggrek Alam di
Kawasan Konservasi Pulau Jawa. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Pusat Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya Bogor, Bogor. 164 hal.
Rahmatia D, Pitriana P. 2007. Pengayaan Seri Flora dan Fauna ‘Bunga
Anggrek’. Jakarta (ID) : Ganesha Ecxact.
Roidah IS. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah.
J.Univ. Tunlungagung BONOROWO 1(1) : 39-40.
Sander D. 1979. Orchids and Their Cultivation. Dorset (9) : Blandford Press.
Sandra E. 2003 Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Jakarta (ID). Penebar
Swadaya.
Sandra E. 2007. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. AgroMedia. Jakarta.
Santi A, Suciantini, Goenadi DH. 1996. Pengaruh waktu pemupukan dan
konsentrasi asam humik terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium white
candi. J. Hort. 6(1) : 29-34.
Santi TK. 2005. Pengaruh dosis pupuk mamigro dan kerapatan populasi terhadap
pertumbuhan bibit anggrek Cattleya. J. Ilmiah Progresive. 2(5) : 2.
Sarwono B. 2002. Mengenal dan Membuat Anggrek Hibrida. Depok (ID) :Agro
Media Pustaka.
Sastrapradja S, Irawati, Nasution RE. 1977. Evaluasi dan pemanfaatan anggrek-
anggrek alam Indonesia. Buletin Kebun Raya. III (1): 17-20.
Sastrapradja S. 1980. Jenis-jenis Anggrek. Jakarta (ID) : Lembaga Biologi
Nasional LIPI.
Sheehan TJ. 1992. Orchids, di dalam: Larson R.A, editor. Introduction
Floriculture 2nd ed. California: Academic Press Inc.
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta
(ID). Gadjah Mada University Press.
Soedjono S. 1997. Pemuliaan Tanaman Anggrek. Jakarta (ID) : Pusat Penelitian
Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): IPB Press.
Soeryowinoto SM. 1974. Merawat Anggrek. Kanisius. Yogyakarta. 89 hal
[internet]. [diunduh 2015 Jan 16]. Tersedia pada: http://books.google.co.id.
Sommer AL. 1986. Studies concerning the essential nature of aluminium and
silicon for plant growth. Univ. California Public. Agr. Sci. 5:57-81.
Suharno, Mawardi I, Setiabudi, Lunga N, Tjitrosemito S. 2007. Efisiensi
penggunaan Nnitrogen pada tipe vegetasi yang berbeda di stasiun penelitian
Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat. J.
Biodiversitas (8): 287-294.
Suparmana dan Suatika G. 1990. Anggrek Cattleya. Jakarta (ID) : Penebar
Swadaya.
Suwandi, Chan F, 1982. Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit yang Telah
Menghasilkan dalam Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) oleh
Lubis, A. U, A. Jamin, S. Wahyuni dan IR. Harahap. Pusat Penelitian
Marihat Pematang Siantar. Medan. Hal 19 – 21.
Syahid A. 2009. Koefisien keragaman [Internet]. [diunduh 2015 November 01].
Tersedia pada: download/12897928/KoefisienKeragamanKK.pdf,html.
29

Tisdale SL, Nelson WL, Beaton JD. 1995. Soil Fertily and Fertilizer 4thEd. Co.
New York : MacMillan Publ.
Voronkov MG, Zelchan GI, Lykevic AY. 1978. Silicon and Life. Zinatne : Riga.
Widiastoety D, Santi A. 1997. Pembibitan dan budidaya anggrek. Buku
Komoditas (3) : 21-27. Balai Penelitian Tanaman Hias. 71 hal.
Wijaya EW. 2006. Pengaruh Beberapa Komposisi Pupuk Daun terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Dendrobium sp. [skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Wilkins. 1989. Fisiologi Tanaman. Jakarta (ID) : Penerbit Bumi Aksara.
30

LAMPIRAN

Lampiran 1 Novelgro SILIKA


Deskripsi Produk :
Tanaman memiliki lapisan sel terluar yang merupakan sel silika atau yang
sering dikenal dengan Phytolith. Sel tersebut bersifat keras seperti batu. Sebagai
contoh sel silika pada sekam padi jika dibakar akan menjadi abu gosok. Sel silika
tersebut menjadi semacam temeng pelindung dari serangan serangga atau
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Novelgro Silika bukan pestisida, tetapi merupakan unsur hara. Terbuat dari
pasir silika yang diproses sedemikian rupa hingga terlarut dalam air.
Unsur Silika (Si) adalah salah satu unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman, terutama yang bersifat akumulator Si. Tanaman akumulator Si
membutuhkan unsur Si dalam jumlah besar untuk pertumbuhannya, seperti famili
Gramineae contohnya padi, tebu, bambu, rumput, gandum, sorgum, jagung, dan
lain sebagainya.
Selain untuk memenuhi kebutuhan unsur Si pada tanaman, unsur
Si meningkatkan fotosintesa, meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap kekeringan, salinitas, alkalinitas, cuaca ekstrim, defisiensi, keracunan
unsur hara, dan juga merupakan pelindung alami tanaman terhadap serangan
Organisma Pengganggu Tanaman (OPT).
Novelgro Silika sangat cocok untuk program Pengendalian Hama Terpadu
(HPT), karena ia bekerja tidak dengan meracuni OPT, namun dengan membentuk
benteng ketahanan fisik tanaman terhadap serangan OPT. Sehingga tidak
menyebabkan kekebalan OPT seperti yang disebabkan oleh fungisida dan
insektisida pada umumnya. Serta tidak meninggalkan residu bahan beracun dan
berbahaya pada tanaman dan lingkungan.
Cara Kerja Novelgro Silika :
Novelgro Silika merupakan nutrisi silika terlarut dalam air yang mudah
diserap oleh tanaman. Nutrisi Silika tersebut akan dibawa oleh jaringan tanaman
ke lapisan sel terluar (epidermis) untuk membentuk lapisan yang keras (cuticle).
Ketika sel-sel silika tersebut melapisi seluruh permukaan sel terluar, termasuk
dengan bulu-bulu tanaman, maka selain dinding sel sulit ditembus oleh sengat
OPT, bulu-bulu tanaman yang telah menjadi lebih keras akan menjadi seperti
kawat berduri yang akan menghambat serangan OPT atau bahkan membunuh
OPT.
31

Lampiran 2 Pupuk Organik Cair BioSugih Tani


Kandungan pupuk organik cair lengkap BioSugih Tani
Mineral (ppm dan %wt) :
N 1.8 Fe 236
P 0.757 Mn 15.8
K 0.383 Zn 149
Mg 0.129% Cu 2.11
Ca 0.971% B 61.1
S 0.215% Al 308
Na 2.59% Mo 2.08
Asam Amino (mg/100ml) :
Asparagin 171.1 Cysteine 35
Glycine 145.8 Valine 106
Methionine 47.9 Leucine 88.1
Phenylalanine 12.6 Tyrosine 36.3
Proline 262 Argenine 75.7
Threonine 3.93 Ammonium 445.6
Alanine 74.7 Acetic Acid 0.159
Isoleucine 74.3 Lactic Acid 0.01
Lysine 21 Glutamac Acid 197
Serine 7.0
Hormon (ppm) :
Gibbrelin (G A3) 662000
Zeatin 6840
IAA 104
Mikroba :
Azotobacter, Aspergillus,
Azospirilium, Lactobacillus,
Mychoriza, Saccarimizes.
Rhyzobium,
BioSugih Tani merupakan pupuk organik cair lengkap karya seorang pakar
pertanian Indonesia dari hasil riset bertahun-tahun. Dibuat dengan proses
bioteknologi tinggi yang menghasilkan formula kompleks unsur makro dan mikro
yang dibutuhkan oleh tanaman. Dengan asam-asam amino, Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) alami, serta mikroba-makroba probiotik terpilih, secara sinergis mampu
meningkatkan kesuburan tanah dalam waktu singkat dan meningkatkan hasil
produksi tanaman menjadi berlipat
BioSugih dalam hal ini merupakan pupuk organik yang sifatnya hayati
sehingga tidak memerlukan lagi penggunaan kimia sama sekali terutama yang
terkenal sebagai NPK komposisinya sudah jelas diakui dibeberapa Negara besar
terutama di RRC bisa meningkatkan produksi pertanian, antara lain di jeruk,
kedelai dan padi. Bahkan jelas bisa menghilangkan penyakit yang dinamakan
CVPD, wereng, dan ulat. Karena efek aktifnya obat pemberantas yang disebut
trichoderma 3 hari setelah aplikasi, maka khusus untuk pemberantasan ulat
32

seyogyanya digunakan 3 hari sekali dimana butiran-butiran padi sudah keluar,


juga di sayur-sayuran digunakan 3 hari sekali agar ulat-ulat yang baru menetas
lebih mudah di berantas.
33

Lampiran 3 Pupuk majemuk Grow More 32-10-10


Guaranted Analyses :
Total Nitrogen (N) 32%
3.9% Ammonicial Nitrogen
5.7% Nitrate Nitrogen
10.6% Urea Nitrogen
Available Phosphoric Acid (P2O5) 10%
Soluble Potash (K2O) 10%
Calsium (Ca) 0.05%
Magnesium (Mg) 0.10%
0.10% Chelated Magnesium
Sulfur (S), Combined 0.20%
Baron (B) 0.02%
Copper (Cu) 0.05%
0.05% Chelated Copper
Iron (Fe) 0.10%
0.10% Chelated Iron
Manganese Molybdenum (Mo) 0.0005%
Zinc (Zn) 0.05%
0.05% Chelated Zinc
Deskripsi Produk :
Grow More adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru,
sangat mudah larut dalam air. Dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik itu
melalui penyemprotan daun maupun disiram ke dalam tanah, mengandung hara
lengkap dengan konsentrasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Pupuk ini
adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru, sangat mudah
larut dalam air. Dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik itu melalui
penyemprotan daun maupun disiram ke dalam tanah. Formula ini terutama untuk
tanaman muda hingga dewasa pada saat vegetatif tanaman membutuhkan nitrogen
(N) dalam jumlah yang besar. Hal ini disebabkan pada fase tersebut pembentukan
sel-sel baru untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman secara umum.
34

Lampiran 4 Vitamin B1 Liquinox Start


Deskripsi Produk :
Liquinox start adalah pupuk cair yang membantu pertumbuhan tanaman.
Pupuk cair yang dibuat untuk menghasilkan produksi maksimal ketika
pencangkokan atau memindahkan/menanam tanaman baru dan untuk
menyehatkan semua jenis tanaman. Mengandung vitamin B1, substansi yang
menyerupai hormon, organic yucca extract, zat besi, dan fosfor. Diformulasikan
khusus untuk merangsang pertumbuhan akar dan mengurangi stress akibat
pemindahan tanaman.
Analisa Terjamin :
Phosphoric Acid (P2O5) 2.00%
Iron (Fe) 0.10%
0.10% Chelated iron
Vitamin B1 (Thiamine Mononitrate) 0.10%
Alpha Napthalene Acetic Acid 0.40%
35

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda
Harsono dan Ibunda Dwi Kristanti Wahyu Mahanani. Penulis dilahirkan di Pati
pada tanggal 17 Juni 1992. Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun
2011 penulis lulus dari pendidikan SMAN 3 Pati dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten mata kuliah
Agama Kristen Protestan sejak tahun 2012 hingga 2015 dan asisten praktikum
mata kuliah Tanaman Hias dan Bunga pada tahun 2015. Penulis aktif sebagai
pengurus dewan gedung Asrama C2 pada tahun 2011, sebagai penyanyi dalam
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa (PSM) IPB Agria
Swara sejak tahun 2011 hingga 2015, sebagai staff divisi Pengembangan Sumber
Daya Manusia (PSDM) PSM IPB Agria Swara pada tahun 2012, menjadi kepala
divisi paduan suara Verbum Gracias Voice (VeGras Voice) UKM Persekutuan
Mahasiswa Kristen (PMK) IPB pada tahun 2012, serta banyak mengikuti
kepanitiaan dalam acara kampus. Penulis juga ikut serta dalam kegiatan Kuliah
Kerja Profesi (KKP) di desa Drunten Wetan, Kecamatan Gabus Wetan,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai