ADIMAS KRISHARDIANTO
Adimas Krishardianto
A24110107
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar
IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait.
iv
v
ABSTRAK
Kata kunci: pupuk organik cair lengkap, Grow More, silika (SiO2), hibrida,
Cattleya
ABSTRACT
ADIMAS KRISHARDIANTO. Growth of Cattleya Orchids on Combination
Treatment of Fertilizer and Silica and Morphological Characterization. Supervised
by DEWI SUKMA.
L-1, complete liquid organic fertilizer 2 ml L-1 + silica 2.5 ml L-1, and Grow More
(NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silica 2.5 ml L-1. Each treatment consisted of three
replications with 3 plants. Morphological characterization carried out according
to orchid guidance characterization from Ornamental Plant Research Centers
(2007). Combination of fertilizer and silica did not have significant effect on
growth of 3 Cattleya hybrids. Morphological characterization results indicated
that there was no differences between hybrids for their leaves and flowering
position, tip shape, texture, shape and texture of the surface edges of the leaves,
flowering types, resupination, as well as the shape of flowers.
Keywords: complete liquid organic fertilizer, Grow More, silica (SiO2), hybrid,
Cattleya
vii
ADIMAS KRISHARDIANTO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan cinta dan
kasih-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Juli 2015 ini adalah
peningkatan hasil anggrek, dengan judul Pertumbuhan Anggrek Cattleya pada
Perlakuan Kombinasi Pupuk dan Silika serta Karakterisasi Morfologi.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada ibu Dr Dewi Sukma, SP MSi
yang telah bersedia menjadi pembimbing dalam membimbing selama pelaksanaan
penelitian hingga penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada ibu Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, M.S. serta ibu Juang Gema Kartika, SP.
MSi sebagai dosen penguji dalam ujian skripsi penulis yang telah memberikan
masukan, koreksi, dan dukungan dalam pembuatan karya ilmiah ini. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada bapak Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc.
sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat dan arahan
kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada ibu Dra Dwi
Kristanti Wahyu Mahanani, MPd dan bapak Harsono, SE sebagai orang tua yang
selalu memberikan kasih nya, grup FLOTERRARIA yang senantiasa ada dikala
suka maupun duka penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada teman-teman satu dosen
pembimbing akademik (PA) : Rizki Anjal PN, SP., Bimo Hariokusumo. Kepada
Halida Adistya Putri, SP., Leni Siswati, SP., Fahmur Razaq yang merupakan
teman seperjuangan skripsi yang telah banyak bekerja sama baik dalam
penyusunan karya ilmiah ini penulis sampaikan terima kasih. Kepada Ferra
Anggita A., SP., Khairunnisa Bestari, Nina Ivana S., STP., Ahmad Fitra M.
Penulis juga tak lupa sampaikan terima kasih atas segala bantuan, kerjasama di
dalam dan di luar penyelesaian karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada kakak-kakak asistensi agama Kristen Protestan angkatan 49,
50, dan 51, rekan-rekan IPB angkatan 48, AGH 48, PMK, Agria Swara serta
teman-teman yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun
materiil dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Adimas Krishardianto
xii
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani Anggrek 2
Morfologi Tanaman Anggrek 3
Batang (Pseudobulb) 3
Daun 3
Bunga 4
Biji 4
Anggrek Cattleya 4
Syarat Tumbuh Anggrek Cattleya 5
Silika 5
Silika dalam Tumbuhan 6
Karakterisasi Tanaman 7
Pemupukan, Pupuk Anorganik dan Organik dalam Anggrek 7
METODE PENELITIAN 9
Waktu dan Tempat 9
Bahan dan Alat 9
Metode Percobaan 9
Persiapan 9
Perlakuan Pemupukan dan Pemberian Silika (Si) 10
Karakterisasi 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Kondisi Umum 15
Pengaruh Pemupukan 17
Karakterisasi 24
SIMPULAN DAN SARAN 25
Simpulan 25
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 30
RIWAYAT HIDUP 35
xiv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 (A) Keragaan tanaman anggrek Blc. warneri purple tounge (C.
warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki), (B)
Bentuk bunga anggrek Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc.
kuan miao chen). 4
Gambar 2 Contoh tanaman anggrek Cattleya yang diamati (A) Blc. mantini
(C. dowiana X C. bowringiana), (B) Blc. chun yeah (Blc. tassi
barbero x Blc. kuan miao chen), (C) Blc. warneri purple tounge
(C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki). 10
Gambar 3 Penampang melintang daun 12
Gambar 4 Posisi pembungaan 12
Gambar 5 Bentuk daun 12
Gambar 6 Bentuk ujung daun 13
Gambar 7 Susunan daun 13
Gambar 8 Bentuk tepi daun 13
Gambar 9 Tekstur permukaan daun 14
Gambar 10 Simetri daun 14
Gambar 11 Tipe pembungaan 14
Gambar 12 Resupinasi 15
Gambar 13 Perhiasan bunga 15
Gambar 14 Bentuk bunga 15
Gambar 15 (A) Kondisi tanaman anggrek Cattleya ulangan 1, (B) Ulangan
2, (C) Ulangan 3. 16
Gambar 16 Daun Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana) yang terkena
serangan hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera :
Diaspididae). 16
Gambar 17 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CM pada semua
perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair
lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3)
pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4)
Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. 23
xv
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias berbunga yang cukup
digemari di Indonesia dan termasuk family Orchidaceae yang memiliki sekitar
800 genus dan 25 000 spesies (Mattjik 2010). Tanaman anggrek termasuk
tanaman monokotil, tahunan dan berbentuk herba. Tanaman ini sangat beragam
ditinjau dari habitat, ukuran, serta morfologinya (Sastrapradja et al. 1977). Daya
tarik pada tanaman ini terletak pada keindahan bentuk bunga dan warna bunga
yang beraneka ragam sehingga para pecinta anggrek tidak merasa bosan
menikmati keindahannya (Mattjik 2010). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
Sarwono (2002) bahwa anggrek merupakan salah satu tanaman berbiji dari famili
Orchidaceae yang banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik
sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman
pot, atau hiasan taman.
Dewasa ini permintaan anggrek sebagai bunga potong maupun tanaman pot
semakin meningkat. Produksi anggrek tahun 2011 mencapai 15 490 256 tangkai,
tahun 2012 mencapai sebanyak 20 727 891 tangkai dan pada tahun 2013 sebanyak
20 277 672 tangkai (BPS 2014). Ekspor anggrek pada tahun 2012 ke beberapa
negara seperti Taiwan, Singapura, Malaysia, Australia, Korea dan Jepang adalah
69 353 kg, menurun pada tahun 2013 sebanyak 58 656 kg (BPS 2014). Puspitasari
(2006) menyatakan besarnya perolehan yang fluktuatif ini menunjukkan bahwa
perlu adanya suatu peningkatan kualitas dan kuantitas anggrek agar dapat
meningkatkan nilai ekonomi tanaman anggrek.
Sebagian besar anggrek terdapat dan berasal dari negara yang memiliki
banyak bukit dan pegunungan, meskipun tanaman ini mampu tumbuh di daerah
intermediet (Sander 1979). Salah satu jenis anggrek yang banyak digemari adalah
genus Cattleya. Anggrek Cattleya termasuk tanaman yang hidup menempel pada
pohon lain (epifit). Tanaman ini termasuk dalam anggrek simpodial yaitu anggrek
yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga
kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Cattleya memiliki ciri khas yaitu bentuk
bunga yang besar dengan warna bunga yang sangat bervariasi dan ketahanan
terhadap suhu dengan tingkat sedang (Iswanto 2010).
Tanaman akan berpotensi menghasilkan jumlah anakan yang banyak jika
terpenuhi unsur hara bagi pertumbuhannya dan berada pada kondisi lingkungan
optimal. Melihat kondisi demikian anggrek membutuhkan beberapa unsur hara
untuk pertumbuhannya yang diambil dari media tumbuh serta pupuk yang
diberikan. Anggrek membutuhkan beberapa unsur hara untuk pertumbuhannya.
Adaptasi tanaman dapat berupa pengaturan produksi makanan, masa reproduksi
dan penyebaran keturunan yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
Defisiensi nutrisi dapat terjadi jika konsentrasi unsur hara berada dibawah
konsentrasi yang dibutuhkan agar anggrek tumbuh optimal (Hew dan Young
1997). Ada dua cara untuk menyuplai hara ke dalam tanaman, yaitu pemupukan
melalui akar dan daun (Soepardi 1983). Tanaman dapat menyerap hara melalui
daun selain melalui akar. Tisdale, Nelson dan Beaton (1985) menyatakan bahwa
2
dengan cara pemupukan melalui daun penyerapan hara oleh tanaman dapat
dilakukan lebih cepat dibandingkan melalui akar karena dapat menembus kutikula
dan stomata sehingga langsung masuk ke dalam sel jaringan. Umumnya
pemupukan melalui daun menggunakan alat semprot namun ada juga yang
dilakukan dengan cara langsung menyiram daun tanaman (Wahyono et al. 2009).
Pemupukan pada anggrek akan lebih efektif apabila diberikan pada permukaan
daun bagian bawah (Santi, Suciantini, dan Goenadi 1996). Sesuai pernyataan
Santi (2005) bahwa anggrek Cattleya tumbuh dengan sehat dan kuat apabila
kebutuhan unsur hara makro dan mikro terpenuhi, sedangkan kandungan unsur
hara dalam media pakis jumlahnya kurang memenuhi sehingga diperlukan untuk
pemupukan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh pemupukan dan pemberian Silika (Si) terhadap pertumbuhan
anggrek Cattleya hibrida.
2. Keragaman morfologi hibrida anggrek Cattleya.
Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
1. Kombinasi pupuk dengan Silika (Si) dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman pada semua genotipe yang di uji.
2. Terdapat keragaman morfologi pada hibrida anggrek Cattleya.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Anggrek
Anggrek adalah salah satu tanaman yang masuk dalam ordo Orchidales dan
famili Orchidaceae. Menurut (Mattjik 2010) anggrek merupakan salah satu
tumbuhan berbunga dengan jenis terbanyak. Anggrek mempunyai berbagai jenis,
diantaranya adalah Dendrobium, Phalaenopsis, Cymbidium, Cattleya, dan
Phragmipedium. Anggrek memiliki banyak sekali variasi mulai dari bentuk
bunga, warna bunga, aroma, serta corak pada petal nya. Kebanyakan tanaman
anggrek hidup secara epifit terutama untuk jenis – jenis yang berasal dari daerah
tropis. Ada empat kelompok anggrek berdasarkan habitat tumbuhnya. Anggrek
epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan
tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya
Cattleya sp. memerlukan cahaya 40%, Dendrobium sp. 50-60%, Phalaenopsis sp.
30 %, dan Oncidium sp. 60-75 %. Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh
di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera,
Renanthera, Vanda dan Arachnis. Tanaman anggrek terestrial membutuhkan
cahaya matahari 70-100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19-38oC, dan
malam hari 18-21oC. Anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan
sedikit naungan. Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan,
3
Bunga
Anggrek adalah tanaman dengan karakteristik bunga yang berbeda dengan
bunga dari tanaman lain. Hal ini dapat dilihat dari tangkai bunga, ukuran bunga,
jumlah kuntum bunga, ketahanan bunga dan aroma bunga yang keluar dari bunga
anggrek. Dilihat dari karakteristik bentuk bunganya, maka bunga dari tanaman
anggrek akan terlihat berbeda antar anggrek, tetapi semuanya mempunyai struktur
dasar yang sama, yaitu terdiri dari tiga petal dan tiga sepal (Orchid Society 1998).
Gabungan dari petal dan sepal disebut tepal. Dua petal berukuran sama dan satu
petal berukuran lebih besar membentuk lidah daun (Mattjik 2010). Bentuk petal
dan sepal sering tidak teratur.
Berikut adalah gambar penampakan tanaman, bentuk dan bagian-bagian
bunga anggrek Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C.
warneri coerulea suzuki) dan Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao
chen).
Daun
Sepal dorsal Petal
Bunga
Sepal
Bulb
Labellum
Akar
A B Colum
Gambar 1 (A) Keragaan tanaman anggrek Blc. warneri purple tounge (C. warneri
f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki), (B) Bentuk bunga
anggrek Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen).
Biji
Buah tanaman anggrek berbentuk kapsul dan dalam kapsul ini terdapat
banyak sekali biji anggrek. Biji anggrek berukuran sangat kecil dan tidak
memiliki endosperma atau cadangan makanan. Biji yang seperti ini menyebabkan
susah untuk berkecambah sendiri tanpa tambahan nutrisi dari luar. Oleh karena itu
anggrek lebih umum diperbanyak dengan cara perbanyakan organ vegetatifnya
atau dapat melalui kultur jaringan (Hew dan Young 1997).
Anggrek Cattleya
Cattleya merupakan salah satu jenis anggrek yang banyak dikenal di
Indonesia. Cattleya diberi julukan sebagai ratu anggrek. Disebut ratu anggrek
karena bunganya yang anggun seperti halnya seorang ratu (Rahmatia dan Pitriana
2007). Sesuai dengan pendapat Sarwono (2002) menyatakan bahwa anggrek
Cattleya pada umumnya memiliki ukuran bunga yang lebih besar dibandingkan
dengan anggrek lainnya, sehingga Cattleya dijuluki The Queen of Orchid. Spesies
yang ukuran bunganya paling besar adalah Cattleya gigas, namun spesies yang
paling terkenal adalah Cattleya skinneri yang dijadikan sebagai bunga nasional
negara Brasil. Jenis anggrek ini termasuk dalam tanaman epifit yaitu tanaman
yang tidak merugikan bagi tanaman inangnya.
Sandra (2003) menyatakan bahwa anggrek Cattleya termasuk anggrek
berdaun lebar, bentuk daunnya sederhana, bertulang daun lurus serta jumlahnya
5
satu atau dua helai tiap batang. Akar anggrek epifit umumnya lunak dan mudah
patah, ujung runcing, berklorofil, licin dan memiliki daya lekat. Rambut-rambut
pendek yang melekat pada bagian akar digunakan untuk menyerap air dan hara
(Puspaningtyas et al. 2003). Cattleya adalah tanaman yang sedikit membutuhkan
sinar matahari langsung sepanjang hari. Tapi senang mendapat sinar langsung di
pagi hari selama 4-5 jam sehari. Anggrek ini memerlukan intensitas cahaya
matahari hanya sekitar 40%.
Menurut Rahmatia dan Pitriana (2007) anggrek ini memiliki hampir semua
warna bunga kecuali biru dan hitam dengan ukuran bunga 5-15 cm atau lebih.
Jumlah bunga yang tumbuh bervariasi. Mahkota bunga lebih lebar dibanding
kelopak bunga. Bagian sisi labellum terdiri atas tiga cuping. Bagian sisi labellum
biasanya berkerut seperti renda.
Cattleya memerlukan penyiraman secara teratur, namun ia juga memerlukan
waktu kering beberapa saat, sebelum disiram lagi. Saat disiram, akar akan
menyerap air sebanyak-banyaknya untuk disimpan dalam akar maupun bulb.
Menurut Supramana dan Suatika (1990) tinggi untuk pseudobulb anggrek
Cattleya berkisar antara 18-90 cm.
Menurut pendapat Rahmatia dan Pitriana (2007) menyatakan bahwa banyak
Cattleya merupakan tanaman hasil persilangan. Persilangan pada anggrek jenis ini
dapat terjadi baik antar spesies maupun antar genus. Persilangan antar genus pada
Cattleya salah satunya adalah pada genus Brassavola, Laelia, dan Cattleya.
Penulisan nama untuk hasil persilangan Brassavola, Laelia, dan Cattleya adalah
Blc (Brassolaeliocattleya).
Syarat Tumbuh Anggrek Cattleya
Anggrek Cattleya merupakan anggrek yang tumbuh di daerah yang
mempunyai ketinggian antara 750-2 000 mdpl. Anggrek Cattleya akan tumbuh
dengan baik bila lingkungan tempat tumbuhnya mempunyai suhu siang antara 21-
32oC dan suhu malam 13-18oC. Intensitas cahaya yang dibutuhkan berkisar 2 000-
4 000 fc atau 30% cahaya matahari penuh, kelembaban sekitar 60-80%, selain itu
juga perlu sirkulasi udara dan pengairan yang cukup baik (Soeryowinoto, 1974).
Cattleya akan rajin berbunga pada lingkungan dengan suhu antara 15-35oC.
Sesuai dengan pernyataan Iswanto (2010) bahwa suhu pada siang hari yang
dibutuhkan untuk anggrek Cattleya sebesar 21-30oC dengan kapasitas cahaya
sedang sampai terang.
Silika
Silika adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (silicon dioxida)
dan merupakan unsur ke dua terbanyak setelah oksigen (O2) di kerak bumi yang
diserap oleh hampir semua tanaman dalam bentuk asam monosilikat (monosilicic
acid) atau Si(OH)4 (Tisdale, Nelson dan Beaton 1985; Dixon dan Weed 1989;
Sommer 2006). Meskipun didalam kerak bumi terdiri dari Si dimana 95% dari
total mineral yang ada, namun yang dapat diambil oleh tanaman relatif rendah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Krauskopf (1987) yang menyatakan bahwa
kelarutan Si dalam tanah umumnya hanya berkisar antara 10-40 ppm. Hal ini
menjadikan penambahan silika yang disertakan dengan pupuk pada tanaman
sangat dibutuhkan.
6
kurang terdapat hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh optimal, maka
kegiatan pemupukan sangatlah diperlukan. Penggunaan pupuk secara setimbang
akan meningkatkan produksi tanaman. Berdasarkan Roidah (2013) menyatakan
bahwa penggunaan pupuk yang setimbang juga dapat menghindari kekerasan
tanah sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman dan porositas tanah serta
kadar air tersedia tanah.
Anggrek memerlukan adanya pemberian pupuk sebagai penyedia hara untuk
pertumbuhan, perkembangan dan merangsang pembungaan serta meningkatkan
produktivitasnya. Anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengingat pertumbuhan anggrek sangat
lambat. Defisiensi nutrisi dapat terjadi jika konsentrasi unsur hara berada dibawah
konsentrasi yang dibutuhkan agar anggrek tumbuh optimal (Hew dan Young
1997). Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman diberi pupuk organik
maupun anorganik (Widiastoety dan Santi 1997).
Ada dua cara untuk mensuplai hara ke dalam tanaman, yaitu pemupukan
melalui akar dan daun (Soepardi 1983). Tanaman pada umumnya juga menyerap
hara melalui daun selain melalui akar. Akan tetapi pemupukan akan lebih efektif
apabila diberikan pada permukaan daun bagian bawah (Santi, Suciantini, dan
Goenadi 1996). Tisdale, Nelson dan Beaton (1985) menyatakan bahwa dengan
cara pemupukan melalui daun penyerapan hara oleh tanaman dapat dilakukan
lebih cepat dibandingkan melalui akar karena dapat menembus kutikula dan
stomata sehingga langsung masuk ke dalam sel jaringan. Sesuai pernyataan Santi
(2005) bahwa anggrek Cattleya tumbuh dengan sehat dan kuat apabila kebutuhan
unsur hara makro dan mikro terpenuhi, sedangkan kandungan unsur hara dalam
media pakis jumlahnya kurang memenuhi sehingga diperlukan untuk pemupukan.
Pupuk biasanya diberikan melalui tanah, tetapi dapat juga diberikan melalui
daun sebagai larutan. Untuk sebagian besar anggrek dan khususnya anggrek epifit,
pemupukan diberikan dalam bentuk larutan. Selanjutnya menurut Wahyono et al.
(2009) menyatakan bahwa umumnya pemupukan dalam bentuk larutan melalui
daun menggunakan alat semprot namun ada juga yang dilakukan dengan cara
langsung menyiram daun tanaman.
Pupuk anorganik dijual dengan berbagai merek dagang dan mengandung
bahan campuran utama yang seimbang, terdiri dari tiga elemen esensial dasar
untuk pertumbuhan dan pembungaan. Ketiga elemen tersebut adalah Nitrogen
(N), Fosfor (P) dan Kalium (K) (Orchid Society 1998). Pupuk yang memberikan
N, P dan K disebut pupuk lengkap. Kelas pupuk (grade atau analisis) merupakan
persen dalam berat dari nitrogen (dinyatakan sebagai unsur N), fosfor (dinyatakan
sebagai P2O5) dan kalium (dinyatakan sebagai K2O). Sesuai dengan pendapat
Harjadi (1996) bahwa selain unsur makro, unsur mikro juga memegang peranan
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman walaupun hanya
dibutuhkan dalam jumlah kecil.
Pemberian pupuk dan zat pengatur tumbuh merupakan salah satu usaha
untuk mengoptimal baik pertumbuhan maupun pembungaan (Sandra 2007).
Pupuk organik cair merupakan salah satu pilihan dalam rangka memenuhi
memenuhi kebutuhan hormon tanaman anggrek agar diperoleh pembungaan yang
optimal. Pupuk organik mempunyai fungsi antara lain adalah memperbaiki
struktur tanah, karena bahan organik dapat mengikat partikel tanah menjadi
agregat yang mantap, memperbaiki distribusi ukuran pori tanah sehingga daya
9
pegang air tanah meningkat dan pergerakan udara (aerasi) di dalam tanah menjadi
lebih baik.
Pemupukan pada anggrek tidak hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan satu jenis pupuk, tetapi dapat dilakukan menggunakan dua jenis
pupuk berbeda. Penyelingan dan kombinasi beberapa pupuk ini dilakukan untuk
melengkapi komposisi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Setiap jenis
pupuk daun mempunyai kandungan unsur hara yang berbeda.
METODE PENELITIAN
A B C
Gambar 2 Contoh tanaman anggrek Cattleya yang diamati (A) Blc. mantini (C.
dowiana X C. bowringiana), (B) Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x
Blc. kuan miao chen), (C) Blc. warneri purple tounge (C. warneri f.
semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki).
11
Tanaman yang digunakan terdiri atas tiga hibrida anggrek Cattleya, yaitu :
G1 = Blc. mantini (C. dowiana X C. bowringiana)
G2 = Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen)
G3 = Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri
coerulea suzuki)
Setiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan pada masing-masing genotipe.
Tanaman berupa 2 bulb dalam satu pot. Setiap ulangan terdiri atas 3 tanaman
sehingga jumlah tanaman adalah 108 tanaman. Model aditif linier yang
digunakan, yaitu :
Yij = μ + αi + ßj + ϵijk
Keterangan :
Yij : pengamatan perlakuan pupuk daun ke-i, ulangan ke-j
μ : nilai rataan umum hasil pengamatan
αi : pengaruh perlakuan pupuk daun ke-i, i = 1,2,3,4
ßj : pengaruh ulangan ke-j, j = 1,2,3
ϵ ijk : nilai galat percobaan perlakuan.
Data kuantitatif yang didapatkan dari perlakuan pemupukan terdiri atas 5
peubah pengamatan. Pengamatan data kuantitatif meliputi :
1. Pertambahan jumlah daun (menghitung jumlah daun yang terdapat dalam satu
pot pada masing-masing unit percobaan dan data yang dipakai merupakan data
hasil perhitungan daun saat pengamatan dilakukan yang dikurangi dengan data
perhitungan minggu sebelumnya).
2. Pertambahan panjang daun (mengukur menggunakan mistar daun terpanjang
dalam satu pot selanjutnya data yang diambil merupakan selisih panjang
minggu saat pengamatan dilakukan dikurangi dengan data minggu
sebelumnya).
3. Pertambahan lebar daun (mengukur tebal semua daun masing-masing pot
menggunakan jangka sorong, data yang di pakai adalah data daun yang paling
lebar yang dikurangkan dengan data minggu sebelumnya).
4. Pertambahan tebal daun (mengukur tebal semua daun masing-masing pot
menggunakan jangka sorong, data yang di pakai adalah data daun yang paling
lebar yang selanjutnya dikurangi dengan data pengamatan sebelumnya).
5. Waktu muncul anakan baru (menghitung jumlah anakan baru yang muncul
pada tiap pot, data yang dipakai merupakan seisih data minggu saat
pengamatan dikurangi dengan data minggu sebelumnya, dihitung anakan baru
apabila daun telah terbuka secara sempurna).
Data kuantitatif diolah dengan uji F pada sistem SAS (Statistical Analysis System)
kemudian dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf
5% .
Karakterisasi
Karakterisasi pada karakter morfologi dan pertumbuhan 3 genotipe hibrida
anggrek Cattleya ini dilaksanakan sesuai dengan panduan karakterisasi anggrek
Balai Penelitian Tanaman Hias (2007). Parameter kualitatif yang diamati adalah
sebagai berikut :
12
1 2 3 4
Gambar 3 Penampang melintang daun
1.2 Posisi pembungaan
1. Pangkal/sisi pseudobulb
2. Sisi/di antara dua ketiak daun
3. Pucuk
1 2 3
Gambar 4 Posisi pembungaan
2. Daun
2. 1 Bentuk daun
1. Subulate/berbentuk jarum
2. Linear/berbentuk pita/lurus
3. Oblong/lonjong
4. Eliptic/jorong/bujur telur
5. Spathulate/berbentuk sendok
6. Lanceolate/berbentuk lanset/mata lembing
7. Oblanceolate/berbentuk lanset sungsang/kebalikan lanset
8. Ovate/bulat telur
9. Obovate/bulat telur sungsang
10. Trullate/berbentuk sekop
11. Cordate/berbentuk jantung
12. Triangular/segitiga
13. Sagittate/berbentuk panah
14. Hastate/mata tombak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Gambar 5 Bentuk daun
13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gambar 6 Bentuk ujung daun
2. 3 Susunan daun
1. Convolute/tergulung bersama
2. Duplicate/rangkap
1 2
Gambar 7 Susunan daun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gambar 8 Bentuk tepi daun
14
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 9 Tekstur permukaan daun
2.6 Simetri daun
1. Simetri
2. Tidak simetri
1 2
Gambar 10 Simetri daun
3. Bunga
3. 1 Tipe pembungaan
1. Single flowered/berbunga tunggal/soliter
2. Cymose/perbungaan terbatas
3. Spicate/berpaku-paku/permukaan yang tertutup berjalar-jarar halus, tegak, dan
mendaging
4. Racemose/raceme/tandan
5. Paniculate/malai
6. Fasciculate/berberkas/bertukal
7. Umbellate/seperti payung
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 11 Tipe pembungaan
3.2 Resupinasi (berputar hampir atau lebih dari 180o ke arah porosnya)
1. Nonresupinat (tidak terpuntir)
15
2. Resupinat (terpuntir)
1 2
Gambar 12 Resupinasi
3.3 Perhiasan bunga
Keterangan:
1. Sepal dorsal
2. Sepal lateral
3. Petal
4. Bibir
Gambar 13 Perhiasan bunga
3. 4 Bentuk bunga
1. Bulat (saling menumpang antara sepal dan petal)
2. Bintang
1 2
Gambar 14 Bentuk bunga
Kegiatan karakterisasi dilakukan setelah akhir perlakuan diberikan hal ini
karena kondisi tanaman yang belum memungkinkan untuk dilakukan karakterisasi
saat pertama bahan tanam didapatkan. Karakterisasi dilakukan pada semua
tanaman percobaan, dengan melihat masing-masing tanaman berdasarkan
genotipe, dan perlakuan pemupukan yang diberikan.
anggrek pada bulan April sampai dengan Juli 2015 pada siang hari rata-rata
sebesar 40-45% sedangkan pada malam hari rata-rata sebesar 60-70%. Jumlah
penyiraman ditambahkan ketika tanaman akan berbunga dan sudah memproduksi
bunga. Perlakuan pemupukan seluruhnya dilakukan dengan cara disemprotkan
menggunakan sprayer dan dilakukan pada pagi hari.
Faktor yang berpengaruh dalam pertambahan tinggi tanaman adalah
ketersediaan air, cahaya, temperatur, dan kelembapan udara yang optimal, apabila
hal tersebut dipenuhi maka dapat memacu pertumbuhan tanaman melalui
pembelahan dan pemanjangan sel (Sitompul dan Bambang 1995). Bahan tanam
berada dibawah naungan dengan paranet dengan kapasitas untuk menyaring sinar
matahari 70%, sehingga tanaman tidak terkena paparan sinar matahari dan tetesan
air hujan secara langsung. Iswanto (2010) menyatakan bahwa suhu pada siang
hari yang dibutuhkan untuk anggrek Cattleya sebesar 21-30oC dengan kapasitas
cahaya sedang sampai terang. Hal ini disebabkan apabila cahaya yang diterima
berlebihan maka sel-sel dalam tanaman akan menjadi keras dan tdak produktif
lagi, dan biasanya akan menjadi mati (Wilkins 1989).
Berikut merupakan kondisi tanaman anggrek Cattleya yang di uji untuk 3
ulangan saat berada di green house.
A B C
Gambar 15 (A) Kondisi tanaman anggrek Cattleya ulangan 1, (B) Ulangan 2, (C)
Ulangan 3.
Serangan dari hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera :
Diaspididae) menyerang daun pada beberapa tanaman genotipe CM atau Blc.
mantini (C. dowiana x C. bowringiana) pada minggu ke 2 setelah dilakukan
perlakuan. Berikut merupakan gambar daun Blc. mantini (C. dowiana x C.
bowringiana) yang terkena serangan hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock.
(Hemiptera : Diaspididae).
Gambar 16 Daun Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana) yang terkena serangan
hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera : Diaspididae).
Penelitian Balfas (2010) menunjukkan bahwa kutu perisai menempel pada
permukaan tanaman. Serangan berat akibat hisapan kutu terlihat pada seluruh
17
mempengaruhi jumlah dan ukuran daun (Humphries dan Wheeler 1963 dalam
Gardner et al. 1991).
Tabel 2 Rataan pertambahan jumlah daun (PJD) anggrek Cattleya
Minggu Setelah Perlakuan (MSP)
Perlakuan
2 4 6 8 10 12
----------CM (Cattleya Mantini)----------
P1 0.00 0.40 0.50 ab 0.60 ab 1.20 1.30 a
P2 0.20 ab 0.40 0.80 a 1.10 a 1.20 1.40 a
P3 0.40 a 0.60 0.70 ab 0.70 ab 1.00 1.00 ab
P4 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20 0.20 b
Pr > F 0.09tn 0.31tn 0.13tn 0.03* 0.06tn 0.03*
KK (%) 25.67 10.28 11.21 10.40 10.72 10.89
----------CCY (Cattleya Chun Yeah)----------
P1 0.00 0.10 0.20 0.20 0.40 0.40
P2 0.00 0.00 0.10 0.10 0.20 0.20
P3 0.00 0.10 0.10 0.20 0.20 0.20
P4 0.00 0.10 0.10 0.10 0.20 0.20
Pr > F 0.00 0.80tn 0.88tn 0.86tn 0.90tn 0.90tn
KK (%) 0.00 19.93 24.13 25.50 8.74 8.74
----------CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)----------
P1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
P2 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30
P3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.10 0.10
P4 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Pr > F 0.01** 0.01** 0.01** 0.01** 0.08tn 0.08tn
KK (%) 17.26 17.26 17.24 17.24 20.34 20.36
Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata
pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat
respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow
More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan
P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien
keragaman.
memberikan hasil yang paling baik dari perlakuan yang lain pada genotipe CWPT
pada minggu ke 2.
Tabel 4 Rataan pertambahan panjang daun (PPD) anggrek Cattleya
Minggu Setelah Perlakuan (MSP)
Perlakuan
2 4 6 8 10 12
----------CM (Cattleya Mantini)----------
P1 0.80 1.11 1.21 1.31 1.52 1.60
P2 0.77 1.03 1.14 1.27 1.38 1.49
P3 0.90 1.07 1.31 1.39 1.58 1.67
P4 0.84 1.12 1.23 1.36 1.49 1.51
Pr > F 0.99tn 0.99tn 0.97tn 0.98tn 0.95tn 0.95tn
KK (%) 29.83 27.15 24.29 23.73 23.60 23.97
----------CCY (Cattleya Chun Yeah)----------
P1 0.94 1.23 1.39 1.52 1.80 1.98
P2 0.28 0.76 0.93 1.17 1.39 1.48
P3 1.07 1.52 1.69 1.73 1.81 1.84
P4 0.64 0.80 1.03 1.19 1.23 1.31
Pr > F 0.41tn 0.37tn 0.37tn 0.57tn 0.48tn 0.49tn
KK (%) 10.72 29.27 26.75 25.60 24.82 25.52
----------CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)----------
P1 0.31 b 0.97 1.19 1.28 1.51 1.63
P2 1.01 a 1.40 1.48 1.60 1.79 1.92
P3 0.61 ab 0.94 1.12 1.21 1.23 1.27
P4 0.52 ab 0.78 1.00 1.09 1.13 1.17
Pr > F 0.03* 0.20tn 0.46tn 0.46tn 0.27tn 0.23tn
KK (%) 22.09 20.77 19.37 19.86 19.56 20.81
Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata
pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat
respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow
More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan
P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien
keragaman.
Menurut Suharno et al. (2007) bahwa keberadaan unsur nitrogen juga sangat
penting terutama kaitannya dengan pertumbuhan tanaman. Unsur N menyebabkan
perkembangan permukaan daun yang lebih cepat, sedangkan unsur P, K, Mg, Ca,
dan S juga berperan dalam menunjang pertumbuhan lebar daun (Suwandi dan
Chan 1982).
Tabel 5 dan 6 menampilkan rataan lebar awal daun anggrek dan
pertambahan lebar daun anggrek Catlleya setelah diberikan perlakuan pupuk.
Pada Tabel 5 menunjukan bahwa genotipe CM memiliki rataan lebar daun yang
paling lebar dibanding genotipe lain yaitu sebesar 5.61 cm.
Tabel 5 Rataan lebar awal daun anggrek Cattleya (cm)
Perlakuan
Genotipe
1 2 3 4
CM 9.21 4.31 4.48 4.47
CCY 4.30 4.93 4.58 5.17
CWPT 3.91 4.01 4.00 3.81
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 :
pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk
organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g
L-1 + silika 2.5 ml L-1.
Tabel 7 dan Tabel 8 menampilkan data tebal awal daun anggrek serta
pertambahan tebal daun anggrek Cattleya yang diuji. Sesuai hasil perhitungan
menggunakan jangka sorong, bahwa rata-rata daun anggrek Cattleya yang paling
tebal adalah genotipe CCY yaitu sebesar 1.92 mm pada awal sebelum perlakuan
diberikan. Daun anggrek Cattleya yang paling tipis adalah genotipe CM yaitu
rata-rata sebesar 1.55 mm.
Tabel 7 Rataan tebal awal daun anggrek Cattleya (mm)
Perlakuan
Genotipe
1 2 3 4
CM 1.76 1.56 1.49 1.39
CCY 2.00 1.95 1.90 1.84
CWPT 1.77 1.66 1.96 1.84
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 :
pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk
organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g
L-1 + silika 2.5 ml L-1.
besar terhadap pertambahan tebal daun pada semua genotipe yang diuji selama
penelitian dilakukan. Perhitungan ini didapatkan dari menambahkan semua data
dari masing-masing genotipe yang diuji tiap perlakuan dan dibagi dengan jumlah
minggu diberikan perlakuan pemupukan.
Tabel 8 Rataan pertambahan tebal daun (PTD) anggrek Cattleya
Minggu Setelah Perlakuan (MSP)
Perlakuan
2 4 6 8 10 12
----------CM (Cattleya Mantini)----------
P1 0.08 0.24 0.27 0.27 0.28 0.28
P2 0.18 0.31 0.34 0.34 0.34 0.41
P3 0.08 0.20 0.24 0.24 0.25 0.31
P4 0.06 0.19 0.24 0.25 0.25 0.34
Pr > F 0.45tn 0.69tn 0.70tn 0.74tn 0.78tn 0.76tn
KK (%) 12.41 14.12 12.94 12.78 12.77 15.10
----------CCY (Cattleya Chun Yeah)----------
P1 0.02 0.19 0.24 0.24 0.24 0.27
P2 0.08 0.26 0.27 0.28 0.30 0.51
P3 0.08 0.18 0.19 0.20 0.21 0.29
P4 0.04 0.15 0.16 0.16 0.16 0.24
Pr > F 0.45tn 0.85tn 0.77tn 0.76tn 0.74tn 0.66tn
KK (%) 7.51 15.40 14.62 14.83 15.16 22.54
----------CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)----------
P1 0.01 0.10 0.15 0.16 0.16 0.22
P2 0.09 0.16 0.23 0.23 0.24 0.27
P3 0.03 0.11 0.21 0.21 0.23 0.23
P4 0.05 0.12 0.15 0.15 0.15 0.15
Pr > F 0.37tn 0.84tn 0.59tn 0.61tn 0.54tn 0.55tn
KK (%) 8.31 10.68 11.44 11.42 11.22 12.41
Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata
pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat
respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow
More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan
P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien
keragaman.
P1 P2 P3 P4
Gambar 17 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CM pada semua perlakuan
pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1,
(P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair
lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK
32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1.
Pada Gambar 18 menunjukkan kondisi tanaman anggrek Cattleya genotipe
CCY yang paling baik adalah pada P2. Uji statistik untuk anggrek genotipe CCY
menunjukan bahwa untuk pertambahan jumlah daun anggrek yang paling baik
adalah P1. Pertambahan panjang daun genotipe CCY paling baik memberikan
respon pada P3. Sesuai pada Tabel 6 bahwa pertambahan lebar daun anggrek
genotipe CCY paling baik memberikan respon adalah pada P1 dan P3 yaitu rata-
rata sebesar 0.285 cm pada setiap pengamatan atau 2 minggu.
Hasil uji menunjukkan bahwa untuk pertambahan tebal daun dan waktu
muncul anakan baru genotipe CCY paling baik memberikan respon adalah pada
P2. Secara uji statistik menunjukkan bahwa sebetulnya antara P1, P2 dan P3
hampir seimbang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan anggrek Cattleya
genotipe CCY tetapi secara kondisi dilapangan, tanaman yang diberi perlakuan
pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 menunjukan kondisi yang paling
prima.
Kondisi tanaman contoh anggrek genotipe CCY dalam semua perlakuan
pemupukan pada akhir perlakuan disajikan pada Gambar 18.
P1 P2 P3 P4
berfungsi dalam proses sintesis klorofil, asam amino dan protein. Unsur nitrogen
juga berfungsi untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman. Pemberian
pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 memberikan hasil paling baik karena
kandungan nitrogen lebih tinggi dibandingkan pupuk organik cair lengkap yang
hanya mengandung nitrogen sebesar 1.8 ppm.
Gambar 19 merupakan gambar kondisi contoh tanaman anggrek genotipe
CWPT dalam semua perlakuan pemupukan pada akhir pengamatan.
P1 P2 P3 P4
A B C
Gambar 20 (A) CM : Blc. mantini, (B) CCY : Blc. chun yeah , (C) CWPT : Blc.
warneri purple tounge.
Hasil dari karakterisasi morfologi daun tanaman yang telah dilakukan
disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan data yang didapat mengenai karakter
morfologi daun yaitu penampang melintang daun, bentuk ujung daun, susunan,
bentuk tepi daun, dan tekstur permukaan daun genotipe anggrek Cattleya tidak
ada keragaman.
25
Berdasarkan data yang diamati, keragaman terdapat pada bentuk dan simetri
daun dari ketiga genotipe yang diamati. Variasi sifat fenotipe disebabkan oleh
adanya interaksi antara genotipe dan keadaan lingkungan (Allard 1960).
Karakterisasi morfologi daun Cattleya yang diuji ditampilkan pada Tabel 11.
Tabel 12 Hasil karakterisasi morfologi bunga anggrek Cattleya
Karakter morfologi bunga
Aksesi Posisi Tipe Bentuk
Resupinasi Perhiasan bunga
pembungaan pembungaan bunga
Racemose/
Resupinat Sepal dorsal, sepal
CM Pucuk raceme/tandan Bulat
(terpuntir) lateral, petal, dan bibir
Racemose/
Resupinat Sepal dorsal, sepal
CCY Pucuk raceme/tandan Bulat
(terpuntir) lateral, petal, dan bibir
Racemose/ Resupinat Sepal dorsal, sepal
CWPT Pucuk Bulat
raceme/tandan (terpuntir) lateral, petal, dan bibir
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge.
terhadap pertambahan panjang daun dan muncul anakan baru paling tinggi
terhadap pertumbuhan 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya. Penambahan Silika
(Si) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan anggrek Cattleya.
Karakterisasi morfologi 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya menunjukkan
bahwa tidak terdapat keragaman antar jenis Cattleya pada morfologi daun anggrek
penampang melintang daun, bentuk ujung, susunan, bentuk tepi dan tekstur
permukaan daun. Keragaman pada daun anggrek Cattleya yang diamati terdapat
pada bentuk daun dan simetri daun. Karakterisasi bunga anggrek Cattleya yang
diamati tidak terdapat keragaman antar jenis Cattleya pada posisi pembungaan,
tipe pembungaan, resupinasi, perhiasan, serta bentuk bunga.
Saran
Perlu dilakukan pengamatan mengenai ukuran bulb yang mencakup
panjang, lebar dan tebal bulb. Perlu dilakukan pengamatan mengenai serangan
hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman yang di uji.
DAFTAR PUSTAKA
Allard RW. 1960. Pemuliaan Tanaman. Bandung (ID). Rineka Cipta.
Amrullah. 2015. Pengaruh Nano Silika terhadap Pertumbuhan, Respon
Morfofisiologi dan Produktivitas Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
[disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
[Balithi] Balai Penelitian Tanaman Hias. 2007. Panduan Karakterisasi Tanaman
Hias Anggrek. Jakarta (ID): BALITHI.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Publikasi laporan tanaman hias 2014 (produksi
anggrek) [internet]. [diunduh 2014 Januari 12]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Publikasi laporan tanaman hias 2014 (ekspor
anggrek) [internet]. [diunduh 2014 Januari 12]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id
[PIOC] Pupuk Ion Organik Cair - Ciremai. 2014. Sumber Unsur Hara Silika (Si)
untuk Pertanian (Ilmu Pertanian) [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 26].
Tersedia pada http://pioc-Ciremai.page4.me.
Balfas R. 2010. Kutu Perisai Aspidiella Hartii Cock. (Hemiptera : Diaspididae)
pada Tanaman Jahe dan Pengendaliannya. Bogor (ID) : Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik.
Darmono DW. 2004. Bertanam Anggrek. Depok : Penebar Swadaya.
Dixon JB, Weed SB. 1989. Silica in Soil : Quartz and disorder silica polymorphs.
Drees LR, Wilding LP, Smeck NE, Senkayi A, editor. Minerals in Soil
Environments. Madison (US). SSSA.
Dixon JB, Schulze DG. 2002. Silica minerals. Monger HC, Kelly EF, editor. Soil
Mineralogy with environmental applications. Madison (US) : SSSA.
Epstein E. 1999. Silicon. Annual Review of Plant Physiology and Plant Molecular
Biology 50: 641-664.
Fatimah, Sukma D. 2010. Studi filogenetik dan identifikasi molekuler anggrek
Phalaenopsis sp. menggunakan marka microsatelit. Di dalam : Utama MS,
Susila AD, Poerwanto R, Antara NS, Putra NK, Susrusa KB, editor.
Prosiding Seminar Nasional Hortikultura Indonesia 2010. [Internet].
[Universitas Udayana Denpasar-Bali, 25-26 November 2010]. Bali (ID) :
27
Univ. Udayana. Hlm 122; [diunduh 2015 jan 24]. Tersedia pada :
http://www.ftp.unud.ac.id/tip/wp-content/uploads/2011/11/Penentuan-
bahan-pengisi.pdf.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo
H penerjemah. Jakarta (ID) : UI Press.
Hanafiah KA. 1991. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi Cetakan ke-5.
Jakarta (ID) : Raja Grafindo Persada.
Hassan RH, Sarawan, I Gusti RS. 2012. Respon tanaman Anggrek Dendrobium
sp. terhadap pemberian paclobutrazol dan pupuk organik cair. J. Berkala
Penelitian Agronomi (1) : 71-78.
Hayati E, Mahmud T, Fazil R. 2012. Pengaruh jenis pupuk organik dan varietas
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai (Capsicum annum L.). J.
Floratek 7(2).
Hew CS dan Young JWH. 1997. The Physiology of Tropical Orchids in Relation
to the Industry. Singapore (SG) : World Scientific.
Irawan B, Purbayanti K. 2008. Karakterisasi dan kekerabatan kultivar padi lokal
di desa Rancakalong kecamatan Rancakalong kabupaten Sumedang.
Seminar Nasional PTTI. [Internet]. [Univ. Padjajaran Bandung; 21-23
Oktober 2008]. Bandung (ID) : Univ. Padjajaran [diunduh 2014 Maret 14].
Tersedia pada : http:// jurnal.umsu.ac.id/index.php.
Iswanto H. 2001. Anggrek Phalaenopsis. Jakarta (ID) : Agromedia Pustaka.
Iswanto H. 2010. Petunjuk Praktis Merawat Anggrek. Jakarta (ID) : Agromedia
Pustaka.
Jenny J, Rondonuwu, Pioh DD. 2009. Kebutuhan hara tanaman hias anggrek. Soil
environment 7(1):73-79.
Lestari S. 1985. Mengenal dan Bertanam Anggrek. Semarang (ID) : Aneka Ilmu.
Marzuki I, Uluputty MR, Aziz SA, Surahman M. 2008. Karakterisasi
morfoekotipe dan proksimat pada banda (Myristica fragans Houtt.). Bul
Agron. 36(2): 145-151.
Ma JF, Takahashi E. 2002. Soil, fertilizer and plant silicon research in Japan.
Elsevier Science. 281
Mattjik NA. 2010. Budi Daya Bunga Potong dan Tanaman Hias. Bogor (ID) :
IPB Press.
Mukherjee SK. 1986. Chemical Technology for Producing Fertilizer Nitrogen in
the year 2000. [Internet]. [Diunduh 2015 Nov. 01]. Tersedia pada
http://cms.1m-bio.com/bagan-warnadaun-bwd/.
Nesiaty S, Maloedyn S. 2007. Kiat Sukses Membungakan Anggrek. Jakarta (ID) :
Agro Media Pustaka.
Nursandi F. 1997. Karakterisasi Keturunan Hasil Persilangan Anggrek
Phalaenopsis Berdasarkan Morfologi dan Pola Pita Isozim [catatan
penelitian].
Orchid Society of South East Asia. 1998. Orchid Growing In The Tropics.
Timber Press, Malaysia. 207 p.
Purwantoro A, Ambarwati E, Setyaningsih F. 2005. Kekerabatan antar anggrek
spesies berdasarkan sifat morfologi tanaman dan bunga. Ilmu Pertanian 12
(1): 1-11.
28
Tisdale SL, Nelson WL, Beaton JD. 1995. Soil Fertily and Fertilizer 4thEd. Co.
New York : MacMillan Publ.
Voronkov MG, Zelchan GI, Lykevic AY. 1978. Silicon and Life. Zinatne : Riga.
Widiastoety D, Santi A. 1997. Pembibitan dan budidaya anggrek. Buku
Komoditas (3) : 21-27. Balai Penelitian Tanaman Hias. 71 hal.
Wijaya EW. 2006. Pengaruh Beberapa Komposisi Pupuk Daun terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Dendrobium sp. [skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Wilkins. 1989. Fisiologi Tanaman. Jakarta (ID) : Penerbit Bumi Aksara.
30
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda
Harsono dan Ibunda Dwi Kristanti Wahyu Mahanani. Penulis dilahirkan di Pati
pada tanggal 17 Juni 1992. Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun
2011 penulis lulus dari pendidikan SMAN 3 Pati dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten mata kuliah
Agama Kristen Protestan sejak tahun 2012 hingga 2015 dan asisten praktikum
mata kuliah Tanaman Hias dan Bunga pada tahun 2015. Penulis aktif sebagai
pengurus dewan gedung Asrama C2 pada tahun 2011, sebagai penyanyi dalam
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa (PSM) IPB Agria
Swara sejak tahun 2011 hingga 2015, sebagai staff divisi Pengembangan Sumber
Daya Manusia (PSDM) PSM IPB Agria Swara pada tahun 2012, menjadi kepala
divisi paduan suara Verbum Gracias Voice (VeGras Voice) UKM Persekutuan
Mahasiswa Kristen (PMK) IPB pada tahun 2012, serta banyak mengikuti
kepanitiaan dalam acara kampus. Penulis juga ikut serta dalam kegiatan Kuliah
Kerja Profesi (KKP) di desa Drunten Wetan, Kecamatan Gabus Wetan,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada tahun 2014.