Anda di halaman 1dari 30

FRAKSIONASI EKSTRAK KULIT PETAI

BERPOTENSI ANTIOKSIDAN

CHRISTINE MAHARDHIKA

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Fraksionasi
Ekstrak Kulit Petai Berpotensi Antioksidan adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

Christine Mahardhika
NIM G44080109
ABSTRAK
CHRISTINE MAHARDHIKA. Fraksionasi Ekstrak Kulit Petai Berpotensi
Antioksidan. Dibimbing oleh DUDI TOHIR dan GUSTINI SYAHBIRIN.

Banyak tumbuhan obat telah digunakan dalam pengobatan tradisional dan


diketahui berpotensi antioksidan. Petai merupakan salah satu tumbuhan obat yang
memiliki aktivitas antioksidan tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
sitotoksisitas dan aktivitas antioksidan dari campuran bagian luar dan dalam kulit
petai menggunakan uji letalitas larva udang dan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil.
Sampel kulit petai diekstraksi dengan metanol dan dipartisi cair-cair
menggunakan n-heksana, kloroform, dan etil asetat. Nilai konsentrasi mematikan
50% (LC50) dari fraksi etil asetat dan air berturut-turut adalah 49.51 dan 118.01
mg L-1. Hal ini menunjukkan bahwa kedua fraksi berpotensi sebagai bahan aktif
dan bersifat toksik. Fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan tertinggi
dengan nilai konsentrasi penghambatan 50% (IC50) 2 mg L-1, sementara fraksi air
dan padatan memiliki nilai IC50 berturut-turut 5.37 dan 4.05 mg L-1. Asam galat
digunakan sebagai kontrol positif dan memberikan nilai IC50 0.48 mg L-1. Hasil
ini menunjukkan bahwa ketiga fraksi ekstrak kulit petai memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat tinggi.

Kata kunci: antioksidan, petai, sitotoksisitas

ABSTRACT

CHRISTINE MAHARDHIKA. Fractionation of Petai Seed Coat Extract Potencial


as Antioxidant. Supervised by DUDI TOHIR and GUSTINI SYAHBIRIN.

Many medicinal plants have been used in traditional treatment and are
known to be potencial as antioxidant. Petai is one of the medicinal plants having
high antioxidant activity. This study aimed to study the cytotoxicity and
antioxidant activity of the exterior and interior parts mixture of petai seed coat
with brine shrimp lethality test and 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl methods. Petai
seed coat was extracted with methanol and liquid-liquid partitioned by using n-
hexane, chloroform, and ethyl acetate. The 50% lethal concentration (LC50) values
of ethyl acetate and water fractions were 49.51 and 118.01 mg L-1, respectively.
These results showed that both fractions were potencial as active compounds and
toxic. Ethyl acetate fraction had the highest antioxidant activity with the 50%
inhibition concentration (IC50) value of 2 mg L-1. Water and solid fractions had
IC50 values of 5.37 and 4.05 mg L-1, respectively. Gallic acid was used as positive
control and gave IC50 value of 0.48 mg L-1. Based on these results, all 3 fractions
of petai seed coat extract had very high antioxidant activities.

Key words: antioxidant, cytotoxicity, petai


FRAKSIONASI EKSTRAK KULIT PETAI
BERPOTENSI ANTIOKSIDAN

CHRISTINE MAHARDHIKA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Fraksionasi Ekstrak Kulit Petai Berpotensi Antioksidan
Nama : Christine Mahardhika
NIM : G44080109

Disetujui oleh

Drs Dudi Tohir, MS Dr Gustini Syahbirin, MS


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
“Fraksionasi Ekstrak Kulit Petai Berpotensi Antioksidan”. Karya ilmiah ini
disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli hingga
November 2012 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan dukungan yang telah
diberikan oleh Bapak Drs Dudi Tohir, MS selaku pembimbing I dan Dr Gustini
Syahbirin, MS selaku pembimbing II. Terima kasih juga kepada Pak Farid, Pak
Budi Arifin, Pak Sabur, Mbak Nia, dan Ibu Yenni atas saran-saran serta bantuan
yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian di Laboratorium Kimia
Organik. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, Riris,
Sandi, Bang Tuek, teman-teman, dan semua pihak yang telah mendukung penulis
selama pelaksanaan dan penyusunan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya. Terima kasih.

Bogor, Januari 2013

Christine Mahardhika
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
BAHAN DAN METODE 2
Bahan dan Alat 2
Penentuan Kadar Air 2
Ekstraksi 2
Uji Fitokimia 3
Uji Toksisitas dengan Metode BSLT 3
Uji Aktivitas Antioksidan 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Kadar Air dan Ekstraksi 4
Fitokimia 5
Toksisitas dengan Metode BSLT 5
Aktivitas Antioksidan 6
SIMPULAN DAN SARAN 7
Simpulan 7
Saran 7
DAFTAR PUSTAKA 7
LAMPIRAN 9
RIWAYAT HIDUP 16
DAFTAR TABEL

1 Hasil uji fitokimia ekstrak metanol dan hasil fraksionasi 5


2 Nilai IC50 fraksi ekstrak metanol 7

DAFTAR GAMBAR

1 Biji petai .............................................................................................................. 1


2 Reaksi reduksi radikal bebas DPPH oleh senyawa fenolik ................................. 6

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bagan alir penelitian ........................................................................................... 9


2 Hasil penentuan kadar air .................................................................................. 10
3 Rendemen ekstrak dan fraksi ekstrak ................................................................ 10
4 Foto hasil uji fitokimia ...................................................................................... 11
5 Hasil uji toksisitas ............................................................................................. 12
6 Hasil uji aktivitas antioksidan ........................................................................... 14
PENDAHULUAN

Obat tradisional merupakan pilihan pengobatan yang kini makin diminati


oleh masyarakat karena relatif murah dan aman bagi kesehatan. Obat tradisional
ini menggunakan ramuan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan baik berupa akar,
daun, bunga, kulit, serta biji buahnya. Indonesia memiliki potensi yang sangat
besar dalam penyediaan bahan baku tumbuhan obat, khususnya yang berkhasiat
sebagai antioksidan.
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau
lebih elektron kepada radikal bebas dan berfungsi sebagai agen pereduksi
sehingga dapat mengelat ion logam serta mengurangi potensi radikal bebas dalam
tubuh (Molyneux 2004). Radikal bebas merupakan senyawa atau unsur yang
mengandung elektron takberpasangan, bersifat sangat reaktif dan tidak stabil.
Radikal bebas dihasilkan di dalam tubuh selama proses metabolisme atau berasal
dari lingkungan luar, seperti polusi udara, polusi lingkungan, sinar ultra violet,
dan asap rokok. Dampak yang ditimbulkan oleh radikal bebas jika tidak ada
antioksidan antara lain kerusakan hati, sel, RNA, DNA, protein, dan lipid;
penyakit jantung, paru-paru, dan mata yang terkait dengan akumulasi spesies
oksigen dan nitrogen yang reaktif (Nickavar et al. 2007).
Salah satu tumbuhan obat yang telah diketahui memiliki khasiat sebagai
antioksidan adalah petai (Parkia speciosa Hassk), baik pada biji maupun kulit
bagian luar dan dalamnya (Gambar 1). Petai berasal dari famili Fabaceae suku
Mimosoideae yang banyak ditemukan di Asia Tenggara. Bijinya sering
dikonsumsi masyarakat, baik dalam kondisi segar maupun diolah bersama bahan
pangan lainnya. Biji petai memiliki khasiat untuk mengobati penyakit lever
(hepatalgia), edema (oedema), radang ginjal (nefritis), diabetes, kanker, kolera
dan cacingan (Jamaluddin et al. 1995; Orwa et al. 2009; Rahman et al. 2011;
Aisha et al. 2012). Senyawa yang terkandung pada biji petai antara lain lektin,
sisteina, stigmast-4-en-on, polisulfida siklik (heksationana, tetratiana, tritiolana,
pentatiepana, pentatiokana, dan tetratiepana, formaldehida, tiol, dan asam
tiazolidina-4-karboksilat (Suvachittanont et al. 1983, Suvachittanont dan
Peutpaiboon 1992, Jamaluddin et al. 1995, Rahman et al. 2011). Bagian perikarp
dari kulit petai juga dapat dimakan bersamaan dengan bijinya karena dipercaya
berkhasiat menurunkan kadar gula darah.

Gambar 1 Biji petai

Selain berpotensi sebagai antidiabetes, biji dan kulit petai juga telah
diketahui mengandung senyawa fenolik yang berfungsi sebagai antioksidan
dengan nilai konsentrasi penghambatan 50% (IC50) sebesar 26 mg L-1 pada biji
(Aisha et al. 2012), 3.90 mg L-1 pada kulit bagian luar, dan 46.90 mg L-1 pada
kulit bagian dalam (Tunsaringkarn et al. 2012).
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan memisahkan senyawa yang
terkandung dalam campuran bagian luar dan dalam kulit petai, menduga golongan
senyawa metabolit sekundernya, serta menganalisis potensi senyawa aktif sebagai
antioksidan, dan efek sitotoksiknya pada hewan uji. Selain dapat mengurangi
limbahnya, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah nilai jual petai.
Tahapan penelitian ini meliputi penentuan kadar air, ekstraksi sampel, uji
fitokimia, uji toksisitas mengunakan larva udang (BSLT), dan uji aktivitas
antioksidan mengunakan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) (Lampiran
1).

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah kulit petai bagian luar dan dalam dari
daerah Ciampea Bogor, metanol, n-heksana, kloroform, etil asetat, air laut, dimetil
sulfoksida (DMSO), telur Artemia salina Leach, asam galat sebagai kontrol
positif, DPPH, eter, serbuk Mg, amil alkohol, FeCl3 1%, CHCl3, H2SO4 2 M,
NH4OH, HCl pekat, akuades, pereaksi Wagner, Mayer, Dragendorf, dan
Liebermann-Buchard.
Alat-alat yang digunakan adalah peralatan kaca yang lazim digunakan di
laboratorium, neraca analitik, aerator, oven, penguap putar, vorteks, dan
spektrofotometer ultraviolet-tampak (UV-Vis).

Penentuan Kadar Air (AOAC 950.46 (B) 2005)

Cawan porselen dikeringkan pada suhu 105 °C selama 30 menit, kemudian


didinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Sebanyak 3 g contoh dimasukkan ke
dalam cawan dan dipanaskan kembali pada suhu 105 °C selama 3 jam hingga
diperoleh bobot yang konstan, kemudian didinginkan dalam eksikator dan
ditimbang. Penetapan kadar air ini dilakukan berdasarkan penentuan bobot kering
contoh dan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (triplo).

Ekstraksi (Aisha et al. 2012)

Campuran kulit bagian luar dan dalam petai dikeringudarakan pada suhu di
bawah 45 °C tanpa terkena sinar matahari secara langsung, kemudian dihaluskan
menggunakan blender. Simplisia sebanyak 200 g dimaserasi secara dinamik
selama 8 jam dan secara statik hingga 24 jam menggunakan 1 L metanol.
Maserasi dilakukan sebanyak 3 kali ulangan, kemudian filtratnya dikumpulkan
dan dipekatkan dengan penguap putar. Ekstrak tersebut diambil sebanyak 8.275 g
dan dilarutkan dalam 200 mL akuades, kemudian dipartisi secara berurutan
masing-masing dengan 100 mL n-heksana, kloroform, dan etil asetat. Partisi
masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Fraksi air dan etil asetat, serta
padatan dari partisi etil asetat yang dilarutkan dalam metanol dikeringkan dengan
penguap putar.

Uji Fitokimia (Harborne 1987)

Uji Alkaloid
Sebanyak 0.1 g ekstrak ditambah dengan 10 mL CHCl3 dan beberapa tetes
NH4OH. Larutan tersebut disaring dan filtratnya ditambahkan 10 tetes H2SO4 2
M, lalu dikocok. Lapisan asam dipisahkan dan masing-masing ditambahkan
dengan pereaksi Mayer (positif jika terbentuk endapan putih), pereaksi Wagner
(positif jika terbentuk endapan cokelat), dan pereaksi Dragendorf (positif jika
terbentuk endapan merah jingga).

Uji Saponin
Ekstrak sebanyak 0.1 g ditambah dengan 10 mL akuades panas, kemudian
dipanaskan selama 5 menit. Filtrat sebanyak 10 mL dikocok selama 10 menit
dalam keadaan tertutup. Ekstrak yang mengandung saponin akan membentuk buih
yang stabil selama 10 menit.

Uji Flavonoid
Ekstrak sebanyak 0.1 g ditambah dengan 10 mL akuades panas, kemudian
dipanaskan selama 5 menit. Filtrat sebanyak 10 mL ditambahkan 0.5 g serbuk
Mg, 1 mL HCl pekat, dan 1 mL amil alkohol. Campuran dikocok kuat-kuat. Uji
positif terhadap flavonoid ditandai dengan munculnya warna merah, kuning, atau
jingga pada lapisan amil alkohol.

Uji Tanin
Sebanyak 10 mL ekstrak dipanaskan selama 10 menit, kemudian disaring
dan filtratnya ditambahkan dengan FeCl3 1%. Ekstrak yang positif mengandung
tanin akan membentuk warna biru tua atau hijau kehitaman.

Uji Steroid dan Terpenoid


Sebanyak 0.1 g ekstrak dilarutkan dengan 10 mL etanol panas, disaring, dan
diuapkan hingga kering. Residu yang dihasilkan dilarutkan dalam eter, kemudian
fase eter tersebut ditambahkan 1 tetes H2SO4 dan 3 tetes anhidrida asetat (pereaksi
Liebermann-Buchard). Jika terbentuk warna biru atau hijau artinya ekstrak positif
mengandung steroid. Namun, apabila terbentuk warna ungu, berarti bahwa ekstrak
positif mengandung terpenoid.

Uji Toksisitas dengan Metode BSLT (Meyer et al. 1982)

Telur udang (Artemia salina Leach) sebanyak 50 100 mg dimasukkan ke


dalam air laut dan ditetaskan selama 48 jam. Larutan stok ekstrak dibuat dengan
konsentrasi 1000 ppm dalam air laut. Air laut yang masing-masing mengandung
larva udang sebanyak 10 ekor di dalam vial ditambahkan larutan ekstrak hingga 2
mL dengan konsentrasi akhir berturut-turut 10, 100, 250, 500, dan 750 ppm. Bila
sampel tidak larut dalam air laut, ditambahkan 2 tetes DMSO. Setiap konsentrasi
diuji sebanyak 2 kali ulangan. Larutan diaduk sampai homogen. Kontrol
dilakukan tanpa penambahan sampel. Larutan dibiarkan selama 24 jam, kemudian
dihitung jumlah larva yang mati dari setiap vial.

Uji Aktivitas Antioksidan (Aisha et al. 2012)

Ekstrak dilarutkan dalam metanol dengan variasi konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan


10 mg L-1 untuk fraksi air dan padatan, sedangkan untuk fraksi etil asetat sebesar
1, 2, 3, 4, dan 5 mg L-1. Sebanyak 4.5 mL larutan ekstrak dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan 0.5 mL larutan DPPH 1 mM dalam metanol.
Campuran dikocok kuat dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37 °C, lalu
diukur serapannya pada panjang gelombang 515 517 nm. Sebagai kontrol positif
digunakan asam galat dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 mg L-1, kemudian nilai
IC50 dihitung menggunakan rumus persamaan regresi. Persentase aktivitas
inhibitor dihitung dari [(A0 – A1)/A0] × 100%, dimana A0 adalah absorbans kontrol
dan A1 adalah absorbans ekstrak atau standar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air dan Ekstraksi

Penentuan kadar air dilakukan untuk mengetahui ketahanan suatu bahan


terhadap serangan mikrob selama masa penyimpanan. Kadar air yang baik untuk
penyimpanan dalam jangka waktu yang lama adalah kurang dari 10% (Winarno
1997). Rerata kadar air yang diperoleh dari pengeringan kulit petai adalah 8.23%
(Lampiran 2). Hasil ini menunjukkan bahwa sampel kulit petai memiliki masa
simpan yang relatif lama dan tidak rentan terhadap serangan mikrob.
Kulit petai yang sudah dikeringkan dihaluskan terlebih dahulu agar luas
permukaan sampel yang didapatkan lebih besar, sehingga memaksimumkan
proses ekstraksi. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
maserasi. Maserasi dilakukan secara statis dan dinamis agar senyawa metabolit
sekunder yang terekstraksi lebih banyak. Pelarut yang digunakan adalah metanol
karena senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan diduga berasal dari golongan
senyawa fenolik dengan kepolaran yang tinggi (Aisha et al. 2012; Tunsaringkarn
et al. 2012). Maserasi dilakukan hingga larutan sampel tidak berwarna hijau
kecokelatan lagi sehingga dapat dianggap semua senyawa yang berbobot molekul
rendah telah terekstraksi (Harborne 1987). Rendemen yang dihasilkan dari 200.1
g serbuk kulit petai adalah 48.86% (Lampiran 3).
Ekstrak kasar metanol sebanyak 8.275 g dipartisi cair-cair berturut-turut
menggunakan n-heksana, kloroform, dan etil asetat. Pelarut n-heksana dan
kloroform digunakan untuk memisahkan sampel dari lipid, klorofil, dan terpena,
sedangkan etil asetat memisahkan senyawa yang lebih polar pada sampel.
Rendemen fraksi etil asetat, air, dan padatan yang diperoleh setelah dipekatkan
adalah 19.62%, 44.40%, dan 0.08%. Masing-masing fraksi diuji fitokimia,
toksisitas, serta aktivitas antioksidannya.

Fitokimia

Uji kualitatif fitokimia digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa


metabolit sekunder pada sampel. Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok utama, yaitu terpenoid, senyawa fenolik, dan senyawa
bernitrogen (Mazid et al. 2011). Golongan senyawa yang biasanya berpotensi
sebagai antioksidan adalah senyawa fenolik, seperti fenilpropanoid, flavonoid,
antosianin, tanin, melanin, fenol monosiklik sederhana, dan lignin.
Hasil uji fitokimia (Lampiran 4) pada ekstrak kasar, fraksi etil asetat, dan air
menunjukkan adanya senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin, sedangkan
fraksi padatan hanya mengandung alkaloid, saponin, dan tanin (Tabel 1). Hal ini
sesuai dengan penelitian Aisha et al. (2012) dan Tunsaringkarn et al. (2012)
bahwa kulit petai mengandung senyawa fenolik, yaitu flavonoid dan tanin yang
berpotensi sebagai antioksidan.

Tabel 1 Hasil uji fitokimia ekstrak metanol dan hasil fraksinasi


Golongan Ekstrak
senyawa Metanol Fraksi etil asetat Fraksi air Fraksi padatan
Alkaloid + + + +
Flavonoid + + + -
Saponin + + + +
Steroid - - - -
Terpenoid - - - -
Tanin + + + +
Keterangan :
+ = terdeteksi mengandung senyawa metabolit tersebut.
- = tidak terdeteksi mengandung senyawa metabolit tersebut.

Toksisitas dengan Metode BSLT

Uji toksisitas dilakukan sebagai uji pendahuluan untuk menentukan potensi


bioaktivitas dan toksisitas dari setiap fraksi sehingga dapat ditentukan konsentrasi
ekstrak yang aman untuk pengujian. Suatu bahan pangan yang akan dikonsumsi
oleh masyarakat dan berpotensi sebagai bahan aktif perlu diketahui nilai LC50-nya
agar saat dikonsumsi tidak menjadi racun dalam tubuh. Nilai LC50 adalah
konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan untuk menyebabkan 50% kematian hewan
uji. Nilai LC50 didapatkan berdasarkan persamaan garis dari kurva hubungan log
konsentrasi dengan nilai probit. Analisis probit yang digunakan menunjukkan
hubungan logaritmik antara dosis dan efek kematian. Jumlah larva udang yang
mati akibat pengaruh ekstrak ditunjukkan pada Lampiran 5. Uji toksisitas ini
digunakan karena mudah, murah, praktis, dan cukup akurat.
Hasil uji toksisitas fraksi etil asetat dan air menunjukkan nilai LC50 berturut-
turut sebesar 49.50 dan 118.01 mg L-1. Fraksi padatan tidak diuji toksisitasnya
karena tidak larut dalam air laut walaupun dengan penambahan DMSO ataupun
Tween 80. Suatu zat dikatakan aktif dan bersifat toksik bila nilai LC50 < 1000
ppm untuk ekstrak dan < 30 ppm untuk senyawa (Meyer et al. 1982). Data yang
diperoleh menunjukkan bahwa fraksi etil asetat dan air dari ekstrak kulit petai
berpotensi sebagai bahan aktif dan bersifat toksik. Bahan aktif yang didapatkan
diharapkan memiliki potensi sebagai antioksidan.

Aktivitas Antioksidan

Metode DPPH digunakan untuk uji aktivitas antioksidan. DPPH merupakan


radikal bebas stabil yang dapat bereaksi dengan senyawa pendonor atom hidrogen,
seperti antioksidan. Penangkapan radikal bebas menyebabkan elektron menjadi
berpasangan, yang disertai penghilangan warna sebanding dengan jumlah elektron
yang diambil. Reaksi reduksi radikal bebas oleh antioksidan (Gambar 2)
mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning (Molyneux 2004).
Suatu senyawa dikatakan memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi bila nilai
IC50-nya kurang dari 200 mg L-1 (Hanani et al. 2005). Nilai IC50 merupakan
konsentrasi yang ekuivalen memberikan 50% efek aktivitas antioksidan. Metode
DPPH mudah, cepat, dan sensitif untuk pengujian aktivitas antioksidan senyawa
tertentu atau ekstrak tanaman (Molyneux 2004).

N N
OH O*

N NH
+ +
O 2N NO 2 O 2N NO 2

NO 2 NO 2

Gambar 2 Reaksi reduksi radikal bebas DPPH oleh senyawa fenolik

Aktivitas antioksidan diukur pada panjang gelombang (λ) 515.8 nm yang


merupakan panjang gelombang maksimum DPPH. Asam galat digunakan sebagai
kontrol positif dan memiliki nilai IC50 sebesar 0.48 mg L-1. Nilai IC50 fraksi etil
asetat, air, dan padatan lebih tinggi daripada asam galat (Tabel 2), yang
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ketiga fraksi ekstrak metanol ini masih
lebih rendah daripada kontrol positifnya. Namun, aktivitas tersebut tergolong
tinggi dibandingkan dengan ekstrak kulit bagian luar (IC50 = 3.90 mg L-1) dan
ekstrak kulit bagian dalam (IC50 = 46.90 mg L-1) (Tunsaringkarn et al. 2012).
Berdasarkan hasil uji fitokimia, aktivitas antioksidan pada ketiga fraksi tersebut
disebabkan oleh keberadaan senyawa fenolik, yaitu flavonoid dan tanin yang
dapat meredam radikal bebas menjadi lebih stabil.
Data hubungan antara konsentrasi dan persentase inhibisi ditunjukkan pada
Lampiran 6. Semakin tinggi konsentrasi, semakin besar juga persentase
inhibisinya.
Tabel 2 Nilai IC50 fraksi ekstrak metanol
Larutan uji IC50 (mg L-1)
Kontrol positif 0.48
Fraksi etil asetat 2.00
Fraksi air 5.37
Fraksi padatan 4.05

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Campuran bagian luar dan dalam kulit petai terbukti memiliki bahan aktif
yang berpotensi sebagai antioksidan. Fraksi etil asetat, air, dan padatan dari
ekstrak metanol, ketiganya memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Fraksi etil
asetat memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dengan nilai IC50 2 mg L-1 dan
bersifat toksik dengan LC50 49.50 mg L-1. Aktivitas antioksidan fraksi ini lebih
tinggi bila dibandingkan dengan aktivitas antioksidan kulit bagian dalam dan
bagian luar yang dilaporkan sebelumnya. Hasil uji fitokimia menunjukkan
keberadaan senyawa fenolik, yaitu flavonoid dan tanin sebagai bahan aktif yang
berpotensi antioksidan.

Saran

Nilai toksisitas fraksi padatan perlu diteliti lebih lanjut. Pemisahan lebih
lanjut, analisis kualitatif dan kuantitatif komponen-komponen pada tingkat
molekularnya dari setiap fraksi diperlukan untuk mengidentifikasi senyawa murni
pada tiap fraksi. Identifikasi tersebut dapat dilakukan antara lain dengan
menggunakan kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS) dan spektrometer
resonans magnetik inti (RMI).

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of


Analysis. Arlington (US): AOAC.
Aisha AFA, Abu-Salah KM, Alrokayan SA, Ismail Z, Majid AMSA. 2012.
Evaluation of antiangiogenic and antioxidant properties of Parkia speciosa
Hassk extracts. Pak J Pharm Sci. 25(1):7-14.
Hanani E, Abdul M, Ryany S. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam
Callyspongia sp dari Kepulauan Seribu. Maj Ilmu Kefarmasian. 2:127-133.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Ed ke-2. Padmawinata K, Soediro I,
penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari: Phytochemical
Methods.
Jamaluddin F, Mohamed S, Lajis MN. 1995. Hypoglycemic effect of stigmast-4-
en-one, from Parkia speciosa empty pods. J Food Chem. 54:9-13.
Mazid M, Khan TA, Mohammad F. 2011. Role of secondary metabolites in
defense mechanisms of plants. Biol Med. 3(2):232-249
Meyer BN, Feerigni NR, Putnam JE, Jacobson LB, Nicholas DE, McLaughlin JL.
1982. Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant
constituents. Planta Medica. 45:31-34.
Molyneux P. 2004. The use of stable free radical diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH)
for estimazing antioxidant activity. Songklanakarin J Sci Technol. 26:211-
219.
Nickavar B, Kamalinejad M, Izadpanah H. 2007. In vitro free radical scavenging
activity of five Salvia species. Pak J Pharm Sci. 20(4):291-294.
Orwa C, Mutua A, Kindt R, Jamnadass R, Simons A. 2009. Agroforestree
database: a tree reference and selection guide version 4.0. [diunduh 2012
Apr 12]. Tersedia pada: http://www.worldagroforestry.org/af/treedb/.
Rahman NNNA, Zhari S, Sarker MZI, Ferdosh S, Yunus MAC, Kadir MOA.
2011. Profile of Parkia speciosa Hassk metabolites extracted with SFE
using FTIR- PCA method. J Chin Chem Soc. 58(6):1-9.
Suvachittanont W, Iamsupanimit K, Singhaveerasamorn W, Rattanapanya A.
1983. Preliminary studies of some biological compounds from Parkia
speciosa seeds. Bangkok (TH): Funny Pr.
Suvachittanont W, Peutpaiboon A. 1992. Lectin from Parkia speciosa seeds.
Phytochemistry. 31:4065-4070.
Tunsaringkarn T, Soogarun S, Rungsiyothin A, Palasuwan A. 2012. Inhibitory
activity of heinz body induction in vitro antioxidant model and tannin
concentration of Thai mimosaceous plant extracts. J Med Plants Res.
6(24):4096-4101.
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Serbuk kulitkulit
Serbuk petai
petaipetai
- Penetapan kadar air
- Maserasi dengan metanol

Residu Ekstrak metanol

- Uji fitokimia
- Dilarutkan dalam 200 mL akuades
- Partisi dengan n-heksana

Fraksi n-heksana Fraksi air

- Partisi dengan kloroform

Fraksi kloroform
Fraksi kloroform Fraksi air

- Partisi dengan etil asetat

Fraksi etil asetat Fraksi air Fraksi padatan

Uji fitokimia
Uji toksisitas
Uji aktivitas antioksidan
Lampiran 2 Hasil penentuan kadar air

Bobot (g) Rerata


Kadar air
Ulangan Cawan Cawan + Contoh kadar air
Contoh (%)
kosong contoh kering kering (%)
1 19.95 3.02 22.73 2.78 7.95
2 22.53 2.99 25.28 2.75 8.03 8.23
3 19.45 2.99 22.18 2.73 8.70
Contoh perhitungan:

-
Kadar air (%) = × 100%

-
= × 100% = 7.95%

Rerata kadar air = = 8.23%

Lampiran 3 Rendemen ekstrak dan fraksi ekstrak

Bobot simplisia ( contoh) = 200.1 g Fraksi etil asetat = 1.6237 g


Bobot ekstrak ( ekstrak) = 89.73 g Fraksi air = 3.6737 g
Kadar air = 8.23% Fraksi padatan = 0.6941 g
Ekstrak metanol = 8.275 g

Contoh perhitungan:

Rendemen ekstrak (%) = × 100%


-

= × 100% = 48.86%
-

Rendemen fraksi (%) = × 100%

= × 100% = 19.62%
Lampiran 4 Foto hasil uji fitokimia

Uji flavonoid Uji alkaloid

Uji tanin Uji saponin


Lampiran 5 Hasil uji toksisitas

a) Fraksi etil asetat


Konsentrasi (ppm) ∑ Larva mati % Mortalitas Rerata (%) Nilai probit
0 0
0 0.00 -
0 0
3 30
10 30.00 4.48
3 30
6 60
100 55.00 5.13
5 50
7 70
250 65.00 5.39
6 60
8 80
500 85.00 6.04
9 90
9 90
750 90.00 6.28
9 90
y = 3.4155 + 0.9350x
5 = 3.4155 + 0.9350x
x = 1.6947
LC50 = antilog (1.6947)
LC50 = 49.5054 mg L-1

Kurva toksisitas fraksi etil asetat

8
y = 0.935x + 3.4155
6 R² = 0.9232
Probit

4
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Log konsentrasi

b) Fraksi air
Konsentrasi (ppm) ∑ Larva mati % Mortalitas Rerata (%) Nilai probit
0 0
0 0.00 -
0 0
2 20
10 20.00 4.16
2 20
4 40
100 40.00 4.75
4 40
6 60
250 60.00 5.25
6 60
7 70
500 70.00 5.52
7 70
8 80
750 80.00 5.84
8 80
lanjutan Lampiran 5

y = 3.1879 + 0.8746x
5 = 3.1879 + 0.8746x
x = 2.0719
LC50 = antilog (2.0719)
LC50 = 118.0099 mg L-1

Kurva toksisitas fraksi air

8
y = 0.8746x + 3.1879
6 R² = 0.96
Probit

4
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Log konsentrasi
Lampiran 6 Hasil uji aktivitas antioksidan

a) Asam galat
Konsentrasi (mg L-1) ln Konsentrasi Inhibisi (%)
2 0.6931 67.78
4 1.3863 93.84
6 1.7918 94.97
8 2.0794 95.23
10 2.3026 95.34
y = 62.1658 + 16.5186x
50 = 62.1658 + 16.5186x
x = - 0.7365
IC50 = antiln (- 0.7365)
IC50= 0.4788 mg L-1

Kurva aktivitas antioksidan asam galat


150
% Inhibisi

100
y = 16.519x + 62.166
50
R² = 0.7504
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
ln Konsentrasi

b) Fraksi etil asetat


Konsentrasi (mg L-1) ln Konsentrasi Inhibisi (%)
1 0 21.53
2 0.6931 50.30
3 1.0986 63.35
4 1.3863 81.73
5 1.6094 88.67
y = 20.8836 + 42.0190x
50 = 20.8836 + 42.0190x
x = 0.6929
IC50 = antiln (0.6929)
IC50 = 1.9996 mg L-1

Kurva aktivitas antioksidan fraksi etil asetat


100
% Inhibisi

50
y = 42.019x + 20.884
R² = 0.9927
0
0 0.5 1 1.5 2
ln Konsentrasi
lanjutan Lampiran 6

c) Fraksi air
Konsentrasi (mg L-1) ln Konsentrasi Inhibisi (%)
2 0.6931 14.16
4 1.3863 36.64
6 1.7918 54.97
8 2.0794 63.56
10 2.3026 75.08
y = -13.1477 + 37.5768x
50 = -13.1477 + 37.5768x
x = 1.6805
IC50 = antiln (1.6805)
IC50 = 5.3682 mg L-1

Kurva aktivitas antioksidan fraksi air


80
60 y = 37.582x - 13.152
% Inhibisi

R² = 0.9946
40
20
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
ln Konsentrasi

d) Fraksi padatan
Konsentrasi (mg L-1) ln Konsentrasi Inhibisi (%)
2 0.6931 15.03
4 1.3863 48.79
6 1.7918 70.40
8 2.0794 84.23
10 2.3026 93.69
y = -19.1504 + 49.4223x
50 = -19.1504 + 49.4223x
x = 1.3992
IC50 = antiln (1.3992)
IC50 = 4.0519 mg L-1

Kurva aktivitas antioksidan fraksi padatan


100
80 y = 49.4223x - 19.1504
% Inhibisi

60 R² = 0.9993
40
20
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
ln Konsentrasi
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magetan, Jawa Timur pada tanggal 13 Agustus 1990


dari pasangan Bapak Daniel Kristianto dan Ibu Sri Kustini. Penulis merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 8
Bekasi dan melanjutkan pendidikan sarjana strata satu di Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN).
Selain mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi pengajar di
bimbingan belajar Etos Study (2010), asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan
Alam program ekstensi dan reguler (2012), asisten praktikum mata kuliah Kimia
Organik Layanan S1 ITP (2012), dan asisten praktikum mata kuliah Praktikum
Kimia Organik Berbasis Kompetensi (2012). Penulis juga aktif di Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB pada Komisi
Kesenian, serta aktif dalam berbagai kegiatan mahasiswa FMIPA IPB dan
seminar-seminar di dalam kampus. Penulis juga berkesempatan melaksanakan
praktik lapangan di PT ISM Bogasari Flour Mills, Cilincing, Jakarta Utara pada
bulan Juli Agustus 2011.

Anda mungkin juga menyukai