Anda di halaman 1dari 71

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN SITOTOKSIK SERTA KANDUNGAN

FENOLIK TOTAL DARI EKSTRAK DAUN JAMBU AIR (Syzygium aqueum


(Burm.F.) Alston) KULTIVAR PUTIH

SKRIPSI SARJANA KIMIA

Diusulkan oleh:
HARI PRABOWO
NIM. 1610411024

Pembimbing I : Dr. Afrizal


Pembimbing II : Dr. Mai Efdi

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN SITOTOKSIK SERTA KANDUNGAN
FENOLIK TOTAL DARI EKSTRAK DAUN JAMBU AIR (Syzygium aqueum
(Burm. F.) Alston) KULTIVAR PUTIH

Oleh:
HARI PRABOWO
NIM. 1610411024

Skripsi diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas

PROGRAM STUDI SARJANA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN SITOTOKSIK SERTA KANDUNGAN


FENOLIK TOTAL DARI EKSTRAK DAUN JAMBU AIR PUTIH (Syzygium aqueum
(Burm.F.) Alston), skripsi oleh HARI PRABOWO (1610411024) diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (Strata 1) pada Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas.

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Afrizal Dr. Mai Efdi


NIP: 196002091987031004 NIP: 197205301999031003

Mengetahui

Ketua Jurusan Kimia

Dr. Mai Efdi


NIP: 197205301999031003

iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Padang, November 2020

Hari Prabowo

iv
INTISARI

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN SITOTOKSIK SERTA KANDUNGAN


FENOLIK TOTAL DARI EKSTRAK DAUN JAMBU AIR (Syzygium aqueum
(Burm.F.) Alston) KULTIVAR PUTIH

Oleh:

Hari Prabowo (BP:1610411024)


Dr. Afrizal*, Dr. Mai Efdi *
*Pembimbing

Syzygium aqueum (burm.F.) Alston atau yang dikenal dengan jambu air termasuk
kedalam famili Myrtaceae. Tumbuhan ini banyak digunakan sebagai obat
tradisional semenjak zaman dahulu. Manfaat tumbuhan jambu air adalah untuk
mengobati penyakit batuk, demam, asma, bronkitis, dan diabetes mellitus.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, tumbuhan jambu air mengandung senyawa
flavonoid, fenolik, triterpeneoid, dan steroid serta memiliki aktivitas antioksidan
dan sitotoksik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan fenolik total,
aktivitas antioksidan, sitotoksik, dan hubungan antara kandungan fenolik total
dengan aktivitas antioksidan pada ekstrak daun jambu air putih. Pelarut yang
digunakan dalam proses ekstraksi adalah metanol, etil asetat, dan heksana
dengan metode maserasi. Penentuan kandungan fenolik total dilakukan dengan
metode Follin-Ciocalteau, pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan
metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrihidrazil) dan sitotoksik dilakukan dengan metode
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). Hasil penelitian yang telah dilakukan,
didapatkan bahwa kandungan fenolik total tertinggi terdapat pada ekstrak metanol
(4,6405 mg GAE/10 mg ekstrak) di ikuti oleh ekstrak etil asetat (3,3548 mg
GAE/10 mg ekstrak) dan ekstrak heksana (0,5929 mg GAE/10 mg ekstrak).
Aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol dan etil asetat bersifat kuat sebagai
antioksidan dengan nilai IC50 berturut-berturut 19,08 mg/L dan 69,74 mg/L,
sedangkan ekstrak heksan tidak bersifat sebagai antioksidan dengan nilai 372,63
mg/L. Pengujian aktivitas sitotoksik didapatkan bahwa ketiga ekstrak memiliki sifat
toksik, namun ekstrak etil asetat memiliki sifat toksisitas paling kuat dengan nilai
LC50 sebesar 51,99 mg/L dari pada ekstrak heksana 206,06 mg/L dan ekstrak
metanol 353,18 mg/L. Aktivitas antioksidan yang terdapat didalam ekstrak daun
jambu air putih dipengaruhi oleh kandungan fenolik total. Semakin tinggi
kandungan fenolik total dari ekstrak daun jambu air putih, maka aktivitas
antioksidan semakin kuat yang ditandai dengan nilai IC50 yang kecil.

Kata kunci: Syzygium aqueum, antioksidan, fenolik, sitotoksik

v
ABSTRACT

ANTIOXIDANT ACTIVITY, CYTOTOXICS, and TOTAL PHENOLIC CONTENT of


WATER GUAVA LEAF EXTRACTS (Syzygium aqueum (Burm.F.) Alston)

By:

Hari Prabowo (BP:1610411024)

Dr. Afrizal*, Dr. Mai Efdi *


*Supervisor

Syzygium aqueum (Burm.F.) Alston also known as water guava belongs to the family
Myrtaceae. This plant is widely used as traditional medicine since ancient times. The
benefits of guava water are to treat cough, fever, asthma, bronchitis, and diabetes
mellitus. Based on previous research, water guava plants contain flavonoids,
phenolics, triterpenoids, and steroids and also have antioxidant and cytotoxic activity.
This study aims to determine the total phenolic content, antioxidant activity,
cytotoxics, and the correlations between total phenolic content and antioxidant
activity that contained in the leaf extract of water guava. The solvents used in the
extraction process are methanol, ethyl acetate, and hexane by maceration method.
Determination of total phenolic content was carried out by the Follin-ciocalteau
method, antioxidant activty determined by DPPH (2,2-diphenyl-1-phycrihydrazil), and
cytotoxic activity determined by BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). The result of
research that have been done, it was found that the highest total phenolic content
was found in methanol extract (4,6405 mg GAE/10 mg extract) followed by ethyl
acetate (3,3548 mg GAE/10 mg extract) and hexane (0,5929 mg GAE/10 mg
extract). The antioxidant activity of methanol and ethyl acetate extracts is strong as
an antioxidant with the IC50 19,08 mg/L and 69,74 mg/L, respectively, while hexane
extract is not an antioxidant with the IC50 372,63 mg/L. Cytotoxic activity testing
showed that all three extracts had toxic properties, but ethyl acetate extract had the
strongest toxicity with LC50 51,99 mg/L than hexane extract 206,06 mg/L and
methanol extract 353,18 mg/L. The antioxidant activity that contained in the guava
leaf extract is influenced by the total phenolic content. The higher of total phenolic
content from guava leaf extract, so the stronger the antioxidant activity indicated by a
small IC50 value.

Keywords: Syzygium aqueum, antioxidant, phenolic total, cytotoxic

vi
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang
senantiasa menyertai dan memberikan kekuatan bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul, ”Uji Aktivitas Antioksidan dan Sitotoksik
Serta Kandungan Fenolik Total Dari Ekstrak Daun Jambu Air (Syzygium
aqueum (Burm.F.) Alston) Kultivar Putih” diajukan sebagai salah satu syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Sains dari Program S-1 Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Kedua orang tua penulis, papa Raya dan mama Wati yang selalu mengirimkan
do’a yang terbaik dan selalu memberikan semangat kepada penulis. Kakak (Uci)
yang selalu memberikan nasihat dan motivasi kepada penulis dalam penulisan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Afrizal sebagai pembimbing I dan Bapak Dr. Mai Efdi sebagai
pembimbing II atas semua bimbingan, kesabaran, dan ilmu yang diberikan
kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Dr. Zulhadjri, M.Eng sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan nasihat dan bimbingan selama menuntut ilmu di jurusan kimia.
4. Bapak Dr. Mai Efdi selaku ketua Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Andalas.
5. Bapak Dr. Syukri selaku Koordinator Pendidikan Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas.
6. Bapak Emil Salim, M.Sc , Bapak Norman Ferdinal, M.Si, dan Ibu Refinel, M.S
selaku dosen penguji dalam seminar hasil dan ujian sarjana yang telah
memberikan saran kepada penulis untuk bisa menjadi lebih baik setelah
menyelesaikan studi.
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen serta karyawan jurusan kimia yang telah
memberikan ilmu terbaik dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bang Boy dan Bang Yudi sebagai analis laboratorium Kimia Organik Bahan Alam
(KOBA) yang selama penelitian bersedia dan sabar telah direpotkan oleh
penulis.

vii
9. TROUBLEMAKER (Sadek, Meci, Penia, Mute, Pela, Onyet, Mpus, Fakhri, Rifki,
Zil) yang telah menjadi sahabat selama perkuliahan dan Beliau (Kak Tysa) yang
selalu mau menerima ocehan penulis dan mau direpotkan dengan pertanyaan
penulis.
10. Teman pertama kali di kimia, Ilhardi Akbar yang telah mau menjadi sahabat
penulis selama 4 tahun dan mau menerima penulis apa adanya.
11. Keluarga BP 024 (Kak dwik, Kak Ijah, Kak Inon, Uja Sobep, Siddiq Sotong, Iqbal,
Riga, Arxhel, Cepi, Wilda, Fadhil) yang telah memberikan dukungan kepada
penulis.
12. Sodara Sepebimbingan (Siti, Elin, Nia) yang telah saling membantu dan saling
ada selama penelitian. Adik-adik (Resin, Angga, Rifno) yang telah mau
membantu saat pengambilan sampel
13. Teman-teman SianidA (Kelas A) yang telah menjadi keluarga pertama saat
kuliah.
14. Teman-teman sepermainan (Bang Apis, Tian, Hazim, Mahesa) yang telah
menjadi teman tertawa dan tempat bercerita disaat masa-masa sulit. Teman-
teman REMUSBHA (Acha, Ami, Kak Dila, Puput) yang selalu memberikan
dukungan kepada penulis.
15. Sahabat-sahabat di saat SMA, DCT (Dodo, Irwan, Cibel, Pane, Ade, Ila, Tatak,
Nadip) dan iTunes (Fikri, Nadia, Rani, Ame, Nevi) yang selalu ada bersama
penulis walaupun memiliki kesibukan masing-masing.
16. Teman-teman angkatan 2016 (OKS16EN) yang bersama-sama berjuang dari
maba.
17. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi
nasihat, motivasi, dan do’a kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah dan
tugas akhir.
Akhir kata penulis berharap kebaikan semua pihak yang selama ini telah
membantu penelitian dan penyelesaian skripsi ini akan dibalas oleh Allah SWT.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak.
Padang, November 2020

Penulis
viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................. iii


UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ......................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3
2.1 Tanaman Jambu Air (Syzygium aqueum) ..................................................................3
2.2 Kandungan Kimia Pada Daun Jambu Air ...................................................................4
2.3 Antioksidan ......................................................................................................................5
2.3.1 Pengertian Antioksidan..................................................................................................5
2.3.2 Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH .................................................5
2.4 Sitotoksik..........................................................................................................................7
2.5 Total Fenolik ....................................................................................................................7
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................................................ 9
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................................9
3.2 Alat dan Bahan ...............................................................................................................9
3.2.1 Alat ....................................................................................................................................9
3.2.2 Bahan ...............................................................................................................................9
3.3 Tahapan Penelitian ........................................................................................................9
3.3.1 Persiapan dan Identifikasi Sampel Daun Jambu Air Putih ......................................9
3.3.2 Pengujian Profil Fitokimia Sampel ............................................................................ 10
3.3.3 Ekstraksi Sampel Daun Jambu Air Putih ................................................................. 11
3.3.4 Penentuan Kandungan Fenolik Total Ekstrak Daun Jambu Air Putih dengan
Metode Follin-Ciocalteu .............................................................................................. 11
3.3.5 Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Air Putih Dengan Metode
DPPH ............................................................................................................................ 12

ix
3.3.6 Pengujian Sitotoksik Ekstrak Daun Jambu Air Putih dengan Brine Shrimp
Lethality Test ................................................................................................................ 13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 15
4.1 Hasil Identifikasi Sampel Daun Jambu Air Putih .................................................... 15
4.2 Hasil Pengujian Profil Fitokimia Sampel Daun Jambu Air Putih .......................... 15
4.3 Hasil Ekstraksi Sampel Daun Jambu Air Putih ....................................................... 15
4.4 Hasil Penentuan Kandungan Fenolik Total Ekstrak Daun Jambu Air Putih
dengan Metode Follin-Ciocalteu ............................................................................... 16
4.5 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Air Putih dengan
Metode DPPH .............................................................................................................. 17
4.6 Pengujian Sitotoksik Ekstrak Daun Jambu Air Putih dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test .................................................................................................. 19
4.7 Hubungan Antara Kandungan Fenolik Total dengan Aktivitas Antioksidan ....... 21
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 23
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 23
5.2 Saran ............................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 24
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 27

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Kandungan Metabolit Sekunder (Fitokimia) ..................................... 24


Lampiran 2 Ekstraksi Sampel Daun Jambu Air Putih ................................................ 26
Lampiran 3 Penentuan Kandungan Total Fenolik dengan Metode
Follin-ciocalteau ................................................................................... 27
Lampiran 4 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH ..................................... 28
Lampiran 5 Uji Sitotoksik dengan Metode BSLT ....................................................... 30
Lampiran 6 Surat Herbarium ..................................................................................... 31
Lampiran 7 Hasil Uji Kandungan Metabolit Sekunder Daun Jambu Air Putih ........... 32
Lampiran 8 Perhitungan Persentase Ekstrak ............................................................ 34
Lampiran 9 Penentuan Kandungan Fenolik Total pada Ekstrak Daun Jambu Air
Putih ..................................................................................................... 35
Lampiran 10 Penentuan Nilai Persen Inhibisi dan Nilai IC50 dengan Metode
DPPH ................................................................................................... 38
Lampiran 11 Penentuan Nilai Persen Inhibisi dan Nilai IC50 dari Asam Askorbat ..... 47
Lampiran 12 Tabel Nilai Probit Sesuai Persentase Kematian ................................... 50
Lampiran 13 Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan Uji untuk Pengujian
Sitotoksik .............................................................................................. 51
Lampiran 14 Penentuan Nilai LC50 ................................................................................................................52

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tumbuhan Jambu Air ............................................................................ 3


Gambar 2.2 Struktur Senyawa .................................................................................. 4
Gambar 2.3 Struktur 2,2-difenil-1-pikrihidrazil (DPPH) .............................................. 6
Gambar 2.4 Reaksi DPPH Terhadap Senyawa Antioksidan ..................................... 6
Gambar 4.1 Persentase Ekstrak Daun Jambu Air Putih ............................................ 13
Gambar 4.2 Kurva Standar Asam Galat .................................................................... 13
Gambar 4.3 Kurva Hubungan Konsentrasi dengan Persen Inhibisi .......................... 15
Gambar 4.4 Hubungan Log Konsentrasi dengan Nilai Probit dari Ekstrak
Daun Jambu Air Putih .......................................................................... 17
Gambar 4.5 Hubungan Aktivitas Antioksidan dengan Kandungan Total Fenolik
dari Ekstrak Daun Jambu Air Putih ...................................................... 18

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Bioaktivitas dari Berbagai Jenis Jambu Air ....................................... 4
Tabel 4.1 Hasil Uji Profil Fitokimia dari Sampel Segar Daun Jambu Air Putih .......... 12
Tabel 4.2 Kadar Fenolik Total Daun Jambu Air Putih ................................................ 14
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Air Putih .... 16
Tabel 4.4 Hasil Uji Sitotoksik Ekstrak Daun .............................................................. 17

xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Pemakaian Pertama Kali


Singkatan Nama
pada Halaman
DPPH 2,2-difenil-1-pikrihidrazil 2
BSLT Brine Shrimp Lethality Test 2
m Meter 3
IC50 Inhibition concentration 5
nm Nanometer 5
% Persen 5
LC50 Lethal concentration 5
µg Mikrogram 5
mL Milliliter 5
GAE Gallic Acid Equivalent 5
KLT Kromatografi lapis tipis 6
N Normalitas 6
M Molaritas 6
DMSO Dimetilsulfoksida 6
mg Milligram 9
L Liter 9
µL Mikroliter 11

xiv
1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan sudah banyak digunakan sebagai agen dalam pengobatan penyakit bagi
manusia sejak zaman dahulu. Bagi negara berkembang, pengobatan herbal sangat
dibutuhkan dalam penyembuhan berbagai macam penyakit. Ayurvedic medicine dan
Traditional Chinese Medicine merupakan jenis sistem pengobatan tradisional yang
masih banyak digunakan dalam pengobatan sampai saat ini. Bahkan, negara-negara
maju seperti Amerika dan Eropa masih merujuk kepada pengobatan herbal, karena
manfaatnya yang baik untuk tubuh dan efek sampingnya yang minim. Saat ini,
terdapat lebih kurang 50.000 jenis tanaman yang memiliki kemampuan dalam
pengobatan penyakit dan digunakan dalam pengobatan herbal. Dari pengobatan
herbal tersebut, industri obat melakukan pengembangan secara sintetis, sehingga
nantinya akan diproduksi dalam skala industri sebagai pengobatan modern 1,2,3.
Tumbuhan umumnya mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit
sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, triterpenoid, kumarin 4. Salah satu
tanaman yang biasa digunakan sebagai obat herbal adalah jambu-jambuan (famili :
Myrtaceae). Jambu banyak digunakan sebagai tanaman obat untuk mengobati
penyakit asma, bronkitis, diabetes melitus, dan inflamasi. Penelitian sebelumnya
menyatakan bahwa ekstrak tanaman ini juga memiliki aktivitas antioksidan, anti-
mutasi dan anti kanker5,6.
Salah satu spesies dari famili Myrtaceae adalah spesies Syzygium aqueum
(jambu air). Tanaman ini merupakan tanaman herbal yang tumbuh di daerah tropis
seperti Malaysia dan Indonesia. Seluruh bagian tanaman jambu air dapat digunakan
sebagai obat tradisional. Daun jambu air memiliki aktivitas antibiotik, dan biasanya
dikonsumsi mentah sebagai “ulam” untuk menghilangkan rasa sakit pasca
melahirkan7,8.
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Manaharan, T (2013) dan
Palanisamy (2011) menyatakan bahwa daun jambu air memiliki bioaktivitas
antioksidan dan tidak memiliki sifat toksik9,10 , anti-diabetes, serta anti-inflamasi7,11,12.
Diantara senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan adalah senyawa fenolik dan
flavonoid. Senyawa fenolik dan flavonoid yang terkandung dalam tanaman diketahui
dapat menangkal radikal bebas, sehingga akan mencegah timbulnya berbagai
penyakit dalam tubuh. Semakin tinggi kandungan fenolik pada suatu sampel maka
aktivitas antioksidannya juga semakin baik13. Sitotoksik merupakan salah satu
2

langkah awal dalam menguji senyawa yang dapat membunuh sel kanker, dengan
adanya senyawa antioksidan akan dapat membantu dalam pengurangan produksi
radikal bebas yang merupakan salah satu agen penyebab kanker.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji bioaktivitas dari ekstrak daun jambu air
putih dengan menggunakan beberapa pelarut. Bioaktivitas yang akan diuji pada
penelitian ini adalah antioksidan, total fenolik dan sitotoksik. Metode yang digunakan
untuk pengujian bioaktivitas adalah DPPH sebagai pengujian antioksidan, Follin-
Ciocalteu sebagai pengujian total fenolik, dan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
sebagai pengujian sitotoksik.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Berapa kandungan fenolik total yang terkandung dalam ekstrak daun jambu air
putih?
2. Bagaimana aktivitas antioksidan dari ekstrak daun jambu air putih?
3. Bagaimana aktivitas sitotoksik ekstrak daun jambu air putih terhadap larva udang
Artemia salina?
4. Bagaimana hubungan kandungan fenolik total ekstrak daun jambu air putih
terhadap aktivitas antioksidan?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Menentukan kandungan fenolik total yang terkandung dalam ekstrak daun jambu
air putih.
2. Menentukan aktivitas antioksidan dari ekstrak daun jambu air putih.
3. Menentukan aktivitas sitotoksik ekstrak daun jambu air putih terhadap larva
udang.
4. Menentukan hubungan kandungan fenolik total terhadap aktivitas antioksidan.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan tentang
kandungan fenolik total, aktivitas antioksidan, sitotoksik, dan hubungan antara
kandungan fenolik total dengan aktivitas antioksidan dari ekstrak daun jambu air
putih.
3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tanaman Jambu Air (Syzygium aqueum)
Jambu air merupakan tanaman yang termasuk ke dalam family Myrtaceae yang
berasal dari Asia Tenggara. Tanaman ini memiliki ciri-ciri yaitu memiliki batang yang
kokoh dan dapat tumbuh hingga 7 meter, daunnya berbentuk bundar agak panjang
dengan ujung yang runcing, bunganya berbentuk seperti cangkir terbalik berwarna
kehijauan dan cabang ranting yang menyebar ke segala arah. Klasifikasi botani
jambu air sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium aqueum5

(a) (b) (c)


Gambar 2.1 Tumbuhan jambu air : (a) pohon jambu ; (b) daun jambu ; (c) buah
jambu

Jambu air (S. aqueum) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak
digunakan sebagai tanaman obat yang dapat ditemukan di negara tropis seperti
Indonesia dan Malaysia. Seluruh bagian tanaman jambu air, khususnya daun jambu
air memiliki khasiat sebagai antibiotik dalam mengobati penyakit pasca melahirkan,
anti-inflamasi, anti-oksidan, sitotoksik dan obat gatal14. Data penelitian sebelumnya
mengenai bioaktivitas dari berbagai jenis jambu air dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Gambar tumbuhan jambu air dapat dilihat pada Gambar 2.1.
4

Tabel 2.1 Data bioaktivitas dari berbagai jenis jambu air


No. Jenis Ekstrak TPC (mg Bioaktivitas Referensi
Jambu Air GAE/10 mg) Antioksidan Sitotoksik
(IC50) (LC50)
1. Daun Metanol 9,567 14,4803 198,60 Wati,
kultivar Etil asetat 7,917 35,0273 226,62 2018
merah Heksana 3,983 752 441,77
2. Daun Metanol 10,62 17,602 202,815 Agustin,
kultivar Etil asetat 8,73 38,499 306,902 2018
merah Heksana 3,52 765,714 421,308
muda
3. Kulit Metanol 3,3766 9,77 68,70 Sabri,
batang Etil asetat 3,01 12,14 170,52 2018
kultivar Heksana 2,1433 702,39 685,60
merah
4. Kulit Metanol 3,349 17,145 132,34 Jumanah,
batang Etil asetat 2,632 31,530 195,170 2018
kultivar Heksana 1,682 746,274 362,270
merah
muda
Ket :
TPC : Total Phenolic Content
2.2 Kandungan Kimia Pada Daun Jambu Air
Daun jambu air memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder, seperti flavonoid,
fenolik dan triterpenoid. Senyawa flavonoid yang terdapat didalam daun jambu air
adalah myricetin, myricetin-3-O-α-L-rhamnosida, phloretin, dan myrigalon-B.
Senyawa lain yang terdapat pada daun jambu air adalah grandinin, eugeniin,
casuarinin, dan acuttisimin A15. Struktur senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jambu air putih dapat dilihat pada Gambar 2.2.
5

OH
OH

OH
OH

HO O HO O
OH OH
CH3
OH
O O
OH

OH O
OH O
OH OH

a b
OH

HO OCH3
HO OH

H3C

OH O
OH O

c d

Gambar 2.2 Struktur senyawa (a) myricetin ; (b) myricetin-3-O-α-L-rhamnosida ; (c)


phloretin ; dan (d) myrigalon-B
2.3 Antioksidan
2.3.1 Pengertian Antioksidan
Antioksidan merupakan suatu kemampuan senyawa yang dapat melindungi sistem
imun tubuh manusia dari keberadaan radikal bebas yang dapat memberikan efek
negatif bagi tubuh manusia dan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit
seperti asma, inflamasi, anemia, dan proses penuaan. Radikal bebas akan selalu
terbentuk sebagai hasil dari adanya sistem metabolisme tubuh yang terganggu atau
faktor luar lainnya. Keberadaan radikal bebas akan merusak nukleotida pada sel
sehingga nukleotida akan rusak yang dapat menyebabkan terjadinya mutagenesis
dan penuaan dini16,17. Aktivitas antioksidan juga dapat diartikan sebagai kemampuan
suatu senyawa untuk meredam atau menangkal radikal bebas dengan cara
mendonorkan elektronnya dan dapat menghentikan reaksi berantai yang dapat
ditimbulkan oleh radikal bebas18. Senyawa fenolik diketahui dapat menghambat
produksi Reactive Oxygen Species (ROS). Elektron dari radikal bebas akan bereaksi
dengan salah satu atom hidrogen pada gugus hidroksil senyawa fenolik, sehingga
akan dapat meredam ROS. Produksi ROS yang berlebihan dapat menjadi faktor
utama terjadinya inflamasi dan luka pada jaringan tubuh 19,20.
2.3.2 Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH
Pengujian aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satu
metode pengukuran aktivitas antioksidan yang umum digunakan adalah melalui
penangkapan radikal bebas (free radical scavenging) menggunakan senyawa radikal
6

2,2-difenil-1-pikrihidrazil atau dikenal dengan DPPH. Metode ini dipilih karena


memiliki beberapa kelebihan seperti aktivitas penangkapan radikal bebas yang tinggi
dalam pelarut organik pada suhu kamar, metode yang sederhana, mudah dilakukan,
menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dalam waktu yang singkat, dan
hanya membutuhkan spektrofotometer UV-Vis dalam pengukuran absorbannya21.
Prinsip yang digunakan dalam metode DPPH ini adalah mengukur penangkapan
radikal bebas DPPH oleh senyawa sampel dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis, sehingga akan didapatkan data berupa nilai IC50. Nilai absorbansi DPPH
berkisar antara 517 nm. Nilai IC50 pada pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan
nilai kemampuan suatu senyawa dapat menghambat pembentukan radikal bebas
sebanyak 50%22,23. Struktur DPPH dapat dilihat pada Gambar 2.3.

O2N

N N NO2

O2N

Gambar 2.3 Struktur 2,2-difenil-1-pikrihidrazil (DPPH)


Penangkapan radikal bebas oleh senyawa antioksidan menyebabkan elektron
pada radikal DPPH menjadi berpasangan sehingga terjadi penghilangan warna yang
sebanding dengan jumlah elektron yang diambil. Adanya senyawa antioksidan
menyebabkan perubahan warna larutan DPPH dari warna ungu gelap menjadi warna
kuning. Semakin kuat senyawa antioksidan untuk menangkal radikal DPPH, maka
akan semakin pudar warna yang teramati saat pengukuran dengan
spektrofotometer24,25. Reaksi DPPH terhadap senyawa antioksidan dapat dilihat
pada Gambar 2.4.

N N

N NH
+ RH +R
O 2N NO2 O2N NO2

NO2 NO2

DPPH DPPH-H

Gambar 2.4 Reaksi DPPH terhadap senyawa antioksidan


7

2.4 Sitotoksik
Pengujian sitotoksik adalah uji toksisitas suatu senyawa terhadap sel secara in vitro
yang dapat digunakan untuk menentukan adanya aktivitas antikanker didalam suatu
senyawa. Parameter pengujian sitotoksik ini adalah nilai IC50, dimana nilai ini
menunjukkan nilai kemampuan suatu senyawa untuk dapat menghambat poliferasi
sel sebesar 50% dan menunjukkan potensi toksisitas senyawa terhadap sel.
Pengujian sitotoksik ini merupakan suatu analisa kuantitatif dengan mengukur
kematian dari sel26.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengujian sitotoksisitas
adalah Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dengan menggunakan metode Meyer.
Metode ini merupakan metode yang banyak digunakan untuk pencarian senyawa
antikanker baru yang berasal dari tanaman. Metode ini telah terbukti memiliki korelasi
dengan aktivitas antikanker. Selain itu, metode ini juga mudah dikerjakan, murah,
cepat, dan cukup akurat27,28. Senyawa aktif yang memiliki daya bioaktivitas tinggi
diketahui berdasarkan nilai Lethal Concentration 50% (LC50), yaitu suatu nilai yang
menunjukkan konsentrasi zat toksik yang dapat menyebabkan kematian hewan uji
sampai 50%. Data mortalitas yang diperoleh kemudian diolah dengan analisis probit
yang dirumuskan oleh Finney (1971) untuk menentukan nilai LC 50 pada derajat
kepercayaan 95%29. Hasil yang diperoleh dari pengujian ini adalah banyaknya
mortalitas yang disebabkan oleh senyawa uji terhadap larva udang Artemia salina.L.
Senyawa dengan nilai LC50 <1000 µg/mL menunjukkan adanya aktivitas sitotoksik30.
2.5 Total Fenolik
Senyawa fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang
melekat pada cincin aromatik. Senyawa fenolik terbentuk dari jalur metabolisme
asam sikimat dan fenil propanoid31. Kandungan fenolik total dalam suatu sampel
dapat diukur secara kolorimetri dengan metode Folin-Ciocalteu dan dinyatakan
dengan massa ekuivalen asam galat atau Gallic Acid Equivalent (GAE). Pereaksi
Folin-Ciocalteu merupakan suatu larutan kompleks yang terbentuk dari asam
fosfomolibdat dan asam heteropoli fosfotungstat. Pereaksi ini terbuat dari air, natrium
tungstate, natrium molibdat, asam fosfat, asam klorida, litium, sulfat, dan bromin32.
Prinsip dasar untuk metode ini adalah oksidasi gugus fenolik-hidroksil. Pereaksi
Folin-Ciocalteu mengoksidasi fenolat serta mereduksi asam heteropoli menjadi suatu
kompleks molybdenum-tungsten. Selama reaksi berlangsung, gugus fenolik-hidroksil
akan bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu membentuk kompleks fosfotungstat-
fosfomolibdenum berwarna biru. Warna biru yang dihasilkan dari reaksi ini akan
8

semakin pekat setara dengan konsentrasi senyawa fenolik yang terdapat pada
larutan uji dan memiliki serapan kuat pada panjang gelombang 760 nm 33. Metode ini
merupakan metode yang sederhana, sensitif, dan teliti. Metode ini terjadi dalam
suasana basa sehingga dalam penentuan kadar fenolik dengan pereaksi Folin-
Ciocalteu digunakan natrium karbonat yang bertujuan untuk membentuk suasana
basa34.
9

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Juni 2020. Identifikasi daun jambu
air putih dilakukan di Herbarium Universitas Andalas. Pengerjaan fitokimia, ekstraksi,
dan sitotoksik di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam (KOBA). Pengukuran
absorban pada pengujian aktivitas antioksidan dan penentuan kandungan fenolik
total dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Andalas.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah rotary evaporator, alat gerinda, botol berwarna
gelap, neraca analitik, plat KLT, pipa kapiler, tabung reaksi, spektrofotometer Vis
Thermo Scientific, seperangkat alat distilasi, dan peralatan gelas yang lazim
digunakan dalam penelitian kimia.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah heksana, etil asetat, dan
metanol (sebagai pelarut) yang telah didistilasi. Bahan yang digunakan untuk uji
fitokimia yaitu klorofom, pereaksi Mayer, asam sulfat 2 N, kloroform-ammoniak 0,05
M untuk identifikasi alkaloid, pereaksi Liebermann Burchard (anhidrida asetat dan
asam sulfat pekat) untuk identifikasi triterpenoid dan steroid, sianidin test (bubuk
magnesium dan asam klorida pekat) untuk identifikasi flavonoid, besi (III) klorida
(FeCl3) untuk identifikasi fenolik, natrium hidroksida untuk identifikasi kumarin, DPPH
dan asam askorbat untuk uji antioksidan, air laut, larva udang, dan DMSO untuk uji
sitotoksik, natrium karbonat 20%, reagen Follin-Ciocalteu, asam galat, dan akuades
untuk uji kandungan total fenolik, kertas saring, alumunium voil, kapas, dan tisu.
3.3 Tahapan Penelitian
3.3.1 Persiapan dan Identifikasi Sampel Daun Jambu Air Putih
Daun jambu air putih diambil di Limau Manis, Kota Padang. Sampel segar daun
jambu air putih dikering anginkan dalam ruangan untuk mengurangi kadar air yang
terdapat didalam sampel. Sampel yang telah kering dihaluskan dan diperoleh sampel
halus sebanyak 600 gram. Sampel halus kemudian diambil sebanyak 200 gram
untuk diekstraksi masing-masing dengan pelarut metanol, etil asetat, dan heksana
dan diuji bioaktivitas dari masing-masingnya.
10

3.3.2 Pengujian Profil Fitokimia Sampel


Pengujian profil fitokimia sampel daun jambu air putih dilakukan dengan melakukan
ekstraksi sampel menggunakan pelarut metanol dan dilakukan identifikasi
kandungan metabolit sekunder dari sampel35. Sebanyak 5 gram sampel daun jambu
air putih di maserasi menggunakan 100 mL metanol dan dipanaskan selama 5 menit.
Kemudian, hasil maserasi disaring dan diambil filtratnya. Filtrat metanol kemudian
diuapkan sehingga didapatkan residu. Residu yang didapatkan kemudian
ditambahkan kloroform dan air dengan perbandingan 1:1 dan dibiarkan hingga
membentuk dua lapisan. Lapisan atas (lapisan air) digunakan untuk pengujian
flavonoid, saponin, dan fenolik. Lapisan bawah (lapisan kloroform) digunakan untuk
pengujian triterpenoid dan steroid. Skema kerja pengujian profil fitokimia dapat dilihat
pada Lampiran 1.
1. Uji Flavonoid (Sianidin Test)
Lapisan air diambil sebanyak 1 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan 1 mL asam klorida pekat dan serbuk magnesium.
Terbentuknya warna orange hingga merah mengindikasikan adanya flavonoid.
2. Uji Fenolik
Lapisan air diambil sebanyak 1 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu
dimasukkan 1 mL larutan besi (III) klorida 5%. Ciri khas fenolik membentuk kompleks
dengan besi (III) klorida menimbulkan warna hijau sampai biru memberikan indikasi
positif fenolik.
3. Uji Saponin
Lapisan air diambil `1 mL dan dimaksukkan kedalam tabung reaksi lalu dikocok kuat-
kuat. Terbentuknya busa yang tidak hilang dengan penambahan beberapa tetes
asam klorida pekat menunjukkan adanya saponin.
4. Uji Triterpenoid dan Steroid (Liebermann Burchard)
Dari lapisan kloroform diambil 1 mL kemudian diteteskan ke dalam tiga lubang pada
plat tetes dan biarkan kering. Ke dalam satu lubang plat tetes ditambahkan asam
sulfat pekat, ke dalam lubang plat tetes lainnya ditambahkan setetes anhidrida asetat
dan setetes asam sulfat pekat. Terbentuknya warna hijau atau hijau biru
menandakan adanya steroid, sedangkan bila terbentuknya warna merah
menandakan adanya triterpenoid.
5. Uji Alkaloid
Sebanyak 2 gram sampel daun jambu air putih diekstrak dengan menggunakan 10
mL kloroform-amonia 0,05 M, dibiarkan beberapa menit, dan disaring. 2 mL filtrat
11

kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL asam sulfat 2


N, dikocok, dan dibiarkan beberapa saat sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan
atas (lapisan asam) dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
dan ditambahkan reagen Mayer. Terbentuknya endapan putih menunjukkan indikasi
adanya alkaloid.
6. Uji Kumarin
Filtrat metanol diambil dan ditotolkan pada plat KLT menggunakan pipa kapiler.
Kemudian dilakukan elusi menggunakan etil asetat. Kumarin ditandai dengan adanya
noda fluoresensi biru yang dapat dilihat dibawah lampu UV 254 dan 365 nm.
Intensitas fluoresensi biru dapat ditingkatkan dengan menyemprotkan plat KLT
dengan larutan NaOH 5%.
3.3.3 Ekstraksi Sampel Daun Jambu Air Putih
Sampel kering daun jambu air putih yang telah dihaluskan, diekstrak dengan
menggunakan metode maserasi. Maserasi dilakukan didalam 3 botol reagen yang
masing-masingnya akan berisikan pelarut yang berbeda. Pelarut yang digunakan
adalah heksana, etil asetat, dan metanol. Sampel bubuk dimasukkan kedalam botol
masing-masing sebanyak 200 gram untuk heksana, etil asetat, dan metanol.
Maserasi dilakukan selama 48 jam kemudian disaring dan dilakukan perendaman
kembali. Filtrat hasil maserasi kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 40°C sehingga diperoleh ekstrak pekat dan disimpan didalam
freezer. Ekstrak pekat dari masing-masing pelarut kemudian digunakan untuk
pengujian bioaktivitas. Skema kerja ini dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.3.4 Penentuan Kandungan Fenolik Total Ekstrak Daun Jambu Air Putih
dengan Metode Follin-Ciocalteu
Pengujian kandungan fenolik total yang dilakukan mengacu pada penelitian yang
dilakukan oleh Itam, dkk 2018 dengan modifikasi35.
1. Pembuatan Larutan Standar Asam Galat
Larutan standar dibuat dengan cara melarutkan 10 mg asam galat menggunakan
metanol didalam labu ukur 10 mL, sehingga diperoleh konsentrasi asam galat 1000
mg/L. Variasi konsentrasi larutan standar dibuat dengan konsentrasi 10; 20; 40; 60;
80; dan 100 mg/L. Sebanyak 0,5 mL diambil dari masing-masing konsentrasi dan
dimasukan kedalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan 0,5 mL reagen Follin-
Ciocalteu. Campuran tersebut didiamkan selama 5 menit kemudian ditambahkan 1
mL larutan natrium karbonat 20% dan diencerkan dengan akuades sampai tanda
batas. Larutan tersebut didiamkan selama 2 jam dan absorban diukur pada panjang
12

gelombang 765 nm. Berdasarkan nilai absorban yang didapatkan, dibuat kurva
kalibrasi dan didapatkan persamaan regresi dari larutan standar. Skema kerja ini
dapat dilihat pada Lampiran 3.
2. Penentuan Kandungan Fenolik Total Dari Larutan Ekstrak Daun Jambu Air
Putih
Masing-masing ekstrak ditimbang sebanyak 10 mg dan dilarutkan dalam 10 mL
metanol sehingga didapatkan konsentrasi sebesar 1000 mg/L. Larutan induk 1000
mg/L selanjutnya diencerkan menjadi 100 mg/L. Larutan 100 mg/L diambil sebanyak
0,5 mL dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan 0,5 mL reagen
Follin-Ciocalteu. Campuran tersebut didiamkan selama 5 menit kemudian
ditambahkan 1 mL larutan natrium karbonat 20% dan diencerkan dengan akuades
sampai tanda batas. Larutan tersebut didiamkan selama 2 jam dan absorban diukur
pada panjang gelombang 765 nm. Kandungan fenolik total dinyatakan dalam Gallic
Acid Equivalent (GAE). Skema kerja ini dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.3.5 Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Air Putih Dengan
Metode DPPH
Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH berdasarkan penelitian
sebelumnya yang telah dimodifikasi36. Skema kerja ini dapat dilihat pada Lampiran
4.
1 Pembuatan Larutan DPPH
Sebanyak 4 mg DPPH ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
dan dilarutkan dengan metanol sampai tanda batas sehingga diperoleh larutan
DPPH 0,1 mM.

2 Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Jambu Air Putih

Larutan uji dibuat dengan cara melarutkan 10 mg ekstrak metanol dan etil asetat
menggunakan metanol dalam labu ukur 100 mL, sehingga didapatkan konsentrasi
larutan induk sebesar 100 mg/L. Ekstrak heksana ditimbang sebanyak 50 mg dan
dilarutkan dengan metanol, sehingga didapatkan konsentrasi larutan induk 1000
mg/L. Selanjutnya dibuat variasi kosentrasi dari masing-masing ekstrak, untuk
ekstrak metanol dibuat variasi konsentrasi sebesar 5; 10; 20; 30; 35; 40 mg/L.
Ekstrak etil asetat dibuat variasi konsentrasi sebesar 40; 50; 60; 70; 80; 90 mg/L.
Ekstrak heksana dibuat variasi konsentrasi sebesar 100; 200; 300; 400; 500 mg/L.
13

3 Pembuatan Larutan Kontrol Positif


Asam askorbat digunakan sebagai kontrol positif dalam penelitian ini. Sebanyak 5
mg asam askorbat dilarutkan dengan 100 mL metanol didalam labu ukur 100 mL,
sehingga didapatkan asam askorbat 50 mg/L. kemudian dibuat variasi konsentrasi
asam askorbat 3,125; 6,25; 10; 12,5; 20 mg/L. Sebanyak 2 mL asam askorbat dari
masing-masing konsentrasi dimasukkan kedalam vial dan ditambahkan masing-
masingnya 3 mL DPPH 0,1 mM. Campuran didiamkan selama 30 menit setelah
penambahan DPPH. Campuran diukur absorbannya menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 517 nm. Pengerjaan ini dilakukan ditempat yang gelap
(tidak terkena cahaya matahari).

4 Pembuatan Larutan Kontrol Negatif

Metanol sebanyak 2 mL ditambahkan dengan 3 mL DPPH dan dimasukkan kedalam


vial. Larutan diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 517
nm. Pengerjaan ini dilakukan ditempat yang gelap (tidak terkena cahaya matahari).

5 Pengujian Aktivitas Antioksidan

Larutan uji diambil masing-masing sebanyak 2 mL kemudian ditambahkan 3 mL


larutan DPPH didalam vial dan didiamkan selama 30 menit. Kemudian masing-
masing campuran diukur absorbannya menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 517 nm. Pengerjaan dilakukan ditempat yang gelap (tidak terkena
cahaya matahari). Berdasarkan absorban yang didapatkan, dihitung % inhibisi
dengan rumus berikut :
A kontrol−A sampel
Persentase inhibisi = x 100%
A kontrol
keterangan : A : absorban

setelah didaptkan nilai % inhibisi dari perhitungan, dapat ditentukan nilai IC50 dengan
mengunakan persamaan regresi yang didapatkan.

3.3.6 Pengujian Sitotoksik Ekstrak Daun Jambu Air Putih dengan Brine Shrimp
Lethality Test
Pengujian sitotoksik menggunakan metode BSLT berdasarkan penelitian Itam, dkk
2018 yang telah dimodifikasi35. Skema kerja ini dapat dilihat pada Lampiran 5.
14

1. Pembiakan Larva Artemia Salina


Wadah pembiakan disiapkan yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian terang dan
bagian gelap yang dilengkapi dengan aerotor. Air laut yang bersih dimasukkan
kedalam wadah pembiakan. Telur Artemia salina dimasukkan kedalam wadah
pembiakkan pada bagian gelap dan dibiarkan selama 48 jam hingga terbentuk larva
Artemia salina.
2. Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Jambu Air Putih
Sebanyak 10 mg dari masing-masing ekstrak ditimbang dan dilarutkan dengan
pelarut masing-masing sebanyak 10 mL sehingga diperoleh konsentrasi larutan
induk 1000 mg/L. Kemudian dibuat variasi konsentrasi sampel 31,25; 62,5; 125; 250;
500; dan 1000 mg/L.
3. Pengujian Sitotoksik Larutan Ekstrak Daun Jambu Air Putih
Masing-masing larutan uji sebanyak 5 mL dimasukkan kedalam vial dan diuapkan
pelarutnya. Kemudian ditambahkan 50 µL DMSO dan 2 mL air laut. Sebanyak 10
ekor larva Artemia salina dimasukkan kedalam larutan dan dicukupkan volume total
menjadi 5 mL dengan air laut. Kemudian dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam,
dihitung jumlah larva Artemia salina yang masih bertahan, dan data yang diperoleh
digunakan untuk menghitung nilai LC50 menggunakan uji probit dan persamaan
regresi.
15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Sampel Daun Jambu Air Putih


Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan di Herbarium Universitas Andalas (ANDA)
Padang melalui surat Nomor 179/K-ID/ANDA/VI/2020 diketahui bahwa sampel yang
digunakan termasuk kedalam family Myrtaceae dengan spesies Syzygium aqueum
(Burm.f.) Alston. Hasil identifikasi ini dapat dilihat pada Lampiran 6.

4.2 Hasil Pengujian Profil Fitokimia Sampel Daun Jambu Air Putih
Pengujian profil fitokimia dilakukan pada sampel segar daun jambu air putih dan hasil
pengujian tertera pada Tabel 4.1, sedangkan hasil pengamatan dapat dilihat pada
Lampiran 7.
Tabel 4.1 Hasil uji profil fitokimia dari sampel segar daun jambu air putih
Hasil
No. Metabolit Sekunder Pereaksi Teori
Uji
1. Flavonoid HCl + serbuk Mg Orange-Merah +
2. Fenolik FeCl3 Hijau-biru +
3. Saponin HCl pekat Busa -
4. Alkaloid Mayer Endapan putih +
5. Triterpenoid Liebermann-Burchard Merah -
6. Steroid Liebermann-Burchard Hijau +
7. Kumarin KLT + NaOH 2% Fluoresensi biru -
Keterangan : (+) : Mengandung metabolit sekunder
(-) : Tidak mengandung metabolit sekunder

Berdasarkan data tabel diatas, didapatkan bahwa daun jambu air putih mengandung
beberapa jenis senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, fenolik, alkaloid, dan
steroid. Menurut Hariyati et al (2015) tanaman jambu air (Syzygium aqueum)
mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, fenolik, alkaloid, terpenoid, dan
steroid.
4.3 Hasil Ekstraksi Sampel Daun Jambu Air Putih
Sampel daun jambu air putih diekstraksi menggunakan pelarut metanol, etil asetat,
dan heksana. Berat sampel yang digunakan dalam ekstraksi adalah 200 gram. Hasil
ekstraksi ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
16

30
25,65

Kadar ekstrak (%)


25

20

15

10 7,15
5 3,5

0
Metanol Etil asetat Heksana
Pelarut

Gambar 4.1 Kadar ekstrak daun jambu air putih dari masing-masing pelarut

Berdasarkan data diatas, didapatkan bahwa hasil ekstraksi paling banyak terdapat
pada ekstrak metanol sebesar 25,65% dibandingkan dengan ekstrak etil asetat
sebesar 7,15% dan ekstrak heksana sebesar 3,5%. Hal ini menunjukkan bahwa
pelarut metanol dapat melarutkan senyawa metabolit sekunder yang bersifat polar
dan non polar, sedangkan pelarut etil asetat dan heksana hanya bisa melarutkan
senyawa metabolit sekunder yang sesuai dengan sifat kepolarannya. Menurut
Matheos et al (2014) melaporkan bahwa banyaknya hasil ekstraksi dapat
dipengaruhi oleh kepolaran pelarut. Apabila kepolaran suatu pelarut semakin
meningkat, maka kadar ekstrak yang didapatkan akan semakin banyak 37,38.
Perhitungan persentase dan massa ekstrak daun jambu air putih dapat dilihat pada
Lampiran 8.
4.4 Hasil Penentuan Kandungan Fenolik Total Ekstrak Daun Jambu Air Putih
dengan Metode Follin-Ciocalteu
Penentuan kandungan fenolik total dari ekstrak daun jambu air putih diperoleh dari
persamaan regresi standar asam galat. Kurva standar asam galat dapat dilihat pada
Gambar 4.2.

Data hasil pengukuran larutan standar asam


galat
0,5
y = 0,0042x - 0,0059
Absorban

0,4
R² = 0,9844
0,3
0,2
0,1
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (mg/L)

Gambar 4.2 Kurva standar asam galat


17

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa persamaan regresi standar dari
asam galat didapatkan dengan nilai y = 0,0042x - 0,0059 dengan koefisien korelasi r
= 0,9921 dan koefisien determinasi R = 0,9844, artinya 98,44% absorban
dipengaruhi oleh konsentrasi asam galat. Persamaan ini digunakan untuk
menentukan nilai kandungan fenolik total dari nilai absorban masing-masing ekstrak
daun jambu air putih. Kadar fenolik total dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Kadar fenolik total daun jambu air putih


Konsentrasi mg GAE/ 10 mg
No Ekstrak Absorban
(mg/L) ekstrak

1. Metanol 100 0,189 4,6405

2. Etil asetat 100 0,135 3,3548

3. Heksana 100 0,019 0,5929

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa ekstrak metanol memiliki kandungan
fenolik total yang tinggi diikuti oleh ekstrak etil asetat dan ekstrak heksana. Hal ini
disebabkan karena ekstrak metanol dapat menarik sebagian besar senyawa fenolik
yang terdapat di dalam sampel, sehingga kandungan fenolik total tertinggi
terkandung pada ekstrak metanol. Menurut Verdiana et al (2018) pelarut metanol
merupakan pelarut universal, sehingga mampu melarutkan sebagian besar senyawa-
senyawa polar dan non polar39,40. Perhitungan kadar fenolik total dari masing-masing
ekstrak daun jambu air putih dapat dilihat pada Lampiran 9.

4.5 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Air Putih
dengan Metode DPPH
Masing-masing ekstrak daun jambu air putih di uji aktivitas antioksidannya dengan
menggunakan metode DPPH dan asam askorbat berfungsi sebagai kontrol positif.
Hasil pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap persen inihibisi dapat dilihat pada
Gambar 4.3.
18

120
y = 1.8534x + 14.63
100
R2 = 0.931

% Inhibisi
80
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi (mg/L)

(A)
70
60 y = 0.6434x + 5.1271
50 R2 = 0.9914
% Inhibisi

40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi (mg/L)

(B)
80
70 y = 0.1423x - 3.025
60 R2 = 0.9878
% Inhibisi

50
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600
Konsentrasi (mg/L)

(C)
Gambar 4.3 Kurva hubungan konsentrasi dengan persen inhibisi
A : Ekstrak metanol
B : Ekstrak etil asetat
C : Ekstrak heksana
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi maka
persen inhibisi semakin meningkat. Hal ini menandakan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi dapat menghambat senyawa radikal bebas. Apabila konsentrasi suatu
19

ekstrak tinggi, maka kandungan senyawa yang terkandung didalamnya banyak dan
akan semakin banyak pula senyawa tersebut dapat menghambat radikal bebas.
Persamaan regresi yang didapatkan dari masing-masing ekstrak, kemudian
digunakan untuk menentukan nilai IC50. Hasil nilai IC50 dari masing-masing ekstrak
daun jambu air putih dan kontrol positif dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak daun jambu air putih
Ekstrak IC50 (mg/L)
Metanol 19,08
Etil asetat 69,74
Heksana 372,63
Asam askorbat 10,67

Berdasarkan data diatas dapat dilihat nilai IC50 dari ekstrak metanol lebih kecil
daripada ekstrak etil asetat dan ekstrak heksana, sedangkan asam askorbat
dijadikan pembanding dari masing-masing ekstrak. Suatu senyawa dikatakan
memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat apabila nilai IC 50 <50 mg/L, kuat
apabila nilai IC50 berkisar antara 50-100 mg/L, lemah apabila nilai IC50 berkisar
antara 100-250 mg/L dan dinyatakan tidak aktif apabila nilai IC 50 > 250 mg/L41.
Berdasarkan data pada Tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol
dan etil asetat memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, sedangkan ekstrak heksana
tidak memiliki aktivitas antioksidan. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung
didalam ekstrak daun jambu air putih seperti fenolik dan flavonoid memiliki potensi
sebagai senyawa antioksidan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wati
(2018) pada sampel daun jambu air merah, menunjukkan bahwa aktivitas
antioksidan paling kuat terdapat pada ekstrak metanol dan etil asetat, sedangkan
tidak aktif antioksidan terdapat pada ekstrak heksana42. Perhitungan nilai persen
inhibisi dan IC50 dari masing-masing ekstrak daun jambu air putih dan asam askorbat
dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11.
4.6 Pengujian Sitotoksik Ekstrak Daun Jambu Air Putih dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test
Persentase kematian larva udang menggunakan variasi konsentrasi dilakukan
konversi menjadi nilai probit dengan menggunakan nilai probit sesuai persentase
kematian pada Lampiran 12. Perhitungan pembuatan larutan uji dengan berbagai
variasi konsentrasi dapat dilihat pada Lampiran 13 sedangkan penentuan nilai LC 50
20

dari masing-masing ekstrak daun jambu air putih dapat dilihat pada Lampiran 14.
Hubungan antara log konsentrasi dengan nilai probit dapat dilihat pada Gambar 4.4.

6
y = 1,076x + 2,2579
5 R² = 0,9611

Nilai probit
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4
Log konsentrasi

(A)
7
y = 1,0348x + 3,2237
6
R² = 0,9838
Nilai probit

5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4
Log konsentrasi

(B)
7
6 y = 1,4873x + 1,5576
R² = 0,9942
Nilai probit

5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4
Log konsentrasi

(C)
Gambar 4.4 Hubungan log konsentrasi dengan nilai probit dari ekstrak daun
jambu air putih
A : Ekstrak metanol
B : Ekstrak etil asetat
C : Ekstrak heksana
21

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi senyawa,
maka akan semakin tinggi pula jumlah kematian larva udang. Hal ini menunjukkan
bahwa konsentrasi yang tinggi mengandung senyawa metabolit yang diduga dapat
memiliki sifat toksik. Hasil pengujian sitotoksik dari ekstrak daun jambu air putih
dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil uji sitotoksik ekstrak daun jambu air putih
No Ekstrak LC50 (mg/L)
1. Metanol 353,18
2. Etil asetat 51,99
3. Heksana 206,06

Berdasarkan data tersebut, didapatkan bahwa nilai LC50 yang paling kecil terdapat
pada ekstrak etil asetat, kemudian diikuti dengan ekstrak heksana dan ekstrak
metanol. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat diduga mengandung
senyawa metabolit sekunder seperti fenolik, flavonoid, dan alkaloid yang bersifat
toksik. Suatu senyawa dinyatakan bersifat toksik apabila memiliki nilai LC 50 < 1000
mg/L27. Berdasarkan data pada Tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun
jambu air putih memiliki aktivitas sitotoksik yang kuat.
4.7 Hubungan Antara Kandungan Fenolik Total dengan Aktivitas Antioksidan
Hubungan antara kandungan fenolik total dengan aktivitas antioksidan dari ekstrak
daun jambu air putih dapat dilihat pada Gambar 4.5.

400

350

300 Metanol
y = -90,894x + 414,02 4,6405
250 R² = 0,9668
Nilai IC50

200 Etil asetat


3,3548
150

100
Heksana
50 0,5929

0
0 1 2 3 4 5
-50
Total Fenolik

Gambar 4.5 Hubungan aktivitas antioksidan dengan kandungan total fenolik dari
ekstrak daun jambu air putih
22

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai kandungan fenolik total dalam
ekstrak berbanding terbalik dengan nilai IC50. Nilai IC50 menunjukkan konsentrasi
yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas. Semakin banyak
kandungan fenolik dari suatu ekstrak, maka nilai IC50 semakin kecil. Hal ini
disebabkan karena banyaknya senyawa fenolik yang terkandung memiliki sifat aktif
dalam menangkal radikal bebas, sehingga konsentrasi senyawa yang dibutuhkan
untuk menghambat sebanyak 50% radikal bebas juga akan semakin kecil.
Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat bahwa ekstrak metanol memiliki aktivitas
antioksidan yang tinggi dibandingkan ekstrak etil asetat dan ekstrak heksana. Hal ini
terjadi karena didalam ekstrak metanol terkandung senyawa fenolik yang banyak,
dan senyawa fenolik inilah yang dapat menangkal radikal bebas dengan konsentrasi
yang kecil.
23

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap daun jambu air putih
dapat disimpulkan bahwa kandungan fenolik total tertinggi terdapat pada ekstrak
metanol (4,6405 mg GAE/10 mg ekstrak) diikuti oleh ekstrak etil asetat (3,3548 mg
GAE/10 mg ekstrak) dan ekstrak heksana (0,5929 mg GAE/10 mg ekstrak).
Pengujian aktivitas antioksidan didapatkan bahwa ekstrak metanol dan ekstrak etil
asetat memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 berturut-turut 19,08
mg/L dan 69,74 mg/L, sedangkan ekstrak heksana tidak memiliki aktivitas
antioksidan. Hasil pengujian sitotoksik didapatkan bahwa ekstrak etil asetat memiliki
nilai LC50 yang paling kecil sebesar 51,99 mg/L kemudian dilanjutkan dengan ekstrak
heksana sebesar 206,06 mg/L dan ekstrak metanol sebesar 353,18 mg/L.
Kandungan fenolik total dari ekstrak daun jambu air putih memiliki korelasi dengan
aktivitas antioksidan dengan nilai R2 sebesar 0,966.

5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disarankan untuk penelitian
selanjutnya untuk dapat melakukan isolasi dan karakterisasi senyawa metabolit
sekunder yang terdapat didalam ekstrak metanol, etil asetat, dan heksana karena
telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan sitotoksik serta untuk dapat
melakukan uji bioaktivitas lain dari ekstrak daun jambu air putih
24

DAFTAR PUSTAKA

1. Cock, I.E., Matthew, C.: Plants of The Genus Syzygium (Myrtaceae): A Review
On Ethnobotany, Medicinal Properties and Phytochemistry. Bioactive
Compounds of Medicinal Plants. 2018.
2. Msomi, N.Z., Mthokozisi, B.C.S.: Herbal Medicine. Intechopen. 2018, 11, 215-
227.
3. Barboza, G.E., Cantero, J.J., Nunez, C., Pacciaroni, A., Espinar, L.A.: Medicinal
Plants: A General Review and A Phytochemical and Ethnopharmacological
Screening of The Native Argentine Flora. Kurtziana. 2009, 34, 7-365.
4. Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri Pratama. Penebar
Swadaya. Jakarta.
5. Khandaker, M.M., Amru, N.B.:Growth, Distribution, and Physiochemical
Properties of Wax Apple (Syzygium samarangense): A Review. Australian
Journal of Crop Science. 2016, 10(12),1640-1648.
6. Gurib-Fakim, A. Medicinal Plants: Tradition of Yesterday and Drugs of Tomorrow.
Mol Aspects Med. 2006, 27(1), 1-93.
7. Manaharan, T., Cheng, H.M., Uma, D.P.: Syzygium aqueum Leaf Extract and Its
Bioactive Compunds Enhances Pre-Adipocyte Differentiation and 2-NBDG
Uptake In 3T3-L1 Cells. Food Chemistry.2013, 136, 354-363.
8. Panggabean, G.: Syzygium aqueum, Syzygium malaccense & Syzygium
samarangense Edible Fruits and Nuts (Second Edition). Prosea Foundation
Bogor. 1992, 292-294.
9. Manaharan, T., David, A., Cheng, H.M., Uma, D.P.: Flavonoids Isolated From
Syzygium aqueum Leaf Extract as Potential Antihyperglycaemic Agents. Food
Chemistry. 2012, 132, 1802-1807.
10. Palanisamy, U.D., Ling, L.T., Manaharan, T., Sivapalan, V., Subramaniam, T.,
Helme, M.H.: Standardized Extract of Syzygium aqueum : A Safe Cosmetic
Ingredient. International Journal of Cosmetic Science.2011, 1, 7.
11. Yoshikawa, M., Shimada, H., Nishida, N., Li, Y., Toguchida, L., Yamahara, J.
Antidiabetic Principle of Natural Medicines.II. Aldose Reductase and Alpha-
Glucosidase Inhibitors From Brazilian Natural Medicine, The Leaves of Myrcia
multiflora DC. (Myrtaceae): Structures of Myrciacitrins I and II and
Myrciaphenones A and B. Chemical & Pharmaceutical Bulletin. 1998, 46(1), 113-
119.
12. Chang, W.T., Huang, W.C., Liou, C.J.: Evaluation of The Anti-Inflammatory
Effects of Phloretin and Phlorizin in Lipopolysaccharide-Stimulated Mouse
Macrophages. Food Chemistry. 2012. 134(2), 972-979.
13. Osman.M, Rahim. A, Isa Mand Bakhir M.Antioxidant Activity and Phenolic
Content of Paederia foetida and Syzygium aqueum. International Journal of
Molecules,,2009, 14, 970-978.
14. Manaharan, T., Srikumar, C., Ammu, K.R., Uma, D.P.: In vivo Toxicity Evaluation
of Standardized Extract of Syzygium aqueum Leaf. Toxicology Reports.2014. 1,
718-725.
15. Agustina, E., Funsu, A., Nova, L., Risa, P., Moch, I.H.: Identifikasi Senyawa Aktif
Dari Ekstrak Daun Jambu Air (Syzygium aqueum) Dengan Perbandingan
Beberapa Pelarut Pada Metode Maserasi. BIOTROPIC The Journal of Tropical
Biology. 2018, Vol 2(2), 108-118.
16. Makari, H.K., Patil, R.: In Vitro Antioxidant Activity of The Hexane and Methanolic
Extracts of Cordia wallichii and Celastrus paniculata. Int. J. Aesthetic Antiag.
Med.2008, 1, 1-10.
25

17. Bursal, E., Gulcin, I.: Polyphenol Contents and In Vitro Antioxidant Activities of
Lyophilised Aqueous Extract of Kiwi Fruit (Actinidia deliciosa). Food Rest. Int.
2011, 44(5), 1482-1489.
18. Surbakti, P.A.A., Edwin, D.Q., Widdhi, B.: Skrining Fitokimia dan Uji Toksisitas
Ekstrak Etanol Daun Binahong (Andredera cordifolia (Ten.) Steenis) dengan
Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi.
2018. Vol.7, No.3. 22-31.
19. Ngoc, H.N., Lisa, M., Duc, T.N., Kim, L.T., Johanna, M.G., Herman, S., Markus,
G.: Phenolic Compounds From The Stems of Fissistigma polyanthoides and
Their Antioxidant Activities. Fitoterapia. 2019, 137, 104252.
20. Yahfoufi, N., Alsadi, N., Jambi, M., Matar, C.: The Immunomodulatory and Anti-
Inflammatory Role of Polyphenols. Nutrients. 2018, 10, 1618.
21. Tutik., I Nyoman, D., Vida, E.: Identifikasi dan Perbandingan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Kelor Pada Variasi Pelarut dengan Metode DPPH.
Jurnal Farmasi Malahayati. 2018. Vol. 1, No.2. 80-87.
22. Tristantini, D., Alifah, I., Bhayangkara, T.P., Jason, G.J.: Pengujian Aktivitas
Antioksidan Menggunakan Metode DPPH Pada Daun Tanjung (Mimusops elengi
L). Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”. Yogyakarta 17 Maret
2016. 1-7.
23. Ridho, E.A.: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia
trifolia) Dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil), Skripsi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2013.
24. Dehpour, A.A., Ebrahimzadeh, M.A., Nabavi, S.F.: Antioxidant Activity of
Methanol Extract of Ferula assafoetida and its Essential Oil Composition. Grasas
Aceites.2009. Vol. 60(4). 405-412.
25. Kuncahyo, I., dan Sunardi.: Uji Aktivitas Ekstrak Belimbing Wuluh (Averhoa
bilimbi .L) Terhadap DPPH. SNT. 2007. 1-9.
26. Haryoto., Muhtadi., Peni, I., Tanti, A., Andi, S.: Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol
Tumbuhan Sala (Cynometra ramiflora Linn) Terhadap Sel HeLa, T47D, dan
WiDR. Jurnal Penelitian Saintek. 2013, Vol 18(2), 21-28.
27. Meyer, H.N. Brine Shrimp Lethality Test: Med. Plant Research. Vol. 45.
Amsterdam, Hipokrates Verlag Gmbrl., 1982; 3 1-34.
28. Susilowati, F.: Uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Ekstrak Etil Asetat Spons
Calthropella sp. Asal Zona Intertidal Pantai Krakal Gunung Kidul Yogyakarta.
Pharmasipha. 2017. Vol.1, No.1.
29. Salamah, N., E. Widyasari.: Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun
Kelengkeng (Euphoria longan (L) Steud.) Dengan Metode Penangkapan Radikal
2,2’-difenil-1-pikrihidrazil. Pharmaciana. 2015. Vol. 5, No. 1, 25-34.
30. Aminah., Maryam., Muzakkir, B., Ummi, K.: Perbandingan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) Berdasarkan Tempat Tumbuh
Dengan Metode DPPH. Jurnal Fitofarmaka Indonesia. . Vol. 3, No.1, 146-150.
31. Proestos, C., Sereli, D., dan Komaitis, M.: Determination of Phenolic Compounds
in Aromatic Plants by RP-HPLC and GC-MS. Journal of Food Science. 2006. Vol.
95. 44-52.
32. Nurhayati., Siadi, K., dan Herjono.: Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat dan
Lama Penyimpanan pada Kadar Fenolat Total Pasta Tomat. Indo.J.Chem.Sci.
2012. Vol. 1(2). 158-163.
33. Blainski, A., Cristiny, G., dan de Mello, J.: Application and Analysis of The Folin
Ciocalteu Method for The Determination of The Total Phenolic Content From
Limonium brasiliense L. J. Mdpi Molecules. 2013. 18(6855).
26

34. Prior, R.L., Wu, X., dan Schaich, K.: Standarized Methods for Determination of
Antioxidant Capacity and Phenolics in Foods and Dietary Supplements. 2005.
J.Agric. Food Chem.55, 2698 A-J.
35. Itam, A., Annisa, W.M., Muhammad, M.R., Norman, F.: Preliminary
Phytochemical Screening, Total Phenolic Content, Antioxidant and Cytotoxic
Activities of Alstonia scholaris R. Br Leaves and Stem Bark Extracts. Journal of
Pharmaceutical Sciences and Research. 2018, Vol 10(3), 518-522.
36. Ekawati, Minanti Arna; I Wayan Suirta. Sri Rahayu Santi. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Flavonoid Pada Daun Sembukan (Paederia foetida L) Serta Uji
Aktivitasnya Sebagai Antioksidan. Jurnal Kimia. 2017 : 11 (1). 43-48.
37. Matheos, H., Max, R.J.R., Sri, S.: Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Daun Kayu
Bulan (Pisonia alba). Jurnal Ilmiah Farmasi. 2014. Vol. 3, No 3.
38. Syahbirini, G., I. Batubara, T., Setiawati., Nulhakim.: Senyawa Aktif Daun Picung
(Pangium edule) Sebagai Insektisida Botani Terhadap Ulat Grapyak (Spodoptera
litura F). Prosiding Simposium Nasional Kimia Bahan Alam XV IPB. Bogor.2005,
56-66.
39. Verdiana, M., Widarta, I.W.R., Permana, I.D.G.M.: Pengaruh Jenis Pelarut pada
Ekstraksi Menggunakan Gelombang Ultrasonik Terhadap Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Kulit Buah Lemon (Citrus limon (Linn.) Burm F.). Jurnal Ilmu dan
Teknologi Pangan. 2018. Vol. 7, No. 4, 213-222.
40. Salamah, N., E. Widyasari.: Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun
Kelengkeng (Euphoria longan (L) Steud.) Dengan Metode Penangkapan Radikal
2,2’-difenil-1-pikrihidrazil. Pharmaciana. 2015. Vol. 5, No. 1, 25-34.
41. Albab, Ulil., Ratih, Rizki Nirwana., R. Arizal, Firmansyah.: Aktivitas Antioksidan
Daun Jambu Air (Syzygium samarangense (BL.) Merr et. Perry) Serta optimasi
Suhu dan Lama Penyeduhan. Walisongo Journal of Chemistry. 2018. Vol.2, No.
1, 18-30.
42. Wati, Mutia Siska.: Kandungan Fenolik Total, Aktivitas Antioksidan, dan
Sitotoksik Dari Ekstrak Daun Jambu Air Merah (Syzygium aqueum (Burm.F.)
Alston). Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Andalas. 2018.
27

Lampiran 1. Uji Kandungan Metabolit Sekunder (Fitokimia)

5 g sampel daun jambu air putih

- dipotong kecil-kecil
- dimasukkan kedalam gelas piala
- dimaserasi dengan 100 mL metanol
- disaring
- ditambahkan kloroform dan akuades (1:1)
- diaduk dengan baik

Lapisan air untuk uji flavonoid, Lapisan kloroform untuk uji


fenolik dan saponin triterpenoid dan steroid

a. Uji flavonoid, fenolik dan saponin

Lapisan air

- ditambah 1 - ditambah 1mL HCl


- dikocok kuat
mLFeCl3 pekat dan serbuk
magnesium
Adanya busa yang tidak Terbentuknya larutan . Terbentuknya larutan
hilang setelah berwarna hijau sampai biru berwarna orange sampai
penambahan HCl positif positif fenolik merah positif flavonoid
saponin

b. Uji triterpenoid dan steroid

Lapisan kloroform

- diambil 1 mL diteteskan kedalam tiga


lubang pada plat tetes
- dibiarkan kering
- lubang pertama ditambahkan setetes
asam sulfat pekat
- lubang kedua ditambahkan anhidrida
asetat dan asam sulfat pekat
- Lubang ketiga sebagai pembanding

Cincin warna hijau atau Cincin warna merah positif


hijau biru positif steroid triterpenoid
28

c. Uji alkaloid

2 g sampel daun jambu air putih

- diekstrak dengan menggunakan 10 mL


kloroform - amoniak 0,05 M
- dibiarkan beberapa menit
- disaring

Filtrat Residu

- Diambil 2 mL dan dimasukkan


kedalam tabung reaksi
- ditambahkan 2 mL asam sulfat 2 N
- dikocok dan di diamkan

Lapisan kloroform Lapisan asam

- Dimasukkan 1 mL kedalam
tabung reaksi
- Ditambahkan beberapa
tetes pereaksi mayer
- terbentuk endapan putih
atau larutan keruh
Positif Alkaloid

d. Uji Kumarin
1 g sampel daun jambu air putih
- diekstrak dengan 15 mL
metanol
- disaring

Filtrat Residu

Fluoresensi biru terang


Positif kumarin
29

Lampiran 2. Ekstraksi Sampel Daun Jambu Air Putih

Sampel halus daun jambu


air putih

Dimaserasi dengan heksana, etil


asetat, metanol masing-masing
sebanyak 200 gram, selama 48
jam
Disaring

Ekstrak Ekstrak etil Ekstrak


heksana asetat metanol

- Dipekatkan - Dipekatkan - Dipekatkan


dengan dengan dengan
rotary rotary rotary
evaporator evaporator evaporator

Ekstrak kental Ekstrak kental Ekstrak kental


heksana etil asetat metanol

- Dikeringkan
pelarut

Uji aktivitas Uji toksisitas Kandungan

- antioksidan Fenolik total


dirajang -
30

Lampiran 3. Penentuan Kandungan Fenolik Total dengan Metode Follin-


Ciocalteu

A. Persiapan larutan standar

Asam Galat

- Ditimbang 10mg
- Dilarutkan dengan 10 mL metanol
Asam Galat 1000 mg/L

- Dibuat variasi konsentrasi 10; 25; 50; 60; 80 dan 100 mg/L
- Dipipet kedalam labu ukur 10 mL masing-masing 0,5 mL
- Ditambahkan 0,5 mL reagen Follin-Ciocalteu dan dibiarkan 5
menit
- Ditambahkan 1 mL Na2CO320%
- Diencerkan sampai tanda batas dengan akuades diaduk dan
diinkubasi selama 2 jam
- Diukur absorbannya pada panjang gelombang 765 nm
- Didapatkan kurva kalibrasi larutan standar

Hasil

B. Penentuan kandungan fenolik total dari larutan ekstrak daun jambu air
putih

Ekstrak daun jambu air putih

- ditimbang masing-masing sebanyak 10 mg


- dilarutkan didalam labu ukur 10 mL dengan
metanol

Larutan ekstrak 1000 mg/L

- diencerkan menjadi 100 mg/L


- diambil sebanyak 0,5 mL kedalam labu ukur dan di
tambahkan 0,5 mL reagen Follin-Ciocalteu
- didiamkan selama 5 menit
- ditambahkan 1 mL larutan Na2CO3 20%
- ditambahkan akuades hingga tanda batas
- didiamkan selama 2 jam
- diukur absorban pada panjang gelombang 765 nm

Hasil
31

Lampiran 4. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

1. Persiapan larutan DPPH


4 mg DPPH

- dilarutkan dalam 100 mL


metanol dalam labu ukur

Larutan DPPH 0,1 mM

2. Penentuan aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol dengan metode DPPH


Ekstrak metanol ditimbang 10 mg

- dilarutkan dengan metanol didalam


labu ukur 100 mL

Larutan induk 100 mg/L

- diencerkan dalam berbagai konsentrasi


(40; 35; 30; 20; 10; 5) mg/L

Sampel dengan berbagai


konsentrasi
- dipipet masing-masing 2 mL
- ditambahkan 3 mL larutan DPPH 0,1 mM
didalam vial
- didiamkan campuran selama 30 menit
- ditentukan serapan dengan spektrofotometer
Vis pada panjang gelombang 517 nm
(pengerjaan dilakukan ditempat yang gelap)
Absorban

(IC50)
32

3. Penentuan aktivitas antioksidan dari ekstrak etil asetat dengan metode DPPH
Ekstrak etil asetat ditimbang 10 mg

- dilarutkan dengan metanol didalam


labu ukur 100 mL

Larutan induk 100 mg/L

- diencerkan dalam berbagai konsentrasi


(90; 80; 70; 60; 50; 40) mg/L

Sampel dengan berbagai


konsentrasi
- dipipet masing-masing 2 mL
- ditambahkan 3 mL larutan DPPH 0,1 mM
didalam vial
- didiamkan campuran selama 30 menit
- ditentukan serapan dengan spektrofotometer
Vis pada panjang gelombang 517 nm
(pengerjaan dilakukan ditempat yang gelap)
Absorban

(IC50)

4. Penentuan aktivitas antioksidan dari ekstrak heksana dengan metode DPPH


Ekstrak heksana ditimbang 50 mg

- dilarutkan dengan metanol didalam


labu ukur 50 mL

Larutan induk 1000 mg/L

- diencerkan dalam berbagai konsentrasi


(500; 400; 300; 200; 100) mg/L

Sampel dengan berbagai


konsentrasi
- dipipet masing-masing 2 mL
- ditambahkan 3 mL larutan DPPH 0,1 mM
didalam vial
- didiamkan campuran selama 30 menit
- ditentukan serapan dengan spektrofotometer
Vis pada panjang gelombang 517 nm
(pengerjaan dilakukan ditempat yang gelap)
Absorban

(IC50)
33

Lampiran 5. Uji Sitotoksik dengan Metode BSLT

Artemia salina 10 mg masing-masing ekstrak pekat

- dilarutkan dengan
- dimasukkan ke wadah
10 mL metanol
penetasan yang berisi air laut
pada bagian gelap, dilengkapi
dengan aerotor dan cahaya Larutan induk
- dibiarkan selama 48 jam 1000 mg/L

- Dibuat variasi
Larva
konsentrasi

Larutan 31,25 62,5 125 250 500 1000


kontrol mg/L mgL mg/L mg/L mg/L mg/L

- diambil sebanyak 5 mL dan dimasukkan


ke dalam botol vial kecil, lalu diuapkan
- ditambahkan 50 µL DMSO
- dilarutkan
- ditambahkan 2 mL air laut
- dimasukkan 10 ekor larva udang

Larutan kontrol dan


larutan uji dengan 5
variasi konsentrasi

- ditambahkan air laut hingga


volumenya 5 mL
- dihitung jumlah udang yang
mati selama 24 jam

Nilai LC50
34

Lampiran 6. Surat Herbarium


35

Lampiran 7. Hasil Uji Kandungan Metabolit Sekunder Daun Jambu Air Putih

No Kandungan Pereaksi Pengamatan dan Hasil


Metabolit
Sekunder

1. Flavonoid Sianidin test

(+)

2. Fenolik FeCl3

(+)

3. Saponin H2O/HCl
pekat

(-)

4. Triterpenoid Lieberman-
Burchard

(-)
36

5. Steroid Lieberman-
Burchard

(+)

6. Alkaloid Mayer

(+)

7. Kumarin KLT +
NaOH 2%

(-)
37

Lampiran 8. Perhitungan Persentase Ekstrak

Ekstrak Bobot Ekstrak (gram) Persen Ekstrak (%)

Metanol 51,3 25,65

Etil Asetat 14,291 7,15

Heksana 7 3,5

Perhitungan Persentase Ekstrak :

a. Metanol
51,3gram
% metanol = ×100% = 25,65 %
200 gram

b. Etil asetat
14,291 gram
% etil asetat = ×100% = 7,15%
200 gram

c. Heksana
7 gram
% heksana = ×100% = 3,5%
200 gram
38

Lampiran 9. Penentuan Kandungan Fenolik Total Pada Ekstrak Daun Jambu Air
Putih

1. Pembuatan Larutan Standar Asam Galat


a. Asam Galat 1000 mg/L
1000 mg 1L
massa asam galat= × ×100 mL=100 mg
1L 1000 mL

b. Asam Galat 100 mg/L


V1 ×M1 =V2 ×M2

V1 ×1000 mg/L =10 mL×100 mg/L


10 mL×100 mg/L
V1 =
1000 mg/L

V1 =1 mL

c. Pembuatan Larutan Standar


 80 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 100 mg/L = 10 mL . 80 mg/L

V1 = 8 mL

 60 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 80 mg/L = 10 mL . 60 mg/L

V1 = 6 mL

 40 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 60 mg/L = 10 mL . 40 mg/L
V1 = 4 mL
 20 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 40 mg/L = 10 mL . 20 mg/L
V1 = 2 mL
 10 mg/L
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 20 mg/L = 10 mL . 10 mg/L
V1 = 1 mL
39

2. Data Pengukuran Asam Galat


Tabel hasil pengukuran asam galat

No Konsentrasi Absorban

1 10 mg/L 0,044

2 20 mg/L 0,075

3 40 mg/L 0,134

4 60 mg/L 0,273

5 80 mg/L 0,321

6 100 mg/L 0,408

Data hasil pengukuran larutan standar asam galat


0,45
y = 0,0042x - 0,0059
0,4 R² = 0,9844
0,35
0,3
Absorban

0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (mg/L)

Kurva hasil pengukuran larutan standar asam galat

3. Data Pengukuran Sampel


Tabel hasil pengukuran sampel

No Ekstrak Konsentrasi (mg/L) Absorban

1. Metanol 100 mg/L 0,189

2. Etil Asetat 100 mg/L 0,135

3. Heksana 100 mg/L 0,019


40

4. Pengukuran Kadar Fenolik Total


a. Ekstrak Metanol
y = 0,0042x + 0,0059

0,189 = 0,0042x + 0,0059

X = 46,4047 mg/L
46,4047 mg 1L 10 mL
Fenolik total = × × ×10 mL
1L 1000 mL 1 mL

= 4,6405 mg GAE/10 mg ekstrak

b. Ekstrak Etil Asetat


y = 0,0042x + 0,0059

0,135 = 0,0042x + 0,0059

X = 33,5470 mg/L
33,5470 mg 1L 10 mL
Fenolik total = × × ×10 mL
1L 1000 mL 1 mL

= 3,3548 mg GAE/10 mg ekstrak

c. Ekstrak Heksana
y = 0,0042x + 0,0059

0,019 = 0,0042x + 0,0059

X = 5,9286 mg/L
5,9286 mg 1L 10 mL
Fenolik total = × × ×10 mL
1L 1000 mL 1 mL

= 0,5929 mg GAE/10 mg ekstrak

Tabel kadar total fenolik daun jambu air putih

Konsentrasi mg GAE/ 10 mg
No Ekstrak Absorban
(mg/L) ekstrak

1. Metanol 100 0,189 4,6405

2. Etil asetat 100 0,135 3,3548

3. Heksana 100 0,019 0,5929


41

Lampiran 10. Penentuan Nilai Persen Inhibisi dan Nilai IC50 dengan Metode
DPPH

1. Penentuan massa DPPH dengan Konsentrasi 0,1 mM

0,1 mM = 1 x 10-4 M = 1 x 10-4 mol/L

X mg/L = 1 x 10-4 mol/L x 394,33 gram/mol

= 0,039433 g/L

= 39,433 mg/L

39,433 mg 1L
Massa DPPH   100 mL 
L 1000 mL
 3,9433 mg, berat tertimbang 4 mg

2. Pembuatan Larutan Uji dan Pengujian Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak


Metanol

a. Pembuatan Larutan Induk 100 mg/L

100 mg 1L
Ekstrak metanol 100 mg/L   100 mL 
1L 1000 mL
 10 mg

b. Pembuatan Larutan Uji dengan Variasi Konsentrasi dari Larutan Induk

 50 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 100 mg/L = 50 mL . 50 mg/L

V1 = 25 mL

 40 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 50 mg/L = 50 mL . 40 mg/L

V1 = 40 mL

 35 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 40 mg/L = 50 mL . 35 mg/L

V1 = 43,8 mL
42

 30 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 35 mg/L = 50 mL . 30 mg/L

V1 = 42,8 mL

 20 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 30 mg/L = 50 mL . 20 mg/L

V1 = 33,3 mL

 10 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 20 mg/L = 50 mL . 10 mg/L

V1 = 25 mL

 5 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 10 mg/L = 50 mL . 5 mg/L

V1 = 25 mL

c. Penentuan Persen Inhibisi dan IC50 dari Ekstrak Metanol

Tabel Hasil Pengukuran Absorban Ekstrak Metanol

Konsentrasi Absorban

Blanko 0,528

5 mg/L 0,447

10 mg/L 0,365

20 mg/L 0,223

30 mg/L 0,113

35 mg/L 0,073

40 mg/L 0,045

50 mg/L 0,030
43

A kontrol  A sampel
Rumus : Persen inhibisi  100%
A kontrol

 5 mg/L

0,528  0,447
Persen inhibisi   100%  15,34%
0,528

 10 mg/L

0,528  0,365
Persen inhibisi   100%  30,87%
0,528

 20 mg/L

0,528  0,223
Persen inhibisi   100%  57,77%
0,528

 30 mg/L

0,528  0,113
Persen inhibisi   100%  78,60%
0,528

 35 mg/L

0,528  0,073
Persen inhibisi   100%  86,17%
0,528

 40 mg/L

0,528  0,045
Persen inhibisi   100%  91,48%
0,528

 50 mg/L

0,528  0,030
Persen inhibisi   100%  94,32%
0,528
44

Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak


Metanol
120
y = 1.8534x + 14.63
100 R2 = 0.931

% Inhibisi
80
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi (mg/L)

Kurva % inhibisi Vs konsentrasi ekstrak metanol

Penentuan nilai IC50

Regresi :y = 1,8534x + 14,63

IC50 : 50 = 1,8534x + 14,63

X = 19,08

IC50 = 19,08 mg/L

3. Pembuatan Larutan Uji dan Pengujian Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak


Etil Asetat

a. Pembuatan Larutan Induk 100 mg/L

100 mg 1L
Ekstrak etil asetat 100 mg/L   100 mL 
1L 1000 mL
 10 mg

b. Pembuatan Larutan Uji dengan Variasi Konsentrasi dari Larutan Induk

 90 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 100 mg/L = 50 mL . 90 mg/L

V1 = 45 mL

 80 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 90 mg/L = 50 mL . 80 mg/L
45

V1 = 44,4 mL

 70 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 80 mg/L = 50 mL . 70 mg/L

V1 = 43,8 mL

 60 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 70 mg/L = 50 mL . 60 mg/L

V1 = 42,9 mL

 50 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 60 mg/L = 50 mL . 50 mg/L

V1 = 41,7 mL

 40 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 50 mg/L = 50 mL . 40 mg/L

V1 = 40 mL

c. Penentuan Persen Inhibisi dan IC50 dari Ekstrak Etil Asetat

Tabel Hasil Pengukuran Absorban Ekstrak Etil Asetat

Konsentrasi Absorban

Blanko 0,415

40 mg/L 0,281

50 mg/L 0,263

60 mg/L 0,236

70 mg/L 0,213

80 mg/L 0,179

90 mg/L 0,149
46

A kontrol  A sampel
Rumus : Persen inhibisi  100%
A kontrol

 40 mg/L

0,415  0,281
Persen inhibisi   100%  32,30%
0,415

 50 mg/L

0,415  0,263
Persen inhibisi   100%  36,63%
0,415

 60 mg/L

0,415  0,236
Persen inhibisi   100%  43,14%
0,415

 70 mg/L

0,415  0,213
Persen inhibisi   100%  48,67%
0,415

 80 mg/L

0,415  0,179
Persen inhibisi   100%  56,87%
0,415

 90 mg/L

0,415  0,149
Persen inhibisi   100%  64,09%
0,415

Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak


Etil Asetat
70
60 y = 0.6434x + 5.1271
% Inhibisi

50 R2 = 0.9914
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi (mg/L)

Kurva % inhibisi Vs konsentrasi ekstrak etil asetat


47

Penentuan nilai IC50

Regresi :y = 0,6434x + 5,1271

IC50 : 50 = 0,6434x + 5,1271

X = 69,74

IC50 = 69,74 mg/L

4. Pembuatan Larutan Uji dan Pengujian Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak


Heksana

a. Pembuatan Larutan Induk 1000 mg/L

1000 mg 1L
Ekstrak heksan 1000 mg/L   50 mL 
1L 1000 mL
 50 mg

b. Pembuatan Larutan Uji dengan Variasi Konsentrasi dari Larutan Induk

 500 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 1000 mg/L = 50 mL . 500 mg/L

V1 = 25 mL

 400 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 500 mg/L = 50 mL . 400 mg/L

V1 = 40 mL

 300 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 400 mg/L = 50 mL . 300 mg/L

V1 = 37,5 mL

 200 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 300 mg/L = 50 mL . 200 mg/L

V1 = 33,3 mL
48

 100 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 200 mg/L = 50 mL . 100 mg/L

V1 = 25 mL

c. Penentuan Persen Inhibisi dan IC50 dari Ekstrak Heksana

Tabel Hasil Pengukuran Absorban Ekstrak Heksana

Konsentrasi Absorban

Blanko 0,466

100 mg/L 0,427

200 mg/L 0,340

300 mg/L 0,267

400 mg/L 0,213

500 mg/L 0,159

A kontrol  A sampel
Rumus : Persen inhibisi  100%
A kontrol

 100 mg/L

0,466  0,427
Persen inhibisi   100%  8,37%
0,466

 200 mg/L

0,466  0,340
Persen inhibisi   100%  27,04%
0,466

 300 mg/L

0,466  0,267
Persen inhibisi   100%  42,7%
0,466

 400 mg/L

0,466  0,213
Persen inhibisi   100%  54,29%
0,466
49

 500 mg/L

0,466  0,159
Persen inhibisi   100%  65,88%
0,466

Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak


Heksana
80
70 y = 0.1423x - 3.025
R2 = 0.9878
60
% Inhibisi

50
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600
Konsentrasi (mg/L)

Kurva % inhibisi Vs konsentrasi ekstrak heksana

Penentuan nilai IC50

Regresi :y = 0,1423x - 3,025

IC50 : 50 = 0,1423x - 3,025

X = 372,63

IC50 = 372,63 mg/L


50

Lampiran 11. Penentuan Nilai Persen Inhibisi dan Nilai IC50 dari Asam Askorbat

1. Pembuatan Larutan Induk 50 mg/L

50 mg 1L
Asam askorbat 50 mg/L   100 mL 
1L 1000 mL
 5 mg

2. Pembuatan Larutan Uji dengan Variasi Konsentrasi dari Larutan Induk

 20 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 50 mg/L = 50 mL . 20 mg/L

V1 = 20 mL

 12,5 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 20 mg/L = 50 mL . 12,5 mg/L

V1 = 31,3 mL

 10 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 12,5 mg/L = 50 mL . 10 mg/L

V1 = 40 mL

 6,25 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 10 mg/L = 50 mL . 6,25 mg/L

V1 = 31,3 mL

 3,125 mg/L

V1 . M1 = V2 . M2

V1 . 6,25 mg/L = 50 mL . 3,125 mg/L

V1 = 25 mL
51

3. Penentuan Persen Inhibisi dan IC50 dari Asam Askorbat

A kontrol  A sampel
Rumus : Persen inhibisi  100%
A kontrol

 3,125 mg/L

0,564  0,468
Persen inhibisi   100%  18,67%
0,564

 6,25 mg/L

0,564  0,412
Persen inhibisi   100%  26,95%
0,564

 10 mg/L

0,564  0,358
Persen inhibisi   100%  36,52%
0,564

 12,5 mg/L

0,564  0,193
Persen inhibisi   100%  65,78%
0,564

 20 mg/L

0,564  0,028
Persen inhibisi   100%  95,03%
0,564

Pengujian Aktivitas Antioksidan


Kontrol Positif Asam Askorbat
100
90 y = 4.7594x - 0.7888
80 R2 = 0.9542
70
% Inhibisi

60
50
40
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi (mg/L)

Kurva % inhibisi Vs konsentrasi kontrol positif (asam askorbat)


52

Penentuan nilai IC50

Regresi :y = 4,7594x - 0,7888

IC50 : 50 = 4,7594x - 0,7888

X = 10,67

IC50 = 10,67 mg/L


53

Lampiran 12. Tabel Nilai Probit Sesuai Persen Kematian

Tabel nilai probit sesuai persentase kematian

% 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 - 2.67 2.95 3.12 3.25 3.36 3.45 3.52 3.59 3.66
10 3.72 3.77 3.82 3.87 3.92 3.96 4.01 4.05 4.08 4.12
20 4.16 4.19 4.23 4.26 4.29 4.33 4.36 4.39 4.42 4.45
30 4.48 4.50 4.53 4.56 4.59 4.61 4.64 4.67 4.69 4.72
40 4.75 4.77 4.80 4.82 4.85 4.87 4.90 4.92 4.95 4.97
50 5.00 5.03 5.05 5.08 5.10 5.13 5.15 5.18 5.20 5.23
60 5.25 5.28 5.31 5.33 5.36 5.39 5.41 5.44 5.47 5.50
70 5.52 5.55 5.58 5.61 5.64 5.67 5.71 5.74 5.77 5.81
80 5.84 5.88 5.92 5.95 5.99 6.04 6.08 6.13 6.18 6.23
90 6.28 6.34 6.41 6.48 6.55 6.64 6.75 6.88 7.05 7.33
54

Lampiran 13. Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan Uji untuk Pengujian


Sitotoksik

a. Pembuatan Larutan Induk 1000 mg/L Masing-Masing Ekstrak


1000 mg 1L 1g
Berat ekstrak = × 1000 mL × 1000 mg ×20 mL=0,02 g ekstrak
1L

b. Pembuatan Larutan Uji dengan Variasi Konsentrasi


 500 mg/L
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 1000 mg/L = 20 mL x 500 mg/L
V1 = 10 mL
 250 mg/L
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 mg/L = 20 mL x 250 mg/L
V1 = 10 mL
 125 mg/L
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 250 mg/L = 20 mL x 125 mg/L
V1 = 10 mL
 62,5 mg/L
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 125 mg/L = 20 mL x 62,5 mg/L
V1 = 10 mL
 31,25 mg/L
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 62,5 mg/L = 20 mL x 31,25 mg/L
V1 = 10 mL
55

Lampiran 14. Penentuan Nilai LC50

Ekstrak Konsentrasi Log C Rata-rata Persen Nilai Probit


(mg/L) Larva yang Kematian
Mati (Ekor) (%)
1000 3,00 7,5 75 5,67
500 2,69 5 50 5,00
250 2,39 4 40 4,75
Metanol
125 2,09 3 30 4,48
61,5 1,79 2 20 4,16
31,25 1,49 1,5 15 3,96
1000 3,00 9 90 6,28
500 2,69 8,5 85 6,04
250 2,39 7,5 75 5,67
Etil Asetat
125 2,09 7 70 5,52
61,5 1,79 5 50 5,00
31,25 1,49 4 40 4,75
1000 3,00 8,5 85 6,04
500 2,69 7 70 5,52
250 2,39 5,5 55 5,13
Heksana
125 2,09 3,5 35 4,61
61,5 1,79 2,5 25 4,33
31,25 1,49 1 10 3,72
Kontrol 0 0 0 0 0

Keterangan : Total larva udang yang dimasukkan kedalam vial berjumlah 10 ekor

Perhitungan Nilai LC50

X = Log konsentrasi

Y = Nilai probit
56

a. Metanol
Hasil Pengujian Sitotoksik Ekstrak Metanol
6
y = 1,076x + 2,2579
5 R² = 0,9611

Nilai probit
4

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Log konsentrasi

Penentuan nilai LC50 ekstrak metanol


y = 1,076x + 2,2579
5 = 1,076x + 2,2579
X = 2,548
LC50 = antilog x
= antilog 2,548
= 353,18
LC50 = 353,18 mg/L

b. Etil asetat
Hasil Pengujian Sitotoksik Ekstrak Etil Asetat
7
y = 1,0348x + 3,2237
6 R² = 0,9838

5
Nilai probit

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Log konsentrasi

Penentuan nilai LC50 ekstrak etil asetat


y = 1,0348x + 3,2237
5 = 1,0348x + 3,2237
X = 1,716
57

LC50 = antilog x
= antilog 1,716
= 51,99
LC50 = 51,99 mg/L

c. Ekstrak heksana
Hasil Pengujian Sitotoksik Ekstrak Heksana
7
y = 1,4873x + 1,5576
6
R² = 0,9942
5
Nilai probit

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Log konsentrasi

Penentuan nilai LC50 ekstrak heksana


y = 1,4873x + 1,5576
5 = 1,4873x + 1,5576
X = 2,314
LC50 = antilog x
= antilog 2,314
= 206,06
LC50 = 206,06 mg/L

Anda mungkin juga menyukai