Oleh :
Antony Lay
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA KULIT BATANG KELOR (Moringa
oleifera Lamk) DENGAN METODE GC-MS DAN UJI TOKSISITAS
TERHADAP LARVA UDANG Artemia salina Leach
SKRIPSI
Oleh
Antony Lay
NIM. 1706542001
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan umtuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi
sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini
bukan hasil karya saya sendiri atau megandung tindakan plagiarism.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
Yang Menyatakan
Antony Lay
1706542001
ii
ABSTRAK
Kata kunci : Kulit batang kelor, GC-MS, toksisitas, Artemia salina Leach
iii
ABSTRACT
Key words: Moringa stem bark, GC-MS, Toxicity, Artemia salina Leach
iv
RINGKASAN
didaerah beriklim tropis seperti Indonesia dan berbagai kawasan lainnya didunia.
Kelor, menurut sejarahnya berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan India,
kemudian menyebar hingga ke benua Afrika dan Asia barat. Kelor secara umum
mempunyai banyak manfaat, salah satu yang jarang diketahui yaitu kulit batang kelor
mempunyai manfaat sebagai obat kulit (Jonni et al., 2008). Semua bagian tanaman ini
mempunyai manfaat yang sangat luas. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kandungan senyawa bioaktif yang terdapat pada kulit batang kelor serta
mengetahui keamanan konsumsi sebagai obat yang dilihat dari tingkat toksisitas
terhadap kematian larva udang Artemia salina Leach. Sebanyak 300 g kulit batang
kelor kering yang telah halus dimaserasi menggunakan etanol 96% dan diperoleh
ekstrak kental sebanyak 7,8 g. Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh dianalisis
mengandung 14 senyawa bioaktif. Uji toksisitas ekstrak kulit batang kelor dilakukan
untuk mengetahui tingkat toksisitas dengan menggunakan hewan uji berupa larva
udang Artemia salina Leach. Hasil uji toksisitas menunjukkan kematian larva
dipengaruhi oleh senyawa bioaktif ekstrak kulit batang kelor dengan memiliki nilai
LC50 sebesar 149,689 ppm atau kurang dari 1.000 ppm yang bersifat toksik sehingga
v
IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA KULIT BATANG KELOR (Moringa
oleifera Lamk) DENGAN METODE GC-MS DAN UJI TOKSISITAS TERHADAP
LARVA UDANG Artemia salina Leach
Antony Lay
NIM. 1706542001
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. I Gede Putu Wirawan, M.Sc Prof. Dr. Ir. I Nyoman Wijaya, M.S
NIP. 195806271985031005 NIP. 195612071984031001
Mengesahkan
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Udayana
vi
IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA KULIT BATANG KELOR (Moringa
oleifera Lamk) DENGAN METODE GC-MS DAN UJI TOKSISITAS TERHADAP
LARVA UDANG Artemia salina Leach
vii
RIWAYAT HIDUP
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Identifikasi Senyawa
Fitokimia Kulit Batang Kelor (Moringa oleifera Lamk) dengan Metode GC-MS dan
Uji Toksisitas Terhadap Larva Udang Artemia salina Leach sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada konsentrasi Bioteknologi Pertanian,
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa
adanya berbagai pihak yang banyak membantu dalam penyelesaian penulisan ini,
baik dari segi waktu, materi dan masukan-masukan yang membangun. Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Udayana beserta staf, atas segala fasilitas dan kelancaran administrasi.
2. Dr. Ir. Ni Made Trigunasih, M.P., selaku Koordinator Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana, atas segala fasilitas
dan kemudahan yang diberikan kepada penulis selama proses belajar.
3. Prof. Dr. Ir. I Gede Putu Wirawan, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
mendampingi, membimbing, serta memberikan masukan dan saran kepada
penulis selama penulisan skrpsi ini.
4. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Wijaya , M.S., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
mendampingi, membimbing, serta memberikan masukan dan saran kepada
penulis selama penulisan skrpsi ini.
5. Prof. Dr. Dra. Made Sritamin, M.S, Dr. Trisna Agung Phabiola, S.P., M.Si., Dr.
Ida Ayu Putri Darmawati, S.P., M.Si. selaku dosen penguji yang senantiasa
memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Putu Perdana Kusuma Wiguna.S.Si., M.Sc. selaku Pembimbing Akademik (PA)
yang yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat dalam bidang
ix
akademik selama menempuh pendidikan Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Udayana.
7. Seluruh staf dosen dan pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang
telah membimbing, memberikan arahan motivasi, masukan, dukungan dan
pelayanan administrasi demi kelancaran skripsi ini.
8. Kepada kedua orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan kasih
sayang, doa semangat serta memberikan nasehat dan dorongan baik secara moral
maupun material sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Terimakasih kepada seluruh teman- teman yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, dan khususnya teman-teman dari konsentrasi Bioteknologi serta semua
pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan penelitian hingga selesai skripsi ini.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya masukan dan saran-saran yang
membangun untuk perbaikan kedepannya. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih dan semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan wacana baru
bagi para pembaca.
Antony Lay
x
DAFTAR ISI
xi
2.4 Simplisia ..................................................................................................... 23
2.4.1 Pengertian Simplisia ............................................................................ 23
2.4.2 Pengeringan Simplisia .......................................................................... 23
2.5 Metode Ekstraksi ........................................................................................ 24
2.6 Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (GC-MS) ..................................... 27
2.6.1 Prinsip Kerja GC-MS ........................................................................... 28
2.6.2 Instrumen GC-MS ................................................................................ 29
2.7 Uraian Hewan Uji ...................................................................................... 32
2.7.1 Klasifikasi hewan coba larva udang ( Artemia salina Leach ) ............. 33
2.7.2 Morfologi dan Siklus Hidup Hewan Uji ( Artemia salina Leach ) ...... 34
2.7.3 Lingkungan Hidup Artemia salina Leach ............................................ 36
2.7.4 Cara Penetasan Telur Artemia salina Leach ........................................ 36
2.8 Pilihan penggunaan Artemia salina Leach pada metode BSLT ................. 37
2.9 Uji Toksisitas ............................................................................................. 38
2.9.1 Metode Brine Shrimp Lathality Test .................................................... 38
III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 40
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 40
3.2 Bahan dan Alat ........................................................................................... 40
3.2.1 Bahan .................................................................................................... 40
3.2.2 Alat ....................................................................................................... 40
3.3 Pelakasanaan Penelitiaan ............................................................................ 41
3.3.1 P ersiapan Sampel ................................................................................ 41
3.3.2 Ekstraksi dengan metode Maserasi ...................................................... 41
3.4 Identifikasi senyawa bioaktif Kulit batang kelor menggunakan GC-MS .. 41
3.5 Uji Toksisitas menggunakan Metode BSLT .............................................. 43
3.5.1 Penyiapan Larva udang Artemia salina Leach .................................... 43
3.5.2 Pembuatan Konsentrasi Sampel ........................................................... 43
3.5.3 Pelaksanaan Uji .................................................................................... 44
3.6 Analisis data ............................................................................................... 45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 46
4.1 Ektraksi Kulit Batang Kelor (Moringa oleifera) ........................................ 46
4.2 Hasil Analisis GC-MS Kulit Batang Kelor (Moringa oleifera) ................. 46
4.3 Hasil Uji Toksisitas ekstrak kulit batang kelor .......................................... 55
terhadap Artemia salina Leach
4.4 Penentuan Nilai LC50 ................................................................................ 57
xii
V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 61
5.1 Simpulan .................................................................................................... 61
5.2 Saran ........................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 62
LAMPIRAN ........................................................................................................... 69
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
I. PENDAHULUAN
terbesar kedua di dunia setelah Brazil, yang terdiri dari tumbuhan tropis dan biota laut
diantaranya diperkirakan memiliki khasiat sebagai obat dan sebanyak 2.500 jenis
negara berkembang, bahkan dalam 20 tahun terakhir perhatian dunia terhadap obat-
obatan tradisional meningkat baik di negera berkembang maupun negara maju. World
hingga 65% dari penduduk negara maju menggunakan pengobatan secara tradisional
Selain itu Indonesia juga memiliki keanekaragaman etnis yang memiliki berbagai
tumbuhan. Banyak dari jenis tumbuhan telah digunakan oleh nenek moyang dan
dokter sebagai bahan obat dan jamu tradisional untuk menyembuhkan berbagai
macam penyakit dan memberikan hasil yang baik bagi pemeliharaan kesehatan dan
1
2
menghasilkan aktivitas yang luas dan memiliki sisi positif pada tubuh karena tidak
memiliki efek samping seperti halnya obat-obat kimiawi. Obat kimiawi seringkali
Bahan alami yang digunakan sebagai bahan pembuatan obat yaitu metabolit
tumbuhan dan merupakan sumber senyawa obat yang digolongkan atas alkaloid,
yaitu suhu, lama ekstraksi, jenis pelarut, ukuran partikel, pH media ekstraksi, jumlah
ekstraksi, dan degradasi senyawa selama ekstraksi. Jenis pelarut merupakan salah
satu faktor penting dari ekstraksi karena dapat mempengaruhi jumlah dari senyawa
seringkali sebagai tujuan pertahanan, serta memberikan karakteristik yang khas dalam
bentuk senyawa warna. Metabolit sekunder juga digunakan sebagai penanda dan
tumbuh didaerah beriklim tropis. Kandungan nutrisi yang cukup tinggi membuat
kelor dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan nutrisi. Oleh karena itu kelor
disebut sebagai pohon ajaib dikarenakan semua bagian tumbuhan kelor sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Mulai dari daun, kulit batang, biji hingga
akarnya, tumbuhan ini sudah dikenal luas sebagai tumbuhan obat. Daun kelor,
kulit batang kelor, dan biji kelor biasa digunakan sebagai obat kulit. Sedangkan akar
kelor diolah untuk obat luar seperti penyakit beri-beri (Jonni et al., 2008).
dan peredaran darah, serta memiliki sifat sebagai antitumor, antipiretik, antiepilepsi,
Senyawa bioaktif dalam tanaman kelor dapat bersifat antibakteri yaitu karena
mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Hal itu diuraikan oleh Pelczar et al (2011)
sebagai produk alami organik dengan berat molekul rendah dibentuk oleh
konsentrasi rendah.
Menurut penelitian yang dilakukan Laras, (2014 ) ekstrak daun kelor dengan
rata-rata kematian mencapai 70 %. Hal ini disebabkan ekstrak yang ada pada daun
berfungsi sebagai insektisida yaitu tanin. Senyawa tanin banyak terdapat pada daun
kelor sebesar 9,36 %, senyawa tanin ini mempunyai rasa pahit yang tidak disukai
oleh beberapa serangga sehingga dapat digunakan sebagai pertahanan diri bagi
tumbuhan.
lainnya yaitu kulit batang kelor yang telah diketahui mengandung senyawa metabolit
2015 ). Penggunaan kulit batang kelor sebagai bahan obat perlu dilakukan analisis
terhadap larva Artemia saliana Leach. Uji toksisitas menggunakan metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan suatu uji akivitas biologi untuk mendeteksi
adanya efek toksik pada ekstrak atau fraksi isolat tanaman dengan cara mengamati
respon kematian pada hewan uji. Hewan untuk uji toksisitas biasanya menggunakan
ikan, larva nyamuk, dan larva udang. Kematian dari hewan uji dianggap sebagai
respon terhadap pengaruh zat tertentu sehingga senyawa – senyawa yang terkandung
5
pada suatu ekstrak dapat digunakan sebagai racun terhadap beberapa mikroorganisme
dan juga dapat digunakan sebagai obat apabila diberikan pada dosis yang kecil.
Senyawa kimia yang mempunyai nilai LC50 kurang dari 1.000 ppm dikatakan
memiliki potensi toksik, hal ini berarti dapat digunakan sebagai bahan baku obat
karena memiliki respon terhadap suatu bahan uji dan juga dapat bersifat larvasida
Pada penelitian uji toksisitas dilakukan dengan menggunakan hewan uji berupa larva
udang Artemia salina Leach agar diketahui respon dari senyawa bioaktif yang
terkandung dalam ekstrak kulit batang kelor yang dinyatakan dengan hasil
2. Apakah senyawa ekstrak kulit batang kelor berpengaruh terhadap kematian larva
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini
1. Untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam ekstrak kulit batang kelor.
6
2. Untuk mengetahui pengaruh senyawa ekstrak kulit batang kelor terhadap kematian
larva udang Artemia salina Leach sehingga dapat dijadikan sebagai bahan obat
dan larvasida.
1. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi
untuk mengetahui pemanfaatan kulit batang kelor sebagai obat dan larvasida, serta
juga dapat mengetahui secara akademik senyawa bioaktif dalam kulit batang kelor
2. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai informasi untuk penelitian lebih
lanjut.
1.4. Hipotesis
1. Didapatkan senyawa metabolit sekunder kulit batang kelor berupa alkaloid, fenol,
MS.
2. Didapatkan pengaruh senyawa bioaktif ekstrak kulit batang kelor terhadap tingkat
kematian larva udang Artemia salina Leach yang mempunyai nilai LC50 kurang
dan India, Kemudian menyebar ke kawasan disekitarnya hingga ke benua Afrika dan
Asia barat. Namun, pada saat ini tanaman kelor telah banyak dibudidayakan dan
beradaptasi dengan baik di daerah tropis seperti dibeberapa Negara benua Afrika
2015).
Klasifikasi tanaman kelor menurut Roloff et al, (2009) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Berikut merupakan gambar tanaman kelor dapat dilihat pada gambar 2.1.1
7
8
Gambar 2.1.1
Tanaman Kelor
Sumber : (Roloff et al., 2009)
berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar.
Percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan
memanjang. Struktur dan morfologi dari tanaman kelor terdiri atas akar, batang,
daun, bunga, buah, dan biji. Deskripsi dan morfologi tanaman kelor adalah sebagai
berikut :
a. Akar
Tanaman kelor memiliki akar tunggang berwarna putih dan dapat membesar
seperti lobak. Bagian dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus, tidak keras,
9
memiliki bentuk yang tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin, dan
permukaan dalam agak berserabut. Kulit akar kelor mempunyai rasa yang pedas dan
berbau tajam serta bagian kayu memiliki warna coklat agak berserabut. Akar kelor
epilepsy, dan sakit kepala (Andero, 2015). Gambar akar kelor dapat dilihat pada
gambar 2.1.2 a.
Gambar 2.1.2 a
Akar Kelor
Sumber : (Andero, 2015)
b. Batang
Kelor termasuk jenis tumbuhan peredu yang memiliki ketinggian 7-12 meter.
Tanaman kelor merupakan tumbuhan berbatang dan termasuk jenis batang berkayu,
sehingga batangnya keras dan kuat. Bentuknya sendiri adalah bulat (teres) dan
permukaannya kasar. Arah tumbuhnya cendrung lurus keatas, berwarna putih kotor,
kulit tipis, permukaan kasar, arah cabang tegak atau miring. Hasil skring fitokimia
Selain itu kulit batang kelor juga mengandung protein mentah sebanyak 21,88%,
minyak mentah 3,40%, serat 44,74%, abu 5,025%, dan karbohidrat 18,74%
(Fagwalawa dkk,2015 ). Berikut merupakan bentuk batang kelor dapat dilihat pada
gambar 2.1.2 b
Gambar 2.1.2 b
Batang Kelor
Sumber : (Fagwalawa dkk,2015)
c. Daun
helai daun masih mudah berwarna hijau muda dan berwarna hijau tua setelah tua.
Bentuk helaian daun bulat telur, tipis, ujung dan pangkal tupul, tepi rata, pertulangan
menyirip, serta permukaan atas dan bawah halus. Ukuran helaian daun kelor memiliki
panjang sekitar 1-2 cm dan lebarnya sekitar 2-3 cm. Daun kelor mengandung zat besi
lebih tinggi dari pada sayuran lainnya yaitu sebesar 17,2 mg/100 g (Yameogo dkk,,
11
2011). Selain itu, daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino, antara
lain asam amino yang berbentuk asam aspartate, asam glutamate, alanin, valin, leusin,
(Simbolan dkk., 2007). Kandungan fenol dalam daun segar sebesar 3,4% sedangkan
pada daun kelor yang telah diekstrak sebesar 1,6% (Folid dkk, 2007). Gambar daun
kelor tua dan daun kelor mudah dapat dilihat pada gambar 2.1.2 c
Gambar 2.1.2 c
Daun Kelor Mudah & Daun Kelor Tua
Sumber : Dokumentasi Pribadi
d. Bunga
putih agak krem, menebar aroma khas. Bunga berwarna putih kekuning-kuningan
terkumpul dalam bagian ketiak dan tudung pelepah berwarna hijau. memiliki panjang
sekitar 10-15 cm dengan 5 kelopak bunga yang mengilingi 5 benang sari. Bunga
kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak (Krisnadi, 2015). Berikut
dibawah ini merupakan bentuk bunga kelor yang dapat dilihat pada gambar 2.1.2 d
12
Gambar 2.1.2 d
Bunga Kelor
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Buah kelor berbentuk segi tiga memiliki panjang 20-60 cm. Buah muda
berwarna hijau dan buah yang sudah tua berwarna coklat. Buah kelor akan
menghasilkan biji yang dapat dibuat tepung atau minyak sebagai bahan baku
pembuatan obat dan kosmetik yang bernilai tinggi. Biji dalam polong memiliki
bentuk bulat dan berwarna cokelat kehitaman. Dalam setiap polong berisi 12-35 biji.
Dan setiap tanaman kelor menghasilkan 15.000-25.000 biji pertahun (Hafiz , 2016).
Gambar buah dan biji kelor dapat dilihat pada gambar 2.1.2 e
13
Gambar 2.1.2 e
Buah dan Biji Kelor
Sumber : (Hafiz , 2016).
Daun Kelor sangat kaya akan nutrsi, diantaranya kalsium, potasium, protein,
vitamin A dan vitamin C. Selain itu, WHO juga telah menobatkan kelor sebagai
pohon ajaib setelah melakukan riset dan telah menemukan bahwa tumbuhan ini
pada daun kelor berfungsi sebagai bahan pembuatan obat berupa alkaloid, flavonoid,
tanin, saponin, steroid, dan triterpenoid. Kandungan kalsium dalam daun kelor
ternyata memiliki kandungan empat kali lebih banyak dibandingkan dengan kalsium
susu. Selain nutrisi umum tersebut diatas, ternyata daun kelor juga memiliki
kandungan jenis-jenis asam amino essensial yang dibutuhkan bagi tubuh. Asam
amino ini sangat berperan dalam proses pertumbuhan otot pada tubuh. Beberapa jenis
asam amino yang terdapat dalam daun kelor antara lain asam amino, histidin,
Beberapa asam amino ini sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan tubuh,
sehingga tidak heran daun kelor sangat baik untuk diberikan kepada bayi ataupun
al., 2010). Kandungan utama beberapa kandungan daun kelor ini ternyata akan lebih
tinggi jika daun kelor diolah terlebih dahulu menjadi bentuk kering atau tepung
(Ketaren, 2008).
B1. Secara lengkap zat- zat gizi yang terkandung dan nilai gizinya setiap 100 g buah
kelor, antara lain: 7,2 g karbohidrat; 2,8 g protein; 0,7 g lemak. Selain itu juga
terdapat asam amino essensial, vitamin dan mineral (Mallilin dkk., 2004). Sedangkan
Menurut Aslam dkk (2005), setiap 100 g buah kelor mengandung mineral kalium
1,96 mg, kalsium 129,20 mg, magnesium 9,39 mg, dan fosfor 21,25 mg
(Robinson,1995).
isotiosianat dan glukosinolat. Isotiosianat ( ITC ) merupakan zat yang terdapat dalam
berbagai tanaman, termasuk tanaman kelor yang memilik potensi sebagai agen
kemopreventif. Kandungan kimia yang diperoleh dari Kulit batang kelor mengandung
Tanaman kelor di daerah pedesaan biasanya digunakan sebagai tapal batas rumah
atau ladang. Secara ilmiah akar kelor dapat dimanfaatkan sebagai antilithic (pencegah
Getah kelor dicampur dengan minyak wijen digunakan untuk meredakan sakit kepala,
demam, keluhan usus, disentri, dan asma. Bunga kelor dapat digunakan untuk
menyembuhkan radang, penyakit otot, histeria, tumor, dan pembesaran limpa dan
menurunkan kolesterol. Sedangkan untuk daun kelor secara tradisional telah banyak
dimanfaatkan untuk sayur hingga saat ini dikembangkan menjadi produk pangan
modern seperti tepung kelor, kerupuk kelor, kue kelor, permen kelor dan teh daun
kelor. Selain itu ekstrak daun kelor dapat berfungsi sebagai antimikroba dan biji kelor
ini sangat penting bagi tumbuhan untuk dapat mempertahankan dirinya dari makhluk
senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam suatu ekstrak, maka akan
mempunyai peranan bagi tumbuhan dalam jangka waktu yang panjang, seringkali
sebagai tujuan pertahanan, serta memberikan karakteristik yang khas dalam bentuk
senyawa warna. Selain itu metabolit sekunder digunakan sebagai penanda dan
pengatur jalur metabolisme primer. Hal ini karena hormon pada tumbuhan yang
satu contoh warna yang diberikan oleh metabolit sekunder tumbuhan dapat menarik
serangga untuk membantu proses penyerbukan dan juga dapat berguna untuk
khusus ( kurang lebih 200.000 senyawa ) yang fungsi tidak memiliki peranan dalam
terhubung dengan dengan metabolisme primer dalam hal senyawa pembangun dan
kode genetik menghasilkan protein, karbohidrat, dan asam amino. Kesimbangan yang
baik antara produk metabolit sekunder dan metabolit primer untuk mengatasi secara
efektif kondisi lingkungan yang sering berubah. Senyawa khusus yang terkenal
diantaranya alkaloid, fenol, steroid, flavonoid, dan tanin karena senyawa ini sering
2.3.1 Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa bahan alam yang mempunyai atom nitrogen yang
bersifat basa pada strukturnya. Nama alkaloid diturunkan dari kata alakaline yang
berbagai mahluk hidup antara lain bakteri, jamur, tumbuhan, dan binatang ( Lenny,
2006 ). Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak dari alkaloid yang
Gambar 2.3.1
Struktur Senyawa Alkaloid
Sumber : (Harbone, 1987)
masuk kedalam tubuh larva melalui kutikula dan mulut karena larva biasanya
mengambil makanan dari tempat hidupnya (Yunita dkk, 2009). Senyawa bioaktif
tersebut akan terakumulasi didalam tubuh larva dan akan berperan sebagai racun.
Racun akan terdistribusi ke seluruh sel-sel tubuh melalui hemolimfa (Ningsih dkk.,
2013). Dari penelitian yang dilakukan oleh Yanti, (2014) terhadap ektrak daun sirsak
hutan diduga senyawa alkaloid yang terdapat pada tumbuhan merupakan senyawa
2.3.2 Fenol
hidroksil yang terikat pada cincin benzena. Senyawa fenol memiliki beberapa nama
hidroksida, oksibenzena, benzenol, monofenol, fenil hidrat, fenilat alkohol, dan fenol
alkohol (Nair et al, 2008). Fenol memiliki rumus struktur sebagai berikut :
19
Gambar 2.3.2
Struktur senyawa Fenol
Sumber : (Poerwono, 2012)
Fenol adalah zat kristal yang tidak berwarna dan memiliki bau yang khas.
Senyawa fenol dapat mengalami oksidasi sehingga dapat berperan sebagai reduktor
(Hoffman et al., 1997). Fenol bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan alkohol,
tetapi lebih basa dari pada asam karbonat karena fenol dapat melepaskan ion H+ dari
melarut dalam air. Fenol mempunyai titik leleh 41oC dan titik didih 181oC. Fenol
memiliki kelarutan yang terbatas dalam air yaitu 8,3 g/100 mL (Fessenden 1992).
Fenol merupakan senyawa yang bersifat toksik dan korosif terhadap kulit dan pada
Steroid adalah lipid terpenoid yang dicirikan dengan empat ring karbon yang
menyatu satu sama lain ( four fised ring ) yang setiap ringnya tersusun dengan pola 6-
6-6-5. Pola ring tersebut sering disimbolkan dengan huruf A,B,C,D. Steroid kaya
akan gugus fungsi yang terikat pada ring ring tersebut. Ratusan steroid memiliki
20
Gambar 2.3.3
Struktur dasar Terpenoid/Steroid
Sumber : (Cowan 1999)
steroid diduga dengan cara merusak membrane sel bakteri. Steroid dapat
meningkatkan permeabilitas membran sel sehingga akan terjadi kebocoran sel yang
diikuti dengan keluarnya materi intraseluler. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Novadiana dkk, (2014), bahwa senyawa steroid hasil isolasi dari fraksi kloroform
ekstrak etanol diperoleh nilai LC50 sebesar 96,4096 ppm yang membuktikan bahwa
steroid yang diisolasi bersifat toksik terhadap larva udang Artemia salina Leach.
2.3.4 Flavonoid
Senyawa ini memiliki kerangka dasar yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua
cincin benzene (C6) terikat pada satu rantai propan (C3) sehingga membentuk suatu
susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-
atau neoflavonoid (Achmad, 1986). Dari tiga jenis strukur dasar senyawa flavonoid
Gambar 2.3.4
Struktur Senyawa Flavonoid
Sumber : (Achmad, 1986)
posisi orto dari cincin A atau atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3-
heterosiklik yang baru (cincin C) (Achmad, 1986). Menurut Leone dkk, (2015),
flavonoid mampu menghambat enzim tripsin yang berada di mid-gut larva dan akan
2.3.5 Tanin
fenolik. Terdapat dua jenis utama tanin yaitu, tanin terkondensasi yang tersebar pada
pada tumbuhan berkeping dua. Tanin terdapat luas dalam tanaman berpembuluh dan
22
juga tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer yang tidak dapat larut
dalam air. Senyawa-senyawa tanin ditemukan pada banyak jenis tumbuhan senyawa
ini berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora dan
hama, serta berbagai agen pengatur dalam metabolisme tumbuhan. Tanin memimiliki
berat molekul berkisar antara 500 sampai 3000 ester asam galat dan lebih besar dari
1. Tanin Terhidrolisis
Tanin dalam bentuk ini adalah tanin yang terhidrolisis oleh asam atau enzim
yang menghasilkan asam galat dan asam elagat. Secara kimia, tanin terhidrolisis
dapat merupakan ester atau asam fenolat. Senyawa tanin bila direaksikan dengan feri
Gambar 2.2.5
Asam Galat dan Asam Elagat
Sumber : (Tatang, 2019)
23
2. Tanin Terkondensasi
Tanin jenis ini resisten terhadap reaksi hidrolisis dan biasanya diturunkan
dari senyawa flavonol, katekin, dan flavan-3,4-diol. Pada penambahan asam atau
enzim, senyawa ini akan terdekomposisi menjadi plobapen. Pada proses destilasi,
tanin terkondensasi berubah menjadi katekol, oleh karenanya sering disebut sebagai
tanin katekol. Tanin terkondensasi akan menghasilkan senyawa berwarna hijau ketika
2.4 Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan sebagai obat dan belum
mengalami pengolahan apapun. Simplisia terdiri atas tiga golongan yaitu simplisia
nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat
tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Simplisia hewani adalah simplisia berupa
hewan utuh atau zat – zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa bahan kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa
bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan tidak berupa bahan kimia murni (Gunawan & Mulyani 2004).
tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri, menghilangkan aktivitas enzym
yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif, dan memudahkan dalam hal
24
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan dibawah sinar matahari dan
Kandungan air pada simplisia yang telah dikeringkan dapat mencapai 10 % atau
lebih, namun disyaratkan kandungan lembab harus kurang dari 3 %. Kandungan air
yang tinggi atau kondisi penyimpanan yang basah dapat menyebabkan kerusakan
kimia yang terkandung dalam sample menggunakan pelarut yang sesuai. Tujuan
ekstraksi adalah untuk menarik semua senyawa organik atau komponen kimia yang
terdapat dalam sampel dengan pelarut tertentu. Ekstraksi ini didasarkan pada
perpindahan masa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
(Sudarma, 2014).
yang sangat penting karena dengan pelarut yang tepat akan mendapatkan hasil
ekstraksi yang maksimal. Tahapan ekstraksi untuk senyawa yang tidak diketahui
sifatnya dimulai dari pelarut non polar kemuadian dilanjutkan dengan pelarut polar.
Tahapan ekstaksi ini tidak dapat dibalik artinya tidak bisa dimulai dengan pelarut
polar karena pelarut polar tidak bersifat selektif sehingga senyawa non polar atau
medium polar mungkin dapat terekstrak dengan pelarut polar, selain itu kelarutan
25
tidak saja dipengaruhi oleh polaritas namun juga dipengaruhi oleh volume pelarutnya
(Sudarma, 2014).
Ada beberapa medote ekstraksi sampel bahan alam antara lain maserasi,
pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang
mengandung bahan aktif, zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif didalam sel dengan yang ada diluar sel, maka larutan yang
terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut terjadi secara berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar dan didalam sel. Filtrat yang
diperoleh dari proses tersebut diuapakan dengan alat penguap putar vacum rotary
metode ekstraksi maserasi yaitu, prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana,
tidak dilakukan pemanasan sehingga bahan alam tidak menjadi terurai. Ekstraksi
senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut ekstraksi pada suhu kamar
(Heinrich,2004).
b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurna yang
menempatkan serbuk simplisia pada suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori. Proses ini terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi
26
antara, tahap perkolasi sebenarnya, terus menerus sampai diperoleh ekstrak yang
jumlahnya dua kali lebih banyak dari sampel awal yang diekstrak (Depkes, 2000).
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi berlanjut dengan jumlah
pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Biomassa ditempatkan
dalam wadah soklet yang dibuat dari kertas saring, melalui alat ini pelarut akan terus
direfluks. Alat soket ini akan mengosongkan isinya kedalam labu dasar bulat setelah
mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar melewati alat ini melalui pendingin
refluks, eksraksi berlangsung sangat efisien dan senyawa dari biomassa secara efektif
ditarik kedalam pelarut karena konsentrasi awalnya rendah dalam pelarut (Depkes,
2000). Keuntungan utama metode sokletasi adalah metode ekstraksi terbaik untuk
memperoleh hasil ekstrak yang banyak dan juga pelarut yang digunakan lebih sedikit
(efisien bahan) , waktu yang digunakan lebih cepat, sampel yang diekstraksi secara
tidak hilang saat dipanaskan teknik ini dapat digunakan dalam pencarian induk obat
(Heinrich, 2004).
d. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
sampai tiga kali sehingga dapat termasuk ekstraksi sempurna (Depkes, 2000).
27
yaitu kromatografi gas dan spektrometri massa. Kromatografi gas adalah metode
massa adalah metode analisis dimana sampel yang akan dianalisis diubah menjadi
ion-ionnya, dan massa dari ion-ion tersebut dapat diukur berupa spectrum massa
(Hermanto,2008). Pada metode ini komponen yang terdapat dengan kecepatan yang
berbeda dimana interaksi komponen dengan fase diam dengan waktu yang paling
cepat akan keluar pertama dari kolom dan yang paling lambat akan keluar paling
akhir (Eaton,1989). Kromatografi gas merupakan metode yang tepat dan cepat untuk
membaca kandungan senyawa yang terdapat pada suatu sampel. Waktu yang
dibutuhkan beragam, mulai dari beberapa detik untuk campuran sederhana sampai
1991).
Pada sistem GC-MS ini, yang berfungsi sebagai detector adalah spectrometer
massa yang terdiri dari system analisis dan sistem ionisasi, dimana electron Impact
Ionnization (EL) adalah metode ionisasi yang umum digunakan (Agusta, 2000).
menghasilkan data yang berguna mengenai struktur dan identitas senyawa organik.
Jika eluen dari kromatografi gas diarahkan ke spektrometer massa, maka informasi
Spektrum massa diukur secara otomatis pada selang waktu tertentu atau pada
maksimum, dan tengah-tengah puncak ketika keluar dari kolom. Kemudian data
disimpan dikomputer, dan dapat diperoleh hasil kromatogram disertai integrasi semua
komponen. Spektrum ini dapat dipakai identifikasi senyawa yang pernah diketahui
dan sebagai sumber informasi struktur dan bobot molekul senyawa baru (Gritter et
al., 1991).
dengan komputer dimana dapat merakam dan menyimpan data dari sebuah analisis
akan berkembang pada pemisah yang lebih efisien. Karena komputer dapat di
program untuk mencari spektra library yang langka, membuat identifikasi dan
molekul pada suatu komponen yang dapat dibandingkan langsung dengan library
fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam adalah zat yang ada didalam kolom,
dan dase gerak adalah gas pembawa (helium atau hydrogen) dengan kemurnian
tinggi. Proses pemisahan terjadi karena terdapat kecepatan alir tiap molekul didalam
29
kolom. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan afinitas antar molekul dengan
fase diam yang ada didalam kolom. Proses pendektesian pada MS diawali dengan
diubahnya sampel yang berasal dari GC menjadi ion-ion gasnya terlebih dahulu.
analyzer) yang berfungsi secara selektif untuk memisahkan ion dengan satuan massa
atom yang berbeda. Terakhir ion-ion tersebut dideteksi oleh electron multiplier
molekuler. Senyawa-senyawa yang terpisah dari analisis GC akan keluar dari kolom
menjadi ion-ion dalam fase gas. Ion-ion yang dihasilkan kemudian dipisahkan
menurut rasio massanya (m/e). spectrum massa dari analat yang muncul
molekul dari analat tersebut (Skoog et al., 2004). Skema GC-MS dapat dilihat pada
Gambar 2.6.2
30
Gambar 2.6.2
Skema GCMS
Sumber : ( Roth, 1988)
1. Pengatur aliran gas (Gas Flow Conttroller). Tekanan diatur sekitar 1-4 atm
sedangkan aliran diatur 1-1.000 liter gas per menit. Fase bergerak adalah gas
pembawa, yang lazim digunakan adalah He, N2, H2 Ar, tetapi detector
pembawa dialirkan lebih dahulu pada suatu silinder yang berisi molecular sieve
2. Tempat ijeksi sampel (injector). Sampel diijeksikan dengan suatu mikro syringe
melalui suatu septum karte silicon kedalam kotak logam yang panas. Banyaknya
memiliki variasi dalam ukuran dan bahan isian. Ukuran yang umum sepanjang 6
kaki dan berdiameter 1/4 inci, terbuat dari tabung tembaga atau baja tahan karat,
berbentuk spiral. Tabung diisi dengan suatu bahan padat halus dengan luas
permukaan besar yang relatif inert. Padatan tersebut adalah sebuah penyangga
mekanik untuk cairan. Sebelum diisi padatan tersebut diimpregasi dengan cairan
yang diinginkan yang berperan sebagai fase stasioner. Cairan ini harus stabil dan
tidak mudah menguap pada temperatur ruang dan harus sesuai untuk pemisahan
tertentu.
5. Sumber ion ( ion source ). Tempat terjadinya proses ionisasi dari molekul yang
berupa uap. Molekul tersebut akan kehilangan satu electron dan terbentuk ion
bermuatan negatif.
32
6. Pompa vakum ( vacuum pump ). Pompa vakum tinggi untuk mengurangi dan
mempertahankan tekanan pada MS saat analisis dan pompa vakum rendah umtuk
harus dapat membedahkan selisih massa yang kecil serta dapat menghasilkan arus
bergantung pada laju aliran massa sampel dan bukan pada konsentrasi sampel gas
penunjang.
Udang ( Artemia salina Leach ) adalah udang yang termasuk dalam family
salina Leach hidup diperarian berkadar garam tinggi agar dapat terhindar dari musuh,
karena pada kadar tersebut musuh tidak dapat bertahan hidup. Artemia salina Leach
dapat digunakan sebagai hewan uji dilaboratorium bioassay agar diketahui toksisitas
dari suatu bahan atau zat yang berada dalam ektrak tanaman dengan perhitungan
(Mudjiman, 1989).
33
Kingdom : Animalia
FIlum : Arthopoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Familia : Artemiidae
Genus : Artemia
Berikut merupakan bentuk larva Artemia salina Leach dewasa dapat dilihat pada
gambar 2.7.1
Gambar 2.7.1
Artemia salina Leach
Sumber : (Mudjiman, 1989)
34
2.7.2 Morfologi dan Siklus Hidup Larva Uji ( Artemia salina Leach )
a. Telur
Istilah untuk telur artemia adalah siste, yaitu telur yang telah berkembang
lebih lanjut menjadi embrio dan kemudian diselubungi oleh cangkang yang tebal dan
kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh kekeringan,
benturan keras, sinar ultraviolet, dan mempermudah pengapungan. Oleh karena itu ia
b. Larva
Apabila siste artemia direndam dalam air laut bersuhu 25◦C, maka akan
menetas dalam waktu 24-36 jam. Dari dalam cangkangnya keluarlah larva yang juga
mengalami 15 kali perubahan bentuk atau metamorphosis. Setiap kali larva berubah
seterusnya sampai instar XV. Setelah itu berubah menjadi artemia dewasa
(Mudjiman, 1989). Larva yang baru saja menetas masih dalam tingkatan instar I
makanan. Oleh karena itu larva pada tingakatan I masih belum perlu makan. Anggota
badan terdiri dari sepasang sungut kecil (antenule atau antena I) dan sepasang sungut
besar (antena II). Dibagian sungut besar terdapat sepasang mandibulata (rahang) yang
sudah lengkap sebanyak 11 pasang , maka berakhirlah masa larva dan berubah
c. Artemia Dewasa
dengan ukuran panjang sekitar 1 cm, dengan kakinya yang sudah lengkap sebanyak
11 pasang yang secara khusus dibelakang kaki (torakopoda) baik pada jantan maupun
yang betina, antena-I nya tetap saja sebagai sungut, yang fungsinya sebagai alat
peraba. Pada artemia jantan antena II berubah menjadi alat penjepit yang membesar
dan berotot yang kegunaannya untuk berpegangan pada betina waktu menjelang
perkawinan. Pada betina antena II-nya mengalami penyusutan yang akhirnya berubah
menjadi alat peraba. Dibelakang kaki (torakopoda) jantan terdapat sepasang alat
kelamin luarnya, sedangkan pada betina terdapat sepasang indung telur (ovarium)
yang terletak pada sebelah kanan dan kiri saluran pencernaan (Mudjiman, 1989).
Morfologi dan siklus hidup larva udang Artemia salina Leach dapat dilihat pada
gambar 2.7.2
Gambar : 2.7.2
Siklus Hidup Artemia salina Leach
Sumber : Mudjiman, 1989)
36
a. Suhu
Artemia tidak dapat bertahan hidup pada suhu kurang dari 6◦C atau lebih dari
35◦C, tetapi hal ini sangat tergantung pada ras dan kebiasaan tempat hidup mereka.
Pertumbuhan artemia yang baik berkisar pada suhu antara 25◦C-30◦C (Mudjiman,
1989).
b. Kadar garam
kadar garam yang tinggi musuh-musuh tidak dapat hidup, sehingga artemia akan
aman tanpa gangguan. Untuk pertumbuhan telur, ternyata dibutuhkan air yang kadar
garamnya lebih rendah dari pada suatu batas tertentu (Mudjiman, 1989).
c. Oksigen terlarut
Artemia dapat hidup dan menyesuaikan diri pada tempat yang kadar
d. pH
jelas namun berpengaruh pada penetasan telur. Apabila pH untuk penetasan kurang
Telur artemia dapat ditetaskan dalam air laut biasa (kadar garam 30 per-mil).
Untuk mencapai hasil penetasan yang baik diperlukan air berkadar garam 5 permil
yang dibuat dengan cara pengenceran air laut biasa dengan air tawar. Agar pH air laut
37
yang diencerkan tidak turun namun tetap antara 8-9 maka perlu ditambahkan natrium
hidrokarbonat sebanyak 2g/L. Selain itu dapat juga digunakan air laut buatan yang
Terjadinya penetasan cangkang telur dibantu oleh kegiatan enzim, yaitu enzim
penetasan. Enzim ini bekerja pada pH > 8 (antara 8-9). Suhu air selama penetasan
hendaknya tetap, yaitu berkisar 25◦C-30◦C. Kadar oksigen harus lebih dari 2 mg/L.
untuk itu perlu diaerasi (diberi udara/oksigen). Sebagai sumber udara dapat
digunakan penghembus udara yaitu aerator dan berikan penerangan selama proses
Artemia salina Leach secara luas telah digunakan untuk pengujian aktivitas
farmakologi ekstrak suatu tanaman. Artemia juga merupakan hewan uji yang
Uji BSLT dengan hewan uji artemia dapat digunakan untuk skrining awal terhadap
serupa dengan yang terdapat pada mamalia dan organisme yang memiliki ouabaine-
sensitive Na+ dan K+ dependent ATPase, sehingga senyawa maupun ekstrak yang
memiliki aktivitas pada sistem tersebut dapat terdeteksi. Jika suatu senyawa tersebut
bekerja mengganggu kerja salah satu enzim ini pada artemia dan menyebabkan
38
kematian artemia, maka senyawa tersebut bersifat toksik dan dapat menyebabkan
Uji toksisitas pada kulit batang kelor dilakukan dengan menggunakan metode
Brine Shrimp Lethality Test ( BSLT ). Metode ini merupakan suatu metode yang
digunakan untuk menguji bahan – bahan alam yang bersifat toksik dengan
menggunakan hewan percobaan berupa larva udang Artemia salina Leach. Selain itu
untuk mengukur tingkat toksisitas pada suatu senyawa dapat dilakukan dengan
tingkat suatu senyawa dari ekstrak dapat ditentukan dengan melihat nilai LC 50 yang
dihitung menggunakan metode analisis probit. Dari presentase data kematian larva
nilai LC50. Apabila nilai LC50 < 1.000 ppm maka senyawa bersifat toksik
BSLT merupakan suatu bioassay yang pertama untuk penelitian bahan alam
dan salah satu metode uji bahan-bahan yang bersifat toksik. Keunggulan dari uji
peralatan khusus dan hanya membutuhkan sedikit sampel uji. Bioassay adalah uji
yang menggunakan organisme hidup untuk mengetahui efektivitas suatu bahan hidup
ataupun bahan organik dan anorganik. Metode BSLT menurut Meyer et al (1982),
39
yaitu menggunakan larva udang Artemia salina Leach sebagai hewan coba dan
merupakan uji toksisitas akut karena efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam
waktu singkat (selama 24 jam) setelah pemberian dosisi uji. Tingkat toksisitas suatu
Tabel 2.9.1
Kategori toksisitas suatu bahan
Kategori LC50 ppm
Tidak toksik >1000
Sangat toksik <30
Toksik 30-1000
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2021 hingga bulan Juli 2021,
sampel kulit batang kelor di Kel. Pedungan, Denpasar selatan. Sedangkan tempat
3.2.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kulit batang kelor
yang diperoleh diwilayah kota Denpasar , etanol 96%, telur udang Artemia salina
Leach, natrium hidrokarbonat, ragi roti, air tawar, dan garam ikan.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan yaitu oven, blender, toples, labu erlenmeyer, vacuum
rotary evaporator, sendok, botol vial 30 mL, timbangan analitik, kertas saring, gelas
ukur, aluminium foil, sentrifuge, GC-MS tipe GC7890B (SN US17213016) MSD
5977B (SNG7078B US1721D001), tisue, gunting, cawan petri, gelas ukur, pipet
tetes, micro pipet, pisau, plastik, sendok, corong, camera, dan lampu pijar 25 watt.
40
41
tanaman yang sudah berumur 15 tahun karena tanaman tersebut berada pada masa
2015). Kulit batang kelor dipotong kecil-kecil menggunakan pisau sebanyak 3 kg,
lalu di cuci dengai air sampai bersih, selanjutnya di sortasi untuk memisahkan sampel
dari kotoran. Kemudian sampel dimasukkan ke oven dengan suhu 50⁰C selama 7 x 24
jam, agar air yang masih terkandung dalam kulit batang kelor menguap hingga
mencapai berat konstan (Tapotubun, 2018). Selanjutnya kulit batang kelor yang telah
dengan menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 3 liter dengan perbandingan 1:10.
kertas saring sehingga dihasilkan filtrat dan residu. Filtrat yang diperoleh kemudian
perputaran 128 rpm hingga diperoleh ekstrak kental berupa pasta ( Putriani, 2013 ).
yaitu sebanyak 1 mg ekstrak kental dilarutkan etanol 96% sebanyak 900 µl.
30 kali agar sampel tersebut homogen. Setelah itu cairan bening hasil sentrifuge yang
sudah homogen tersebut dideteksi, dengan cara pipet 1 µl cairan bening paling atas
panjang kolom 30 m, diameter kolom 0,25 mm, dan ketebalan kolom fase diam 0,25
µm. Temperatur oven diatur pada suhu 70◦C selama 3 menit, perlahan-lahan
temperatur ditingkatkan rata-rata 10◦C per menit sampai mencapai suhu 290◦C. Suhu
290◦C dipertahankan selama 2 menit. Temperatur saat sampel dinjeksi yaitu pada
suhu 230◦C. analisis sampel ekstrak kulit batang kelor menggunakan gas N2 sebagai
carier dan split 1:50. Sampel didalam injector dibawah kedalam kolom. Kolom akan
senyawa tersebut akan dideteksi oleh detector dan sinyal dikeluarkan dalam bentuk
fase gerak akan keluar pertama dari kolom, akibatnya waktu retensi yang dimiliki
kecil. Kandungan senyawa yang memiliki afinitas besar akan keluar dari kolom
detector pada spectrometri massa. Spektrometri massa dari senyawa aktif yang
terkandung dalam ekstrak kulit batang kelor akan diukur secara otomatis berdasarkan
waktu retensi yang dimiliki oleh setiap kandungan senyawa aktif tanaman.
Penyiapan larva udang yaitu dengan menetaskan telur artemia dengan larutan
air garam. Larutan air garam dibuat dengan cara melarutkan 40 g garam laut ke 2.000
mL air tawar kedalam toples plastik yang sudah diberikan penerangan menggunakan
lampu pijar 25 watt dan diaerasi menggunakan aerator. Kemudian tambahkan natrium
hidrokarbonat sebanyak 2g/L agar pH air normal berkisaran 8-9. Selanjutnya telur
Artemia salina dimasukkan kedalam larutan air garam sebanyak 1 mg dan akan
menetas dalam waktu 24-36 jam. Setelah larva menetas pindahkan kedalam wadah
plastik agar cangkang dan larva terpisah. Selama 2-3 hari kemudian larva sudah
mencapai instar II berbentuk bulat lonjong dengan panjang sekitar 400 mikron, lebar
170 mikron, dan berat 0,002 mg. Larva ini siap digunakan sebagai hewan uji
larutan 10.000 ppm sebagai larutan induk. Konsentrasi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm, 10 ppm, dan 0 ppm sebagai
kontrol (tanpa penambahan larutan induk). Untuk membuat konsentrasi 500 ppm, 250
ppm,125 ppm, 50 ppm, dan 10 ppm yaitu pipet larutan induk masing-masing
44
sebanyak 250 µl, 125 µl, 62,5 µl, dan 5 µl kedalam vial yang sudah diberi label
Untuk kontrol dibuat dengan memasukan 5 mL larutan air garam kedalam botol vial
V1.M1 = V2.M2
Larutan uji konsentrasi, 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm, dan 10 ppm,
Masukkan larva udang sebanyak 10 ekor yang sehat dan bergerak aktif, pada tiap-
tiap vial tambahkan 1 mL suspensi ragi untuk sebagai makanan larva artemia dan
tambahkan larutan air garam pada botol vial 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm,
dan 10 ppm hingga mencapai 5 ml. Percobaan ini di lakukan replikasi sebanyak 3
kali.
Replikasi pada penelitian ini bertujuan agar memperoleh keakuratan data dan
mengurangi kesalahan dalam penelitian (Muaja, 2013). Jumlah total larva yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu 180 ekor yang dimasukkan kedalam 18 botol
vial. Setelah 24 jam perlakuan, larva udang diamati menggunakan lup. Pengamatan
45
kematian larva Artemia salina Leach dilihat dari pergerakan larva yang hidup dan
Jika tidak ada pergerakan pada larva tersebut, maka hitung kematian pada tiap-tiap
Data hasil penelitian akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Data dari uji toksisitas tersebut akan di analisis dengan metode analisis probit dengan
persamaan regresi linear menggunakan Microsoft Excel 2010 for Windows. Untuk
menentukan nilai LC50 dari log konsentrasi dan persamaan garis lurus y = mx + b
yaitu dengan cara mengaktifkan data analysis di menu data dengan memilih regresi
setelah itu input nilai y dan x pada jendela data regresi dan didapatkan nilai b
(intersep) dan nilai m (slope). Niilai y merupakan nilai probit yang didapatkan dari
tabel probit dengan melihat persen kematian masing – masing konsentrasi dan nilai x
karena yang dicari nilai LC50 maka y diisi dengan 5 karena nilai 5 itu berarti 50%
Hasil ekstraksi didapatkan filtrat sebayak 700 mL berwarna pekat hijau muda
kehitaman. Warna hijau yang dihasilkan disebabkan oleh pelarut etanol yang dapat
melarutkan pigmen berupa warna hijau (kholorofil) dari kulit batang kelor. Adanya
pengurangan volume filtrat disebabkan karena pelarut etanol mudah menguap dan
menggunakan vacuum rotary evaporator pada suhu 35◦C dengan perputaran 128 rpm.
Setelah itu didapatkan ekstrak kental berwarna hitam pekat sebanyak 7,8 g.
kulit batang kelor (Gambar 4.2 ) memperlihatkan 9 peak yang terdeteksi sehingga ada
14 senyawa yang terdapat dalam sampel ekstrak kulit batang kelor. Keseluruhan
46
47
Gambar 4.2
Kromatogram pemisahan Gas Chromatography ekstrak Kulit batang kelor
memiliki waktu retensi 24.233 menit dan persen area 2,07%, peak 8 memiliki waktu
retensi 24.601 menit dan persen area 4,92% , dan peak 9 memiliki waktu retensi
26.125 menit dan persen area 33,66%. Senyawa – senyawa yang terdeteksi pada 3
puncak tertingi pada peak tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
48
Tabel 4.2.1
Golongan senyawa Peak 7
3-one termasuk golongan fenol yang memiliki rumus molekul C9H9N3OS dan berat
molekul 207,25 g/mol. Senyawa ini berfungsi sebagai herbisida atau material yang
49
yang menyebabkan penurunan hasil pertanian. Selain itu senyawa ini memilki juga
fungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi , dan antikanker karena enzim COX adalah
4.2.1 a
Gambar 4.2.1 a
Struktur senyawa -methyl-4phenyl-5thioxo-1,2,4-triazolidin-3-one
Sumber : ( Pubchem, 2021 )
memiliki rumus molekul C15H13N, berat molekul 207,27 g/mol. Sesuai literatur telah
karena memiliki nila LC50 sebesar 80,176 ppm. Selain itu senyawa Benzo [h]
2016). Berikut merupakan struktur senyawa Benzo [h] quinoline, 2,4-dimethyl- dapat
Gambar 4.2.1 b
Benzo [h] quinoline, 2,4-dimethyl-
Sumber : ( Pubchem, 2021 )
molekul 222,46 g/mol yang berfungsi sebagai antimikroba dan antioksidan. Senyawa
ini juga biasa disebut organo silicon yang merupakan senyawa siklik yang digunakan
sebagai surfaktan yang berfungsi sebagai perantara dalam sintetis organik, bahan
pencerah pada tekstil, serta sebagai pelembut kulit (Moggedda, 2016). Struktur
Gambar 4.2.1 c
Struktur senyawa Cylotrisiloxane, hexamthyl-
Sumber : ( Pubchem, 2021)
51
Tabel 4.2.2
Golongan Senyawa Peak 8
sama pada peak 7. Senyawa tersebut yaitu senyawa Phenylacetic acid, 2-(1-
52
(tert-butyldimethylsilyloxy) arsane.
molekul C20H26O2, berat molekul 298,4 g/mol. Senyawa ini juga disebut asam fenil
asetat merupakan senyawa metabolit sekunder golongan fenol yang sering digunakan
sebagai bahan baku pembuatan penicillin dan amphetamine. Asam fenil asetat juga
digunakan sebagai bahan pembantu dalam industri parfum dan aroma karena
memiliki aroma mawar dan madu. Senyawa ini dan turunannya dapat menurunkan
produksi protas glandin ( mediator penyebab nyeri, sel kanker, dan inflamasi karena
aksi COX ( enzim siklook sigenase ) yang mengkatalisis prostaglandin (Triodora, dkk
2016). Stuktur senyawa Phenylacetic acid, 2-(1-adamantyl) ethyl ester dapat dilihat
Gambar 4.2.2 a
Struktur Senyawa Phenylacetic acid, 2-(1-adamantyl) ethyl ester
Sumber : ( Pubchem, 2021 )
53
Senyawa berikut yang ditemukan pada peak ini yaitu Tris (tert-
memiliki rumus molekul C18H45Aso3Si3, berat molekul 468,726 g/mol dan memiliki
sifat yang sangat beracun karena dapat merusak sistem pencernaan pada makhluk
hidup. Selain itu asam arsenat/arsenit digunakan juga dalam industri pestisida,
insektisida untuk pengendalian hama dan penyakit maupun geothermal untuk sebagai
bahan pembuatan obat modern dalam jumlah kecil (Wijanto, 2005). Berikut
Gambar 4.2.2 b
Struktur senyawa Tris (tert-butyldimethylsilyloxy) arsane
Sumber : ( Pubchem, 2021 )
54
Tabel 4.2.3
Golongan Senyawa Peak 9
Pada menit 26.125 senyawa yang ditemukan pada peak ini yaitu thymol, TMS
derivative yang memiliki rumus molekul C13H22OSi dan berat molekul 222,40 g/mol.
Thymol, TMS derivative merupakan senyawa turunan hidra zone yang termasuk jenis
55
antimikroba, antiinflamasi, dan antikanker. Senyawa ini diuji menggunakan garis sel
kanker manusia dan mampu menghambat pertumbuhan sebanyak 50%. Selain itu
senyawa thymol dapat berperan sebagai larvasida pada larva nyamuk anopless
penyebab malaria karena senyawa thymol bertindak sebagai racun gugus asetoksi dan
benziloksi sehingga dapat menghambat pernapasan larva ( Jack, dkk., 2006). Selain
itu pada peak ini ditemukan senyawa yang sama pada peak sebelumnya yaitu
Gambar 4.2.3
Struktur senyawa thymol, TMS derivative
Sumber : ( Pubchem, 2021 )
4.3 Hasil Uji Toksisitas ekstrak kulit batang kelor terhadap Larva Artemia
salina. L
tanaman. Tingkat toksisitas ditentukan melalui hasil perhitungan nilai LC50 dari
aktivitas senyawa yang mempengaruhi kematian larva udang Artemia salina Leach.
56
Menurut Meyer, dkk., (1982) sampel bersifat toksik apabila memiliki nilai LC50 <
1.000 ppm.
Berikut hasil uji toksisitas dari berbagai konsentrasi ekstrak kulit batang kelor
terhadap larva udang Artemia salina Leach dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak kulit batang kelor (Moringa oleifera) terhadap
larva udang Artemia salina Leach
Total Persen
Konsentrasi Rata-rata
Perlakuan Kematian kematian
(ppm) Kematian
(Ekor) (%)
Vial I Vial II Vial III
500 9 9 8 26 0,8667 86,67
250 7 5 7 19 0,6333 63,33
125 3 1 4 8 0,2667 26,67
50 1 2 2 5 0,1667 16,67
10 1 2 1 4 0,1333 13,33
0 (Kontrol) 0 0 0 0 0 0
Kematian larva Artemia salina Leach pada vial uji masing-masing konsentrasi
ekstrak kulit batang kelor ditunjukkan pada tabel 4.3 dan gambar diagram batang 4.3.
Pada tabel dan diagram tersebut memperlihatkan pengaruh yang berbeda terhadap
kematian larva Artemia salina Leach. Disajikan pada tabel dan diagram kematian
tertinggi terdapat pada konsentrasi 500 ppm sebesar 86,67% dan kematian terendah
ada pada konsentrasi 10 ppm dengan persentase kematian sebesar 13,33%. Pada
larutan 0 ppm ( kontrol ) tidak terdapat adanya larva yang mati. Sehingga penelitian
ini selaras dengan metode BSLT dimana kematian larva udang Artemia salina Leach
57
dipengaruhi akibat suatu zat bukan dari pengaruh air laut atau pun faktor lainnya.
Diagram persen kematian larva tiap – tiap konsentrasi dapat dilihat pada gambar 4.3
500
500
450
400
350
300 250
Konsentrasi (ppm)
250
Persen kematian (%)
200
150 125
86.67
100 50 63.33
26.67
50 10 13.33 16.67
0
1 2 3 4 5
Gambar 4.3
Diagram Persen kematian Artemia salina Leach
menentukan nilai probit dapat dilihat dari persen kematian tiap kelompok hewan uji.
Setelah itu tentukan log konsentrasi tiap kelompok dan tentukan persamaan garis
lurus hubungan antara sumbu y ( probit ) dengan sumbu x ( log konsentrasi ) yang
diinput melalui menu data analisis regresi sehingga didapatkan nilai b (intersep) dan
Nilai log konsentrasi dan probit berbagai konsentrasi dapat dilihat pada table 4.4
58
Tabel 4.4
Nilai Log konsentrasi dan probit setiap konsentrasi
Probit Analysis
7
6.5 y = 1.2769x + 2.2225
R² = 0.7907
6
5.5
Probit
5
4.5
4
3.5
3
0.5 1 1.5 2 2.5 3
Log Konsentrasi (ppm)
Probit Linear (Probit)
Gambar 4.4
Grafik Probit Kematian dari berbagai Konsentrasi Ekstrak
m (Slope) : 1,2769
59
Maka, y = mx + b
5 = 1,2769x + 2,2225
X = 5 - 2,2225/1,2769
X = 2.175189913
Hasil perhitungan nilai LC50 yaitu 149,689 ppm sehingga menunjukkan bahwa
ekstrak kulit batang kelor bersifat toksik terhadap larva udang Artemia salina Leach
karena nilai LC50 ≤ 1.000 ppm. Dari hasil tersebut ekstrak kulit batang kelor
(Moringa oleifera) dapat digunakan sebagai larvasida dan obat karena memiliki
kandungan metabolit sekunder yang bersifat toksik dan nilai LC50 ≤ 1.000 ppm.
Menurut Albert et al., (2002) kematian larva udang Artemia salina Leach
kematian sel. Kematian sel dapat terjadi apabila monoterpenoid berada didalam tubuh
larva Artemia salina Leach. Senyawa Monoterpenoid dapat masuk kedalam tubuh
bergerak melewati kadar yang tinggi menuju sisi lain yang kadarnya lebih rendah.
Senyawa monoterpenoid yang dihasilkan dari GC-MS ekstrak kulit batang kelor yaitu
larva udang Artemia salina Leach adalah senyawa fenol. Menurut Cahyadi, (2009)
60
senyawa fenol bertindak sebagai racun perut yang dapat menghambat daya makan
larva. Oleh karena itu bila senyawa ini masuk dalam tubuh larva Artemia salina
GC-MS ekstrak kulit batang kelor yang termasuk golongan fenol yaitu senyawa 1-
(1-adamantyl) ethyl ester. Selain itu kematian pada larva udang Artemia salina Leach
juga diduga adanya pengaruh dari senyawa- senyawa yang bukan termasuk kelompok
senyawa-senyawa lainya yang dhasilkan pada peak 1-6 seperti senyawa Heptadecane,
ester yang termasuk dalam golongan senyawa bioaktif (Vivin dkk., 2018).
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
sebagai berikut :
sekunder yaitu fenol, terpenoid, dan monoterpenoid yang terdiri dari 14 jenis
senyawa kimia.
2. Ekstrak kulit batang kelor (Moringa oleifera) memiliki potensi toksik terhadap
larva udang Artemia salina Leach yaitu 149,689 ppm sehingga dapat digunakan
5.2 Saran
1. Perlu diadakan isolasi senyawa – senyawa yang bersifat toksik dalam ekstrak kulit
2. Perlu dialakukan penelitian lebih lanjut untuk menghitung dosis yang tepat agar
61
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Penerbit Karunika. Jakarta. Hal. 1-
319.
Atun, S. 2014. Metode isolasi dan identifikasi struktur senyawa organik bahan alam.
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur. 8(2): 53-61.
Agusta. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. ITB. Bandung. Hal. 29-
111.
Anderson, J.E., C.M. Goetz, J.L. Laughlin. 1991. A blind comparison of simple
bench top bioassay and human tumor cell Cytotoxicities as antitumor
prescrenss. Natural Product Chemistry. Elseiver.Amsterdam. 2:1-7.
Aslam, M., F. Anwar, R. Nadeem, U. Rashid, dan T.G. Kazi. 2005. Mineral
composition of Moringa oleifera Leaves and pods from different region of
Punjab, Pakistan. Asian Journal of Plant Sciences.4(8): 417 - 421.
Alberts, B., A. Johnson, dan J. Lewis. 2002. Molecular Biology Of The Cell 4th
Edition. New York: Garland Science. 1293.
Cahyadi, W. 2009. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan. Edisi
ke-2. Bandung: Bumi Aksara. Hal. 180-183.
62
63
Jonni, M.S. 2008. Cegah Malnutrisi dengan Kelor. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Hal. 13-93.
Gunawan, D., dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam Penebar Swadaya. Edisi I
Jakarta. 1-116.
Hermanto. 2008. Aplikasi alat HPTCL dan GC-MS. Jakarta. UI Press. Vol. 1 (3) :
102-109.
Ikalinus, R., K. Wisyaatuti Setiasih. 2015. Skrining fitokimia ekstrak etanol kulit
batang kelor. Jurnal Indonesia Medicius Veterinus. 4 (1): 71-79.
Jonny, P., M, Richard. 2006. Comparison of same day diagnostic tools including
Gene Xpert and unstimulated IFN-γ for the evaluation of pleural
tuberculosis. A Prospective Cohort Study. BMC Pulmonary Medicine
.pages 1-10.
64
Kasolo, E.A. 2010. Phytochemicals and Uses of Moringa oleifera leaves in ugandan
rural communities. Journal of Medical plant research. Vol. 4 (9) : 53-757.
Kristanti, A., Novi. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Airlangga University Press.
Surabaya. Page 387.
Ketaren, S. 2012. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press, Jakarta.
Page. 128.
Krisnadi, AD. 2015. Kelor Super Nutrisi. Blora: Morindo Moringa Indonesia;
hal.37-41
Muaja, A. D., H.S.J. Koleangan, dan M.R.J. Runtuwene. 2013. Uji toksisitas dengan
metode BSLT dan analisis kandungan fitokimia ekstrak daun sayogik
(Saurauia bracteosa) dengan metode soxhletasi. Jurnal MIPA. Unsrat. Vol
2 (2) : 115-118
Meyer, B.N., N.R. Feerigni, J.E. Putnam, L.B. Jacobson, D.E. Nicholas, J.L.
McLaughlin. 1982. Brine shrimp a convenient general bioassay for active
plant constituents. Plant Med. Vol. 45:31-34.
65
Mudjiman, A. 1989. Budidaya udang putih. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 136.
Mills, D., M. Jeffries. 1996. Freshwater Ecology. Principles, and Aplications. John
Wiley and Sons, Chichester, UK. Page. 201.
Novadiana, Arie, dan S. Pasaribu. 2014. Isolasi dan identifikasi senyawa steroid
fraksi kloroform dari fraksinasi ekstrak metanol daun kerehau (Callicarpa
longifolia Lam). Jurnal Kimia Mulawarman, 12 (1) : 2-7.
Putranti, R.I.K.A. 2013. Skrining fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak rumput
laut Sargassum duplicatum dan Turbinaria ornata dari Jepara. Universitas
Diponegoro. Semarang. 2 (1) : 3-10.
Pharm, R. 2016. Pengaruh pemberian ekstrak daun (crescentia cujete) terhadap kadar
marker mDA pada darah dan organ otak tikus (Sprague). Universitas
Tarumanegara. Page 6-9.
Qadeer, dan Rehan. 1998. A study of the adsorption of phenol by activated carbon
from aqueous solutions. Turkish journal of chemistry. 26(3) : 2-9.
Savova, M., T. Kolusheva, A. Stourza, dan I. Seikova. 2017. The use of group
contribution method for predicting the solubility of seed polyphenol of
(Vitis vinivera L). in Solvent Mixtures. Journal of the University of chem.
Cal Technology and metallurgy. 42 (3): 295-300.
Solis, P.N., C.W. Wright, M.M. Anderson, M.P. Gupta, & J.D. Philipson. 1993. A.
microwell cytotoxy assay using (Artemia salina) (Brine shrimps). Planta
Med. 59: 250-252.
Supiyanti, W., E.D. Wulansari, dan L. Kusmita. 2010. Uji aktivitas antioksidan
dan penentuan kandungan antosianin total kulit buah manggis (Garcinia
mangosta. L). Majalah Obat Tradisional. 15(2) : 64-70.
Tapotubun, A.M., Matrutty, I.K.E. Savitri. 2016. Penghambatan bakteri patogen pada
ikan segar yang diaplikasi Caulerpa lentillifera. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia. 19 (3): 299-308.
Underwood, A.L., dan R. A. Day. 2002. Analsis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Erlangga. Jakarta. Page. 1-87.
Willet, Walter. 1987. Nutrional Epidemiology. Oxford University Press: New York
Page. 256.
Wahyuni, S. 2016. Uji aktivitas ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.)
terhadap mencit (Mus musculus) sebagai antiinflamasi. Skripsi S1. Fakultas
Farmasi Universitas Setia Budi. Surakarta. Hal. 3-16.
Wijanto. 2005. Analisis Kadar arsen (As) pada kerang bivalvia yang berasal dari laut
Belawan. Medan : Skripsi FKM Universitas Sumatera Utara. Hal. 5-19.
68
Wibowo, S., U.B.S. Bagus, S. Dwi, dan Syamdidi. 2013. Artemia Untuk Pakan Ikan
dan Udang, Budidaya Artemia Outdoor dan Indoor, Penanganan dan
Pengeringan Kista Artemia, Penyiapan Kista Artemia untuk pakan,
Pemanfaatan Biomassa Artemia. Penebar Swadaya ; Jakarta. Hal 4-18
Yunita, E.A., N.H. Suprapti, dan J.W. Hidayat. 2009. Pengaruh ekstrak daun teklan
(Eupatorium riparium) terhadap mortalitas dan perkembangan larva Aedes
aegypti. BIOMA.Vol. 11(1): 11-17.
Zuhud, E.A. 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Agromedia Pustaka
: Jakarta Daphnia carinata K. Hasil Penelitian Toksikologi Lingkungan.
UNPAD. Hal. 11-18.
LAMPIRAN
Gambar 1
Kulit Batang Kelor
69
70
Gambar 2
Proses Ekstraksi menggunakan metode maserasi
Gambar 3
Proses Evaporasi menggunakan evaporator
71
Gambar 4
Ekstrak kental kulit batang kelor
Gambar 5
Telur Artemia salina Leach
72
Gambar 6
Proses Penetasan telur Artemia salina Leach
Gambar 7
Hasil pemisahan larva Artemia salina dari cangkang
73
Gambar 8
Larutan Uji dengan berbagai konsentrasi
Gambar 9
Larutan Kontrol (0 ppm)
74
Gambar 10
Kematian Larva Artemia Pada Larutan Konsentrasi Uji 500 ppm
Gambar 11
Kematian Larva Artemia Pada Larutan Konsentrasi Uji 250 ppm
75
Gambar 12
Kematian Larva Artemia Pada Larutan Konsentrasi Uji 125 ppm
Gambar 13
Kematian Larva Artemia Pada Larutan Konsentrasi Uji 50 ppm
Gambar 14
Kematian Larva Artemia Pada Larutan Konsentrasi Uji 10 ppm
76
Gambar 15
Berbagai senyawa Hasil GC-MS
77
% 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
0 0,0 1.0098 2.1218 2.2522 2.3479 2.24242 2.4879 2.5427 2.5914 2.6344
1 2.6737 2.7096 2.7429 2.7738 2.8027 2.8299 2.8556 2.8799 2.3031 2.9251
2 2.9463 2.9665 2.9859 3.0646 3.0226 3.0400 3.0569 3.0732 3.0896 3.1043
3 3.1192 3.1337 3.1479 3.1616 3.1750 3.1881 3.2009 3.2134 3.2256 3.2376
4 3.2490 3.2068 3.2721 3.2813 3.2940 3.3046 3.3151 3.3253 3.3354 3.3454
5 3.3351 3.6484 3.3742 3.3836 3.3028 3.4018 3.4107 3.4105 3.4282 3.4368
6 3.4452 3.4536 3.4618 3.4699 3.4780 3.4850 3.4037 3.5015 3.5091 3.5167
7 3.5242 3.5316 3.5380 3.5462 3.5534 3.5605 3.5675 3.5745 3.5813 3.5882
8 3.5949 3.6016 3.6083 3.6148 3.6213 3.0278 3.0342 3.6405 3.6408 3.0531
9 3.6692 3.6654 3.6715 3.6775 3.6835 3.6894 3.6053 3.7012 3.7070 3.7127
10 3.7184 3.7241 3.7298 3.7354 3.7409 3.7464 3.7519 3.7574 3.7028 3.7681
11 3.7735 3.7784 3.7840 3.7893 3.7945 3.7996 3.8048 3.8099 3.8150 3.8200
12 3.8250 3.8300 3.8350 3.8399 3.8445 3.8497 3.8545 3.8603 3.8641 3.8089
13 3.8736 3.8783 3.8830 3.8877 3.8923 3.8069 3.9015 3.9061 3.9107 3.9152
14 3.9197 3.9242 3.9286 3.9331 3.9375 3.0419 3.9463 3.9056 3.9550 3.9593
15 3.9636 3.9678 3.9721 3.9763 3.8900 3.0848 3.0890 3.9931 3.9973 4.0014
16 4.0055 4.0096 4.0137 4.0178 4.0218 4.0259 4.0299 4.0339 4.0379 4.0410
17 4.0458 4.0408 4.0537 4.0567 4.0015 4.0654 4.0693 4.0731 4.0770 4.0808
18 4.0846 4.0884 4.0922 4.0960 4.0998 4.1035 4.1073 4.1110 4.1147 4.1184
19 4.1221 4.1258 4.1295 4.1331 4.1367 4.1404 4.1440 4.1476 4.1512 4.1548
20 4.1684 4.1019 4.1035 4.1690 4.1726 4.1761 4.1796 4.1831 4.1866 4.1901
21 4.1936 4.1970 4.2005 4.2039 4.2074 4.2108 4.2142 4.2176 4.2210 4.2244
22 4.2278 4.2312 4.2345 4.2379 4.2412 4.2446 4.2479 4.2512 4.2546 4.2579
23 4.2612 4.2644 4.2677 4.2710 4.2743 4.2775 4.2808 4.2840 4.2872 4.2905
24 4.2937 4.2969 4.3001 4.3033 4.3065 4.3097 4.3129 4.3160 4.3192 4.3224
25 4.3255 4.3287 4.3318 4.3349 4.3380 4.3412 4.3443 4.3474 4.3505 4.3536
26 4.3567 4.3597 4.3628 4.3659 4.3689 4.3720 4.3750 4.3781 4.3811 4.3842
27 4.3872 4.3902 4.3932 4.3962 4.3992 4.4022 4.4052 4.4082 4.4112 4.4142
28 4.4172 4.4201 4.4231 4.4260 4.4290 4.4319 4.4349 4.4378 4.4408 4.4437
29 4.4466 4.4405 4.4524 4.4554 4.4583 4.4612 4.4041 4.4670 4.4698 4.4727
30 4.4756 4.4785 4.4813 4.4842 4.4871 4.4899 4.4928 4.4956 4.4985 4.5013
31 45041 4.5070 4.5098 4.5126 4.5155 4.5183 4.5211 4.5230 4.5267 4.5295
32 4.5323 4.5351 4.5370 4.5047 4.5345 4.5462 4.5490 4.5518 4.5546 4.5573
33 4.5061 4.5628 4.5656 4.5684 4.5711 4.5739 4.5766 4.5793 4.5821 4.5848
34 4.5875 4.5903 4.5930 4.5957 4.6984 4.6011 4.6039 4.0066 4.6039 4.6120
35 4.6147 4.6174 4.6201 4.6228 4.6255 4.6281 4.6308 4.6335 4.6362 4.6389
36 4.6415 4.6442 4.6469 4.6495 4.6522 4.6549 4.6575 4.6602 4.6628 4.6655
37 4.6681 4.0708 4.6734 4.6761 4.0787 4.0814 4.0840 4.0806 4.6893 4.6919
38 4.6945 4.6971 4.6998 4.7024 4.7050 4.7078 4.7102 4.7120 4.7155 4.7181
39 4.7207 4.7233 4.7359 4.7285 4.7311 4.7337 4.7389 4.7389 4.7145 4.7441
40 4.7467 4.7402 4.7518 4.7544 4.7570 4.7696 4.7622 4.7647 4.7673 4.7699
41 4.7725 4.7750 4.7776 4.7802 4.7827 4.7853 4.7870 4.7904 4.7930 4.7955
42 4.7981 4.8007 4.8032 4.8058 4.8083 4.8109 4.8134 4.8160 4.8185 4.8211
43 4.8320 4.8202 4.8287 4.8313 4.8338 4.8363 4.8389 4.8414 4.8840 4.8465
44 4.8490 4.8516 4.8541 4.8566 4.8592 4.8617 4.8642 4.8668 4.8093 4.8718
45 4.8743 4.8769 4.8704 4.8819 4.8844 4.8870 4.8805 4.8920 4.8945 4.8970
46 4.8996 4.9021 4.9046 4.9971 4.9996 4.9122 4.9147 4.9172 4.9197 4.0222
47 4.9247 4.9272 4.9298 4.9323 4.9318 4.9373 4.9308 4.9423 4.9448 4.9473
48 4.9408 4.0524 4.9549 4.9574 4.9599 4.9624 4.9649 4.9674 4.9699 4.9724
49 4.9740 4.9774 4.9799 4.9825 4.9850 4.0876 4.9900 4.9925 4.9950 4.9975
78
50 5.000 5.0025 5.0050 5.0075 5.0100 5.0125 5.1050 5.0175 5.0201 5.0226
51 5.0251 5.0276 5.0301 5.0326 5.0351 5.0376 5.0401 5.0426 5.0451 5.0476
51 5.0502 5.0527 5.0552 5.0577 5.0602 5.0627 5.0652 5.0677 5.0702 5.0728
53 5.0753 5.0778 5.0803 5.0828 5.0853 5.0878 5.0904 5.0929 5.0954 5.0729
54 5.1004 5.1036 5.1055 5.1080 5.1105 5.1196 5.1156 5.1181 5.1206 5.1231
55 5.1257 5.1282 5.1307 5.1332 5.1313 5.1383 5.1408 5.1434 5.1459 5.1484
56 5.1510 5.1535 5.5160 5.1586 5.1614 5.1637 5.1662 5.1687 5.1713 5.1738
57 5.1764 5.1789 5.1815 5.1840 5.1866 5.1801 5.1971 5.1942 5.1968 5.1993
58 5.2019 4.2045 5.2070 5.2096 5.2121 5.2147 5.2173 5.2198 5.2224 5.2250
59 5.2275 5.2301 5.2327 5.2353 5.2378 5.2404 4.2430 5.2468 5.2482 5.2508
60 5.2533 5.2359 5.2585 5.2611 5.2637 5.2263 5.2689 5.2715 5.2741 5.2767
61 5.2793 5.2819 5.2845 5.2871 5.2808 5.2024 5.2050 5.2976 5.3002 5.3029
62 5.3055 5.3081 5.3017 5.3134 5.3160 5.3186 5.3213 5.3239 5.3266 5.3202
63 5.3319 5.3345 5.3372 5.3398 5.3425 5.3451 5.3478 5.3505 5.3531 5.3658
64 5.3585 5.3811 5.3638 5.3665 5.3692 5.3719 5.3745 5.3772 5.3799 5.3826
65 5.3853 5.3880 5.3907 5.3934 5.3961 5.3980 5.4016 5.4034 5.4070 5.4097
66 5.4125 5.4152 5.4170 5.4207 5.4243 5.4261 5.4289 5.3416 5.4344 5.4372
67 5.5399 5.4427 5.4454 5.4482 5.4510 5.4538 5.4565 5.4593 5.4621 5.4649
68 5.4677 5.4705 5.4733 5.4761 5.4780 5.4817 5.4845 5.4874 5.4002 5.4930
69 5.4959 5.4987 5.5015 5.5044 5.5072 5.5101 5.5129 5.5158 5.5187 5.5215
70 5.5244 5.5273 5.5302 5.583 5.5350 5.5388 5.5417 5.5446 5.5476 5.6505
71 5.5534 5.5503 5.5502 5.5622 5.5651 5.5681 5.5710 5.5740 5.5760 5.5799
72 5.5828 5.5858 5.0888 5.5918 5.5948 5.5978 5.0003 5.0038 5.0008 5.6098
73 5.6128 5.6158 5.0189 5.6219 5.6250 5.6280 5.6311 5.0341 5.6372 5.6403
74 5.6435 5.6464 5.0405 5.6926 5.6557 5.6588 5.6620 5.6651 5.6682 5.6713
75 5.6745 5.6776 5.0808 5.6840 5.6871 5.6903 5.6935 5.6967 5.6998 5.7031
76 5.7083 5.7095 5.7128 5.716 5.7102 5.7225 5.7257 5.7200 5.7323 5.7356
77 5.7388 5.7424 5.7454 5.7488 5.7521 5.7554 5.7508 5.7621 5.7699 5.7688
78 5.7722 5.7756 5.7796 5.7824 5.7858 5.7892 5.7926 5.7961 5.7995 5.8030
79 5.8834 5.8299 5.8134 5.8169 5.8204 5.8239 5.8274 5.8310 5.8215 5.8381
80 5.8416 5.5452 5.8188 5.5824 5.8560 5.8596 5.8633 5.8669 5.8705 5.8742
81 5.8779 5.8516 5.8853 5.8890 5.8927 5.8905 5.9002 5.9040 5.9078 5.9116
82 5.9154 5.9192 5.9230 5.9269 5.9307 5.9346 5.9386 5.9424 5.9436 5.9502
83 5.9542 5.9581 5.9624 5.9661 5.9701 5.9741 5.9782 5.9822 5.9863 5.9904
84 5.9945 5.9986 6.0027 6.0069 6.0110 6.0152 6.0194 6.0237 6.0279 6.0222
79
85 6.0364 6.0407 6.0450 6.0494 6.0537 6.0581 6.0625 6.0069 6.0714 6.0758
86 6.0803 6.0818 6.0893 6.0939 6.0985 6.1031 6.1077 6.1123 6.1170 6.1217
87 6.1264 6.1311 6.1359 6.1407 6.1455 6.1503 6.1552 6.1601 6.1050 6.1700
88 6.1750 6.1800 6.1856 6.1101 6.1952 6.2004 6.2055 6.2107 6.2160 6.2212
89 6.2250 6.2319 6.2372 6.2426 6.2481 6.2536 6.2591 6.2646 6.2702 6.2750
90 6.2816 6.2813 6.2936 6.2988 6.3047 6.3106 6.3165 6.3225 6.3285 6.3346
91 6.3408 6.3469 6.8532 6.3595 6.3658 6.3722 6.3787 6.3852 6.3285 6.3984
92 6.4031 6.4118 6.4187 6.4255 6.4325 6.4395 6.4466 6.4538 6.3285 6.4684
93 6.4758 6.4833 6.4909 6.4985 6.5063 6.5141 6.5220 6.5301 6.3285 6.5464
94 6.8548 6.5632 6.5718 6.5805 6.5893 6.5982 6.6078 6.6164 6.3285 6.6352
95 6.644997 6.6546100 6.6646101 6.6747102 6.6849105 6.6954106 6.7060109 6.7169110 6.7279113 6.7302116
96 6.7507117 6.7624120 6.7784122 6.7806125 6.7991128 6.8119131 6.8260134 6.8084138 6.8522141 6.6063145
97 6.8808140 6.8957153 6.9110158 6.9268103 6.9431169 6.9600174 6.9774180 6.9254187 7.0141194 7.0335202
98,0 7.6537 7.0556 7.0579 7.0660 7.0621 7.0612 7.0663 7.0684 7.9706 7.7027
98,1 7.6749 7.0770 7.0792 7.0814 7.0836 7.0858 7.0880 7.0992 7.0924 7.0947
98,2 7.0969 7.0992 7.1015 7.1038 7.1061 7.1084 7.1107 7.1130 7.1154 7.1177
98,3 7.1204 7.1224 7.1248 7.1272 7.1297 7.1321 7.1345 7.1370 7.1364 7.1419
98,4 7.1444 7.1469 7.1494 7.1520 7.1545 7.1571 7.1996 7.1622 7.1648 7.1675
98,5 7.1710 7.1727 7.1754 7.1781 7.1808 7.1835 7.1862 7.1890 7.1917 7.1945
98,6 7.1973 7.2001 7.2029 7.2058 7.2086 7.2115 7.2144 7.2173 7.2203 7.2232
98,7 7.2262 7.2292 7.2322 7.2353 7.2383 7.2414 7.2445 7.2476 7.2508 7.2539
98,8 7.2374 7.2636 7.2663 7.2668 7.2701 7.2734 7.2768 7.2801 7.2835 7.2869
98,9 7.2904 7.2938 7.2973 7.3009 7.3044 7.3080 7.3116 7.3152 7.3189 7.3226
99,0 7.3263 7.3310 7.3339 7.3378 7.3416 7.3455 7.3495 7.3935 7.3575 7.3615
99,1 7.3656 7.3698 7.3739 7.3781 7.3824 7.3867 7.3911 7.3954 7.3099 7.4044
99,2 7.4059 7.4135 7.4181 7.4228 7.4276 7.4324 7.4372 7.4422 7.5474 7.4522
99,3 7.4373 7.4624 7.4677 7.4730 7.4783 7.4838 7.4893 7.4040 7.5006 7.5063
99,4 7.5121 7.5781 7.5241 7.5302 7.5364 7.5427 7.5401 7.5550 7.5622 7.5690
99,5 7.5758 7.5828 7.5890 7.5972 7.6045 7.6121 7.6107 7.0726 7.6356 7.6437
99,6 7.6521 7.6606 7.6693 7.6783 7.0874 7.6968 7.7065 7.7104 7.7260 7.7370
99,7 7.7478 7.7589 7.7703 7.7822 7.7944 7.8070 7.8202 7.8338 7.8480 7.8027
99,8 7.8782 7.8043 7.9112 7.9299 7.9478 7.9677 7.9889 8.0115 8.0357 8.0618
99,9 8.0902 8.1214 8.1550 8.1847 8.2380 8.2905 8.3528 8.4316 8.5401 8.7190
Gambar 16
Tabel Probit
80