SKRIPSI
JOHANNA OKTAVIANI
NIM. 20224211028
Oleh:
JOHANNA OKTAVIANI
NIM. 20224211028
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1,
Dosen Pembimbing 2,
Oleh :
JOHANNA OKTAVIANI
NIM. 20224211028
Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Pertanian Pembimbing 1,
Universitas Dr. Soetomo Surabaya
Pembimbing 2,
NIM : 20224211028
(Johanna Oktaviani)
NIM : 20224211028
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia,
pertolongan, serta anugerah-Nya, skripsi berjudul “Pengaruh Pengupasan Kulit
Ari Dan Pemeraman Kacang Edamame (Glycine Max (L.) merrill) Terhadap Sifat
Kimia Dan Organoleptik Tempe Edamame” ini dapat diselesaikan tepat waktu
sebagai salah satu syarat menempuh gelar sarjana. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan atas segala keterbatasan yang
ada. Sehingga, untuk menyempurnakan tugas akhir ini, penulis sangat
membutuhkan dukungan berupa kritik maupun saran yang membangun.
Penulis juga menyadari bahwa terselesaikannya tugas akhir ini tidak luput
dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
penyusunan tugas akhir ini terutama kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas diberikannya kesehatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan tugas akhir dengan baik.
2. Orang Tua penulis yang selalu memberikan dukungan
3. Ibu Dr. Kejora Handarini, STP.,MP selaku Dekan dan Dosen Pembimbing 1
yang selalu memberikan arahan dan bimbingannya kepada penulis
4. Bapak Ir.M.Tajuddin Noor, MP selaku PD I Universitas Dr. Soetomo
Surabaya
5. Ibu Ir. Sumaryam, M.Si selaku PD II Universitas Dr. Soetomo Surabaya
6. Ibu Ir. Retnani Rahmiati, M.Si selaku ketua program studi Teknologi
Pangan Universitas Dr. Soetomo
7. Bapak Ir. Bambang Sigit Sucahyo, MP selaku Dosen Pembimbing 2 dan
Penguji yang memberikan masukan dan arahan kepada penulis
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu. Kiranya tugas akhir ini dapat diterima dengan baik dan
bermanfaat sebagai referensi penelitian dan pengetahuan selanjutnya.
Penulis
PENGARUH PENGUPASAN KULIT ARI DAN PEMERAMAN
KACANG EDAMAME (Glycine max (L.) merrill)
TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK TEMPE
EDAMAME
Oleh:
Johanna Oktaviani
ABSTRAK
Tempe merupakan salah satu makanan tradisional khas Indonesia yang masih
tinggi peminat hingga saat ini. Tingginya produksi tempe tidak sebanding dengan
permintaan produksi kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe. Edamame
dapat menjadi substitusi bahan baku pembuatan tempe selain kedelai. Kacang
edamame mengandung nutrisi yang baik untuk tubuh. Penelitian ini bertujuan
untuk 1. Menentukan pengaruh pengupasan kulit ari kacang edamame terhadap
sifat kimia dan organoleptik tempe edamame, 2. Menetapkan perlakuan terbaik
dari pembuatant empe edamame. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 pengulangan dengan masing-masing perlakuan yakni
P1: Edamame tanpa kulit pemeraman 2 hari, P2 : Edamame tanpa kulit
pemeraman 3 hari, P3 : Edamame dengan kulit pemeraman 2 hari, dan P4 :
Edamame dengan kulit pemeraman 3 hari. Parameter uji yang dilakukan adalah
sifat kimia (uji kadar air, protein, serat) dan uji organoleptik berupa uji kesukaan
dengan skala Poin 1 = Sangat tidak suka, Poin 2 = Tidak suka, Poin 3 = Agak
tidak suka, Poin 4 = Netral, Poin 5 = Agak suka, Poin 6 = Suka, Poin 7 = Sangat
suka. Hasil uji menyatakan bahwa perlakuan terbaik tempe edamame adalah pada
perlakuan P2.2 yaitu tempe edamame lepas kulit dengan pemeraman 3 hari
sample kedua.
Kata kunci : tempe edamame; kadar protein; serat
i
THE EFFECT OF PEELING THE SHELL AND BROONING
EDAMAME BEANS (Glycine max (L.) merrill) ON THE
CHEMICAL AND ORGANOLEPTIC PROPERTIES OF
EDAMAME TEMPEH
By:
Johanna Oktaviani
ABSTRACT
Tempeh is a traditional Indonesian food that is still popular today. The high
production of tempeh is not commensurate with the demand for soybean
production as a raw material for making tempeh. Edamame can be a substitute
for raw materials for making tempeh other than soybeans. Edamame beans
contain nutrients that are good for the body. This research aims to 1. Determine
the effect of peeling the skin from edamame beans on the chemical and
organoleptic properties of edamame tempeh, 2. Determine the best treatment for
making edamame tempeh. This research used a Completely Randomized Design
(CRD) with 4 treatments, namely P1: Edamame without skin, curing for 2 days,
P2: Edamame without skin, curing for 3 days, P3: Edamame with skin, curing for
2 days, and P4: Edamame with skin, curing for 3 days. The test parameters
carried out are chemical properties (moisture, protein, fiber content tests) and
organoleptic tests in the form of liking tests with a scale of Points 1 = Very
dislike, Point 2 = Dislike, Point 3 = Somewhat dislike, Point 4 = Neutral, Points
5 = Somewhat like, Point 6 = Like, Point 7 = Like very much. The test results
stated that the best treatment for edamame tempeh was treatment P2.2, namely
edamame tempeh without the skin with the second sample curing for 3 days.
Keywords : edamame tempeh; protein content; fiber
ii
RINGKASAN
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK.........................................................................................................................i
ABSTRACT.......................................................................................................................ii
RINGKASAN..................................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................3
1.4.1 Bagi Peneliti.......................................................................................3
1.4.2 Bagi Pihak Lain..................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Definisi dan Karakteristik Edamame.......................................................4
2.2 Definisi Tempe dan Pemeraman..............................................................5
2.3 Potensi Edamame sebagai Bahan Dasar Pembuatan Tempe....................7
2.4 Uji Organoleptik......................................................................................9
2.5 Uji Efektivitas........................................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................12
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................................12
3.2 Alat dan Bahan Penelitian......................................................................12
3.3 Metode Penelitian..................................................................................12
3.4 Rancangan Penelitian.............................................................................13
3.5 Prosedur Penelitian................................................................................13
3.6 Prosedur Analisa.....................................................................................16
3.6.1 Uji Organoleptik..............................................................................16
3.6.2 Uji Efektivitas..................................................................................16
3.7 Analisa Data...........................................................................................17
iv
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
turun temurun hingga saat ini. Tempe merupakan salah satu makanan fermentasi
yang pada umumnya berbahan baku kedelai. Cita rasa tempe akan ditentukan oleh
tingkat dunia.
kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tempe meningkat setiap tahunnya. Tingkat
tempe. Dengan kata lain, hasil produksi kedelai sebagai bahan baku tempe
maupun tahu ternyata tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sehingga untuk mengatasi hal ini, Indonesia harus mengimpor kedelai dari luar
negeri. Menurut data BPS, Indonesia mengimpor kedelai sebesar 2,32 juta ton
pada tahun 2022 lalu yang banyak diimpor dari Amerika Serikat dan Kanada
merupakan salah satu jenis kedelai hijau asal Jepang. Edamame menjadi jenis
1
berasal dari negara Jepang, saat ini Edamame sudah banyak dibudidayakan di
Indonesia.
sapi, bahkan lebih tinggi dari daging sapi ataupun telur (Kurniawan, 2017). Selain
itu, Edamame juga mengandung serat makanan, folat, fostor, vitamin K, vitamin
A, vitamin B, hingga zat besi yang tinggi. Edamame biasanya hanya dijadikan
campuran dalam makanan atau hanya dijadikan sebagai makanan ringan. Tempe
pada tempe edamame belum banyak diketahui. Dalam hal diatas, edamame dapat
proses fermentasi.
Lama pemeraman tetap menjadi salah satu penentu kualitas produk tempe
yang dihasilkan. Tidak hanya itu, lepas tidaknya kulit edamame dapat
yang ada, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
waktu pemeraman dan pengupasan kulit ari edamame terhadap sifat kimia dan
2
1.2 Perumusan Masalah
tempe edamame
3
2. Dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Edamame (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu jenis kedelai asal
Jepang yang sudah banyak ditanam di Indonesia (Faradilla et al., 2022). Kedelai
masih menjadi kelompok kedelai sayur yang banyak digemari. Produksi edamame
juga termasuk dalam kategori produksi yang besar namun tidak seimbang dengan
Edamame memiliki kandungan gizi tinggi yaitu kandungan protein, air, lemak,
serat, dan kandungan lain (Nurkistin et al., 2022). Olahan edamame yang banyak
saat ini hanya produk susu dan yoghurt. Oleh karena itu, edamame dapat diolah
dan difermentasi menjadi tempe edamame untuk menjadi salah satu upaya
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
4
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosea
Sub-famili : Papilionideae
Genus : Glycine
Protein 12gr
Karbohidrat 9gr
Serat 5gr
Magnesium 64mg
Kalsium 63mg
Zinc 5mg
5
terlebih dahulu. Pemeraman merupakan sebuah proses fermentasi mengubah
sudah turun temurun. Hingga saat ini, tempe pun masih menjadi salah satu
makanan wajib yang digemari oleh semua kalangan. Tempe juga memiliki nutrisi
dan manfaat yang baik untuk kesehatan, hal ini juga menjadi alasan mengapa
tempe masih menjadi salah satu makanan tradisional yang tidak pernah hilang
oleh zaman. Tempe dapat menjadi sumber protein dan mineral besi sebagai
sumber nutrisi.
tempe membutuhkan waktu lama saat pemisahan kulit dan fermentasi. Sehingga
dalam hal ini, pembuatan tempe berbahan dasar edamame tanpa kulit dapat juga
memangkas waktu pemisahan kulit yang menjadi proses terlama. Penelitian ini
akan membuat dan membandingkan tempe edamame lepas kulit dan dengan kulit.
untuk hasil produk yang dibuat oleh masyarakat Indonesia. SNI mengatur
persyaratan mutu tempe dari tekstur, warna, bau, kadar air, kadar lemak, kadar
serat kasar, kadar protein, dan lain-lain (BSN Indonesia, 2018). SNI tempe dapat
6
1 Keadaan
1.1 Tekstur - Kompak, jika diiris tetap utuh
(tidak mudah rontok)
1.2 Warna - Putih merata pada seluruh
permukaan
1.3 Bau - Bau khas tempe tanpa adanya
bau amoniak
2 Kadar air Fraksi massa, % Maks 65
3 Kadar lemak Fraksi massa, % Min 7
4 Kadar protein (N x Fraksi massa, % Min 15
5,71)
5 Kadar serat kasar Fraksi massa, % Maks 2,5
6 Cemaran logam
6.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maks 0,2
6.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks 0,25
6.3 Timah (Sn) mg/kg Maks 40
6.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks 0,03
7 Cemaran arsen mg/kg Maks 0,25
(As)
8 Cemaran mikroba
8.1 Coliform APM/g Maks 10
8.2 Salmonella sp. - Negatif/25g
Hal ini membuat Indonesia menjadi eksportir tempe terbesar di Asia. Hingga saat
ini, belum ada kacang-kacangan yang mampu menyaingi kedelai sebagai bahan
baku tempe (Faradilla et al., 2022). Padahal, kacang edamame dapat menjadi
substitusi kacang kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe. Edamame dapat
2019). Karena bagaimanapun, saat ini pemanfaatan edamame hanya sebatas susu
maupun yoghurt.
7
Edamame merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang masih
merupakan jenis kedelai hijau yang dapat dikonsumsi. Edamame juga sering
disebut kedelai sayur yang memiliki banyak manfaat. Edamame sudah banyak
tumbuh di Indonesia namun belum banyak diolah sehingga saat ini belum banyak
beredar produk dengan bahan dasar edamame. Penelitian ini bertujuan untuk
tinggi dalam menggantikan kedelai sebagai bahan baku tempe. Terdapat beberapa
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dalam meneliti tempe
8
(Glycine max (L) sedikit dibandingkan
Merill) DENGAN kandungan lemak tempe
JENIS PENGEMAS kedelai,
YANG BERBEDA - 2. Perbedaan jenis kemasan
Jurnal Teknologi berpengaruh terhadap kadar
Pangan air tempe edamame (kadar
air tempe edamame dengan
Penulis : kemasan plastik lebih
Nova Damayanti tinggi daripada kemasan
Kurniawan, Bhakti aluminium foil)
Etza Setiani, Bambang 3. Jenis kemasan tidak
Dwiloka berpengaruh terhadap kadar
protein tempe edamame.
Jurnal Teknologi Pangan 3(2) : 355-360
Dikirim 21 Agustus 2019, diterima 5 Desember 2019
Proximate and 1. Kadar Abu 1. Tepung ET, MET, dan
isoflavones content in 2. Kadar Protein edamame memiliki kadar
edamame tempeh flour 3. Kadar Lemak abu sebesar 2,70%, 2,92%,
and modified edamame 4. Kadar dan 5,86% yang
tempeh flour - The 2nd Karbohidrat menunjukkan kandungan
International Nursing 5. Kandungan mineral dalam tempe
and Health Sciences Isoflavon tersebut. Semakin tinggi
Symposium (INHSS) konsentrasi ragi,
makansemakin tinggi kadar
Penulis : abu yang diproduksi.
Dika Nurkistin, Didik 2. Tepung ET memiliki
Gunawan Tamtomo, protein sebesar 43,98% dan
Budiyanto Winoworini tepung MET 44,65% yang
memenuhi syarat mutu SNI
minimal kandungan protein
3
pada tempe.
3. Kandungan lemak tepung
ET dan MET adalah
23,49% dan 21,55%
sehingga memenuhi
persyaratan SNI untuk
kandungan lemak tempe.
4. Kandungan lemak tepung
ET sebesar 25,33% dan
tepung MET sebesar
25,99%.
5. Kandungan isoflavon
tepung MET lebih tinggi
(268,24 g/g) dibandingkan
tepung ET (182,43 g/g)
Desember 2021
9
2.4 Uji Organoleptik
Uji organoleptik dapat didefinisikan sebagai salah satu uji bahan makanan
yang didasarkan pada kesukaan dan keiinginan suatu produk (Gusnadi et al.,
2021). Uji ini biasa juga disebut sebagai uji indera atau sensori. Hal ini
tersebut yang menjadi kesan nantinya akan menjadi penilaian produk yang diuji
oleh pelaku yang melakukan pengukuran. Uji organoleptik ini menguji rasa,
warna, aroma hingga tekstur yang disebut juga sebagai atribut sensori. Hal diatas
Uji efektivitas merupakan salah satu jenis alat statistik yang bertujuan
mengukur nilai terbaik dari sebuah pengukuran indera dan laboratorium. Uji ini
10
nantinya dapat menentukan mana perlakuan terbaik dalam hasil penelitian dari
nilai tertinggi untuk dapat ditarik kesimpulan. Uji ini dilakukan dengan
menentukan bobot nilai pada parameter angka relatif 0-1. Bobot normal
rumus :
NA−NR
NE=
NT−NR
NA−NT
NE=
NR−NT
Keterangan :
NA : Nilai Asli
NT : Nilai Tertinggi
NR : Nilai Rendah
yang nantinya akan ditentukan dengan memilih hasil tertinggi yang akan
digunakan rumus :
11
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Alat
2. Bahan
12
3.3 Metode Penelitian
guna mengetahui pengaruh variabel satu terhadap variabel lain dengan uji coba.
bahan edamame yang terbagi atas edamame lepas kulit dan edamame dengan
kulit. Pemeraman akan dilakukan selama 2 hari dan 3 hari untuk masing-masing
edamame lepas kulit dan dengan kulit. Dari eksperimen yang dilakukan akan
diteliti bagaimana tempe edamame lepas kulit dan dengan kulit dapat
terdiri atas faktor variasi edamame tanpa dan dengan kulit ari, serta waktu
tabel 3.1
13
3.5 Prosedur Penelitian
memisahkan kulit ari untuk tempe edamame tanpa kulit, dan juga untuk
membuat tempe edamame yaitu rebus edamame yang sudah bersih hingga
lunak atau selama 45 menit, kemudian dikukus selama 30 menit lalu tiriskan
proses pemeraman selama 48 jam atau 2 hari dan 72 jam atau 3 hari. Dan
14
Persiapan Alat dan
Bahan
Perebusan
±15 menit
Pengukusan
±30 menit
Penirisan hingga
dingin
Penimbangan
100gr
Pencampuran Ragi
2% setiap 100gr
Pemeraman 2 dan
3 hari 15
Tempe Edamame
Gambar 3.1 Diagram Alir Tempe Edamame
16
3.6 Prosedur Analisa
hedonik. Uji hedonik yaitu pengujian tekstur, warna, rasa, aroma atau bau,
dan keseluruhan. Proses mutu hedonik terdiri atas pengujian rasa, tekstur,
a. Uji Hedonik
Uji ini menggunakan skala hedonik yaitu skala penilaian poin 1-7. Kriteria
pengukurannya adalah warna, tekstur, aroma, dan rasa dari sampel. Poin 1 =
Sangat tidak suka, Poin 2 = Tidak suka, Poin 3 = Agak tidak suka, Poin 4 =
Netral, Poin 5 = Agak suka, Poin 6 = Suka, Poin 7 = Sangat suka, serta uji
penilaian pada warna sampel dengan skor yang ditentukan. Kemudian, pengujian
tekstur dan rasa adalah panelis mengunyah sampel tempe edamame dan
pengujian aroma yaitu dengan cara mencium sampel. Dan terakhir, penilaian
keseluruhan yaitu penilaian pada terhadap keseluruhan warna, tekstur, aroma, dan
rasa.
1. Uji warna yaitu panelis memberikan penilaian warna sampel dengan skor
penilaian Poin 1 = Sangat tidak putih, Poin 2 = Tidak putih, Poin 3 = Agak
17
2. Uji tekstur dan rasa yaitu dengan cara mengunyah sampel dan memberikan
kompak
Skor penilaian rasa : Skor 1 = Sangat tidak khas, Skor 2 = Tidak khas,
Skor 3 = Agak rasa khas, Skor 4 = Rasa khas tempe, Skor 5 = Sangat rasa
khas tempe
Uji ini bertujuan untuk menentukan mana perlakuan terbaik dari penelitian
nyata dengan taraf signifikansi 5% maka akan diuji lebih lanjut dengan uji
18
BAB IV
Hasil uji kadar air tempe edamame ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel
Perlakuan P3.3 memberikan nilai kadar air tertinggi yaitu 50,26% sedangkan
perlakuan dengan kadar air terendah yaitu P2.1 yaitu 39,78%. Hasil perlakuan ini
menunjukkan bahwa semakin lama akan menghasilkan kadar air tempe edamame
yang semakin tinggi. Hasil penelitian kadar air tempe edamame yang telah
diujikan juga sesuai dengan ketentuan SNI 3144:2015 dengan maksimal kadar air
65%.
Berdasarkan data dibawah, dapat dilihat bahwa kadar air tempe edamame
edamame tanpa kulit ari dengan fermentasi 3 hari memiliki kadar air lebih tinggi
hanya mampu bertahan selama 2 hari. Namun, hasil kadar air tempe edamame
dengan kulit ari selama 2 hari tetap memiliki nilai paling tinggi diantara
menjadi salah satu faktor penting yang menyebabkan meningkatnya kadar air
(Mahadi et al., 2016). Mahadi et al. (2016) juga menyatakan bahwa selama
19
fermentasi, hasil kadar air tempe akan meningkat yang dikarenakan mikroba akan
Protein merupakan senyawa yang tersusun atas asam yang terikat oleh
peptide. Hasil analisis kadar protein tempe edamame ditunjukkan pada tabel 4.2.
Hasilnya adalah rerata kadar protein terendah adalah pada perlakuan P3.2 yaitu
20
6,2%. Sedangkan hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan P2.2 yaitu 28,22%.
Mengacu pada SNI 3144:2015, maka kadar protein tempe adalah minimal 15%.
Hal ini tentu menyatakan bahwa perlakuan tempe edamame pada perlakuan P1.1,
P1.2, P1.3, P3.1, P3.2, dan P3.3 tidak memenuhi syarat SNI. Dengan kata lain,
hanya P2.1, P2.2, dan P2.3 yaitu edamame tanpa kulit ari dengan lama
protein yang lebih tinggi dibandingkan pemeraman 2 hari. Hal ini sejalan dengan
Bailia et al. (2014) yang menyatakan bahwa semakin lama waktu pemeraman
akan meningkatkan kadar protein yang semakin tinggi. Hal ini terjadi dikarenakan
adanya aktivitas enzim protease yang dihasilkan oleh mikroba saat proses
pemeraman juga dapat menentukan hasil kadar protein yang dikandung dalam
21
P2.3 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 3 16,8248
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan kulit ari, pemeraman 8,5526
2 hari, sample pertama
P3.2 Edamame dengan kulit ari, pemeraman 6,2026
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan kulit ari, pemeraman 7,7450
2 hari, sample ketiga
P4.1 Edamame dengan kulit ari, pemeraman Sample rusak,
3 hari, sample pertama tidak dapat
dianalisa
P4.2 Edamame dengan kulit ari, pemeraman Sample rusak,
3 hari, sample kedua tidak dapat
dianalisa
P4.3 Edamame dengan kulit ari, pemeraman Sample rusak,
3 hari, sample ketiga tidak dapat
dianalisa
Tabel 4.3 menunjukkan perlakuan P3.2 memiliki hasil uji kadar serat yang
lainnya yaitu sebesar 39,21%. Hasil uji kadar serat terendah ditunjukkan pada
perlakuan P1.1 dengan nilai 24,44%. Standar SNI 3144:2015 untuk kadar serat
kasar memiliki nilai maksimal 2,5%. Keseluruhan hasil uji serat kasar tempe
Tingginya kadar serat kasar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kadar
serat kasar setiap perlakuan juga memiliki hasil yang berbeda-beda. Perbedaan
kadar serat ini dapat dipengaruhi kadar serat kasar awal yang terbentuk secara
alami dalam edamame dan kulit ari edamame. Adanya kulit ari edamame sebagai
bahan pengisi pembuatan tempe dianggap meningkatkan kadar serat kasar pada
tempe (Handajani et al., 2011). Hal ini sesuai dengan hasil uji penelitian yang
22
menyatakan bahwa tempe edamame dengan kulit ari menghasilkan nilai serat
kasar yang lebih tinggi. P3.1 dan P3.2 menghasilkan serat kasar sebesar 34,42%
dan 39,21%.
23
Jenis produk pangan baru biasanya perlu melakukan uji organoleptik
dengan bantuan panelis yang akan memberikan penilaian terhadap mutu produk.
Uji ini terdiri atas tekstur, warna, rasa, dan aroma atau bau.
a. Tekstur
Uji organoleptik pertama adalah dalam segi tekstur. Hal ini diujikan dalam
uji Duncan. Hasil signifikansi terhadap tekstur hasilnya adalah pada perlakuan P1
nilai sig 0,012 < a = 0,05. Pada perlakuan P2, hasil signifikansi adalah 0,000 < a =
0,05. Terakhir, pada perlakuan P3 uji signifikansi menghasilkan sig 0,009 < a =
0,05. Hasil tersebut berarti tekstur memiliki pengaruh signifikan dan berbeda
terhadap tingkat penerimaan para panelis. Dari keseluruhan uji lanjut Duncan,
setiap perlakuan menunjukkan berbeda nyata. Untuk kemudian dilihat dari hasil
mean seluruh perlakuan juga menunjukkan nilai berkisar 3,88 - 6,04. Hasil
tertinggi menunjukkan nilai 6,04 yang berarti tekstur hasil perlakuan tempe
panelis. Berdasarkan hasil uji, tempe dengan perlakuan P2.2 menjadi nilai rata-
rata tertinggi yang disukai oleh panelis. Diduga karena tekstur tempe sudah sesuai
yaitu padat dan miselium menutupi secara merata permukaan tempe. Hal ini
memiliki tekstur keras dan tidak mudah patah. Hal ini sejalan dengan penelitian
Winanti (2014) yang menyatakan bahwa tempe seharusnya memiliki tekstur yang
24
Tabel 4.4 Hasil Hedonik Tekstur Tempe Edamame
b. Warna
Warna menjadi parameter juga yang diujikan karena warna menjadi salah
satu penentu apakah produk dapat diterima oleh masyarakat. Warna menjadi
penampilan dalam produk yang dapat dilihat langsung oleh mata. Berdasarkan
hasil uji terhadap warna, menghasilkan nilai sig 0,033 < a = 0,05 untuk perlakuan
1, 0,010 < a = 0,05 untuk perlakuan 2, dan 0,047 < a = 0,05 untuk perlakuan 3.
Dalam hal ini berarti warna memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat
25
menghasilkan setiap perlakuan menunjukkan berbeda nyata. Selanjutnya, dilihat
dari hasil mean seluruh perlakuan juga menunjukkan nilai 3,68 – 5,2. Nilai
tertinggi 5,2 yang berarti warna hasil perlakuan tempe edamame menunjukkan
produk pangan yang ditujukan kepada konsumen (Hasan, 2018). Warna putih
tempe sangat dipengaruhi oleh miselium (Winanti, 2014). Warna tempe yang baik
akan terlihat putih bersih. Sehingga dalam hal ini, warna dari tempe edamame
yang dihasilkan dalam penelitian ini sudah baik karena berwarna putih sesuai
penilaian panelis.
26
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 4,2
2 hari, sample ketiga
c. Rasa
Rasa menjadi tahap yang penting karena akan menentukan apakah produk
dapat diterima atau tidak. Berdasarkan hasil uji terhadap rasa tempe edamame
perlakuan 1 menghasilkan nilai sig 0,011 < a = 0,05, perlakuan 2 yaitu 0,048 < a =
0,05, dan untuk perlakuan 3 menghasilkan nilai 0,004 < a = 0,05 sehingga rasa
mean seluruh perlakuan juga menunjukkan nilai 3,24 - 5,4 yang artinya penilaian
panelis pada rasa tempe edamame menunjukkan nilai tertinggi 5,4 yaitu kategori
Rasa menjadi sebuah hal yang sangat penting dalam sebuah makanan.
Tentunya setiap orang menyukai makanan dengan cita rasa yang sedap. Ekayati &
menentukan cita rasa produk. Hasil uji menyatakan bahwa panelis menyukai
tempe pada perlakuan P2 yaitu edamame tanpa kulit ari yang diperam selama 2
hari. Hal ini diduga karena tempe dalam waktu fermentasi tersebut memiliki rasa
27
ari, pemeraman 2
hari, sample pertama
P1.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 4,32
hari, sample kedua
P1.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 3,24
hari, sample ketiga
P2.1 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 5,28
hari, sample pertama
P2.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 5,4 0,048
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 4,68
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 4,36
2 hari, sample
pertama
P3.2 Edamame dengan 0,004
kulit ari, pemeraman 3,4
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 3,96
2 hari, sample ketiga
d. Bau
Berdasarkan hasil uji pada bau tempe edamame menunjukkan nilai sig
0,005 < a = 0,05 untuk perlakuan 1, sig 0,000 < a = 0,05, untuk perlakuan 2, dan
sig 0,042 < a = 0,05 untuk perlakuan 3, sehingga bau memiliki pengaruh
perbedaan terhadap tingkat penerimaan panelis. Setelah itu, dilihat dari uji lanjut
nyata. Kemudian dilihat dari hasil mean seluruh perlakuan juga menunjukkan
nilai range 3,32 hingga tertinggi 5,2 yang artinya rasa tempe edamame
menunjukkan rasa bau yang disukai dan dapat diterima dalam penilaian panelis.
28
Aroma menjadi hal yang dapat menunjukkan penilaian suka ataupun tidak
suka dari sebuah kelezatan makanan. Kacang edamame dalam proses fermentasi
paling disukai dan dapat diterima oleh panelis. Sedangkan perlakuan P1 memiliki
nilai lebih rendah dari P2 diduga karena belum tercium aroma khas tempe. Untuk
e. Keseluruhan
29
Secara keseluruhan tempe edamame dengan variasi dengan maupun lepas
kulit dengan lama pemeraman yang berbeda. Hasil uji menunjukkan bahwa
kesukaan panelis secara keseluruhan tekstur, warna, rasa, dan bau dengan
perlakukan P2 yaitu tanpa kulit ari dan lama pemeraman 3 hari paling disukai
panelis. Berdasarkan hasil uji hedonik dapat ditarik kesimpulan bahwa lama
jika menggunakan kulit ari, tempe edamame tidak mampu bertahan hingga 3 hari.
Hasil uji dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel dibawah menunjukkan
penilaian panelis pada tekstur, warna, rasa, dan aroma yang berbeda. P2.2
dianggap memiliki tekstur, warna, rasa, maupun aroma yang paling tepat dan
paling dapat diterima. Pada waktu pemeraman 3 hari, dianggap waktu optimal
miselium yang sesuai. Dari segi tekstur, menghasilkan tempe yang kompak.
Kemudian, warna yang putih dan merata. Rasa yang khas dan dapat diterima.
30
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 4,44
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 3,64
2 hari, sample
pertama
P3.2 Edamame dengan 0,025
kulit ari, pemeraman 4,28
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 2,92
2 hari, sample ketiga
a. Tekstur
nilai sig 0,004 < a = 0,05, sig 0,000 < a = 0,05, untuk perlakuan 2, dan sig 0,001 <
a = 0,05 untuk perlakuan 3. Hal ini berarti tekstur tempe dalam uji mutu hedonik
edamame setelah melewati hasil uji mutu hedonik yang paling tinggi diperoleh
oleh perlakuan P2.2 dengan nilai 3,76 dengan kategori Agak Kompak. Kemudian
untuk P1.2 rata-rata nilai 1,84 dengan kategori Sangat Tidak Kompak. Hal ini
banyak akan membuat tekstur tempe semakin baik. Hal ini dikarenakan miselium
rongga udara didalamnya. Sehingga akan membentuk massa yang kompak dan
tidak mudah patah. Rahardjo et al. (2019) juga menambahkan pada pendapatnya
31
bahwa miselium akan membentuk sebuah padatan yang membuat tekstur tempe
b. Warna
langsung oleh indra yaitu mata. Hasil uji SPSS memperoleh nilai sig 0,001 < a =
32
0,05 untuk perlakuan 1, sig 0,000 < a = 0,05, untuk perlakuan 2, dan sig 0,019 < a
= 0,05 untuk perlakuan 3. Hasil analisis juga menunjukkan warna tempe pada
fermentasi 3 hari tanpa kulit ari yaitu perlakuan P2.2 paling disukai panelis
dengan nilai 4 yaitu kategori Putih. Jika dibandingkan dengan warna perlakuan
lain P1.1 dan P3.3 memiliki nilai yang hampir setara yaitu 2,3 dan 3,6 dengan
yang baik ditandai dengan warna yang putih dan merata. Pada perlakuan
pemeraman 2 hari warna tidak putih dikarenakan masih terlihat kacang dan
sudah mulai tumbuh merata dan menutupi permukaan kacang. Hal ini
menyebabkan tempe dapat berwarna putih bersih. Hal ini sejalan dengan
(Nurhidayat, 2009) yang menyatakan fase fermentasi berada pada 30-50 jam yang
33
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 2,44
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 2,76
2 hari, sample
pertama
P3.2 Edamame dengan 0,019
kulit ari, pemeraman 3,36
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 2,6
2 hari, sample ketiga
c. Rasa
Uji signifikansi rasa menunjukkan nilai sig 0,027 < a = 0,05 untuk
perlakuan 1, sig 0,000 < a = 0,05, untuk perlakuan 2, dan sig 0,001 < a = 0,05
untuk perlakuan 3. Hal ini berarti rasa memiliki pengaruh terhadap penilaian
panelis. Hasil uji lebih lanjut menghasilkan bahwa rata-rata panelis menyukai
tempe pada perlakuan P2.2 dengan rata-rata 4,12 yaitu Berasa Khas Tempe. Hal
ini dikarenakan pada waktu tersebut miselia pada kacang edamame sudah
dianggap merata sehingga rasanya menjadi khas tempe. Rasa menjadi tahap yang
penting karena akan menentukan apakah produk dapat diterima atau tidak. Rasa
juga menjadi rangsangan yang utama yang dirasakan oleh indra pengecap.
Berasa Khas Tempe dikarenakan pada pemeraman 2 hari diduga miselia belum
merata sehingga rasa tempe belum terlalu muncul. Istiqomah (2018) menyatakan
34
karbohidrat yang mampu mendorong rasa khas tempe. Sehingga perlakuan P2
yaitu pemeraman tanpa kulit ari dalam waktu 3 hari dianggap menghasilkan rasa
d. Bau
menghasilkan tempe yang semakin baik pula. Hasil uji menunjukkan nilai sig
0,000 < a = 0,05 untuk perlakuan 1, sig 0,002 < a = 0,05, untuk perlakuan 2, dan
sig 0,001 < a = 0,05 untuk perlakuan 3. Aroma tempe berarti memiliki pengaruh
35
terhadap penilaian panelis. Hasil uji mutu hedonik para panelis yang juga telah
diujikan dan menghasilkan P2.2 yang memiliki nilai 4,28 dengan kategori Tidak
Menyengat. Nilai terendah adalah P3.3 dengan nilai 2,08 yaitu Menyengat.
Namun aroma menjadi penentu kelezatan makanan. Sehingga hal ini menjadi sifat
mutu yang penting untuk diperhatikan karena berpengaruh pada daya terima
perlakuan pemeraman 3 hari tanpa kulit ari dianggap tidak menyengat oleh panelis
sehingga hal ini menjadi keunggulan bagi tempe edamame perlakuan P2.
36
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 2,08
2 hari, sample ketiga
Hasil uji efektivitas seluruh parameter penelitian yaitu uji sifat kimia dan
yaitu perlakuan tempe edamame lepas kulit dengan lama pemeraman 3 hari
sample kedua yang memiliki jumah nilai hasil (NH) paling tinggi yaitu 0,824.
Rata-rata nilai hasil uji efektivitas untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel
dibawah. Perlakuan terbaik pada perlakuan P2.2 adalah dengan kriteria kadar air =
49,75%, kadar protein = 28,22%, kadar serat = 26,53%, tekstur = 6,04 (suka),
warna = 5,2 (agak suka), rasa = 5,4 (agak suka), dan aroma = 5,2 (agak suka).
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian tentang uji sifat kimia dan uji organoleptik pada tempe
2. Tempe dengan kulit ari tidak dapat berhasil dikarenakan terdapat getah
yang membuatnya lebih cepat membusuk. Selain itu kulit ari yang
38
lepas kulit dengan lama pemeraman 3 hari sample kedua. Hal ini
paling disukai panelis adalah perlakuan P2.2 dengan hasil uji hedonik
tekstur = 6,04 (suka), warna = 5,2 (agak suka), rasa = 5,4 (agak suka),
P2.2
5.2 Saran
tempe akan mulai mengalami perubahan warna kehitaman. Hal ini dapat
melonjak ataupun sedang langka karena hasil uji yang sudah dilakukan
tempe edamame tetap memberikan kadar air maupun kadar protein yang
baik dalam kandungannya. Selain itu juga memiliki kadar serat yang
tinggi. Didukung pula dengan tekstur, rasa, warna, dan aroma yang
39
DAFTAR PUSTAKA
40
BSN Indonesia. (2018, September 24). Tempe : Makanan Sehat Indonesia Untuk
Dunia. Retrieved from BADAN STANDARDISASI NASIONAL:
https://bsn.go.id/main/berita/detail/9673/tempe-makanan-sehat-indonesia-
untuk-dunia
Alam, N., Rostiati, R., & Muhardi, M. (2015). Sifat Fisik-Kimia Dan
Organoleptik Bawang Goreng Palu Pada Berbagai Frekuensi Pemakaian
Minyak Goreng. Jurnal Agritech, 34(04), 390.
https://doi.org/10.22146/agritech.9433
Bailia, J. F. T., Soegoto, A. S., & Loindong, S. S. R. (2014). Pengaruh Kualitas
Produk, Harga Dan Lokasi Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Warung-
Warung Makan Lamongan Di Kota Manado. Jurnal EMBA, 2(3), 1768–
1780.
Ekayati, I. A. S., & Fitriani, D. (2020). Meningkatkan keterampilan sains dalam
analisis beragam rasa melalui media bahan alam. Awlady:Jurnal Pendidikan
Anak, 6(2), 192–205.
Faradilla, F., Yunianta, & Fibrianto, K. (2022). Characteristics of Tempeh
Edamame Fermented Rhizopus Oligosporus: Effect of Fermentation Time
and Inoculum Concentration. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 7(4), 90–93.
Gusnadi, D., Taufiq, R., & Baharta, E. (2021). Uji Organoleptik dan Daya Terima
pada Produk Mousse Berbasis Tapai Singkong sebagai Komoditi UMKM di
Kabupaten Bandung. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(12), 2883–2888.
Handajani, S., Nurhartadi, E., & Hikmah, I. N. (2011). KAJIAN
KARAKTERISTIK KIMIA DAN SENSORI TEMPE KEDELAI (Glycine
max) DENGAN VARIASI PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS BAHAN
PENGISI (KULIT ARI KEDELAI, MILLET (Pennisetum spp.), DAN
SORGUM (Sorghum bicolor)). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 4(2), 135–
142.
Hasan, I. (2018). Pengaruh Perbandingan Tepung Ampas Kelapa dengan Tepung
Terigu Terhadap Mutu Brownies. Gorontalo Agriculture Technology
Journal, 1(1), 59. https://doi.org/10.32662/gatj.v1i1.168
Istiqomah, I. (2018). Sifat Sensoris Tempe Kedelai Hitam Dengan Variasi
Penambahan Kecambah Dan Lama Inkubasi. Jurnal Pangan Dan Gizi, 8(2),
2086–6429.
Kurniawan, N. D. (2019). Kadar Lemak , Kadar Air , Kadar Protein , Dan
Antioksidan Tempe Edamame (Glycine max (L) Merrill) Dengan Jenis
Pengemas Yang Berbeda. Jurnal Teknologi Pangan, 3(2), 1–4.
Kusumawati, I., Astawan, M., & Prangdimurti, E. (2020). Proses Produksi dan
Karakteristik Tempe dari Kedelai Pecah Kulit. Pangan, 29(2), 117–126.
Mahadi, I., Darmawati, & Apriyani. (2016). Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap
Kualitas Susu Tempe Bubuk Sebagai Pengembangan Lkm (Lembar Kerja
41
Mahasiswa) Materi Bioteknologi Pangan. Jurnal Biogenesis, 13(1), 1–10.
Mujianto. (2013). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Proses Produksi Tempe
Produk UMKM di Kabupaten Sidoarjo. REKA Agroindustri, 1(UMKM
Tempe), 57–65. http://ejournal.uwks.ac.id/detailjurnal.aspx?
v=201310540413349173&x=1
Nurkistin, D., Tamtomo, D. G., & Wiboworini, B. (2022). Proximate and
isoflavones content in edamame tempeh flour and modified edamame tempeh
flour. The 2 Nd International Nursing and Health Sciences Symposium
(INHSS), January.
Rahardjo, L. J., Bahar, A., & Adi, A. C. (2019). Pengaruh Kombinasi Kacang
Kedelai (Glycine Max) Dan Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata (L) Walp.)
Yang Diperkaya Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Terhadap Daya
Terima Dan Kadar Protein Snack Bar. Amerta Nutrition, 3(1), 71–77.
https://doi.org/10.2473/amnt.v3i1.2019.71-77
Rostini, T., Jaelani, A., & Ali, M. (2022). Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap
Karakteristik, Kandungan Protein Dan Serat Kasar Tongkol Jagung.
Ziraa’Ah Majalah Ilmiah Pertanian, 47(2), 257.
https://doi.org/10.31602/zmip.v47i2.7302
Suciati, A. (2012). PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN FERMENTASI
TERHADAP KANDUNGAN HCN PADA TEMPE KACANG KORO
(Canavalia ensiformis L).
Winanti, R. (2014). Higienitas Produk Tempe Berdasarkan Perbedaan Metode
Inokulasi. Unnes Journal of Life Science, 3(1), 39–46.
Yulia, R., Hidayat, A., Amin, A., & Sholihati, S. (2019). Pengaruh Konsentrasi
Ragi dan Lama Fermentasi terhadap Kadar Air, Kadar Protein dan
Organoleptik pada Tempe dari Biji Melinjo (Gnetum gnemon L). Rona
Teknik Pertanian, 12(1), 50–60. https://doi.org/10.17969/rtp.v12i1.13287
42
LAMPIRAN
Hari/Tanggal :
4 = Netral
43
Kode Parameter Penilaian
No
Sampel Warna Tekstur Aroma Rasa Keseluruhan
1 P1.1
2 P1.2
3 P1.3
4 P2.1
5 P2.2
6 P2.3
7 P3.1
8 P3.2
9 P3.3
Hari/Tanggal :
WARNA :
3 = Agak putih
TEKSTUR :
44
1 = Sangat tidak kompak 4 = Kompak
3 = Agak kompak
AROMA :
3 = Agak menyengat
RASA :
1 P1.1
2 P1.2
3 P1.3
4 P2.1
5 P2.2
6 P2.3
7 P3.1
45
8 P3.2
9 P3.3
Lampiran 3 Hasil Uji Laboratorium Sifat Kimia (Kadar Air, Protein, Serat
Kasar) Tempe Edamame
46
47
Lampiran 4 Hasil Uji Hedonik Tekstur Tempe Edamame
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
48
Lampiran 5 Hasil Uji Hedonik Warna Tempe Edamame
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
49
Lampiran 6 Hasil Uji Hedonik Rasa Tempe Edamame
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
50
Lampiran 7 Hasil Uji Hedonik Aroma Tempe Edamame
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
51
Lampiran 8 Hasil Uji Hedonik Keseluruhan Tempe Edamame
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
52
Lampiran 9 Hasil Uji Mutu Hedonik Tekstur Tempe Edamame
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
53
Lampiran 10 Hasil Uji Mutu Hedonik Warna Tempe Edamame
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
54
Lampiran 11 Hasil Uji Mutu Hedonik Rasa Tempe Edamame
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
55
Lampiran 12 Hasil Uji Mutu Hedonik Aroma Tempe Edamame
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
56
Lampiran 13 Hasil Perhitungan Uji Efektivitas
P1.1 P1.2
Bobot Nilai Bobot/NB
NA I NH NA I NH
7 0,137 43,25 0,669532 0,091897 45,84 0,422159 0,057943
8 0,157 13,51 0,331971 0,052074 10,94 0,215259 0,033766
6 0,118 24,44 1 0,117647 26,27 0,8761 0,103071
8 0,157 4,44 0,259259 0,040668 5,36 0,685185 0,10748
7 0,137 3,68 0,155556 0,021351 4,4 0,555556 0,076253
8 0,157 3,64 0,185185 0,029049 4,32 0,531915 0,083438
7 0,137 3,8 0,25 0,034314 4,6 0,5625 0,077206
51 0,386999 0,539156
57
P3.3
NA I NH
50,26 0 0
7,74 0,056693 0,008893
28,49 0,725796 0,085388
3,88 0 0
4,2 0,444444 0,061002
3,96 0,333333 0,052288
3,32 0,0625 0,008578
0,216149
58
Lampiran 14 Dokumentasi
59
60
61