Anda di halaman 1dari 73

PENGARUH PENGUPASAN KULIT ARI DAN

PEMERAMAN KACANG EDAMAME (Glycine max (L.)


merrill) TERHADAP SIFAT KIMIA DAN
ORGANOLEPTIK TEMPE EDAMAME

SKRIPSI

JOHANNA OKTAVIANI
NIM. 20224211028

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DR. SOETOMO
SURABAYA
2024
PENGARUH PENGUPASAN KULIT ARI DAN
PEMERAMAN KACANG EDAMAME (Glycine max (L.)
merrill) TERHADAP SIFAT KIMIA DAN
ORGANOLEPTIK TEMPE EDAMAME

Dibuat Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Teknologi Pangan pada Prodi Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Dr. Soetomo Surabaya

Oleh:
JOHANNA OKTAVIANI
NIM. 20224211028

Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1,

Dr. Kejora Handarini, STP.,MP


Tanggal :

Dosen Pembimbing 2,

Ir. Bambang Sigit Sucahyo, MP


Tanggal :
PENGARUH PENGUPASAN KULIT ARI DAN
PEMERAMAN KACANG EDAMAME (Glycine max (L.)
merrill) TERHADAP SIFAT KIMIA DAN
ORGANOLEPTIK TEMPE EDAMAME

Dibuat Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Teknologi Pangan pada Prodi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian
Universitas Dr. Soetomo Surabaya

Oleh :
JOHANNA OKTAVIANI
NIM. 20224211028

Telah diuji oleh : Ir. Bambang Sigit Sucahyo, MP


Pada tanggal :

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Pertanian Pembimbing 1,
Universitas Dr. Soetomo Surabaya

Dr. Kejora Handarini, STP.,MP Dr. Kejora Handarini, STP.,MP


Tanggal: ……………………….. Tanggal: ………………………..

Pembimbing 2,

Ir. Bambang Sigit Sucahyo, MP


Tanggal: ………………………....
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Johanna Oktaviani

NIM : 20224211028

PRODI : Teknologi Pangan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa naskah skripsi saya yang berjudul:


Pengaruh Pengupasan Kulit Ari Dan Pemeraman Kacang Edamame (Glycine Max
(L.) Merrill) Terhadap Sifat Kimia Dan Organoleptik Tempe Edamame adalah
benar-benar asli dari hasil penelitian yang telah kami lakukan, bukan saduran dari
naskah lain. Apabila di kemudian hari ada yang mengklaim, saya sanggup
mempertanggung jawabkannya.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 30 Januari 2024


Pembuat pernyataan,

(Johanna Oktaviani)
NIM : 20224211028
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia,
pertolongan, serta anugerah-Nya, skripsi berjudul “Pengaruh Pengupasan Kulit
Ari Dan Pemeraman Kacang Edamame (Glycine Max (L.) merrill) Terhadap Sifat
Kimia Dan Organoleptik Tempe Edamame” ini dapat diselesaikan tepat waktu
sebagai salah satu syarat menempuh gelar sarjana. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan atas segala keterbatasan yang
ada. Sehingga, untuk menyempurnakan tugas akhir ini, penulis sangat
membutuhkan dukungan berupa kritik maupun saran yang membangun.
Penulis juga menyadari bahwa terselesaikannya tugas akhir ini tidak luput
dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
penyusunan tugas akhir ini terutama kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, atas diberikannya kesehatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan tugas akhir dengan baik.
2. Orang Tua penulis yang selalu memberikan dukungan
3. Ibu Dr. Kejora Handarini, STP.,MP selaku Dekan dan Dosen Pembimbing 1
yang selalu memberikan arahan dan bimbingannya kepada penulis
4. Bapak Ir.M.Tajuddin Noor, MP selaku PD I Universitas Dr. Soetomo
Surabaya
5. Ibu Ir. Sumaryam, M.Si selaku PD II Universitas Dr. Soetomo Surabaya
6. Ibu Ir. Retnani Rahmiati, M.Si selaku ketua program studi Teknologi
Pangan Universitas Dr. Soetomo
7. Bapak Ir. Bambang Sigit Sucahyo, MP selaku Dosen Pembimbing 2 dan
Penguji yang memberikan masukan dan arahan kepada penulis

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu. Kiranya tugas akhir ini dapat diterima dengan baik dan
bermanfaat sebagai referensi penelitian dan pengetahuan selanjutnya.

Surabaya, 30 Januari 2024

Penulis
PENGARUH PENGUPASAN KULIT ARI DAN PEMERAMAN
KACANG EDAMAME (Glycine max (L.) merrill)
TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK TEMPE
EDAMAME

Oleh:
Johanna Oktaviani

ABSTRAK

Tempe merupakan salah satu makanan tradisional khas Indonesia yang masih
tinggi peminat hingga saat ini. Tingginya produksi tempe tidak sebanding dengan
permintaan produksi kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe. Edamame
dapat menjadi substitusi bahan baku pembuatan tempe selain kedelai. Kacang
edamame mengandung nutrisi yang baik untuk tubuh. Penelitian ini bertujuan
untuk 1. Menentukan pengaruh pengupasan kulit ari kacang edamame terhadap
sifat kimia dan organoleptik tempe edamame, 2. Menetapkan perlakuan terbaik
dari pembuatant empe edamame. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 pengulangan dengan masing-masing perlakuan yakni
P1: Edamame tanpa kulit pemeraman 2 hari, P2 : Edamame tanpa kulit
pemeraman 3 hari, P3 : Edamame dengan kulit pemeraman 2 hari, dan P4 :
Edamame dengan kulit pemeraman 3 hari. Parameter uji yang dilakukan adalah
sifat kimia (uji kadar air, protein, serat) dan uji organoleptik berupa uji kesukaan
dengan skala Poin 1 = Sangat tidak suka, Poin 2 = Tidak suka, Poin 3 = Agak
tidak suka, Poin 4 = Netral, Poin 5 = Agak suka, Poin 6 = Suka, Poin 7 = Sangat
suka. Hasil uji menyatakan bahwa perlakuan terbaik tempe edamame adalah pada
perlakuan P2.2 yaitu tempe edamame lepas kulit dengan pemeraman 3 hari
sample kedua.
Kata kunci : tempe edamame; kadar protein; serat

i
THE EFFECT OF PEELING THE SHELL AND BROONING
EDAMAME BEANS (Glycine max (L.) merrill) ON THE
CHEMICAL AND ORGANOLEPTIC PROPERTIES OF
EDAMAME TEMPEH

By:
Johanna Oktaviani

ABSTRACT

Tempeh is a traditional Indonesian food that is still popular today. The high
production of tempeh is not commensurate with the demand for soybean
production as a raw material for making tempeh. Edamame can be a substitute
for raw materials for making tempeh other than soybeans. Edamame beans
contain nutrients that are good for the body. This research aims to 1. Determine
the effect of peeling the skin from edamame beans on the chemical and
organoleptic properties of edamame tempeh, 2. Determine the best treatment for
making edamame tempeh. This research used a Completely Randomized Design
(CRD) with 4 treatments, namely P1: Edamame without skin, curing for 2 days,
P2: Edamame without skin, curing for 3 days, P3: Edamame with skin, curing for
2 days, and P4: Edamame with skin, curing for 3 days. The test parameters
carried out are chemical properties (moisture, protein, fiber content tests) and
organoleptic tests in the form of liking tests with a scale of Points 1 = Very
dislike, Point 2 = Dislike, Point 3 = Somewhat dislike, Point 4 = Neutral, Points
5 = Somewhat like, Point 6 = Like, Point 7 = Like very much. The test results
stated that the best treatment for edamame tempeh was treatment P2.2, namely
edamame tempeh without the skin with the second sample curing for 3 days.
Keywords : edamame tempeh; protein content; fiber

ii
RINGKASAN

JOHANNA OKTAVIANI, NIM: 20224211028. PENGARUH PENGUPASAN


KULIT DAN PEMERAMAN KACANG EDAMAME TERHADAP SIFAT
KIMIA DAN ORGANOLEPTIK TEMPE EDAMAME (di bawah bimbingan Dr.
Kejora Handarini, STP.,MP)
Tempe sudah menjadi makanan tradisional yang menjadi makanan khas
turun temurun hingga saat ini. Tempe merupakan salah satu makanan fermentasi
yang pada umumnya berbahan baku kedelai. Tingginya tingkat konsumsi tempe di
Indonesia menyebabkan kebutuhan kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tempe
juga tinggi. Tingkat produksi kedelai ternyata tidak sebanding dengan permintaan
produksi tempe. Kesenjangan hasil produksi kedelai dengan produksi tempe
tersebut dapat diatasi dengan inovasi pemanfaatan edamame. Saat ini, edamame
sudah banyak dibudidayakan di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan untuk 1. Menentukan pengaruh pengupasan kulit
ari kacang edamame terhadap sifat kimia dan organoleptik tempe edamame, 2.
Menetapkan perlakuan terbaik dari pembuatant empe edamame.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
pengulangan dengan masing-masing perlakuan yakni P1: Edamame tanpa kulit
pemeraman 2 hari, P2 : Edamame tanpa kulit pemeraman 3 hari, P3 : Edamame
dengan kulit pemeraman 2 hari, dan P4 : Edamame dengan kulit pemeraman 3
hari. Parameter uji yang dilakukan adalah sifat kimia (uji kadar air, protein, serat)
dan uji organoleptik berupa uji kesukaan dengan skala Poin 1 = Sangat tidak suka,
Poin 2 = Tidak suka, Poin 3 = Agak tidak suka, Poin 4 = Netral, Poin 5 = Agak
suka, Poin 6 = Suka, Poin 7 = Sangat suka.
Kata kunci : tempe edamame; fermentasi; sifat kimia; karakteristik
organoleptik

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK.........................................................................................................................i
ABSTRACT.......................................................................................................................ii
RINGKASAN..................................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................3
1.4.1 Bagi Peneliti.......................................................................................3
1.4.2 Bagi Pihak Lain..................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Definisi dan Karakteristik Edamame.......................................................4
2.2 Definisi Tempe dan Pemeraman..............................................................5
2.3 Potensi Edamame sebagai Bahan Dasar Pembuatan Tempe....................7
2.4 Uji Organoleptik......................................................................................9
2.5 Uji Efektivitas........................................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................12
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................................12
3.2 Alat dan Bahan Penelitian......................................................................12
3.3 Metode Penelitian..................................................................................12
3.4 Rancangan Penelitian.............................................................................13
3.5 Prosedur Penelitian................................................................................13
3.6 Prosedur Analisa.....................................................................................16
3.6.1 Uji Organoleptik..............................................................................16
3.6.2 Uji Efektivitas..................................................................................16
3.7 Analisa Data...........................................................................................17

iv
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Edamame


Tabel 2.2 Syarat Mutu Tempe SNI 3144:2015
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1 Perlakuan Pembuatan Tempe Edamame

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Diagram Alir Tempe Edamame.

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tempe sudah menjadi makanan tradisional yang menjadi makanan khas

turun temurun hingga saat ini. Tempe merupakan salah satu makanan fermentasi

yang pada umumnya berbahan baku kedelai. Cita rasa tempe akan ditentukan oleh

jenis kedelai yang digunakan. Menurut informasi yang didapatkan melalui

(Finaka, 2019), Indonesia masih menjadi negara produsen tempe terbesar di

tingkat dunia.

Tingginya tingkat konsumsi tempe di Indonesia menyebabkan kebutuhan

kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tempe meningkat setiap tahunnya. Tingkat

produksi kedelai nasional ternyata tidak sebanding dengan permintaan produksi

tempe. Dengan kata lain, hasil produksi kedelai sebagai bahan baku tempe

maupun tahu ternyata tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Sehingga untuk mengatasi hal ini, Indonesia harus mengimpor kedelai dari luar

negeri. Menurut data BPS, Indonesia mengimpor kedelai sebesar 2,32 juta ton

pada tahun 2022 lalu yang banyak diimpor dari Amerika Serikat dan Kanada

(Annur, 2023). Kesenjangan hasil produksi kedelai dengan produksi tempe

tersebut dapat diatasi dengan inovasi pemanfaatan edamame. Edamame

merupakan salah satu jenis kedelai hijau asal Jepang. Edamame menjadi jenis

kacang-kacangan yang juga termasuk kategori sayuran. Meskipun Edamame

1
berasal dari negara Jepang, saat ini Edamame sudah banyak dibudidayakan di

Indonesia.

Edamame memiliki kandungan protein lengkap yang setara dengan susu

sapi, bahkan lebih tinggi dari daging sapi ataupun telur (Kurniawan, 2017). Selain

itu, Edamame juga mengandung serat makanan, folat, fostor, vitamin K, vitamin

A, vitamin B, hingga zat besi yang tinggi. Edamame biasanya hanya dijadikan

campuran dalam makanan atau hanya dijadikan sebagai makanan ringan. Tempe

dengan bahan dasar edamame belum banyak dikembangkan. Bahkan kandungan

pada tempe edamame belum banyak diketahui. Dalam hal diatas, edamame dapat

digunakan sebagai substitusi kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe.

Pembuatan tempe edamame dilakukan dengan proses yang sama dengan

pembuatan tempe pada umumnya. Proses yang dimaksudkan adalah pengupasan

kulit edamame, pencucian, pengukusan, untuk kemudian diberi ragi sebelum

proses fermentasi.

Lama pemeraman tetap menjadi salah satu penentu kualitas produk tempe

yang dihasilkan. Tidak hanya itu, lepas tidaknya kulit edamame dapat

mempengaruhi sifat kimia dan organoleptik tempe. Berdasarkan permasalahan

yang ada, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

waktu pemeraman dan pengupasan kulit ari edamame terhadap sifat kimia dan

organoleptik tempe, sehingga diharapkan dapat diperoleh proses pembuatan

edamame terbaik setelah melalui penelitian ini.

2
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebagaimana di atas,

penulis merumuskan masalah penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Apakah pengupasan kulit ari dan waktu pemeraman dalam pembuatan

tempe edamame mempengaruhi sifat kimia dan organoleptik?

2. Bagaimana proses terbaik dalam pembuatan tempe edamame dengan

teknik kupas maupun utuh?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menentukan pengaruh pengupasan kulit ari pada kacang

edamame dan pengeramannya terhadap sifat kimia dan organoleptik

tempe edamame

2. Untuk menentukan proses pembuatan tempe edamame terbaik

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1. Mengetahui pengaruh pengupasan kulit ari kacang edamame serta

pengeramannya terhadap sifat kimia dan organoleptik tempe edamame

2. Mengetahui proses pembuatan tempe dengan bahan baku edamame

dan dengan proses terbaik

1.4.2 Bagi Pihak Lain

1. Menjadi panduan dan referensi dalam bidang foodtech untuk dapat

berinovasi dalam menciptakan produk tempe

3
2. Dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya

3. Diharapkan dapat diambil, diadaptasi, dan di inovasi kedepannya

dalam dunia kuliner di Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Karakteristik Edamame

Edamame (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu jenis kedelai asal

Jepang yang sudah banyak ditanam di Indonesia (Faradilla et al., 2022). Kedelai

masih menjadi kelompok kedelai sayur yang banyak digemari. Produksi edamame

juga termasuk dalam kategori produksi yang besar namun tidak seimbang dengan

pemanfaatannya. Padahal, edamame memiliki kandungan nutrisi yang baik.

Edamame memiliki kandungan gizi tinggi yaitu kandungan protein, air, lemak,

serat, dan kandungan lain (Nurkistin et al., 2022). Olahan edamame yang banyak

saat ini hanya produk susu dan yoghurt. Oleh karena itu, edamame dapat diolah

dan difermentasi menjadi tempe edamame untuk menjadi salah satu upaya

meningkatkan nilai gizi edamame (Kurniawan, 2019).

Klasifikasi edamame menurut (Artika et al., 2017) adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

4
Ordo : Polypetales

Famili : Leguminosea

Sub-famili : Papilionideae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L) Merill

Menurut (Agustin, 2022), dalam 100 gram edamame memiliki kandungan

gizi yang baik sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.1 dibawah :

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Edamame


Komposisi Jumlah

Protein 12gr

Karbohidrat 9gr

Serat 5gr

Zat besi 5mt

Magnesium 64mg

Kalsium 63mg

Zinc 5mg

2.2 Definisi Tempe dan Pemeraman

Tempe didefinisikan sebagai salah satu makanan tradisional dari Indonesia

yang dihasilkan dari pengolahan fermentasi kedelai dan bahan-bahan lain

(Kusumawati et al., 2020). Tempe jadi dihasilkan melalui proses pemeraman

5
terlebih dahulu. Pemeraman merupakan sebuah proses fermentasi mengubah

kacang kedelai maupun edamame menjadi tempe.

Tempe disebut sebagai pangan khas Indonesia karena pembuatannya

sudah turun temurun. Hingga saat ini, tempe pun masih menjadi salah satu

makanan wajib yang digemari oleh semua kalangan. Tempe juga memiliki nutrisi

dan manfaat yang baik untuk kesehatan, hal ini juga menjadi alasan mengapa

tempe masih menjadi salah satu makanan tradisional yang tidak pernah hilang

oleh zaman. Tempe dapat menjadi sumber protein dan mineral besi sebagai

sumber nutrisi.

Proses pembuatan tempe terbagi atas proses produksi basah (pencucian

kedelai, perendaman dan perebusan kedelai, hingga pemisahan kulit kedelai),

proses kedua adalah produksi kering (penambahan ragi, pengemasan, hingga

proses fermentasi). Kusumawati et al. (2020) menyatakan bahwa proses produksi

tempe membutuhkan waktu lama saat pemisahan kulit dan fermentasi. Sehingga

dalam hal ini, pembuatan tempe berbahan dasar edamame tanpa kulit dapat juga

memangkas waktu pemisahan kulit yang menjadi proses terlama. Penelitian ini

akan membuat dan membandingkan tempe edamame lepas kulit dan dengan kulit.

Tempe memiliki standar SNI yaitu standar yang ditetapkan pemerintah

untuk hasil produk yang dibuat oleh masyarakat Indonesia. SNI mengatur

persyaratan mutu tempe dari tekstur, warna, bau, kadar air, kadar lemak, kadar

serat kasar, kadar protein, dan lain-lain (BSN Indonesia, 2018). SNI tempe dapat

dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Syarat Mutu Tempe SNI 3144:2015


No Kriteria Satuan Persyaratan

6
1 Keadaan
1.1 Tekstur - Kompak, jika diiris tetap utuh
(tidak mudah rontok)
1.2 Warna - Putih merata pada seluruh
permukaan
1.3 Bau - Bau khas tempe tanpa adanya
bau amoniak
2 Kadar air Fraksi massa, % Maks 65
3 Kadar lemak Fraksi massa, % Min 7
4 Kadar protein (N x Fraksi massa, % Min 15
5,71)
5 Kadar serat kasar Fraksi massa, % Maks 2,5
6 Cemaran logam
6.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maks 0,2
6.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks 0,25
6.3 Timah (Sn) mg/kg Maks 40
6.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks 0,03
7 Cemaran arsen mg/kg Maks 0,25
(As)
8 Cemaran mikroba
8.1 Coliform APM/g Maks 10
8.2 Salmonella sp. - Negatif/25g

2.3 Potensi Edamame sebagai Bahan Dasar Pembuatan Tempe

Tempe menjadi makanan yang memiliki tingkat popularitas cukup tinggi.

Hal ini membuat Indonesia menjadi eksportir tempe terbesar di Asia. Hingga saat

ini, belum ada kacang-kacangan yang mampu menyaingi kedelai sebagai bahan

baku tempe (Faradilla et al., 2022). Padahal, kacang edamame dapat menjadi

substitusi kacang kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe. Edamame dapat

difermentasi menjadi tempe untuk dapat meningkatkan nilai gizi (Kurniawan,

2019). Karena bagaimanapun, saat ini pemanfaatan edamame hanya sebatas susu

maupun yoghurt.

7
Edamame merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang masih

merupakan jenis kedelai hijau yang dapat dikonsumsi. Edamame juga sering

disebut kedelai sayur yang memiliki banyak manfaat. Edamame sudah banyak

tumbuh di Indonesia namun belum banyak diolah sehingga saat ini belum banyak

beredar produk dengan bahan dasar edamame. Penelitian ini bertujuan untuk

meneliti bagaimana pengaruh edamame tanpa dan dengan kulit dalam

mempengaruhi sifat kimia dan organoleptik tempe. Karena edamame berpotensi

tinggi dalam menggantikan kedelai sebagai bahan baku tempe. Terdapat beberapa

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dalam meneliti tempe

edamame yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu


Judul, Nama Jurnal
No Perlakuan Hasil
dan Penulis
Characteristics of Pengujian Analisis Tempe dengan bahan edamame
Tempeh Edamame Kimia dapat dikembangkan menjadi
Fermented Rhizopus 1. Nilai kadar air produk karena memiliki nilai gizi
Oligosporus: Effect of 2. Kadar abu yang baik. Waktu terbaik mengolah
Fermentation Time and 3. Kadar protein tempe edamame adalah 48 jam
Inoculum 4. Kadar lemak fermentasi. Hasil analisis kimia
Concentration - 5. Kadar serat tempe edamame diperoleh :
International Research 6. Kandungan 1. Kadar air 36,29% bk
1 Journal of Advanced isoflavon 2. Kadar abu 3,85% bk
Engineering and 3. Kadar protein 48,28% bk
Science 4. Kadar lemak 21,67 bk
5. Kadar serat 27,25% bk
Penulis : 6. Kandungan isoflavon
Fitria Faradilla, 8,72μg/g
Yunianta, Kiki
Fibrianto

Volume 7 Issue 4, pp. 90-93, 2022


2 KADAR LEMAK, 1. Kadar Lemak 1. Pebedaan jenis kemasan
KADAR AIR, 2. Kadar Air tidak berpengaruh terhadap
KADAR PROTEIN, 3. Kadar Protein kadar lemak tenpe
DAN ANTIOKSIDAN 4. Antioksidan edamame karena jumlah
TEMPE EDAMAME yang terkandung lebih

8
(Glycine max (L) sedikit dibandingkan
Merill) DENGAN kandungan lemak tempe
JENIS PENGEMAS kedelai,
YANG BERBEDA - 2. Perbedaan jenis kemasan
Jurnal Teknologi berpengaruh terhadap kadar
Pangan air tempe edamame (kadar
air tempe edamame dengan
Penulis : kemasan plastik lebih
Nova Damayanti tinggi daripada kemasan
Kurniawan, Bhakti aluminium foil)
Etza Setiani, Bambang 3. Jenis kemasan tidak
Dwiloka berpengaruh terhadap kadar
protein tempe edamame.
Jurnal Teknologi Pangan 3(2) : 355-360
Dikirim 21 Agustus 2019, diterima 5 Desember 2019
Proximate and 1. Kadar Abu 1. Tepung ET, MET, dan
isoflavones content in 2. Kadar Protein edamame memiliki kadar
edamame tempeh flour 3. Kadar Lemak abu sebesar 2,70%, 2,92%,
and modified edamame 4. Kadar dan 5,86% yang
tempeh flour - The 2nd Karbohidrat menunjukkan kandungan
International Nursing 5. Kandungan mineral dalam tempe
and Health Sciences Isoflavon tersebut. Semakin tinggi
Symposium (INHSS) konsentrasi ragi,
makansemakin tinggi kadar
Penulis : abu yang diproduksi.
Dika Nurkistin, Didik 2. Tepung ET memiliki
Gunawan Tamtomo, protein sebesar 43,98% dan
Budiyanto Winoworini tepung MET 44,65% yang
memenuhi syarat mutu SNI
minimal kandungan protein
3
pada tempe.
3. Kandungan lemak tepung
ET dan MET adalah
23,49% dan 21,55%
sehingga memenuhi
persyaratan SNI untuk
kandungan lemak tempe.
4. Kandungan lemak tepung
ET sebesar 25,33% dan
tepung MET sebesar
25,99%.
5. Kandungan isoflavon
tepung MET lebih tinggi
(268,24 g/g) dibandingkan
tepung ET (182,43 g/g)
Desember 2021

9
2.4 Uji Organoleptik

Uji organoleptik dapat didefinisikan sebagai salah satu uji bahan makanan

yang didasarkan pada kesukaan dan keiinginan suatu produk (Gusnadi et al.,

2021). Uji ini biasa juga disebut sebagai uji indera atau sensori. Hal ini

dikarenakan pengujian ini menggunakan indera manusia sebagai alat utama

pengukurannya. Indera yang digunakan sebagai uji organoleptik adalah

penglihatan/mata, penciuman/hidung, pengecap/lidah, peraba/tangan. Alat indera

tersebut yang menjadi kesan nantinya akan menjadi penilaian produk yang diuji

sesuai sensor atau rangsangan yang diterima indera. Penilaiannya meliputi

kemampuan mendeteksi, mengenali, membedakan, membandingkam, dan menilai

suka atau tidak sukanya terhadap produk.

Pengujian organoleptik memang didasarkan pada proses pengindraan yang

menjadi reaksi yang ditimbulkan dari rangsangan (Universitas Muhammadiyah

Semarang, 2020). Pengukuran ini disebut penilaian subyektif karena ditentukan

oleh pelaku yang melakukan pengukuran. Uji organoleptik ini menguji rasa,

warna, aroma hingga tekstur yang disebut juga sebagai atribut sensori. Hal diatas

yang akan menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih produk, sehingga

perlu adanya uji organoleptik terlebih dahulu.

2.5 Uji Efektivitas

Uji efektivitas merupakan salah satu jenis alat statistik yang bertujuan

mengukur nilai terbaik dari sebuah pengukuran indera dan laboratorium. Uji ini

10
nantinya dapat menentukan mana perlakuan terbaik dalam hasil penelitian dari

nilai tertinggi untuk dapat ditarik kesimpulan. Uji ini dilakukan dengan

menentukan bobot nilai pada parameter angka relatif 0-1. Bobot normal

tergantung kepentingan masing-masing parameter yang hasilnya diperoleh dari

akibat perlakuan. Menentukan nilai efektifitas variabel dapat dilakukan dengan

rumus :

NA−NR
NE=
NT−NR

Kelompok dengan rata-rata yang semakin tinggi akan semakin baik

NA−NT
NE=
NR−NT

Kelompok dengan rata-rata yang semakin tinggi akan semakin jelek

Keterangan :

NA : Nilai Asli

NT : Nilai Tertinggi

NR : Nilai Rendah

Untuk menghitung NH atau Nilai Hasil keseluruhan parameter

yang nantinya akan ditentukan dengan memilih hasil tertinggi yang akan

digunakan rumus :

NH = NE x Bobot Normal Parameter

11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dan perlakukan eksperimen ini akan dilakukan pada bulan

Desember 2023. Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil

Pertanian, Jalan Semolowaru Nomor 84, Menur Pumpungan, Surabaya.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kompor,

panci, wajan, spatula, pisau, wadah atau baskom, sendok,

timbangan/neraca analitik, oven pengering, desikator, dan sebagainya.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan tempe edamame adalah

kacang edamame afkir dan juga ragi tempe.

12
3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah eksperimen

atau percobaan. Eksperimen adalah sebuah metode penelitian berupa percobaan

guna mengetahui pengaruh variabel satu terhadap variabel lain dengan uji coba.

Penelitian ini akan melakukan eksperimen berupa pembuatan tempe dengan

bahan edamame yang terbagi atas edamame lepas kulit dan edamame dengan

kulit. Pemeraman akan dilakukan selama 2 hari dan 3 hari untuk masing-masing

edamame lepas kulit dan dengan kulit. Dari eksperimen yang dilakukan akan

diteliti bagaimana tempe edamame lepas kulit dan dengan kulit dapat

mempengaruhi sifat kimia maupun organoleptik tempe.

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang

terdiri atas faktor variasi edamame tanpa dan dengan kulit ari, serta waktu

pemeraman dengan variasi perlakuan. Rancangan penelitian dapat dilihat pada

tabel 3.1

Tabel 3.1 Perlakuan pembuatan tempe edamame


Variasi Edamame dan Waktu Pemeraman

P1 = Edamame tanpa kulit ari, lama pemeraman 2 hari

P2 = Edamame tanpa kulit ari, lama pemeraman 3 hari

P3 = Edamame dengan kulit ari, lama pemeraman 2 hari

P4 = Edamame dengan kulit ari, lama pemeraman 3 hari

Setiap perlakuan diulang 3 kali percobaan

13
3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur atau tahapan penelitian akan diawali dengan persiapan

bahan yang digunakan dalam membuat tempe edamame. Kedua, proses

pengupasan dan pencucian kacang edamame. Proses ini bertujuan

memisahkan kulit ari untuk tempe edamame tanpa kulit, dan juga untuk

membersihkan kotoran yang ada pada edamame. Sebelum dilepas kulit

arinya, kacang edamame direndam selama 6 jam. Kemudian, proses

membuat tempe edamame yaitu rebus edamame yang sudah bersih hingga

lunak atau selama 45 menit, kemudian dikukus selama 30 menit lalu tiriskan

dan didinginkan. Proses selanjutnya adalah pemberian ragi sebanyak 2%

untuk setiap 100 gram kacang edamame (Kurniawan, 2019). Selanjutnya,

proses pemeraman selama 48 jam atau 2 hari dan 72 jam atau 3 hari. Dan

diakhiri dengan pengamatan sifat kimia dan organoleptik. Alur tahapan

penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1

14
Persiapan Alat dan
Bahan

Air Bersih Pencucian Limbah Cair

Pengupasan 2x Kulit Ari

Perebusan
±15 menit

Pengukusan
±30 menit

Penirisan hingga
dingin

Penimbangan
100gr

Pencampuran Ragi
2% setiap 100gr

Pemeraman 2 dan
3 hari 15

Tempe Edamame
Gambar 3.1 Diagram Alir Tempe Edamame

16
3.6 Prosedur Analisa

3.6.1 Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik produk terdiri atas uji hedonik dan mutu

hedonik. Uji hedonik yaitu pengujian tekstur, warna, rasa, aroma atau bau,

dan keseluruhan. Proses mutu hedonik terdiri atas pengujian rasa, tekstur,

warna, dan aroma. Pengujian ini melibatkan 35 orang sebagai panelis.

a. Uji Hedonik

Uji ini menggunakan skala hedonik yaitu skala penilaian poin 1-7. Kriteria

pengukurannya adalah warna, tekstur, aroma, dan rasa dari sampel. Poin 1 =

Sangat tidak suka, Poin 2 = Tidak suka, Poin 3 = Agak tidak suka, Poin 4 =

Netral, Poin 5 = Agak suka, Poin 6 = Suka, Poin 7 = Sangat suka, serta uji

keseluruhan atau overall. Pertama, pengujian warna adalah panelis memberikan

penilaian pada warna sampel dengan skor yang ditentukan. Kemudian, pengujian

tekstur dan rasa adalah panelis mengunyah sampel tempe edamame dan

memberikan penilaian terhadap tekstur dan rasa sampel tersebut. Ketiga,

pengujian aroma yaitu dengan cara mencium sampel. Dan terakhir, penilaian

keseluruhan yaitu penilaian pada terhadap keseluruhan warna, tekstur, aroma, dan

rasa.

b. Uji Mutu Hedonik

Uji ini menggunakan pengujian deskriptif dari empat indikator warna,

tekstur, aroma, dan rasa.

1. Uji warna yaitu panelis memberikan penilaian warna sampel dengan skor

penilaian Poin 1 = Sangat tidak putih, Poin 2 = Tidak putih, Poin 3 = Agak

putih, Poin 4 = Putih, Poin 5 = Sangat putih.

17
2. Uji tekstur dan rasa yaitu dengan cara mengunyah sampel dan memberikan

penilaian dengan skor penilaian :

Skor penilaian tekstur : Skor 1 = Sangat tidak kompak, Skor 2 = Tidak

kompak, Skor 3 = Agak kompak, Skor 4 = Kompak, Skor 5 = Sangat

kompak

Skor penilaian rasa : Skor 1 = Sangat tidak khas, Skor 2 = Tidak khas,

Skor 3 = Agak rasa khas, Skor 4 = Rasa khas tempe, Skor 5 = Sangat rasa

khas tempe

3. Uji aroma yaitu dengan mencium sampel dan memberikan penilaian

dengan Skor 1 = Sangat menyengat, Skor 2 = Menyengat, Skor 3 = Agak

menyengat, Skor 4 = Tidak menyengat Skor 5 = Sangat tidak menyengat.

3.6.2 Uji Efektivitas

Uji ini bertujuan untuk menentukan mana perlakuan terbaik dari penelitian

yang akan dilakukan.

3.7 Analisa Data

Data terhadap analisis kimia dan organoleptik yang diperoleh dari

penelitian ini kemudian dianalisis dengan uji Analysis of Variance

(ANOVA). Jika hasil ANOVA menyatakan sampel yang diuji berbeda

nyata dengan taraf signifikansi 5% maka akan diuji lebih lanjut dengan uji

Duncan. Analisis ini akan dilakukan dengan software SPSS.

18
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Sifat Kimia

4.1.1 Uji Kadar Air

Hasil uji kadar air tempe edamame ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel

tersebut menunjukkan hasil masing-masing perlakuan terhadap kadar air.

Perlakuan P3.3 memberikan nilai kadar air tertinggi yaitu 50,26% sedangkan

perlakuan dengan kadar air terendah yaitu P2.1 yaitu 39,78%. Hasil perlakuan ini

menunjukkan bahwa semakin lama akan menghasilkan kadar air tempe edamame

yang semakin tinggi. Hasil penelitian kadar air tempe edamame yang telah

diujikan juga sesuai dengan ketentuan SNI 3144:2015 dengan maksimal kadar air

65%.

Berdasarkan data dibawah, dapat dilihat bahwa kadar air tempe edamame

meningkat dengan semakin lamanya waktu fermentasi. Hal ini menunjukkan

lamanya fermentasi memberikan pengaruh terhadap kadar air tempe. Tempe

edamame tanpa kulit ari dengan fermentasi 3 hari memiliki kadar air lebih tinggi

dibandingkan fermentasi 2 hari. Sedangkan tempe edamame dengan kulit ari

hanya mampu bertahan selama 2 hari. Namun, hasil kadar air tempe edamame

dengan kulit ari selama 2 hari tetap memiliki nilai paling tinggi diantara

keseluruhan tempe edamame. Hal ini menunjukkan waktu fermentasi juga

menjadi salah satu faktor penting yang menyebabkan meningkatnya kadar air

(Mahadi et al., 2016). Mahadi et al. (2016) juga menyatakan bahwa selama

19
fermentasi, hasil kadar air tempe akan meningkat yang dikarenakan mikroba akan

mencerna substrat dan menhgasilkan air.

Tabel 4.1 Hasil Uji Kadar Air Tempe Edamame

Kode Sample Rerata Kadar


Keterangan
Perlakuan Air (%)
P1.1 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 2 43,2590
hari, sample pertama
P1.2 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 2 45,8399
hari, sample kedua
P1.3 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 2 44,5107
hari, sample ketiga
P2.1 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 3 39,7872
hari, sample pertama
P2.2 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 3 49,7491
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 3 46,4074
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan kulit ari, pemeraman 49,0554
2 hari, sample pertama
P3.2 Edamame dengan kulit ari, pemeraman 46,3239
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan kulit ari, pemeraman 50,2630
2 hari, sample ketiga
P4.1 Edamame dengan kulit ari, pemeraman Sample rusak,
3 hari, sample pertama tidak dapat
dianalisa
P4.2 Edamame dengan kulit ari, pemeraman Sample rusak,
3 hari, sample kedua tidak dapat
dianalisa
P4.3 Edamame dengan kulit ari, pemeraman Sample rusak,
3 hari, sample ketiga tidak dapat
dianalisa

4.1.2 Uji Kadar Protein

Protein merupakan senyawa yang tersusun atas asam yang terikat oleh

peptide. Hasil analisis kadar protein tempe edamame ditunjukkan pada tabel 4.2.

Hasilnya adalah rerata kadar protein terendah adalah pada perlakuan P3.2 yaitu

20
6,2%. Sedangkan hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan P2.2 yaitu 28,22%.

Mengacu pada SNI 3144:2015, maka kadar protein tempe adalah minimal 15%.

Hal ini tentu menyatakan bahwa perlakuan tempe edamame pada perlakuan P1.1,

P1.2, P1.3, P3.1, P3.2, dan P3.3 tidak memenuhi syarat SNI. Dengan kata lain,

hanya P2.1, P2.2, dan P2.3 yaitu edamame tanpa kulit ari dengan lama

pemeraman 3 hari yang memiliki nilai kadar protein sesuai standar.

Tabel dibawah menunjukkan bahwa perbedaan lama pemeraman juga

mempengaruhi kadar protein. Pemeraman 3 hari cenderung memiliki kadar

protein yang lebih tinggi dibandingkan pemeraman 2 hari. Hal ini sejalan dengan

Bailia et al. (2014) yang menyatakan bahwa semakin lama waktu pemeraman

akan meningkatkan kadar protein yang semakin tinggi. Hal ini terjadi dikarenakan

adanya aktivitas enzim protease yang dihasilkan oleh mikroba saat proses

fermentasi/pemeraman. Rostini et al. (2022) juga menyatakan bahwa semakin

lama proses pemeraman akan meningkatkan kadar protein. Masa proses

pemeraman juga dapat menentukan hasil kadar protein yang dikandung dalam

sebuah bahan pangan.

Tabel 4.2 Hasil Uji Kadar Protein Tempe Edamame

Kode Sample Rerata Kadar


Keterangan
Perlakuan Protein (%)
P1.1 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 2 13,5168
hari, sample pertama
P1.2 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 2 10,9438
hari, sample kedua
P1.3 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 2 10,8105
hari, sample ketiga
P2.1 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 3 25,6922
hari, sample pertama
P2.2 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 3 28,2279
hari, sample kedua

21
P2.3 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 3 16,8248
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan kulit ari, pemeraman 8,5526
2 hari, sample pertama
P3.2 Edamame dengan kulit ari, pemeraman 6,2026
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan kulit ari, pemeraman 7,7450
2 hari, sample ketiga
P4.1 Edamame dengan kulit ari, pemeraman Sample rusak,
3 hari, sample pertama tidak dapat
dianalisa
P4.2 Edamame dengan kulit ari, pemeraman Sample rusak,
3 hari, sample kedua tidak dapat
dianalisa
P4.3 Edamame dengan kulit ari, pemeraman Sample rusak,
3 hari, sample ketiga tidak dapat
dianalisa

4.1.3 Uji Kadar Serat

Tabel 4.3 menunjukkan perlakuan P3.2 memiliki hasil uji kadar serat yang

memiliki perbedaan cukup signifikan tingginya dibandingkan perlakuan yang

lainnya yaitu sebesar 39,21%. Hasil uji kadar serat terendah ditunjukkan pada

perlakuan P1.1 dengan nilai 24,44%. Standar SNI 3144:2015 untuk kadar serat

kasar memiliki nilai maksimal 2,5%. Keseluruhan hasil uji serat kasar tempe

edamame menghasilkan nilai diatas standar.

Tingginya kadar serat kasar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kadar

serat kasar setiap perlakuan juga memiliki hasil yang berbeda-beda. Perbedaan

kadar serat ini dapat dipengaruhi kadar serat kasar awal yang terbentuk secara

alami dalam edamame dan kulit ari edamame. Adanya kulit ari edamame sebagai

bahan pengisi pembuatan tempe dianggap meningkatkan kadar serat kasar pada

tempe (Handajani et al., 2011). Hal ini sesuai dengan hasil uji penelitian yang

22
menyatakan bahwa tempe edamame dengan kulit ari menghasilkan nilai serat

kasar yang lebih tinggi. P3.1 dan P3.2 menghasilkan serat kasar sebesar 34,42%

dan 39,21%.

Tabel 4.3 Hasil Uji Kadar Serat Kasar Tempe Edamame

Kode Sample Rerata Kadar


Keterangan
Perlakuan Serat (%)
P1.1 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 2 24,4452
hari, sample pertama
P1.2 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 2 26,2745
hari, sample kedua
P1.3 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 2 25,0940
hari, sample ketiga
P2.1 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 3 32,5250
hari, sample pertama
P2.2 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 3 26,5372
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit ari, pemeraman 3 31,6143
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan kulit ari, pemeraman 34,4247
2 hari, sample pertama
P3.2 Edamame dengan kulit ari, pemeraman 39,2103
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan kulit ari, pemeraman 28,4990
2 hari, sample ketiga
P4.1 Edamame dengan kulit ari, pemeraman Sample rusak,
3 hari, sample pertama tidak dapat
dianalisa
P4.2 Edamame dengan kulit ari, pemeraman Sample rusak,
3 hari, sample kedua tidak dapat
dianalisa
P4.3 Edamame dengan kulit ari, pemeraman Sample rusak,
3 hari, sample ketiga tidak dapat
dianalisa

4.2 Hasil Uji Organoleptik

23
Jenis produk pangan baru biasanya perlu melakukan uji organoleptik

dengan bantuan panelis yang akan memberikan penilaian terhadap mutu produk.

Uji ini terdiri atas tekstur, warna, rasa, dan aroma atau bau.

4.2.1 Uji Hedonik

a. Tekstur

Uji organoleptik pertama adalah dalam segi tekstur. Hal ini diujikan dalam

uji Duncan. Hasil signifikansi terhadap tekstur hasilnya adalah pada perlakuan P1

nilai sig 0,012 < a = 0,05. Pada perlakuan P2, hasil signifikansi adalah 0,000 < a =

0,05. Terakhir, pada perlakuan P3 uji signifikansi menghasilkan sig 0,009 < a =

0,05. Hasil tersebut berarti tekstur memiliki pengaruh signifikan dan berbeda

terhadap tingkat penerimaan para panelis. Dari keseluruhan uji lanjut Duncan,

setiap perlakuan menunjukkan berbeda nyata. Untuk kemudian dilihat dari hasil

mean seluruh perlakuan juga menunjukkan nilai berkisar 3,88 - 6,04. Hasil

tertinggi menunjukkan nilai 6,04 yang berarti tekstur hasil perlakuan tempe

edamame menunjukkan rasa Suka dalam penilaian panelis.

Tekstur menjadi penampakan yang dapat dilihat secara langsung oleh

panelis. Berdasarkan hasil uji, tempe dengan perlakuan P2.2 menjadi nilai rata-

rata tertinggi yang disukai oleh panelis. Diduga karena tekstur tempe sudah sesuai

yaitu padat dan miselium menutupi secara merata permukaan tempe. Hal ini

membuat tempe memiliki kerapatan yang membuat tempe edamame tersebut

memiliki tekstur keras dan tidak mudah patah. Hal ini sejalan dengan penelitian

Winanti (2014) yang menyatakan bahwa tempe seharusnya memiliki tekstur yang

padat maupun kompak.

24
Tabel 4.4 Hasil Hedonik Tekstur Tempe Edamame

Jenis Perlakuan Keterangan Mean Sig


P1.1 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 4,44
hari, sample pertama
P1.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 5,36 0,012
hari, sample kedua
P1.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 4,88
hari, sample ketiga
P2.1 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 4,28
hari, sample pertama
P2.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 6,04 0,000
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 4,2
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 4,24
2 hari, sample
pertama
P3.2 Edamame dengan 0,009
kulit ari, pemeraman 5,08
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 3,88
2 hari, sample ketiga

b. Warna

Warna menjadi parameter juga yang diujikan karena warna menjadi salah

satu penentu apakah produk dapat diterima oleh masyarakat. Warna menjadi

penampilan dalam produk yang dapat dilihat langsung oleh mata. Berdasarkan

hasil uji terhadap warna, menghasilkan nilai sig 0,033 < a = 0,05 untuk perlakuan

1, 0,010 < a = 0,05 untuk perlakuan 2, dan 0,047 < a = 0,05 untuk perlakuan 3.

Dalam hal ini berarti warna memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat

penerimaan para panelis. Kemudian, dilakukan uji lanjut Duncan yang

25
menghasilkan setiap perlakuan menunjukkan berbeda nyata. Selanjutnya, dilihat

dari hasil mean seluruh perlakuan juga menunjukkan nilai 3,68 – 5,2. Nilai

tertinggi 5,2 yang berarti warna hasil perlakuan tempe edamame menunjukkan

warna yang agak disukai oleh penilaian panelis.

Warna menjadi komponen penting bagi kualitas penerimaan sebuah

produk pangan yang ditujukan kepada konsumen (Hasan, 2018). Warna putih

tempe sangat dipengaruhi oleh miselium (Winanti, 2014). Warna tempe yang baik

akan terlihat putih bersih. Sehingga dalam hal ini, warna dari tempe edamame

yang dihasilkan dalam penelitian ini sudah baik karena berwarna putih sesuai

penilaian panelis.

Tabel 4.5 Hasil Hedonik Warna Tempe Edamame

Jenis Perlakuan Keterangan Mean Sig


P1.1 Edamame tanpa kulit 3,68
ari, pemeraman 2
hari, sample pertama
P1.2 Edamame tanpa kulit 0,033
ari, pemeraman 2 4,4
hari, sample kedua
P1.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 3,4
hari, sample ketiga
P2.1 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 5,2
hari, sample pertama
P2.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 5,2 0,010
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 4,28
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan 0,047
kulit ari, pemeraman 3,88
2 hari, sample
pertama
P3.2 Edamame dengan 4,8
kulit ari, pemeraman
2 hari, sample kedua

26
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 4,2
2 hari, sample ketiga

c. Rasa

Rasa menjadi tahap yang penting karena akan menentukan apakah produk

dapat diterima atau tidak. Berdasarkan hasil uji terhadap rasa tempe edamame

perlakuan 1 menghasilkan nilai sig 0,011 < a = 0,05, perlakuan 2 yaitu 0,048 < a =

0,05, dan untuk perlakuan 3 menghasilkan nilai 0,004 < a = 0,05 sehingga rasa

memiliki pengaruh dan perbedaan terhadap tingkat penerimaan para panelis.

Selanjutnya, dilakukan uji lanjut Duncan. Keseluruhan uji lanjut Duncan

menunjukkan setiap perlakuan menunjukkan berbeda nyata. Dilihat dari hasil

mean seluruh perlakuan juga menunjukkan nilai 3,24 - 5,4 yang artinya penilaian

panelis pada rasa tempe edamame menunjukkan nilai tertinggi 5,4 yaitu kategori

rasa suka dalam penilaian panelis.

Rasa menjadi sebuah hal yang sangat penting dalam sebuah makanan.

Tentunya setiap orang menyukai makanan dengan cita rasa yang sedap. Ekayati &

Fitriani (2020) menyatakan bahwa rasa memiliki peran penting dalam

menentukan cita rasa produk. Hasil uji menyatakan bahwa panelis menyukai

tempe pada perlakuan P2 yaitu edamame tanpa kulit ari yang diperam selama 2

hari. Hal ini diduga karena tempe dalam waktu fermentasi tersebut memiliki rasa

yang sudah sesuai dan khas.

Tabel 4.6 Hasil Hedonik Rasa Tempe Edamame

Jenis Perlakuan Keterangan Mean Sig


P1.1 Edamame tanpa kulit 3,64 0,011

27
ari, pemeraman 2
hari, sample pertama
P1.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 4,32
hari, sample kedua
P1.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 3,24
hari, sample ketiga
P2.1 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 5,28
hari, sample pertama
P2.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 5,4 0,048
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 4,68
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 4,36
2 hari, sample
pertama
P3.2 Edamame dengan 0,004
kulit ari, pemeraman 3,4
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 3,96
2 hari, sample ketiga

d. Bau

Berdasarkan hasil uji pada bau tempe edamame menunjukkan nilai sig

0,005 < a = 0,05 untuk perlakuan 1, sig 0,000 < a = 0,05, untuk perlakuan 2, dan

sig 0,042 < a = 0,05 untuk perlakuan 3, sehingga bau memiliki pengaruh

perbedaan terhadap tingkat penerimaan panelis. Setelah itu, dilihat dari uji lanjut

Duncan yang hasilnya menunjukkan setiap perlakuan menunjukkan berbeda

nyata. Kemudian dilihat dari hasil mean seluruh perlakuan juga menunjukkan

nilai range 3,32 hingga tertinggi 5,2 yang artinya rasa tempe edamame

menunjukkan rasa bau yang disukai dan dapat diterima dalam penilaian panelis.

28
Aroma menjadi hal yang dapat menunjukkan penilaian suka ataupun tidak

suka dari sebuah kelezatan makanan. Kacang edamame dalam proses fermentasi

juga mempengaruhi aroma tempe. Dalam penilaian panelis, perlakuan P2 yang

paling disukai dan dapat diterima oleh panelis. Sedangkan perlakuan P1 memiliki

nilai lebih rendah dari P2 diduga karena belum tercium aroma khas tempe. Untuk

P3 diduga dikarenakan tempe edamame pada perlakuan tersebut sudah menuju

pada aroma yang cenderung membusuk, meskipun masih dapat diterima.

Tabel 4.7 Hasil Hedonik Aroma/Bau Tempe Edamame

Jenis Perlakuan Keterangan Mean Sig


P1.1 Edamame tanpa kulit 3,8
ari, pemeraman 2
hari, sample pertama
P1.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 4,6 0,005
hari, sample kedua
P1.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 3,32
hari, sample ketiga
P2.1 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 4,68
hari, sample pertama
P2.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 5,2 0,000
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 3,76
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 3,56
2 hari, sample
pertama
P3.2 Edamame dengan 0,042
kulit ari, pemeraman 4,44
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 3,32
2 hari, sample ketiga

e. Keseluruhan

29
Secara keseluruhan tempe edamame dengan variasi dengan maupun lepas

kulit dengan lama pemeraman yang berbeda. Hasil uji menunjukkan bahwa

kesukaan panelis secara keseluruhan tekstur, warna, rasa, dan bau dengan

perlakukan P2 yaitu tanpa kulit ari dan lama pemeraman 3 hari paling disukai

panelis. Berdasarkan hasil uji hedonik dapat ditarik kesimpulan bahwa lama

fermentasi/pemeraman 3 hari tanpa kulit ari merupakan waktu terbaik. Namun

jika menggunakan kulit ari, tempe edamame tidak mampu bertahan hingga 3 hari.

Hasil uji dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel dibawah menunjukkan

penilaian panelis pada tekstur, warna, rasa, dan aroma yang berbeda. P2.2

dianggap memiliki tekstur, warna, rasa, maupun aroma yang paling tepat dan

paling dapat diterima. Pada waktu pemeraman 3 hari, dianggap waktu optimal

pertumbuhan jamur tempe yang lebih banyak sehingga dapat menghasilkan

miselium yang sesuai. Dari segi tekstur, menghasilkan tempe yang kompak.

Kemudian, warna yang putih dan merata. Rasa yang khas dan dapat diterima.

Hingga aroma yang tidak menyengat dan paling disukai panelis.

Tabel 4.7 Hasil Hedonik Keseluruhan Tempe Edamame

Jenis Perlakuan Keterangan Mean Sig


P1.1 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 3,52
hari, sample pertama
P1.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 4,28 0,007
hari, sample kedua
P1.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 3,16
hari, sample ketiga
P2.1 Edamame tanpa kulit 0,000
ari, pemeraman 3 4,96
hari, sample pertama
P2.2 Edamame tanpa kulit 5,72
ari, pemeraman 3

30
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 4,44
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 3,64
2 hari, sample
pertama
P3.2 Edamame dengan 0,025
kulit ari, pemeraman 4,28
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 2,92
2 hari, sample ketiga

4.2.2 Uji Mutu Hedonik

a. Tekstur

Hasil uji signifikansi menyatakan bahwa perlakuan P1 memperoleh hasil

nilai sig 0,004 < a = 0,05, sig 0,000 < a = 0,05, untuk perlakuan 2, dan sig 0,001 <

a = 0,05 untuk perlakuan 3. Hal ini berarti tekstur tempe dalam uji mutu hedonik

memiliki perbedaan dan pengaruh dalam penilaian panelis. Tekstur tempe

edamame setelah melewati hasil uji mutu hedonik yang paling tinggi diperoleh

oleh perlakuan P2.2 dengan nilai 3,76 dengan kategori Agak Kompak. Kemudian

untuk P1.2 rata-rata nilai 1,84 dengan kategori Sangat Tidak Kompak. Hal ini

dikarenakan miselia pada tempe edamame dengan pemeraman 3 hari sudah

berkembang dengan baik dan merata dibandingkan pemeraman 2 hari.

Mujianto (2013) menyatakan bahwa miselium yang tumbuh dengan

banyak akan membuat tekstur tempe semakin baik. Hal ini dikarenakan miselium

mampu meningkatkan tingkat kerapatan massa tempe yang juga mengurangi

rongga udara didalamnya. Sehingga akan membentuk massa yang kompak dan

tidak mudah patah. Rahardjo et al. (2019) juga menambahkan pada pendapatnya

31
bahwa miselium akan membentuk sebuah padatan yang membuat tekstur tempe

menjadi kompak dan berkualitas.

Tabel 4.8 Hasil Mutu Hedonik Tekstur Tempe Edamame

Jenis Perlakuan Keterangan Mean Sig


P1.1 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 1,88
hari, sample pertama
P1.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 1,84 0,004
hari, sample kedua
P1.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 2,36
hari, sample ketiga
P2.1 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 2,44
hari, sample pertama
P2.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 3,76 0,000
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 3,16
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 2,8
2 hari, sample
pertama
P3.2 Edamame dengan 0,001
kulit ari, pemeraman 3,72
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 3
2 hari, sample ketiga

b. Warna

Warna merupakan salah satu uji organoleptik karena dapat dilihat

langsung oleh indra yaitu mata. Hasil uji SPSS memperoleh nilai sig 0,001 < a =

32
0,05 untuk perlakuan 1, sig 0,000 < a = 0,05, untuk perlakuan 2, dan sig 0,019 < a

= 0,05 untuk perlakuan 3. Hasil analisis juga menunjukkan warna tempe pada

fermentasi 3 hari tanpa kulit ari yaitu perlakuan P2.2 paling disukai panelis

dengan nilai 4 yaitu kategori Putih. Jika dibandingkan dengan warna perlakuan

lain P1.1 dan P3.3 memiliki nilai yang hampir setara yaitu 2,3 dan 3,6 dengan

kategori Tidak Putih.

Warna menjadi indikator kesegaran dari sebuah makanan yaitu baik

tidaknya pengolahan makanan tersebut (Suciati, 2012). Kualitas warna tempe

yang baik ditandai dengan warna yang putih dan merata. Pada perlakuan

pemeraman 2 hari warna tidak putih dikarenakan masih terlihat kacang dan

miselium beum tumbuh merata. Sehingga disaat pemeraman 3 hari miselium

sudah mulai tumbuh merata dan menutupi permukaan kacang. Hal ini

menyebabkan tempe dapat berwarna putih bersih. Hal ini sejalan dengan

(Nurhidayat, 2009) yang menyatakan fase fermentasi berada pada 30-50 jam yang

menjadi fase optimal fermentasi tempe.

Tabel 4.9 Hasil Mutu Hedonik Warna Tempe Edamame

Jenis Perlakuan Keterangan Mean Sig


P1.1 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 2,3
hari, sample pertama
P1.2 Edamame tanpa kulit 0,001
ari, pemeraman 2 2,36
hari, sample kedua
P1.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 3,92
hari, sample ketiga
P2.1 Edamame tanpa kulit 0,000
ari, pemeraman 3 3
hari, sample pertama
P2.2 Edamame tanpa kulit 4
ari, pemeraman 3

33
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 2,44
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 2,76
2 hari, sample
pertama
P3.2 Edamame dengan 0,019
kulit ari, pemeraman 3,36
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 2,6
2 hari, sample ketiga

c. Rasa

Uji signifikansi rasa menunjukkan nilai sig 0,027 < a = 0,05 untuk

perlakuan 1, sig 0,000 < a = 0,05, untuk perlakuan 2, dan sig 0,001 < a = 0,05

untuk perlakuan 3. Hal ini berarti rasa memiliki pengaruh terhadap penilaian

panelis. Hasil uji lebih lanjut menghasilkan bahwa rata-rata panelis menyukai

tempe pada perlakuan P2.2 dengan rata-rata 4,12 yaitu Berasa Khas Tempe. Hal

ini dikarenakan pada waktu tersebut miselia pada kacang edamame sudah

dianggap merata sehingga rasanya menjadi khas tempe. Rasa menjadi tahap yang

penting karena akan menentukan apakah produk dapat diterima atau tidak. Rasa

juga menjadi rangsangan yang utama yang dirasakan oleh indra pengecap.

Yulia et al. (2019) menyatakan bahwa rasa menjadi komponen penting

untuk menentukan penerimaan makanan dan dijadikan sebagai standar penilaian

uji organoleptik. Dalam perlakuan P1 menghasilkan penilaian 2 yaitu Tidak

Berasa Khas Tempe dikarenakan pada pemeraman 2 hari diduga miselia belum

merata sehingga rasa tempe belum terlalu muncul. Istiqomah (2018) menyatakan

pada proses pemeraman, jamur akan menggunakan protein, lemak, maupun

34
karbohidrat yang mampu mendorong rasa khas tempe. Sehingga perlakuan P2

yaitu pemeraman tanpa kulit ari dalam waktu 3 hari dianggap menghasilkan rasa

khas tempe yang paling baik.

Tabel 4.10 Hasil Mutu Hedonik Rasa Tempe Edamame

Jenis Perlakuan Keterangan Mean Sig


P1.1 Edamame tanpa kulit 2,44
ari, pemeraman 2
hari, sample pertama
P1.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 2,96 0,027
hari, sample kedua
P1.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 2,36
hari, sample ketiga
P2.1 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 4
hari, sample pertama
P2.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 4,12 0,000
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 3
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 2,2
2 hari, sample
pertama
P3.2 Edamame dengan 0,001
kulit ari, pemeraman 2,36
2 hari, sample kedua
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 2,92
2 hari, sample ketiga

d. Bau

Bau atau aroma tempe dengan penilaian semakin tinggi akan

menghasilkan tempe yang semakin baik pula. Hasil uji menunjukkan nilai sig

0,000 < a = 0,05 untuk perlakuan 1, sig 0,002 < a = 0,05, untuk perlakuan 2, dan

sig 0,001 < a = 0,05 untuk perlakuan 3. Aroma tempe berarti memiliki pengaruh

35
terhadap penilaian panelis. Hasil uji mutu hedonik para panelis yang juga telah

diujikan dan menghasilkan P2.2 yang memiliki nilai 4,28 dengan kategori Tidak

Menyengat. Nilai terendah adalah P3.3 dengan nilai 2,08 yaitu Menyengat.

Aroma sedikit sulit diukur karena menjadi penilaian yang subjektif.

Namun aroma menjadi penentu kelezatan makanan. Sehingga hal ini menjadi sifat

mutu yang penting untuk diperhatikan karena berpengaruh pada daya terima

konsumen. Aroma biasanya dapat berubah seiring pengolahan maupun

penyimpanan yang dilakukan berbeda-beda (Alam et al., 2015). Aroma dengan

perlakuan pemeraman 3 hari tanpa kulit ari dianggap tidak menyengat oleh panelis

sehingga hal ini menjadi keunggulan bagi tempe edamame perlakuan P2.

Tabel 4.11 Hasil Mutu Hedonik Aroma/Bau Tempe Edamame

Jenis Perlakuan Keterangan Mean Sig


P1.1 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 3,48
hari, sample pertama
P1.2 Edamame tanpa kulit 0,000
ari, pemeraman 2 2,92
hari, sample kedua
P1.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 2 2,56
hari, sample ketiga
P2.1 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 3,76
hari, sample pertama
P2.2 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 4,28 0,002
hari, sample kedua
P2.3 Edamame tanpa kulit
ari, pemeraman 3 3,24
hari, sample ketiga
P3.1 Edamame dengan 0,001
kulit ari, pemeraman 2,56
2 hari, sample
pertama
P3.2 Edamame dengan 3,2
kulit ari, pemeraman
2 hari, sample kedua

36
P3.3 Edamame dengan
kulit ari, pemeraman 2,08
2 hari, sample ketiga

4.3 Hasil Uji Efektivitas

Hasil uji efektivitas seluruh parameter penelitian yaitu uji sifat kimia dan

uji organoleptik menunjukkan perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan P2.2

yaitu perlakuan tempe edamame lepas kulit dengan lama pemeraman 3 hari

sample kedua yang memiliki jumah nilai hasil (NH) paling tinggi yaitu 0,824.

Rata-rata nilai hasil uji efektivitas untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel

dibawah. Perlakuan terbaik pada perlakuan P2.2 adalah dengan kriteria kadar air =

49,75%, kadar protein = 28,22%, kadar serat = 26,53%, tekstur = 6,04 (suka),

warna = 5,2 (agak suka), rasa = 5,4 (agak suka), dan aroma = 5,2 (agak suka).

Tabel 4.12 Hasil Uji Efektivitas Tempe Edamame

Parameter Nilai Hasil Perlakuan


Uji P1.1 P1.2 P1.3 P2.1 P2.2 P2.3 P3.1 P3.2 P3.3
Kadar air 0,091 0,057 0,075 0,137 0,006 0,050 0,015 0,051 0
Kadar
0,052 0,033 0,012 0,138 0,156 0,075 0,016 0 0,008
protein
Kadar
0,117 0,103 0,112 0,053 0,101 0,060 0,038 0 0,085
serat
Tekstur 0,040 0,107 0,072 0,029 0,156 0,023 0,026 0,087 0
Warna 0,021 0,076 0 0,137 0,137 0,067 0,036 0,107 0,061
Rasa 0,029 0,083 0 0,148 0,156 0,104 0,081 0,011 0,052
Bau 0,034 0,077 0,008 0,081 0,109 0,032 0,021 0,068 0,008
TOTAL 0,386 0,539 0,281 0,725 0,824 0,413 0,236 0,326 0,216

37
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian tentang uji sifat kimia dan uji organoleptik pada tempe

edamame dengan maupun lepas kulit menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Perlakuan yang diberikan pada pembuatan tempe edamame pada P4

yaitu edamame dengan kulit dan lama pemeraman 3 hari mengalami

kegagalan sehingga sampel tidak dapat diujikan.

2. Tempe dengan kulit ari tidak dapat berhasil dikarenakan terdapat getah

yang membuatnya lebih cepat membusuk. Selain itu kulit ari yang

tebal membuat ragi tidak dapat memecah kulit ari sehingga

menghambat proses fermentasi.

3. Dari segi sifat kimia, formulasi perlakuan terbaik dalam pembuatan

tempe edamame adalah pada perlakuan P2.2 yaitu tempe edamame

38
lepas kulit dengan lama pemeraman 3 hari sample kedua. Hal ini

dinyatakan dengan nilai kadar air = 49,75%, kadar protein = 28,22%,

kadar serat = 26,53%.

4. Formulasi terbaik juga dinyatakan dengan hasil uji organoleptik yang

paling disukai panelis adalah perlakuan P2.2 dengan hasil uji hedonik

tekstur = 6,04 (suka), warna = 5,2 (agak suka), rasa = 5,4 (agak suka),

dan aroma = 5,2 (agak suka).

5. Hasil uji efektivitas juga menyatakan bahwa formula terbaik adalah

P2.2

5.2 Saran

Adapun saran untuk pembuatan tempe edamame kedepannya adalah :

1. Tempe yang sudah melakukan pemeraman/fermentasi lebih baik 2 hari

setelahnya langsung dikonsumsi atau dijual dikarenakan setelah 3 hari

tempe akan mulai mengalami perubahan warna kehitaman. Hal ini dapat

terjadi karena over fermentasi.

2. Edamame dapat menjadi alternatif tempe kedelai disaat harga kedelai

melonjak ataupun sedang langka karena hasil uji yang sudah dilakukan

tempe edamame tetap memberikan kadar air maupun kadar protein yang

baik dalam kandungannya. Selain itu juga memiliki kadar serat yang

tinggi. Didukung pula dengan tekstur, rasa, warna, dan aroma yang

mendukung dan disukai oleh beberapa sampel panelis penelitian ini.

39
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, d. S. (2022, February 4). 5 Manfaat Edamame untuk Kesehatan Tubuh.


Retrieved from Alodokter: https://www.alodokter.com/fakta-fakta-
mencengangkan-tentang-kedelai-edamame
Annur, C. M. (2023, June 14). Deretan Negara Pemasok Impor Kedelai Terbesar
RI pada 2022, AS Bertengger di Puncak. Retrieved from databoks:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/06/14/deretan-negara-
pemasok-impor-kedelai-terbesar-ri-pada-2022-as-bertengger-di-
puncak#:~:text=Pada%202022%2C%20Indonesia%20paling
%20banyak,dari%20total%20impor%20kedelai%20nasional.&text=Posisi
%20kedua%2
Artika, S., D. Fitriani, dan F. Podesta. 2017. Pengaruh Ukuran Benih dan Varietas
terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kacang Kedelai (Glycine max L.
Merrill). Jurnal Agriculture 11(4):1421-1444.
Ayu, K. (2023, August 21). Orang Indonesia Lebih Banyak Makan Tahu atau
Tempe? Ternyata Rata-Rata Konsumsi Setahun Capai... Retrieved from
MalangNetwork.com:https://malang.jatimnetwork.com/nasional/37998918
45/orang-indonesia-lebih-banyak-makan-tahu-atau-tempe-ternyata-rata-
rata-konsumsi-setahun-capai

40
BSN Indonesia. (2018, September 24). Tempe : Makanan Sehat Indonesia Untuk
Dunia. Retrieved from BADAN STANDARDISASI NASIONAL:
https://bsn.go.id/main/berita/detail/9673/tempe-makanan-sehat-indonesia-
untuk-dunia
Alam, N., Rostiati, R., & Muhardi, M. (2015). Sifat Fisik-Kimia Dan
Organoleptik Bawang Goreng Palu Pada Berbagai Frekuensi Pemakaian
Minyak Goreng. Jurnal Agritech, 34(04), 390.
https://doi.org/10.22146/agritech.9433
Bailia, J. F. T., Soegoto, A. S., & Loindong, S. S. R. (2014). Pengaruh Kualitas
Produk, Harga Dan Lokasi Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Warung-
Warung Makan Lamongan Di Kota Manado. Jurnal EMBA, 2(3), 1768–
1780.
Ekayati, I. A. S., & Fitriani, D. (2020). Meningkatkan keterampilan sains dalam
analisis beragam rasa melalui media bahan alam. Awlady:Jurnal Pendidikan
Anak, 6(2), 192–205.
Faradilla, F., Yunianta, & Fibrianto, K. (2022). Characteristics of Tempeh
Edamame Fermented Rhizopus Oligosporus: Effect of Fermentation Time
and Inoculum Concentration. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 7(4), 90–93.
Gusnadi, D., Taufiq, R., & Baharta, E. (2021). Uji Organoleptik dan Daya Terima
pada Produk Mousse Berbasis Tapai Singkong sebagai Komoditi UMKM di
Kabupaten Bandung. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(12), 2883–2888.
Handajani, S., Nurhartadi, E., & Hikmah, I. N. (2011). KAJIAN
KARAKTERISTIK KIMIA DAN SENSORI TEMPE KEDELAI (Glycine
max) DENGAN VARIASI PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS BAHAN
PENGISI (KULIT ARI KEDELAI, MILLET (Pennisetum spp.), DAN
SORGUM (Sorghum bicolor)). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 4(2), 135–
142.
Hasan, I. (2018). Pengaruh Perbandingan Tepung Ampas Kelapa dengan Tepung
Terigu Terhadap Mutu Brownies. Gorontalo Agriculture Technology
Journal, 1(1), 59. https://doi.org/10.32662/gatj.v1i1.168
Istiqomah, I. (2018). Sifat Sensoris Tempe Kedelai Hitam Dengan Variasi
Penambahan Kecambah Dan Lama Inkubasi. Jurnal Pangan Dan Gizi, 8(2),
2086–6429.
Kurniawan, N. D. (2019). Kadar Lemak , Kadar Air , Kadar Protein , Dan
Antioksidan Tempe Edamame (Glycine max (L) Merrill) Dengan Jenis
Pengemas Yang Berbeda. Jurnal Teknologi Pangan, 3(2), 1–4.
Kusumawati, I., Astawan, M., & Prangdimurti, E. (2020). Proses Produksi dan
Karakteristik Tempe dari Kedelai Pecah Kulit. Pangan, 29(2), 117–126.
Mahadi, I., Darmawati, & Apriyani. (2016). Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap
Kualitas Susu Tempe Bubuk Sebagai Pengembangan Lkm (Lembar Kerja

41
Mahasiswa) Materi Bioteknologi Pangan. Jurnal Biogenesis, 13(1), 1–10.
Mujianto. (2013). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Proses Produksi Tempe
Produk UMKM di Kabupaten Sidoarjo. REKA Agroindustri, 1(UMKM
Tempe), 57–65. http://ejournal.uwks.ac.id/detailjurnal.aspx?
v=201310540413349173&x=1
Nurkistin, D., Tamtomo, D. G., & Wiboworini, B. (2022). Proximate and
isoflavones content in edamame tempeh flour and modified edamame tempeh
flour. The 2 Nd International Nursing and Health Sciences Symposium
(INHSS), January.
Rahardjo, L. J., Bahar, A., & Adi, A. C. (2019). Pengaruh Kombinasi Kacang
Kedelai (Glycine Max) Dan Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata (L) Walp.)
Yang Diperkaya Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Terhadap Daya
Terima Dan Kadar Protein Snack Bar. Amerta Nutrition, 3(1), 71–77.
https://doi.org/10.2473/amnt.v3i1.2019.71-77
Rostini, T., Jaelani, A., & Ali, M. (2022). Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap
Karakteristik, Kandungan Protein Dan Serat Kasar Tongkol Jagung.
Ziraa’Ah Majalah Ilmiah Pertanian, 47(2), 257.
https://doi.org/10.31602/zmip.v47i2.7302
Suciati, A. (2012). PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN FERMENTASI
TERHADAP KANDUNGAN HCN PADA TEMPE KACANG KORO
(Canavalia ensiformis L).
Winanti, R. (2014). Higienitas Produk Tempe Berdasarkan Perbedaan Metode
Inokulasi. Unnes Journal of Life Science, 3(1), 39–46.
Yulia, R., Hidayat, A., Amin, A., & Sholihati, S. (2019). Pengaruh Konsentrasi
Ragi dan Lama Fermentasi terhadap Kadar Air, Kadar Protein dan
Organoleptik pada Tempe dari Biji Melinjo (Gnetum gnemon L). Rona
Teknik Pertanian, 12(1), 50–60. https://doi.org/10.17969/rtp.v12i1.13287

42
LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Uji Hedonik Tempe Edamame

Jenis Produk : Tempe Edamame

Identitas : Laki – Laki / Perempuan

Hari/Tanggal :

Dihadapan saudara/i terdapat sampel dari 4 macam perlakuan tempe


edamame. Saudara/i diharapkan untuk memberikan penilaian terhadap warna,
tekstur, aroma, dan rasa dari sampel yang disediakan sesuai tingkat kesukaan
saudara. Penilaian didasarkan atas skor 1-7.

1 = Sangat tidak suka 5 = Agak suka

2 = Tidak suka 6 = Suka

3 = Agak tidak suka 7 = Sangat suka

4 = Netral

43
Kode Parameter Penilaian
No
Sampel Warna Tekstur Aroma Rasa Keseluruhan

1 P1.1
2 P1.2
3 P1.3
4 P2.1
5 P2.2
6 P2.3
7 P3.1
8 P3.2
9 P3.3

Lampiran 2 Lembar Uji Mutu Hedonik Tempe Edamame

Jenis Produk : Tempe Edamame

Identitas : Laki – Laki / Perempuan

Hari/Tanggal :

Dihadapan saudara/i terdapat sampel dari 4 macam perlakuan tempe


edamame. Saudara/i diharapkan untuk memberikan penilaian terhadap warna,
tekstur, aroma, dan rasa dari sampel yang disediakan sesuai tingkat kesukaan
saudara. Penilaian didasarkan atas skor 1-5.

WARNA :

1 = Sangat tidak putih 4 = Putih

2 = Tidak putih 5 = Sangat putih

3 = Agak putih

TEKSTUR :

44
1 = Sangat tidak kompak 4 = Kompak

2 = Tidak kompak 5 = Sangat kompak

3 = Agak kompak

AROMA :

1 = Sangat menyengat 4 = Tidak menyengat

2 = Menyengat 5 = Sangat tidak menyengat

3 = Agak menyengat

RASA :

1 = Sangat tidak berasa khas tempe 4 = Berasa khas tempe

2 = Tidak berasa khas tempe 5 = Sangat berasa khas tempe

3 = Agak berasa khas tempe

Kode Parameter Penilaian


No
Sampel Warna Tekstur Aroma Rasa

1 P1.1

2 P1.2

3 P1.3

4 P2.1
5 P2.2
6 P2.3
7 P3.1

45
8 P3.2
9 P3.3

Lampiran 3 Hasil Uji Laboratorium Sifat Kimia (Kadar Air, Protein, Serat
Kasar) Tempe Edamame

46
47
Lampiran 4 Hasil Uji Hedonik Tekstur Tempe Edamame
Perlakuan 1

Perlakuan 2

Perlakuan 3

48
Lampiran 5 Hasil Uji Hedonik Warna Tempe Edamame
Perlakuan 1

Perlakuan 2

Perlakuan 3

49
Lampiran 6 Hasil Uji Hedonik Rasa Tempe Edamame
Perlakuan 1

Perlakuan 2

Perlakuan 3

50
Lampiran 7 Hasil Uji Hedonik Aroma Tempe Edamame
Perlakuan 1

Perlakuan 2

Perlakuan 3

51
Lampiran 8 Hasil Uji Hedonik Keseluruhan Tempe Edamame
Perlakuan 1

Perlakuan 2

Perlakuan 3

52
Lampiran 9 Hasil Uji Mutu Hedonik Tekstur Tempe Edamame
Perlakuan 1

Perlakuan 2

Perlakuan 3

53
Lampiran 10 Hasil Uji Mutu Hedonik Warna Tempe Edamame
Perlakuan 1

Perlakuan 2

Perlakuan 3

54
Lampiran 11 Hasil Uji Mutu Hedonik Rasa Tempe Edamame
Perlakuan 1

Perlakuan 2

Perlakuan 3

55
Lampiran 12 Hasil Uji Mutu Hedonik Aroma Tempe Edamame
Perlakuan 1

Perlakuan 2

Perlakuan 3

56
Lampiran 13 Hasil Perhitungan Uji Efektivitas

P1.1 P1.2
Bobot Nilai Bobot/NB
NA I NH NA I NH
7 0,137 43,25 0,669532 0,091897 45,84 0,422159 0,057943
8 0,157 13,51 0,331971 0,052074 10,94 0,215259 0,033766
6 0,118 24,44 1 0,117647 26,27 0,8761 0,103071
8 0,157 4,44 0,259259 0,040668 5,36 0,685185 0,10748
7 0,137 3,68 0,155556 0,021351 4,4 0,555556 0,076253
8 0,157 3,64 0,185185 0,029049 4,32 0,531915 0,083438
7 0,137 3,8 0,25 0,034314 4,6 0,5625 0,077206
51 0,386999 0,539156

P1.3 P2.1 P2.2


NA I NH NA I NH NA I NH
44,51 0,549188 0,075379 39,79 1 0,137255 49,75 0,048711 0,006686
10,81 0,07918 0,01242 25,69 0,885104 0,13884 28,22 1 0,156863
25,09 0,955992 0,11247 32,52 0,452945 0,053288 26,53 0,858497 0,101
4,88 0,462963 0,072622 4,28 0,185185 0,029049 6,04 1 0,156863
3,4 0 0 5,2 1 0,137255 5,2 1 0,137255
3,24 0 0 5,28 0,944444 0,148148 5,4 1 0,156863
3,32 0,0625 0,008578 4,68 0,59375 0,081495 5,2 0,796875 0,109375
0,281469 0,725329 0,824904

P2.3 P3.1 P3.2


NA I NH NA I NH NA I NH
46,4 0,368672 0,050602 49,05 0,115568 0,015862 46,32 0,376313 0,051651
16,82 0,482289 0,075653 8,55 0,106721 0,016741 6,2 0 0
31,61 0,514557 0,060536 34,43 0,323629 0,038074 39,21 0 0
4,2 0,148148 0,023239 4,24 0,166667 0,026144 5,08 0,555556 0,087146
4,28 0,488889 0,067102 3,88 0,266667 0,036601 4,8 0,784314 0,107651
4,68 0,666667 0,104575 4,36 0,518519 0,081336 3,4 0,074074 0,011619
3,76 0,234375 0,032169 3,56 0,15625 0,021446 4,44 0,5 0,068627
0,413877 0,236204 0,326695

57
P3.3
NA I NH
50,26 0 0
7,74 0,056693 0,008893
28,49 0,725796 0,085388
3,88 0 0
4,2 0,444444 0,061002
3,96 0,333333 0,052288
3,32 0,0625 0,008578
0,216149

58
Lampiran 14 Dokumentasi

59
60
61

Anda mungkin juga menyukai