Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN ORGANOLEPTIS DAN FISIS KULIT


ARTIKEL SOL SAMAK NABATI
TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT
SEMESTER V

Dosen Pengampu :
Titik Anggraeni, B.Sc., SE., MM.

Disusun Oleh :
1. Intan Ikrima Nur K (2001032)
2. Irieka Widiya Permata (2001033)
3. Rivai Juniawan (2001039)
4. Siti Mafrukha (2001042)

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN ORGANOLEPTIS DAN FISIS KULIT
ARTIKEL SOL SAMAK NABATI

Disusun Oleh :
1. Intan Ikrima Nur K (2001032)
2. Irieka Widiya Permata (2001033)
3. Rivai Juniawan (2001039)
4. Siti Mafrukha (2001042)

Laporan ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengujian
Organoleptis dan Fisis Kulit” pada program studi Teknologi Pengolahan Kulit di
Politeknik ATK Yogyakarta.
Disahkan pada tanggal
Agustus 2022

Asisten Dosen III Asisten Dosen I Asisten Dosen II

Adi Ifandy, A.Md.T Isti’anah, A.Md., ST. Fauzi Ashari, M.Sc

Dosen Pengampu

Titik Anggraeni, B.Sc.,SE., MM.


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia kesehatan dan kesempatan dari-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan resmi Pengujian Organoleptis dan Fisis Kulit. Penulisan
laporan resmi bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengujian
Organoleptis dan Fisis Kulit. Tak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Ibu Titik Anggraeni, B.Sc., SE., MM. Selaku dosen Mata Kuliah Pengujian
Organoleptis dan Fisis Kulit.
2. Isti'anah, A.Md.T., S.T selaku Asisten Dosen I Pada Praktikum Pengujian
Organoleptis dan Fisis Kulit..
3. Fauzi Ashari, M.Sc selaku Asisten Dosen II Pada Praktikum Pengujian
Organoleptis dan Fisis Kulit..
4. Adi Ifandy, A.Md.T selaku Asisten Dosen III Pada Praktikum Pengujian
Organoleptis dan Fisis Kulit..
5. Teman-teman kelas TPK B Angkatan 2020 yang telah Berjuang bersama
pada Praktikum.
6. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan ini.

Semoga dengan selesainya penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi


membaca sebagai referensi dan dapat menambah ilmu mengenai Pengujian
Organoleptis dan Fisis Kulit. Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari masih
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis meminta kritik dan
saran pembaca untuk dapat menyempurnakan penulisan laporan ini.

Yogyakarta, Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyamakan kulit merupakan salah satu aset Indonesia yang dapat mejunjung
perekonomian. Pada proses pengolahan kulit, diperlukan beberapa tahapan
proses beserta kontrol dalam setiap prosesnya agar mendapatkan hasil sesuai
dengan keinginan konsumen pada jamannya. Keinginan atau tuntutan
konsumen terhadap produk kulit dari waktu ke waktu terus berkembang, selain
fungsi produk, konsumen juga memperhatikan kenyamanan, keamanan, hingga
saat ini, konsumen juga memperhatikan keindahan dalam produk yang ingin
digunakannya. Hal ini berarti, dengan perkembangan di atas, produsen harus
memikirkan bagaimana bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Perusahaan penyamakan kulit secara umum setelah proses produksi selesai
sebelum barang dipasarkan, secara periodik bagian QC (Quality Control) akan
melakukan pengujian baik pengujian fisis,organoleptis maupun kimiawi untuk
mengetahui kualitas produknya, hal itu dilakukan untuk menjamin bahwa kulit
yang dijual sudah memenuhi persyaratan dan untuk memberikan kepuasan
terhadap konsumen selain juga sebagai upaya untuk menjaga stabilitas produk
kulit yang dihasilkan. Perusahaan penyamakan kulit, selain melakukan
pengujian terhadap produk juga melakukan pengujian terhadap limbah yang
ditimbulkan dari proses produksinya guna menjaga agar lingkungannya bebas
dari pencemaran.
Pengujian tidak dapat dipisahkan dari pengendalian mutu, Mutu adalah suatu
obyek yang abstrak, yaitu sesuatu yang bernilai mahal,tahan lama, kuat dan
memenuhi keinginan konsumen. Mutu Menurut SNI 19-8402-91 adalah
karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang
tersirat. Sedangkan ISO 8402 (1986) mendefinisikan mutu sebagai totalitas
dari wujud dan ciri suatu barang maupun jasa yang didalamnya terkandung
rasa aman dan pemenuhan kebutuhan pengguna. Di Indonesia masalahmutu
tidak bisa lepas dari standar yang ada yaitu SNI (Standar Nasional Indonesia).
Hal ini karena industri kulit kebanyakan menggunakan SNI sebagai alat untuk
mengukur/menilai kualitas kulitnya.

Hal ini karena industri kulit kebanyakan menggunakan SNI sebagai alat untuk
mengukur/menilai kualitas kulitnya. Berdasarkan definisi tersebut maka suatu
barang atau jasa dikatakan bermutu bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Sesuai dengan kebutuhan dan penggunaan

2. Memuaskan keinginan konsumen

3. Sesuai persyaratan yang ditentukan

4. Sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

5. Ekonomis.

Untuk itu pengujian/pengendalian mutu sangat penting dilakukan karena dapat


meningkatkan indeks kepuasan mutu (quality satisfaction index), produktivitas
dan evisiensi, laba/keuntungan, pasar, moral dan semangat karyawan, serta
kepuasan pelanggan.

B. Tujuan
- Untuk mempelajari pengujian organoleptis dan fisis kulit sol samak nabati.
- Untuk menentukan/mengetahui kualitas kulit sol samak nabati.
Maksudnya, dengan melalui pengujian mutu contoh kulit sol samak nabati akan
bisa mengetahui mutu/kualitasnya kulit tersebut secara keseluruhan/hasil
produksi yang selanjutnya dibandingkan dengan standar (SNI).
- Untuk pengawasan mutu solsamak nabati.
Maksudnya, setelah mengetahui hasil pengujian dapat melakukan
pengendalianterhadap bahan yang digunakan maupun formulasi pada proses
yang dilakukan sehingga stabilitas produk terjamin.
- Untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses produksi kulit sol samak nabati.
- Untuk membandingkan produk sendiri dengan produk pesaing.
- Untuk mengetahui apakah kulit sesuai dengan SNI (Standar Nasional
Indonesia)

C. Landasan Teori

Penyamakan Nabati

Penyamakan nabati merupakan proses penyamakan yang menggunakan bahan


nabati sebagai bahan penyamak, seperti mimosa, quebracho dan gambir.
Kandungan bahan utama pada bahan penyamak nabati adalah tannin. Tannin
merupakan substansi pahit yang terdapat dalam babakan, buah, kacang-kacangan,
daun, akar dan biji tumbuhan yang dipakai untuk mengubah kulit hewan menjadi
kulit samak 2 (Soekarbowo, 1981). Karena bahan ini berasal dari tubuh-tumbuhan,
sehingga penyamakan dengan menggunakan bahan ini disebut dengan penyamakan
nabati. Prnsip utama penyamakan nabati adalah ketika tannin berhubungan dengan
protein yang terkandung di dalam kolagen-kolagen kulit aan saling berikatan
membentuk kulit samak dan terhindar dari kebusukan dalam jangka waktu yang
lama. Proses penyamakan nabati yang baik haruslah dimulai dengan memasukkan
larutan yang lemah pada kulit, dilanjutkan secara bertahap dengan memasukkan
larutan yang semakin kuat dan pekat (Soekarbowo, 1981).

Penggunaan bahan penyamak nabati dalam penyamakan kulit akan mempengaruhi


kualitas fisik kulit, baik itu kekuatan tarik, kekuatan sobekmaupun karakter fisik
lainnya. Selain itu dapat mereduksi penggunaan krom yangdiketahui memiliki
limbah berupa cairan krom hasil penyamakan yang berbahaya bagi lingkungan
maupun makhluk hidup. Dari segi ekonomis penggunaan bahan penyamak nabati
lebih murah dibanding bahan penyamak krom.Penyamakan nabati adalah
penyamakan yang dilakukan dengan mengunakan bahan penyamak yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, seperti: akasia, gambir(Purnomo, 1991). Masih menurut
Purnomo (1991), kulit yang disamak nabatiumumnya berwarna cokelat muda atau
kemerahan sesuai dengan warna bahan penyamaknya, ketahanan fisiknya terhadap
panas kurang baik dibandingkan kulityang disamak khrom walaupun lebih baik bila
dibandingkan dengan kulit yangdisamak dengan minyak atau formaldehyde.
Ibrahim, dkk (2005) mengungkapkan bahwa sifat-sifat bahan penyamakannabati
adalah: 1). Dalam larutan encer (<30 Be) mudah tumbuh mikroorganismedan
terurai menjadi asam-asam yang lemah, 2). Dalam pH yang rendahmempunyai
molekul yang besar dan warna muda dalam pH yang tinggisebaliknya, 3). Bila
bersinggungan dengan besi akan membentuk ferro tanat yang berwarna hitam, 4).
Dalam larutan yang encer molekul mengecil, dan dalamlarutan pekat sebaliknya,
5). Dalam tempat yang terbuka mudah mengadakanoksidasi dengan udara, dan
warna menjadi tua/gelap

Kulit

Kulit jadi ( tersamak ) berasal dari kulit mentah yang sebelumnya telah diawetkan
lalu diolah melalui proses yang bertahap mulai dari proses Soaking (perendaman)
sampai proses Finishing (penyalesaian). Dimana kesemua proses tersebut pada
akhirnya memberikan karakter tertentu pada kulit jadinya yang disesuaikan dengan
tujuan peruntukakannya dengan cara penambahan bahan – bahan tertentu pada saat
proses. Pada akhirnya kulit jadi akan dijual ke pasaran. Tentunya pasar
menginginkan kualitas kulit jadi yang terbaik agar kulit jadi tersebut dapat
digunakan sesuai dengan fungsi dari jenis artikelnya masing – masing. Dengan
adanya Standar Industri Indonesia (SII), maka dapat diketahui kriteria kulit jadi
yang memenuhi standar baik itu ditinjau dari segi fisik maupun kimiawinya yang
tentunya disesuaikan dengan jenis artikelnya. Sebab setiap artikel mempunyai
standar yang berbeda – beda.

Sifat-sifat kulit ialah ketahanan kulit terhadap pengaruh-pengaruh luar antara lain
pengaruh mekanik, kelembaban dan suhu luar. Kekerasan kulit dan kekuatannya
dipengaruhi oleh kadar air, protein fibrous, protein glubular dan lemak yang ada
dalam kulit. Sifat-sifat fisik kulit jugaditentukan oleh struktur jaringan yaitu bentuk
anyaman dan kepadatanberkas-berkas serabut kolagen dan komposisi kimianya.
Kekuatan kulit terutama dipengaruhi oleh kekuatan kolagen, semakin bertambah
umur,serabut kolagen menjadi semakin stabil, suhu kerut naik, sukar larut,
danikatan silangnya bertambah banyak (Soeparnoet al ., 2001).
Penyamakan kulit adalah suatu proses pengolahan untuk mengubah kulit mentah
menjadi kulit tersamak atau leather. Penyamakan kulit merupakan cara untuk
mengubah kulit mentah yang bersifat labil (mudah rusak oleh pengaruhfisik, kimia
dan biologis) menjadi kulit yang stabil terhadap pengaruh tersebutyang biasa
disebut kulit tersamak (leather). Kulit samak atau kulit jadi memilikisifat-sifat
khusus yang sangat berbeda dengan kulit mentahnya, baik sifat fisismaupun sifat
khemisnya. Kulit mentah mudah sekali membusuk dalam keadaankering, keras, dan
kaku. Sedangkan kulit tersamak memiliki sifat sebaliknya.Teknik mengolah kulit
mentah menjadi kulit samak disebut penyamakan. Dengandemikian, kulit hewan
yang mudah busuk dapat menjadi tahan terhadap seranganmikroorganisme. Prinsip
mekanisme penyamakan kulit adalah memasukkan bahan penyamak ke dalam
anyaman atau jaringan serat kulit sehingga menjadiikatan kimia antara bahan
penyamak dan serat kulit (Raffy, 2012). Mekanisme penyamakan kulit adalah
memasukkan bahan tertentu yang disebut bahan penyamak ke dalam anyaman atau
jaringan serat kulit sehingga terjadi ikatankimia antara bahan penyamak dengan
serat kulit.

Pengujian Organoleptis

Pengujian organoleptis merupakan suatu pengujian yang dilakukan dengan


menggunakan panca indra atau dilakukan secara visual, dan dibantu dengan alat
yang sederhana, dalam pengujian ini sifat-sifat yang diuji meliputi kelepasan nerf,
keadaan kulit, keadaan cat, kelentingan dan ketahanan sobek.

Pengujian fisis

Pengujian fisis merupakan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan alat-


alat mekanis seperti tensil strenght, stiknes, crokmeter dan lain sebagainya, hal-hal
yang diuji dalam pengujian fisis meliputi; tebal kulit, kondisi penyamakan,
ketahanan gosok cat kering maupun basah, ketahanan zwik, ketahanan tarik,
ketahanan regang, ketahanan bengkuk, penyerapan air, ketahanan letup.

Pengujian Mutu Kulit


Menurut Anonimus (1992), mendefinisikan bahwa mutu adalah gambaran dan
karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa, yang menunjukan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersurat.

Mutu didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa


pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan
jasa yang digunakan memenuhi harapan–harapan pelanggan (Feigenbaun, 1992).

Menurut SNI 19-8402-91, mutu adalah karakteristik menyeluruh dari barang atau
jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
ditentukan atau yang tersirat. Berdasarkan definisi tersebut maka suatu barang atau
jasa dikatakan bermutu bila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Sesuai dengan kebutuhan dan penggunaan


b. Memuaskan keinginan konsumen
c. Sesuai persyaratan konsumen
d. Sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
e. Ekonomis
Menurut Jayusman dalam diktat penuntun praktikum ilmu bahan II (1982), secara
garis besar tujuan dilakukannya pengujian terhadap suatu kulit samak adalah untuk
menentukan mutu atau kualitas kulit secara umum, karena melalui suatu analisa
atau pengujian dapat ditentukan contoh kulit yang diuji tersebut bermutu baik,
sedang, atau kurang; untuk mencari kesalahan atau kekurangan dalam proses
penyamakan kulit karena dari hasil uji ini dapat dilihat kekurangan yang terdapat
pada hasil penyamakan kulit. Sehingga dapat ditentukan pada proses-proses apa
saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan tersebut dan dapat diperbaiki pada
proses berikutnya sehingga kulit yang dihasilkan menjadi lebih baik atau
berkualitas baik.

Tujuan lain pengujian mutu kulit adalah untuk meniru atau mengikuti proses-proses
produksi kulit yang berkualitas baik sehingga untuk mengetahui proses produksinya
dilakukan pengujian terlebih dahulu terhasil kulit tersebut setelah mengetahui
karakteristiknya baru dilakukan penyusunan rancangan proses, melakukan proses
percobaan, kemudian hasilnya diuji dan terus dilakukan penyempurnaan sampai
didapat hasil yang diinginkan.

Di Indonesia masalah mutu tidak bisa lepas dari standar yang ada, yaitu SNI
(Standar Nasional Indonesia). Mutu harus diukur, untuk dapat diukur harus ada
kriteria/persyaratan yang dinyatakan dengan besaran, baik secara fisis (yang
menggunakan alat) maupun secara organoleptis (mengunakan panca indera). Hal
inilah kiranya yang mendasari pentingnya pemahaman proses pengujian kulit
secara organoleptis dan fisis.

Kulit Sol

Kulit sol adalah kulit yang diperoleh dari penyamakan kulit sapi dengan
menggunakan bahan penyamak nabati. Kulit sol digunakan sebagai lapisan bawah
pada sepatu sehingga kulit tersebut harus keras. Dalam pengujian kulit sol perlu
dilakukan pengujian secara organoleptis, fisis dan kimiawi untuk mengetahui
kualitas dari kulit sol tersebut. Kulit Sol adalah kulit jadi, matang dari bahan baku
kulit sapi yang disamak nabati, atau dikombinasikan krom nabati, umumnya
digunakan sebagai bawahan sepatu, insole, maupun Out sole. Penggunaannya
dalam sepau antara lain untuk : pengeras muka dan belakang, penguat tengah, sol
luar, pengisi telapak kaki muka, pita, sol dalam, sol tengah, lapis hak. Pada hewan
sapi faktor jenis bangsa lebih besar pengaruhnya terhadap kulit dibandingkan
dengan umurnya.

Kulit sol sapi ialah kulit matang, berasal dari kulit sapi yang disamak dengan zat
penyamak nabati dan umumnya digunakan untuk sol pada pembuatan sepatu (SNI
06-0235-1989). Kulit Sol adalah kulit jadi, matang dari bahan baku kulit sapi yang
disamak nabati, atau dikombinasikan krom nabati, umumnya digunakan sebagai
bawahan sepatu, insole, maupun Out sole. Penggunaannya dalam sepau antara lain
untuk : pengeras muka dan belakang, penguat tengah, sol luar, pengisi telapak kaki
muka, pita, sol dalam, sol tengah, lapis hak.

Syarat Mutu Kulit Sapi Sol (SNI-0235-1989)


Syarat Mutu
Jenis Uji Satuan Keterangan
Minimum maksimu
m
A. KIMIAWI
1. Kadar air % - 18
2. Kadar abu jumlah % - 2,5
3. Kadar
gemuk/lemak % - 2,0
4. Kadar Zat Larut
Air % - 10
5. Derajat
penyamakan % 60 95
6. pH - 3,5 7,0

B. FISIS
1. Tebal mm 1,5 2,0 Pengeras muka (PDH)
2,0 2,5 Pengeras muka (PDL)
1,5 2,0 Pengeras belakang
(PDH)
2,0 2,5 Pengeras belakang
(PDH)
2,5 3,5 Penguat tangah (PDH)
2,5 3,0 Penguat tengah (PDL)
2,5 3,5 Pengisi telapak kaki
muka (PDL)
2,5 3,5 Pengisi telapak kaki
muka (PDL)
3,0 3,5 Pita (PDH)
3,0 3,5 Sol dalam (PDH)
3,5 4,0 Sol dalam (PDL)
3,5 4,0 Sol tengah (PDL)
4,5 5,0 Soal luar (PDH)
3,0 3,5 Lapis hak (PDH)
3,8 4,2 Lapis hak (PDL)
2. Penyamakan % Masak
3. Penyerapan air
a. 2 jam % 50
b. 24 jam % 60

4. Ketahanan tarik kg/cm2 250


5. Ketahanan aus
a. Indek berat 1.000
b. Indek tebal 5.000
6. Ketahana Tidak
n retak
bengkuk
7. Berat jenis
Warna makin
C.ORGANOLEPTI mudamakin baik,
Licin, rata
K makin bersih
Bersih
1. Bagian nerf makin baik
darisisa
2. Bagian daging
daging
3. Warna
dan bekas
bekas
potongan Dipres padat
potongan/
pisau rata
Penampang
4. Keadaan kulit

Penentuan mutu kulit sol sapi:

Kulit sol dibagi dalam klas A, B, dan C.

Klas A : Syarat I dan II dipenuhi, sedang kerusakan menurut


Uji IIImaksimum 10%
Klas B : Syarat I dan II dipenuhi, sedang kerusakan menurut
Uji IIImaksimum 15%
Klas C : Syarat I dan II dipenuhi, sedang kerusakan menurut
Uji IIImaksimum 25%
BAB II

PELAKSANAAN PENGUJIAN ORGANOLEPTIS dan FISIS

1. Pengujian Organoleptis
a. Alat dan Bahan

Alat :
− Penggaris 30 cm
− Penggaris besi 100 cm
− Thickness
− Silver pen
− Frame
− Meja kerja
− Selotip bening
− Cutter
Bahan :
− Kulit sol samak nabati
b. Cara Pengujian
• Identifikasi Kulit
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Kulit diukur tebalnya dengan menggunakan thickness.
3. Kulit diukur luasnya dengan menggunakan frame.
• Pengujian Bagian Nerf
1. Diamati dan dipegang tentang keadaan permukaan harus
dilicinkan.
2. Cacat dihitung sebagai presen dari luas permukaan kulit.
3. Kerataan warna harus coklat muda.
• Pengujian Bagian Daging
1. Diamati sisa daging dan bekas potongan pisau.
2. Cacat dihitung sebagai persen dari luas permukaan kulit.
• Warna pada Penampang/Bekas Potongan
1. Kulit diiris pada bagian yang tebal.
2. Kulit diamati penampangnya berwarna coklat tanpa ada lapisan
yang putih (tak tersamak).
• Keadaan Kulit
1. Kulit diamati bentuknya.
2. Kulit dipres padat dengan cara dibengkuk dengan tangan.

c. Hasil Pengujian
No Parameter Hasil
1. Warna Coklat Muda
2. Luas 16,75 sqft
3. Tebal Perut
Rata-rata : 4,7 mm Titik 1 : 3,5 mm
Titik 2 : 2,7 mm

Punggung
Titik 1 : 6,7 mm
Titik 2 : 6,5 mm
Titik 3 : 5,7 mm
4. Kerataan warna Tidak rata
6. Defek / Cacat : 61,8% - Lubang pada bagian
perut, leher, dan flank
- Noda asam diperut dan
leher
- Kutu diseluruh bagian
- Vena diseluruh bagian
perut dan flank
- Luka dibagian pantat
- Jamur dibagian kaki dan
krupon
7. Kilap/tidaknya cat Tidak mengkilap

No Parameter Hasil
1. Jenis Kerusakan Lubang, kutu
2. Berat/Ringannya kerusakan Sangat berat
3. Banyaknya Kerusakan 61,8 %
4. Lokasi Kerusakan Ditempat penting
5. Tujuan penggunaan kulit jadi Atasan sepatu
6. Klas V

No Parameter Hasil
1. Licin Tidak licin
2. Sisa daging Banyak terdapat sisa daging
3. Bekas potongan pisau Ada
4. Penampang Warna penampang tidak rata
Keadaan kulit Bentuk : side
5.
(bentuk/dipress) Dipress : dipress

2. Pengujian Fisis
• Penyiapan Contoh Uji untuk Pengujian Fisis Kulit
a. Alat dan Bahan
Alat :
- Penggaris
- Cutter
- Cutting mat

Bahan :

- Sampel uji
b. Cara Pengujian
1. Kulit diletakkan di meja datar.
2. Dibuat garis punggung dengan tinta perak.
3. Ditentukan bagian-bagian kulit (krupon, leher dan perut) dengan tinta
perak.
4. Ditentukan pangkal ekornya (titik A).
5. Tentukan daerah contoh uji dengan menentukan titik AI yang berjarak
12,5 cm dari titik A (di garis punggung) dan titik AII yang berjarak 5 cm
dari titik A (kebawah).
6. Buat garis lurus dititik AI tegak lurus dengan garis punggung.
7. Buat garis lurus dititik AII sejajar garis punggung.
8. Kedua garis bertemu (berpotongan) dititik B.
9. Dari titik B dibuat garis tegak lurus dengan garis punggung dan sejajar
garis punggung, bidang yang terjadi adalah daerah contoh uji.

• Pengujian Kemasakan Kulit


a. Alat dan Bahan
Alat :
− Pinset
− Cutter
− Cutting mat
− Senter/Lampu
− Pipet volume
− Petri disk
− Beaker glass penampung limbah
Bahan :
− Sampel uji ukuran 1x1 cm
− Asam asetat 30%
− Kertas buram
b. Cara Pengujian
1. Contoh uji dipotong dari kulit bagian yang paling tebal dengan ukuran
(50x1) mm.

2. Contoh uji disiapkan untuk pengujian dan standar untuk pembanding.


3. Contoh uji dimasukkan ke dalam petri disk.
4. Ditambahkan 30 ml asam asetat 30%.
5. Contoh uji direndam selama ± 10 menit.
6. Kulit diangkat dan periksa penampangnya dengan arah menantang
matahari.
7. Kulit dinyatakan masak bila tidak terjadi kebengkakan dan penampang
tidak transparan.

c. Hasil Pengujian
Transparan : Matang tidak sempurna
Kode Kulit Hasil
Kulit 1 Tembus cahaya/ Transparan dibagian tengah
Kulit 2 Tembus cahaya/ Transparan dibagian tengah
Kulit 3 Tembus cahaya/ Transparan dibagian tengah
Kulit 4 Tembus cahaya/ Transparan dibagian tengah

• Pengujian Penyerapan Air


a. Alat dan Bahan
Alat :
− Penggaris
− Petri disk
− Pinset
− Timbangan elektrik
− Gelas ukur
Bahan :
− Sampel uji lingkaran diameter 7 cm
− Aquadest
b. Cara Pengujian
1. Kulit dipotong berupa lingkaran dengan diameter 7 cm, diambil
dari bagian krupon.

2. Timbang contoh uji.


3. Siapkan aquades sebanyak 30 ml dengan gelas ukur, masukkan ke
dalam petri disk.
4. Masukkan kulit dengan nerf di atas dan nerf di bawah masing-
masing ke dalam petri disk.
5. Rendam selama 2 jam, ditiriskan dan ditimbang.
6. Hitung penyerapan air selama 2 jam.
7. Lanjutkan perendaman selama 24 jam, ditiriskan dan ditimbang.
8. Hitung penyerapan air selama 24 jam.

c. Hasil Pengujian
Tabel hasil penyerapan air melalui flesh
Berat Berat Berat Perhitungan
Kode
Awal setelah setelah
Kulit
(gr) 2 jam 24 jam Setelah 2 jam Setelah 24 jam

25,9 − 15,4 26,3 − 15,4


= 𝑥 100% = 𝑥 100%
15,4 15,4 15,4
F1 25,9 gr 26,3 gr
gr = 68,18 % = 70,77 %

24,2 − 14,3 24,7 − 14,3


= 𝑥 100% = 𝑥 100%
14,3 14,3 14,3
F2 24,2 gr 24,7 gr
gr = 69,23 % = 72, 72 %

24,0 − 15,0 24,6 − 15,0


= 𝑥 100% = 𝑥 100%
15,0 15,0 15,0
F3 24,0 gr 24,6 gr
gr = 60 % = 64 %

27,8 − 17,0 28,4 − 17,0


= 𝑥 100% = 𝑥 100%
17,0 17,0 17,0
F4 27,8 gr 28,4 gr
gr = 63,52% = 67,05 %

Tabel hasil penyerapan air melalui grain


Berat Berat Berat Perhitungan
Kode
Awal setelah setelah
Kulit Setelah 2 jam Setelah 24 jam
(gr) 2 jam 24 jam
25,1 − 15,3 26,0 − 15,3
15,3 = 𝑥 100% = 𝑥 100%
G1 25,1 gr 26,0 gr 15,3 15,3
gr
= 64,05 % = 69,93 %
24,5 − 14,8 25,2 − 14,8
= 𝑥 100% = 𝑥 100%
14,8 14,8 14, 8
G2 24,5 gr 25,2 gr
gr = 65, 54 % = 70,27 %

24,8 − 15,1 25,3 − 15,1


= 𝑥 100% = 𝑥 100%
15,1 15,1 15,1
G3 24,8 gr 25,3 gr
gr = 64,23 % = 67,54 %

25,2 − 15,9 25, 7 − 15,9


= 𝑥 100% = 𝑥 100%
15,9 15,9 15,9
G4 25,2 gr 25,7 gr
gr = 58,49 % =61,63 %

• Pengujian Kuat Tarik dengan Tensile Strength Testing Machine GT-01


a. Alat dan Bahan
Alat :
− Tensile Strength Tester
− Penggaris
− Pengukur tebal kulit (Tickness Gauge)
− Pensile perak
Bahan ;
− Sampel uji kuat tarik
b. Cara Pengujian
1. Kulit dipotong dengan pisau seperti gambar sebanyak 2 potong
dari bagian krupon.

2. Memutar tombol Emergency (STOP) putar ke kanan.


3. Memutar power switch on (ke arah kanan) ditandai lampu power
menyala.
4. Menyalakan Komputer.
5. Klik 2x program TM 2101.
6. Mengklik user setting.
7. Pilih specimen select.
Misal: Kulit
Isi kolom Width (lebar)
Thickness (tebal)
Muncul nilai luas area sampel
8. Pilih project (pilih tensile)
9. Pasang Sampel sampai kencang dan presisi.
10. Klik zero dan klik Test.
11. Biarkan posisi tensil berjalan sampai berhenti dengan sendirinya.
12. Pilih save data, simpan dalam folder beri nama file.
13. Untuk melihat report tekan open record, lihat nama file yang di uji.
14. Klik test result, Edit Report isi data.
15. Untuk data sampel pada print out.
16. Untuk print hasil pilih result select.

c. Hasil Pengujian
Kode Tensile Tensile Perhitungan SNI 06 – 0235 – Memenuhi SNI /
Kulit Strength Strength 1989 Tidak
(N/mm2) (Kg/cm2) Kulit Sol
1 15. 006 150.060 77,4333 Minimal 250 kg/cm2 Tidak memenuhi
= = 150,064
0,51 𝑥 1
2 16.268 162.680 83,9449 Minimal 250 kg/cm2 Tidak memenuhi
= = 162,683
0,51 𝑥 1
3 18.179 181.790 119,366 Minimal 250 kg/cm2 Tidak memenuhi
= = 209,414
0,57 𝑥 1
4 20.941 209.410 110,893 Minimal 250 kg/cm2 Tidak memenuhi
= = 181,791
0,61 𝑥 1
BAB III

PEMBAHASAN

Terlampir
BAB IV

KESIMPULAN

Terlampir
SARAN
DAFTAR PUSTAKA

-
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai