Anda di halaman 1dari 7

MASALAH AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

Progam Studi Peternakan

Disusun oleh :

Luthfina Wahyu Istiqomah

H0517051

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan tugas dan pembuatan makalah Teknologi Pengolahan Hasil
Ikutan Ternak ini tepat pada waktunya.
Sebagaimanapun rasa syukur dan bahagia kiranya penyusun perlu
menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam memberikan banyak bantuan, bimbingan dan arahan kepada
penyusun sehingga mempermudah dalam penyusunan makalah ini antara lain :
1. Dosen Pengampu mata kuliah Teknologi Pengolahan Hasil Ikutan
Ternak yang telah memberi arahan dalam pelaksanaan tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
hal-hal yang kurang sempurna karena keterbatasan yang penyusun miliki, untuk
itu penyusun akan berterima kasih kepada semua pihak yang bersedia
memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan laporan
selanjutnya.

Surakarta, 16 Desember 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit merupakan salah satu jenis hasil ternak yang sekarang ini telah
dijadikan sebagai suatu komoditi perdagangan dengan harga yang cukup tinggi.
Pada umumnya kulit dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sepatu, jaket, dompet,
ikat pinggang serta masih ada beberapa produk-produk lain yang memanfaatkan
kulit sebagai bahan bakunya, seperti kerupuk kulit dan gelatin untuk bahan
pangan. Komoditas kulit digolongkan menjadi kulit mentah dan kulit samak, kulit
mentah adalah bahan baku kulit yang baru ditanggalkan dari tubuh hewan sampai
kulit yang mengalami proses-proses pengawetan atau siap samak.
Kambing merupakan salah satu jenis ternak kecil di Indonesia, yang
mempunyai peran penting bagi manusia. Kambing dapat dimanfaatkan oleh
manusia melalui konsumsi daging yang mempunyai protein tinggi dan kulitnya
dapat dijadikan bahan baku dalam industri kulit. Daging kambing umumnya
digunakan untuk berbagai acara dan pemanfaatan kulit ini masih sangat kurang.
Salah satu produk hasil olahan kulit kambing adalah penyamakan kulit kambing.
Penyamakan bertujuan mengubah kulit mentah yang mudah rusak oleh
aktivitas mikroorganisme, khemis atau phisis, menjadi kulit tersamak yang lebih
tahan terhadap pengaruh-pengaruh tersebut. Mekanisme penyamakan kulit adalah
memasukkan bahan tertentu yang disebut bahan penyamak ke dalam anyaman
atau jaringan serat kulit sehingga terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak
dengan serat kulit. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya pembelajaran
Teknologi Pengolahan Hasil Ternak mengenai Kulit.
B. Tujuan
Tujuan Kulit adalah untuk mengetahui proses penyamakan kulit kambing
dan produk – produk yang dapat dihasilkan dari penyamakan kulit kambing
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kualitas Kulit Samak


Bulu pada kulit kambing hasil samak menjadi padat dengan bernilai 4.
Hal ini terjadi karena adanya penambahan tanin dari ekstrak daun jonga – jonga
sehingga bulu kulit kambing menjadi lebih padat. Hal ini sesuai pendapat
Mustakim (2009) dalam Muchlas (2012) bahwa pada tahap penyamakan ulang
menggunakan nabati, maka molekul tanin akan mengisi ruang yang kosong
diantara rantai kolagen hingga maksimal, sehingga dihasilkah kulit samak yang
padat dan berisi.
Dari segi kerontokan atau kekuatan bulu pada kulit kambing yang sudah
disamak bersifat kuat dan tidak ada bulu yang lepas saat ditarik, hal ini dapat
disebabkan karena efektifnya proses perendaman. Air yang digunakan selama
perendaman adalah air yang kesadahannya rendah. Hal ini didukung oleh
pendapat Irfan (2012) bahwa kualitas baik kulit samak memiliki karakteristik
lemasnya merata, tidak berbau busuk, tidak licin dan bulunya tidak ada yang
lepas.
Pada penampilan fur kulit kambing yang sudah disamak tampak menarik
dengan nilai 4, menariknya kulit samak disebabkan karena adanya penambahan
larutan asam sulfat (H2SO4) sebanyak 12 %. Hal ini didukung oleh pendapat
Mustakim (2009) dalam Muchlas (2012) bahwa, proses pengasaman bertujuan
untuk menyiapkan kulit dalam kondisi asam (pH 2,5–3), hal ini dilakukan dengan
hati-hati karena bahan kimia yang digunakan berupa asam kuat (H2SO4) yang
sangat berbahaya baik terhadap pelaksanaannya maupun terhadap kulit sendiri,
dengan pengasaman ini kulit akan tampak bersih dan cemerlang.
Dari segi kelemasan kulit kambing samak bernilai 3 yang artinya cukup
lemas. Kelemasan kulit hasil samak dipengaruhi oleh jenis penyamak yang
digunakan. Penyamakan dengan bahan nabati (tanin) akan menghasilkan kulit
samak yang kurang lemas (kaku), sedangkan bila menggunakan krom dalam
penyamakan akan membuat kulit lebih lemas. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mustakim (2009) dalam Muchlas (2012) bahwa penyamak nabati (tannin)
memberikan warna coklat muda atau kemerahan, bersifat agak kaku tapi empuk,
kurang tahan terhadap panas, sedangkan penyamak mineral paling umum
menggunakan krom. Penyamakan krom menghasilkan kulit yang lebih lembut/
lemes, dan lebih tahan terhadap panas.
B. Nilai Remdemen
Nilai rendemen yang diperoleh dari penimbangan berat kulit sebelum
pengolahan dan setelah pengolahan dengan penyamakan yaitu 54,802 %, ini
membuktikan bahwa metode penyamak efektif dapat mengoptimalkan suatu
produk dengan baik. Hal ini diperkuat oleh pendapat Zaenab (2008) dalam
Muhammad (2012) menyatakan bahwa nilai rendemen merupakan indikator untuk
mengetahui efektif tidaknya metode yang diterapkan pada suatu penelitian,
khususnya tentang optimalitasnya dalam menghasilkan suatu produk. Semakin
tinggi nilai rendemen berarti perlakuan yang diterapkan pada penelitian tersebut
semakin efektif
BAB III

KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan penyamakan kulit dapat disimpulkan bahwa:


1. Tingkat kepadatan bulu dan tingkat kelemasan pada kulit samak
dipengaruhi oleh faktor jenis bahan penyamak yang digunakan, tingkat kekuatan
bulu (kerontokan) dipengaruhi oleh faktor dalam proses perendaman, dan tingkat
penampilan dipengaruhi oleh penambahan larutan asam.
2. Nilai rendemen membuktikan dengan metode penyamak efektif dapat
mengoptimalkan suatu produk dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Irfan, M. 2012. Ilmu dan Teknologi Pengolahan Kulit. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai