Anda di halaman 1dari 5

Nama: Lusia Christella Puspa Widodo Putri

NIM: J3P219089
Praktikum: Prk 2
TUGAS PERTEMUAN 12
“Shampoo Herbal Anti Jamur untuk Hewan Kesayangan”
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh
tubuh, rambut memegang peran penting bagi setiap manusia. Hal ini disebabkan
karena rambut dapat mempengaruhi penampilan seseorang (Djuanda 2010).
Untuk menjaga hal tersebut, maka perlu dilakukan perawatan rmabut dengan
menggunakan shampoo. Shampoo merupakan suatu sediaan yang mengandung
surfaktan (bahan aktif permukaan) dengan bentuk yang sesuai, dapat berupa
cairan, padatan, ataupun serbuk yang apabila digunakan pada kondisi tertentu
dapat membantu menghilangkan minyak pada permukaan kepala, kotoran kulit
dari batang rambut dan juga kulit kepala (Polutri, et al 2013).
Shampoo terdiri atas beberapa komposisi, diantaranya adalah zat aktif,
surfaktan, agen antidendruff, agen penyejuk, agen pengental, warna, parfum, dan
juga pengawet (Jaya, P 2013). Beberapa shampoo ada yang mengandung vitamin
dan pelembab alkohol yang digunakan untuk mencegah terlalu banyak produksi
minyak pada rambut dan kulit kepala yang akan menyebabkan timbulnya ketombe
dan kutu (Polutri, et al 2013). Bahan yang digunakan dalam formulasi shampoo
dapat diperoleh dari alam maupun sintetik. Bahan alam mengandung metabolit
sekunder yang lebih aman dibandingkan dengan bahan sintetik sehingga sangat
berguna untuk formulasi sediaan shampoo dari bahan alam (Saptarini 2016).
Ketombe merupakan kelainan pada proses pengelupasan sel stratum
korneum kulit kepala yang terjadi lebih cepat daripada biasanya, membentuk sisik
tipis berukuran 2-3 milimeter, berwarna keputih-putihan dan umumnya disertai
rasa gatal. Ketombe dapat terjadi karena penumpukan sel epidermis kulit kepala
dalam jumlah banyak. Ketombe ini berwarna putih, kering kecil, yang terdapat
pada kulit kepala paling atas (Handayani 2010). Ketombe disebabkan oleh
berbagai macam faktor yaitu faktor internal maupun faktor eksternal. Penyebab
ketombe juga dipengaruhi dengan tumbuhnya jamur. Jamur yang sering
menyerang pada hewan kesayangan yaitu Microsporum canis dan Malassezia sp.
Faktor pemicu tumbuhnya jamur yaitu kelembapan tinggi, umur, higiene rendah,
malnutrisi, sistem imun tubuh mudah terganggu, serta dalam masa pengobatan
(Effendi 2017). Tanda-tanda hewan terserang ringworm adalah bulu rontok dan
patah-patah, kadang disertai sisa-sisa kulit yang menyerupai ketombe. Kulit
kering yang mengelupas menyerupai sisik. Daerah kerontokan bulu yang
berbentuk bulat atau lingkaran (Winarsih 2019).
Terdapat dua jenis shampoo pada hewan yaitu shampoo untuk
membersihkan kotoran pada kulit dan rambut hewan serta shampoo khusus untuk
pengobatan infeksi jamur. Langkah-langkah dalam pembuatan shampoo pertama,
alat dan bahan dipersiapkan. Alat yang digunakan dalam pembuatan shampoo
adalah gelas beker, corong, gelas ukur, kaca pengaduk, mortar dan pestel, sendok
serta botol (wadah). Sedangkan, bahan yang digunakan adalah SLS 10%,
Cocamide-DEA 5%, CAB-30 4%, Nipagin 0,06%, Pewarna FDC, Parfum, Acid
citric (pH 6,5), NaCl 1%, Ekstrak herbal 10%, dan Water DI 69,64%. Selanjutnya,
bahan-bahan tersebut ditimbang dan dimasukkan ke dalam mortar untuk digerus
hingga tercampur dengan rata. Lalu bahan-bahan yang sudah tercampur
dipindahkan ke dalam botol atau wadah kemudian shampoo siap untuk digunakan.
Hal penting yang harus tertera dalam botol shampoo yaitu nama produk,
kegunaan, petunjuk penggunaan, bahan-bahan yang terkandung, orang yang
memproduksi dan tempat produksi.
Dalam pembuatannya, rupanya setiap bahan memiliki kegunaan atau
peranan tersendiri. SLS (Sodium Lauryl Sulfate) adalah salah satu jenis surfaktan
yang biasa digunakan pada produk-produk yang memiliki sifat membersihkan.
Fungsi surfaktan ini yaitu menurunkan tegangan permukaan air sehingga kotoran
dan minyak yang ada di tubuh akan lebih mudah dibersihkan. SLS juga berfungsi
sebagai foaming agent atau penghasil busa pada produk tertentu. Kandungan SLS
diperoleh dari minyak kelapa sawit atau minyak kelapa (Sasetyanigtyas 2019).
Cocamide-DEA (Cocamide dietanolamina) adalah surfaktan yang dihasilkan busa
dalam sampo “stripping” dan “clarifying” dan sangat efisien dalam
menghilangkan lipid dan deposit lain dari rambut (Burges dkk 2015). Cocamide-
DEA adalah dietanolamida yang dibuat dengan mereaksikan campuran asam
lemak dari minyak kelapa dengan dietanolamina. Ini adalah cairan kental dan
digunakan sebagai agen pembusa produk mandi seperti shampoo dan sabun
tangan serta dalam kosmetik sebagai agen pengelmusi (Matthews dkk 2015).
CAB-30 dalam sediaan sampo berfungsi sebagai penstabil busa. Stabilitas
busa akan sangat ditentukan oleh elastisitas lapisan film cairan antar busa (lamela)
yang diantaranya dapat diperoleh dengan cara teradsorpsinya surfaktan pada
lapisan cairan tersebut. Meskipun demikian, ada beberapa senyawa yang jika
dilarutkan akan membantu menstabilkan busa seperti detergen, deinking agent,
dan lain-lain. Senyawa yang berguna untuk menstabilkan busa disebut sebagai
foam boosters (Trisnaning 2010). CAB-30 memiliki sifat yang tidak mengiritasi
tetapi dapat menurunkan efek iritasi surfaktan anionik (Felicyta 2010). Asam
sitrat (Acid citric) memiliki sifat sebagai larutan penyangga yang digunakan
sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih. Kemampuan asam sitrat untuk
mengkelat logam menjadikannya berguna sebagai bahan sabun dan detergen
(Ahira 2012).
Salah satu bahan tambahan adalah pengental yang dapat memberikan efek
kekentalan pada formula shampoo. Komponen-komponen ini termasuk asam
alkonolamida, betain, amina oksida, polimer kuartener dan asam lemak yang
dapat memperbanyak busa dan kelembapan. Zat pengentl yang biasanya
digunakan yaitu NaCl (Natrium klorida) (Kurniawati 2015). Ekstrak adalah
sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksikan zat aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua
atau hamper semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Berdasarkan sifatnya ekstrak dibagi menjadi empat yaitu ekstrak encer, ekstrak
kental, ekstrak kering dan ekstrak cair (Depkes RI 2014). Nipagin digunakan
sebagai bahan pengawet, parfum dan pewarna digunakan untuk menambah aroma
dan warna pada shampoo serta water atau air digunakan sebagai zat pelarut.
Formulasi untuk shampoo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi
sebagai surfaktan, thickeners dan foaming agent serta conditioning agent (Sri
Yuniati 2013). Kriteria shampoo yang baik, minimal harus dapat membersihkan,
memiliki emulsi minyak dalam air (m/a) yang stabil, aroma dan warna yang
konsisten, viskositas yang baik (kental), pH mendekati pH fisiologis kulit kepala,
menghasilkan busa kecil yang stabil dan melimpah, tidak mengiritasi kulit dan
tidak melampaui batas kontaminasi mikroba (Lochhead, R.Y 2012). Setelah
sediaan shampoo sudah jadi, perlu dilakukan pengujian untuk penjaminan kualitas
shampoo tersebut. Beberapa uji yang dapat dilakukan adalah pengujian fisik, pH,
viskositas, dan uji kemampuan serta stabilisasi busa (Rohman 2011).
Penampilan fisik shampoo haruslah menarik, homogen, tidak pecah dan
mampu membentuk busa. Uji pH bertujuan untuk mengetahui keamanan sediaan
pada saat digunakan. pH shampoo yang terlalu asam maupun terlalu basa dapat
mengiritasi kulit kepala (Tasya 2017). Uji pH shampoo dapat dilakukan dengan
pH meter maupun kertas pH. Viskositas adalah suatu pernyataan tentang tahanan
dari suatu cairan mengalir, semakin tinggi viskositas maka akan semakin besar
tahanan tersebut (Sinko 2012). Uji viskositas dapat dilakukan dengan
viskosimeter Brookfield. Viskositas shampoo akan berpengaruh pada saat filling
ke wadah, proses pencampuran dan saat pemakaian. Kemampuan dan stabilitas
busa dari shampoo dapat dilakukan dengan metode cylinder shake. Caranya
dengan memasukkan 50 ml shampoo 1% ke dalam tabung reaksi 250 ml
kemudian kocok kuat selama 10 menit. Total volume dari isi busa diukur dan
diamato penurunan dan stabilitas busanya (Kumar 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne. 2012. Mengenal Asam Sitrat dalam Dunia Industry.
Burgess, Ian F., Elizabeth R. Brunton, Christine M. Brown. 2015. Laboratory and

Clinical Trials of Cocamide Diethanolamine Lotion Against Head Lice.

PeerJ. Cambridge. United Kingdom


Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
Nomor 5. Jakarta: Depkes RI, p441-448.
Djuanda, Adhi.2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Effendi, C, Setiawati, W. 2017. Solusi Permasalahan Kucing. Penebar Swadaya

Grup.
Felicyta, G. 2010. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Carbopol 940 sebagai

Bahan Pengental terhadap Viskositas dan Ketahanan Busa Sediaan

Shampoo. Universitas Sanata Dharma.


Jaya Preethi P, Padmini K., Srikant J., Lohita M., and Swetha K. 2013. A Review

on Herbal Shampoo and its Evaluation. Asian J Pharm. 3(4). 153-156.


Kumar, Ashok., Mali, Rakesh Roshan. 2010. Evaluation of Prepared Shampoo
Formulations and to Compare Formulated Shampoo with Marketed
Shampoos. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review
and
Research, Volume 3, Issue 1, July –August 2010; Article 025.
Kurniawati, Y. 2015. Optimasi Penggunaan Garam Elektrolit sebagai Pental
Shampo Bening Cair. FMIPA Universitas Nusa Bangsa.
Lochhead RY. Practical Modern Hair Science. Washington: Allured Pub Corp.
2012. p 75-110
Matthews, Santhosh M, Jiju V, Irene Thomas, Ritty Anu Joseph, Neenumol

Thomas. Cocamide and Its Danger. European Journal of


Pharmaceutical
and Medical Research. 2015 ,2(5), 1015-1023. Kerala
Polutri, Anusha, G. Haris, B. Pragathi Kumar, and Dr. Durraivel. 2013.

Formulation and evaluation of herbal anti-dandruff shampoo. Indian

Journal of Research in Pharmacy and Biotechnology. 1(6) : 835-839.


Rohman, A. 2011. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Shampoo. Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan.
Sasetyaningtyas, D. 2019. Sodium Lauryl/ Laureth Sulphate, Bahayakah?
Saptarini dan Suryati. 2016. Formulasi Sampo Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia
sinensis var. assamica). Indonesian Journal of Pharmaceutical Science
and Technology.
Sinko, P. J. 2012. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Edisi ke-5.
Kedokteran EGC, Jakarta.
Sri Yuniati. 2013. Formulasi Shampo Anti Ketombe Ekstrak Teh Hitam dan The
Hijau Serta Uji Aktivitasnya terhadap Pitosporum ovale. Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.
Tasya, C. 2017. Formulasi Sediaan Sampo Anti Ketombe Ekstrak Daun Pacar Air
(Impatines balsamina L.) dan Uji Aktivitasnya terhadap Jamur
Candida
albicans ATCC 10231 secara in Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi:
Universitas Sam Ratulangi.
Trisnaning, I. 2010. Sediaan Kosmetik: Sampo. Fakultas Kedokteran Hewan.

Institut Pertanian Bogor.


Winarsi, S. 2019. Ensiklopedia Dunia Fungi. Alpirin

Anda mungkin juga menyukai