Anda di halaman 1dari 2

Pembentuk busa adalah bahan surfaktan yang masing-masing berbeda daya pembuat busanya,

sehingga fungsi busa sendiri adalah untuk membantu menyebarkan deterjen atau surfaktan di atas
rambut dan kulit kepala. Pembentuk busa perlu diberi penguat yang menstabilkan busa agar lebih
lama terjadi, misalnya dengan menambahkan alkanolamid

Pengental (thickeners) seperti sodium chloride dan PEG-150 distearate berfungsi untuk
meningkatkan viskositas sampo, sedangkan pengeruh (opacifiers) digunakan agar tampilan sampo
berkilau.

Cara lain untuk meminimalkan kerusakan rambut yang mungkin dihasilkan dari penggunaan sampo
adalah untuk mencegah batang rambut dari alkalisasi (reaksi basa). Kebanyakan deterjen memiliki
pH basa yang dapat menyebabkan pembengkakan batang rambut. Pembengkakan ini mengendurkan
kutikula pelindung yang menyebabkan kerusakan pada batang rambut. Pembengkakan batang
rambut dapat dicegah dengan menyeimbangkan pH sampo dengan penambahan zat asam seperti
asam glikolat.

Bahan pengawet berfungsi untuk mencegah penguraian sampo agar sampo tahan lebih lama serta
mencegah sampo dari kontaminasi kuman dan bakteri. Pengawet yang biasa digunakan antara lain:
natrium benzoate, parabens, 1,3-dimetilol-5,5-dimetil (DMDM), hidantoin, tetrasodium EDTA, atau
Quaternium -1

Zat pengental Merupakan zat yang perlu ditambah terutama pada shampo cair jernih dan shampo
krim cair supaya sediaan shampo dapat dituang dengan baik. Penggunaanya dalam rentang 2– 4%

Persyaratan tinggi busa pada umumnya yaitu berkisar antara 1,3 – 22 cm. Contoh: dietanolamin,
monoisopropanol amin.

Zat yang berguna untuk melindungi rusaknya shampo dari pengaruh mikroba yang dapat
menyebabkan rusaknya sediaan, seperti misalnya hilangnya warna, timbul kekeruhan, atau
timbulnya bau. Digunakan dalam rentang 1–2 %,

Zat aktif, untuk shampo dengan fungsi tertentu atau zat yang ditambahkan ke dalam shampo dengan
maksud untuk membunuh bakteri atau mikroorganisme lainnya. Contoh: Heksaklorofen, Asam
salisilat. 10) Zat pewangi, berfungsi untuk memberi keharuman pada sediaan shampo supaya
mempunyai bau yang menarik. Digunakan dengan kadar 1–2%, contoh: Minyak jeruk, minyak
mawar, dan minyak lavender, minyak bunga tanjung. 11) Pewarna Zat pewarna digunakan untuk
memberikan warna yang menarik pada sediaan shampo. Digunakan dengan kadar 1-2%, contoh :
untuk pewarna hijau biasanya digunakan senyawa klorofil atau ultra marin hijau.
Pengharum, merupakan bahan aditif yang penting pada produk cleansing yang dapat mempengaruhi
penerimaan konsumen. Pengharum yang digunakan tidak boleh menyebabkan perubahan stabilitas
atau perubahan produk akhir. Jumlah fragrance yang digunakan pada sabun cair tergantung dari
kebutuhan konsumen, biasanya berkisar dari 0,3 % ( untuk kulit sensitif) hingga 1,5% (untuk sabun
deodoran) (Barel et al, 2009).

Surfaktan primer Yang berfungsi untuk detergensi dan pembusaan. Secara umum, surfaktan anionic
digunakan karena memiliki sifat pembusaan yang baik. Selain itu, dapat pula digunakan surfaktan
kationik, namun surfaktan ini memiliki sifat mengiritasi khususnya pada mata, sehingga perlu adanya
kombinasi dengan surfaktan nonionik atau amfoter. (Rieger, 2000) 2. Surfaktan Sekunder Surfaktan
yang bekerja mengatasi dan memperbaiki fungsi dari surfaktan primer berkaitan dengan detergensi
dan pembusaan. Beberapa dari jenis surfaktan nonionic dapat digunakan karena busa yang
dihasilkan lebih banyak dan stabil. (Rieger, 2000

Anda mungkin juga menyukai