Anda di halaman 1dari 27

FORMULASI RAMBUT KULIT BERMINYAK

Dosen :
Prof. Dr. Teti Indrawati, MS.Apt
Disusun Oleh:
Muhammad Muryansyah 18334023
Muhammad Yuda Pratomo 18334025
Much. Zulfikar 18334027
Arda Setianegara 18334028

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL


FAKULTAS FARMASI
2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan ridho-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Teknologi Kosmetika “FORMULASI
SHAMPO KULIT BERMINYAK”. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, serta masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran
sangat di nantikan guna penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud kami.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi kami
maupun pembaca. Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita
semua.

Jakarta, 05 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah.......................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................3
2.1 Shampo.............................................................................................................................................3
2.2 Karakteristik....................................................................................................................................4
2.3 Syarat................................................................................................................................................4
2.4 Kandungan.......................................................................................................................................4
2.5 Macam – Macam.............................................................................................................................7
2.6 Ekstrak Tea Tree Oil.......................................................................................................................8
2.7 Kandungan Kimia...........................................................................................................................8
2.8 Praformulasi Bahan...............................................................................................................9
2.9 Sifat Fisikokimia dan Fungsi Komponen Formula.....................................................9
2.10 Penimbangan Bahan................................................................................................................16
Uji Viskositas dan pH......................................................................................................................18
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................................19
Uji Viskositas dan pH......................................................................................................................22
BAB IV.....................................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................24

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kosmetik menjadi suatu kebutuhan penting dalam kehidupan sehari hari dan digunakan
terus menerus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan pasar.
Kosmetik memberikan perlindungan tubuh bagian luar dan membuat seseorang tambah percaya
diri (Mitsui,1997). Salah satu sediaan kosmetik perawatan rambut yaitu sampo. Sampo
merupakan sediaan kosmetik yang digunakan sebagai pembersih rambut dan kulit kepala dari
segala kotoran diantaranya minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan sebagainya (Tranggono
dan Latifah, 2007). Rambut adalah mahkota setiap manusia, baik wanita ataupun pria yang harus
dijaga keindahannya. Wanita yang memiliki rambut indah akan meningkatkan rasa percaya diri,
keanggunan, dan tentunya pesona kecantikan dari luar. Sementara pria yang rambutnya indah,
lurus, dan tampak berkilau akan memberikan kesan rapi dan elegan (Tranggono, 2007).

Rambut yang menghiasi kepala manusia merupakan suatu kebutuhan estetika, sehingga
orang menghabiskan banyak waktu untuk merawat dan memperbaiki rambutnya, Prosiding
Seminar Nasional & Exspo Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2019 619 maka tidak
heran apabila sampo menduduki 12% pasaran kosmetik karena penggunaannya yang sangat
banyak. Sampo juga merupakan produk utama dalam kosmetik perawatan rambut (Limbani,
209). Banyak faktor yang membuat rambut indah menjadi rusak seketika. Apalagi bagi
masyarakat yang tinggal di negara beriklim tropis seperti Indonesia, sinar matahari adalah musuh
bagi setiap helai rambut Anda. Rambut yang keseringan terkena sinar matahari akan mengalami
kekeringan (Tyas, 2014).

Rambut kering adalah masalah klasik yang dialami oleh tua, muda, pria, wanita. Keadaan
rambut yang kering terkadang disertai dengan mengembang, sehingga rambut sulit untuk
diuraikan, kecuali sebelumnya telah dibasahi atau sehabis mandi dengan menggunakan minyak
rambut (Van, 1986). Penyebab utama rambut kering adalah sinar matahari, sedangkan menurut
beberapa artikel rambut kering dipicu karena rendahnya tingkat kelembaban rambut (Van, 1986)
Minyak almond merupakan emolien yang sangat baik dan digunakan sebagai salah satu bahan
utama dari lotion, sampo, dan produk perawatan tubuh lainnya (Anita, 2008). Minyak almond

1
juga sangat baik untuk perawatan rambut, terutama bermanfaat dalam pengobatan dan
pencegahan rambut rontok (Tyas, 2014). Minyak almond mengandung antioksidan seperti
vitamin E, asam stearat dan asam oleat dan zat lainnya yang mampu menutrisi, memperbaiki sel
kulit sehingga mampu mangatasi ketombe pada kulit kepada dan melembabkan rambut sehingga
dapat diatur dengan mudah. Kandungan vitamin E serta asam lemak seperti asam oleat, Omega-9
dan Omega-6 sangat membantu dalam memperkuat akar rambut. Kaya akan asam lemak penting,
karbohidrat dan protein dan mengandung vitamin dan mineral yang tinggi (Zeeshan, 2009).
Uraian diatas mendorong peneliti untuk melakukan Formulasi dan karakteristik terhadap sediaan
sampo miyak almond dengan berbagai konsentrasi digunakan sebagai pelembab untuk rambut
kering.

1.2. Perumusan Masalah


1. Apa saja Karakteristik pada shampo ?
2. Apa saja Syarat dalam shampo ?
3. Apa saja kandungan kimia pada shampoo ?
4. Apa Formulasi dalam shampo ?
5. Apa Evaluasi akhir pada shampo ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik shampo
2. Untuk mengetahui syarat pada shampoo
3. Untuk mengetahui kandungan kimia pada shampo
4. Untuk mengetahui formulasi pada shampoo
5. Untuk mengetahui evaluasi akhir pada sediaan shanpo

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penulisan ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan dalam sediaan
shampo.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Shampo
Sampo merupakan produk rambut yang paling banyak digunakan, baik di salon maupun
digunakan sendiri. Fungsi utama dari sampo adalah membersihkan rambut dan kulit kepala dari
kotoran-kotoran rambut yang meliputi sebum (minyak hasil sekresi dari kelenjar sebaceous),
sisa-sisa kulit kepala, polutan udara, dan residu dari produk perawatan rambut yang lain. Fungsi
lain dari sampo adalah sebagai kondisioner, menghilangkan masalah kulit kepala (ketombe),
menumbuhkan rambut, membuat rambut mudah disisir dan diatur, dan menjaga kilau rambut
(Mottram and Lees, 2000). Sampo merupakan kategori produk perawatan rambut yang memiliki
mekanisme kerja secara fisika, dan tidak mempengaruhi kandungan kimia dalam rambut
(Mottram and Lees, 2000). Mekanisme kerja sampo pada dasarnya menggunakan The Chain’
float-away’ mechanism yaitu membersihkan rambut dengan mengangkat kotoran dan sebum
yang dihasilkan dari sekresi kelenjar sebaceous dan membuatnya larut air (Mottram and Lees,
2000). Dalam mekanisme ini, surfaktan dalam sampo atau free-detergen micelle dalam sampo
menyebar di rambut dan kemudian berikatan dengan kotoran dan minyak membentuk co-micelle
(detergen dan kotoran) sehingga kotoran terangkat melalui proses pembilasan (Mottram and
Lees, 2000).

Bahan yang digunakan dalam formulasi sampo dapat diperoleh dari alam maupun
sintetik. Dalam formulasi sediaan sampo, komposisi terbesar bahan yang digunakan adalah
surfaktan. Surfaktan inilah yang berperan besar dalam mekanisme kerja sampo sehingga
dilakukan kombinasi berbagai jenis surfaktan untuk mendapatkan sebuah sampo dengan daya
bersih dan mutu fisik yang baik. Kombinasi antara surfaktan sintetik dan surfaktan alami dapat
dilakukan dalam formulasi pembuatan sampo (Rigano, Lionetti and Otero, 2009). Salah satu
surfaktan alami yang berasal dari metabolit sekunder tanaman adalah saponin. Saponin dapat
ditambahkan dalam formulasi sampo dan berperan sebagai surfaktan alami sehingga dapat
dikombinasikan dengan surfaktan sintetik yang lain (Rigano, Lionetti, and Otero, 2009). Sebagai
surfaktan alami, saponin memiliki daya pembersih yang dapat menunjang mekanisme kerja
sampo (Robinson, 1995). Saponin juga dapat menjadi foam stabilizer sehingga dapat menunjang
stabilitas busa sampo yang diformulasikan (Rigano, Lionetti and Otero, 2009).

3
2.2 Karakteristik
1. Mempunyai daya bersih yang baik dalam berbagai kondisi air. Kandungan mineral
atausenyawa dalam air antara satu daerah dengan daerah lain tidak sama. Beberapa
daerahmemiliki kondisi air yang dapat menurunkan kemampuan sampo, seperti daya
bersihnyaberkurang atau busa yang dihasilkan sedikit. Sampo yang baik adalah dapat
menetralisirkelemahan tersebut.
2. Tidak menimbulkan luka pada kulit kepala dan rasanya pedih dimata saat digunakan
3. Busa yang dihasilkan cukup banyak, mudah dibilas serta tidak meninggalkan sisa pada
rambut

2.3 Syarat
Sediaan shampo yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Dapat mencuci rambut serta kulit kepala secara keseluruhan.


b) Tidak toksik dan tidak menimbulkan iritasi.
c) Kandungan surfaktannya tidak membuat rambut dan kulit kepala menjadi kering.
d) Memiliki konsistensi yang stabil, dapat menghasilkan busa dengan cepat,lembut, dan
mudah dibilas dengan air.
e) Setelah pencucian rambut harus mudah dikeringkan.
f) Dapat menghasilkan rambut yang halus, mengkilat, tidak kasar, tidak mudah patah,
serta mudah diatur (Pramono, 2002)

2.4 Kandungan
Pada umumnya suatu shampo terdiri dari dua kelompok utama, yaitu:

a) Bahan Utama

Bahan utama yang sering digunakan adalah deterjen, yang biasanya dapat membentuk
busa, dan bersifat membersihkan. Deterjen dapat dibagi menjadi :

- Deterjen anionik : Deterjen yang paling banyak digunakan dalam shampo


modern. Deterjen ini mempunyai daya pencuci yang besar, memberikan busa
yang banyak, serta efek iritasi yang relatif rendah. Deterjen ini mempunyai
kelemahan yaitu kelarutannya dalam air agak kecil serta harganya relatif mahal.
Sebagai contoh yang sering digunakan adalah Natrium lauril sulfat.

4
- Deterjen kationik : Deterjen ini tidak banyak digunakan pada pembuatan shampo
karena efeknya yang kurang baik untuk rambut dan kulit kepala dan dapat
menyebabkan terjadinya hemolisis. Contoh deterjen kationik : garam alkil trimetil
ammonium, garam alkil dimetil benzil ammonium, dan garam alkil pirimidin.
- Deterjen nonionik : Sifat dari deterjen ini adalah mempunyai kelarutan yang
cukup besar dalam air karena adanya rantai oksietilen yang panjang. Deterjen ini
tahan terhadap air sadah maupun air laut dan efektif dalam suasana asam
maupun basa. Deterjen ini mempunyai kelemahan yaitu daya pembusanya hanya
sedikit. Sebagai contoh misalnya derivat polietilenglikol.
b) Bahan Tambahan

Penambahan zat - zat ini dimaksudkan untuk mempertinggi daya kerja shampo
supaya dapat bekerja secara aman pada kulit kepala, tidak menimbulkan kerontokan,
memiliki viskositas yang baik, busa yang cukup, pH yang stabil dan dapat
mengoptimalkan kerja deterjen dalam membersihkan kotoran, sehingga menjadi sediaan
shampo yang aman dalam penggunaanya dan sesuai dengan keinginan konsumen.

Bahan - bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan shampo diantaranya :

- Opacifying Agent : Zat yang dapat menimbulkan kekeruhan dan penting

pada pembuatan shampo krim atau shampo krim cair. Biasanya merupakan ester
alcohol tinggi dan asam lemak tinggi beserta garam - garamnya. Contoh : setil
alkohol, stearil alkohol, glikol mono dan distearat, magnesium stearat.

- Clarifying Agent : Zat yang digunakan untuk mencegah kekeruhan pada shampo
terutama untuk shampo yang dibuat dengan sabun. Sangat diperlukan pada
pembuatan shampo cair atau shampo cair jernih. Contoh: butil alkohol, isopropil
alkohol, etil alkohol, metilen glikol, dan EDTA.

- Finishing Agent : Zat yang berguna untuk melindungi kekurangan minyak yang
hilang pada waktu pencucian rambut, sehingga rambut tidak menjadi kering dan
rapuh. Contoh : lanolin, minyak mineral.

5
- Conditioning agent : Merupakan zat-zat berlemak yang berguna agar rambut
mudah disisir. Contoh : lanolin, minyak mineral, telur dan

polipeptida.

- Zat pendispersi : Zat yang berguna untuk mendispersikan sabun Ca dan Mg yang
terbentuk dari air sadah. Contoh : tween 80.

- Zat pengental :Merupakan zat yang perlu ditambah terutama pada shampo cair
jernih dan shampo krim cair supaya sediaan shampo dapat dituang dengan baik.
Penggunaanya dalam rentang 2– 4%, contoh: gom, tragakan, metil selulosa, dan
karboksi metil selulosa (CMC).

- Zat pembusa : Digunakan untuk membentuk busa yang cukup banyak, walaupun
busa bukan merupakan suatu ukuran dari shampo, namun adanya busa akan membuat
sediaan shampo menjadi menarik dan sangat

disukai oleh para konsumen. Persyaratan tinggi busa pada umumnya yaitu berkisar
antara 1,3–22 cm. Contoh: dietanolamin, monoisopropanol amin.

- Zat Pengawet : Zat yang berguna untuk melindungi rusaknya shampo dari
pengaruh mikroba yang dapat menyebabkan rusaknya sediaan, seperti misalnya
hilangnya warna, timbul kekeruhan, atau timbulnya

bau. Digunakan dalam rentang 1–2 %, contoh: formaldehida, hidroksi

benzoat, metyl paraben, propil paraben.

- Zat aktif : Untuk shampo dengan fungsi tertentu atau zat yang ditambahkan ke
dalam shampo dengan maksud untuk membunuh bakteri atau mikroorganisme
lainnya. Contoh: Heksaklorofen, Asam salisilat.

- Zat pewangi : Berfungsi untuk memberi keharuman pada sediaan shampo supaya
mempunyai bau yang menarik. Digunakan dengan kadar 1–2%, contoh: Minyak
jeruk, minyak mawar, dan minyak lavender, minyak bunga tanjung.

6
- Zat pewarna : Zat pewarna digunakan untuk memberikan warna yang menarik
pada sediaan shampo. Digunakan dengan kadar 1-2%, contoh : untuk pewarna hijau
biasanya digunakan senyawa klorofil atau ultra marin hijau.

- Zat tambahan lain : Merupakan zat pada formula shampo yang mempunyai
fungsi atau maksud tertentu, seperti shampo anti ketombe, shampo bayi, shampo
antikerontokan, dan sebagainya. Zat tambahan dapat berupa zat aktif antiketombe,
ekstrak tumbuhan, vitamin, protein, dan lain-lain (Garianto W, 2007)

2.5 Macam – Macam


Macam–macam shampo berdasarkan kegunaanya antara lain :

a) Shampo untuk rambut diwarnai dan dikeriting

Shampo ada yang dibuat khusus untuk rambut yang dicat atau diberi warna atau
dikeriting karena rambut cukup menderita dengan masuknya cairan kimia hingga ke akar
rambut dan hal ini bisa mempengaruhi kondisi kesehatan rambut.

b) Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh

Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh yang biasanya mengandung acid


atau asam yang didapat dari apel,lemon atau cuka yang berfungsi untuk menghilangkan
residu atau sisa produk perawatan semacam creambath, busa untuk rambut,hairspray, lilin
rambut, jelly rambut, dan produk lainnya yang tertinggal di kulit kepala. Jenis shampo ini
sangat cocok digunakan saat rambut akan melalui proses kimiawi agar rambut dan kulit
kepala benar-benar bersih dengan tujuan proses kimiawi yang digunakan pada pengeritingan
atau pewarnaan dapat diserap dengan baik. Karena unsur asam mengurangi minyak maka
jenis shampo ini dapat membuat rambut menjadi kering jika digunakan terlalu sering dan
disarankan untuk menggunakannya paling banyak dalam jangka waktu satu kali seminggu

c) Shampo penambah volume rambut

Jenis shampo ini mengandung protein yang membuat rambut terlihat lebih berisi atau
tebal. Bila dipakai terlalu sering maka akan terjadi penumpukan residu atau sisa shampo
sehingga mengakibatkan rambut terlihat tidak bersih. Jika rambut termasuk jenis rambut
yang halus, lepek atau tidak mengembang.

7
2.6 Ekstrak Tea Tree Oil
a) Morfologi Tanaman

Tea tree oil diproduksi dari tanaman Melaleuca alternifolia dalam perkebunan
skala besar di New South Wales dan Queensland, Australia. Diberi nama “Tea Tree”
karena tanaman ini awalnya digunakan untuk membuat teh aromatik (European
Medicines Agency, 2013).

1) Batang
Bentuk batang tegak dan bulat. Konsistensinya keras dengan permukaan halus dan
berwarna putih abu-abu.
2) Daun
Tipe daun tunggal berseling dan berwarna hijau. Panjang daun 2-3 cm, dengan lebar 0,1-
0,2 cm. pertulangan daun membujur, daging daun tipis dan permukaannya halus.
3) Bunga
Tipe bunga majemuk dan tidak bertangkai. Mahkota bunga sebanyak 5 helai, berbentuk
bulat telur dan berwarna putih.
4) Akar
Tipe akar tunggang dan berwarna coklat. (Depkes RI, 2006)

2.7 Kandungan Kimia


Tea tree oil memiliki kandungan utama terpinen-4-ol (37,7%), γ- terpinen (21,25%), α-
terpinen (10.5%), dan terpinolen (3.65%) (Ninomiya, 2013). Tahun 1985 standart kandungan tea
tree oil ditetapkan di Australia, kemudian pada tahun 1996 ditetapkan sebagai standart
internasional. Standart tersebut menyebutkan bahwa kandungan terpinen-4-ol tea tree oil 30%
atau lebih dan maksimal 15% cineol (Khan & Abourashed, 2010).

Nama Senyawa Kimia Persentase

α-pinene 1-6
Sabinene 0-3,5
α-terpinene 5-13

8
Limonene 0,5-1,5
ρ-cymene 0,5-8
1,8, c ineole 0-15
γ-terpinene 10-28
Terpineolene 1,5-5
Terpinen-4-ol 30-48

2.8 Praformulasi Bahan

Formula Sediaan untuk 100 mL

Bahan Jml Range Fungsi


Tea Tree Oil  5% 3-5% Zat a ktif  
 Natrium Lauril 15% 10% Surfaktan anionic; detergent 
Sulfat
Cocoamidopropil 5% 4-40% Co-surfaktan
Betaine
Gliserin 5% ≤ 3 0% Humektan; A ntibakteri
 NaCl 0,8% <1% Viscosity modifier 
 Na2 EDTA 2% 0,1-0,5% Chelating agent 
 Nipagin 0,1% 0,01-0,6%  Preservative
Parfum qs <1% Pewangi
Aquadest 100% - Pelarut

2.9 Sifat Fisikokimia dan Fungsi Komponen Formula

1. Tea tree oil (Nur Indah S, 2014)

Kingdom Plantae
Divisi Magnoliophyta
Family
Myrtaceae
Species Melaleuca alternifolia
Kandungan Terpinen-4-ol 40,1%, ɣ-terpinen 23,0%,α-
terpinen 10,4%, 1,8-cineol 5,1%,
Terpinolen 3,1%, P-simen 2,9%, α-pinen

9
2,6%, α-terpineol 2,4%, Aromadendren
1,5%, δ-cadinen 1.3%, Limonen 1,0%,
Sabinen 0,2%, Globulol 0,2%, Viridiflorol
0,1%
Fungsi Sebagai zat aktif, mengandung Terpinen-4-ol,
golongan terpene merupakan antimikroba
dan antifungal

2. Natrium Lauril Sulfat (MSDS Sodium lauryl sulfate, 2008)

Sinonim Natrii lauryl sulphate; Sodium lauryl


sulfate; sodium dodecyl sulfate
Rumus molekul C12 H25 NaO 4
Bobot molekul 288.38
Pemerian putih atau krem pucat kuning -kristal
berwarna, serpih, atau bubuk memiliki rasa
halus, sabun, rasa pahit, dan bau samar zat
lemak
Kelarutan sangat larut dalam air, praktis tidak larut
dalam eter dan kloroforom
Stabilitas Stabil dalam kondisi normal. Larutan dengan
pH di bawah 2,5 dapat memicu hidrolisis
menghasilkan lauril alkohol dan sodium
bisulfat
Inkompatibilitas garam alkaloid, dan mengendap dengan
garam
potassium
pH 7-9,5 dalam larutan 1% b/v
Titik lebur 204-207 °C (untuk bahan murni )
Kerapatan 1,07 g/cm3
Penyimpanan Simpan di wadah yang kering dan tertutup
baik
Fungsi surfaktan anionic; detergen pada shampo
(≈10%)

10
3. Cocoamidopropil Butaine

Sinonim 2-[(3
Dodecanamidopropyl)dimethylaminio]acetate;
{[3(Dodecanoylamino)propyl](dimethyl)ammonio}
acetate
Rumus molekul C19H38 N2O3
Bobot molekul 342.52
Pemerian cairan bening berwarna kuning pucat
Kelarutan sangat larut dalam air pada rentang pH 5-6 (larutan
10%) dalam air
Sifat tidak mengiritasi kulit dan membrane mukosa
Deskripsi cocoamidopropil betain merupakan surfaktan
betain
fonat. Memiliki sifat antistatic yang membuat
rambut tidak akan mengeluarkan aliran listrik dan
menempel pada sisir plastic dan sikat yang
digunakan saat mengeringkan rambut Bersifat
sebagai humektan, menarik kelembapan dari udara
hingga menjaga rambut dari kekeringan.
cocoamidopropil betain mengandung antibiotic
yang dapat mencegah
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan
terlindungi dari sinar matahari

Fungsi pada sediaan Antistatic dan surfaktan sekunder ( mengurangi


jumlah deterjen yang diperlukan)

4. Gliserin (FI IV : 413, Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 Ed : 283)

Struktur kimia

11
Rumus molekul C3H8O3
Bobot molekul 92,09
Pemerian Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa
manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau
tidak enak). Higroskopis, netral terhadap lakmus.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak
larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak
lemak, dan dalam minyak menguap
Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis. Dapat terurai dengan
pemanasan yang bisa menghasilkan akrolein yang
beracun. Campuran gliserin dengan air, etanol 95 %
dan propilena glikol secara kimiawi stabil. Gliserin
bisa mengkristal jika disimpan pada suhu rendah
yang perlu dihangatkan sampai suhu 200 C untuk
mencairkannya.
Inkompatibilitas Gliserin bisa meledak jika bercampur dengan
oksidator kuat seperti kromium trioksida, potasium
klorat atau potasium permanganat. Adanya
kontaminan besi bisa menggelapkan warna dari
campuran yang terdiri dari fenol, salisilat dan tanin.
Gliserin membentuk kompleks asam borat, asam
gliseroborat yang merupakan asam yang lebih kuat
dari asam borat.
Titik b eku -1,60 C
Titik didih 290 0C
Kerapatan Tidak < 1,249. 1,2620 g/cm3 pada suhu 250 C
Penyimpanan Simpan di wadah yang kering dan tertutup baik
Fungsi Humektan ( ≤ 30% ), antibakteri ( <20% ), emolient
( ≤ 30% )

5. Natrium Klorida (FI IV hal. 584, Martindale 28 hal. 635, HOPExcipient hal. 440,
MSDS Sodium Chloride, 2008)

Sinonim sodium chloride

12
Rumus molekul NaCl

Bobot molekul 58,44

Pemerian Kristal; tidak berbau; t idak berwarna atau serbuk


Putih
Kelarutan sedikit larut dalam etanol; larut dalm 250 bagian
etanol 95%; larut dalam 10 bagian gliserin; larut
dalam 2,8 bagian air dan 2,6 bagian pada suhu 100
̊ C.
Stabilitas larutan sodium klorida stabil tetapi dapat
menyebabkan perpecahan partikel kaca dari tipe
tertentu wadah kaca. Larutan cair ini dapat
disterilisasi dengan cara autoklaf atau filtrasi
Inkompatibilitas larutan natrium klorida bersifat korosif dengan besi;
membentuk endapan bila bereaksi dengan perak;
garam merkuri; agen oksidasi kuat pembebas klorine
dari larutan asam sodium klorida; kelarutan pengawet
nipagin menurun dalam larutan sodium
Ph 6,7-7,3
Titik l ebur 801̊ C

Titik d idih 1439̊ C

Berat jenis 2,17 g/cm3


Penyimpanan dalam bentuk padatan stabil dan harus disimpan
dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan tempat kering
Fungsi Viscosity modifier

6. Na2 EDTA 
Sinonim Disodium ethylenediaminetetraacetate
dihydrate, EDTA disodium salt, EDTA-Na2,
Edathamil, Edetate disodium salt dihydrate,

13
Sequestrene Na2
Struktur kimia

Rumus molekul C10H14 N2 Na2O8


Bobot molekul 336.206
Pemerian Serbuk kristal putih tidak berbau dengan
sedikit rasa
asam
Kelarutan Larut dalam air ( 1:11), Praktis t idak larut
dalam Kloroform dan eter, larut dalam etanol
(95%)
Stabilitas Sangat higroskopis dan harus dilindungi dari
kelembaban
Inkompatibilitas dengan pengoksidasi kuat, dan ion logam
polifalen seperti tembaga, nikel, Na EDTA
merupakan asam lemah dan bereaksi dengan
logam membentuk
hidrogen.
Ph 4,3-4,7 dalam larutan 1% air bebas CO2
Penyimpanan disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk
dan tempat kering.
Fungsi Chelating agent (0,1-0,5%)

7. Nipagin (HOPExcipient hal. 441)

Sinonim Methylis Parabenum

14
Struktur kimia

Rumus molekul CH3(C6H4(OH)COO)


Bobot molekul 152,15
Pemerian hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal
putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, dan
mempunyai rasa sedikit panas.
Kelarutan mudah larut dalam etanol, eter; praktis tidak larut
dalam minyak; larut dalam 400 bagian air
Stabilitas larutan metilparaben pada pH 3-6 dapat
disterilkan dengan autoklaf pada suhu 120° C
selama 20 menit, tanpa penguraian. Larutan ini
stabil selama kurang lebih 4 tahun dalam suhu
kamar, sedangkan pada pH
8 atau lebih dapat meningkatkan laju hidrolisis.
Inkompatibilitas surfaktan non-ionik seperti polisorbat 80,
bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan sodium
alginate
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan tempat
kering.
Fungsi Antimicrobial preservative (0,001-0,6%)

2.10 Penimbangan Bahan

Sediaan shampo dibuat sebanyak 100 ml

Formula Jumlah Perhitungan Penimbangan

Esktrak Cair 5% 5 / 100 x 100 ml = 5 5 ml

15
Wortel ml

Natrium Lauril 15% 15/100 x 100 ml = 15 15 ml


ml
Sulfat

Cocoamidopropil 5% 5/100 x 100 ml = 5 5 ml


ml
Betaine

Gliserin 5% 5/100 x 100 ml = 5 5 ml


ml

 NaCl 0,8% 0,8/100 x 100 ml = 0,8 ml


0,8 ml

Na2EDTA 2% 2/100 x 100 ml = 2 2 ml


ml

Nipagin 0,1% 0,1/100 x 100 ml = 0,1 ml


0,1 ml

Parfum qs - 3 tetes

Aquadest Ad to 100% 100 ml – (5 ml + 15 ml 32,9 ml

+ 5 ml + 5 ml + 0,8 ml

+ 2 ml + 0,1 ml) = 32,9


ml

2.11 Evaluasi Sediaan Akhir Shampo

Formula sediaan akhir dievaluasi untuk diamati kestabilan fisiknya, selain


itu, juga dilakukan evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi evaluasi organoleptik, pH,
viskositas, dan aktivitas antimikroba yang diamati selama periode waktu tertentu.

Metode Sentrifugasi → Sediaan sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam


tabung sentrifuga lalu disentrifuga dengan kecepatan 3750 rpm
selama lima jam dengan interval waktu pengamatan setiap satu jam.
Diamati pemisahan fasa minyak dan fasa air yang terjadi setiap interval
waktu1 jampengamatan (Lachman1976)
Metode Freeze-Thaw → Sediaan sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam
Uji Kestabilan fisik vial. 16
Formula disiapkan sebanyak tiga bets masing-masing tiga belas
vial. Satu vial akan digunakan sebagai kontrol dan disimpan pada suhu
250C sedangkan dua belas vial lainnya digunakan dalam siklus freeze-
thawuntuk disimpan di dalam suhu 40C selama 48 jam kemudiaan
Pengamatan organoleptik meliputi bau, warna,
Pengamatan Organoleptik
dan pertumbuhan jamur.

Pengukuran viskositas sediaan dilakukan


dengan alat viscometer Brookfield,
menggunakan spindle 28 dan putaran 20
Uji Viskositas dan pH
rpm.Sediaan diukur pH nya dengan pH meter
Beckman. Pengamatan dilakukan setiap
minggu

Sediaan sampo,yang diambil dari climatic


Pengujian Aktivitas Anti chamber setiap minggu, diuji aktivitasnya
Jamur Sampo Tea Tree terhadap jamur seperti M. furfur dengan
Oil metode pengenceran agar seperti pada
penentuan nilai KHM.

17
BAB III
PEMBAHASAN
Sampo merupakan produk rambut yang paling banyak digunakan, baik di salon maupun
digunakan sendiri. Fungsi utama dari sampo adalah membersihkan rambut dan kulit kepala dari
kotoran-kotoran rambut yang meliputi sebum (minyak hasil sekresi dari kelenjar sebaceous),
sisa-sisa kulit kepala, polutan udara, dan residu dari produk perawatan rambut yang lain. Fungsi
lain dari sampo adalah sebagai kondisioner, menghilangkan masalah kulit kepala (ketombe),
menumbuhkan rambut, membuat rambut mudah disisir dan diatur, dan menjaga kilau rambut
(Mottram and Lees, 2000).

Karakteristik pada shampo :

1. Mempunyai daya bersih yang baik dalam berbagai kondisi air. Kandungan mineral
atausenyawa dalam air antara satu daerah dengan daerah lain tidak sama. Beberapa
daerahmemiliki kondisi air yang dapat menurunkan kemampuan sampo, seperti daya
bersihnyaberkurang atau busa yang dihasilkan sedikit. Sampo yang baik adalah dapat
menetralisirkelemahan tersebut.

2. Tidak menimbulkan luka pada kulit kepala dan rasanya pedih dimata saat digunakan

3. Busa yang dihasilkan cukup banyak, mudah dibilas serta tidak meninggalkan sisa pada rambut

Sediaan shampo yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Dapat mencuci rambut serta kulit kepala secara keseluruhan.

b) Tidak toksik dan tidak menimbulkan iritasi.

c) Kandungan surfaktannya tidak membuat rambut dan kulit kepala menjadi kering.

18
d) Memiliki konsistensi yang stabil, dapat menghasilkan busa dengan cepat,lembut, dan
mudah dibilas dengan air.

e) Setelah pencucian rambut harus mudah dikeringkan.

f) Dapat menghasilkan rambut yang halus, mengkilat, tidak kasar, tidak mudah patah,
serta mudah diatur (Pramono, 2002)

Kandungan Kimia

Tea tree oil memiliki kandungan utama terpinen-4-ol (37,7%), γ- terpinen (21,25%), α-
terpinen (10.5%), dan terpinolen (3.65%) (Ninomiya, 2013). Tahun 1985 standart kandungan tea
tree oil ditetapkan di Australia, kemudian pada tahun 1996 ditetapkan sebagai standart
internasional. Standart tersebut menyebutkan bahwa kandungan terpinen-4-ol tea tree oil 30%
atau lebih dan maksimal 15% cineol (Khan & Abourashed, 2010).

Nama Senyawa Kimia Persentase

α-pinene 1-6
Sabinene 0-3,5
α-terpinene 5-13
Limonene 0,5-1,5
ρ-cymene 0,5-8
1,8, c ineole 0-15
γ-terpinene 10-28
Terpineolene 1,5-5
Terpinen-4-ol 30-48

Formula Sediaan untuk 100 mL

Bahan Jml Range Fungsi


Tea Tree Oil  5% 3-5% Zat a ktif  
 Natrium Lauril 15% 10% Surfaktan anionic; detergent 

19
Sulfat
Cocoamidopropil 5% 4-40% Co-surfaktan
Betaine
Gliserin 5% ≤ 3 0% Humektan; A ntibakteri
 NaCl 0,8% <1% Viscosity modifier 
 Na2 EDTA 2% 0,1-0,5% Chelating agent 
 Nipagin 0,1% 0,01-0,6%  Preservative
Parfum qs <1% Pewangi
Aquadest 100% - Pelarut

Evaluasi Sediaan Akhir Shampo

Formula sediaan akhir dievaluasi untuk diamati kestabilan fisiknya, selain


itu, juga dilakukan evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi evaluasi organoleptik, pH,
viskositas, dan aktivitas antimikroba yang diamati selama periode waktu tertentu.

Metode Sentrifugasi → Sediaan sebanyak 10


mL dimasukkan ke dalam tabung sentrifuga lalu
disentrifuga dengan kecepatan 3750 rpm selama
lima jam dengan interval waktu pengamatan
setiap satu jam. Diamati pemisahan fasa minyak
dan fasa air yang terjadi setiap interval waktu1
jampengamatan (Lachman1976)
Metode Freeze-Thaw → Sediaan sebanyak 10
Uji Kestabilan fisik mL dimasukkan ke dalam vial. Formula
disiapkan sebanyak tiga bets masing-masing tiga
belas vial. Satu vial akan digunakan sebagai
kontrol dan disimpan pada suhu 250C sedangkan
dua belas vial lainnya digunakan dalam siklus
freeze-thawuntuk disimpan di dalam suhu 40C
selama 48 jam kemudiaan dipindahkan ke suhu
400C selama 48 jam, siklus ini dihitung sebagai
satu siklus. Setelah itu dilanjutkan sampai siklus
keenam. Setiap setengah siklus, dikeluarkan satu
vial untuk tiap formula dan diamati perubahan
fisik yang terjadi.
Uji Dipercepat → Sebanyak delapan botol vial
berisi 15 mL sediaan disimpan dalam climatic
chamber pada suhu 400C dan kelembaban relatif
75%. Setiap satu minggu satu botol dikeluarkan
20
dan diamati pemisahan fasa, viskositas, pH, dan
uji aktivitas anti jamur dari sediaan.
Pengamatan organoleptik meliputi bau, warna,
Pengamatan Organoleptik
dan pertumbuhan jamur.

Pengukuran viskositas sediaan dilakukan


dengan alat viscometer Brookfield,
menggunakan spindle 28 dan putaran 20
Uji Viskositas dan pH
rpm.Sediaan diukur pH nya dengan pH meter
Beckman. Pengamatan dilakukan setiap
minggu

Sediaan sampo,yang diambil dari climatic


Pengujian Aktivitas Anti chamber setiap minggu, diuji aktivitasnya
Jamur Sampo Tea Tree terhadap jamur seperti M. furfur dengan
Oil metode pengenceran agar seperti pada
penentuan nilai KHM.

21
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
keramas rambut, sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi
bersih, dan sedapat mungkin menjadi lembut, mudah diatur dan berkilau.
Dan merupakan produk perawatan rambut yang digunakan untuk
menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit, dan kotoran lain dari
rambut. Preparat shampoo harus meninggalkan kesan harum pada
rambut, lembut dan mudah diatur, memiliki performance yang baik
Bahan aktif yang digunakan dalam sediaan shampo adalah Tea Tree Oil
mampu menghambat kulit rambut berminyak dan penyebab ketombe

B. Saran
Diperlukan penelitian dalam pemakaain zat aktif lain dalam pembuatan
shampoo agar memiliki variasi

22
DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen POM .1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
2. Ditjen POM .1995. Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
3. Fisher Scientific. 2008.  MSDS Sodium lauryl sulfate. Canada: Fisher
Scientific International
4. Kumar, Ashok., Mali, Rakesh Roshan., 2010,  Evaluation Of Prepared
Shampo

 Formulations And To Compare Formulated Shampo With Marketed


Shampos , International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and
Research, Volume 3, Issue 1, July – August 2010; Article 025.

5. Reynold, James EF. 1982.  Martindale the extra pharmacopeia,


The pharmaceutical press
6. Yuliana, Zuha, Dkk. 2016. Laporan Praktikum Kosmetologi. Jakarta:
UIN Diakses pada 13/5/2019 20.00 WIB
7. Angelia, Dkk. 2014. Formulasi Shampo Anti Ketombe yang
mengandung Tea Tree Oil dan Pengujian Aktivitas Sediaan
Terhadap Malassezia Furfur. Jakarta : Sekolah Tinggi Farmasi Bandung.
8. Nur faridah Hanum. 2017. Profil Pengetahuan Mahasiswa Dalam
Mencegah dan Mengatasi Gangguan Ketombe. Surabaya : Unuiversitas
Airlangga.
9. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/edta#section=Top Diakses
pada 13/5/2019 20.00 WIB
10. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Cocamidopropyl_betaine
Diakses

 pada 13/5/2019 20.00 WIB

23

Anda mungkin juga menyukai