Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KELOMPOK TEKNOLOGI KOSMETIK

SAMPO ANTIKETOMBE
Dosen Pengampuh :
Rahmi Hutabarat.M.Si.,Apt

DISUSUN OLEH :

15334011 AIKA PRASTIA

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2018
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Shampo Antiketombe” ini dengan lancar. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kuliah yang di bimbing oleh Ibu Rahmi Hutabarat.M.Si.,Apt.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Teknologi Kosmetik
Ibu Rahmi Hutabarat.M.Si.,Apt. atas bimbingan dan arahanya dalam penulisan makalah
ini, dan kepada rekan-rekan mahasiswa juga yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan untuk kelengkapan makalah ini. Penyusun berharap makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.

Penyusun

Jakarta, November 2018

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1


I.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
I.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................. 3
I.3 TUJUAN MAKALAH ................................................................................................. 3
I.4 MANFAAT MAKALAH ............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKAN ..................................................................................................... 4
II.1 SHAMPO .................................................................................................................... 4
II.1.1 Definisi shampo ................................................................................................................ 4
II.1.2 Fungsi Shampo ................................................................................................................. 4
II.1.3 Syarat Shampo .................................................................................................................. 4
II.1.4 Kandungan Shampo .......................................................................................................... 5
II.1.5 Macam–Macam Shampo .................................................................................................. 7
II.2 Ketombe ...................................................................................................................... 8
II.2.1 Definisi ketombe............................................................................................................... 8
II.2.2 Jenis Ketombe................................................................................................................... 8
II.2.3 Gejala Ketombe ................................................................................................................ 8
II.2.4 Penyebab Penyakit Ketombe ............................................................................................ 9
II.2.5 Pengobatan Ketombe ........................................................................................................ 9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................................... 10
III.1 Formulasi Sediaan Sampo Antiketombe Fraksi Aquades Daun Pacar air ............... 10
III.1.1 Formulasi sediaan sampo Antiketombe Fraksi Aquades Daun Pacar Air (Formulasi 1)
.................................................................................................................................................. 10
III.1.2 Cara Pembuatan............................................................................................................. 10
III.2 Formula Sediaan Shampo Antiketombe dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak
Seledri (Formulasi 2) ....................................................................................................... 11
III.2.1 Formulasi sediaan samp antiketombe ekstrak seledri ................................................... 11
III.2.2 Cara Pembuatan............................................................................................................. 11
III.3 Formulasi Sampo Ekstrak Daun Teh Hijau (Formulasi 3) ...................................... 12
III.3.1 FOEMULASI SAMPO EKSTRAKSI Daun teh Hijau ................................................. 12
III.3.2 Cara Pembuatan............................................................................................................. 12
BAB IV HASIL DAN PEMBSAHAN ............................................................................................ 13

ii
IV.1 HASIL ..................................................................................................................... 13
IV.2 PEMBAHASAN ...................................................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Rambut yang berketombe hingga kini masih menjadi salah satu penyebab
berkurangnya kepercayaan diri yang dapat menghambat kenyamanan beraktifitas. Di
indonesia sendiri, permasalahan rambut lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya
karena pengaruh iklim tropis, polusi, kebiasaan hidup, dan penggunaaan penutup kepala
seperti jilbab yang dapat mempengaruhi permasalahan kulit kepala selaku media
pertumbuhan rambut. Masalah rambut berawal dari akarnya yaitu kulit kepala. Untuk
mengatasi hal tersebut maka shampo merupakan solusi utama. Shampo merupakan sediaan
kosmetika yang digunakan untuk membersihkan rambut, sehingga rambut dan kulit kepala
menjadi bersih, dan sedapat mungkin lembut, mudah diatur dan berkilau (Faizatun,dkk.,
2008). Shampo pada umumnya dapat digunakan untuk membersihkan kulit kepala dan
rambut. Penggunaan shampo ini dimaksudkan untuk mengeramas rambut, dan
membersihkan kulit kepala sehingga rambut sedapat mungkin menjadi bersih, lembut,
mudah diatur dan mengkilap (Wilkinson, 1962).

Bahan penyusun shampo terdiri dari dua komponen utama, yaitu bahan utama dan
bahan tambahan. Bahan utama merupakan bahan dasar shampo yang biasanya berfungsi
untuk emmbentuk busa dan sebagai pembersih (surfaktan/ detergen). Surfaktan merupakan
kunci dari pembersih rambut, karena struktur molekulnya terdiri dari bagian hidrofilik dan
lipofilik, memiliki kemampuan menurunkan tegangan permukaan antara air dan kotoran,
seingga kotoran tersuspensi kedalam fase air.

Masalah pada rambut dan kulit kepala yang banyak dialami wanita adalah ketombe.
Ketombe yang merupakan pengelapasan kulit kepala yang berlebihan dengan bentuk
besar-besar seperti sisik-sisik,disertai dengan adanya kotoran-kotoran berlemak dan juga
disertai oleh kerontokan rambut. Ketombe termasuk penyakit kulit yang disebut denga
dermatitis seboroik dengan gejala inflamasi atau peradangan pada daerah kulit kepala,
yang disebabkan karena keaktifan dari kelenjar keringat yang berlebihan (Harahap, 1990).
Ketombe dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetik, stres, kelelahan, serta
jamur penyebab ketombe (Degree.et.al.1989)

1
Kebersihan dalam merawat rambut juga berpengaruh pada masalah yang dialami
rambit kulit kepala. Salah satu cara mengatasinya dengan kan kosmetika perawatan rambut
yaitu sampo. Wilkinson dan Moore (1982) mendefinisikan sampo sebagai “sediaan dari
surfaktan” dalam bentuk yang sesuai seperti cair, padat, atau serbuk, dimana jika
digunakan di bawah kondisi khusus dapat menghilangkan lemak, kotoran dan kulit
terkelupas pada permukaan dari rambut dan kulit kepala tanpa menimbulkan
efekmerugikan bagi rambut, kulit kepala atau kesehatan dari yang menggunakan. Mitsui
(1997) menyatakan bahwa sampo juga dapat mengobati gatal-gatal yang merupakan
ketombe serta menjaga rambut dalam kondisi bersih dan indah. Menurut Rostamailis dkk.,
(2009) untuk mengatasi masalah kulit kepala dan rambut yang berketombe beberapa
produk kosmetika dapat digunakan, salah satunya adalah sampo anti ketombe yang
tergolong sebagai treatment shampoo yang diformulasi khusus untuk mengatasi terjadinya
angguan kulit kepala dan rambut seperti ketombe yang pada umumnya mengandung zat
antiseptik, seleniumsulfida atau seng pirition (zeng-pyrithione).

Saat ini banyak sampo anti ketombe yang berbahan aktif sintetik. Menurut Sukanto
(1995) bahan aktif dalam kosmetika anti ketombe memiliki beberapa efek samping yang
dapat ditimbulkan bila pemakaian berlangsung lama seperti dermatitis atau iritasi,
dermatitis folikular, urtikaria, kerusakan rambut seperti kerontokan rambut, berubah
warna, rambut rentan patah dan efek samping sistemik, walaupun kasusnya jarang.
Berdasarkan hasil penelitian Chandran et al.,(2013) kemampuan sampo anti ketombe yang
dikembangkan dari bahan-bahan alami adalah pengganti terbaik untuk sampo berbahan
sintetis. Bahan aktif alami bisa berasal dari tanaman-tanaman yang mengandung
komponen zat yang berfungsi sebagai anti jamur. Polifenol adalah senyawa fenolik yang
memiliki lebih dari satu gugus hidroksil (OH), golongan senyawa ini terdapat pada
berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai berbagai macam aktivitas biologi salah satunya
adalah aktivitas anti jamur (Zhang and Hamauzu, 2004). Tanin merupakan senyawa
metabolit sekunder yang tergolong dalam senyawa polifenol (Deaville, Givens and
Mueler, 2010). Tanin adalah salah satu komponen zat aktif yang dapat menghambat
pertumbuhan jamur penyebab ketombe (Figueras et al., 2000). Tanin akan berinteraksi
dengan protein membran sel melalui proses adsorpsi yang akan menyebabkan presipitasi
dan terdenaturasinya protein membran sel yang mengakibatkan perubahan permeabilitas
pada membran, sehingga terjadi lisis pada membran sel jamur (Parwata dan Dewi, 2008).

2
I.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan shampo ?
2. Apa manfaat shampo ?
3. Apa saja jenis-jenis shampo ?
4. Apa yang dimaksud dengan ketombe ?
5. Apa saja komponen penyususn shampo antiketombe?
6. Bagaimana cara pembuatan shampo antiketombe?

I.3TUJUAN MAKALAH
1. Memahami definisi dari shampo.
2. Memahami manfaat shampo.
3. Memahami jenis-jenis shampo.
4. Memahami definisi dari ketombe.
5. Memahami komponen penyusun shampo antiketombe.
6. Memahami cara pembuatan shampo antiketombe..

I.4MANFAAT MAKALAH
Melalui makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bahan alam apa yang
dapat diformulasikan menjadi sediaan shampo untuk perawatan rambut berketombe
sehingga menjadi informasi dan bahan pertimbangan pada pengembangan teknologi
kefarmasian dan peningkatan penggunaan bahan alam dalam formulasi sediaan kosmetik.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN

II.1SHAMPO

II.1.1Definisi shampo
Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala dari segala
macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel–sel yang sudah mati dan sebagainya
(Latifah.F, 2007). Pengertian ilmiah shampo adalah sediaan yang mengandung sufkatan
dalam bentuk yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang
melekat pada rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan
kesehatan si pemakai (Wikipedia,2011)

II.1.2Fungsi Shampo
Shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan air dengan tujuan
sebagai berikut :
1. Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut dan
membersihkan kotoran yang melekat.
2. Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala sehingga dapat
meluruhkan kotoran.

II.1.3Syarat Shampo
a.Sediaan shampo yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Dapat mencuci rambut serta kulit kepala secara keseluruhan.
2. Tidak toksik dan tidak menimbulkan iritasi.
3. Kandungan surfaktannya tidak membuat rambut dan kulit kepala menjadi kering.
4. Memiliki konsistensi yang stabil, dapat menghasilkan busa dengan cepat, lembut, dan
mudah dibilas dengan air.
5. Setelah pencucian rambut harus mudah dikeringkan.
6. Dapat menghasilkan rambut yang halus, mengkilat, tidak kasar, tidak mudah patah,
serta mudah diatur (Wikipedia,2011).
b.Persyaratan yang harus dipenuhi untuk shampo antiketombe adalah :
1. Dapat membersihkan rambut dan kulit kepala dari ketombe tanpa membuat rambut
menjadi berminyak, kering, atau tidak dapat diatur.

4
2. Mengandung zat aktif heksaklorofen, asam salisilat, fungisida, atau zat antiseptika yang
dapat mematikan pertumbuhan bakteri, dan mencegah infeksi setelah pemakaian.
3. Konsentrasi zat aktif yang digunakan tidak meningkatkan sensitivitas kulit kepala.
4. Dapat mengurangi rasa gatal ataupun hal lain yang akan menimbulkan ketidak-
nyamanan.

II.1.4Kandungan Shampo
Pada umumnya suatu shampo terdiri dari dua kelompok utama, yaitu:
a. Bahan utama
Bahan utama yang sering digunakan adalah deterjen, yang biasanya dapat membentuk
busa, dan bersifat membersihkan.
b. Bahan Tambahan
Penambahan zat-zat ini dimaksudkan untuk mempertinggi daya kerja shampo supaya dapat
bekerja secara aman pada kulit kepala, tidak menimbulkan kerontokan, memiliki viskositas
yang baik, busa yang cukup, pH yang stabil dan dapat mengoptimalkan kerja deterjen
dalam membersihkan kotoran, sehingga menjadi sediaan shampo yang aman dalam
penggunaanya dan sesuai dengan keinginan konsumen.
Bahan-bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan shampo diantaranya:
1. Opacifying Agent
Zat yang dapat menimbulkan kekeruhan dan penting pada pembuatan shampo krim atau
shampo krim cair. Biasanya merupakan ester alkohol tinggi dan asam lemak tinggi beserta
garam-garamnya. Contoh : setil alkohol, stearil alkohol, glikol mono dan distearat,
magnesium stearat.
2. Clarifying Agent
Zat yang digunakan untuk mencegah kekeruhan pada shampo terutama untuk shampo yang
dibuat dengan sabun. Sangat diperlukan pada pembuatan shamp o cair atau shampo cair
jernih. Contoh : butil alkohol,isopropil alkohol, etil alkohol, metilen glikol, dan EDTA.
3. Finishing Agent
Zat yang berguna untuk melindungi kekurangan minyak yang hilang pada waktu
pencucian rambut, sehingga rambut tidak menjadi kering dan rapuh.
Contoh : lanolin, minyak mineral.
4. Conditioning agent
Merupakan zat-zat berlemak yang berguna agar rambut mudah disisir.
Contoh : lanolin, minyak mineral, telur dan polipeptida.

5
5. Zat pendispersi
Zat yang berguna untuk mendispersikan sabun Ca dan Mg yang terbentuk dari air sadah.
Contoh : tween 80.
6. Zat pengental
Merupakan zat yang perlu ditambah terutama pada shampo cair jernih dan shampo krim
cair supaya sediaan shampo dapat dituang dengan baik. Penggunaanya dalam rentang 2–
4%, contoh: gom, tragakan, metil selulosa, dan karboksi metil selulosa (CMC).
7. Zat pembusa
Digunakan untuk membentuk busa yang cukup banyak, walaupun busa bukan merupakan
suatu ukuran dari shampo, namun adanya busa akan membuat sediaan shampo menjadi
menarik dan sangat disukai oleh para konsumen. Persyaratan tinggi busa pada umumnya
yaitu berkisar antara 1,3–22 cm. Contoh: dietanolamin, monoisopropanol amin.
8. Zat pengawet
Zat yang berguna untuk melindungi rusaknya shampo dari pengaruh mikroba yang dapat
menyebabkan rusaknya sediaan, seperti misalnya hilangnya warna, timbul kekeruhan, atau
timbulnya bau. Digunakan dalam rentang 1–2% contoh: formaldehida, hidroksi benzoat,
metyl paraben, propil paraben.

9. Zat aktif
Untuk shampo dengan fungsi tertentu atau zat yang ditambahkan ke dalam shampo dengan
maksud untuk membunuh bakteri atau mikroorganisme lainnya. Contoh: Heksaklorofen,
Asam salisilat.
10. Zat pewangi
Berfungsi untuk memberi keharuman pada sediaan shampo supaya mempunyai bau yang
menarik. Digunakan dengan kadar 1–2%, Contoh: Minyak jeruk, minyak mawar, dan
minyak lavender, minyak bunga tanjung.
11. Zat Pewarna
Zat pewarna digunakan untuk memberikan warna yang menarik pada sediaan shampo.
Digunakan dengan kadar 1-2%, contoh: untuk pewarna hijau biasanya digunakan senyawa
klorofil atau ultra marin hijau.
12. Zat tambahan lain
Merupakan zat pada formula shampo yang mempunyai fungsi atau maksud tertentu,
seperti shampo anti ketombe, shampoo bayi, shampo antikerontokan, dan sebagainya. Zat

6
tambahan dapat berupa zat aktif anti ketombe, ekstrak tumbuhan, vitamin, protein dan lain-
lain (Wikipedia,2011).

II.1.5 Macam–Macam Shampo


Macam–macam shampo berdasarkan kegunaanya antara lain :
a.Shampo untuk rambut diwarnai dan dikeriting.
Shampo ada yang dibuat khusus untuk rambut yang dicat atau diberi warna atau dikeriting
karena rambut cukup menderita dengan masuknya cairan kimia sehingga ke akar rambut
dan hal ini bisa mempengaruhi kondisi kesehatan rambut.
b.Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh.
Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh yang biasanya mengandung acid atau
asam yang didapat dari apel, lemon atau cuka yang berfungsi untuk menghilangkan residu
atau sisa produk perawatan semacam creambath, busa untuk rambut, hairspray, lilin
rambut, jelly rambut, dan produk lainnya yang tertinggal di kulit kepala. Jenis shampo ini
sangat cocok digunakan saat rambut akan melalui proses kimiawi agar rambut dan kulit
kepala benar-benar bersih dengan tujuan proses kimiawi yang digunakan pada
pengeritingan atau pewarnaan dapat diserap dengan baik. Karena unsur asam mengurangi
minyak maka jenis shampo ini dapat membuat rambut menjadi kering jika digunakan
terlalu sering dan disarankan untuk menggunakannya paling banyak dalam jangka waktu
satu kali seminggu.
c. Shampo penambah volume rambut.
Jenis shampo ini mengandung protein yang membuat rambut terlihat lebih berisi atau tebal
Bila dipakai terlalu sering maka akan terjadi penumpukan residu atau sisa shampo
sehingga mengakibatkan rambut terlihat tidak bersih. Jika rambut termasuk jenis rambut
yang halus, lepek atau tidak mengembang, ipis maka bisa digunakan jenis shampo ini.
Tetapi sebaiknya dihindari penggunaan yang terlalu sering.
d. Shampo anti ketombe.
Shampo anti ketombe ini mengandung selenium, zinc atau asam salisilat yang telah
terbukti cukup berhasil membantu menghilangkan lapisan ketombe, namun dapat
menyebab kan kulit kepala menjadi kering 80rb tuch (Hendrawan, 1991).

7
II.2 Ketombe

II.2.1Definisi ketombe
Pengelupasan kulit kepala yang berlebihan dengan bentuk besar-besar seperti sisik-sisik,
disertai dengan adanya kotoran-kotoran berlemak, rasa gatal, dan kerontokan rambut
dikenal sebagai ketombe (dandruff). Ketombe termasuk penyakit kulit yang disebut
dengan dermatitis seboroik dengan tanda-tanda inflamasi atau peradangan kulit pada
daerah seborea (kulit kepala, alis mata, bibir, telinga, dan lipat paha), yang disebabkan
karena keaktifan dari kelenjar keringat
yang berlebihan (Harahap, 1990).

II.2.2Jenis Ketombe
Berdasarkan jenisnya secara umum dikenal dua macam ketombe, yaitu:
a.Seborrhea sicca
Ketombe jenis ini ditandai dengan kulit kepala yang kering dan bersisik. Pada keadaan
normal, lapisan kulit terluar selalu menghasilkan sel keratin mati yang terus menerus
dalam bentuk keping-keping kecil (sisik). Biasanya pengelupasan ini seimbang dengan
produksi jaringan sel baru oleh lapisan di bawahnya. Jika keseimbangan ini terganggu
akan terjadi pengelupasan sel keratin yang berlebihan. Dan sel-sel yang terlepas dengan
adanya air atau keringat akan melekat satu sama lain menjadi sisik-sisik besar yang
tertimbun pada kulit kepala.
b.Seborrhea oleosa
Seborrhea oleosa adalah jenis ketombe yang disebabkan karena adanya produksi lemak
yang berlebihan, sehingga kulit kepala menjadi sangat berlemak dan sisik-sisik akan
menggumpal dalam massa lemak. Kulit kepala yang berlemak juga merupakan media yang
baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, termasuk mikroorganisme penyebab ketombe.

II.2.3Gejala Ketombe
Penyakit ketombe ditandai oleh gejala-gejala fisik, seperti berikut:
a. Timbulnya sisik-sisik (kering atau basah) dikulit kepala.
b. Adanya bintik-bintik merah seperti bisul kecil, disertai rasa nyeri, gatal dan dapat
diikuti demam.
c. Kulit kepala lecet, basah, bergetah, dan bau.
d. Terjadi kerontokan rambut

8
II.2.4Penyebab Penyakit Ketombe
Secara garis besar ketombe dapat disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu:
a.Faktor internal, meliputi keseimbangan hormonal terganggu, proses metabolisme sel
tidak sempurna, stres, emosi, dan genetik.
b.Faktor eksternal, meliputi perubahan biokimia pada lapisan epidermis kulit kepala,
peningkatan jumlah dan kerja jamur dan bakteri, serta reaksi kulit terhadap penggunaan
obat-obatan dan kosmetik tertentu yang disebabkan oleh penggunaan kosmetik dan obat-
obatan topikal.
Selain faktor-faktor di atas, ketombe juga disebabkan oleh faktor iklim. Pada daerah yang
iklimnya dingin didapati kasus ketombe yang meningkat (Harahap, 1990).

II.2.5Pengobatan Ketombe
Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketombe, maka dapat dikatakan
bahwa pengobatan ketombe yang ideal haruslah dengan bahan yang mempunyai daya
stimulansia, membersihkan kotoran dan lemak yang berlebihan, bakterisida, fungisida,
bakteriostatik, germisida, keratolitik dan dapat menghilangkan atau mengurangi gatal-gatal
dengan pH yang sesuai yaitu antara 4,5–6,5. Umumnya bentuk sediaan yang digunakan
adalah shampoo terutama shampo anti ketombe.

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Formulasi Sediaan Sampo Antiketombe Fraksi Aquades Daun Pacar air
Formulasi fraksi aquades menjadi bentuk sediaan sampo antiketombe terdiri dari zat
aktif berupa fraksi aquades daun Pacar air pada berbagai tingkat konsentrasi yaitu 5%,
10%, dan 15% serta zat tambahan.

III.1.1 Formulasi sediaan sampo Antiketombe Fraksi Aquades Daun Pacar Air
(Formulasi 1)

III.1.2Cara Pembuatan
Ekstraksi Daun Pacar Air
Daun segar sebanyak 4,4 kg yang dikeringkan kemudian dihaluskan menghasilkan
serbuk simplisia daun Pacar air sebanyak 500 g. Serbuk simplisia diekstraksi dengan
metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 3500 mL menghasilkan
ekstrak kental seberat 72 g. Diperoleh nilai rendemen sebesar 14,4%.
Fraksinasi
Ekstrak pekat yang telah diperoleh selanjutnya difraksinasi dengan metode partisi
menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan aquades

Timbang semua bahan yang digunakan sesuai dengan formulasi. CMC


dikembangkan dengan air panas di dalam mortar (M1). Metil paraben dilarutkan dengan
beberapa tetes etanol hingga larut (M2). Sebagian aquades dipanaskan di atas hot plate
pada suhu 600C dan dimasukkan natrium lauril sulfat, aduk hingga homogeny. Cocamide

10
DEA ditambahkan ke dalamnya sambil terus diaduk hingga homogen. M1 dan M2
dicampurkan ke dalamnya dan diaduk sampai cairan mengental (M3). Fraksi aquades daun
Pacar air 5% dicampurkan ke dalam M3, aduk hingga homogeny. Larutan sampo M3
ditambahkan Asam sitrat yang telah dilarutkan dengan beberapa tetes etanol dan diaduk.
Larutan sampo M3 didinginkan dan ditambahkan menthol yang telah dilarutkan dengan
beberapa tetes etanol dan diaduk. Dicukupkan dengan aquades hingga 30 mL dan diaduk
hingga homogen. Untuk pembuatan sampo antiketombe dengan konsentrasi 10% dan 15%
dilakukan dengan cara yang sama.

Sediaan sampo antiketombe selanjutnya dievaluasi untuk penjaminan kualitas


sampo tersebut. Beberapa uji yang dilakukan pada sampo yaitu pengamatan organoleptik,
pengukuran pH, pengukuran tinggi busa dan pengukuran kadar air. Sediaan sampo juga
diuji kemampuan antijamurnya dengan menggunakan metode difusi sumuran.

III.2Formula Sediaan Shampo Antiketombe dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak


Seledri (Formulasi 2)
Formulasi ekstrak etanol menjadi bentuk sediaan shampo antiketombe terdiri dari zat aktif
berupa ekstrak etanol seledri pada berbagai tingkat konsentrasi yaitu 0%, 0,1%, 1%, dan
10% serta zat tambahan.

III.2.1Formulasi sediaan samp antiketombe ekstrak seledri

III.2.2 Cara Pembuatan


1. Determinasi Tanaman seledri
2. Pembuatan Ekstrak
Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi atau perendaman. Penyarian serbuk
implisia sebanyak 200 gram menggunakan penyari etanol 50% sebanyak 2 liter dengan

11
pengadukan konstan setiap harinya selama 30 menit agar simpilisia tersari dengan
sempurna. Maserat yang didapat dipekatkan dengan penguap vakum hingga diperoleh
ekstrak kental.Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat (BPOM, 2004).

III.3 Formulasi Sampo Ekstrak Daun Teh Hijau (Formulasi 3)


Daun teh hijau dikeringkan di bawah sinar matahari secara tidak langsung selama lima
hari.Sebanyak 500 g simplisia diekstraksi pada suhu 90°C selama 30 menit, kemudian
disaring dan dipekatk rotary vaporator. Penapisan fitokimia dilakukan terhadap simplisia
ekstrak menggunakan metode Farnsworth.

III.3.1 FOEMULASI SAMPO EKSTRAKSI Daun teh Hijau

III.3.2 Cara Pembuatan


Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia
Daun teh hijau dikeringkan di bawah sinar matahari secara tidak langsung selama lima
hari.Sebanyak 500 g simplisia diekstraksi pada suhu 90°C selama 30 menit, kemudian
disaring dan dipekatkan dengan rotary vaporator

Pembuatan Sampo
Basis sampo dibuat dengan mencampurkan seluruh bahan kecuali ekstrak menggunakan
homogenizer pada kecepatan 1000 rpm dan waktu 10 menit, Ekstrak kental sesuai formula
dimasukkan ke dalam mortir, ditambahkan sedikit basis,dan diaduk hingga homogen.
Ekstrak yang telah didispersikan dalam basis dicampurkaan ke dalam sisa basis dan diaduk
kembali dengan homogenizer pada kecepatan 1000 rpm dan waktu 5 menit.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBSAHAN

IV.1HASIL

FORMULASI 1 Formulasi sediaan sampo Antiketombe Fraksi Aquades Daun Pacar Air

Pengujian Aktivitas Antijamur dari Ekstrak Etanol, Fraksi n-heksan, Fraksi Etil
Asetat dan Fraksi Aquades.
Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antijamur

13
14
FORMULASI 2 Formula Sediaan Shampo Antiketombe dengan Berbagai Konsentrasi
Ekstrak Seledri

15
16
17
FORMULASI 3 Formulasi Sampo Ekstrak Daun Teh Hijau

18
19
IV.2 PEMBAHASAN
Penapisan fitokimia dilakukan terhadap simplisia dan ekstrak untuk mengetahui
pengaruh ekstraksi terhadap kandungan metabolit sekunder. Hasil penapisan fitokimia
terhadap simplisia dan ekstrak menunjukkan hasil yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa
proses ekstraksi tidak mempengaruhi kandungan metabolit sekunder, karena metabolit
sekunder dalam daun teh hijau stabil terhadap pemanasan pada suhu 90°C selama 30
menit.
Sampo ekstrak daun teh hijau yang diformulasikan dengan variasi ekstrak daun teh
hijau dan variasi basis sampo dibandingkan terhadap formula pembanding (G) yang tidak
mengandung ekstrak daun teh hijau. Pengamatan terhadap organoleptik, pH, dan bobot
jenis hanya dilakukan pada hari ke-0 dan ke-30 karena sampo dibuat dengan menggunakan
pengawet, yaitu nipagin dan nipasol, yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan
jamur sehingga diharapkan sampo tetap stabil selama penyimpanan.14 Hasil pengamatan
stabilitas fisik selama 30 hari menunjukkan bahwa seluruh formula sampo homogen dan
stabil dengan warna coklat muda hingga coklat dan bau khas teh hijau atau campuran bau
teh hijau dan mentol atau tidak berbau.
Sampo yang mengandung ekstrak daun teh hijau memiliki nilai pH 6,1-6,7, sampo
yang mengandung campuran ekstrak daun teh hijau dan mentol memiliki pH 5,2-5,8,
sedangkan sampo pembanding memiliki pH 7,0. Nilai pH dipengaruhi oleh konsentrasi
ekstrak daun teh hijau dan mentol. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun teh hijau,
maka pH semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya kandungan polifenol
yang bersifat asam lemah, sehingga dapat menurunkan pH.
Pada formula D, E, dan F ditambahkan mentol memberikan efek mendinginkan
karena l-mentol langsung berinteraksi dengan reseptor dingin pada tubuh, dan mengurangi
rasa gatal. Penambahan mentol menyebabkan penurunan pH karena mentol termasuk
golongan fenol yang bersifat asam lemah, sehingga sampoyang ditambahkan mentol
memiliki pH lebih rendah dibandingkan dengan sampo yang hanya mengandung ekstrak
daun teh hijau.
Bobot jenis sampo meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak daun teh
hijau. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun teh hijau yang ditambahkan, maka semakin
sedikit air dalam sampo, sehingga bobot jenis sampo semakin tinggi. Pengamatan terhadap
bobot jenis menunjukkan bahwa bobot jenis seluruh sampo cukup stabil karena perubahan
yang terjadi sangat kecil, sehingga tidak mempengaruhi homogenitas dan stabilitas sampo
selama 30 hari. Bobot jenis sampo ekstrak teh hijau memenuhi persyaratan bobot jenis

20
yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia untuk sediaan sampo, yaitu minimal
1,02,11 kecuali sampo dengan konsentrasi ekstrak 5%. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi ekstrak yang rendah, sehingga volume air yang ditambahkan lebih banyak dan
bobot jenis menjadi lebih kecil. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun teh hijau yang
ditambahkan, maka semakin sedikit air yang ditambahkan, sehingga viskositas sampo
semakin tinggi. Formula A, B, dan C diformulasikan tanpa penambahan PEG-400,
sedangkan pada formula D, E, F, dan G ditambahkan PEG-400. PEG-400 berfungsi untuk
meningkatkan viskositas sampo, dan melembabkan kulit kepala, karena penggunaan
natrium lauril sulfat sebagai surfaktan dapat menghilangkan sebum dari kulit kepala,
sehingga kulit kepala menjadi kering. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sampo yang
mengandung PEG-400 memiliki tekstur lebih lembut dan sedikit berminyak dibandingkan
dengan sampo tanpa PEG-400. Sampo diformulasikan dengan natrium lauril sulfat sebagai
surfaktan anionik dan zat pembasah pada konsentrasi 1-2%, sehingga sampo yang dibuat
dapat membentuk busa yang stabil. Natrium klorida konsentrasi 0,5% digunakan sebagai
pengendali flokulasi suspensi serta memperbaiki viskositas sampo karena dapat
mempengaruhi karakter ionik sediaan. Hasil uji keamanan sampo menunjukkan bahwa
tidak adanya reaksi kemerahan pada kulit punggung kelinci dan kulit tangan manusia.
Sedangkan uji iritasi pada mata kelinci juga tidak menunjukkan reaksi kemerahan.
Hal ini menunjukkan bahwa komponen dalam sampo tidak mengiritasi mukosa kulit dan
konjungtiva mata.

21
BAB V
KESIMPULAN
Pengertian ilmiah shampo adalah sediaan yang mengandung sufkatan dalam bentuk
yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada
rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si
pemakai (Wikipedia,2011)
Shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan air dengan tujuan
sebagai berikut :
3. Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut dan
membersihkan kotoran yang melekat.
4. Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala sehingga dapat
meluruhkan kotoran.
Macam–macam shampo berdasarkan kegunaanya antara lain :
1. Shampo untuk rambut diwarnai dan dikeriting
2. Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh
3. Shampo penambah volume rambut
4. Shampo anti ketombe
Pengelupasan kulit kepala yang berlebihan dengan bentuk besar-besar seperti sisik-
sisik, disertai dengan adanya kotoran-kotoran berlemak, rasa gatal, dan kerontokan rambut
dikenal sebagai ketombe (dandruff).

Shampo anti ketombe ini mengandung selenium, zinc atau asam salisilat yang telah
terbukti cukup berhasil membantu menghilangkan lapisan ketombe, namun dapat
menyebab kan kulit kepala menjadi kering (Hendrawan, 1991).
Komponen dalam pembuatan sampo antiketombe adalah zat aktif, Na. Lauril sulfat,
Cocamide DEA, Asam sitrat, Menthol, Metil paraben dan Aqua dest.
Dan dapat ditarik kesimpulan dari ketiga formulasi yang telah di jelaskan, formulasi ke
tiga yang paling baik sebagai sampo antiketombe. Dimana teh hijau itu memiliki
kandungan tanin yang dapat menghambat pertumbuhan jamur penyebab ketombe dan ada
penambahan mentol dalam formulasi.

22
DAFTAR PUSTAKA
1. Standar Nasional Indonesia. Sampo.Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional SP-115,1980,
1-5.
2. BPOM, Monografi Ekstrak TumbuhanObat Indonesia, 2004, Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI.
3. Lia Suryati1, Nyi M. Saptarini2.. Formulasi Sampo Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia
sinensis var. assamica).Volume 3, Nomor 2, Juni 2016
4. Nimas Mahataranti, Ika Yuni AStuti, Binar Asriningdhiani. Formulasi Shampo
Antiketombe Ekstrak Etanol Seledri (Apium Graveolens L) Dan Aktivitasnya Terhadap
Jamur Pityrosporum Ovale. Vol.09 No. 02 Agustus 2012.
5. Tasya C. Malonda1), Paulina V. Y. Yamlean1), Gayatri Citraningtyas.Formulasi
Sediaan Sampo Antiketombe Ekstrak Daun Pacar Air (Impatiens Balsamina L.) Dan
Uji Aktivitasnya Terhadap Jamur Candida Albicans Atcc 10231 Secara In Vitro.Vol. 6
No. 4 NOVEMBER 2017.

23

Anda mungkin juga menyukai