Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

“PENGGUNAAN SULFUR DI BIDANG DERMATOLOGI”

Disusun Oleh :

Muhammad Arya Mandalika G4A022003

Alifah Nur Maysaroh G4A022023

Pembimbing :

Dr. dr. Thianti Sylviningrum, M.Pd.Ked, M.Sc, Sp. KK

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RST WIJAYAKUSUMA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul


“Penggunaan Sulfur di Bidang Dermatologi”

Disusun Oleh :
Muhammad Arya Mandalika G4A022003
Alifah Nur Maysaroh G4A022023

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin

RST Wijayakusuma Purwokerto

Telah dipresentasikan dan disetujui


Pada tanggal, Desember 2023

Mengetahui,
Pembimbing

Dr. dr. Thianti Sylviningrum, M.Pd.Ked, M.Sc, Sp. KK


NIP. 1979 0129 2005 012004

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa karena
atas keberkahan-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Penggunaan
Sulfur di Bidang Dermatologi”. Tugas ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan kegiatan kepaniteraan klinik bagi dokter muda yang sedang
melaksanakan kegiatan di SMF Penyakit Kulit dan Kelamin. Penulis turut
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. dr. Thianti Sylviningrum, M.Pd.Ked,
M.Sc, Sp. KK selaku pembimbing dari penulis selama mengikuti kegiatan di RST
Wijayakusuma. Penulis juga turut berterima kasih kepada seluruh pihak dari RS
Wijayakusuma yang memandu serta membimbing penulis selama melakukan
kegiatan di fasilitas pelayanan klinik penyakit kulit dan kelamin.

Penulis mengakui bahwa referat penulis masih memiliki banyak keterbatasan


dan kekurangan. Saran serta kritik yang membangun terkait referat ini akan sangat
dihargai dan akan dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk referat selanjutnya.
Semoga isi referat yang disampaikan akan memberikan manfaat baik bagi penulis
maupun pembaca.

Purwokerto, Desember 2023

III
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................II

KATA PENGANTAR...........................................................................................III

DAFTAR ISI..........................................................................................................IV

I. PENDAHULUAN...........................................Error! Bookmark not defined.

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................3

A. Definisi Sulfur ..........................................................................................3

B. Mekanisme Kerja Sulfur...........................................................................7

C. Kelebihan dan Kekurangan Sulfur..........................................................10

E. Gatau.......................................................................................................13

F. Gatau......................................................1Error! Bookmark not defined.

G. Gatau.......................................................................................................16

H. Gatau.......................................................................................................18

I. Gatau......................................................................................................19

J. Gatau......................................................................................................20

KESIMPULAN......................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

IV
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kulit merupakan organ tubuh pada manusia yang sangat penting
karena terletak pada bagian luar tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsangan seperti sentuhan, rasa sakit dan pengaruh lainnya dari luar. Kulit
yang tidak terjaga kesehatannya dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit
sehingga perlu menjaga kesehatan kulit sejak dini agar terhindar dari penyakit
(Putri, et al., 2018).
Dermatologi merupakan bidang kedokteran yang berorientasi pada
morfologi atau efloresensi yang ditemukan. Akurasi diagnostik akan tinggi
apabila pemeriksaan dilakukan secara objektif tanpa dipengaruhi oleh
interpretasi pasien yang didapat dari anamnesis. Anamnesis harus selalu
dilakukan pada saat maupun setelah pemeriksaan visual dan fisik sehingga
didapatkan diagnosis yang lebih obyektif. Diagnosis penyakit kulit sebaiknya
dilakukan secara berurutan dan logis (Murlistyarini & Prawitasari, 2018).

Penyakit kulit sering terjadi di Indonesia karena Indonesia ialah negara


dengan beriklim tropis akibatnya mempengaruhi perkembangan parasit,
bakteri, jamur, dan virus. Gejala kulit merupakan infeksi kulit dapat
menyebabkan timbulnya reaksi infeksi serta merasa gatal, dan terjadinya
inflamasi. Gejala kulit ini disebabkan karena kulit terlalu peka terkadang
sedikit menunjukan gejala dan terkadang dapat terjadi kondisi yang parah.

Sulfur atau belerang merupakan unsur kimia murni non-logam yang


tersedia di alam. Sulfur telah lama digunakan sebagai sediaan topikal atau
sediaan yang digunakan di kulit. Mekanisme kerja sulfur pada terapi jerawat
dan sebarrhoik dermatitis adalah keratolitik. Sulfur juga memiliki aktivitas
sebagai anti seboroik, anti-akne, anti-skabies, anti bakteri, dan anti jamur
(Hutagaol, 2018).

5
Sulfur mempunyai sifat mudah mengalami sublimasi. Ketika
menyublim sulfur akan berikatan dengan ion hidrogen dan akan teroksidasi
membentuk hidrogen sulfida (Steudel, 2020). Sulfur juga efektif untuk
membunuh tungau dikarenakan mempunyai sifat panas. Sulfur membantu
proses shedding dari kulit yang merupakan proses pematangan sel-sel keratin
pada stratum korneum yang menyebabkan kulit mengelupas, hal ini
sangat membantu dalam membasmi tungau-tungau yang bersembunyi
dalam terowongan pada epidermis (Ilman et al.,2017).

B. TUJUAN
1. Mengetahui variasi penggunaan sulfur di bidang dermatologi
2. Mengetahui mekanisme kerja sulfur yang sering digunakan di bidang
dermatologi
3. Mengetahui bentuk, dosis, cara penggunaan sulfur di bidang dermatologi

C. MANFAAT
1. Menambah pengetahuan tentang penggunaan sulfur di bidang dermatologi
2. Menambah pengetahuan tentang efek dari sulfur di bidang dermatologi

6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sulfur
Sulfur atau belerang merupakan unsur kimia murni non-logam yang
tersedia di alam. Sulfur telah lama digunakan sebagai sediaan topikal atau
sediaan yang digunakan di kulit. Ada dua bentuk sulfur yang tercantum
sebagai monografi di United States Pharmacopoeia (USP), yaitu sublimed
sulfur dan precipitated sulfur. Precipitated sulfur diperoleh dari hasil reaksi
sublimasi sulfur yang dididihkan dengan air dan kapur, dan ditambahkan asam
klorida (Hutagaol, 2018).

Sulfur terdapat dalam asam amino metionin, sistein dan sistin, tiamin
dan biotin. Bagian-bagian tubuh yang mengandung sulfur adalah jaringan
pengikat, kulit, kuku, dan rambut. Senyawa sulfur sangat berperan dalam
berbagai reaksi oksidasi reduksi, terdapat dalam berbagai koenzim, misalnya
koenzim A, tiamin, biotin, dan glutation (tripeptida dari asam glutamat,
sistein, dan glisin. konsentrasi glutation sangat tinggi dalam sel darah merah.
Keuntungan penggunaan sulfur pada sabun adalah sumbernya yang berlimpah
di alam dan mudah diperoleh, murah dan aman (Hutagaol, 2018).

B. Mekanisme Kerja Sulfur


Belerang adalah unsur biologis aktif yang telah digunakan dalam
dermatologi selama berabad-abad. Sulfur memiliki aktivitas antibakteri,
antijamur, antivirus, dan keratolitik selain aktivitas anti tumornya di bidang
biomedis. Sulfur digunakan untuk pengelolaan berbagai penyakit
dermatologis seperti kudis, jerawat, dan ketombe (Hashem, et al., 2021).
Mekanisme kerja sulfur pada terapi jerawat, skabies dan sebarrhoik dermatitis
adalah keratolitik (Hutagaol, 2018). Sulfur diduga berinteraksi dengan sistein
pada keratinosit. Sistein merupakan salah satu asam amino yang terkandung
dalam stratum korneum yang memiliki peran penting pada proses keratinisasi
normal. Sulfur juga memiliki aktivitas sebagai antifungi. Ketika diaplikasikan
di kulit, sulfur akan dikonversikan menjadi asam pentathionat oleh bakteri

7
yang ada di kulit dan keratinosit. Selain itu, aktivitas keratolitik dari sulfur
juga dapat membantu menghilangkan jamur dari stratum korneum (Hutagaol,
2018).

Selain itu, sulfur juga memiliki aktivitas antioksidan. Antioksidan


merupakan senyawa yang dapat melakukan penyerapan adanya radikal bebas
serta melakukan pencegahan munculnya penyakit degeneratif contohnya
kardiovaskular, kanker dan penyakit lainnya. tubuh manusia membutuhkan
antioksidan guna menetralkan radikal bebas serta melakukan pencegahan
rusaknya protein, sel normal dan lemak. Antioksidan terdapat dalam tubuh
sebagai hasil dari proses metabolisme, cemaran makanan, polusi udara, sinar
matahari, dan sebagainya. Antioksidan berperan dalam menjaga kesehatan
kulit dan meningkatkan pertahanan tubuh untuk menetralisir radikal bebas.
Kulit yang terus-menerus terpapar radikal bebas merusak sel-sel kulit, yang
secara tidak langsung mengurangi kekebalan kulit dan memengaruhi risiko
terpapar bakteri (Asri, 2014). Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan
elektron ke senyawa yang bersifat oksidan, sehingga dapat menghambat
aktivitas oksidan tersebut. Keseimbangan oksidan dan antioksidan sangat
penting karena berkaitan dengan berfungsinya sistem kekebalan tubuh
(Parwata, 2016).

Nano-sized sulfur juga telah terbukti mempertahankan aktivitas


bakterisidal. Selain itu sulfur juga memiliki aktivitas antibakteri, antijamur,
antivirus, dan keratolitik serta antitumor (Hashem, et al., 2021). Mekanisme
Sulfur pada Penyakit Kulit :

1. Acne Vulgaris
Belerang ketika diterapkan pada kulit, akan berinteraksi dengan sistein
pada stratum korneum, untuk membentuk hidrogen sulfida yang dapat
memecah keratin, sehingga menunjukkan aktivitas keratolitik belerang.
Efek keratolitik dapat meningkatkan pelepasan jamur dan bakteri dari
stratum corneum. Mekanisme belerang yang lain dalam mengatasi

8
acne vulgaris adalah dengan cara menghambat pembentukan asam
lemak bebas, dengan cara mengeluarkan kelebihan sebum pada wajah
dengan cara melunakkan sel keratin sehingga bakteri akan kekurangan
nutrisi dan pembentukan bakteri akan terhambat. Sulfur diketahui
memiliki efek antimikrobial, dan antiparasit yang dapat menghambat
pertumbuhan acne vulgaris yang diakibatkan oleh propionibacterium
acnes dan pembentukan asam lemak bebas. Selain itu, menurut
penelitian yang dilakukan Majestha (2016) menyatakan bahwa terjadi
penurunan total lesi acne vulgaris yang bermakna pada kelompok
subjek yang diberikan sabun sulfur
2. Scabies
Sulfur juga efektif untuk membunuh tungau dikarenakan mempunyai
sifat panas. Sulfur membantu proses shedding dari kulit yang
merupakan proses pematangan sel-sel keratin pada stratum
korneum yang menyebabkan kulit mengelupas, hal ini sangat
membantu dalam membasmi tungau-tungau yang bersembunyi
dalam terowongan pada epidermis (Ilman et al.,2017). Namun,
kekurangan sulfur pada pengobatan skabies adalah tidak efektif untuk
membunuh telurnya, berbau, mengotori pakaian dan dapat
menimbulkan iritasi pada kulit (Rahmatia & Ernawati, 2020).
C. Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Sulfur
1. Indikasi
a. Skabies
b. Iritasi pada kulit
2. Kontraindikasi
a. Penderita diabetes
b. Pasien yang sedang menjalani persiapan pengangkatan kutil

9
D. Sediaan Sulfur pada farmakoterapi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh irwan (2015) mengenai
kandungan belerang yang terdapat pada sabun, belerang memilki khasiat
sebagai antibakteri dan antiparasit yang sering digunakan pada produk-produk
sebagai terapi acne (jerawat) dalam bentuk sabun, pembersih wajah, salep dan
krim dengan konsentrasi sampai 10%.

E. Efek samping Penggunaan Sulfur


Efek samping yang dapat ditimbulkan pada penggunaan sabun sulfur
adalah iritasi pada kulit jika penggunaannya sangat berlebihan dan pada orang
hipersensitivitas, serta kekeringan pada kulit yang berlebihan (Adlia, et al.,
2019). Sulfur mempunyai sifat mudah mengalami sublimasi. Ketika

10
menyublim sulfur akan berikatan dengan ion hidrogen dan membentuk
hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida bersifat sangat beracun (Ilman, et al.,
2017).

F. Interaksi Sulfur dengan Senyawa lain


Asam salisilat merupakan bahan tradisional yang digunakan pada
terapi psoriasis. Zat tersebut sering dikombinasikan dengan ter maupun sulfur
dalam vehikulum vaselin. Kombinasi asam salisilat dengan sulfur memiliki
efek sinergistik yaitu meningkatkan aktivitas keduanya sebagai bahan
keratolitik dan antipruritus. Asam salisilat sering dikombinasikan dengan
sediaan antralin untuk mencegah oksidasi. Efek desmolitik asam salisilat
terbukti meningkatkan penetrasi kortikosteroid topikal. Pada pasien dermatitis
seboroik dan psoriasis, berbagai sampo terapeutik mengandung asam salisilat
2-3%, serta kombinasi sulfur dan ter. Sampo tersebut cukup efektif dalam
mengatasi psoriasis pada skalp dan dermatitis seboroik (Sulistyaningrum, et
al., 2012).

11
I. KESIMPULAN
Sulfur memiliki aktivitas antibakteri, antijamur, antivirus, dan keratolitik
selain aktivitas anti tumornya di bidang biomedis. Sulfur digunakan untuk
pengelolaan berbagai penyakit dermatologis seperti kudis, jerawat, dan ketombe.
Sulfur juga memiliki aktivitas sebagai antifungi. Mekanisme kerja sulfur dalam
bidang dermatologi bervariasi, dapat ditentukan dari jenis penyakit dan apa hasil yang
diharapkan. Sediaan sulfur dapat berupa sabun, pembersih wajah, salep dan krim
dengan konsentrasi sampai 10%.

12
13
DAFTAR PUSTAKA
Adlia, A., Aljuffrie, S., Adi, A.C., Regitasari, D.A., Rahmasari, V.A., Rachmawati,
H. 2019. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Pembuatan Sabun
Sulfur Untuk Pencegahan Dermatitis. Journal of Community Service and
Engagements. Vol. 1 (2): 45-49.

Asri, W. 2014. Peran Antioksidan Bagi Kesehatan. J. Biomedik Medisiana: 59–68.

Hashem, N.M., Hosny, A.E.M.S., Ali, A., Abdelrahman, Zakeer, S. 2021.


Antimicrobial activities encountered by sulfur nanoparticles combating
Staphylococcal species harboring sccmecA recovered from acne vulgaris.
Microbiology. Vol. 7 (4): 481–498.

Hutagaol, E.R. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis


Kontak Akibat Kerja Pada Pedagang Ikan di Pasar Tradisional AL-Modern
Gudang Lelang, Teluk Betung, Kota Bandar Lampung. Skripsi. Lampung:
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Ilman, Z.A., Ida, S.,Wiji, A., Ika, R.S. 2017. Perbandingan efektivitas sabun sulfur
10% dengan salep 2-4 sebagai pengobatan tunggal dan kombinasi pada
penyakit skabies. Journal of Agromedicine and Medical Sciences. Vol. 3 (3):
1-5.

Murlistyarini, S., Prawitasari, S. and Setyowatie, L. eds., 2018. Intisari Ilmu


Kesehatan Kulit dan Kelamin. Universitas Brawijaya Press.

Putri, D.D., Furqon, M.T., Perdana, R.S. 2018. Klasifikasi Penyakit Kulit Pada
Manusia Menggunakan Metode Binary Decision Tree Support Vector
Machine (BDTSVM) (Studi Kasus: Puskesmas Dinoyo Kota Malang). Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. Vol. 2 (5): 1912-
1920.

14
Rahmatia, N., Ernawati, T. 2020. Penatalaksanaan Scabies Melalui Pendekatan
Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit. Majority. Vol. 9
(1): 1–8.

Sulistyaningrum, S.K., Nilasari, H., Effendi, E.H. 2012. Penggunaan Asam Salisilat
dalam Dermatologi. J Indon Med Assoc. Vol. 62 (7): 277-284.

15

Anda mungkin juga menyukai