Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

FORMULASI SEDIAAN FACIAL WASH EKSTRAK DAUN BIDARA (Ziziphus Mauritiana L)


MENGANDUNG ANTIOKSIDAN TERHADAP ACNE VULGARIS

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:

Anugrah Aprilinda Saputri; 18031014045; Angkatan 2018

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

MAKASSAR

2021
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN

1. Judul Kegiatan : Formulasi sediaan Facial wash ekstrak daun


bidara (ziziphus mauritiana L) Mengandung
Antioksidan terhadap Acne Vulgaris
2. Bidang Kegiatan : PKM-P

3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Anugrah Aprilinda Saputri


b. NIM : 18031014045
c. Jurusan / Fakultas : Farmasi / Mipa
d. Universitas : Islam Makassar
e. Alamat Rumah dan No Telp./HP : BTN dewi kumalasari blok Af/10/02
085256128084
f. Email : putri210419@gmail.com
4. Anggota Penulis/Pelaksana Kegiatan :-
Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Rusman, S.Si., M.Si., Apt.
b. NIDN : 09180683002
c. Alamat Rumah dan No Telp./HP : Jl.Pajaiiang No.36 Makassar
d. Email :rusman.hasanuddin19@Yahoo.co.id
5. Biaya Kegiatan Total
a. Kemristekdikti : Rp 9.560.000
b. Sumber Lain :-
6. Jangka Waktu Pelaksanaa : 5 Bulan

Makassar, 10-Januari-2021
Menyetujui :
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Ketua Pelaksana Kegiatan
Fakultas MIPA Universitas Islam Makassar

(Hj. Yasnidar Yasir, S.Si., M.Si.) (Anugrah Aprilinda Saputri)


NIP. 19680424 199802 2 001 NIM. 18031014045

Wakil Rektor III Dosen Pendamping,


Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
Universitas Islam Makassar
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ Ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. Iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... Iv
BAB 1. Pendahuluan...................................................................................... 1
BAB 2. Tinjauan Pustaka............................................................................... 3
BAB 3. Metode 6
BAB 4. Biaya dan Jadwal Kegiatan...............................................................
Penelitian.............................................................................. 7
Daftar Pustaka……….................................................................................... 8
Lampiran- 11
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping................
lampiran......................................................................................... 11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan.............................................. 15
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas..... 18
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua 19
Pelaksana.......................................
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada era global ini, pelajar, Mahasiswa dan pekerja kantoran sangat sibuk di bidangnya
masing-masing hingga tidak ada waktu untuk merawat kecantikan wajah. Polusi udara, debu, dan
kotoran dengan mudahnya menempel di wajah dan membuat muka mudah berjerawat. Pada kulit
wajah,salah satu perawatan yang bisa dilakukan adalah dengan mencuci dengan sabun.
Penggunaan tumbuhan obat tradisional sebagai pilihan pengobatan sehari-hari kembali
meningkat, karena obat tradisional terbukti relatif aman apabila cara penggunaannya dengan
dosis yang benar dang dengan indikasi yang tepat sangat jarang menimbulkan efek samping.

Daun bidara (Ziziphus Mauritiana) merupakan salah satu tumbuhan berkhasiat sebagai obat
memiliki kandungan antara lain alkaloid, fenol, flavonoid, saponin, kuercetin, dan terpenoid
flavonoid pada tanaman herbal memiliki efek antiinflamasi, antimikroba dan antioksidan dan
efektif pada kulit wajah berjerawat(Hadizadeh et al., 2009; Hussen et al., 2010; Michel et al.,
2011).

Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Pembuatan sabun telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Metode pembuatan sabun pada
zaman dahulu tidak berbeda jauh dengan metode yang digunakan saat ini, walaupun tentunya
kualitas produk yang dihasilkan saat ini jauh lebih baik. Sabun dibuat dengan metode
saponifikasi yaitu mereaksikan trigliserida dengan soda kaustik (NaOH) sehingga menghasilkan
sabun dan produk samping berupa gliserin. Bahan baku pembuatan sabun dapat berupa lemak
hewani maupun lemak/minyak nabati. Penggunaan sabun dalam kehidupan sehari-hari sudah
tidak asing lagi, terutama sesuai dengan fungsi utamanya yaitu membersihkan. Berbagai jenis
sabun ditawarkan dengan beragam bentuk mulai dari sabun cuci (krim dan bubuk), sabun mandi
(padat dan cair), sabun tangan (cair) serta sabun pembersih peralatan rumah tangga (krim dan
cair). (Apriana, 2013).

Sabun tersusun dari asam lemak, minyak dan lilin, dimana senyawa itu mengandung ikatan
tidak jenuh yang akan mudah teroksidasi. Reaksi tersebut ditandai dengan keluarnya bau tengik
pada sabun. Untuk menjaga kualitas sabun dari reaksi oksidasi diperlukan bahan antioksidan.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat atau mencegah terjadinya oksidasi
pada substrat yang mudah teroksidasi dan telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.
Antioksidan berfungsi sebagai senyawa yang dapat menghambat reaksi radikal bebas penyebab
penyakit karsinogenis, kardiovaskuler dan penuaan dalam tubuh manusia serta menangkal
radikal bebas yang berasal dari polusi, radiasi dan asap rokok. Antioksidan diperlukan karena
tubuh manusia tidak memiliki sistem pertahanan antioksidan yang cukup, sehingga apabila
terjadi paparan radikal berlebihan, maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen (berasal dari
luar). (Muchtadi dalam Arsyad, 2014). Berdasarkan sumbernya antioksidan diperoleh secara
alami
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah sediaan facial wash ekstrak daun bidara (Ziziphus Mauritiana) memiliki aktivitas
antioksidan?
2. Bagaimanakan stabilitas facial wash ekstrak daun bidara setelah diuji busa ?
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sediaan facial wash ekstrak daun bidara (Ziziphus Mauritiana)
memiliki aktivitas antioksidan?
2. Untuk mengetahui stabilitas facial wash ekstrak daun bidara setelah diuji busa ?

1.4 Urgensi dan Manfaat Penelitian

Jerawat merupakan kondisi abnormal kulit akibat gangguan berlebih produksi kelenjar
minyak (sebaceous gland) yang menyebabkan penyumbatan filikel rambut dan porpori kulit
sehingga terjadi peradangan pada kulit. Keaktifan kelenjar minyak dibawah kulit dirangsang
oleh hormone androgen (hormone pertumbuhan). Pengentalan kelenjar minyak terjadi
menutupi selubung rambut, mendesak keluar dalam bentuk lemak kental yang disebut
jerawat. (Harmanto, 2006).

Daun bidara (Ziziphus Mauritiana) merupakan salah satu tumbuhan berkhasiat sebagai
obat memiliki kandungan antara lain alkaloid, fenol, flavonoid, saponin, kuercetin, dan
terpenoid flavonoid pada tanaman herbal memiliki efek antiinflamasi, antimikroba dan
antioksidan dan efektif pada kulit wajah berjerawat(Hadizadeh et al., 2009; Hussen et al.,
2010; Michel et al., 2011).

1.5 Luaran yang Diharapkan

1. Publikasi jurnal ilmiah


2. Produk Sediaan facial wash sebagai antioksidan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Acne Vulgaris

Acne vulgaris atau disebut dengan jerawat merupakan penyakit kulit obstruktif dan
inflamatif kronik pada unit polisebasea yang sering terjadi pada masa remaja (Movita, 2013).
Jerawat dapat berbentuk seperti komedo, papul, pustul hingga nodus dan jaringan parut sehingga
disebut dermatosis polimorfik dan memiliki peranan poligenetik (Cunliffe and Gollnick, 2001).
Menurut Mitsui (1997), jerawat dapat disebabkan karena faktor hormonal, makanan, kosmetik
dan infeksi bakteri. Bakteri penyebab jerawat yaitu Staphylococcus epidermidis.

Keberadaan mikroorganisme ditubuh manusia juga mempengaruhi munculnya jerawat


karena kebanyakan bakteri kulit dijumpai pada epitilum (lapisan luar bersisik), membentuk
koloni pada permukaan sel-sel mati (aerobic) dan didalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-
bakteri anaerob lipolitik, seperti Staphylococcus epidermidis yang bersifat nonpatogen pada kulit
namun dapat menimbulkan penyakit, termasuk jerawat akibat lipase Staphylococcus epidermidis
melepaskan asam –asam lemak dari lipid dan dan menyebabkan iritasi jaringan (Naturoks, 2009)

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram positif dengan bentuk sel yang
bulat, memiliki koloni berwarna putih atau kuning dan bersifat anaerob fakultatif (Radjii, 2009).
Staphylococcus epidermidis terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka. Bakteri ini dapat
menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam
jaringan (Brooks et al., 2005).

Upaya pencegahan dengan mengurangi jumlah jerawat pada wajah pada permukaan kulit
dapat digunakan tumbuhan tradisional yang berkhasiat sebagai obat. Obat Tradisional yang
berasal dari tumbuhan rimpang, batang, buah, dan daun atau bunga (Sukmono, 2009). Obat
tradisional adalah suatu ramuan atau bahan yang telah digunakan untuk pengobatan, yang berasal
dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut (Depkes
RI, 2000).

Salah satu Tumbuhan yang berkhasiat obat adalah Tumbuhan Bidara (Ziziphus Mauritiana).
Daun bidara (Ziziphus Mauritiana) memiliki kandungan antara lain alkaloid, fenol, flavonoid,
saponin, kuercetin, dan terpenoid (Hadizadeh et al., 2009; Hussen et al., 2010; Michel et al.,
2011).

2.2 Daun Bidara (Ziziphus Mauritiana)

Di indonesia Bidara yang memiliki nama Latin Ziziphus Mauritiana L dikenal dengan
beberapa nama daerah yaitu Widara (Jawa, sunda), Rangga (Bima), Kalangga (sumba), Bekul
(Bali) (Heyne, 1987). Tanaman bidara (Ziziphus Mauritiana L) adalah sejenis pohon kecil yang
selalu hijau, penghasil buah yang tumbuh di daerah afrika utara dan tropis serta asia barat,
tumbuh di Israel di lembah-lembah sampai ketinggian 500 mdpl. Khususnya di Indonesia
tanaman ini banyak tumbuh di daerah sumbawa (Nusa Tenggara Barat) (Heyne, 1987). Bidara
banyak digunakan dalam pengobatan tradisional antara lain semua bagiannya (daun, buah, biji,
akar, dan batang).

Ziziphus Mauritiana L adalah Tumbuhan semak atau pohon berduri dengan tinggi hingga 15
m, diameter batang 40 cm atau lebih. Kulit batang abu abu gelap atau hitam, pecah-pecah tidak
beraturan. Daun tunggal dan berselang-seling, memiliki panjang 4-6 cm dan lebar2,5 -4,5 cm.
tangkai daun berbulu dan pada pinggiran daun terdapat gigi yang halus. Buah berbiji satu, bulat
sampai bulat telur ukuran kira-kira 6X4 cm, kulit buah halus atau kasar, mengkilap berwarna
kekuningan sampai kemerahan atau kehitaman, daging buah putih, renyah agak asam hingga
manis (Goyat el, 2012).

Klasifikasi Tumbuhan Bidara Menurut (Backer and Brink, 1965):


Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Rosales
Famili : Rhammaceae
Genus : Ziziphus
Spesies : Ziziphus Mauritiana L

Tanaman daun bidara memiliki senyawa saponin yang kaya akan manfaat. Senyawa saponin
merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu terdiri dari senyawa hasil kondensasi suatu gula
dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula
(glikon) dan non-gula (aglikon). Struktur saponin tersebut menyebabkan saponin bersifat seperti
sabun atau deterjen sehingga saponin dise but sebagai surfaktan alami (nama saponin diambil
dari sifat utama ini yaitu “sapo” dalam bahasa latin yaitu sabun (Hawley, 2004 dan Calabria,
2008). Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metode ekstraksi. daun bidara (Ziziphus
mauritiana Lam) untuk mengatasi masalah kecantikan seperti mengatasi jerawat, keriput dan
lingkaran hitam pada bawah mata (Fauziah Nugraha, 2016).

Berdasakan hasil penelusuran pustaka yang didapat dan masalah yang ada sehingga perlu
dilakukan penelitian untuk melihat adanya senyawa saponin yang terdapat pada daun bidara dari
ekstrak etil asetat. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi total menggunakan pelarut etil
asetat kemudian dilanjutkan pengidentifikasian gugus fungsi senyawa saponin dalam daun bidara
dengan Fourier transform infra red (FTIR) dan pengujian senyawa saponin berdasarkan bobot
molekul (BM) dengan gas chromatography-mass spectroscopy (GC-MS) sebagai data
pendukung dari data FTIR. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya buih atau busa
dimana daun Bidara (Ziziphus mauritiana Lam.) ini positif mengandung saponin.Timbulnya busa
pada uji ini.

Antioksidan ialah suatu inhibitor yang digunakan untuk menghambat autooksidasi. Inhibitor
radikal bebas menghambat suatu reaksi radikal bebas dengan membentuk reaksi radikal bebas
tak reaktif dan relatif stabil. Salah satu sumber antioksidan alami berasal dari tumbuhan.
Tumbuhan mengandung senyawa yang mempunyai aktvitas sebagai antioksidan salah satunya
adalah senyawa flavonoid14. Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang dapat menghambat
banyak reaksi oksidasi. Flavonoid memiliki kemampuan sebagai antioksidan karena mampu
mentransfer sebuah elektron kepada senyawa radikal bebas. Tubuh manusia secara alami
memilki sistem antioksidan untuk menangkal reaktivitas radikal bebas secara berkelanjutan,
namun jika jumlah radikal bebas dalam tubuh berlebih maka dibutuhkan antioksidan tambahan
yang diperoleh dari asupan makanan yaitu vitamin C, vitamin E, flavonoid, dan karotin3. Salah
satu tanaman yang berpotensi sebagai antioksidan adalah bidara (Ziziphus spina-christi L.).
Tanaman Bidara (Ziziphus spina-christi L.) memiliki kandungan fenolat dan flavonoid yang kaya
akan manfaat biologis antara lain; antioksidan, antiinflamasi, antimikroba.

Manfaat yang lain yaitu daun bidara dapat menghasilkan busa jika diremas, dan
menghasilkan aroma yang sangat wangi seperti sabun dan digunakan untuk memandikan orang
yang sakit demam. Tanaman daun bidara dalam hukum islam disunahkan untuk digunakan
memandikan jenazah. Seperti yang dijelaskan dalam penelitian sebelumnya kandungan kimia
yang berperan sebagai pengobatan dalam tanaman bidara antara lain alkaloid, fenol, flavonoid,
saponin, kuercetin, dan terpenoid yang berfungsi sebagai antibakteri (Hadizadeh et al., 2009;
Hussen et al., 2010; Michel et al., 2011).

1. Flavonoid mengandung lima belas atom karbon dalam inti dasarnya mempunyai struktur
C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga atom karbon yang
merupakan rantai alifatik. Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang
difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat
dengannya. Sebagian besar tanin berasal dari flavonoid sehingga merupakan salah satu
golongan fenol alam yang terbesar (Markham, 1988).

Flavonoid mencakup banyak pigmen dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai
dari fungus sampai angiospermae. Flavonoid mempunyai banyak fungsi dalam tubuh
tumbuhan. Beberapa fungsi utamanya adalah untuk tumbuhan yaitu pengaturan tumbuh,
pengaturan fotosintesis, kerja antimikroba, antivirus dan anti serangga (Robinson, 1995).

2. Tanin terdapat luas pada tumbuhan berpembuluh. Tanin dapat bereaksi dengan protein
membentuk kopolimer yang tak larut dalam air. Sebagian besar tumbuhan banyak
mengandung tanin rasanya sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan ialah sebagai
penolak hewan pemakan tumbuhan (Robinson, 1995). Berdasarkan identitas inti fenolit
dan cara pembentukannya, tanin dibagi menjadi tiga yaitu tanin yang terhidrolisis, tanin
yang terkondensasi dan tanin kompleks (Trease dan Evans, 1983).

3. Triterpenoid/steroid Triterpenoid merupakan senyawa tanpa warna, berbentuk kristal,


sering kali bertitik leleh tinggi dan optis aktif. Sebagian senyawa triterpenoid juga
merupakan komponen aktif dalam tumbuhan obat, yang berkhasiat sebagai anti diabetes,
gangguan menstruasi, gangguan kulit kerusakan hati dan malaria (Robinson, 1995).

Steroid adalah triterpen yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana


perhidrofenantren. Dahulu steroid dianggap sebagai senyawa satwa (digunakan sebagai
hormon kelamin, asam empedu), tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak
senyawa steroid yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (Harborne, 1987).

4. Saponin Saponin adalah glikosida triterpenoida dan sterol. Senyawa golongan ini banyak
terdapat pada tumbuhan tinggi, merupakan senyawa dengan rasa yang pahit dan mampu
membentuk larutan koloidal dalam air serta menghasilkan busa jika dikocok dalam air.
Aglikon dari saponin sering disebut sebagai sapogenin. Saponin merupakan senyawa
aktif permukaan, bersifat seperti sabun dan dapat diuji berdasarkan kemampuannya
membentuk busa. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau
pada waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan adanya
saponin pada tumbuhan tersebut (Harbone, 1987

2.3 Facial Wash

sabun wajah (Fasial wash) dapat digunakan dalam pencegahan jerawat dengan
menyeimbangkan kelembaban dan mengontrol produksi minyak. Sabun wajah juga dapat
membantu membersihkan kotoran, bakteri, dan sebum yang dapat menyumbat pori-pori kulit
yang menyebabkan wajah terlihat kusam. (palshikar, 2014).

Usaha Facial wash ekstrak daun bidara ini sangat menjanjikan mengingat animo masyarakat
yang tinggi terhadap produk kecantikan wajah. Keuntungan lain diantaranya penggunaan yang
mudah, serta mudah untuk dibilas dan dibersihkan. (Harry,1973).

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu neraca analitik, alumunium foil, oven,
blender, sudip, gelas ukur 1000 mL, tabung reaksi, pipet mohr 10 mL, pipet tetes, penangas air,
erlenmeyer 1000 mL, kertas saring, corong gelas, rotary evaporator, gelas piala 1000 mL,
spektroskopi FT-IR, dan GC-MS.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu daun bidara (Ziziphus mauritania L.)
yang berasal dari daerah Tegal Cabe, kecamatan Citangkil kota Cilegon, aquades, asam klorida 2
N, kloroform, pereaksi Lieberman Burchard (LB), metanol, dan etil asetat.

3.2. Preparasi sampel

Sampel daun bidara dibersihkan dengan air, dirajam kemudian dikeringkan di udara
terbuka selama 2 hari, kemudian dilanjutkan pengeringan menggunakan oven pada suhu 40 oC
selama 7 jam. Setelah kering dihancurkan menggunakan blender agar didapatkan serbuk sampel
atau simplisia.

3.3 Uji pendahuluan

3.3.1 Uji busa

Sampel daun bidara sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah
berisikan aquades 10 mL, kemudian dikocok dan ditambahkan satu tetes larutan asam klorida 2
N. Tabung reaksi tersebut didiamkan dan diperhatikan ada atau tidak adanya busa stabil. Sampel
mengandung saponin jika terbentuk busa stabil dengan ketinggian 1-3 cm selama 30 detik.

3.3.2 Uji warna

Sampel sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisikan
kloroform 10 mL, dipanaskan selama 5 menit dengan penangas air sambil dikocok. Kemudian
ditambahkan beberapa tetes pereaksi Lieberman Burchard (LB). Jika terbentuk cincin coklat atau
violet maka menunjukkan adanya saponin triterpen, sedangkan warna hijau atau biru
menunjukkan adanya saponin steroid.
3.4 Ekstraksi sampel

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etil asetat. Sebanyak
100 gram sampel daun bidara dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian direndam dengan etil
asetat sebanyak 600 mL. Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan didiamkan selama 3
hari dengan sesekali dikocok. Kemudian hasil ekstrak disaring untuk memperoleh hasil filtrat I
dan sampel yang telah diekstrak (ampas). Ampas diekstrak kembali dengan etil asetat sebanyak
400 mL dan didiamkan selama 2 hari dengan sesekali dikocok. Hasil ekstrak (filtrat II)
dicampurkan dengan filtrat I, kemudian dievaporasi pada suhu 40 oC hingga diperoleh ekstrak
kental.

3.5 Analisis FTIR dan GC-MS


Identifikasi dilakukan dengan cara diambil sedikit sampel ekstrak yang mengandung saponin
dengan menggunakan sudip kemudian diidentifikasi dengan spektrofotometer FTIR dengan
bilangan gelombang 4000-400 cm-1. Identifikasi menggunakan GC-MS dengan cara
mencocokan bobot molekul dan pola fragmentasi dari senyawa yang diuji pada library system
GC-MS, diperkuat dengan referensi bobot molekul senyawa aktif saponin berdasarkan literatur.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)

1. Peralatan Penunjang, meliputi alat-alat dasar dan 3.500.000


alat-alat penunjang dalam penelitian (50,2 %)

2. Bahan Habis Pakai, meliputi bahan dasar utama 850.000


dan bahan penunjangdalampenelitian (9,7 %)

3. Perjalanan, meliputi biayatransportasi dalam 3.980.000


kota, antarkota dan seminar nasional (25,3%)

4. Lain-lain,meliputi biaya administrasi, publikasi, 1.230.000


laporan, dan konsumsi (14,8%)

Total Rp. 9.560.000 (Sembilan juta lima ratus enam puluh ribu
rupiah)
4.2 jadwal Kegiatan

Jangka Waktu (Bulan)


Tahapan Pelaksanaan
1 2 3 4 5

Penyiapan alat dan bahan

Pengambilan sampel

Pembuatan ekstrak
DAFTAR
Pengujian PUSTAKA
Analisis FTIR dan GC-MS

Anggaran biaya

Jadwal kegiatan

Laporan hasil penelitian


Baud GS, Sangi MS, & Koleangan HSJ. 2014. Analisis senyawa metabolit sekunder dan uji
toksisitas ekstrak etanol batang tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli L.). dengan
metode brine shrimp lethal ity test (BSLT). UNSRAT vol 14/2, 2014, 106-112.

Calabria LM. 2008. The isolation and characterization of triterpene saponins from silphium and
the shemosystematic and biological significance of saponins in the asteraceae. ProQuest.
Hadizadeh I, Peivastegan B, & Kolahi M. 2009. Antrifungal activity of nettle (Urica
diocal L), colocynt (Citrullus colocynthes L. Schrad), oleasnde (Nerium oleander L.) and
konar (Ziziphus spina-christi L.) extracs on plant pathogenic fungi. Pakistan journal of
biological sciences: PJBS 2009: 12 (1) ; 58-63.

Hawley TS, & Hawley RG. 2004. Flow cytometry protocols. Humana Press, Inc.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.

Hussen MH, El-sayed ME, & Said AA. 2010. Antihyperglycemic, antihyperlipidemic and
antioxidant effects of Ziziphus spina-christi L. and Ziziphus jujuba in alloxan rats. Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Khamikov B,
Tseng LH,

Godejohan M, Bak S, & Engelsen SB. 2016. Screening for triterpenoid saponins in plant using
hyphenated analytical platforms. Molecules 2016, 21, 1614; Page 13 of 19.

Michel GC, Nasseem ID, & Ismail F. 2011. Antidiabetik activity and stability study of the
formulated leaf extract of Ziziphus spina-christi with the influence of seasonal variation.
Journal of Ethnopharmacology. 2011: 133 (1); 53-62.

Anda mungkin juga menyukai