SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
LISA FIZHILALIN
1113102000033
Tanda Tangan :
Disetujui oleh
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Ciputat
Tanggal : 14 Desember 2017
Kata kunci : Musa balbisiana BBB, bonggol pisang, kapang endofit, difusi
cakram, aktivitas antibakteri
Banana humps are known to have antibacterial activity. Banana hump obtained
after cutting down the tree so that it is may reduce biodiversity. Endophytic mold
on banana hump potentially be used as an alternative for obtaining secondary
metabolites because it is similar to the the host. So it is important to test the
antibacterial activity of endophytic mold on the banana hump. This study aims to
isolate, selecting, and antibacterial activity from endophytic mold of banana hump
against Staphylococcus aureus ATCC 25923 and Shigella dysenteriae ATCC
13313. The method used to the antibacterial activity was disc diffusion method or
Kirby-Bauer. Bassed on these result obtained 3 isolates of banana hump, which is
isolates BMB1, BMB2, and BMB3. Based on the test result of antibacterial
activity of n-hexane, ethyl acetate, and methanol fraction from all three isolates is
active against bacteria test. It can be concluded that endophytic mold of banana
hump from M. balbisiana BBB has potential as an antibacterial.
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang memberikan petunjuk bagi umat
manusia, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di hari akhir.
Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Antibakteri Isolat Kapang Endofit dari
Bonggol Tanaman Pisang Kepok (Musa balbisiana BBB) terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Shigella dysenteriae ATCC 13313” ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mendapat doa,
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Atiek Soemiati, M.Si., Apt. selaku pembimbing pertama dan Bapak
Saiful Bahri, M.Si. selaku pembimbing kedua yang senantiasa memberikan
arahan, dukungan, semangat, saran, dan solusi selama melaksanakan
penelitian dan penyelesaian skripsi ini. Semoga segala bantuan dan bimbingan
Ibu dan Bapak mendapatkan imbalan yang lebih baik di sisi Allah SWT.
2. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Eka Putri, M.Si., Apt selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan dan saran selama perkuliahan.
5. Bapak dan Ibu dosen Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan
ilmu dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis.
Penulis
ABSTRAK ........................................................................................................ v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
LAMPIRAN ...................................................................................................... 51
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Bonggol Pisang Per 100 G Bahan ......................... 6
Tabel 2.2 Beberapa Ciri Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif ...................... 12
Tabel 4.1 Daftar Isolat Kapang Endofit M. balbisiana BBB ............................. 29
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Mikroskopik Bakteri Uji ....................................... 32
Tabel 4.3 Hasil Uji Skrining Kapang Endofit .................................................... 33
Tabel 4.4 Jumlah Supernatan dan Biomassa Hasil Fermentasi
Isolat Kapang Endofit Bonggol M. balbisiana BBB .......................... 39
Tabel 4.5 Bobot Ekstrak Isolat Kapang Endofit Bonggol
M. balbisiana BBB ............................................................................. 40
Tabel 4.6 Hasil Zona Hambat Ekstrak Isolat Kapang
Endofit Bonggol M. balbisiana BBB ................................................. 42
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi Tanaman pisang kepok adalah sebagai berikut
(Tjitrosoepomo, 1998) :
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa balbisiana
lalu buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang
disebut bonggol. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat
partenokarpi. Daun pisang letaknya tersebar, helaian daun berbentuk
lanset memanjang yang panjangnya antara 30-40 cm. Daun yang paling
muda terbentuk di bagian tengah tanaman, keluarnya menggulung dan
terus tumbuh memanjang kemudian secara progesif membuka. Helaian
daun bentuknya lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar
30-70 cm, permukaan bawah daun berlilin, tulang tengah penopang jelas
disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip. Bentuk
buahnya agak pipih sehingga kadang disebut dengan nama pisang
gepeng. Berat per tandan bisa mencapai 14-22 kg dengan jumlah sisir
10-16. Bila matang kulit buahnya akan berwarna kuning penuh
(Suyanti, 2008).
senyawa fenol seperti saponin dalam jumlah yang banyak, glikosida dan
tanin. Organ pelepah pisang memiliki kandungan metabolit sekunder
saponin dalam jumlah banyak, flavonoid dan tanin. Organ jantung
pisang mengandung alkaloid, saponin, tanin, flavonoid dan total fenol.
Buah mengandung alkaloid (salsolinol), terpenoid (cycloeucalenol,
cycloeucalenone), sterol (cycloartenol, obtusifoliol, sitoindoside,
palmitat, Beta-sitosterol, campesterol, isofucisterol, stigmasterol),
flavonoid (kaempferol, quercetin, rutin), elemen (kadmium, kobalt,
kromium, mangan, molibdenum, nikel, fosfor, rubidium, selenium dan
zink).
Seperti yang diketahui bahwa alkaloid mempunyai aktivitas
antibakteri berhubungan dengan tingginya senyawa aromatik kuartener
dari alkaloid yang berkontribusi untuk membentuk interkhelat dengan
DNA bakteri. Tanin mempunyai aktivitas antibakteri melalui aksi
molekulernya yaitu dengan membentuk kompleks dengan protein
melalui ikatan hidrogen dan ikatan hidrofobik. Sementara itu senyawa
metabolit sekunder flavonoid mempunyai aktivitas antibakteri dengan
cara mengganggu fungsi metabolisme mikroorganisme dengan merusak
dinding sel dan mendenaturasi protease sel mikroorganisme
(Ningsih & Agustien, 2013).
2.2 Fungi
Fungi merupakan organisme kemoheterotrof yang membutuhkan
senyawa organik untuk nutrisinya. Jika fungi hidup dari organisme mati
disebut saprofit yang berfungsi mendekomposisi sisa-sisa tumbuhan dan
hewan yang kompleks dan menguraikannya menjadi zat yang lebih sederhana.
Fungi terdiri dari kapang (mold), khamir (yeast), dan cendawan (mushroom).
Khamir merupakan fungi bersel satu (uniseluler), tidak berfilamen, berbentuk
oval atau bulat, tidak berflagela, dan berukuran lebih besar dibandingkan sel
bakteri, dengan lebar berkisar 1-5 mm dan panjang berkisar 5-30 mm
(Pratiwi, 2008). Kapang merupakan fungi berfilamen dan multiseluler
(Kumala, 2014).
2.2.1 Kapang
Kapang dibedakan menjadi dua bagian yaitu miselium dan spora.
Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang disebut hifa.
Bagian dari hifa yang berfungsi untuk mendapatkan nutrisi disebut hifa
vegetatif. Bagian hifa yang berfungsi sebagai alat reproduksi disebut hifa
reproduktif. Macam-macam morfologi hifa antara lain:
a. Aseptat (coenocytic hypha), yaitu hifa yang tidak memiliki dinding
sekat (septa).
b. Septet hifa (hifa bersekat) dengan sel-sel uninukleat. Septa membagi
hifa menjadi ruang-ruang yang berisi 1 inti, dan tiap sekat terdapat
pori-pori yang memungkinkan perpindahan inti dan sitoplasma dari
satu ruang ke ruang lainnya.
c. Septa dengan ruang-ruang yang berisi lebih dari 1 inti (multinukleat)
(Pratiwi, 2008).
2.3 Bakteri
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak
memiliki selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki
informasi genetik berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus
(nukleus) dan tidak ada membran inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler,
panjang dan biasa disebut nukleoid. Pada DNA bakteri tidak mempunyai
intron dan hanya tersusun atas akson saja. Bakteri juga memiliki DNA
ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan
sirkuler (Jawetz, 2004). Sebagian bakteri memiliki diameter dengan ukuran
0,2-2,0 mm dan panjang berkisar 2-8 mm. Bakteri memiliki berbagai bentuk
morfologinya, antara lain kokus (bulat atau oval), basil (lonjong), dan spiral
(Pratiwi, 2008).
a. Fase Lag
Pada fase ini terjadi penyesuaian bakteri terhadap lingkungan yang
baru. Lama fase lag pada bakteri sangat bervariasi, tergantung pada
komposisi media, pH, suhu, aerasi, jumlah sel pada inokulum awal, dan
sifat fisiologis mikroorganisme pada media sebelumnya.
b. Fase Eksponensial
Pada fase ini ditandai dengan terjadinya periode pertumbuhan yang
cepat. Variasi derajat pertumbuhan bakteri pada fase eksponensial ini
sangat dipengaruhi oleh sifat genetik yang diturunkannya. Selain itu,
derajat pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kadar nutrien dalam media,
suhu inkubasi, kondisi pH dan aerasi. Ketika derajat pertumbuhan bakteri
telah menghasilkan populasi yang maksimum, maka akan terjadi
keseimbangan antara jumlah sel yang mati dan jumlah sel yang hidup.
c. Fase Stasioner
Pada fase ini, laju pertumbuhan bakteri sama dengan laju
kematiannya, sehingga jumlah bakteri keseluruhan akan tetap.
Keseimbangan jumlah keseluruhan bakteri ini terjadi karena adanya
pengurangan derajat pembelahan sel. Hal ini disebabkan oleh kadar nutrisi
yang berkurang dan terjadi akumulasi produk toksik sehingga
mengganggu pembelahan sel.
d. Fase Kematian
Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian
yang disebabkan karena nutrient di dalam medium sudah habis, ataupun
energi cadangan di dalam sel sudah habis. Kecepatan kematian bergantung
pada kondisi nutrient, lingkungan, dan jenis mikroba (Volk dan Wheleer,
1993).
Tabel 2.2 Beberapa Ciri Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif
Perbedaan Relatif
Ciri
Gram positif Gram negatif
Struktur dinding sel Tebal 15-80 nm Tipis 10-15 nm
b. E-test
Metode ini digunakan untuk mengestimasi KHM (kadar hambat
minimum). KHM merupakan konsentrasi minimal suatu agen
antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
(Pratiwi, 2008).
c. Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang
diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar
dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur. Mikroba uji
(maksimum 6 macam) digoreskan ke arah parit yang berisi agen
antimikroba (Pratiwi, 2008).
d. Cup-plate technique
Metode ini dibuat sumur pada media agar yang ditanami dengan
mikroorganisme. Pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang
akan diuji (Pratiwi, 2008).
e. Gradient-plate technique
Pada metode ini, konsentrasi agen antimikroba pada media
bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji
ditambahkan. Campuran kemudian dituang ke dalam cawan petri dan
diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya dituang
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Spesies : Shigella dysenteriae
S. dysenteriae merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang,
tidak berflagel, dan ukuran 0,5-0,7 μm x 2-3 μm. Sifat pertumbuhan
adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH pertumbuhan 6,4-7,8, suhu
pertumbuhan optimum 37oC (Syarurachman, 1994).
Bakteri ini dapat menyebabkan disentri basiler. Disentri basiler
atau shigellosis merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi di kolon.
Disentri ditandai dengan diare cair akut (tinja bercampur darah, lendir,
dan nanah). Pada umumnya disertai demam, nyeri perut, dan tenesmus
(Sya’roni, 2009).
2.7 Kloramfenikol
Karakteristik kloramfenikol adalah sebagai berikut (Farmakope
Indonesia, 2014):
1. Struktur
3.2 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: cawan petri
(Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), labu Erlenmeyer (Schott Duran), beaker glass
(Schoot Duran), gelas ukur (Pyrex), batang L, kaca objek, cover glass, pipet
tetes, spatula, pisau bedah, pinset, jarum ose, tissue steril, kertas saring, kertas
perkamen, jangka sorong (Trickle), pH indikator, plastic wrap, alumunium
foil, mikropipet dan tip (Bio Rad), laminar air flow cabinet, timbangan
analitik (Scout Pro, inkubator (Memmert, autoklaf otomatis (ALP), autoklaf
(All American), oven (Memmert), hot plate (Thermo Scientific), magnetic
stirrer, bunsen, fermentation shaker (IKA), sentrifus (Hettich Zentrifugen
(EBA 20), vortex (Thermolyne), paper disc 6 mm (Oxoid), mikroskop cahaya
(Olympus), dan alat-alat gelas lain yang biasa digunakan di laboratorium
mikrobiologi.
3.3 Bahan
3.3.1 Tanaman Uji
Bahan tanaman yang digunakan yaitu bagian bonggol tanaman
pisang kepok. Sebanyak 1 bonggol pisang diperoleh dari kebun di
daerah Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Tanaman yang dijadikan
sampel adalah tanaman pisang yang belum berbuah dan sehat. Kriteria
tanaman yang sehat ditentukan berdasarkan pengamatan karakteristik
secara langsung seperti tanaman tidak memiliki gejala terserang
penyakit atau kekurangan unsur hara dan dapat berproduksi maksimal
3.3.3 Medium
Potato dextrose agar (Merck), nutrient agar (Merck), Mueller
Hinton agar (Oxoid), kalsium karbonat (CaCO3), kentang, dextrose
(Merck) dan yeast extract (Merck).
b. Mikroskopik
Untuk karakterisasi mikroskopis dilakukan dengan cara
pemeriksaan preparat kapang endofit menggunakan zat warna
methylene blue. Cawan petri yang berisi tissue, object glass (kaca
objek), dan cover glass (kaca penutup) disterilisasikan terlebih
dahulu. Kemudian tissue dibasahi dengan aquades steril sehingga
suasana dalam cawan petri menjadi lembab. Kaca objek ditetesi
medium PDA steril biarkan memadat, setelah itu dengan
menggunakan jarum ose diambil sedikit meselium kapang,
diletakan diatas kaca objek, setelah itu ditutup dengan
menggunakan kaca penutup secara perlahan-lahan lalu inkubasi
pada suhu kamar selama 3-5 hari morfologi kapang diamati dengan
menggunakan mikroskop (Kumala & Pratiwi, 2014).
3.5.7 Fermentasi
Kapang endofit yang telah murni ditumbuhkan kembali pada
media PDA selama 7 hari. Kemudian diambil dengan sedotan steril
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.1 Hasil Tampak Depan Isolasi Kapang Endofit Bonggol
M. balbisiana BBB
(a) Isolat BMB1
(b) Isolat BMB2
(c) Isolat BMB3
(d) Kontrol negatif
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.2 Hasil Tampak Belakang Isolasi Kapang Endofit Bonggol M.
balbisiana BBB
(a) Isolat BMB1 pada cawan 1
(b) Isolat BMB2 pada cawan 2
(c) Isolat BMB3 pada cawan 3
(d) Kontrol negatif
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
bawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 1000 kali (Kumala, 2014;
Pratiwi, 2008).
Berdasarkan hasil pewarnaan bakteri, didapatkan bahwa bakteri S.
aureus ATCC 25923 memiliki warna ungu dari kristal violet sehingga
merupakan bakteri Gram positif, sedangkan bakteri S. dysenteriae ATCC
13313 berwarna merah sehingga merupakan bakteri Gram negatif. Hasil
pewarnaan bakteri dapat dilihat pada tabel 4.2 dan gambar 4.3.
(a) (b)
Gambar 4.3 Hasil Pengamatan Mikroskopik Bakteri Uji Perbesaran 1000x
(a) S. aureus ATCC 25923
(b) S. dysenteriae ATCC 13313
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
Perbedaan warna antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif
disebabkan oleh adanya perbedaan struktur pada dinding selnya. Dinding sel
bakteri banyak mengandung peptidoglikan, sedangkan dinding bakteri Gram
negatif banyak mengandung lipopolisakarida. Kompleks kristal violet-lugol
yang masuk ke dalam sel bakteri Gram positif tidak dapat tercuci oleh alkohol
karena adanya lapisan peptidoglikan yang kokoh pada dinding sel, sedangkan
pada bakteri Gram negatif, alkohol akan merusak lapisan lipopolisakarida
sehingga kompleks kristal violet-lugol pada bakteri Gram negatif dapat tercuci
dan menyebabkan sel bakteri tampak transparan dan akan berwarna merah
setelah ditetesi safranin (Pratiwi, 2008).
BMB1
BMB1
BMB3
BMB2
BMB3
BMB2
(a) (b)
Gambar 4.4 Hasil Skrining Isolat Kapang Endofit
(a) S. aureus ATCC 25923
(b) S. dysenteriae ATCC 13313
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
(a) (b)
Keterangan:
a. hifa
b. konidia
(c)
Gambar 4.5 Hasil Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis Isolat BMB1
(a) Isolat BMB1 hari ke-7 tampak depan
(b) Isolat BMB1 hari ke-7 tampak belakang
(c) Isolat BMB1 secara mikroskopik perbesaran 400x
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
b. Isolat BMB2
Karakterisasi makroskopis meliputi permukaan koloni berwarna
putih, warna sebalik putih kekuningan, memiliki garis radial, tekstur
seperti kapas, tepi rata, memiliki tetes eksudat berwarna coklat setelah hari
ke-7, diameter koloni 8,4 cm pada hari ke-7. Hasil pengamatan
mikroskopis antara lain isolat BMB2 memiliki hifa yang tidak bersekat
dengan bentuk konidia berbentuk semibulat. Berdasarkan karakterisasi
tersebut diperkirakan genus isolat BMB2 adalah Humicola sp (Gandjar
dkk, 1999). Kapang dengan genus Humicola tergolong kapang termofilik
yang dapat tumbuh dengan baik dan bersporulasi pada suhu hingga 40oC
(a) (b)
Keterangan:
a. hifa
b. konidia
(c)
Gambar 4.6 Hasil Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis Isolat BMB2
(a) Isolat BMB2 hari ke-7 tampak depan
(b) Isolat BMB2 hari ke-7 tampak belakang
(c) Isolat BMB2 secara mikroskopik perbesaran 400x
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
c. Isolat BMB3
Karakterisasi makroskopis meliputi prmukaan koloni berwarna abu-
abu kecoklatan, warna sebalik coklat, tekstur seperti beludru. Diameter
koloni 8,1 cm pada hari ke-7. Memiliki zonasi dengan bagian tepi
berwarna putih. Pada hasil mikroskopis isolat BMB3 memiliki hifa yang
bersekat dan konidia bergerombol. Berdasarkan karakterisasi tersebut
diperkirakan genus isolat BMB3 adalah Acremonium sp (Gandjar dkk,
1999). Salah satu spesies dari genus ini adalah Acremonium chryogenum
yang dapat menghasilkan sefalosporin C yaitu antibiotik golongan β-
lactam melalui fermentasi cair (Prabandari, 2017). Hasil karakterisasi
isolat BMB3 terdapat pada Gambar 4.6.
(a) (b)
Keterangan:
a. konidia
b. sekat pada hifa
(c)
Gambar 4.7 Hasil Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis Isolat BMB3
(a) Isolat BMB3 hari ke-7 tampak depan
(b) Isolat BMB3 hari ke-7 tampak belakang
(c) Isolat BMB3 secara mikroskopik perbesaran 400x
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
4.6 Fermentasi
Produk metabolit sekunder dari kapang endofit dapat diperoleh dari hasil
fermentasi. Hasil dari fermentasi tersebut dapat dilakukan pengujian berbagai
aktivitas biologik. Kapang endofit yang memiliki aktivitas antibakteri pada
proses seleksi kemudian dilakukan fermentasi. Fermentasi tersebut dilakukan
menggunakan media Potato Dextrose Yeast Broth (PDY Broth). Kapang
endofit yang telah diremajakan selama 7 hari diambil dengan sedotan steril 1
cm sebanyak 5 cuplikan. Isolat kapang endofit ditumbuhkan pada medium
PDY sebanyak 50 ml dalam labu Erlenmeyer 250 ml dengan total media pada
masing-masing isolat 300 ml, kemudian diinkubasi selama 7 hari pada
rotatory shaker dengan kecepatan 120 rpm suhu 27oC. Setelah itu biomassa
dan supernatan dipisahkan (Kumala & Pratiwi, 2014).
Fermentasi media cair disebut kultur terendam yang umumnya
memerlukan aerasi dan agitasi sehingga dalam metode fermentasi pada
penelitian ini menggunakan rotatory shaker. Aerasi bertujuan agar pasokan
oksigen cukup memadai, untuk mempertahankan kondisi aerobik dan
membuang gas karbon dioksida yang dihasilkan selama fermentasi. Agitasi
bertujuan meratakan penyebaran mikroorganisme, nutrisi, dan oksigen di
dalam medium (Kumala, 2014). Fermentasi pada penelitian ini dilakukan pada
medium cair. Fermentasi pada medium cair akan meningkatkan kontak antara
kapang dan nutrien lebih optimal karena seluruh bagian kapang berada di
dalam medium tersebut. Penyerapan nutrien yang lebih banyak akan membuat
kapang menghasilkan metabolit sekunder yang lebih banyak (Listiandiani,
2011).
Berdasarkan hasil fermentasi didapatkan supernatan dan biomassa
dengan warna dan bentuk yang berbeda pada masing-masing isolat. Isolat
BMB1 dan BMB2 memiliki supernatan berwarna kuning, sedangkan isolat
BMB3 memiliki supernatan berwarna coklat seperti yang tertera pada Gambar
4.8. Biomassa pada isolat BMB1 berwarna hitam, BMB2 berwarna krem, dan
BMB3 berwarna putih kekuningan seperti yang tertera pada Gambar 4.9. Hal
ini dikarenakan perbedaan karakteristik pada masing-masing isolat. Jumlah
supernatan dan biomassa hasil fermentasi isolat kapang endofit terdapat pada
Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Jumlah Supernatan dan Biomassa Hasil Fermentasi Isolat Kapang
Endofit Bonggol M. balbisiana BBB
No. Isolat Supernatan Biomassa
1. BMB1 270 ml 12,1355 gram
2. BMB2 194 ml 38,5056 gram
3. BMB3 281 ml 23,6782 gram
Tabel 4.4 Bobot Ekstrak Isolat Kapang Endofit Bonggol M. balbisiana BBB
No. Isolat N-heksan Etil Asetat Metanol
1 BMB1 52,3 mg 43,9 mg 135,4 mg
2 BMB2 47,9 mg 36,7 mg 168,5 mg
3 BMB3 63,4 mg 42,8 mg 115,8 mg
Tabel 4.5 Hasil Zona Hambat Ekstrak Isolat Kapang Endofit Bonggol M.
balbisiana BBB
Zona Hambat (mm)
No. Fraksi Isolat S. dysenteriae
S. aureus ATCC 25923
ATCC 13313
1. N-heksan BMB1 6,6 7,2
BMB2 7,4 6,7
BMB3 7 6,2
Kontrol (+) 32,4 26,8
Kontrol (-) - -
isolat BMB2 6,25 mm; dan isolat BMB3 sebesar 6,5 mm dengan zona hambat
pada kontrol positif sebesar 31,6 mm dan tidak terdapat zona hambat pada
kontrol negatif. Pada fraksi metanol zona hambat hanya terdapat pada isolat
BMB1 yaitu 7,6 mm dengan zona hambat pada kontrol positif sebesar 30,75
mm dan tidak terdapat zona hambat pada kontrol negatif.
Fraksi yang memiliki zona hambat pada S. dysenteriae ATCC 13313
yaitu fraksi n-heksan pada isolat BMB1 sebesar 7,2 mm; iolat BMB2 sebesar
6,7 mm; dan isolat BMB3 sebesar 6,2 mm dengan zona hambat pada kontrol
positif sebesar 36,8 mm dan tidak terdapat zona hambat pada kontrol negatif.
Pada fraksi etil asetat terdapat zona hambat pada isolat BMB1 sebesar 6,4
mm; BMB2 sebesar 7,6 mm; dan BMB3 sebesar 6,3 mm dengan zona hambat
pada kontrol positif sebesar 38 mm dan tidak terdapat zona hambat pada
kontrol negatif. Pada fraksi metanol zona hambat hanya terdapat pada isolat
BMB3 sebesar 6,1 mm dengan zona hambat pada kontrol positif sebesar 38
mm dan tidak terdapat zona hambat pada kontrol negatif. Hasil uji aktivitas
antibakteri ekstrak isolat kapang endofit dapat dilihat pada lampiran 11.
Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri tersebut, diameter zona
hambat masuk ke dalam rentang 5-10 mm yang termasuk ke dalam kategori
sedang (Davis & Stout, 1978). Besar kecilnya zona hambat mikroba endofit
terhadap bakteri patogen diduga disebabkan oleh metabolit sekunder yang
dihasilkan oleh isolat mikroba endofit. Semakin tinggi konsentrasi senyawa
antibakteri yang dihasilkan maka semakin besar daya hambat terhadap
pertumbuhan koloni bakteri (Sunariasih dkk, 2014). Diameter zona hambat
ekstrak lebih kecil jika dibandingkan dengan kontrol positif dikarenakan
ekstrak yang digunakan belum senyawa murni. Bakteri yang tumbuh pada
masing-masing cawan tidak rata dikarenakan kelemahan pada metode
McFarland adalah konsentrasi suspensi bakteri berdasarkan kekeruhan yang
diamati hanya secara visual sehingga terkadang konsentrasi suspensi yang
dihasilkan tidak sesuai atau belum mencapai standar kekeruhan McFarland.
Aktivitas dari suatu senyawa antimikroba dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain seperti difusi senyawa antimikroba yang terserap ke dalam
kertas cakram, jumlah inokulum yang terdapat pada medium dan tipe medium
biakkan yang digunakan (Benson, 2001).
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolat kapang endofit
yang diteliti dan dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai spesies dari
isolat kapang endofit.
2. Melakukan pemeriksaan lebih lanjut senyawa bioaktif yang mempunyai
aktivitas antibakteri.
Listiandini, Kirana. 2011. Identifikasi Kapang Endofit ES1, ES2, ES3, dan ES4
dari Broussonetia papyfera Vent. dan Pengujian Aktivitas Antimikroba.
Skripsi Universitas Indonesia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Departemen Biologi Depok.
Mudjajanto, Eddy Setyo & Lilik Kustiyah. 2006. Membuat Aneka Olahan Pisang
Peluang Bisnis yang Menjanjikan. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
NCBI. Shigella dysenteriae.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/genome/?term=Shigella%20dysenteriae%2
Diakses Minggu, 8 Oktober 2017 pukul 20.00.
NCBI. Staphylococcus aureus.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Inf
o&id=1410736&lvl=3&lin=f&keep=1&srchmode=1&unlock Diakses
Minggu, 8 Oktober 2017 pukul 20.00.
Ningsih, A. P., & Agustien, A. 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kental
Tanaman Pisang Kepok Kuning (Musa paradisiaca Linn.) terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal Biologi Universitas
Andalas, 2(3): 207–213. ISSN 2303-2162.
Pelczar, M. J. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press.
Prabandari, Erwahyuni. E., dkk. 2017. Peningkatan Produksi Sefalosporin C dari
Acremonium chrysogenum CB2/11/1.10.6 dengan Optimasi Media
Menggunakan Metode Respon Permukaan. Jurnal Bioteknologi &
Biosains Indonesia 4(1). ISSN 2548-611X.
Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Purwanto. 2011. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Penghambat Polimerisasi HEM
dari Fungi Endofit Tanaman Artemisia annua L. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Rachmayani, R. 2008. Skrining Kapang Endofit Penghasil Antimikroba dan
Antioksidan Dari Ranting dan Daun Tanaman Garcinia mangostana.
Skripsi Universitas Indonesia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Departemen Farmasi Program Sarjana Ekstensi Depok.
Radji, M., Sumiati, A., Rachmayani, R., & Elya, B. 2011. Isolation of fungal
endophytes from Garcinia mangostana and their antibacterial activity.
African Journal of Biotechnology, 10(1), 103–107.
Ramadhan, M.G. 2011. Skrining dan Uji Aktivitas Penghambatan α Glukosidase
dari Kapang Endofit Daun Johar (Cassia siamea Lamk). Skripsi. Program
Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Indonesia. Depok.
Rustanti, M. 2007. Isolasi dan Seleksi Kapang Endofit Penghasil Antimikroba
pada Akar Tanaman Sesoot (Garcinia picrorrhiza Miq). Skripsi Program
Studi Sarjana Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia, Depok.
Safitri, D., & Samingan. 2006. Isolasi Dan Identifikasi Fungi Amilolitik Pada
Bonggol Pisang Kepok. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. (5) 29–35.
Sanders, Erin D. 2012. Aseptic Laboratory Techniques: Plating
Methods. Journal of Visualized Experiments
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4846335/ Diakses pada
Minggu, 8 Oktober 2017 pukul 20.00 WIB.
Saryono, dkk. 2002. Isolasi dan Karakterisasi Jamur Penghasil Inulinase yang
Tumbuh Pada Umbi Dahlia (Dahlia variabilis). Jurnal Natur Indonesia
4(2): 171-177. ISSN 1410-9379.
Setiabudi, R. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi
dan Terapeutik FK UI, Balai Penerbit FK UI: Jakarta.
Siswandono. 2008. Kimia Medisinal Jilid 2. Surabaya: Airlangga University
Press. ISBN 979-8990-56-0.
Sleigh, J., & Timbury, M. (1994). Notes on Medical Bacteriology. Tokyo:
Churchill Livingstone.
Strobel, G., Stinson, M., Ezra, D., Hess, W. M., & Sears, J. 2003. An endophytic
Gliocladium sp. of Eucryphia cordifolia producing selective volatile
antimicrobial compounds. Plant Science, 165(4), 913–922.
Suhartanto, M. Rahmad. 2012. Buku Ajar Teknologi Sehat Budidaya Pisang: Dari
Benih Sampai Pasca Panen. Bogor: Pusat Kajian Hortikultura Tropika.
ISBN 979-979-18361-3-5.
Fermentasi
Sterilisasi permukaan
Sampel
Bilas dengan aquades steril selama 1 menit hingga tiga kali pengulangan
Tanam pada media PDA, inkubasi selama 3-7 hari dengan suhu 27oC
Pemurnian
Peremajaan
Inkubasi selama 7 hari pada rotary shaker dengan kecepatan 120 rpm
dengan suhu 27oC
Ekstraksi
Masing-masing ekstrak
dikentalkan dengan Vaccum
Rotary Evaporator
Kloramfenikol 30 μg
Lampiran 10. Hasil Ekstrak Isolat Kapang Endofit dari Bonggol Tanaman
Pisang Kepok
Isolat
Pelarut
BMB1 BMB2 BMB3
Metanol
Isolat
Pelarut
BMB1 BMB2 BMB3
Etil asetat
Isolat
Pelarut
BMB1 BMB2 BMB3
N-heksan
Lampiran 11. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Isolat Kapang Endofit dari
Bonggol Tanaman Pisang Kepok
Keterangan:
BMB1, BMB2, dan BMB3 Ekstrak isolat kapang endofit dari bonggol
tanaman M. balbisiana BBB yang diserapkan
pada cakram kosong 6 mm
Keterangan:
BMB1, BMB2, dan BMB3 Ekstrak isolat kapang endofit dari bonggol
tanaman M. balbisiana BBB yang diserapkan
pada cakram kosong 6 mm