2303-3401
Volume 7 Nomor 2
Mei, 2018
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas
Tim Editorial Jurnal Kimia Unand
Emil Salim, M.Sc, M.Si
Dr. Syukri
Prof. Dr. Adlis Santoni
Prof. Dr. Rahmiana Zein
Prof. Dr. Syukri Arief
Dr. Mai Efdi
Alamat Sekretariat
Jurusan Kimia FMIPA Unand
Kampus Unand Limau Manis, Padang – 25163
PO. Box 143, Telp./Fax. : (0751) 71 681
Website Jurnal Kimia Unand: www.jurnalsain-unand.com
Corresponding E-mail: salim_emil17@yahoo.com
syukri@fmipa.unand.ac.id
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
DAFTAR ISI
i
8. ANALISIS KUALITAS AIR LAHAN BEKAS TAMBANG BATU BARA 49-55
TERHADAP SIFAT KIMIA (PH DAN KONSENTRASI LOGAM CD, PB,
FE, CU) DAN SIFAT FISIKA (TEMPERATUR, KONDUKTIVITAS, TDS)
DI DANAU BIRU KOTA SAWAHLUNTO
Hermansyah Aziz, Yulizar Yusuf, Mu’ammar Irfan Mawardi*
ii
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Abstrak:Puring (Codiaeum variegatum (L.) Rumph merupakan tanaman yang memiliki tingkat
keragaman yang sangat tinggi baik dalam warna maupun bentuk daun.Selain dapat digunakan
sebagai tanaman hias, puring juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat diantaranya obat
antifungal, antikanker, obat diare berdarah, obat penahan rasa sakit dan sebagai anti influenza.
Uji kualitatif kandungan senyawa metabolit sekunder dari daun puring menunjukkan adanya
flavonoid, fenolik, triterpenoid, steroid dan alkaloid.Kandungan fenolik total yang terdapat pada
ekstrak etanol, fraksi etil asetat, fraksi n-heksana dan fraksi air secara berturut-berturut adalah
0,264; 0,298; 0,144 dan 0,378 mg GAE/mg ekstrak. Aktivitas antioksidan dengan menggunakan
metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas antioksidan dengan
kekuatan sedang,diperoleh nilai IC50 sebesar 245,94 mg/L, fraksi etil asetat dan fraksi air bersifat
kuat antioksidan dengan nilai IC50secara berturut-turut23,80 dan 16,46 mg/L, sedangkan fraksi
n-heksana tidak aktif sebagai antioksidan karena nilai IC50 sebesar 536,15 mg/L. Aktivitas
toksisitas dari ekstrak etanol, fraksi etil asetat, fraksi n-heksana dan fraksi air menunjukkan
bahwa ekstrak dan fraksi tersebut bersifat toksik karena nilai LC 50 yang diperoleh kecil dari 1000
mg/L. Nilai LC50 masing-masing ekstrak dan fraksi secara berturut-turut adalah 79,43; 169,82;
31,62 dan 512,86 mg/L.
Kata kunci: Codiaeum variegatum (L.) Rumph, metabolit sekunder, antioksidan, fenolik
total, toksisitas.
1
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
dilakukan beberapa uji bioaktivitas pada 2.3.3 Larutan besi (III) klorida
daun puring yaitu uji aktivitas antioksidan, Kristal besi (III) klorida ditimbang sebanyak 1
uji toksisitas dan menentukan kandungan gram lalu dimasukkan ke dalam gelas piala,
fenolik totalnya. kemudian dilarutkan dan diencerkan dengan
akuades hingga volume 100 mL.
2
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
3
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
4
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
kemudian dibiarkan sampai semua pelarut Gambar 1. Kurva standar asam galat
mengering. penentuan fenolik total
0.6
3.3 Uji Aktivitas Antioksidan pada Ekstrak
0.4
y = 0.0056x + 0.0379 dan Fraksi Daun Puring
0.2 R² = 0.996 Ekstrak dan fraksi daun puring diuji dengan
0 menggunakan variasi konsentrasi untuk
0 20 40 60 80 100 120 melihat penghambatan (inhibisi) terhadap
radikal bebas pada DPPH.
Konsentrasi (mg/L)
5
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Nilai konsentrasi inhibisi (IC50) masing- senyawa untuk mentransfer atom hidrogen
masing ekstrak daun puring dapat dilihat juga berbeda [13].
pada Tabel 2.
3.4 Uji Toksisitas dengan Metode Brine
Tabel 2. Hasil uji aktivitas pada ekstrak, fraksi Shrimp Lethality Test (BSLT)
daun puring, dan asam askorbat Ekstrak dan hasil fraksinasi diuji
IC50 Aktivitas menggunakan larva Artemia salina dengan
Sampel uji menghitung jumlah kematian larva yang
(mg/L) antioksidan
Ekstrak dikonversikan ke dalam data nilai probit.
245,94 Sedang Hasil uji toksisitas pada ekstrak dan fraksi
etanol
Fraksi air 16,46 Kuat dapat dilihat pada Tabel 3.
Fraksi etil
23,80 Kuat Tabel 3. Hasil uji toksisitas pada ekstrak dan
asetat
Fraksi n- fraksi daun puring
536,15 Tidak aktif Tingkat
heksana Sampel uji LC50(mg/L)
Asam toksisitas
6,27 Kuat Ekstrak
askorbat 79,43 Toksik
etanol
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa asam Fraksi air 512,86 Toksik
askorbat memiliki nilai IC50 yang paling kecil Fraksi etil
169,82 Toksik
dan tergolong sangat aktif antioksidan asetat
sehingga dapat dibandingkan dengan sampel Fraksi n-
31,62 Toksik
yang digunakan. Dari data tersebut fraksi air heksana
memiliki nilai IC50 lebih kecil dan memiliki
aktivitas antioksidan yang paling kuat Hasil uji toksisitas ekstrak dan fraksi
daripada ekstrak dan fraksi lainnya. Hal ini daun puring memperlihatkan bahwa
disebabkan karena fraksi air memiliki semakin besar nilai konsentrasi ekstrak,
kepolaran yang lebih besar daripada pelarut maka mortalitas Artemia salina juga semakin
n-heksana dan etil asetat sehingga lebih besar. Namun ada pada beberapa
banyak menarik senyawa flavonoid dan juga konsentrasi yang memiliki mortalitas yang
fenolik, dimana karakteristik senyawa yang sama. Mortalitas yang terjadi disebabkan
terkandung pada daun puring adalah karena adanya pengaruh sifat toksik dari
senyawa fenolik dan flavonoid yang ekstrak yang digunakan [14].
cenderung bersifat polar sehingga Dari data yang diperoleh fraksi n-
kelarutannya terhadap fraksi air cenderung heksana memiliki nilai LC50 yang lebih kecil,
tinggi [11]. Senyawa flavonoid dan fenolik yang berarti bahwa n-heksana lebih bersifat
merupakan senyawa yang diketahui memiliki toksik dari ekstrak dan fraksi lainnya karena
aktivitas antioksidan yang baik. memiliki mortalitas yang tinggi terhadap
Selain itu kadar fenolik total pada larva Artemia salina. Hal ini menunjukkan
ekstrak atau fraksi erat hubungannya bahwa pelarut n-heksana mampu
dengan akivitas antioksidan, semakin besar mengekstrak senyawa metabolit sekunder
kadar fenolik dari suatu ekstrak atau fraksi dari daun puring yang memiliki daya
maka aktivitas antioksidannya juga semakin toksisitas tinggi, seperti triterpenoid dan
besar [12]. Hal ini disebabkan karena steroid yang bersifat toksik terhadap larva
semakin banyak senyawa fenolik pada suatu Artemia salina. Selain itu, berdasarkan
ekstrak atau fraksi, maka semakin banyak penelitian lain dilaporkan bahwa senyawa
juga atom hidrogen yang dapat non polar yang terlarut memiliki ukuran
disumbangkan kepada radikal bebas DPPH yang lebih kecil sehingga lebih mudah
sehingga menjadi stabil. Pada penelitian ini masuk ke dalam membran sel larva Artemia
fraksi air memiliki kandungan fenolik paling salina melalui proses difusi dan
banyak dari ekstrak atau fraksi lainnya, mengakibatkan sel mengalami kerusakan
sehingga aktivitas antioksidannya juga atau cepat mati. Sedangkan senyawa semi
semakin baik. Perbedaan kemampuan polar atau polar tidak mudah terdifusi
antioksidasi terhadap radikal bebas DPPH melalui membran sel kecuali dengan
disebabkan karena kemampuan setiap bantuan protein pembawa (carrier), hal ini
6
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
7
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
8
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia.
*E-mail: wizeadriani1049@gmail.com
Abstrak: Tumbuhan miana (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br) adalah satu tumbuhan hias
yang tergolong kedalam famili Lamiaceae. Daun tumbuhan ini banyak digunakan sebagai obat
tradisional seperti mengobati asma, bronchitis, batuk, melancarkan haid, bisul, diare, cacingan,
wasir, dan kencing manis. Pada penelitian ini telah dilakukan penentuan kandungan fenolik total,
uji aktivitas antioksidan, aktivitas antimikroba, dan sitotoksik dari fraksi metanol daun miana.
Ekstraksi daun miana dilakukan dengan metode maserasi secara bertahap menggunakan pelarut
heksana, etil asetat dan metanol. Pada penelitian ini penentuan kandungan fenolik total
dilakukan dengan metode Folin Ciocalteu, uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1
diphenyl-2-picrylhydrazyl), aktivitas antimikroba (antibakteri dan antijamur) dilakukan dengan
metode difusi cakram melalui penentuan zona bening terhadap bakteri Escherichia coli bakteri
Staphylococcus aureus serta jamur Candida albicans. Uji sitotoksik dilakukan dengan metode
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). Kandungan fenolik total fraksi metanol diperoleh 3,03 mg/L,
dan menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 yaitu 11,254 mg/L.
Hasil uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli, bakteri Staphylococcus aureus
serta jamur Candida albicans menunjukkan nilai zona bening masing-masing (1,6 mm), (1,8 mm),
dan (1,1 mm). Fraksi metanol daun miana tidak menunjukkan aktivitas sitotoksik.
Kata Kunci: Tumbuhan Miana, (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br), Total Fenolik, Antioksidan,
Antimikroba dan Aktivitas Sitotoksik.
9
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
terhadap bakteri Escherichia coli bakteri hingga menjadi bubuk. Sampel bubuk daun
Staphylococcus aureus serta jamur Candida miana dimaserasi bertahap dengan pelarut
albicans. Uji sitotoksik dilakukan dengan heksana, etil asetat dan metanol. Fraksi dari
metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). metanol dipekatkan dengan rotary evaporator
dan dilakukan uji metabolit sekunder, uji
2. Metodologi Penelitian kandungan fenolik total, aktivitas
2.1 Alat antioksidan, antimikroba, dan sitotoksik.
Peralatan yang digunakan diantaranya yaitu
maserator (botol gelap), plat KLT, alat 2.3.2 Uji metabolit sekunder fraksi metanol
distilasi, neraca analitik dan teknis, grinder, daun miana (Plectranthus scutellarioides (L.)
oven, rotary evaporator (Heidolph Laborota R. Br)
4000), lampu UV (λ 254 dan 365 nm) dan Fraksi metanol dimasukkan kedalam tabung
spektrofotometer UV-VIS. Pengerjaan uji reaksi dan dilarutkan dengan metanol.
aktivitas antimikroba digunakan magnetic Setelah itu ditambahkan kloroform dan
stirer (Corning PC-42000), magnetic bar, akuades dengan perbandingan 1:1 dan
inkubator (Gallenkamp), test tube, autoclave, diaduk, lalu dibiarkan hingga terbentuk dua
petridish, mikropipet (Nichipet Ex), laminar lapisan yaitu lapisan kloroform dan lapisan
air flow (Aneka Lab H.S 079S). akuades. Lapisan atas (akuades) digunakan
untuk pemeriksaan flavonoid dengan metode
2.2 Bahan shinoda test, uji saponin dengan
Bahan kimia yang digunakan adalah pelarut penambahan asam klorida dan uji fenolik
teknis yang telah didistilasi yaitu heksana, dengan penambahan besi (III) klorida.
etil asetat, dan metanol, serta bahan uji Lapisan bawah (kloroform) digunakan untuk
fitokimia seperti pereaksi Mayer untuk pemeriksaan senyawa triterpenoid dan
identifikasi alkaloid, pereaksi Lieberman steroid dengan metode Liebermann-Burchard.
Burchard (anhidrida asetat dan asam sulfat Uji kandungan alkaloid dilakukan dengan
pekat) untuk identifikasi triterpenoid dan menggunakan pereaksi Mayer dan uji
steroid, shinoda test (bubuk magnesium dan kumarin dengan metode kromatografi lapis
asam klorida pekat) untuk identifikasi tipis dan NaOH 1% sebagai penampak noda.
flavonoid, besi (III) klorida untuk identifikasi
fenolik, ammonia, natrium hidroksida untuk 2.3.3 Uji kandungan fenolik total
identifikasi kumarin. Untuk uji aktivitas Penentuan kandungan fenolik total
antibakteri digunakan bakteri Gram positif dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu
(S. aureus) dan bakteri Gram negatif (E. coli), menggunakan asam galat dengan
amoxicillin 78%, metanol (distilat), media konsentrasi 1000 mg/L yang dilarutkan
Mueller-Hinton agar, media Nutrient Agar, dan dengan pelarut metanol. Larutan induk
alkohol 70%. Untuk uji aktivitas antioksidan konsentrasi 1000 mg/L diencerkan hingga
dan kandungan total fenolik digunakan didapatkan konsentrasi 100 mg/L. Lalu,
reagen folin-ciocalteu, natrium karbonat, dibuat variasi konsentrasi larutan standar
asam galat, asam askorbat, 1,1-diphenyl-2- asam galat yaitu (10, 20, 40, 60, dan 80)
pikrilhidrazil (DPPH), akuades. Sedangkan mg/L. Diambil 0,5 mL larutan asam galat
untuk uji aktivitas antijamur digunakan dari tiap variasi konsentrasi, ditambahkan
jamur Candida albicans, nystatin dan NaCl dengan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteu dan
0,9 %. Dimetilsulfoksida (DMSO) digunakan didiamkan selama 5 menit. Kemudian
pada uji aktivitas sitotoksik. Hewan yang ditambahkan 1 mL larutan natrium karbonat
digunakan untuk pengujian Brine Shrimp 20% dan diencerkan dalam labu 10 mL
Lethality Test (BSLT) adalah larva udang dengan akuades sampai tanda batas.
Arthemia salina Leach. Campuran didiamkan selama dua jam.
Kemudian diukur absorban pada panjang
2.3 Prosedur Penelitian gelombang 765 nm. Berdasarkan nilai
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa absorban yang didapatkan, dibuat kurva
tahap, meliputi: kalibrasi dan didapatkan persamaan regresi
2.3.1 Ekstraksi (maserasi) serbuk kering daun dari larutan standar.
miana (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br) Konsentrasi larutan uji fraksi metanol
Sampel daun miana dirajang halus dan dibuat 1000 mg/L menggunakan pelarut
dikering anginkan, selanjutnya dihaluskan metanol. Konsentrasi 1000 mg/L diencerkan
10
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
hingga diperoleh konsentrasi 100 mg/L. Sebelum digunakan, bakteri terlebih dahulu
Kemudian larutan induk 100 mg/L diambil diremajakan pada media nutrient agar
sebanyak 0,5 mL dan dimasukkan kedalam miring yang dibuat dengan melarutkan 2
labu ukur 10 mL. Ke dalam labu ukur gram media NA dengan akuades sampai
ditambahkan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteu volumenya 100 mL, kemudian dipanaskan
dan didiamkan selama 5 menit. Kemudian dan diaduk sampai larut sempurna.
ditambahkan 1 mL larutan natrium karbonat Uji aktivitas antibakteri fraksi metanol
20% dan diencerkan dengan akuades sampai menggunakan larutan induk 1000 mg/L.
tanda batas. Campuran didiamkan selama Larutan uji dibuat dengan beberapa variasi
dua jam. Diukur absorbannya pada panjang konsentrasi yaitu 1000; 500; 250; 125; 62,5;
gelombang 765 nm. Kandungan total fenolik dan 31,25 mg/L melalui pengenceran
larutan uji ditentukan dari persamaan bertingkat.
regresi kurva larutan standar. Kandungan Pengujian antibakteri dilakukan dengan
total fenolik dinyatakan dalam Gallic Acid menggunakan media Mueller-Hinton Agar
Equivalent (GAE). (MHA) yang dibuat dengan melarutkan 7,2
gram MHA dengan akuades sampai
2.3.4 Uji aktivitas antioksidan volumenya 200 mL, kemudian dipanaskan
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan dan diaduk sampai larut sempurna. Media
menggunakan metode DPPH (1,1 diphenyl-2- MHA yang telah dibuat disterilkan dalam
picrylhydrazyl). autoklaf. Kemudian media yang telah steril
Larutan DPPH dibuat dengan cara dituangkan kedalam masing-masing petri
ditimbang 4 mg DPPH kemudian dilarutkan dish dan dibiarkan memadat pada suhu
dengan metanol dalam labu ukur 100 mL kamar didalam laminar air flow. Selanjutnya,
hingga tanda batas dan didapatkan larutan ditetesi 200 μL suspensi bakteri uji dan
DPPH 0,1 mM. diratakan dengan menggunakan cotton bud,
Konsentrasi larutan induk asam askorbat kemudian didiamkan hingga kering selama
(kontrol positif) dibuat 1000 mg/L dan 15 menit.
diencerkan hingga diperoleh konsentrasi 10 Kertas cakram steril yang telah dibasahi
mg/L. Lalu, dibuat variasi konsentrasi asam dengan larutan uji diletakan pada media
askorbat yaitu (0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5) mg/L. tersebut dan diinkubasi pada suhu ruang
Semua variasi tersebut diambil 3 mL dan di selama 24 jam. Percobaan ini dilakukan
tambahkan dengan 1 mL larutan DPPH 0,1 duplo, sebagai kontrol positif digunakan
mM ke dalam vial dan didiamkan selama 30 amoxicillin 31,25 mg/L dan kontrol negatif
menit. Larutan dimasukkan kedalam kuvet digunakan adalah metanol distilat.
dan diukur absorban menggunakan Adanya zona bening disekitar cakram
spektrofotometer pada panjang gelombang menunjukkan adanya daerah hambatan
517 nm. pertumbuhan bakteri. Diameter zona bening
Konsentrasi larutan induk fraksi metanol diukur secara horizontal dan vertikal.
dibuat 1000 mg/L dan diencerkan hingga
100 mg/L. Lalu, dibuat variasi konsentrasi 2.3.6 Uji aktivitas antijamur
larutan uji (5, 10, 15, 20 dan 25) mg/L. Uji aktivitas antijamur dilakukan dengan
Masing-masing variasi konsentrasi tersebut menggunakan metode difusi cakram dan
dimasukkan ke dalam vial sebanyak 3 mL, menggunakan jamur Candida albicans
tambahkan dengan 1 mL DPPH 0,1 mM. sebagai jamur uji. Sebelum digunakan,
Didiamkan selama 30 menit. Larutan jamur terlebih dahulu diremajakan pada
dimasukkan kedalam kuvet dan di ukur media Potato Dextrose Agar (PDA) miring
absorban dari masing-masing konsentrasi l yang dibuat dengan melarutkan 11,7 gram
Dilakukan pengerjaan di tempat yang gelap media PDA dengan akuades sampai
dan tanpa cahaya matahari.arutan uji pada volumenya 300 mL, kemudian dipanaskan
panjang gelombang 517 nm. dan diaduk sampai larut sempurna.
Uji aktivitas antijamur fraksi metanol
2.3.5 Uji aktivitas antibakteri menggunakan larutan induk 1000 mg/L.
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan Larutan uji dibuat dengan beberapa variasi
menggunakan metode difusi cakram dan konsentrasi yaitu 1000; 500; 250; 125; 62,5;
menggunakan bakteri Escherichia coli dan dan 31,25 mg/L melalui pengenceran
Staphylococcus aureus sebagai bakteri uji. bertingkat.
11
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Pengujian aktivitas antijamur dilakukan nilai LC50, maka akan semakin bersifat
dengan metode difusi cakram. Media agar 20 toksik, begitu sebaliknya.
mL dituangkan ke dalam petri dish dan
dibiarkan memadat pada suhu kamar 3. Hasil dan Diskusi
didalam laminar air flow. Selanjutnya, 3.1 Hasil Ekstraksi (maserasi) serbuk kering
ditetesi 200 μL suspensi jamur uji dan daun miana
diratakan dengan menggunakan cotton bud, Hasil ekstraksi terhadap 2800 gram bubuk daun
kemudian didiamkan hingga kering selama miana kering menghasilkan 157,556 gram
15 menit. fraksi metanol dengan kadar air 91,70%,
Kertas cakram steril yang telah dibasahi artinya tumbuhan ini memiliki kadar air
dengan larutan uji diletakan pada media yang sangat tinggi.
tersebut dan diinkubasi pada suhu ruang
selama 24 jam. Percobaan ini dilakukan 3.2 Hasil uji metabolit sekunder sampel dan
duplo, sebagai kontrol positif digunakan fraksi metanol daun miana
nystatin 31,25 mg/L dan kontrol negatif
digunakan adalah metanol distilat. Tabel 1. Hasil uji metabolit sekunder daun miana
Adanya zona bening disekitar cakram dan fraksi metanol daun miana
menunjukkan adanya daerah hambatan Senyawa
Hasil
pertumbuhan jamur. Diameter zona bening No Metabolit Pereaksi
Daun Fraksi
diukur secara horizontal dan vertikal dengan Sekunder
Miana Metanol
menggunakan penggaris.
Shinoda
1 Flavonoid + +
Test
2.3.7 Uji Aktivitas Sitotoksik
Uji aktivitas sitotoksik dilakukan dengan 2 Fenolik FeCl3 + +
metode BSLT (Brine Shimp Lethal Test) yang
menggunakan larva udang Artemia salina 3 Saponin
H2O / HCl
+ -
sebagai hewan uji. Larva udang dimasukkan pekat
kedalam wadah pembiakkan pada bagian 4 Triterpenoid LB + -
gelap yang telah berisi air laut steril dan
dibiarkan selama 48 jam hingga terbentuk 5 Steroid LB + -
larva dan akan berpindah kebagian yang 6 Alkaloid Mayer + -
terang.
Uji aktivitas sitotoksik dilakukan 7 Kumarin NaOH 1 % - -
terhadap fraksi metanol dengan konsentrasi
larutan induk 4000 mg/L, kemudian Keterangan :
dilakukan pengenceran bertingkat dengan + (mengandung metabolit sekunder)
variasi konsentrasi 4000; 2000; 1000; 500; - (tidak mengandung metabolit sekunder)
dan 250 mg/L sebagai larutan uji. Masing-
masing larutan uji diambil sebanyak 5 mL Berdasarkan data Tabel 1. terdapat
dan dimasukkan kedalam botol vial dan perbedaan kandungan metabolit sekunder
diuapkan pelarutnya. Setelah menguap, daun miana dengan fraksi metanol hal ini
ditambahkan 50 µL DMSO dan 3 mL air laut dipengaruhi oleh sifat kepolaran pelarut.
kemasing-masing botol vial. Sebanyak 10
ekor larva udang dimasukkan kedalam 3.3 Hasil uji kandungan fenolik total
larutan uji dan volume air laut dicukupkan Hasil uji kandungan fenolik total fraksi
hingga 5 mL. Pengerjaan yang sama juga metanol daun miana bertujuan untuk
dilakukan untuk larutan kontrol, kemudian mengetahui jumlah fenolik yang terdapat
jumlah larva yang mati dihitung setiap 4 jam dalam fraksi metanol dengan metode Follin-
dalam rentang waktu 24 jam. Jumlah udang Ciocalteu. Pengukuran senyawa fenolik total
yang mati pada masing-masing konsentrasi dilakukan sebanyak tiga pengulangan untuk
larutan uji digunakan untuk menghitung keperluan akurasi data. Berdasarkan hasil
nilai LC50 (Lethal Concentration 50) melalui penelitian ini diperoleh kandungan fenolik
analisis probit dan persamaan regresi. Sifat total dari fraksi metanol daun miana
sitotoksik dari masing-masing larutan uji (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br)
diketahui melalui nilai LC50. Semakin kecil sebesar 3,03 mgGAE / gr fraksi, artinya
12
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
dalam setiap gram fraksi metanol daun 3.5 Hasil uji aktivitas antibakteri
miana (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br) Uji aktivitas antibakteri fraksi metanol daun
terdapat fenolik yang setara dengan 3,03 mg tumbuhan miana dilakukan dengan
asam galat. Senyawa fenolik ini merupakan menggunakan metode difusi cakram. Hasil
hasil metabolit sekunder yang berperan aktif uji aktivitas antibakteri dapat dilihat pada
sebagai antioksidan. tabel dibawah ini
Tabel 4. Hasi uji aktivitas antibakteri
3.4 Hasil uji aktivitas antioksidan
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan Konsentrasi Diameter Zona
(mg/L) Bening (mm)
menggunakan metode DPPH. Hasil uji aktivitas
E. coli S.
antioksidan dapat dilihat pada tabel pengamatan aureus
dibawah ini. 1000 1,6 1,8
500 1,3 1,6
Tabel 3. Hasil uji aktivtas antioksidan
Konsentrasi
250 0,8 1,3
Absorban
% IC50 Fraksi
(mg/L) inhibisi (mg/L) 125 0,4 0,8
Metanol
Kontrol 62,5 0,2 0,4
Negatif - 0,191 - -
(DPPH) 31,25 0,0 0,1
13
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Tabel 5. Hasil uji aktivitas antijamur Dari kurva aktivitas sitotoksik yang
Konsentrasi
Diameter Zona didapatkan, diperoleh nilai LC50 fraksi
Bening (mm) metanol yaitu sebesar 1931,96 mg/L (R 2 =
(mg/L)
C. albicans
0,9927). Berdasarkan nilai LC50 tersebut,
dapat dikatakan bahwa fraksi metanol dari
1000 1,1 daun miana tidak bersifat toksik. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Novalien et al.
500 0,7
(2015), bahwa nilai LC50 ≤ 30 mg/L
Fraksi 250 0,3 menyatakan fraksi bersifat sangat toksik, 31
Metanol
mg/L ≤ LC50 ≤ 1000 mg/L menyatakan fraksi
125 0,1
bersifat toksik, dan nilai LC50 ≥ 1000 mg/L
62,5 0,0 menyatakan bahwa fraksi bersifat tidak
toksik9. Semakin kecil nilai LC50 dari suatu
31,25 0,0
sampel maka semakin tinggi toksisitasnya.
Kontrol (-) Metanol - 0,0
4. Kesimpulan
Kontrol (+) Nystatin 31,25 7,0 Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Hasil pengukuran zona bening menunjukkan senyawa metabolit sekunder yang
bahwa zona bening tertinggi terdapat pada terkandung dalam daun miana yaitu
konsentrasi 1000 mg/L, dengan nilai zona flavonoid, fenolik, saponin, steroid,
beningnya sebesar 1,1 mm. Berdasarkan hal triterpenoid dan alkaloid namun fraksi
tersebut, dapat diketahui bahwa fraksi metanol mengandung senyawa fenolik dan
metanol memiliki aktivitas yang lemah flavonoid. Nilai kandungan total fenolik dari
sebagai antijamur terhadap jamur (Candida fraksi metanol adalah 3,03 mg/L yang
albicans). Hal ini sesuai dengan ketentuan menunjukkan aktivitas antioksidan sangat
Rosiska et al. (2012), bahwa zona bening kuat dengan nilai IC50 11,254 mg/L. Fraksi
kurang dari 5 mm memiliki potensi metanol memiliki aktivitas antimikroba
antijamur yang lemah, antara 5 – 10 mm (antibakteri dan antijamur) yang lemah
berpotensi sedang, antara 10 – 20 mm terhadap bakteri (Staphylococcus aureus,
berpotensi kuat dan zona bening 20 mm Escherichia coli) dan jamur (Candida
atau lebih berpotensi antijamur yang sangat albicans). Fraksi metanol tidak bersifat
kuat8. Jika dibandingkan dengan kontrol toksik dengan nilai LC50 1931,96 mg/L.
positif nystatin, kemampuan fraksi metanol
sebagai antijamur jauh lebih rendah. 5. Ucapan terima kasih
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr.
3.7. Hasil uji sitotoksik Suryati dan Bustanul Arifin M.Si sebagai dosen
Hasil pengujian aktivitas sitotoksik fraksi metanol pembimbing yang telah memberikan pengarahan
daun miana menunjukkan bahwa konsentrasi dan petunjuk dalam menyelesaikan penelitian
larutan sebanding dengan jumlah larva udang dan jurnal ilmiah ini. Selanjutnya penulis juga
yang mati. Hal ini diperkuat oleh data pada kurva mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di
regresi penentuan nilai LC50 dibawah ini. Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam serta
analisnya yang telah memberikan bantuan dan
6 fasilitas dalam penyelesaian penelitian dan
5.5 penulisan jurnal ilmiah ini.
Nilai Probit
5
4.5 Referensi
y = 1.48x + 0.136
4 R² = 0.9927 [1] Kinho, Julianus. Tumbuhan Obat
3.5 Tradisional di Sulawesi Utara Jilid II.
3
Balai Penelitian Kehutanan Manado:
2 2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4 3.6 3.8 4 Sulawesi Utara. 2011
Log Konsentrasi [2] Levita, Jutti. Sumiwi, S.A; Pratiwi, T.I;
Ilham, Ekky; Sidiq, SP; Moektiwardoyo,
Gambar 1. Kurva regresi penentuan nilai LC50 Moelyono.. Pharmacology Activities of
Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br
14
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
15
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Abstrak: Validasi metode DPPH untuk penentuan kandungan antioksidan pada sampel
bayam, seledri, sawi hijau, sawi putih, dan daun bawang dalam pelarut metanol dan
heksana telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode yang tepat
pada penentuan kandungan antioksidan total pada sampel yang berguna untuk
menetralisir radikal bebas yang menyerang tubuh manusia. Parameter statistik yang
digunakan untuk validasi metode adalah: linieritas, limit of detection (LoD), limit of
quantification (LoQ), standar deviasi relatif (SDR), dan perolehan kembali (% recovery).
Nilai-nilai yang didapatkan, SDR (1,2-2,8) %, linieritas 0,996 mmol/L, LoD 0,0627 mmol/L,
LoQ 0,2092 mmol/L, perolehan kembali (91,00-108,5) %. Berdasarkan nilai linieritas, SDR,
dan perolehan kembali dapat disimpulkan bahwa metode DPPH valid untuk penentuan
kandungan antioksidan dalam sampel bayam, seledri, sawi hijau, sawi putih dan daun
bawang. Kandungan antioksidan total pada sampel dengan menggunakan pelarut metanol
didapatkan lebih besar dibandingkan dengan pelarut heksana.
Kata kunci: Validasi metode, Metode DPPH, Antioksidan total, Metanol, Heksana
1. Pendahuluan
Makanan yang dikonsumsi oleh manusia antioksidan seperti tanin, kalium nitrat,
di era modern saat ini banyak kalsium oksalat, zat besi serta vitamin A,
mengandung bahan-bahan sintetik, yang C dan E [4], diantaranya sayur bayam,
apabila dikonsumsi secara belebihan seledri, sawi hijau, sawi putih dan daun
akan menimbulkan dampak yang sangat bawang yang dapat menghambat radikal
berbahaya bagi tubuh. Semua hal itu tak bebas dalam tubuh. Oleh sebab itu,
luput dari adanya radikal bebas, radikal penelitian terhadap kandungan
bebas adalah atom atau molekul yang antioksidan dari bahan alami terus
memiliki satu atau lebih elektron tidak menjadi pusat perhatian beberapa tahun
berpasangan, elektron-elektron yang belakangan ini [5]. Dalam penentuan
tidak berpasangan ini menyebabkan kandungan antioksidan kali ini
radikal bebas menjadi senyawa yang digunakan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-
sangat reaktif terhadap sel-sel tubuh picrylhidrazyl) [6], prinsip metode DPPH
dengan cara mengikat elektron molekul adalah penangkapan radikal bebas dalam
sel. radikal bebas dapat dijumpai pada sel tubuh manusia, dimana ketika
makanan, beberapa logam (besi dan larutan DPPH yang berwarna ungu
tembaga), obat, rokok, dll [1]. Radikal bertemu dengan pendonor elektron maka
bebas dapat di netralisir dan di cegah DPPH akan tereduksi dan warnanya akan
dengan menggunakan antioksidan. memudar [7]. Salah satu metode
Antioksidan adalah senyawa yang dapat penentuan kandungan antioksidan yang
memperlambat atau mencegah sering digunakan adalah metode DPPH
terjadingan kerusakan sel dalam tubuh [8]. Antioksidan dapat rusak disebabkan
yang disebabkan oleh radikal bebas [2]. karena suhu yang sangat tinggi [9].
Sumber-sumber antioksidan Antioksidan ideal harus memiliki
antara lain: sayur-sayuran, buah- beberapa syarat yaitu: efektif dalam
buahan, kopi dan teh. sayur-sayuran konsentrasi rendah, cukup larut dalam
merupakan tanaman yang banyak produkteroksidasi, tidak beracun, tidak
mengandung antioksidan nabati [3], dan berbau, stabil dalam berbagai pH dan
mempunyai bermacam-macam bersifat netral [10].
16
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
17
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
18
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Perhitungan konsentrasi ini didapatkan metode yang digunakan. Dari data dapat
dari nilai x pada persamaan garis yang diketahui bahwa ketepatan metode pada
diperoleh. Kurva kalibrasi yang baik penentuan konsentrasi antioksidan total
memenuhi Hukum Lambert Beer dan dalam sampel memenuhi syarat karena
kurva berupa garis liniear serta nilai r nilai persentase perolehan kembali yang
yang didapatkan lebih besar dari 0,9770. diperbolehkan menurut literatur 100 ± 10
Metode DPPH didapatkan nilai koefisien % 14.
korelasinya 0,9968. Nilai koefisien Tabel 3 Nilai persentase perolehan
korelasinya mendekati 1, ini menjelaskan kembali pada masing-masing sampel
bahwa semakin tinggi konsentrasi asam
askorbat, maka nilai absorbannya Sampel Perolehan kembali
semakin rendah, dikarenakan sinar yang (%)
diserap merupakan sisa DPPH yang tidak Bayam 94,5 101,5
bereaksi dengan asam askorbat, dan Seledri 108,5 91,0
asam askorbat juga digunakan sebagai Sawi Hijau 96,0 93,5
standar untuk penentukan kandungan Sawi Putih 96,0 95,0
antioksidan total pada sampel. Daun 96,0 98,0
Bawang
C. Penentuan Standar Deviasi Relatif
Tabel 2 Nilai SDR pada masing - masing Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
sampel bahwa nilai persentase perolehan kembali
yang didapatkan masih dalam rentang
Sampel Nilai SDR (%) yang diperbolehkan, yaitu (91,0-108,5) %,
Metanol Heksana dari data-data diatas dapat disimpulkan
Bayam 2,80 2,71 bahwa metode DPPH valid digunakan
Seledri 2,29 1,66 dalam penentuan kandungan antioksidan
Sawi Hijau 2,96 2,30 total beberapa sampel menurut nilai
Sawi Putih 2,16 1,20 persentase perolehan kembali.
Daun Bawang 2,25 1,68
E. Penentuan Kandungan Antioksidan
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat Total
bahwa Standar Deviasi Relatif (SDR) Kandungan antioksidan total pada
terkecil untuk pelarut metanol berturut- sampel dilakukan triplo pada tiap pelarut.
turut adalah sawi putih, daun bawang, Perhitungan pada sampel Bayam
seledri, bayam, dan sawi hijau. (Perhitungan Lampiran 5) dilakukan
Sedangkan untuk pelarut heksana sebanyak enam kali untuk tiap sampel
berturut- turut adalah sawi putih, seledri, dengan 2 macam pelarut, yaitu metanol
daun bawang, sawi hijau, dan bayam. dan heksana.
Nilai Standar Deviasi Relatif (SDR) yang Tabel 4 Kandungan antioksidan dalam
didapatkan antara (1,2-2,8) %, nilai sampel
tersebut masuk dalam range nilai yang
diperbolehkan. Sehingga metode DPPH Kandungan
valid digunakan untuk mengukur antioksidan
kandungan antioksidan dengan kedua Sampel total(µmol/g)
jenis pelarut tersebut. Metanol Heksana
Standar Deviasi Relatif (SDR) dihitung Bayam 93,63 39,17
untuk melihat ketelitian metode yang Seledri 97,13 18,64
digunakan. Semakin kecil nilai SDR yang Sawi Hijau 92,40 18,35
didapatkan, maka semakin teliti metode Sawi Putih 92,50 22,18
yang digunakan dan penelitian yang Daun Bawang 87,64 18,13
dilakukan. Nilai range yang dikatakan
baik untuk nilai SDR adalah kecil sama Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat
dengan 5% 14 bahwa kandungan antioksidan total yang
didapatkan pada pelarut metanol
D. Penentuan Persentase Perolehan memiliki nilai tertinggi yaitu 97,13
Kembali μmol/g asam askorbat pada sampel
Persentase perolehan kembali Seledri, sedangkan pada pelarut heksana
digunakan untuk menentukan ketepatan
19
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
memiliki nilai terendah yaitu sebesar Stachis Taxa Biol Pharm Bull, 29. (14).
18,13 μmol/g asam askorbat pada 2000. 725-729
sampel bayam. Pada sampel yang lainnya 4. Nathanael, J., N. Wijayanti, P.K.
juga didapatkan nilai tertinggi pada Atmojo. Uji Aktivitas Sitotoksik
pelarut metanol, dibandingkan pelarut Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus
heksana. Hal ini disebabkan karena Hystrix) pada Sel Hela Cervical Cancer
senyawa antioksidan total yang banyak Cell Line. Fakultas Teknobiologi,
terdapat didalam sampel yang UAJY, Jl. Babarsari, Yogyakarta, 6.
menggunakan pelarut yang bersifat polar (3). 2013. 75-80
atau memiliki sifat sama dengan metanol 5. Carlsen, M.; Halvorsen B; Holte K.,
di bandingkan sampel yang The Total Antioxidant Content of More
menggunakan pelarut non polar atau Than 3100 Foods.Baverages, Species,
memiliki sifat sama seperti heksana, dan Herbs and Supplement Used World
juga faktor pengenceran pada metanol Wide. Nutrition Journal,9. (3). 2010.
lebih tinggi yaitu 25 kali dibandingkan 36-42
heksana hanya 10 kali, karena ekstrak 6. Sarma, A.D.; Mallick AR Bhosh, Free
sampel dengan pelarut metanol lebih Radicals and Their Hole in Different
pekat dan berwarna hijaudibandingkan Condition. An Overview. Int. J Pharm
ekstrak sampel dengan pelarut heksana Sci and Research, 3 (2).2010. 185-192
yang berwarna kuning pucat atau hampir 7. Khalil, M.Y., Mustafa, A.A., Naguib, N.
bening. Y.: Growth, phenolic compounds and
4. Kesimpulan antioxidant activity of some medical
Penentuan kandungan antioksidan total plants grown under organic farmer
dengan metode DPPH valid digunakan condition.5. (2). 2007. 451-457.
pada sampel bayam, seledri, sawi hijau, 8. Arouma, O.I Free Radical, Oxidative
sawi putih, dan daun bawang, Stess, and antioxidant in Human
berdasarkan hasil linearitas, perhitungan Health and Disease. Anal. Chim. 6.
LoD dan LoQ, persentase SDR dan nilai (2). 1998. 150-154
persentase perolehan kembali. 9. Antolovich, M., P.D. Prenzler, E.
Kandungan antioksidan tertinggi Patsalides. Methods for Testing
didapatkan pada pelarut metanol yaitu: Antioxidant Activity. J. Critic, 3. (2).
bayam 93,63 µmol/g DW, seledri 97,13 2009. 43-45
µmol/g DW, sawi hijau 92,40 µmol/g DW, 10. Stevi G. D.; Dewa G. K.., Vanda S.,
sawi putih 92,50 µmol/g DW dan daun Aktivitas Antioksidan Ekstrak Fenolik
bawang 87,64 µmol/g DW. dari Buah Manggis (Garcinia
mongostana L). Jurnal MIPA UNSRAT,
5. Ucapan terima kasih 4. (2). 2012. 25-27
Penulis mengucapkan terima kasih 11. Anderson, R.L., Practical Statistic for
kepada Allah atas kesehatan dan Analytical Chemist. Van Nostrand
kelancaran segalanya demi Reinhold Company, New York, 4. (1).
terselesaikannya penulisan artikel ini. 1987. 179-184
12. Andrianto Y. C., Validasi Metode
Daftar Pustaka Penetapan Kadar Campuran
Parasetamol dan Ibuprofen Secara
1. Djapiala, F. Y.; Lita A.D.Y.; Montolalu; Spektrofotometri UV dengan Aplikasi
Feni M., Kandungan Total Fenol Metode Panjang
dalam Rumput Laut Cauleipsa Gelombang,Skripsi,Fakultas Farmasi,
racemosa yang Berpotensi Sebagai Universitas Sanata Darma,
Antioksidan, Fakultas Perikanan dan Yogyakarta, 6. (2). 2009. 117-123
Ilmu Kelautan Unsrat, Manado, 7 (2). 13. Yefrida; Mega U.; Umiati L., Validasi
2014. 7-9 Metode Penentuan Antioksidan Total
2. Wisudyaningsih, B., Validasi Metode (Dilihat Sebagai Asam Sitrat) dalam
Spektrofotometri Ofloksasin dalam Sampel Jeruk Secara Spektrofotometri
Larutan Dapar Fosfat, Stomastognatic dengan Menggunakan Oksidator FeCl3
J.K.G. Unej,9. (2). 2012. 77-81 dan Pengomplek Ortofenantrolin, J Ris
3. Kukic, J., Silvana P., Marjan N., Kim, 7. (2). 2014. 186-193.
Antioxidant Activity of four endemic
20
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
21
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengtahuan Alam, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia
E-mail: febria.syafitri26@gmail.com
Abstrak: Tumbuhan miana (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br) termasuk ke dalam famili
Lamiaceae. Tumbuhan ini secara tradisional banyak digunakan untuk pengobatan bronkitis,
asma, diare, dan demam. Dalam penelitian ini telah dilakukan ekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan pelarut heksana dan didapatkan rendemen ekstrak sebesar 2,434 %. Terhadap
ekstrak yang diperoleh dilakukan penentuan kandungan fenolik total dengan metode Folin-
Ciocalteau dan didapatkan kadar fenolik totalnya sebesar 0,4015 mg/L GAE. Uji aktivitas
antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) dan didapatkan nilai
IC50 sebesar 116,093 mg/L. Uji aktivitas antibakteri dan antijamur dilakukan dengan metode
difusi cakram melalui penentuan zona bening terhadap bakteri Escherichia coli, bakteri
Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans. Hasil uji antimikroba menunjukkan sifat
antibakteri dan antijamur kategori sedang terhadap bakteri Escherichia coli, bakteri
Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans. Hasil uji sitotoksik dengan metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT) diperoleh nilai LC50 yaitu 940,589 mg/L. Dari penelitian ini diketahui
bahwa ekstrak heksana daun Miana menunjukkan aktivitas tingkat sedang, baik aktivitas
antioksidan, antibakteri, antijamur, maupun sitotoksik .
Kata Kunci: Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br, Fenolik total, Antioksidan, Antibakteri,
Antijamur, Toksisitas
22
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
autoclave, petri dish, mikropipet, jarum ose, Shinoda Test (bubuk magnesium dan asam
kertas cakram, spiritus, kain kasa, kapas, klorida pekat), uji fenolik dengan
penggaris, laminar air flow. penambahan besi (III) klorida, dan uji
saponin dengan pengocokan lalu
2.2 Bahan ditambahkan asam klorida.
Sampel yang digunakan adalah ekstrak
heksana dari daun miana, Larva udang 2.3.3 Ekstraksi Daun Miana
Arthemia salina leach, jamur Candida Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi
albicans, bakteri Staphylococcus aureus, dan menggunakan pelarut heksana. Maserasi
bakteri Escherichia coli. dilakukan berulang-ulang hingga maserat
Bahan kimia yang digunakan adalah menjadi bening atau tidak memberikan
pelarut teknis yang telah didistilasi yaitu bercak noda lagi pada uji dengan plat KLT
heksana, etil asetat, dan metanol. Bahan atau tidak memberikan sisa keruh pada
yang digunakan untuk uji fitokimia adalah kaca arloji. Pada saat ini maserasi
pereaksi Mayer untuk identifikasi alkaloid, dihentikan. Setiap maserat yang diperoleh
pereaksi Liebermann Burchard (anhidrida diuapkan menggunakan rotary evaporator
asetat dan asam sulfat pekat) untuk pada suhu 40-45oC, kemudian ditimbang..
identifikasi triterpenoid dan steroid, Shinoda Terhadap ekstrak heksana yang diperoleh
test (bubuk magnesium dan asam klorida dilakukan uji kandungan metabolit
pekat) untuk identifikasi flavonoid, besi (III) sekunder, penentuan kandungan fenolik
klorida untuk identifikasi fenolik, natrium total, uji aktivitas antioksidan, antibakteri,
hidroksida untuk identifikasi kumarin. antijamur, dan uji sitotoksik.
Untuk uji antioksidan dan kandungan
fenolik total digunakan reagen Folin- 2.3.3 Uji Kandungan Fenolik total
Ciocalteu, natrium karbonat, asam galat, Penentuan fenolik total dengan metode Folin-
asam askorbat, DPPH, akuades. Untuk uji Ciocalteu. Larutan standar dibuat variasi
antimikroba digunakan amoxicillin 78%, konsentrasi larutan standar asam galat yaitu
media Mueller-Hinton agar, media Nutrient dengan konsentrasi 10; 20; 40; 60; 80 mg/L.
agar, alkohol 70%, nistatin dan NaCl Diambil 0,5 mL sampel dimasukkan kedalam
fisiologis 0,9%. Untuk uji sitotoksik labu ukur 10 mL ditambahkan dengan 0,5
digunakan dimetilsulfoksida. mL reagen Folin-Ciocalteu dan didiamkan
selama 5 menit. Kemudian ditambahkan 1
2.3 Prosedur Penelitian mL larutan natrium karbonat 20% dan
2.3.1 Preparasi Sampel Daun diencerkan dengan akuades sampai tanda
Daun Miana segar dirajang halus kemudian batas. Campuran didiamkan selama dua
dikering anginkan diruangan terbuka yang jam. Kemudian diukur absorban pada
tidak terkena cahaya matahari langsung. panjang gelombang 765 nm. Berdasarkan
Selanjutnya dijadikan bubuk menggunakan nilai absorban yang didapatkan, dibuat
grinder kemudian ditimbang. Sampel berupa kurva kalibrasi dan didapatkan persamaan
bubuk digunakan untuk tahapan regresi dari larutan standar asam galat.
selanjutnya. Sebagian sampel tumbuhan Ekstrak heksana ditimbang sebanyak
miana segar digunakan untuk determinasi 10 mg dan dilarutkan dalam 10 mL metanol
tumbuhan. Determinasi tumbuhan sehingga didapatkan konsentrasi sebesar
dilakukan di Herbarium Universitas Andalas 1000 mg/L. Larutan induk 1000 mg/L
(ANDA). diencerkan hingga konsentrasi 100 mg/L,
kemudian dilakukan hal yang sama dengan
2.3.2 Uji Kandungan Metabolit Sekunder larutan standar secara bersamaan.
Ekstrak heksana (0,5 g) dimasukkan Kandungan fenolik total masing-masing
kedalam tabung reaksi dan dilarutkan larutan uji ditentukan dari persamaan
dengan pelarut heksana. Kemudian regresi kurva larutan standar asam galat.
ditambahkan kloroform:akuades dengan Kandungan fenolik total dinyatakan dalam
perbandingan (1:1), selanjutnya dikocok dan Gallic Acid Equivalent (GAE).
dibiarkan sampai terbentuk dua lapisan
kloroform-air. Lapisan kloroform (bagian 2.3.4 Uji Aktivitas Antioksidan
bawah) digunakan untuk pemeriksaan Uji aktivitas antioksidan dari daun miana
senyawa triterpenoid dan steroid dengan dilakukan dengan menggunakan metode
menggunakan metode Liebermann Burchard DPPH. Pembuatan larutan DPPH dengan
sedangkan lapisan air (bagian atas) untuk menimbang 4 mg DPPH kemudian
pemeriksaan senyawa flavonoid, fenolik dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
saponin. Uji flavonoid dengan metode dan dilarutkan dengan menggunakan
23
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
metanol hingga tanda batas dan didapatkan Larutan uji dibuat dengan beberapa
larutan DPPH 0,1 mM. variasi konsentrasi melalui pengenceran
Ekstrak heksana dibuat lima variasi bertingkat yaitu konsentrasi 1000; 500; 250;
konsentrasi larutan uji yaitu 10, 20, 30, 40 125; 62,5 dan 31,25 mg/L.
dan 50 mg/L. Asam askorbat dibuat lima Pembuatan suspensi bakteri (Escherichia
variasi konsentrasi dari larutan uji yaitu 0,5; coli dan Staphylococcus aureus) dilakukan
1; 1,5; 2; dan 2,5 mg/L. dengan menggunakan NaCl fisiologis 0,9%.
Masing-masing variasi konsentrasi dari Koloni bakteri (Escherichia coli dan
larutan uji dimasukkan ke dalam vial Staphylococcus aureus ) diambil dari biakan
sebanyak 3 mL, tambahkan dengan 1 mL murni dengan menggunakan jarum ose
DPPH 0,1 mM. Campuran didiamkan selama kemudian dimasukkan ke dalam tabung
30 menit setelah penambahan DPPH 0,1 reaksi yang telah berisi 200 µL NaCl fisiologis
mM. Lakukan penambahan di tempat yang 0,9%
gelap. Ukur absorban dari masing-masing Bakteri uji (200 μL) diam il dan
konsentrasi pada panjang gelombang 517 dituangkan ke dalam MHA, diratakan dan
nm. Berdasarkan absorban yang didapatkan, didiamkan hingga kering selama 15 menit
dihitung persentase inhibisi dengan rumus pada suhu kamar didalam laminar air flow.
berikut: Kertas cakram steril (diameter 6 mm)
k dicelupkan ke dalam larutan uji, diletakan
inhi i i 100 pada media MHA dan diinkubasi pada suhu
k
ruang selama 24 jam dan percobaan ini
Setelah didapatkan nilai persentase inhibisi dilakukan dua kali ulangan (duplo). Kontrol
dari perhitungan, maka nilai IC50 dari setiap positif digunakan amoxicillin 31,25 mg/L dan
variasi konsentrasi larutan uji dapat kontrol negatif digunakan heksana distilat.
diketahui dengan menggunakan persamaan Adanya zona bening disekitar cakram
regresi dari data yang didapatkan. menunjukkan adanya daerah hambat
pertumbuhan bakteri uji. Diameter zona
2.3.5 Uji Aktivitas Antibakteri dengan bening tersebut diukur secara horizontal dan
Metode Difusi Cakram vertikal dengan menggunakan alat ukur.
Media nutrient agar (NA) sebanyak 2 g
dimasukkan ke dalam erlenmayer 250 mL, 2.3.6 Uji Aktivitas Antijamur
ditambah 100 mL akuades, dipanaskan dan Sebanyak 11,7 g serbuk Potato Dextrose Agar
diaduk menggunakan magnetic stirer sampai (PDA) dilarutkan dengan 300 mL air dalam
larut sempurna dan mendidih. Sementara gelas beaker menggunakan hotplate dan
itu, jarum ose dan tabung reaksi yang sudah magnetic stirer hingga diperoleh larutan yang
ditutup dengan kain kasa dan kapas jernih. Media ini kemudian disterilisasi
dibungkus dengan aluminimum foil. dalam autoklaf pada suhu 121ºC tekanan 1
Erlenmayer berisi media, tabung reaksi dan atm selama 15 menit.
jarum ose yang sudah dibungkus, Jamur uji (Candida albicans)
dimasukkan ke dalam autoklaf untuk diremajakan terlebih dahulu kemudian
disterilkan sampai tekanan pada autoklaf diinkubasi pada suhu ruang selama 48 jam.
mencapai 1 atm dan 121oC, dibiarkan Larutan uji dibuat dengan beberapa
selama 15 menit. variasi konsentrasi melalui pengenceran
Laminar flow disiapkan kemudian media bertingkat yaitu konsentrasi 1000; 500; 250;
NA dalam erlenmayer dituangkan kedalam 125; 62,5 dan 31,25 mg/L.
tabung reaksi (sepertiga bagian tabung) dan Pembuatan suspensi jamur (Candida
ditunggu padat. Setelah padat, bakteri albicans) dilakukan dengan menggunakan
(Eschericia coli dan Staphylococcus aureus) NaCl fisiologis 0,9%. Koloni jamur (Candida
diinokulasikan pada media menggunakan albicans) diambil dari biakan murni dengan
jarum ose dan diinkubasi selama 24 jam menggunakan jarum ose kemudian
pada suhu 37°C di dalam inkubator. dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
Agar Mueller-Hinton (MHA) sebanyak telah berisi 200 µL NaCl fisiologis 0,9%
7,2 gram dilarutkan dalam 200 mL akuades, Media agar 15 mL dituangkan ke dalam
dipanaskan dan diaduk menggunakan cawan petri, dan ditunggu hingga padat.
magnetic stirer sampai larut dan mendidih. Dituang 200 µL inokulum jamur (Candida
Larutan MHA disterilkan dalam autoklaf albicans) ke dalam cawan petri dan
pada tekanan 1 atm dan temperatur 121oC. diratakan keseluruh permukaan. Kertas
Selanjutnya, MHA (15 mL) dituangkan ke cakram 6 mm dicelupkan ke dalam larutan
dalam pentri disk dan dibiarkan memadat di uji selama ± 10 menit, kemudian diangin-
dalam laminar flow. anginkan sampai tidak ada larutan yang
24
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
25
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
27
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
28
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Abstrak: Puring (Codiaeum variegatum (L.) Rumph) merupakan tanaman hias yang banyak
dibudidaya dan juga digunakan sebagai tanaman obat tradisional diantaranya obat
antifungal, antikanker, obat diare berdarah, obat penahan rasa sakit dan sebagai anti
influenza. Senyawa metabolit sekunder yang didapatkan dari hasil uji fitokimia dari
ekstrak daun puring ialah alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpenoid, dan steroid. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun puring (Codiaeum variegatum (L.)
Rumph) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Eschericia coli, bakteri Staphylococcus
aureus, dan jamur Candida albicans. Konsentrasi ekstrak daun puring yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 31,25 mg/L, 62,5 mg/L, 125 mg/L, 250 mg/L, 500 mg/L dan
1000 mg/L. Penentuan daya hambat dapat dilihat dari diameter zona bening pada ekstrak
etanol, fraksi etil asetat, fraksi n-heksan dan fraksi etanol-air daun puring dengan
konsentrasi terbesar 1000 mg/L, kontrol positif dan kontrol negatif berturut-turut adalah
8 mm; 8 mm; 7,5 mm; 7,3 mm; 7,5 mm; dan 0 mm untuk bakteri Eschericia coli sedangkan
pada bakteri Staphylococcus aureus didapatkan zona hambat sebesar 10 mm, 13,5 mm, 13
mm, 10 mm, 17 mm dan 0 mm. Pada aktivitas antijamur pada ekstrak etanol, fraksi etil
asetat, fraksi n-heksan dan fraksi etanol-air dari daun puring dengan konsentrasi terbesar
1000 mg/L, kontrol positif dan kontrol negatif berturut-turut adalah 2 mm, 4,5 mm, 2,2
mm, 2,1 mm, 23 mm dan 0 mm. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat efek antibakteri dan antijamur dari ekstrak daun puring terhadap bakteri
Eschericia coli, Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans.
Kata kunci : Puring (Codiaeum variegatum (L.) Rumph) metabolit sekunder, antibakteri,
antijamur.
29
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
saat ini adalah dengan cara pemberian spiritus, kain kasa, kapas, penggaris,
obat. Pemberian obat secara terus- laminar air flow (Aneka Lab H.S 079S).
menerus dapat menyebabkan bakteri
resisten terhadap obat atau 2.3 Bahan
antibakteri[3]. Bahan-bahan yang digunakan pada
Oleh karena itu, diperlukan penelitian penelitian ini adalah pelarut teknis yang
untuk mencari tahu kandungan dari telah didistilasi yaitu n-heksana, etil
berbagai tanaman yang dapat dijadikan asetat, dan etanol. Bahan yang
sebagai obat tradisional dengan tujuan digunakan untuk uji fitokimia adalah
memberikan penjelasan secara ilmiah pereaksi Mayer untuk identifikasi
mengenai komponen aktif yang alkaloid, pereaksi Liebermann-Burchad
dikandung oleh tumbuhan tersebut dan untuk identifikasi triterpenoid dan
efek fisiologisnya. steroid, Sianidin test untuk identifikasi
Puring (Coadieum variegatum) flavonoid, ferri klorida untuk identifikasi
merupakan tanaman hias yang banyak fenolik, natrium hidroksida, etanol dan
diminati dan diusahakan untuk akuades untuk identifikasi kumarin.
dibudidaya agar mendapatkan bentuk Untuk uji antimikroba digunakan bakteri
baru yang eksotik. Puring sangat menarik Gram positif (Staphyllococcus aureus) dan
untuk diteliti karena puring juga bakteri Gram negatif (Eschericia coli) dan
digunakan sebagai obat antifungal, untuk uji antijamur digunakan jamur
antikanker, obat diare berdarah, dan obat Candida albicans yang diperoleh dari
penahan rasa sakit. Selain itu, puring Laboratorium Mikrobiologi UNAND.
merupakan flora antipolusi yang mampu Untuk uji antibakteri digunakan kontrol
menyerap polutan berbahaya seperti positif amoxcillin, media MHA (Mueller-
timbal (Pb)[4]. Hinton Agar), media NA (Nutrient Agar),
Penelitian sebelumnya sangat alkohol 70% dan NaCl 0,9% sedangkan
sedikit yang meneliti kandungan dari untuk uji antijamur digunakan kontrol
daun puring, oleh karena itu penelitian positif nystatin dan NaCl 0,9%.
ini dilakukan untuk mengetahui aktifitas
antibakteri dan antijamur untuk 2.4 Prosedur Penelitian
mengetahui seberapa kuat senyawa pada 2.4.1 Persiapan Sampel
daun puring ini untuk menghambat Sampel diperoleh dari daerah kecamatan
bakteri dan jamur tersebut[5]. Lubuk Alung, kabupaten padang
Pariaman, provinsi Sumatera Barat.
2. Metodologi Penelitian Sampel diambil dan dianalisis taksonomi
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian di Herbarium Universitas Andalas (ANDA)
Penelitian dilaksanakan pada bulan Jurusan Biologi, Fakultas MIPA
Desember 2017 hingga April 2018 di Universitas Andalas. Bagian yang diuji
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam adalah daun yang dikering anginkan pada
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan udara terbuka, tidak terkena cahaya
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas matahari secara langsung dan dihaluskan
Andalas Padang. menjadi bubuk, kemudian ditimbang.
30
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
31
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
dan dibiarkan memadat di dalam laminar aseptik dengan jarum ose, kemudian
flow. digoreskan pada media agar miring lalu
diinkubasi di dalam inkubator.
2.4.5.3 Pembuatan Larutan Uji 2.4.6.3 Pembuatan Larutan Uji
Ditimbang sampel (ekstrak etanol, etil Ditimbang sebanyak 100 mg sampel
asetat, n-heksana dan etanol-air) (ekstrak etanol, etil asetat, n-heksana dan
sebanyak 100 mg dan dilarutkan etanol-air) dan dilarutkan dalam labu 100
didalam labu 100 mL dengan pelarut mL dengan pelarut masing-masing
masing-masing sampai tanda batas dan sampai tanda batas. Dibuat konsentrasi
diperoleh konsentrasi larutan induk 1000 larutan induk 1000 mg/L. Kemudian
mg/L. Larutan uji dibuat dengan dibuat larutan uji dengan beberapa
beberapa variasi konsentrasi dengan variasi konsentrasi menggunakan metode
menggunakan metode pengenceran pengenceran bertingkat yaitu konsentrasi
bertingkat yaitu konsentrasi 1000, 500, 1000, 500, 250, 125, 62,5, dan 31,25
250, 125, 62,5, dan 31,25 mg/L. mg/L.
2.4.5.4 Pembuatan Suspensi Bakteri Uji 2.4.6.4 Pembuatan Suspensi Jamur Uji
Diambil koloni bakteri dari biakan murni Biakan Candida albicans dalam media
dengan menggunakan jarum ose untuk agar miring disuspensikan dengan 5 mL
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang NaCl. Kemudian diambil 0,5 mL ke dalam
telah berisi 200 µL garam fisiologis (NaCl media pembenihan.
0,9%).
2.4.6.5 Penentuan Aktivitas Antijamur
2.4.5.5 Pengujian Aktivitas Antibakteri Pengujian aktivitas antijamur dilakukan
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumur. Media PDA
dengan metode difusi cakram. Bakteri uji yang telah diinokulasikan suspensi
200 μL diambil dan dituangkan ke dalam Candida albicans dituangkan ke dalam
media MHA yang telah padat didalan petri dan dibiarkan selama 5-15 menit
cawan petri, kemudian diratakan dan supaya suspensi jamur dapat meresap
didiamkan hingga kering selama 15 menit ke dalam media. Selanjutnya dibuat
di dalam laminar flow. Kertas cakram lubang pada media PDA dengan
steril dicelupkan ke dalam larutan uji, menggunakan pipet yang telah
kemudian diletakkan diatas permukaan disterilkan. Kemudian diletakkan kapas
media MHA dan diinkubasi pada suhu yang telah dicelupkan ke dalam masing-
ruang selama 24 jam. masing ekstrak ke dalam lubang pada
media PDA yang telah diatur sedemikian
2.4.6 Uji Aktivitas Antijamur rupa sehingga terdapat daerah yang baik
2.4.6.1 Pembuatan Media PDA untuk mengamati zona hambat yang
Ditimbang media PDA (Potato Dextrose terjadi. Sehingga terbentuk lubang yang
Agar) sebanyak 19,5 g serbuk dilarutkan akan digunakan untuk larutan uji,
dengan 500 mL air dalam erlenmeyer dan larutan kontrol positif (+) dan larutan
diletakkan di atas hotplate dan magnetic kontrol negatif (-).Diinkubasikan dalam
stirer hingga mendidih dan diperoleh inkubator pada suhu 370C selama 1x24
larutan yang jernih. Media ini kemudian jam. Diamati zona hambat yang terjadi di
disterilisasi di dalam autoclave pada suhu sekitar sumuran kemudian diukur
121ºC selama 15 menit. diameter zona hambat secara horizontal
dan vertikal dengan menggunakan
2.4.6.2 Peremajaan Biakan Murni penggaris berskala.
PDA dilarutkan dalam 200 ml aquadest di
dalam erlenmeyer yang kemudian 3. Hasil dan Pembahasan
dipanaskan di atas hot plate sampai 3.1 Uji Fitokimia Daun Puring
mendidih, kemudian didapatkan larutan Berdasarkan data uji metabolit sekunder
jernih. Larutan jernih tersebut diketahui bahwa sampel segar daun
dituangkan ke dalam beberapa tabung puring mengandung beberapa senyawa
reaksi yang telah disterilkan (autoclave) metabolit sekunder yaitu flavonoid,
selama 15 menit pada suhu 1210C. fenolik, saponin, steroid, triterpenoid dan
Kemudian media dimiringkan 300 dan alkaloid. Perbedaan kandungan metabolit
dibiarkan mengeras. Diambil biakan sekunder ditunjukkan oleh fraksi etil,
murni koloni jamur yang tersedia secara
32
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
fraksi heksan dan fraksi air. Pada fraksi sebanyak 4,207 gram dengan 4 tahap
etil terdapat beberapa senyawa metabolit fraksinasi dan setiap tahapannya
sekunder yaitu flavonoid, fenolik dan dilakukan fraksinasi sebanyak 4 kali dan
triterpenoid. Pada Fraksi n-heksana pada fraksi air didapatkan ekstrak
diperoleh senyawa metabolit sekunder sebanyak 2,035 gram yang dilakukan
triterpenoid dan steroid, sedangkan pada dengan 1 kali fraksinasi karena larutan
fraksi air terdapat senyawa metabolit yang diperoleh tidak pekat karena
sekunder flavonoid dan fenolik. merupakan sisa-sisa dari hasil fraksinasi
sebelumnya dan fraksi ini sangat mudah
3.2 Ekstraksi dan Fraksinasi berjamur sehingga hanya sedikit
ekstrak etanol dari daun puring diperoleh didapatkan ekstrak kental. Fraksi-fraksi
sebanyak 338.299 gram, ekstrak ini yang telah didapatkan diuapkan dengan
diperoleh setelah melakukan perendaman menggunakan rotary evaporator. Ekstrak
(maserasi) sebanyak 9 kali. Kemudian etanol diperoleh lebih banyak karena
digunakan sebagian dari ekstrak etanol disebabkan oleh pelarut etanol yang
untuk dilakukan fraksinasi. Pada fraksi dapat mengekstrak senyawa dengan
n-heksana ekstrak yang didapatkan tingkat kepolaran yang berbeda-beda.
sebanyak 13,339 gram, jumlah ini Ekstrak kental yang diperoleh dari
didapatkan dengan melakukan 4 tahap maserasi dan fraksinasi dilakukan uji
fraksinasi dimana setiap tahapnya aktivitas antibakteri dan antijamur.
difraksinasi sebanyak 7 kali. Sedangkan
pada fraksi etil asetat didapatkan ekstrak
33
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
34
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
35
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Abstract: Chitosan is the deacetylation product of chitin which are found on shell of
crustaceae such as crabs and mussel. A type of mussel that can be found easily in West
Sumatera is call pensi. Pensi (Corbicula moltkiana) shell is the part of pensi that usually being
wasted. Isolation process from chitin into chitosan can do by several stages that is
deproteination (separation of protein), demineralization (separation of mineral), depigmentation
(disappearance of colour). That stages result the chitin. Chitin then do deacetylated until
becoming chitosan. Deproteination process was used 5% NaOH solution, demineralization used
1N HCl solution, and depigmentation was used acetone to remove dyes on chitosan. The
deacetylation process used a high concentration base solution of 60% NaOH at 100ºC for 4
hours. The chitosan obtained being characterized and analyzed by several parameters, such as
water content (3.72%), ash (82.8%), lipid free test (no purple color), ninhydrin test (purple form),
solubility (soluble in 2% acetic acid), and the determination of functional groups using Fourier
Transform Infra Red (FTIR).
1. Pendahuluan
Secara umum, CaCO3 merupakan senyawa kimia (C8H13NO5)n. dengan struktur [β-
utama yang ditemukan pada kulit (1→4)-2-asetamida-2-deoksi-D-glukosa]
invertebrata air termasuk pensi. Menurut didapat dari isolasi kulit dan kepala hewan
penelitian terhadap kulit pensi (Corbicula berkulit keras (Crustacea) [4]. Karena
moltkiana), diketahui bahwa kulit pensi strukturnya yang linier, kitin memiliki
berpotensi sebagai sumber kalsium dengan kristalinitas yang tinggi dan digunakan
kandungan Ca sekitar 26-30 % dalam sebagai nanofiber. Nanofiber (NF) pada
bentuk mentah. Struktur penyusun kulit dasarnya tertanam dalam matriks protein.
pensi setelah dilakukan penelitian oleh Karena kulit kepiting dan udang juga
Suci Wahyuni menggunakan XRF yaitu memiliki struktur kompleks yang terdiri
mengandung Ca 93,207%, Si 2,144%, Al dari nanofiber, diharapkan nanofiber kitin
1,322%, Ag 0,775%, Mg 0,69%, P 0,491%, bisa disiapkan dengan desintegrasi
dan Fe 0,248% [1]. Sedangkan kandungan mekanik [5]. Tiga polimer kitin yang
kitin pada kulit remis atau kijing, dimana berbeda ditemukan di alam yaitu α-kitin,
pensi merupakan hewan crustacea sejenis β-kitin dan γ-kitin [6].
kijing yaitu kandungan kitin yang Kitosan adalah polisakarida yang
terkandung di dalamnya adalah 6,1% [2]. banyak terdapat di alam setelah selulosa.
Dari data tersebut, maka dilakukanlah Kitosan merupakan senyawa poli (N-amino-
penelitian ini untuk menghasilkan kitosan 2-deoksi-β-D-glukopiranosa) atau
dari kulit pensi. glukosamin hasil deasetilasi kitin yang
Kitin merupakan bahan organik utama diproduksi dalam jumlah besar di alam [7].
terdapat pada kelompok hewan crustaceae, Kitosan tidak larut dalam air dan H2SO4,
insekta, fungi, mollusca dan arthropod [3]. sedikit laut dalam HCl, dan HNO3. Kitosan
Kitin merupakan salah satu sumber alam juga dapat membentuk sebuah membran
polisakarida yang terbesar jumlahnya yang berfungsi sebagai adsorben pada
setelah selulosa. Kitin adalah suatu polimer waktu terjadinya
anhidro N-asetil-d-glukosamin, mempunyai
massa molekul relative besar yaitu sekitar
1,2.106 gram/mol. Kitin memiliki rumus
pengikatan zat-zat organik maupun menyebabkan kitosan lebih banyak
anorganik oleh kitosan. Hal ini yang manfaatnya dibanding dengan kitin [8].
36
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
37
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
38
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
kandungan mineral yang terdapat pada Kadar air dari kitosan ditentukan
kulit pensi. Proses ini dilakukan dengan berdasarkan metode gravimetri. Kadar air
menambahkan HCl, dimana kitin yang pada kitosan dipengaruhi oleh proses
terbentuk akan dipisahkan dari mineral pengeringan, lamanya waktu pengeringan
terutama CaCO3 yang banyak terkandung juga luas permukaan wadah yang
didalam kulit pensi. digunakan untuk mengeringkan kitosan
2HCl(aq) + CaCO3(s) → CaCl2(aq) + H2O(l) + tersebut.
CO2(g) [13] Penentuan kadar abu adalah indikator
keefektifan tahap demineralisasi untuk
Terbentuk banyak buih dan gelembung menghilangkan mineral yang ada pada
udara. Hal ini terjadi karena terbentuknya kulit pensi. Besarnya kadar abu dapat
gas CO2 dan H2O dipermukaan larutan diakibatkan oleh proses demineralisasi
berdasarkan reaksi demineralisasi. Mineral pada kulit pensi tidak berlangsung dengan
lainnya yang terkandung dalam kulit pensi sempurna sehingga banyak mineral yang
bereaksi dengan asam dan menjadi garam tersisa, juga masih adanya pengotor dari
terlarut. kitosan yang dihasilkan.
39
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
hasil ekstraksi dan 2922,85 cm-1 pada satu serapan karakteristik polisakarida.
kitosan standar menunjukkan adanya Salah satu tanda bahwa senyawa kitosan
vibrasi peregangan simetris ikatan C-H. adalah adanya vibrasi ulur pada daerah
Sedangkan pada bilangan gelombang bilangan gelombang 871,91 cm-1 yang
1400,00 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi mengindikasikan adanya ikatan β-1,4-
tekuk pada ikatan C-H. Bilangan glikosidik. Pada spektrum kitosan standar
gelombang 1027,49 cm-1 menunjukkan juga menunjukkan adanya vibrasi ulur
adanya ikatan C-O yang merupakan salah pada bilangan gelombang 897,41 cm-1.
β-1,4-
glikosidik
OH, Vibrasi
NH C-H CH
C-O
Vibrasi
β-1,4-
CH
glikosidik
CH
OH,
NH
C-O
40
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
gugus fungsi yang terdapat pada kitosan Jurnal Teknik Kimia 2013, 19(2):17-26.
yang dihasilkan. 8. Hastuti, Budi. Sintesis Kitosan dari
Cangkang Kerang (Anadara inflate)
Sebagai Adsorben Ion Cu2+. Seminar
Nasinaonal Kimia dan Pendidikan
Kimia VII 2015.
9. Silviyah, Siti. Penggunaan Metode
FTIR (Fourier Transform Infra Red)
5. Referensi untuk Mengidentifikasi Gugus Fungsi
1. Wahyuni, Suci. Optimalisasi pada Proses Pembaluran Penderita
Temperatur Kalsinasi untuk Mioma. 2014. 1-28.
Mendapatkan Kalsit CaCO3 dalam 10. Rasyida, Kun. Deteksi Kemurnian Air
Cangkang Pensi (Corbicula moltkiana) Zamzam Menggunakan Metode
yang Terdapat di Danau Maninjau. Spektrofotometri Fourier Transform
Pillar Of Physic 2015, Vol. 6 : 81-88. Infra Red (FTIR) dan Kemometrik. e-
2. Knorr, D. 1984. Use Chitinous in Food Jurnal Pustaka Kesehatan 2014, 2(2):
Tech. 38:85. 320-326.
3. Kusumaningsih, Triana. Pembuatan 11. Wardaniati, Ratna Adi. Pembuatan
Kitosan dari Kitin Cangkang Bekicot Kitosan dari Kulit Udang dan
(Achatina fulica). Biofarmasi 2004, 2 Aplikasinya Untuk Pengawetan Bakso.
(2): 64-68. 2010. 1-5.
4. Sanjaya, Indah. Adsorpsi Pb(II) oleh 12. Purwakusumah, Edy Djauhari.
Kitosan Hasil Isolasi Kitin Cangkang Identifikasi dan Autentifikasi Jahe
Kepiting Bakau (Scyllsa sp). Jurnal Merah Menggunakan Kombinasi
Ilmu Dasar 2007,Vol.8 (1) :30-36. Spektroskopi FTIR dan Kemometrik.
5. Ifuku, Shinsuke. Chitin and Chitosan Jurnal Agritech 2014, 34(1): 82-87.
Nanofibers: Preparation and Chemical 13. Kurniasih, Mardiyah. Sintesis dan
Modifications. Molecules 2014, Karakterisasi Fisika-Kimia Kitosan.
19:18367-18380. Journal of Inovation 2011, 5(1): 42-48.
6. Palpandi, C.; Shanmugam, V.; 14. Agustina, S.; Kurniasih, Y.:
Shanmugam, S.: Extraction of Chitin Pembuatan Kitosan dari Cangkang
and Chitosan From Shel and Udang dan Aplikasinya Sebagai
Operculum of Mangrove Gastropod Adsorben untuk Menurunkan Kadar
Nerita (Dostia) crepidularia Lamarck. Logam Cu. Seminar Nasional FMIPA
International Journal of Medicine and UNDIKSHA 2013, 365-372.
Medical Sciences 2009, 1(5), 198-205. 15. Agustina, S; Swantara, I. M. D.;
7. Trisnawati, Elin. Pembuatan Kitosan Suartha, I. N.:. Isolasi Kitin,
dari Limbah Cangkang Kepiting Karakterisasi, dan Sintesis Kitosan
Sebagai Bahan Pengawet Buah Duku dari Kulit Udang. Jurnal Kimia 9,
dengan Variasi Lama Pengawetan. 2015, 271-278.
41
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Kata Kunci: Chlorella vulgaris, deltamethrin, fungsi hati, malondialdehid (MDA), katalase
(CAT)
42
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
pestisida yang dapat mengganggu fungsi spuit ukuran 3 mL, tempat air minum, alat
biokimia dan fisiologis sel darah merah. Sel bedah ( skapel, pinset, gunting, jarum ),
darah merah sangat rentan terhadap kertas label, mikroskop cahaya olympus BX
kerusakan oksidatif karena konsentrasi sel 51 dan tube.
yang tinggi dari asam lemak tak jenuh
ganda, hemoglobin dan oksigen, yang dapat
menghasilkan perubahan oksidatif pada sel 2.2 Bahan
darah merah. Untuk melindungi dirinya Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
sendiri, sel darah merah memiliki sistem yaitu mikroalga Chlorella vulgaris, medium
pertahaan antioksidan yang efektif BBM, etanol, akuades, deltamethrin 25
misalnya superoxide dismutase (SOD), g/L, CMC 1%.
katalase (CAT) dan glutathione peroxidase
(GPx) yang menetralisir oksidan reaktif 2.3 Prosedur Penelitian
menjadi tidak atau kurang reaktif [6,7]. 2.3.1 Preparasi Chlorella vulgaris
Chlorella vulgaris adalah mikroalga Mikroalga Chlorella vulgaris ditumbuhkan
yang termasuk kedalam golongan alga dalam medium BBM yang terdiri dari
hijau (chlorophyta). Bentuk sel Chlorella (NaNO3 10ml/L, MgSO4.7H2O 10 ml/L,
vulgaris bulat lonjong dengan garis tengah NaCl 10ml/L, K2HPO4 10ml/L, KH2PO4
sel antara 2-8 µm. Chlorella vulgaris 10ml/L, CaCl.2H2O 10ml/L, H3BO3 1ml/L,
berkembangbiak dengan cara membelah trace element 1ml/L, EDTA 1ml/L, Fe-
diri dan pembentukan spora. Chlorella solution 1ml/L). Medium BBM diautoclave
vulgaris bersifat fotoautotrof. Tubuhnya selama 1 jam dan didinginkan hingga suhu
terdiri atas satu sel (uniseluler). Chorella kamar.
vulgaris mampu hidup dengan baik pada
2.3.2 Preparasi Larutan Deltamethrin
lingkungan yang banyak mengandung
Larutan deltamethrin dibuat dengan dosis
unsur hara tinggi dan memanfaatkannya
2 mg/kg. Pembuatan larutan deltamethrin
untuk kelangsungan proses fotosintesis,
dibuat dengan melarutkan 1 mL dalam 100
berkembang biak dan melakukan aktivitas
mL akuades.
hidup lainnya [8].
Chlorella vulgaris merupakan 2.3.3 Pembuatan Larutan Chlorella vulgaris
mikroalga yang termasuk kedalam kelas Chlorella vulgaris dosis 10 mg/20 g BB
alga hijau. Mikroalga ini belum memiliki mencit. Biomassa Chlorella vulgaris
akar, batang dan daun sejati, tetapi telah ditimbang sebanyak 250 mg kemudian
memiliki pigmen klorofil sehingga bersifat dihaluskan di dalam lumpang selanjutnya
fotoautotrof. Tubuhnya terdiri atas satu sel ditambahkan dengan 10 mL aquades.
(uni selular) dan ada juga yang bersel Kemudian dipindahkan ke dalam botol
banyak ( multiseluler ) dengan sifat yang film. Selanjutnya campuran didiamkan
cenderung membentuk koloni [9]. Chlorella dalam suhu kamar dan disimpan di dalam
vulgaris mempunyai nutrisi seperti protein, lemari pendingin. Chlorella vulgaris dosis
lemak, β-karoten dan vitamin serta 15 mg/20 g BB mencit. Biomassa Chlorella
antioksidan seperti klorofil, lutein, α- vulgaris ditimbang sebanyak 500 mg
karoten, β-karoten, asam askorbat dan α- kemudian dihaluskan di dalam lumpang
tokoferol yang memiliki kemampuan untuk selanjutnya ditambahkan dengan 20 mL
mengikat radikal bebas [10]. aquades. Kemudian pindahkan ke dalam
Dalam penelitian ini, akan dilakukan botol film. Selanjutnya campuran
pengukuran tentang kerusakan hati akibat didiamkan dalam suhu kamar dan
keracunan deltamethrin, lipid peroksidasi disimpan di dalam lemari pendingin.
dan antioksidan pada mencit yang
diinduksi deltamethrin, yang akan diobati 2.3.4 Pemberian Mikroalga Chlorella
dengan menggunakan mikroalga Chlorella vulgaris pada Hewan Uji
vulgaris. Mikroalga ini memiliki kandungan Hewan uji diaklimatisasi selama 7 hari.
klorofil (pigmen) dan antioksidan yang Lalu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
dapat menangkal radikal bebas. kelompok normal dan kelompok
deltamethrin, hewan uji ditimbang berat
2. Metodologi Penelitian badannya, kemudian kelompok normal
2.1 Alat diteruskan sebagai kelompok normal atau
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
kelompok kontrol negatif dan kelompok
ini yaitu peralatan gelas, sentrifus,
yang diberi deltamethrin kemudian dibagi
autoclave, neraca analitik, spektofotometer, kembali menjadi 3 kelompok (kelompok A,
oven, kandang untuk pemeliharaan mencit, kelompok B dan kontrol positif) sebagai
43
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
44
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
45
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
penyakit kronik sedangkan enzim SGOT ini menurun sehingga lipid peroksidasi juga
lebih sering diukur untuk penyakit yang akan ikut menurun [17].
akut seperti nekrosis hati akibat keracunan
[14]. 3.5 Hasil Uji Aktivitas Enzim Katalase
(CAT)
3.4 Hasil Uji Malondialdehid (MDA) Katalase (CAT) merupakan salah satu
MDA adalah produk sampingan dari enzim pertahanan antioksidan, tubuh
peroksidasi lipid dengan berat molekul memiliki pembentukan antioksidan sendiri
rendah, yang berasal dari dekomposisi untuk menyeimbangi radikal bebas yang
hidroperoksida lipid yang sangat reaktif. terbentuk, jika enzim pertahanan tidak
MDA digunakan sebagai penanda stres mampu untuk melawan radikal bebas
oksidatif. Kerusakan oksidatif muncul maka akan menimbulkan stress oksidatif
ketika ketidakseimbangan terjadi dalam dimana akan menyebabkan naiknya
sistem, yaitu kelebihan produksi radikal peroksidasi lipid atau malondialdehid
bebas atau penurunan mekanisme (MDA) [18].
pertahanan antioksidan. Dalam keadaan
ini radikal bebas bereaksi dengan lipid, Tabel 4. Hasil uji aktivitas enzim katalase (CAT)
protein dan DNA sering menyebabkan CAT (nmol/mL)
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki No Perlakuan 7 14 21
yang dapat menyebabkan kematian sel. Hari Hari Hari
Salah satu yang ditimbulkan dari 1 Normal 9,12
2 Kelompok 8,29 10,86
kerusakan oksidatif adalah peroksidasi
deltamethrin
lipid [15]. 3 Chlorella 12,67 10,54
vulgaris 10
Tabel 3. Hasil uji malondialdehid (MDA) mg/20g BB
MDA (nmol/mL) 4 Chlorella 11,02 10,24
No Perlakuan 7 14 21 vulgaris 15
Hari Hari Hari mg/20g BB
1 Normal 1,34
2 Kelompok 3,50 2,14 Pada tabel 4 didapatkan bahwa aktivitas
deltamethrin
enzim katalase pada kelompok
3 Chlorella vulgaris 1,11 1,67
10 mg/20g BB deltamethrin pada hari ke-7 terjadi
4 Chlorella vulgaris 1,67 1,59 penurunan dibandingkan dengan kelompok
15 mg/20g BB normal, sedangkan aktivitas enzim katalase
terjadi peningkatan pada pemberian
Berdasarkan pada tabel 3 dapat dilihat mikroalga Chlorella vulgaris dosis 10
bahwa terjadinya peningkatan mg/20g BB, sedangkan pada pemberian
malondialdehid (MDA) pada kelompok mikroalga Chlorella vulgaris dosis 15
deltamethrin di bandingkan dengan mg/20g BB terjadi penurunan aktivitasnya.
kelompok normal. Peningkatan MDA ini Hal ini menjelaskan bahwa dosis 10
disebabkan oleh meningkatnya jumlah mg/20g BB lebih efektif meningkatkan
radikal di dalam tubuh mencit yang telah aktivitas enzim katalase dibandingkan
diinduksi insektisida deltamethrin. Dengan dengan dosis 15 mg/20g BB.
meningkatnya MDA maka lipid peroksidasi Mikroalga Chlorella vulgaris memiliki
juga akan meningkat serta stress oksidatif kandungan senyawa flavonoid yang aktif
juga akan meningkat [16]. sebagai antioksidan yang dapat
Setelah pemberian mikroalga menyeimbangi terbentuknya radikal bebas
Chlorella vulgaris selama 14 hari dapat didalam tubuh, sehingga produksi radikal
dilihat bahwa malondialdehid pada bebas didalam tubuh akan berkurang.
kelompok Chlorella vulgaris dosis 10 Peningkatan radikal bebas didalam tubuh
mg/20g BB dan 15 mg/20g BB mengalami ditandai dengan meningkatnya peroksidasi
penurunan jika di bandingan dengan lipid (MDA) yang merupakan marker dari
kelompok deltamethrin. Hal ini stress oksidatif. Jika terjadi peningkatan
membuktikan bahwa mikroalga Chlorella peroksidasi lipid didalam darah maka akan
vulgaris memiliki senyawa antioksidan meningkat pula stress oksidatif didalam
yang mampu menangkal radikal bebas tubuh yang menyebabkan produksi radikal
akibat keracunan insektisida deltamethrin. bebas akan semakin banyak. Pada
Dengan menurunnya jumlah radikal bebas penelitian ini mikroalga Chlorella vulgaris
ditubuh mencit maka MDA juga akan mampu untuk menurunkan
46
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
47
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
48
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Abstrak: Penelitian tentang analisis kualitas air danau biru bekas tambang batu bara
terhadap sifat kimia dan fisika telah dilakukan. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan
Februari (saat kemarau) dan pada bulan Maret (saat hujan) pada 12 titik lokasi di sekeliling
danau biru. Penentuan pH dilakukan langsung di lapangan mengunakan pH meter tipe pena
(pH-900(I)A). Analisis kandungan logam dari setiap sampel dilakukan dengan metoda
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Sedangkan konduktivitas dan Total Dissolved Solids
(TDS) ditentukan menggunakan alat EC/TDS meter. Nilai pH yang didapatkan pada saat
kemarau dan saat hujan dari air danau biru nilainya relatif lebih kecil dan hampir sama pada
semua lokasi yaitu berkisar antara 4,1 sampai 4,3. Pada saat kemarau kandungan logam yang
tinggi adalah logam Fe (2,1509 mg/L) dan Cd (0,0256 mg/L), sedangkan logam Cu relatif lebih
rendah yaitu 0,0194 mg/L dan logam Pb tidak terdeteksi, pada saat hujan kandungan logam
yang tinggi adalah logam Fe (0,2239 mg/L), Cd (0,0190mg/L), dan Pb (0,0351 mg/L),
sedangkan logam Cu relatif lebih rendah yaitu 0,0072 mg/L. Nilai konduktivitas berkisar
antara 7,2-15,4 µS/cm dan nilai TDS diperoleh antara 362-376 mg/L, ini masih berada pada
kisaran kualitas air sangat baik (nilai TDS <400).
Kata kunci: pH, SSA, konduktivitas, TDS
1. Pendahuluan
Kegiatan pembangunan seringkali dan air permukaan dari hasil
menyebabkan kerusakan lingkungan, penambangan tersebut. Dimana air yang
sehingga menyebabkan penurunan mutu muncul dipermukaan bekas tambang batu
lingkungan berupa kerusakan ekosistem bara tersebut berwarna biru, yang diduga
yang selanjutnya mengancam dan mengandung logam berat. Unsur yang
membahayakan kelangsungan hidup termasuk logam berat seperti As, Cr, Cd,
manusia itu sendiri. Kegiatan seperti Pb, Fe, Cu, Co, Hg, Se, Sb, Mn, Zn, dan Ni
pembukaan hutan, penambangan, berasal dari limbah industri batu bara dan
pembukaan lahan pertanian, dan hasil aktifitas manusia [2].
pemukiman, bertanggung jawab terhadap Logam berat termasuk bahan pencemar
kerusakan ekositem yang terjadi. Begitu yang berbahaya, pencemaran oleh logam
juga dengan penambangan batu bara yang ini akan merusak stabilitas,
ada di Sawahlunto (kandis), yang keanekaragaman dan perkembangan
menimbulkan genangan air berwarna biru ekosistem. Logam berat umumnya bersifat
(danau biru). Danau biru berasal dari toksik (racun) dan kebanyakan di air
bekas galian tambang batu bara di daerah ditemui dalam bentuk ion. Diantara ion
Sawahlunto. Bekas tambang digenangi oleh logam berat yang mencemari perairan
air yang berasal dari sumber air bawah adalah ion logam cadmium (Cd), krom (Cr),
tanah. Danau kelihatan berwarna biru dari timbal (Pb), tembaga (Cu), merkuri (Hg),
jarak tertentu akibat scattering cahaya besi (Fe) [3]. Hasil penambangan batu bara
matahari yang datang ke permukaan tersebut menimbulkan dampak, dimana
danau yang diduga mengandung logam- tergenangnya air yang cukup banyak
logam berat tertentu [1]. diharapkan dapat digunakan untuk
Pada lahan bekas tambang batu bara ini aktifitas yang bermanfaat seperti
masalah utama yang timbul adalah pariwisata, sumber air minum, dan
perubahan lingkungan. Hal ini disebabkan keperluan perkebunan. Sampai saat
karena komposisi batu bara tersebut sekarang informasi, kondisi dan kualitas
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, air serta pemanfaatan air danau tersebut
nitrogen, dan sulfur. Perubahan kimiawi belum ada.
terutama berdampak terhadap air tanah
49
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Berdasarkan hal di atas perlu dilakukan Ditimbang 0,3996 gram Pb(NO3)2 dan
penelitian tentang kualitas air danau biru dilarutkan dalam labu 250 mL
bekas tambang batu bara di Sawahlunto diencerkan hingga tanda batas dengan
agar dapat diketahui karakteristik air menggunakan akuades.
danau biru tersebut, terkait dengan c. Pembuatan Larutan Induk Fe(III) 1000
kandungan logam-logam berat dan nilai mg/L
pH. Karakteristik yang terbatas pada pH Ditimbang 1,8085 gram Fe(NO3)3.9H2O
dan kandungan logam-logam berat (Cd, Pb, dan dilarutkan dalam labu 250 mL
Fe, Cu) dikaitkan dengan aspek diencerkan hingga tanda batas dengan
lingkungan. karakteristik air danau biru menggunakan akuades.
dikaitkan dengan standar baku mutu air, d. Pembuatan Larutan Induk Cu(II) 1000
sehingga dapat diperoleh potensi dan mg/L
kualitas air danau tersebut yang dapat Ditimbang 0,9505 gram Cu(NO3)2.3H2O
dimanfaatkan sebagai daerah wisata. dan dilarutkan dalam labu 250 mL
Untuk itu perlu dilakukan analisis diencerkan hingga tanda batas dengan
kandungan logam-logam berat seperti Cd, menggunakan akuades.
Pb, Fe, Cu, pH, konduktivitas dan Total 2.3.3 Pengukuran konsentrasi logam Cd,
Dissolve Solids (TDS) air danau pada saat Pb, Fe, Cu
kemarau (Februari) dan hujan (Maret). a) Pengukuran konsentrasi logam Cd
Sebagai informasi bahwa sampai saat ini Pembuatan larutan standar Cd2+ dengan
masyarakat yang mengunjungi lokasi variasi konsentrasi 0,1;0,2;0,3;0,4;0,5
danau Biru hanya sebatas melihat mg/L yaitu dengan cara memipet
keindahan alam dan belum berani larutan standar Cd2+ 50 ppm masing-
memanfaatkan air danau tersebut. masing 0,1 mL, 0,2 mL, 0,3 mL, 0,4 mL,
0,5 mL dan diencerkan dalam labu ukur
2. Metodologi Penelitian 50 mL. Selanjutnya diukur absorban
2.1 Alat masing-masing larutan standar dan juga
Alat yang digunakan pada penelitian ini dilakukan pengukuran absorban sampel
adalah Spektrofotometri Serapan Atom sebanyak 12 titik lokasi.
(SSA) merk Varian AA240, pH meter tipe b) Pengukuran konsentrasi logam Pb
pena (pH-900(I)A), EC/TDS meter (HANNA) Pembuatan larutan standar Pb2+ dengan
dan peralatan gelas lainnya yang biasa variasi konsentrasi 0,2;0,4;0,6;0,8;1,0
digunakan di laboratorium. mg/L yaitu dengan cara memipet
2.2 Bahan larutan standar Pb2+ 50 ppm masing-
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini masing 0,2 mL, 0,4 mL, 0,6 mL, 0,8 mL,
adalah Cd(NO3)2.4H2O, Fe(NO3)3.9H2O, 1,0 mL dan diencerkan dalam labu ukur
Cu(NO3)2.3H2O, Pb(NO3)2, HNO3 pa. 50 mL. Selanjutnya diukur absorban
2.3 Prosedur Kerja masing-masing larutan standar dan juga
2.3.1 Persiapan Sampel dilakukan pengukuran absorban sampel
Sampel diambil di 12 titik lokasi danau sebanyak 12 titik lokasi.
biru. Pengambilan sampel dilakukan c) Pengukuran konsentrasi logam Fe
sebanyak dua kali yaitu pada saat kemarau Pembuatan larutan standar Fe3+ dengan
(Februari) dan saat hujan (Maret). Sampel variasi konsentrasi 0,5;1,0;1,5;2,0;2,5
diambil pada bagian dasar, tengah, dan mg/L yaitu dengan cara memipet
permukaan, selanjutnya dihomogenkan. larutan standar Fe3+ 50 ppm masing-
Setelah itu diukur pH masing-masing titik masing 0,5 mL, 1,0 mL, 1,5 mL, 2,0 mL,
lokasi dilapangan. Selanjutnya diasamkan 2,5 mL dan diencerkan dalam labu ukur
dengan HNO3 pa sampai pHnya mendekati 50 mL. Selanjutnya diukur absorban
≤ 2, kemudian sampel dibawa ke masing-masing larutan standar dan juga
laboratorium untuk dilakukan pengukuran dilakukan pengukuran absorban sampel
parameter lainnya. sebanyak 12 titik lokasi.
2.3.2 Pembuatan Larutan Standar d) Pengukuran konsentrasi logam Cu
a. Pembuatan Larutan Induk Cd(II) 1000 Pembuatan larutan standar Cu2+ dengan
mg/L variasi konsentrasi 0,3;0,6;0,9;1,2;1,5
Ditimbang 0,6861 gram Cd(NO3)2.4H2O mg/L yaitu dengan cara memipet
dilarutkan dalam labu 250 mL dan larutan standar Cu2+ 50 ppm masing-
diencerkan hingga tanda batas dengan masing 0,3 mL, 0,6 mL, 0,9 mL, 1,2 mL,
menngunakan akuades. 1,5 mL dan diencerkan dalam labu ukur
b. Pembuatan Larutan Induk Pb(II) 1000 50 mL. Selanjutnya diukur absorban
mg/L masing-masing larutan standar dan juga
50
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
51
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Konsentrasi Cd (mg/L)
Hujan
0.02 terjadi penurunan konsentrasi pada logam
yang bervariasi, hal ini disebabkan karena
0.015 saat pengambilan sampel cuaca mendung
dan hujan (Maret) lebat sehingga air danau
0.01
mengalami pengenceran. Tetapi tidak pada
0.005 logam Pb yang mengalami kenaikan
konsentrasi. Hal ini disebabkan karena
0 hujan (Maret) deras yang menghasilkan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 hujan (Maret) asam. Pada pengambilan
Titik Pengambilan Sampel sampel saat kemarau (Februari) hasil
Gambar 2. Histogram konsentrasi logam Cd Air penentuan konsentrasi logam Pb pada air
Danau Biru danau biru dapat dikatakan tidak
Penurunan konsentrasi pada pengambilan terdeteksi. Dari hasil data penelitian
sampel saat hujan (Maret) diakibatkan konsentrasi logam Pb tidak ditemukan
karena bertambahnya volume air danau pada air danau biru di sekitar lokasi.
biru akibat curah hujan (Maret) dan sesuai dengan penelitian terdahulu yang
sumber mata air pada danau sehingga mengatakan bahwa area bekas tambang
mengalami pengenceran dan penurunan batu bara dan batu kapur terdapat arsenic
konsentrasi. Perbedaan konsentrasi pada yang kaya dengan pirit, tetapi galena (PbS)
tiap sampel belum dapat dijelaskan karena terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit
air danau biru mempunyai sumber yang [6]. Pada pengambilan sampel saat hujan
sama dan tidak mempunyai buangan air. (Maret) didapat hasil yang berbeda dimana
Semua lokasi danau biru mengandung konsentrasi Pb yang diitemukan yaitu
logam Cd yang nilainya relative lebih tinggi antara 0,0081 mg/L – 0,0351 mg/L, dan
dari standar baku mutu air. Berarti air ini ditemukan pada beberapa lokasi seperti
tidak dapat digunakan untuk kebutuhan DB5, DB3, dan DB10 konsentrasi logam Pb
masyarakat. Adanya logam berat seperti Cd teryata relative lebih besar dari kebanyakan
dalam larutan asam merupakan hasil dari lokasi lain. Hal ini disebabkan oleh
melarutnya mineral-mineral (khususnya perkembangan industry dan pencemaran
silikat, oksida, dan sulfide) yang terdapat polusi kendaraan yang mengakibatkan
pada lapisan batru bara dan batu kapur hujan (Maret) asam dan pencemaran logam
[6]. Menurut standar baku mutu air (kelas berat. Konsentrasi logam yang ditemukan
I, kelas II, kelas III, kelas IV) memiliki batas pada lokasi DB5, DB3, dan DB10 masing-
maksimal konsentrasi Cd 0,0100 ppm. masing sebesar 0,0351 mg/L, 0,0243
mg/L, 0,0270 mg/L. Semua lokasi air
3.2.2 Penentuan Konsentrasi Logam Pb Air danau biru mengandung logam Pb yang
Danau Biru nilainya relative kecil dari stantar baku
Analisis penentuan konsentrasi logam Pb mutu air baik pada pengambilan sampel
dalam air danau biru dilakukan dengan saat kemarau (Februari) dan hujan (Maret),
menggunakan AAS. Hasil penentuan tapi belum bisa dikatakan air ini bisa
konsentrasi logam Pb ditampilkan dalam digunakan karena kandungan logam
grafik yang dapat dilihat pada Gambar 3 lainnya relative tinggi dari standar baku
0.04 air.
0.035 Kemarau 3.2.3 Penentuan Konsentrasi Logam Fe Air
Danau Biru
Konsentrasi Pb (mg/L)
0.03 Hujan
Analisis penentuan konsentrasi logam Fe
0.025
dalam air danau biru dilakukan dengan
0.02 menggunakan SSA (Spektrofotometer
0.015 Serapan Atom). Hasil penentuan
0.01 konsentrasi logam Fe ditampilkan dalam
0.005 histogram yang dapat dilihat pada Gambar
0 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Titik Pengambilan Sampel
Gambar 3. Histogram konsentrasi logam Pb Air
Danau Biru
52
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
2.5 0.12
Konsentrasi Cu mg/L
0.1
Konsentrasi Fe
2
Kemarau Kemarau
0.08
Hujan
(mg/L)
1.5 Hujan
0.06
1 0.04
0.5 0.02
0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Titik Pengambilan Sampel
Titik Pengambilan Sampel
Gambar 4. Histogram konsentrasi logam Fe Air Gambar 5. Histogram konsentrasi logam Cu Air
Danau Biru Danau Biru
Dari hasil data penelitian pada Dari hasil data penelitian pada
pengambilan sampel saat kemarau pengambilan sampel saat kemarau
(Februari) konsentrasi logam Fe ternyata (Februari) menunjukkan konsentrasi logam
bervariasi pada semua lokasi dengan nilai Cu ternyata pada semua lokasi bervariasi
antara 0,3269 mg/L - 2,1509 mg/L, dapat antara nilai 0,0086 mg/L - 0,0194 mg/L,
dilihat pada data 4.4 di atas. Konsentrasi berdasarkan titik lokasi pengambilan
logam Fe yang tertinggi terdapat pada sampel maka DB1, DB2, DB3, DB6 dan
sampel DB10 yang nilainya jauh lebih DB10 memiliki kandungan Cu relative
tinggi dari nilai rata-rata yang lain. Ini tinggi. Pada pengambilan sampel saat
menunjukkan distribusi logam Fe yang hujan (Maret) didapatkan konsentrasi
tidak merata pada semua lokasi. Dapat logam Cu yaitu antara 0,0050 mg/L –
diduga bahwa sumber pirit terdapat pada 0,0978 mg/L. Pada pengambilan saat
lokasi-lokasi tertentu dan ditambah lagi hujan (Maret) beberapa lokasi seperti DB1
difusi yang lambat dari ion-ion Fe karena dan DB2 ditemukan konsentrasi logam Cu
danau merupakan genangan air statis. ternyata relatif lebih besar dibandingkan
Pada pengambilan sampel saat hujan pada lokasi pengambilan saat kemarau
(Maret) konsentrasi logam Fe mengalami (Februari), hal ini disebabkan karena
penurunan, hal ini disebabkan karena terpaparnya mineral sulfide (umumnya
meningkatnya volume air pada lokasi pyrite) terhadap air dan udara yang
pengambilan sampel sehingga mangakibatkan teroksidasinya sulfur [7],
mengakibatkan konsentrasi Fe menurun sehingga mengakibatkan konsentrasi pada
[7]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa loksi DB1 dan DB2 lebih besar. Dari data
konsentrasi logam Fe berada di atas pengambilan sampel saat kemarau
standar kualitas baku mutu air pada (Februari) dan hujan (Maret) didapat
pengambilan sampel saat kemarau konsentrasi logam Cu yang berada dibawah
(Februari) dan hujan (Maret). Air Danau standar baku mutu air baik itu pada kelas
Biru Sawahlunto tidak dapat digunakan I, II, III, dan IV. sebagaimana pada
untuk kebutuhan masyarakat, kebutuhan penelitian terdahulu bahwa logam Cu tidak
lainnya dan juga kondisi pH yang sangat termasuk kedalam katagori drainase
asam (4-5) menyebabkan sebagian logam- tambang asam dari tambang baru bara
logam dapat larut khususnya Fe. yang biasanya mengandung konsentrasi
3.2.4 Penentuan Konsentrasi Logam Cu Air relative kecil28.
Danau Biru Konduktivitas
Suhu (ᵒC)
(µS/cm)
Analisis penentuan konsentrasi logam Cu Sampel
Kemarau Hujan Kemarau Hujan
dalam air danau biru dilakukan dengan (Februari) (Maret) (Februari) (Maret)
menggunakan SSA (spektrofotometer DB1 30,4 27,3 14,7 12,3
serapan atom). Hasil penentuan 27,1 8,4
DB2 30,2 10,6
konsentrasi logam Cu ditampilkan dalam
DB3 30,2 27,1 9,8 7,2
histogram yang dapat dilihat pada Gambar
DB4 30,3 27,2 15,1 13
5
DB5 30,6 27,4 15,1 12,2
DB6 30,7 27,5 14 11,8
DB7 29,2 26,1 13,9 11,4
DB8 29,1 26,1 10,4 8,1
DB9 29,6 26,3 10,2 8,3
DB10 29,5 26,2 15,4 13,1
DB11 29,7 26,4 11,4 9,1
DB12 30,3 27,2 14,6 53
12,2
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
54
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
55
[Type here] Jurnal Kimia Unand (ISSN No.2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Andalas
e-mail : ferdinalnorman@yahoo.co.id
Abstrak: Identifikasi senyawa metabolit sekunder, uji aktivitas antibakteri, dan uji aktivitas
antioksidan dari ekstrak ranting benalu jengkol (Scurrula ferruginea (Jack) Danser) telah
dilakukan. Proses ekstraksi ranting benalu jengkol dilakukan dengan cara maserasi.
Identifikasi metabolit sekunder pada ekstrak ranting benalu jengkol mengandung senyawa
Flavonoid, fenolik, steroid, dan alkaloid. Aktivitas antioksidan dilakukan dengan metoda
DPPH (1,1-diphenyl-2-pycrilhydrazil). Aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol dengan nilai
IC50 140,278 mg/L dan ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 194,324 mg/L tergolong sedang
antioksidan, pada ekstrak heksana memiliki nilai IC50 303,375 mg/L tergolong lemah
antioksidan. Pada uji aktivitas antibakteri menggunakan bateri Staphylococcus Aureus zona
inhibisi terbaik ditunjukkan oleh ekstrak etil asetat pada konsentrasi 1000 mg/L dengan
diameter zona inhibisi 9,7 mm. untuk bakteri Escherichia coli zona inhibisi terbaik terdapat
pada ekstrak methanol dengan konsentrasi 1000 mg/L dengan diameter zona 8,2 mm.
Kata kunci : Scurrula ferruginea (Jack) Danser, metabolit sekunder, DPPH, antibakteri
58
[Type here] Jurnal Kimia Unand (ISSN No.2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
konsentrasi larutan induk 1000 mg/L. Uji fitokimia dilakukan pada ranting benalu
Larutan uji dibuat dengan beberapa variasi segar dan ekstrak ranting benalu. Hasil
konsentrasi melalui pengenceran pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
bertingkat yaitu dengan konsentrasi 1000; Tabel 3.1 Hasil uji fitokimia ranting
500; dan 250; mg/L benalu jengkol
2.7.5. Pengujian aktivitas antibakteri Keterangan :
Media Mueller-Hinton Agar yang telah + (mengandung metabolit sekunder)
dibuat dipanaskan kembali hingga menjadi - (tidak mengandung metabolit sekunder)
cair dan dimasukkan kedalam 8 tabung 3.3. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
reaksi yang telah steril sebanyak 15 mL Ranting Benalu Jengkol dengan Metode
masing-masingnya. Kemudian disterilkan DPPH
kembali dengan menggunakan autoclaf. Uji aktivitas antioksidan dilakukan untuk
Selanjutnya dituangkan kedalam masing- mengetahui kapasitas senyawa aktif yang
masing petridish dan dibiarkan memadat terdapat pada ekstrak untuk menangkal
pada suhu kamar didalam laminar air flow. radikal bebas. Masing-masing ekstrak dari
Masing-masing media telah padat ditetesi sampel ranting benalu jengkol diuji
dengan suspensi bakteri uji dan diratakan, aktivitas antioksidannya dengan
kemudian didiamkan hingga kering selama menggunakan metode DPPH dan juga
15 menit pada suhu kamar didalam pengukuran terhadap kontrol positif yaitu
laminar aifflow. Kertas cakram steril asam askorbat. DPPH merupakan senyawa
dengan diameter 5 mm dibasahi dengan radikal bebas yang stabil. Ekstrak ranting
larutan uji, kemudian diletakan pada benalu jengkol diuji dengan menggunakan
media tersebut dan diinkubasi pada suhu variasi konsentrasi untuk melihat
ruang selama 24 jam. Percobaan ini penghambatan (inhibisi) terhadap radikal
dilakukan dua kali pengulangan (duplo). bebas pada DPPH. Berikut grafik aktivitas
Sebagai pembanding/kontrol positif antioksidan dari ekstrak ranting benalu
digunakan gentamycin 40 mg/L dan jengkol dapat dilihat pada Gambar 3.1
kontrol negatif menggunakan etil asetat
distilat. Adanya zona bening disekitar
cakram menunjukkan adanya daerah
hambatan pertumbuhan bakteri. Diameter
zona bening diukur secara horizontal dan
vertikal dengan menggunakan penggaris.
60
[Type here] Jurnal Kimia Unand (ISSN No.2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
benalu jengkol memiliki kemampuan yang [4] Ladokun, O. Abiola., Oni, S. Olufunso.,
cukup dalam menghambat pertumbuhan dan Ojezele, O. Matthew. (2015).
bakteri, baik bakteri Gram positif maupun Biochemical Composition Of Mistletoe
bakteri Gram negatif15. as Affected by Hosts (Cocoa, Kola and
Coffee Tree). Rep Opinion, 7(6):1-4.
4. Kesimpulan [5] Brook, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A.
Berdasarkan penelitian yang telah 2005. Mikrobiologi kedokteran (Medical
dilakukan pada ekstrak ranting benalu Microbiology). Salemba Medika :
jengko, dapat ditarik kesimpulan bahwa Jakarta. 223-235.
[6] Sunaryo dan Rachman, Erlin. (2007).
ranting benalu jengkol segar mengandung
Keanekaragaman Jenis Benalu Parasit
fenolik dan steroid. Pada ekstrak metanol pada Tanaman Koleksi di Kebun Raya
mengandung flavonoid, fenolik, steroid dan Eka Karya, Bali. Berk. Penel. Hayati:
alkaloid. Pada ekstrak etil asetat 13:1-5.
mengandung fenolik, steroid dan alkaloid. [7] Niken, W.: Pengukuran Aktivitas
Pada ekstrak n-heksan mengandung Antioksidan dengan Metode CUPRAC,
steroid. Pada uji aktivitas antioksidan DPPH, dan FRAP serta Korelasinya
dengan Fenol dan Flavonoid pada
ekstrak ranting benalu jengkol
Enam Tanaman.: Jurusan Kimia,
menggunakan metode DPPH menunjukkan Institut Pertanian Bogor, 2010, Hal. 1.
bahwa ekstrak metanol (140,278 mg/L) [8] Tristantini,; Dewi .:Pengujian Aktivitas
dan ekstrak etil asetat (194,324 mg/L) Antioksidan Menggunakan Metode
tergolong sedang antioksidan, sedangkan DPPH pada Daun Tanjung (Mimusops
ekstrak heksana (303,785 mg/L) tergolong elengi L).: Yogyakarta. Pengembangan
lemah antioksidan. Dan pada uji aktifitas Teknologi Kimia untuk Pengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia, 2016.
antibakteri ranting benalu jengkol tergolong
[9] H.B. Sembiring.; S. Lenny.: Aktivitas
aktif sebagai antibakteri, dapat dilihat dari Antioksidan Senyawa Flavonoida dari
zona inhibisi terbaik dihasilkan pada Daun Benalu Kakao (Dendrophthoe
ekstrak etil asetat dengan konsentrasi 1000 pentandra (L.) Miq.).: Medan,
mg/L yaitu 9,7 mm pada bakteri Universitas Sumatra Utara, 2015.
Staphylococcus aureus dan 8,2 mm pda [10] Kesuma, S.; Yenrina, R.: Antioksidan
Alami dan Sintetik: Padang, Andalas
bakteri Escherichia coli.
University Press, 2015.
[11] Siahaan, C. E. (2015). Uji Skrining
5. Ucapan Terimakasih
Fitokimia, Aktivitas Antioksidan dan
Penulis menyampaikan terima kasih
Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil
kepada Andeska yang telah memenuhi
Asetat Dan n-Heksana Daun Benalu
segala kebutuha selama proses penelitian .
Kakao (Dendrophthoe Pentandra (L.)
Selanjutnya penulis juga mengucapkan
Miq.). Skripsi Sarjana Sains
terima kasih kepada rekan-rekan di
Universitas Sumatera Utara.
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam
[12] Cahyaningrum, K; Husni, A;
serta analisnya yang telah memberikan
Budhiyanti, S. A:Antioxidant Activity
bantuan dan fasilitas dalam penyelesaian
Of Brown Seaweed (Sargassum
penelitian dan penulisan jurnal ilmiah ini.
polycystum) Extracts, AGRITECH,
2016, 2, 36
Referensi
[13] Krishnarajua, A. V., Raoa, T. V. N.,
[1] Scurrula ferruginea (Jack) Danser,
Sundararajua, D., Vanisreeb, M.,
Flora of China, 5:227-231, 2003
Tsayb, H. S., and Subbaraju, G. V.,
[2] Nirwana, Ardy Prian., Astirin, Okid
Assessment of Bioactivity of Indian
Parama., dan Widiyani, Tetri. (2015).
Medicinal Plants using Brine Shrimp
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
(Artemia salina) Lethality Assay,
Daun Benalu Kersen (Dendrophtoe
International Journal of Applied Science
Pentandra L. Miq.). EL-VIVO. 3(2):9 –
and Engineering, 2005, 3, 2, 125-134
15.
[14] Zuhra, C. F.; Taringan, J. B.; Sihotang,
[3] Devehat, F.L., Tomasi, S., Fontanel, D.,
H.: Aktivitas Antioksidan Senyawa
Boustie, J., Flavonols from Scurrula
Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus
ferruginea Danser (Loranthaceae), Z.
Naturforsch., 57c:1092-1095, 2002
61
[Type here] Jurnal Kimia Unand (ISSN No.2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
androgunus (L) Merr.), Jurnal Biologi
Sumatera, 2008, 1, 3, 7-10.
[15] Jannata, R.H; Gunadi, A; Ermawati,
T:Antibacterial Activity OfManalagi
Apple Peel (MalusSylvestris Mill.)
Extract On TheGrowth Of
Streptococcus Mutans,Jurnal Pustaka
Kesehatan, 2014, 2(1)
[16] Syahrurachman, A.: Buku Ajar
mikrobiologi Kedokteran, Staf Pengajar
Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta, 1994. 103, 177.
[17] Cappurino, J.G.; Sherman N.
Microbiology: A Laboratory Manual,The
Benyamin/Cummings Publishing
Company. Inc.1992, 250-252.
[18] Pelczar, M.J.: Elements of Microbiology,
McGraw-Hill: New York. 1981.
[19] Edberg, S.C.; Berger: Tes Kerentanan
Antimikroba In Vitro. Penerbit Buku
Kedokteran: Jakarta, 1986, 199-211.
[20] Khairunisa, Norman.F. Identifikasi
metabolit Sekunder, Uji Aktivitas
Antibakteri, Uji Toksisitas Dari ekstrak
Daun Benalu Jengkol. Kimia. FMIPA.
Universitas Andalas
[21] Ramadani Aldila.R, Norman.F.
Identifikasi Metabolit Sekunder, Uji
aktivitas Antioksidan ,dan Penentuan
Kandungan Fenolik Total dari Ekstrak
Daun Benalu Jengkol. Kimia. FMIPA.
Universitas Andalas
62