Anda di halaman 1dari 66

ISSN No.

2303-3401

Volume 7 Nomor 2
Mei, 2018

Media untuk mempublikasikan


hasil-hasil penelitian seluruh
dosen dan mahasiswa Kimia
FMIPA Unand

Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas
Tim Editorial Jurnal Kimia Unand
Emil Salim, M.Sc, M.Si
Dr. Syukri
Prof. Dr. Adlis Santoni
Prof. Dr. Rahmiana Zein
Prof. Dr. Syukri Arief
Dr. Mai Efdi

Alamat Sekretariat
Jurusan Kimia FMIPA Unand
Kampus Unand Limau Manis, Padang – 25163
PO. Box 143, Telp./Fax. : (0751) 71 681
Website Jurnal Kimia Unand: www.jurnalsain-unand.com
Corresponding E-mail: salim_emil17@yahoo.com
syukri@fmipa.unand.ac.id
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

DAFTAR ISI

JUDUL ARTIKEL Halaman


1. UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, TOKSISITAS DAN 1-8

KANDUNGAN FENOLIK TOTAL DARI DAUN PURING


MERAH
(Codiaeum variegatum (L.) Rumph)
Emil Salim, Hasnirwan, Seri Sartika

2. PENENTUAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL, UJI 9-15


AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, AKTIVITAS ANTIMIKROBA
DAN SITOTOKSIK DARI FRAKSI METANOL DAUN MIANA
(Plectranthus Scutellarioides (L.) R. Br)
Suryati, Bustanul Arifin, Wize Adriani

3. VALIDASI METODE DPPH UNTUK PENENTUAN 16-21


KANDUNGAN ANTIOKSIDAN TOTAL PADA BAYAM,
SELEDRI, SAWI HIJAU, SAWI PUTIH DAN DAUN BAWANG
DALAM PELARUT METANOL DAN HEKSANA SECARA
SPEKTROFOTOMETRI
Yefrida, Muhamad Ali Anwar, Refilda

4. PENENTUAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL, UJI 22-28


AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, AKTIVITAS ANTIMIKROBA,
DAN UJI SITOTOKSIK DARI EKSTRAK HEKSANA DAUN
MIANA (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br)
Suryati, Bustanul Arifin , Febria Syafitri

5. PENGUJIAN ANTIBAKTERI DAN ANTIJAMUR DARI DAUN 29-35


PURING MERAH (Codiaeum variegatum (L.) Rumph)
Hasnirwan, Vinny Jovalyna, Adlis Santoni

6. PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT PENSI (Corbicula 36-41


moltkiana) SERTA UJI SIFAT FISIKA DAN KIMIANYA
Yulizar Yusuf, Vicya Merry F., Safni

7. EFEK INDUKSI DARI Chlorella vulgaris TERHADAP SUB 42-48


AKUT TOKSISITAS DELTAMETHRIN (DLM) PADA MENCIT
Rita Wulandari, Armaini, Abdi Dharma

i
8. ANALISIS KUALITAS AIR LAHAN BEKAS TAMBANG BATU BARA 49-55
TERHADAP SIFAT KIMIA (PH DAN KONSENTRASI LOGAM CD, PB,
FE, CU) DAN SIFAT FISIKA (TEMPERATUR, KONDUKTIVITAS, TDS)
DI DANAU BIRU KOTA SAWAHLUNTO
Hermansyah Aziz, Yulizar Yusuf, Mu’ammar Irfan Mawardi*

9. IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER, UJIAKTIVITAS 56-62


ANTIBAKTERI, DANUJIAKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK
RANTINGBENALUJENGKOL(Scurrula ferruginea (Jack) Danser)
Norman Ferdinal,Adlis Santoni, Indra*

ii
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, TOKSISITAS DAN KANDUNGAN


FENOLIK TOTAL DARI DAUN PURING MERAH
(Codiaeum variegatum (L.) Rumph)
Emil Salim*, Hasnirwan, Seri Sartika
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia.
*E-mail : emilsalim@sci.unand.ac.id

Abstrak:Puring (Codiaeum variegatum (L.) Rumph merupakan tanaman yang memiliki tingkat
keragaman yang sangat tinggi baik dalam warna maupun bentuk daun.Selain dapat digunakan
sebagai tanaman hias, puring juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat diantaranya obat
antifungal, antikanker, obat diare berdarah, obat penahan rasa sakit dan sebagai anti influenza.
Uji kualitatif kandungan senyawa metabolit sekunder dari daun puring menunjukkan adanya
flavonoid, fenolik, triterpenoid, steroid dan alkaloid.Kandungan fenolik total yang terdapat pada
ekstrak etanol, fraksi etil asetat, fraksi n-heksana dan fraksi air secara berturut-berturut adalah
0,264; 0,298; 0,144 dan 0,378 mg GAE/mg ekstrak. Aktivitas antioksidan dengan menggunakan
metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas antioksidan dengan
kekuatan sedang,diperoleh nilai IC50 sebesar 245,94 mg/L, fraksi etil asetat dan fraksi air bersifat
kuat antioksidan dengan nilai IC50secara berturut-turut23,80 dan 16,46 mg/L, sedangkan fraksi
n-heksana tidak aktif sebagai antioksidan karena nilai IC50 sebesar 536,15 mg/L. Aktivitas
toksisitas dari ekstrak etanol, fraksi etil asetat, fraksi n-heksana dan fraksi air menunjukkan
bahwa ekstrak dan fraksi tersebut bersifat toksik karena nilai LC 50 yang diperoleh kecil dari 1000
mg/L. Nilai LC50 masing-masing ekstrak dan fraksi secara berturut-turut adalah 79,43; 169,82;
31,62 dan 512,86 mg/L.

Kata kunci: Codiaeum variegatum (L.) Rumph, metabolit sekunder, antioksidan, fenolik
total, toksisitas.

1. Pendahuluan Pasifik jenis puring mencapai sekitar 1600


Indonesia merupakan salah satu negara varietas yang tersebar di berbagai belahan
yang memiliki keanekaragaman dunia, khususnya negara-negara yang
tanaman.Banyak tanaman yang dapat memiliki intensitas sinar matahari yang
tumbuh dengan subur karena Indonesia cukup tinggi seperti di Indonesia, Sri Lanka,
merupakan salah satu negara yang Malaysia, Kepulauan Fiji, Thailand, India
beriklim tropis dengan curah hujan yang dan Filipina. Sebenarnya tanaman puring
tinggi setiap tahunnya.Tanaman telah lama dikenal oleh masyarakat
merupakan salah satu bagian terpenting Indonesia, tanaman ini ditanam sebagai
dalam kehidupan manusia, karena tanpa penghias taman, untuk pagar, atau sebagai
adanya tanaman kehidupan tidak akan tanaman peneduh di makam-makam [1].
dapat berlangsung. Tanaman memiliki Pada penelitian sebelumnya, belum ada
manfaat yang sangat banyak jika laporan mengenai bioaktivitas dari tanaman
dibudidayakan dengan baik, sehingga puring. Secara tradisional, tanaman puring
dapat dimanfaatkan untuk berbagai dapat digunakan sebagai obat antikanker [2].
kebutuhan seperti sebagai sumber Salah satu penyebab dari kanker adalah
makanan, penyedia udara segar, dan adanya senyawa radikal di dalam tubuh yang
sebagai sumber obat-obatan [1]. tidak bisa dikendalikan oleh antioksidan
Salah satu tanaman hias yang dapat yang ada di dalam tubuh [3]. Oleh karena
digunakan sebagai sumber obat adalah itu, diperlukan suatu penangkal radikal dari
puring merah.Tanaman puring termasuk luar agar dapat mencegah terbentuknya
keluarga Euphorbiaceae. Tanaman ini sangat radikal bebas, salah satunya adalah senyawa
banyak jenisnya, diduga diseluruh Asia dan fenolik [3].Berdasarkan hal tersebut maka

1
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

dilakukan beberapa uji bioaktivitas pada 2.3.3 Larutan besi (III) klorida
daun puring yaitu uji aktivitas antioksidan, Kristal besi (III) klorida ditimbang sebanyak 1
uji toksisitas dan menentukan kandungan gram lalu dimasukkan ke dalam gelas piala,
fenolik totalnya. kemudian dilarutkan dan diencerkan dengan
akuades hingga volume 100 mL.

2. Metodologi Penelitian 2.3.4 Larutan asam sulfat 2 N


2.1 Alat Asam sulfat pekat sebanyak 13,9 mL
Peralatan yang digunakan adalah maserator, dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi
beberapa peralatan gelas, lampu spiritus, 100 mL akuades melalui dinding gelas secara
plat KLT, aluminium voil, kertas saring, tisu, perlahan, kemudian diencerkan sampai
botol vial, alat distilasi, neraca analitik, volume 250 mL.
grinder, oven, rotary evaporator, lampu UV (λ
254 dan 356 nm) dan spektrofotometer UV- 2.3.5 Larutan natrium hidroksida 1 %
Vis. Natrium hidroksida ditimbang sebanyak 1
gram, kemudian dilarutkan dengan akuades
2.2 Bahan sampai volume 100 mL di dalam gelas piala.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah daun puring, pelarut 2.4 Uji fitokimia daun puring
teknis yang telah didistilasi seperti n- Uji fitokimia bertujuan untuk mengetahui
heksana, etil asetat, dan etanol. Pereaksi senyawa metabolit sekunder yang terdapat
Mayer dan asam sulfat 2 N untuk identifikasi dalam sampel. Pada penelitian ini akan
alkaloid, pereaksi Liebermann-Burchard dilakukan uji fitokimia senyawa flavonoid,
(asam sulfat pekat dan anhidrida asetat) fenolik, triterpenoid, steroid, alkaloid,
untuk identifikasi triterpenoid dan steroid, saponin dan kumarin yang terkandung pada
bubuk magnesium dan asam klorida pekat daun puring.
untuk identifikasi flavonoid, besi (III) klorida
1% untuk identifikasi fenolik, natrium 2.4.1 Pemeriksaan flavonoid, fenolik dan
hidroksida untuk uji kumarin. Untuk uji saponin
antioksidan dan kandungan fenolik total Daun puring sebanyak 3 gram diekstraksi
digunakan reagen Folin-Ciocalteu, natrium dengan menggunakan etanol.Hasil ekstraksi
karbonat, asam galat, asam askorbat, DPPH, diambil dan dimasukkan ke dalam 3 tabung
akuades.Untuk uji toksisitas digunakan reaksi, masing-masingnya sebanyak 2
dimetilsulfoksida (DMSO). mL.Pada tabung reaksi pertamaditambahkan
HCl pekatbeberapa tetes dan beberapa butir
2.3 Pembuatan reagen bubuk magnesium. Warna jingga sampai
2.3.1 Pereaksi Mayer merah menunjukkan positif flavonoid[4].Pada
Sebanyak 1,36 gram raksa (II) klorida tabung reaksi kedua ditambahkan larutan
ditimbang dengan menggunakan neraca besi (III) klorida, jika menghasilkan warna
analitik, kemudian dimasukkan ke dalam biru sampai hijau pekat memberikan
gelas piala dan dilarutkan dengan 60 mL indikasi positif fenolik[5].Untuk tabung
akuades (larutan 1). Pada gelas piala lain reaksi ketiga ekstrak dalam tabung dikocok
dilarutkan 1 gram kalium iodida dengan beberapa saat, bila terbentuk busa dan tidak
menggunakan 10 mL akuades (larutan 2). hilang saat penambahan asam klorida
Kedua larutan dicampurkan lalu disaring, menunjukkan positif saponin [5].
kemudian dilakukan pengenceran dengan
akuades dalam labu ukur 100 mL. 2.4.2 Pemeriksaan triterpenoid dan steroid
Larutan ekstrak daun puring sebanyak 2 mL
2.3.2 Pereaksi Liebermann-Burchard dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
Anhidrida asetat dan asam sulfat pekat kemudian ditambahkan akuades terlebih
masing-masingnya sebanyak 5 mL dahulu dan kemudian kloroform (1:1),
dicampurkan secara perlahan di dalam gelas dibiarkan sampai terbentuk bidang batas.
piala, kemudian diencerkan hingga 100 mL Pemeriksaan triterpenoid dan steroid
dengan pelarut metanol. dilakukan pada lapisan kloroform. Lapisan

2
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

kloroform dipipet dan diteteskan pada 2.5.2 Fraksinasi ekstrak etanol


lubang plat tetes, kemudian ditambahkan Ekstrak pekat etanol yang diperoleh pada
asam sulfat pekat dan anhidrida asetat. proses ekstraksi di fraksinasi menggunakan
Terbentuknya cincin warna merah atau 2 pelarut yaitu n-heksana dan etil asetat.
merah keunguan memberikan indikasi Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan
positifi terpenoid sementara warna hijau corong pisah 250 mL. Ekstrak etanol yang
atau hijau kebiruan mengindikasikan positif diperoleh disuspensi dengan air dan
steroid [5]. ditambahkan n-heksana. Kemudian
dimasukkan ke dalam corong pisah dan
2.4.3 Pemeriksaan alkaloid dilakukan pengocokan selama ± 5 menit.
Larutan ekstrak daun puring sebanyak 2 mL Setelah pengocokan, campuran didiamkan
ditambahkan 2 mL kloroform, kemudian 10 hingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan
mL kloroform-amoniak 0,05 M, dan diaduk. fraksi n-heksana dan lapisan air. Lapisan
Sebanyak 2 mL filtrat diambil dan kemudian tersebut dipisahkan sehingga diperoleh
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, 2 mL fraksi n-heksana
asam sulfat 2N ditambahkan, dikocok, dan Setelah itu dilanjutkan fraksinasi
didiamkan sejenak hingga terbentuk dua menggunakan pelarut etil asetat. Lapisan air
lapisan yaitu lapisan asam dan kloroform. yang sudah dipisahkan dari fraksi n-heksana
Ambil lapisan asam sulfat dengan ditambahkan dengan etil asetat. Kemudian
menggunakan pipet dan pindahkan ke dalam dimasukkan ke dalam corong pisah dan
tabung reaksi lain kemudian tambahkan dilakukan pengocokan selama ± 5 menit.
beberapa tetes pereaksi Mayer. Terbentuknya Setelah pengocokan, campuran didiamkan
endapan putih menandakan positif hingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan
alkaloid[4]. fraksi etil asetat dan lapisan air. Lapisan
tersebut dipisahkan sehingga diperoleh
2.4.4 Pemeriksaan kumarin fraksi etil asetat. Masing-masing fraksi
Larutan ekstrak daun puring ditotolkan pada diuapkan menggunakan rotary evaporator.
plat KLT (Kromatografi Lapis Tipis) Fraksi yang diperoleh dilakukan uji aktivitas
menggunakan pipa kapiler dan dielusi antioksidan, uji toksistas, dan ditentukan
dengan n-heksana :etil asetat (8:2). kandungan fenolik totalnya.
Dilakukan fluorisensi di bawah lampu UV
pada panjang gelombang 365 nm dan 254 2.6 Uji kandungan fenolik total
nm, kemudian noda pada plat KLT Uji kandungan fenolik total dilakukan
disemprotkan larutan NaOH 1%dan dengan menggunakan metode Folin-
dilakukan pengamatan kembali dengan Ciocalteu[6].
lampu UV. Adanya kumarin ditandai dengan
fluoresensi biru terang. 2.6.1 Pembuatan larutan standar asam
galat
2.5 Ekstraksi dan fraksinasi Larutan standar dibuat dengan melarutkan
2.5.1 Ekstraksi sampel 10mg asam galat dalam labu ukur 10 mL
Bubuk halus daun puring sebanyak 1 Kg menggunakan akuades, sehingga didapatkan
diekstraksi dengan metode maserasi larutan induk asam galat dengan
(perendaman) menggunakan pelarut etanol. konsentrasi 1000 mg/L. Larutan induk
Maserasi dilakukan selama 3 hari dengan tersebut dibuat variasi konsentrasi yaitu 10;
dilakukan pengadukan setiap hari, 20; 40; 60; 80 dan 100 mg/L. Masing-masing
kemudian disaring dengan kertas saring. variasi konsentrasi diambil sebanyak 0,5
Proses maserasi diulangi sebanyak 8 kali mL, kemudian ditambahkan dengan 0,5 mL
dengan pelarut etanol sampai seluruh reagen Folin-Ciocalteu dan didiamkan selama
senyawa yang terdapat di dalam sampel 5 menit. Kemudian ditambahkan 1 mL
terekstrak semuanya. Setiap filtrat hasil larutan natrium karbonat 20% dan
maserasi diuapkan pelarutnya dengan diencerkan dengan akuades sampai tanda
menggunakan rotary evaporator pada suhu batas. Campuran didiamkan selama 2 jam,
40 oC hingga didapatkan ekstrak pekat kemudian diukur absorban pada panjang
etanol. gelombang 765 nm. Berdasarkan nilai
absorban yang didapatkan, dibuat kurva

3
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

regresi dan didapatkan persamaan regresi sehingga didapatkan konsentrasi larutan


dari larutan standar asam galat. sebesar 1000 mg/L. Dibuat variasi
konsentrasi 6,25 ; 12,5 ; 25; 50; 100 mg/L.
2.6.2 Pembuatan larutan uji
Masing-masing ekstrak dan fraksi ditimbang 2.7.4 Pengujian aktivitas antioksidan
sebanyak 100 mg dan dilarutkan dengan Masing-masing variasi konsentrasi dari
etanol dalam labu ukur 100 mL sehingga larutan uji dimasukkan ke dalam vial
didapatkan larutan induk dengan sebanyak 2 mL, ditambahkan dengan 3 mL
konsentrasi sebesar 1000 mg/L. Larutan DPPH 0,1 mM. Campuran didiamkan selama
induk 1000 mg/L dipipet sebanyak 1 mL dan 30 menit setelah penambahan DPPH 0,1
diencerkan hingga konsentrasi 100 mg/L, mM. penambahan DPPH dilakukan di tempat
kemudian diambil sebanyak 0.5 mL dan yang gelap. Absorban dari masing-masing
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. konsentrasi larutan, kontrol negatif, dan
Reagen Folin-Ciocalteu sebanyak 0,5 mL kontrol positif diukur pada panjang
ditambahkan ke dalam labu ukur dan gelombang 517 nm. Berdasarkan absorban
didiamkan selama 5 menit. Kemudian yang didapatkan, dihitung persentase
ditambahkan 1 mL larutan natrium karbonat inhibisi dan dihitung nilai IC50 dari setiap
20% dan diencerkan dengan akuades sampai variasi konsentrasi larutan uji dapat
tanda batas. Campuran didiamkan selama diketahui dengan menggunakan persamaan
dua jam, kemudian diukur absorbannya regresi dari data yang didapatkan.
pada panjang gelombang 765 nm.
Kandungan fenolik total masing-masing 2.8 Uji toksisitas
larutan uji ditentukan dari persamaan Pengujian toksisitas dari ekstrak daun
regresi kurva larutan standar asam galat. puring dilakukan dengan metode Brine
Kandungan fenolik total dinyatakan dalam Shrimp Lethality Test (BSLT)[8]. Metode ini
Gallic Acid Equivalent (GAE). dilakukan untuk skrining awal toksisitas
ekstrak yang didapatkan.
2.7 Uji aktivitas antioksidan dengan metode
DPPH 2.8.1 Pembenihan larva udang Arthemia
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan salina
menggunakan metode DPPH[7].Uji aktivitas Air laut sebanyak 1 L dimasukkan ke dalam
antioksidan dengan menggunakan metode wadah kaca yang terdiri dari dua bagian
DPPH dilakukan dengan berbagai tahapan, yaitu bagian gelap dan terang yang
yaitu: dilengkapi dengan lampu, penutup, dan
2.7.1 Pembuatan larutan DPPH aerator. Telur udang dimasukkan ke dalam
DPPH ditimbang 4 mg kemudian dilarutkan bagian gelap pada wadah kaca dan dibiarkan
dengan menggunakan etanol dalam labu selama 48 jam. Setelah 48 jam, maka telur
ukur 100 mL hingga tanda batas dan akan menetas menjadi larva dan kemudian
didapatkan larutan DPPH 0,1 mM. akan bergerak ke bagian terang pada wadah.
Larva inilah yang akan digunakan sebagai
2.7.2 Pembuatan larutan uji hewan percobaan uji toksisitas dengan
Masing-masing ekstrak dan fraksi ditimbang metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
sebanyak100 mg dan dilarutkan dengan pada penelitian ini.
etanoldalam labu ukur 100 mL sehingga
didapatkan larutan induk dengan 2.8.2 Pembuatan larutan uji
konsentrasi sebesar 1000 mg/L. Kemudian Masing-masing ekstrak dan fraksi ditimbang
dibuat variasi konsentrasi larutan uji sebanyak 100 mg, kemudian dilarutkan
yaitu10; 20; 30; 40; 50; 60 (mg/L) untuk dengan masing-masing pelarutnya dalam
fraksi etil asetat dan fraksi air, 200; 300; labu 100 mL sampai tanda batas. Sehingga
400; 500; 600; 700 (mg/L) untuk ekstrak diperoleh larutan induk dengan konsentrasi
etanol dan fraksi n-heksana. 1000 mg/L. Setiap larutan induk dibuat
beberapa variasi konsentrasi yaitu 31,25;
2.7.3 Pembuatan larutan kontrol positif 62,5; 125; 250; 500, 1000 mg/L. Setiap
Asam askorbat ditimbang 10mg, dilarutkan variasi konsetrasi tersebut diambil sebanyak
dengan etanoldalam labu ukur 10 mL 5 mL dan dimasukkan ke dalam botol vial,

4
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

kemudian dibiarkan sampai semua pelarut Gambar 1. Kurva standar asam galat
mengering. penentuan fenolik total

Dari kurva larutan standar di atas,


2.8.3 Pengujian toksisitas
dapat dilihat bahwa kenaikan konsentrasi
Ekstrak dan fraksi yang telah dikeringkan
asam galat sebanding dengan absorban yang
ditambahkan 50 larutan dimetilsulfoksida
diperoleh. Persamaan regresi yang diperoleh
(DMSO) untuk melarutkan sampel.
dapat digunakan untuk menentukan
Kemudian ditambahkan 2 mL air laut
kandungan fenolik total dari nilai absorban
terhadap masing-masing sampel. Lalu
pada ekstrak dan fraksi daun puring.
ditambahkan masing-masing sebanyak 10
Kandungan fenolik total dari daun puring
ekor larva udang. Kemudian ditambahkan
dapat dilihat pada Tabel 1.
air laut pada sampel sampai volumenya 5
mL. Setelah itu dilakukan pengamatan
terhadap larva udang didalam larutan
sampel dengan cara menghitung jumlah
larva yang mati setelah 24 jam. Hasil
pengamatan dimasukkan ke dalam tabel dan
diolah untuk mendapatkan nilai LC50.
3. Hasil dan Diskusi Tabel 1. Kandungan fenolik total dari ekstrak dan
3.1 Uji fitokimia fraksi daun puring
Uji kualitatif kandungan senyawa metabolit
sekunder dari daun puring menunjukkan TFC (mg GAE/
Sampel Uji
adanya senyawa flavonoid, fenolik, mg ekstrak)
triterpenoid, steroid dan alkaloid.
Ekstrak etanol 0,264
Kandungan senyawa yang diperoleh
sebagian besar sesuai dengan penelitian uji Fraksi etil asetat 0,298
fitokimia yang telah dilakukan pada daun
puring yaitu mengandung flavonoid, fenolik, Fraksi n-heksana 0,144
saponin, tannin, alkaloid dan
steroid[9].Perbedaan yang terdapat pada uji Fraksi air 0,378
fitokimia yang dilakukan dapat disebabkan
karena perbedaan lingkungan tempat Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa fraksi
tumbuhnya tanaman yang sangat air memiliki kadar fenolik total lebih banyak
berpengaruh terhadap kandungan metabolit dibandingkan dengan ekstrak etanol, fraksi
sekunder yang dimiliki oleh suatu tanaman etil asetat dan fraksi n-heksana. Hal ini
dan perbedaan jenis daun tanaman puring disebabkan karena kecenderungan air untuk
yang digunakan. menarik senyawa yang lebih polar seperti
flavonoid dan fenolik sesuai dengan hasil uji
3.2 Uji Kandungan Fenolik Total fitokimia yang telah dilakukan, sehingga
Penentuan kandungan fenolik total dari ekstrak semakin banyak ion fenolat yang terbentuk
dan fraksi daun puring diperoleh dari persamaan untuk mereduksi fosfomolibdat-fosfotungstat
regresi standar asam galat. Kurva standar asam membentuk kompleks molybdenum-tungsten
galat dapat dilihat pada Gambar 1. yang mengakibatkan warna biru yang
0.8 terbentuk semakin pekat dan absorbansi
yang terukur juga semakin besar [10].
Absorban

0.6
3.3 Uji Aktivitas Antioksidan pada Ekstrak
0.4
y = 0.0056x + 0.0379 dan Fraksi Daun Puring
0.2 R² = 0.996 Ekstrak dan fraksi daun puring diuji dengan
0 menggunakan variasi konsentrasi untuk
0 20 40 60 80 100 120 melihat penghambatan (inhibisi) terhadap
radikal bebas pada DPPH.
Konsentrasi (mg/L)

5
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

Nilai konsentrasi inhibisi (IC50) masing- senyawa untuk mentransfer atom hidrogen
masing ekstrak daun puring dapat dilihat juga berbeda [13].
pada Tabel 2.
3.4 Uji Toksisitas dengan Metode Brine
Tabel 2. Hasil uji aktivitas pada ekstrak, fraksi Shrimp Lethality Test (BSLT)
daun puring, dan asam askorbat Ekstrak dan hasil fraksinasi diuji
IC50 Aktivitas menggunakan larva Artemia salina dengan
Sampel uji menghitung jumlah kematian larva yang
(mg/L) antioksidan
Ekstrak dikonversikan ke dalam data nilai probit.
245,94 Sedang Hasil uji toksisitas pada ekstrak dan fraksi
etanol
Fraksi air 16,46 Kuat dapat dilihat pada Tabel 3.
Fraksi etil
23,80 Kuat Tabel 3. Hasil uji toksisitas pada ekstrak dan
asetat
Fraksi n- fraksi daun puring
536,15 Tidak aktif Tingkat
heksana Sampel uji LC50(mg/L)
Asam toksisitas
6,27 Kuat Ekstrak
askorbat 79,43 Toksik
etanol
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa asam Fraksi air 512,86 Toksik
askorbat memiliki nilai IC50 yang paling kecil Fraksi etil
169,82 Toksik
dan tergolong sangat aktif antioksidan asetat
sehingga dapat dibandingkan dengan sampel Fraksi n-
31,62 Toksik
yang digunakan. Dari data tersebut fraksi air heksana
memiliki nilai IC50 lebih kecil dan memiliki
aktivitas antioksidan yang paling kuat Hasil uji toksisitas ekstrak dan fraksi
daripada ekstrak dan fraksi lainnya. Hal ini daun puring memperlihatkan bahwa
disebabkan karena fraksi air memiliki semakin besar nilai konsentrasi ekstrak,
kepolaran yang lebih besar daripada pelarut maka mortalitas Artemia salina juga semakin
n-heksana dan etil asetat sehingga lebih besar. Namun ada pada beberapa
banyak menarik senyawa flavonoid dan juga konsentrasi yang memiliki mortalitas yang
fenolik, dimana karakteristik senyawa yang sama. Mortalitas yang terjadi disebabkan
terkandung pada daun puring adalah karena adanya pengaruh sifat toksik dari
senyawa fenolik dan flavonoid yang ekstrak yang digunakan [14].
cenderung bersifat polar sehingga Dari data yang diperoleh fraksi n-
kelarutannya terhadap fraksi air cenderung heksana memiliki nilai LC50 yang lebih kecil,
tinggi [11]. Senyawa flavonoid dan fenolik yang berarti bahwa n-heksana lebih bersifat
merupakan senyawa yang diketahui memiliki toksik dari ekstrak dan fraksi lainnya karena
aktivitas antioksidan yang baik. memiliki mortalitas yang tinggi terhadap
Selain itu kadar fenolik total pada larva Artemia salina. Hal ini menunjukkan
ekstrak atau fraksi erat hubungannya bahwa pelarut n-heksana mampu
dengan akivitas antioksidan, semakin besar mengekstrak senyawa metabolit sekunder
kadar fenolik dari suatu ekstrak atau fraksi dari daun puring yang memiliki daya
maka aktivitas antioksidannya juga semakin toksisitas tinggi, seperti triterpenoid dan
besar [12]. Hal ini disebabkan karena steroid yang bersifat toksik terhadap larva
semakin banyak senyawa fenolik pada suatu Artemia salina. Selain itu, berdasarkan
ekstrak atau fraksi, maka semakin banyak penelitian lain dilaporkan bahwa senyawa
juga atom hidrogen yang dapat non polar yang terlarut memiliki ukuran
disumbangkan kepada radikal bebas DPPH yang lebih kecil sehingga lebih mudah
sehingga menjadi stabil. Pada penelitian ini masuk ke dalam membran sel larva Artemia
fraksi air memiliki kandungan fenolik paling salina melalui proses difusi dan
banyak dari ekstrak atau fraksi lainnya, mengakibatkan sel mengalami kerusakan
sehingga aktivitas antioksidannya juga atau cepat mati. Sedangkan senyawa semi
semakin baik. Perbedaan kemampuan polar atau polar tidak mudah terdifusi
antioksidasi terhadap radikal bebas DPPH melalui membran sel kecuali dengan
disebabkan karena kemampuan setiap bantuan protein pembawa (carrier), hal ini

6
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

mengakibatkan ketoksikan senyawa lebih (L) Blume). Skripsi Program Studi


rendah daya rusaknya terhadap larva Biologi.Institut Pertanian Bogor, 2015.
sehingga sedikit larva yang mati [14]. Efek [3] Sari, A. N.: Antioksidan Alternatif Untuk
kerusakan metabolisme yang ditimbulkan Menangkal Bahaya Radikal Bebas Pada
terjadi secara cepat dan dapat dideteksi Kulit. Journal of Islamic Science and
dalam waktu 24 jam, hingga menyebabkan Technology 2015, 1, 1.
kematian 50% kematian pada larva Artemia [4] Marliana, S.D.; Suryanti, V.; dan
salina [15]. Suyono.: Skrinng Fitokimia dan Analisi
Dari nilai LC50 yang diperoleh ekstrak Kromatografi Lapis Tipis Komponen
etanol, fraksi etil asetat, fraksi n-heksana Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule
dan fraksi air bersifat toksik karena nilai Jacq. Swartz.)dalam Ekstrak Etanol.
LC50 nya kecil dari 1000 mg/L. Hal ini Biofarmasi 2005, 3, 1 : 26-31.
merupakan indikasi awal dari efek [5] Sangi, M.; Runtuwene M. R. J.; Simbala
farmakologi yang terkandung pada daun H. E. I.; dan Makang V. M. A.: Anlisis
puring yang dapat digunakan sebagai obat Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten
antikanker. Minahasa Utara. Chem. Prog 2008, 1, 1,
47-53.
4. Kesimpulan [6] Alfian, R.; Susanti, H.: Penetapan Kadar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Fenolik Total Eksrak Metanol Kelopak
dilakukan terhadap daun puring dapat Bunga Rosella Merah (Hibicus sabdariffa
disimpulkan bahwa daun puring memiliki Linn)dengan Variasi Tempat Tumbuh
kandungan metabolit sekunder seperti secara Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah
flavonoid, fenolik, triterpenoid, steroid dan Kefarmasian 2012.1, 2, 73-80.
alkaloid. Kandungan fenolik total paling [7] Kwon, Y.S.; Kim, C.M.: Antioxidant
banyak terdapat pada fraksi air yaitu 0,378 Constituent from the Stem of Sorghum
mg GAE/mg ekstrak. Aktivitas antioksidan bicolor, Arch. Pharm. Res 2003,26, 7,
dengan menggunakan metode DPPH 535-539.
menunjukkan bahwa fraksi air memiliki [8] Meyer, B.N.; Ferrigni, N. R.; Putnam, J.
aktivitas antioksidan paling kuat daripada E.; Jacobsen, L. B.; Nochols, D. E.;
ekstrak atau fraksi lainnya dengan nilai McLaughlin, J. L.: Brine Shrimp : a
IC5016,46 mg/L. Kandungan fenolik total dan Convenient General Bioassay for Active
aktivitas antioksidan erat hubungannya, Plant Constituents. Journal of Medicinal
semakin besar kandungan fenolik total dari Plant Research, 1982, 45, 31-34.
ekstrak dan fraksi maka aktivitas [9] Grace S. B.: Meiske S. S.: Harry, S. J.:
antioksidannya juga semakin besar. Aktivitas Koleangan. Analisis Senyawa Metabolit
toksisitas dari ekstrak etanol, fraksi etil Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak
asetat, fraksi n-heksana dan fraksi air Etanol Batang Tanaman Patah Tulang
menunjukkan bahwa ekstrak atau fraksi (Euphorbia Tirucalli L.) dengan Metode
tersebut memiliki aktivitas toksisitas karena Brine Shrimp Lethality Test
nilai LC50 yang diperoleh kecil dari 1000 (BSLT).Jurnal Ilmiah Sains 2014, 14, 2.
mg/L. [10] Wijayanti, M. N.: Uji Aktivitas
Antioksidan dan Penetapan Kadar
5. Ucapan Terimakasih Fenolik Total Ekstrak Etanol Buah
Terimakasih penulis ucapkan kepada semua Bumi (Antidesma bunius (L.) Spreng)
pihak yang telah membantu dalam dengan Metode 2,2-diphenyl-1-
menyelesaikan penelitian ini. picrylhydrazyl (DPPH)dan Metode Folin-
Ciocalteu. Skripsi, Fakultas Farmasi
Referensi Universitas Dharma Yogyakarta, 2016.
[1] Nosiani, T.: Pengaruh Media Tanam [11] Setiawan, N. C.; Aninda Febrianti.
Terhadap Pertumbuhan Puring Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
(Codiaeum variegatum). Jurnal Pena dan Fraksi-fraksi Umbi (Eleutherine
Sains 2015, 2, 2.ISSN : 2407- 2311. palmifolia (L.)Merrdengan Metode
[2] Widyaningsih, R.: Keanekaragaman DPPH.JCPS 2017, 1, 1.
Morfologi Puring (Cadiaeum variegatum

7
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

[12] Alothman, M.; Bhat, K.; dan Karim,


A.A.: Antioxidant Capacity and Phenolic
Content of Selected Tropical Fruits from
Malaysia, Extracted with different
solvents. Food Chemistry 2009, 115,
785-788.
[13] Nakiboglu, M.; Urek, R.O.; Kayali, H.A.;
dan Tarhan, L.: Antioxidant Capacities
of Endemic Sideritis sipylea and
Origunum sipyleum from Turkey. Food
Chemistry 2007, 104, 530-635.
[14] Diana, P.; Mukti K.; Delianis
Pringgenies, Ocky Karna Radjasa. Uji
Fitokimia dan Toksisitas Ekstrak Kasar
Gastropoda (Telescopium telescopium)
terhadap Larva Artemia salina. Journal
of Marine Research 2012, 1, 2, 58-66.
[15] Ningdyah, A. W.; Andi H.; Afghani, J.:
Uji Toksisitas dengan Metode BSLT
(Brine Shrimp Lethality Test) Terhadap
Hasil Fraksinasi Ekstrak Kulit Buah
Tampoi (Baccaurea macrocarpa).
JKK2015, 4,1, 75-83.

8
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

PENENTUAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL, UJI AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN, AKTIVITAS ANTIMIKROBA DAN SITOTOKSIK
DARI FRAKSI METANOL DAUN MIANA (Plectranthus
Scutellarioides (L.) R. Br)
Suryati, Bustanul Arifin, Wize Adriani*

Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia.
*E-mail: wizeadriani1049@gmail.com

Abstrak: Tumbuhan miana (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br) adalah satu tumbuhan hias
yang tergolong kedalam famili Lamiaceae. Daun tumbuhan ini banyak digunakan sebagai obat
tradisional seperti mengobati asma, bronchitis, batuk, melancarkan haid, bisul, diare, cacingan,
wasir, dan kencing manis. Pada penelitian ini telah dilakukan penentuan kandungan fenolik total,
uji aktivitas antioksidan, aktivitas antimikroba, dan sitotoksik dari fraksi metanol daun miana.
Ekstraksi daun miana dilakukan dengan metode maserasi secara bertahap menggunakan pelarut
heksana, etil asetat dan metanol. Pada penelitian ini penentuan kandungan fenolik total
dilakukan dengan metode Folin Ciocalteu, uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1
diphenyl-2-picrylhydrazyl), aktivitas antimikroba (antibakteri dan antijamur) dilakukan dengan
metode difusi cakram melalui penentuan zona bening terhadap bakteri Escherichia coli bakteri
Staphylococcus aureus serta jamur Candida albicans. Uji sitotoksik dilakukan dengan metode
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). Kandungan fenolik total fraksi metanol diperoleh 3,03 mg/L,
dan menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 yaitu 11,254 mg/L.
Hasil uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli, bakteri Staphylococcus aureus
serta jamur Candida albicans menunjukkan nilai zona bening masing-masing (1,6 mm), (1,8 mm),
dan (1,1 mm). Fraksi metanol daun miana tidak menunjukkan aktivitas sitotoksik.

Kata Kunci: Tumbuhan Miana, (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br), Total Fenolik, Antioksidan,
Antimikroba dan Aktivitas Sitotoksik.

I. Pendahuluan melancarkan siklus menstruasi, menetralisir


Indonesia memiliki keanekaragaman racun, penambah nafsu makan,
tumbuhan yang tersebar terutama di pulau mempercepat pematangan bisul, diare,
besar yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan dan cacingan, wasir, dan kencing manis3.
Sulawesi. Tumbuhan tidak hanya Beberapa senyawa kimia yang telah
dimanfaatkan sebagai bahan pangan, dilaporkan dari family Lamiaceae yaitu
tanaman hias tetapi juga dapat digunakan minyak atsiri, tannin, saponin, dan asam
sebagai tumbuhan obat. Senyawa kimia organik4. Pada genus Plectranthus dilaporkan
alami yang terdapat dalam tumbuhan terkandung senyawa kimia yaitu minyak
berupa senyawa metabolit primer dan atsiri, flavonoid, dan turunan terpen 5. Bagian
metabolit sekunder yang diperoleh dari daun tumbuhan miana mengandung minyak
proses metabolisme. Keberadaan senyawa atsiri, senyawa fenolik, tannin, lemak,
metabolit sekunder tergantung pada jenis alkaloid, dan fitosterol.
tumbuhan. Hal inilah yang menyebabkan Berdasarkan uraian diatas maka, pada
tumbuhan telah banyak digunakan sebagai penelitian ini akan dilakukan penentuan
obat-obatan sejak ribuan tahun yang lalu1. fenolik total dengan metode Folin Ciocalteu,
Salah satu tumbuhan obat tradisional uji aktivitas antioksidan dengan metode
yang banyak digunakan adalah daun miana DPPH (1,1 diphenyl-2-picrylhydrazyl),
(Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br)2. aktivitas antimikroba (antibakteri dan
Secara tradisional tumbuhan ini digunakan antijamur) dilakukan dengan metode difusi
sebagai obat asma, bronchitis, batuk, cakram melalui penentuan zona bening

9
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

terhadap bakteri Escherichia coli bakteri hingga menjadi bubuk. Sampel bubuk daun
Staphylococcus aureus serta jamur Candida miana dimaserasi bertahap dengan pelarut
albicans. Uji sitotoksik dilakukan dengan heksana, etil asetat dan metanol. Fraksi dari
metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). metanol dipekatkan dengan rotary evaporator
dan dilakukan uji metabolit sekunder, uji
2. Metodologi Penelitian kandungan fenolik total, aktivitas
2.1 Alat antioksidan, antimikroba, dan sitotoksik.
Peralatan yang digunakan diantaranya yaitu
maserator (botol gelap), plat KLT, alat 2.3.2 Uji metabolit sekunder fraksi metanol
distilasi, neraca analitik dan teknis, grinder, daun miana (Plectranthus scutellarioides (L.)
oven, rotary evaporator (Heidolph Laborota R. Br)
4000), lampu UV (λ 254 dan 365 nm) dan Fraksi metanol dimasukkan kedalam tabung
spektrofotometer UV-VIS. Pengerjaan uji reaksi dan dilarutkan dengan metanol.
aktivitas antimikroba digunakan magnetic Setelah itu ditambahkan kloroform dan
stirer (Corning PC-42000), magnetic bar, akuades dengan perbandingan 1:1 dan
inkubator (Gallenkamp), test tube, autoclave, diaduk, lalu dibiarkan hingga terbentuk dua
petridish, mikropipet (Nichipet Ex), laminar lapisan yaitu lapisan kloroform dan lapisan
air flow (Aneka Lab H.S 079S). akuades. Lapisan atas (akuades) digunakan
untuk pemeriksaan flavonoid dengan metode
2.2 Bahan shinoda test, uji saponin dengan
Bahan kimia yang digunakan adalah pelarut penambahan asam klorida dan uji fenolik
teknis yang telah didistilasi yaitu heksana, dengan penambahan besi (III) klorida.
etil asetat, dan metanol, serta bahan uji Lapisan bawah (kloroform) digunakan untuk
fitokimia seperti pereaksi Mayer untuk pemeriksaan senyawa triterpenoid dan
identifikasi alkaloid, pereaksi Lieberman steroid dengan metode Liebermann-Burchard.
Burchard (anhidrida asetat dan asam sulfat Uji kandungan alkaloid dilakukan dengan
pekat) untuk identifikasi triterpenoid dan menggunakan pereaksi Mayer dan uji
steroid, shinoda test (bubuk magnesium dan kumarin dengan metode kromatografi lapis
asam klorida pekat) untuk identifikasi tipis dan NaOH 1% sebagai penampak noda.
flavonoid, besi (III) klorida untuk identifikasi
fenolik, ammonia, natrium hidroksida untuk 2.3.3 Uji kandungan fenolik total
identifikasi kumarin. Untuk uji aktivitas Penentuan kandungan fenolik total
antibakteri digunakan bakteri Gram positif dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu
(S. aureus) dan bakteri Gram negatif (E. coli), menggunakan asam galat dengan
amoxicillin 78%, metanol (distilat), media konsentrasi 1000 mg/L yang dilarutkan
Mueller-Hinton agar, media Nutrient Agar, dan dengan pelarut metanol. Larutan induk
alkohol 70%. Untuk uji aktivitas antioksidan konsentrasi 1000 mg/L diencerkan hingga
dan kandungan total fenolik digunakan didapatkan konsentrasi 100 mg/L. Lalu,
reagen folin-ciocalteu, natrium karbonat, dibuat variasi konsentrasi larutan standar
asam galat, asam askorbat, 1,1-diphenyl-2- asam galat yaitu (10, 20, 40, 60, dan 80)
pikrilhidrazil (DPPH), akuades. Sedangkan mg/L. Diambil 0,5 mL larutan asam galat
untuk uji aktivitas antijamur digunakan dari tiap variasi konsentrasi, ditambahkan
jamur Candida albicans, nystatin dan NaCl dengan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteu dan
0,9 %. Dimetilsulfoksida (DMSO) digunakan didiamkan selama 5 menit. Kemudian
pada uji aktivitas sitotoksik. Hewan yang ditambahkan 1 mL larutan natrium karbonat
digunakan untuk pengujian Brine Shrimp 20% dan diencerkan dalam labu 10 mL
Lethality Test (BSLT) adalah larva udang dengan akuades sampai tanda batas.
Arthemia salina Leach. Campuran didiamkan selama dua jam.
Kemudian diukur absorban pada panjang
2.3 Prosedur Penelitian gelombang 765 nm. Berdasarkan nilai
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa absorban yang didapatkan, dibuat kurva
tahap, meliputi: kalibrasi dan didapatkan persamaan regresi
2.3.1 Ekstraksi (maserasi) serbuk kering daun dari larutan standar.
miana (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br) Konsentrasi larutan uji fraksi metanol
Sampel daun miana dirajang halus dan dibuat 1000 mg/L menggunakan pelarut
dikering anginkan, selanjutnya dihaluskan metanol. Konsentrasi 1000 mg/L diencerkan

10
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

hingga diperoleh konsentrasi 100 mg/L. Sebelum digunakan, bakteri terlebih dahulu
Kemudian larutan induk 100 mg/L diambil diremajakan pada media nutrient agar
sebanyak 0,5 mL dan dimasukkan kedalam miring yang dibuat dengan melarutkan 2
labu ukur 10 mL. Ke dalam labu ukur gram media NA dengan akuades sampai
ditambahkan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteu volumenya 100 mL, kemudian dipanaskan
dan didiamkan selama 5 menit. Kemudian dan diaduk sampai larut sempurna.
ditambahkan 1 mL larutan natrium karbonat Uji aktivitas antibakteri fraksi metanol
20% dan diencerkan dengan akuades sampai menggunakan larutan induk 1000 mg/L.
tanda batas. Campuran didiamkan selama Larutan uji dibuat dengan beberapa variasi
dua jam. Diukur absorbannya pada panjang konsentrasi yaitu 1000; 500; 250; 125; 62,5;
gelombang 765 nm. Kandungan total fenolik dan 31,25 mg/L melalui pengenceran
larutan uji ditentukan dari persamaan bertingkat.
regresi kurva larutan standar. Kandungan Pengujian antibakteri dilakukan dengan
total fenolik dinyatakan dalam Gallic Acid menggunakan media Mueller-Hinton Agar
Equivalent (GAE). (MHA) yang dibuat dengan melarutkan 7,2
gram MHA dengan akuades sampai
2.3.4 Uji aktivitas antioksidan volumenya 200 mL, kemudian dipanaskan
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan dan diaduk sampai larut sempurna. Media
menggunakan metode DPPH (1,1 diphenyl-2- MHA yang telah dibuat disterilkan dalam
picrylhydrazyl). autoklaf. Kemudian media yang telah steril
Larutan DPPH dibuat dengan cara dituangkan kedalam masing-masing petri
ditimbang 4 mg DPPH kemudian dilarutkan dish dan dibiarkan memadat pada suhu
dengan metanol dalam labu ukur 100 mL kamar didalam laminar air flow. Selanjutnya,
hingga tanda batas dan didapatkan larutan ditetesi 200 μL suspensi bakteri uji dan
DPPH 0,1 mM. diratakan dengan menggunakan cotton bud,
Konsentrasi larutan induk asam askorbat kemudian didiamkan hingga kering selama
(kontrol positif) dibuat 1000 mg/L dan 15 menit.
diencerkan hingga diperoleh konsentrasi 10 Kertas cakram steril yang telah dibasahi
mg/L. Lalu, dibuat variasi konsentrasi asam dengan larutan uji diletakan pada media
askorbat yaitu (0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5) mg/L. tersebut dan diinkubasi pada suhu ruang
Semua variasi tersebut diambil 3 mL dan di selama 24 jam. Percobaan ini dilakukan
tambahkan dengan 1 mL larutan DPPH 0,1 duplo, sebagai kontrol positif digunakan
mM ke dalam vial dan didiamkan selama 30 amoxicillin 31,25 mg/L dan kontrol negatif
menit. Larutan dimasukkan kedalam kuvet digunakan adalah metanol distilat.
dan diukur absorban menggunakan Adanya zona bening disekitar cakram
spektrofotometer pada panjang gelombang menunjukkan adanya daerah hambatan
517 nm. pertumbuhan bakteri. Diameter zona bening
Konsentrasi larutan induk fraksi metanol diukur secara horizontal dan vertikal.
dibuat 1000 mg/L dan diencerkan hingga
100 mg/L. Lalu, dibuat variasi konsentrasi 2.3.6 Uji aktivitas antijamur
larutan uji (5, 10, 15, 20 dan 25) mg/L. Uji aktivitas antijamur dilakukan dengan
Masing-masing variasi konsentrasi tersebut menggunakan metode difusi cakram dan
dimasukkan ke dalam vial sebanyak 3 mL, menggunakan jamur Candida albicans
tambahkan dengan 1 mL DPPH 0,1 mM. sebagai jamur uji. Sebelum digunakan,
Didiamkan selama 30 menit. Larutan jamur terlebih dahulu diremajakan pada
dimasukkan kedalam kuvet dan di ukur media Potato Dextrose Agar (PDA) miring
absorban dari masing-masing konsentrasi l yang dibuat dengan melarutkan 11,7 gram
Dilakukan pengerjaan di tempat yang gelap media PDA dengan akuades sampai
dan tanpa cahaya matahari.arutan uji pada volumenya 300 mL, kemudian dipanaskan
panjang gelombang 517 nm. dan diaduk sampai larut sempurna.
Uji aktivitas antijamur fraksi metanol
2.3.5 Uji aktivitas antibakteri menggunakan larutan induk 1000 mg/L.
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan Larutan uji dibuat dengan beberapa variasi
menggunakan metode difusi cakram dan konsentrasi yaitu 1000; 500; 250; 125; 62,5;
menggunakan bakteri Escherichia coli dan dan 31,25 mg/L melalui pengenceran
Staphylococcus aureus sebagai bakteri uji. bertingkat.

11
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

Pengujian aktivitas antijamur dilakukan nilai LC50, maka akan semakin bersifat
dengan metode difusi cakram. Media agar 20 toksik, begitu sebaliknya.
mL dituangkan ke dalam petri dish dan
dibiarkan memadat pada suhu kamar 3. Hasil dan Diskusi
didalam laminar air flow. Selanjutnya, 3.1 Hasil Ekstraksi (maserasi) serbuk kering
ditetesi 200 μL suspensi jamur uji dan daun miana
diratakan dengan menggunakan cotton bud, Hasil ekstraksi terhadap 2800 gram bubuk daun
kemudian didiamkan hingga kering selama miana kering menghasilkan 157,556 gram
15 menit. fraksi metanol dengan kadar air 91,70%,
Kertas cakram steril yang telah dibasahi artinya tumbuhan ini memiliki kadar air
dengan larutan uji diletakan pada media yang sangat tinggi.
tersebut dan diinkubasi pada suhu ruang
selama 24 jam. Percobaan ini dilakukan 3.2 Hasil uji metabolit sekunder sampel dan
duplo, sebagai kontrol positif digunakan fraksi metanol daun miana
nystatin 31,25 mg/L dan kontrol negatif
digunakan adalah metanol distilat. Tabel 1. Hasil uji metabolit sekunder daun miana
Adanya zona bening disekitar cakram dan fraksi metanol daun miana
menunjukkan adanya daerah hambatan Senyawa
Hasil
pertumbuhan jamur. Diameter zona bening No Metabolit Pereaksi
Daun Fraksi
diukur secara horizontal dan vertikal dengan Sekunder
Miana Metanol
menggunakan penggaris.
Shinoda
1 Flavonoid + +
Test
2.3.7 Uji Aktivitas Sitotoksik
Uji aktivitas sitotoksik dilakukan dengan 2 Fenolik FeCl3 + +
metode BSLT (Brine Shimp Lethal Test) yang
menggunakan larva udang Artemia salina 3 Saponin
H2O / HCl
+ -
sebagai hewan uji. Larva udang dimasukkan pekat
kedalam wadah pembiakkan pada bagian 4 Triterpenoid LB + -
gelap yang telah berisi air laut steril dan
dibiarkan selama 48 jam hingga terbentuk 5 Steroid LB + -
larva dan akan berpindah kebagian yang 6 Alkaloid Mayer + -
terang.
Uji aktivitas sitotoksik dilakukan 7 Kumarin NaOH 1 % - -
terhadap fraksi metanol dengan konsentrasi
larutan induk 4000 mg/L, kemudian Keterangan :
dilakukan pengenceran bertingkat dengan + (mengandung metabolit sekunder)
variasi konsentrasi 4000; 2000; 1000; 500; - (tidak mengandung metabolit sekunder)
dan 250 mg/L sebagai larutan uji. Masing-
masing larutan uji diambil sebanyak 5 mL Berdasarkan data Tabel 1. terdapat
dan dimasukkan kedalam botol vial dan perbedaan kandungan metabolit sekunder
diuapkan pelarutnya. Setelah menguap, daun miana dengan fraksi metanol hal ini
ditambahkan 50 µL DMSO dan 3 mL air laut dipengaruhi oleh sifat kepolaran pelarut.
kemasing-masing botol vial. Sebanyak 10
ekor larva udang dimasukkan kedalam 3.3 Hasil uji kandungan fenolik total
larutan uji dan volume air laut dicukupkan Hasil uji kandungan fenolik total fraksi
hingga 5 mL. Pengerjaan yang sama juga metanol daun miana bertujuan untuk
dilakukan untuk larutan kontrol, kemudian mengetahui jumlah fenolik yang terdapat
jumlah larva yang mati dihitung setiap 4 jam dalam fraksi metanol dengan metode Follin-
dalam rentang waktu 24 jam. Jumlah udang Ciocalteu. Pengukuran senyawa fenolik total
yang mati pada masing-masing konsentrasi dilakukan sebanyak tiga pengulangan untuk
larutan uji digunakan untuk menghitung keperluan akurasi data. Berdasarkan hasil
nilai LC50 (Lethal Concentration 50) melalui penelitian ini diperoleh kandungan fenolik
analisis probit dan persamaan regresi. Sifat total dari fraksi metanol daun miana
sitotoksik dari masing-masing larutan uji (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br)
diketahui melalui nilai LC50. Semakin kecil sebesar 3,03 mgGAE / gr fraksi, artinya

12
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

dalam setiap gram fraksi metanol daun 3.5 Hasil uji aktivitas antibakteri
miana (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br) Uji aktivitas antibakteri fraksi metanol daun
terdapat fenolik yang setara dengan 3,03 mg tumbuhan miana dilakukan dengan
asam galat. Senyawa fenolik ini merupakan menggunakan metode difusi cakram. Hasil
hasil metabolit sekunder yang berperan aktif uji aktivitas antibakteri dapat dilihat pada
sebagai antioksidan. tabel dibawah ini
Tabel 4. Hasi uji aktivitas antibakteri
3.4 Hasil uji aktivitas antioksidan
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan Konsentrasi Diameter Zona
(mg/L) Bening (mm)
menggunakan metode DPPH. Hasil uji aktivitas
E. coli S.
antioksidan dapat dilihat pada tabel pengamatan aureus
dibawah ini. 1000 1,6 1,8
500 1,3 1,6
Tabel 3. Hasil uji aktivtas antioksidan
Konsentrasi
250 0,8 1,3
Absorban
% IC50 Fraksi
(mg/L) inhibisi (mg/L) 125 0,4 0,8
Metanol
Kontrol 62,5 0,2 0,4
Negatif - 0,191 - -
(DPPH) 31,25 0,0 0,1

5 0,148 22,513 Kontrol (+) 31,25 3,0 4,0


Amoxicillin
10 0,096 49,738 Kontrol (-) - 0,0 0,0
Fraksi Metanol
15 0,060 68,586 11,254
Metanol
20 0,031 83,770 Zona bening maksimal fraksi metanol
terhadap kedua bakteri adalah pada
25 0,029 84,817
konsentrasi 1000 mg/L. Pada konsentrasi
0,5 0,157 17,801 1000 mg/L zona bening fraksi metanol
terhadap bakteri S.aureus adalah 1,8 mm
1,0 0,106 44,503
Kontrol sedangkan zona bening fraksi metanol
Positif
(Asam
1,5 0,072 62,304 1,239 terhadap bakteri E.coli adalah 1,6 mm. Dari
Askorbat) data ini terlihat bahwa zona bening terhadap
2,0 0,038 80,105
bakteri gram positif (S. aureus) lebih besar
2,5 0,010 94,764 dibandingkan zona bening terhadap bakteri
gram negatif (E.coli). Perbedaan ini terjadi
karena bakteri gram positif dan bakteri gram
Besarnya aktivitas antioksidan ditandai negatif memiliki komposisi kimia dinding sel
dengan nilai IC50, yaitu konsentrasi larutan yang berbeda.
fraksi yang dibutuhkan untuk menghambat Berdasarkan nilai zona bening yang
50% radikal bebas DPPH. Uji aktivitas terbentuk dapat diketahui bahwa fraksi
antioksidan menggunakan metode DPPH metanol daun miana memiliki aktvitas yang
terhadap fraksi metanol dengan variasi lemah sebagai antibakteri terhadap bakteri
konsentrasi (5, 10, 15, 20 dan 25) mg/L. (E.coli dan S. aureus). Hal ini sesuai dengan
diperoleh nilai IC50 sebesar 11,254 mg/L hal ketentuan Kusumawati et al. (2016), bahwa
ini menunjukkan bahwa fraksi metanol zona bening kurang dari 5 mm memiliki
memiliki aktivitas antioksidan yang sangat potensi antibakteri yang lemah, antara 5 – 10
kuat. Sesuai dengan rentang nilai yang mm berpotensi sedang, antara 10 – 20 mm
dikemukakan oleh Erwin et,al 2013, bahwa berpotensi kuat dan zona bening lebih dari
senyawa dengan nilai IC50 kurang dari 50 20 mm berpotensi antibakteri yang sangat
mg/L memiliki aktivitas antioksidan yang kuat7.
sangat kuat, nilai IC50 antara 50 mg/L - 100
mg/L memiliki aktivitas antioksidan yang 3.6 Hasil uji aktivitas antijamur
kuat, nilai IC50 antara 101 mg/L - 150 mg/L Uji aktivitas antijamur dilakukan dengan
memiliki aktivitas antioksidan yang sedang menggunakan metode difusi cakram. Hasil uji
dan nilai IC50 besar dari 150 mg/L memiliki
aktivitas antijamur dapat dilihat pada tabel
aktivitas antioksidan yang lemah6.
pengamatan dibawah ini.

13
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

Tabel 5. Hasil uji aktivitas antijamur Dari kurva aktivitas sitotoksik yang
Konsentrasi
Diameter Zona didapatkan, diperoleh nilai LC50 fraksi
Bening (mm) metanol yaitu sebesar 1931,96 mg/L (R 2 =
(mg/L)
C. albicans
0,9927). Berdasarkan nilai LC50 tersebut,
dapat dikatakan bahwa fraksi metanol dari
1000 1,1 daun miana tidak bersifat toksik. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Novalien et al.
500 0,7
(2015), bahwa nilai LC50 ≤ 30 mg/L
Fraksi 250 0,3 menyatakan fraksi bersifat sangat toksik, 31
Metanol
mg/L ≤ LC50 ≤ 1000 mg/L menyatakan fraksi
125 0,1
bersifat toksik, dan nilai LC50 ≥ 1000 mg/L
62,5 0,0 menyatakan bahwa fraksi bersifat tidak
toksik9. Semakin kecil nilai LC50 dari suatu
31,25 0,0
sampel maka semakin tinggi toksisitasnya.
Kontrol (-) Metanol - 0,0
4. Kesimpulan
Kontrol (+) Nystatin 31,25 7,0 Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Hasil pengukuran zona bening menunjukkan senyawa metabolit sekunder yang
bahwa zona bening tertinggi terdapat pada terkandung dalam daun miana yaitu
konsentrasi 1000 mg/L, dengan nilai zona flavonoid, fenolik, saponin, steroid,
beningnya sebesar 1,1 mm. Berdasarkan hal triterpenoid dan alkaloid namun fraksi
tersebut, dapat diketahui bahwa fraksi metanol mengandung senyawa fenolik dan
metanol memiliki aktivitas yang lemah flavonoid. Nilai kandungan total fenolik dari
sebagai antijamur terhadap jamur (Candida fraksi metanol adalah 3,03 mg/L yang
albicans). Hal ini sesuai dengan ketentuan menunjukkan aktivitas antioksidan sangat
Rosiska et al. (2012), bahwa zona bening kuat dengan nilai IC50 11,254 mg/L. Fraksi
kurang dari 5 mm memiliki potensi metanol memiliki aktivitas antimikroba
antijamur yang lemah, antara 5 – 10 mm (antibakteri dan antijamur) yang lemah
berpotensi sedang, antara 10 – 20 mm terhadap bakteri (Staphylococcus aureus,
berpotensi kuat dan zona bening 20 mm Escherichia coli) dan jamur (Candida
atau lebih berpotensi antijamur yang sangat albicans). Fraksi metanol tidak bersifat
kuat8. Jika dibandingkan dengan kontrol toksik dengan nilai LC50 1931,96 mg/L.
positif nystatin, kemampuan fraksi metanol
sebagai antijamur jauh lebih rendah. 5. Ucapan terima kasih
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr.
3.7. Hasil uji sitotoksik Suryati dan Bustanul Arifin M.Si sebagai dosen
Hasil pengujian aktivitas sitotoksik fraksi metanol pembimbing yang telah memberikan pengarahan
daun miana menunjukkan bahwa konsentrasi dan petunjuk dalam menyelesaikan penelitian
larutan sebanding dengan jumlah larva udang dan jurnal ilmiah ini. Selanjutnya penulis juga
yang mati. Hal ini diperkuat oleh data pada kurva mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di
regresi penentuan nilai LC50 dibawah ini. Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam serta
analisnya yang telah memberikan bantuan dan
6 fasilitas dalam penyelesaian penelitian dan
5.5 penulisan jurnal ilmiah ini.
Nilai Probit

5
4.5 Referensi
y = 1.48x + 0.136
4 R² = 0.9927 [1] Kinho, Julianus. Tumbuhan Obat
3.5 Tradisional di Sulawesi Utara Jilid II.
3
Balai Penelitian Kehutanan Manado:
2 2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4 3.6 3.8 4 Sulawesi Utara. 2011
Log Konsentrasi [2] Levita, Jutti. Sumiwi, S.A; Pratiwi, T.I;
Ilham, Ekky; Sidiq, SP; Moektiwardoyo,
Gambar 1. Kurva regresi penentuan nilai LC50 Moelyono.. Pharmacology Activities of
Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br

14
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

Leaves Extract on Cyclooxygenase and


Xanthine Oxidase Enzymes. Jurnal of
Medical Plants Research. Universitas
Padjadjaran: Bandung. 2016. Vol 10(20),
261-269
[3] Kusumawati, D.E; Pasaribu, F.H;
Bintang, M. Aktivitas Antibakteri Isolat
Bakteri Endofit Dari Tanaman Miana
(Coleus scutellariodes [L.] Benth.)
Terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Institut Pertanian Bogor:
Bogor. 2014, 45-50
[4] Handayani, Aisyah. Keanekaragaman
Lamiaceae berpotensi obat koleksi Taman
Tumbuhan Obat Kebun Raya Cibodas,
Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon. UPT Balai Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI); Jawa
Barat. 2015. 1324-1327
[5] Brandao, E.M; Brandao, Paulo. H.D;
Souza, I.A; Paiva, G.S; Carvalho. M de C;
Lacerda, C.M. Antineoplasic Effect of
Aqueous Extract of Plectranthus
amboinicus in Ehrlich Ascites Carcinoma.
Journal of Cancer. University of
Pernanbuco: Brazil. 2013. Vol 4, 573-576
[6] Erwin; Sari, D. Fitria; Chairul, Saleh. Uji
Toksisitas Dan Penentuan Aktivitas
Antioksidan Dengan Metode DPPH Dari
Metabolit Sekunder Fraksi N-Heksan, Etil
Asetat Dan Metanol-Air Daun Sisik Naga
(Drymoglossum piloselloides [Linn.] Pr.).
Universitas Mulawarman. 2013, ISBN :
978-602-19421-0-9
[7] Kusumawati, Eko; A, Anita; K, Khusnul.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lam)
Terhadap Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah
Manuntung. Universitas Mulawarman
Samarinda: Samarinda. 2016, 166-172
[8] L, Rosiska; Ma’ruf, W.F; Dewi, E.N.
Aktivitas Antijamur Senyawa Bioaktif
Ekstrak Gelidium latifolium Terhadap
Candida albicans. Jurnal Pengolahan Dan
Bioteknologi Hasil Perikanan. Undip:
Semarang. 2012, 1-8
[9] F, Novalien; Erwin.; Syafrizal. Analisis
Fitokimia Dan Toksisitas (Brine Shrimp
Lethality Test) Ekstrak Serbuk Sari Dari
Trigona Incise. Jurnal Kimia Mulawarman.
Universitas Mulawarman: Samarinda.
2015, Vol 13. No 1

15
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

VALIDASI METODE DPPH UNTUK PENENTUAN KANDUNGAN


ANTIOKSIDAN TOTAL PADA BAYAM, SELEDRI, SAWI HIJAU, SAWI
PUTIH DAN DAUN BAWANG DALAM PELARUT METANOL DAN HEKSANA
SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Yefrida*, Muhamad Ali Anwar, Refilda

Laboratorium Pengukuran, Jurusan Kimia, Fakutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan


Alam, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, 25163, Indonesia
*Email: yefridaanwar@yahoo.com

Abstrak: Validasi metode DPPH untuk penentuan kandungan antioksidan pada sampel
bayam, seledri, sawi hijau, sawi putih, dan daun bawang dalam pelarut metanol dan
heksana telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode yang tepat
pada penentuan kandungan antioksidan total pada sampel yang berguna untuk
menetralisir radikal bebas yang menyerang tubuh manusia. Parameter statistik yang
digunakan untuk validasi metode adalah: linieritas, limit of detection (LoD), limit of
quantification (LoQ), standar deviasi relatif (SDR), dan perolehan kembali (% recovery).
Nilai-nilai yang didapatkan, SDR (1,2-2,8) %, linieritas 0,996 mmol/L, LoD 0,0627 mmol/L,
LoQ 0,2092 mmol/L, perolehan kembali (91,00-108,5) %. Berdasarkan nilai linieritas, SDR,
dan perolehan kembali dapat disimpulkan bahwa metode DPPH valid untuk penentuan
kandungan antioksidan dalam sampel bayam, seledri, sawi hijau, sawi putih dan daun
bawang. Kandungan antioksidan total pada sampel dengan menggunakan pelarut metanol
didapatkan lebih besar dibandingkan dengan pelarut heksana.

Kata kunci: Validasi metode, Metode DPPH, Antioksidan total, Metanol, Heksana

1. Pendahuluan

Makanan yang dikonsumsi oleh manusia antioksidan seperti tanin, kalium nitrat,
di era modern saat ini banyak kalsium oksalat, zat besi serta vitamin A,
mengandung bahan-bahan sintetik, yang C dan E [4], diantaranya sayur bayam,
apabila dikonsumsi secara belebihan seledri, sawi hijau, sawi putih dan daun
akan menimbulkan dampak yang sangat bawang yang dapat menghambat radikal
berbahaya bagi tubuh. Semua hal itu tak bebas dalam tubuh. Oleh sebab itu,
luput dari adanya radikal bebas, radikal penelitian terhadap kandungan
bebas adalah atom atau molekul yang antioksidan dari bahan alami terus
memiliki satu atau lebih elektron tidak menjadi pusat perhatian beberapa tahun
berpasangan, elektron-elektron yang belakangan ini [5]. Dalam penentuan
tidak berpasangan ini menyebabkan kandungan antioksidan kali ini
radikal bebas menjadi senyawa yang digunakan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-
sangat reaktif terhadap sel-sel tubuh picrylhidrazyl) [6], prinsip metode DPPH
dengan cara mengikat elektron molekul adalah penangkapan radikal bebas dalam
sel. radikal bebas dapat dijumpai pada sel tubuh manusia, dimana ketika
makanan, beberapa logam (besi dan larutan DPPH yang berwarna ungu
tembaga), obat, rokok, dll [1]. Radikal bertemu dengan pendonor elektron maka
bebas dapat di netralisir dan di cegah DPPH akan tereduksi dan warnanya akan
dengan menggunakan antioksidan. memudar [7]. Salah satu metode
Antioksidan adalah senyawa yang dapat penentuan kandungan antioksidan yang
memperlambat atau mencegah sering digunakan adalah metode DPPH
terjadingan kerusakan sel dalam tubuh [8]. Antioksidan dapat rusak disebabkan
yang disebabkan oleh radikal bebas [2]. karena suhu yang sangat tinggi [9].
Sumber-sumber antioksidan Antioksidan ideal harus memiliki
antara lain: sayur-sayuran, buah- beberapa syarat yaitu: efektif dalam
buahan, kopi dan teh. sayur-sayuran konsentrasi rendah, cukup larut dalam
merupakan tanaman yang banyak produkteroksidasi, tidak beracun, tidak
mengandung antioksidan nabati [3], dan berbau, stabil dalam berbagai pH dan
mempunyai bermacam-macam bersifat netral [10].

16
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

Penelitian ini dilakukan untuk Relatif (SDR), dan persentase perolehan


memvalidasi metode DPPH untuk kembali (% recovery). Disamping itu juga
penentuan antioksidan total pada bayam, dilakukan penentuan kandungan
seledri, sawi hijau, sawi putih dan daun antioksidan dengan menggunakan dua
bawang. Parameter yang diuji adalah pelarut yaitu metanol dan heksana.
Liniearitas, Limit of Detection (LoD), Limit
of Quantification (LoQ), Standar Deviasi
2. Metodologi Penelitian 0,04, 0,05) mmol/L dimasukkan kedalam
2.1 Alat labu ukur 10 mL, ditambahkan metanol
Peralatan yang digunakan adalah botol sampai tanda batas, masing-masingnya
reagen, corong, erlenmeyer, gelas ukur, diambil 2 ml standar dimasukkan
gelas piala, pipet ukur, labu ukur, pisau, kedalam botol vial, ditambahkan 0,5 mL
lakban, botol vial, cawan porselen, DPPH dan diukur absorbannya dengan
desikator, oven GALLEMKANP, Neraca spektrofotometri UV-VIS dengan Panjang
Analitis KERN ALJ 220-4M, gelombang 517 nm [12].
Spektrofotometer UV-Vis PD-303 S),
kertas saring dan alumunium voil.
2.2 Bahan c. Penentuan Linearitas
Bahan yang digunakan dalam penelitian Linearitas diperoleh dari kurva kalibrasi
ini adalah bayam, seledri, sawi hijau, dengan memplotkan konsentrasi dengan
sawi putih dan daun bawang, asam absorban. Sebagai parameter adanya
askorbat, metanol p.a, DPPH, metanol hubungan liniear digunakan koefisien
distilasi dan heksana distilasi. Sayur- korelasi pada analisis regresi liniear, Y =
sayuran didapat dibeli di daerah Pasar ax + b.
Baru, Padang.
2.3 Persiapan Sampel d. Penentuan Limit of Detection (LoD)
Bayam, seledri, sawi hijau, sawi putih dan Limit of Quantification (LoQ)
dan daun bawang dibersihkan dan Nilai LoD dan LoQ dapat dihitung dengan
dipotong kecil-kecil. Masing-masing
rumus:
sampel ditimbang sebanyak ± 10 g.
Kemudian sampel yang sudah ditimbang
dimasukkan kedalam 6 buah botol dan
ditambahkan metanol dan heksana
sebanyak 50 mL masing-masingnya. dimana Q adalah LoQ dan LoD, k adalah
Didiamkan selama ± 24 jam. Setelah itu konstanta (3 untuk LoD dan 10 untuk
sampel disaring untuk memisahkan LoQ) dan SD adalah simpangan baku
filtrat dan ampasnya. residual [12].
2.4 Prosedur Kerja
a. Penentuan Persentase Kadar
e. Penentuan Standar Deviasi Relatif
Cawan porselen dioven selama ± 1 jam
(SDR)
pada suhu 105o C, kemudian diletakkan
Dipipet 1 mL filtrat dan
dalam desikator selama ± 15 menit dan
dimasukkan kedalam labu 25 mL,
ditimbang. Perlakuan ini dilakukan
diencerkan dengan metanol sampai tanda
berulang kali hingga diperoleh berat
batas, dipipet masing-masing 2 mL
konstan. Sampel basah (± 5 g)
kedalam delapan buah botol vial,
dimasukkan ke dalam cawan tersebut,
ditambahkan 0,5 mL DPPH, didiamkan
kemudian dioven selama ± 1 jam pada
15 menit, dan diukur nilai absorban
suhu 105o C, setelah itu dimasukkan
dengan menggunakan Spektrofotometri
kedalam desikator selama ± 15 menit,
UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm
kemudian dioven, didesikator lagi dan
[12].
ditimbang sampai didapatkan berat
konstan. Dihitung persentase kadar
f. Penentuan Persentase Perolehan
airnya [11]
Kembali
b. Pembuatan Kurva Kalibrasi Dipipet 1 mL sampel + standar
Standar dan dimasukkan kedalam labu 25 mL,
Sejumlah standar asam askorbat diencerkan dengan metanol sampai tanda
dengan konsentrasi (0,01, 0,02, 0,03 batas, dipipet masing-masing 2 mL

17
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

kedalam empat buah botol vial, berfungsi untuk mendapatkan berat


ditambahkan 0,5 ml DPPH, didiamkan 15 sampel murni tanpa adanya tambahan
menit, dan diukur nilai absorban larutan berat air karena berat air yang
menggunakan Spektrofotometri UV-Vis terkandung didalam sampel akan berbeda
pada panjang gelombang 517 nm [12]. tergantung pada kondisi lingkungan,
pemetikan, dan lain-lain, sehingga berat
g. Penentuan Kandungan Antioksidan murninya didapatkan dengan cara
Total menghilangkan berat air yang terdapat
Dipipet masing-masing 2 mL didalam sayuran tersebut. Nilai berat
standar atau ekstrak sampel kemudian kering ini digunakan dalam perhitungan
dimasukkan kedalam botol vial yang kandungan antioksidan total.
dilapisi lakban hitam, Lalu ditambahkan
dengan 0,5 mL larutan DPPH. Diamkan B. Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar
selama 15 menit dan diukur nilai Untuk menentukan konsentrasi pada
absorban larutan dengan menggunakan masing-masing sampel, maka dihitung
Spektrofotometer UV-Vis pada panjang dengan membuat kurva kalibrasi dengan
gelombang 517 nm [13]. larutan standar asam askorbat dan
didapatkan persamaan regresi y= ax+ b
3. Hasil dan Diskusi
A. Persentase Kadar Air
Penghitungan persentase kadar air 1.2
dilakukan pada sampel basah masing- absorban 1
masingnya sebanyak ± 5 g. 0.8
Tabel 1. Persentase kadar air 0.6
dalam sampel y = -10,614x + 1,1175
0.4
No Sampel Kadar Air (%) R² = 0,996
0.2
1 Bayam 87,55 0
2 Seledri 85,17
0 0.02 0.04 0.06
3 Sawi Hijau 89,60
4 Sawi putih 95,40 konsentrasi asam askorbat…
5 Daun Bawang 92,01

Dari data Tabel 1 diatas dapat


dilihat bahwa sawi putih memiliki kadar Gambar 1 Kurva kalibrasi standar asam
air tertinggi yaitu sebesar 95,40 % askorbat dalam pelarut metanol.
sedangkan seledri memiliki persentase
kadar air terkecil yaitu sebesar 85,17 %. Kurva kalibrasi dibuat dengan
Pada penghitungan kadar air ini cara memvariasikan konsentrasi larutan
digunakan suhu yang cukup tinggi yaitu standar asam askorbat sebanyak 5
1050C, bertujuan untuk menguapkan variasi, yaitu: (0,01; 0,02; 0,03; 0,04 dan
kandungan air baik dalam sampel 0,05) mmol/L atau secara umum dapat
maupun kandungan air yang terdapat dilakukan dengan cara memplotkan nilai
didalam cawan. Penggunaan suhu 1050C absorban dengan variasi konsentrasi
karena suhu tersebut merupakan daerah larutan standar menggunakan panjang
suhu air untuk menguap. Penelitian ini gelombang maksimum yaitu pada 517 nm
dilakukan secara triplo sehingga sehingga dari kurva kalibrasi ini nantinya
didapatkan hasil rata-rata persentase akan diperoleh persamaan garis y = ax+b.
kadar air. Pemanasan sampel dilakukan Pembuatan kurva kalibrasi ini bertujuan
berulang-ulang sampai didapatkan berat sebagai rujukan dalam menghitung
konstan. Berat konstan menunjukkan kandungan antioksidan total yang
bahwa sudah tidak ada lagi molekul air terdapat pada bayam, seledri, sawi hijau,
yang terdapat dalam sampel, sehingga sawi putih, dan daun bawang yang akan
tidak ada lagi yang diuapkan pada saat diukur nantinya. Pembuatan kurva
pemanasan yang membuat berat sampel kalibrasi juga berfungsi untuk
tetap konstan. menghitung konsentrasi sampel yang
Pengukuran penentuan persentase kadar terbaca pada spektrofotometer sinar
air bertujuan untuk mendapatkan berat tampak (UV-Vis) dengan cara mencari
kering dari sampel. Berat kering ini nilai regresi pada kurva kalibrasi.

18
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

Perhitungan konsentrasi ini didapatkan metode yang digunakan. Dari data dapat
dari nilai x pada persamaan garis yang diketahui bahwa ketepatan metode pada
diperoleh. Kurva kalibrasi yang baik penentuan konsentrasi antioksidan total
memenuhi Hukum Lambert Beer dan dalam sampel memenuhi syarat karena
kurva berupa garis liniear serta nilai r nilai persentase perolehan kembali yang
yang didapatkan lebih besar dari 0,9770. diperbolehkan menurut literatur 100 ± 10
Metode DPPH didapatkan nilai koefisien % 14.
korelasinya 0,9968. Nilai koefisien Tabel 3 Nilai persentase perolehan
korelasinya mendekati 1, ini menjelaskan kembali pada masing-masing sampel
bahwa semakin tinggi konsentrasi asam
askorbat, maka nilai absorbannya Sampel Perolehan kembali
semakin rendah, dikarenakan sinar yang (%)
diserap merupakan sisa DPPH yang tidak Bayam 94,5 101,5
bereaksi dengan asam askorbat, dan Seledri 108,5 91,0
asam askorbat juga digunakan sebagai Sawi Hijau 96,0 93,5
standar untuk penentukan kandungan Sawi Putih 96,0 95,0
antioksidan total pada sampel. Daun 96,0 98,0
Bawang
C. Penentuan Standar Deviasi Relatif
Tabel 2 Nilai SDR pada masing - masing Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
sampel bahwa nilai persentase perolehan kembali
yang didapatkan masih dalam rentang
Sampel Nilai SDR (%) yang diperbolehkan, yaitu (91,0-108,5) %,
Metanol Heksana dari data-data diatas dapat disimpulkan
Bayam 2,80 2,71 bahwa metode DPPH valid digunakan
Seledri 2,29 1,66 dalam penentuan kandungan antioksidan
Sawi Hijau 2,96 2,30 total beberapa sampel menurut nilai
Sawi Putih 2,16 1,20 persentase perolehan kembali.
Daun Bawang 2,25 1,68
E. Penentuan Kandungan Antioksidan
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat Total
bahwa Standar Deviasi Relatif (SDR) Kandungan antioksidan total pada
terkecil untuk pelarut metanol berturut- sampel dilakukan triplo pada tiap pelarut.
turut adalah sawi putih, daun bawang, Perhitungan pada sampel Bayam
seledri, bayam, dan sawi hijau. (Perhitungan Lampiran 5) dilakukan
Sedangkan untuk pelarut heksana sebanyak enam kali untuk tiap sampel
berturut- turut adalah sawi putih, seledri, dengan 2 macam pelarut, yaitu metanol
daun bawang, sawi hijau, dan bayam. dan heksana.
Nilai Standar Deviasi Relatif (SDR) yang Tabel 4 Kandungan antioksidan dalam
didapatkan antara (1,2-2,8) %, nilai sampel
tersebut masuk dalam range nilai yang
diperbolehkan. Sehingga metode DPPH Kandungan
valid digunakan untuk mengukur antioksidan
kandungan antioksidan dengan kedua Sampel total(µmol/g)
jenis pelarut tersebut. Metanol Heksana
Standar Deviasi Relatif (SDR) dihitung Bayam 93,63 39,17
untuk melihat ketelitian metode yang Seledri 97,13 18,64
digunakan. Semakin kecil nilai SDR yang Sawi Hijau 92,40 18,35
didapatkan, maka semakin teliti metode Sawi Putih 92,50 22,18
yang digunakan dan penelitian yang Daun Bawang 87,64 18,13
dilakukan. Nilai range yang dikatakan
baik untuk nilai SDR adalah kecil sama Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat
dengan 5% 14 bahwa kandungan antioksidan total yang
didapatkan pada pelarut metanol
D. Penentuan Persentase Perolehan memiliki nilai tertinggi yaitu 97,13
Kembali μmol/g asam askorbat pada sampel
Persentase perolehan kembali Seledri, sedangkan pada pelarut heksana
digunakan untuk menentukan ketepatan

19
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

memiliki nilai terendah yaitu sebesar Stachis Taxa Biol Pharm Bull, 29. (14).
18,13 μmol/g asam askorbat pada 2000. 725-729
sampel bayam. Pada sampel yang lainnya 4. Nathanael, J., N. Wijayanti, P.K.
juga didapatkan nilai tertinggi pada Atmojo. Uji Aktivitas Sitotoksik
pelarut metanol, dibandingkan pelarut Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus
heksana. Hal ini disebabkan karena Hystrix) pada Sel Hela Cervical Cancer
senyawa antioksidan total yang banyak Cell Line. Fakultas Teknobiologi,
terdapat didalam sampel yang UAJY, Jl. Babarsari, Yogyakarta, 6.
menggunakan pelarut yang bersifat polar (3). 2013. 75-80
atau memiliki sifat sama dengan metanol 5. Carlsen, M.; Halvorsen B; Holte K.,
di bandingkan sampel yang The Total Antioxidant Content of More
menggunakan pelarut non polar atau Than 3100 Foods.Baverages, Species,
memiliki sifat sama seperti heksana, dan Herbs and Supplement Used World
juga faktor pengenceran pada metanol Wide. Nutrition Journal,9. (3). 2010.
lebih tinggi yaitu 25 kali dibandingkan 36-42
heksana hanya 10 kali, karena ekstrak 6. Sarma, A.D.; Mallick AR Bhosh, Free
sampel dengan pelarut metanol lebih Radicals and Their Hole in Different
pekat dan berwarna hijaudibandingkan Condition. An Overview. Int. J Pharm
ekstrak sampel dengan pelarut heksana Sci and Research, 3 (2).2010. 185-192
yang berwarna kuning pucat atau hampir 7. Khalil, M.Y., Mustafa, A.A., Naguib, N.
bening. Y.: Growth, phenolic compounds and
4. Kesimpulan antioxidant activity of some medical
Penentuan kandungan antioksidan total plants grown under organic farmer
dengan metode DPPH valid digunakan condition.5. (2). 2007. 451-457.
pada sampel bayam, seledri, sawi hijau, 8. Arouma, O.I Free Radical, Oxidative
sawi putih, dan daun bawang, Stess, and antioxidant in Human
berdasarkan hasil linearitas, perhitungan Health and Disease. Anal. Chim. 6.
LoD dan LoQ, persentase SDR dan nilai (2). 1998. 150-154
persentase perolehan kembali. 9. Antolovich, M., P.D. Prenzler, E.
Kandungan antioksidan tertinggi Patsalides. Methods for Testing
didapatkan pada pelarut metanol yaitu: Antioxidant Activity. J. Critic, 3. (2).
bayam 93,63 µmol/g DW, seledri 97,13 2009. 43-45
µmol/g DW, sawi hijau 92,40 µmol/g DW, 10. Stevi G. D.; Dewa G. K.., Vanda S.,
sawi putih 92,50 µmol/g DW dan daun Aktivitas Antioksidan Ekstrak Fenolik
bawang 87,64 µmol/g DW. dari Buah Manggis (Garcinia
mongostana L). Jurnal MIPA UNSRAT,
5. Ucapan terima kasih 4. (2). 2012. 25-27
Penulis mengucapkan terima kasih 11. Anderson, R.L., Practical Statistic for
kepada Allah atas kesehatan dan Analytical Chemist. Van Nostrand
kelancaran segalanya demi Reinhold Company, New York, 4. (1).
terselesaikannya penulisan artikel ini. 1987. 179-184
12. Andrianto Y. C., Validasi Metode
Daftar Pustaka Penetapan Kadar Campuran
Parasetamol dan Ibuprofen Secara
1. Djapiala, F. Y.; Lita A.D.Y.; Montolalu; Spektrofotometri UV dengan Aplikasi
Feni M., Kandungan Total Fenol Metode Panjang
dalam Rumput Laut Cauleipsa Gelombang,Skripsi,Fakultas Farmasi,
racemosa yang Berpotensi Sebagai Universitas Sanata Darma,
Antioksidan, Fakultas Perikanan dan Yogyakarta, 6. (2). 2009. 117-123
Ilmu Kelautan Unsrat, Manado, 7 (2). 13. Yefrida; Mega U.; Umiati L., Validasi
2014. 7-9 Metode Penentuan Antioksidan Total
2. Wisudyaningsih, B., Validasi Metode (Dilihat Sebagai Asam Sitrat) dalam
Spektrofotometri Ofloksasin dalam Sampel Jeruk Secara Spektrofotometri
Larutan Dapar Fosfat, Stomastognatic dengan Menggunakan Oksidator FeCl3
J.K.G. Unej,9. (2). 2012. 77-81 dan Pengomplek Ortofenantrolin, J Ris
3. Kukic, J., Silvana P., Marjan N., Kim, 7. (2). 2014. 186-193.
Antioxidant Activity of four endemic

20
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

21
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

PENENTUAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL, UJI AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN, AKTIVITAS ANTIMIKROBA, DAN UJI
SITOTOKSIK DARI EKSTRAK HEKSANA DAUN MIANA
(Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br)
Suryati, Bustanul Arifin , Febria Syafitri

Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengtahuan Alam, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia
E-mail: febria.syafitri26@gmail.com

Abstrak: Tumbuhan miana (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br) termasuk ke dalam famili
Lamiaceae. Tumbuhan ini secara tradisional banyak digunakan untuk pengobatan bronkitis,
asma, diare, dan demam. Dalam penelitian ini telah dilakukan ekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan pelarut heksana dan didapatkan rendemen ekstrak sebesar 2,434 %. Terhadap
ekstrak yang diperoleh dilakukan penentuan kandungan fenolik total dengan metode Folin-
Ciocalteau dan didapatkan kadar fenolik totalnya sebesar 0,4015 mg/L GAE. Uji aktivitas
antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) dan didapatkan nilai
IC50 sebesar 116,093 mg/L. Uji aktivitas antibakteri dan antijamur dilakukan dengan metode
difusi cakram melalui penentuan zona bening terhadap bakteri Escherichia coli, bakteri
Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans. Hasil uji antimikroba menunjukkan sifat
antibakteri dan antijamur kategori sedang terhadap bakteri Escherichia coli, bakteri
Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans. Hasil uji sitotoksik dengan metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT) diperoleh nilai LC50 yaitu 940,589 mg/L. Dari penelitian ini diketahui
bahwa ekstrak heksana daun Miana menunjukkan aktivitas tingkat sedang, baik aktivitas
antioksidan, antibakteri, antijamur, maupun sitotoksik .

Kata Kunci: Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br, Fenolik total, Antioksidan, Antibakteri,
Antijamur, Toksisitas

I. Pendahuluan triterpenoid, steroid dan minyak atsiri yang


Miana merupakan salah satu tanaman yang mampu memberikan efek antibakteri5. Selain
termasuk ke dalam daftar 66 komoditas itu daun miana juga mengandung asam
tanaman biofarmaka berdasarkan rosmarinat dan antosianin berupa
keputusan menteri Pertanian Nomor: pelargonidin-3-rutinosida dan sianidin-3-
511/kuts/PD. 310/9/20061. Tumbuhan glukosida6.
miana termasuk dalam famili lamiaceae Berdasarkan penelitian yang telah
dimana daunnya memiliki peran penting dilaporkan sebelumnya, maka penelitian ini
dalam dunia kesehatan. Kegunaan dari akan dilakukan penentuan kandungan
tumbuhan ini dalam pengobatan tradisional fenolik total dengan metode Folin-Ciocalteau,
antara lain : bronkitis, asma, diare, demam, aktivitas antioksidan dengan metode DPPH,
epilepsi, dan TBC2. antibakteri dan antijamur dengan metode
Tumbuhan ini dapat tumbuh pada difusi cakram, serta uji sitotoksik dengan
tanah yang lembab dan biasanya dapat metode BSLT dari ekstrak heksana daun
tumbuh setinggi 0,5-1 m, meskipun ada miana.
beberapa kemungkinan untuk dapat
tumbuh setinggi 2 meter3. Daun berbentuk II. Metodologi Penelitian
bulat telur yang melekuk menyerupai bentuk 2.1 Alat
jantung dengan ujung meruncing dan tulang Peralatan yang digunakan diantaranya yaitu
daun menyirip jelas. Permukaan daun agak maserator (botol gelap) untuk maserasi,
mengilap dan berambut halus, panjang 7-11 lampu spiritus, plat KLT, aluminium foil,
cm dengan lebar 3-6 cm dan berwarna ungu kertas saring, botol vial, alat distilasi, neraca
kemerahan4. analitik dan teknis, grinder, oven, rotary
Kandungan kimia yang utama dalam evaporator, lampu UV (λ 254 dan 356 nm)
daun miana meliputi klorofilin, flavonoid dan spektrofotometer UV-VIS. Pengerjaan uji
seperti cirsimaritin, sitosterol-D-glukosida2. aktivitas antimikroba digunakan magnetic
Daun miana juga mengandung tanin, stirer, magnetic bar, inkubator, test tube,

22
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

autoclave, petri dish, mikropipet, jarum ose, Shinoda Test (bubuk magnesium dan asam
kertas cakram, spiritus, kain kasa, kapas, klorida pekat), uji fenolik dengan
penggaris, laminar air flow. penambahan besi (III) klorida, dan uji
saponin dengan pengocokan lalu
2.2 Bahan ditambahkan asam klorida.
Sampel yang digunakan adalah ekstrak
heksana dari daun miana, Larva udang 2.3.3 Ekstraksi Daun Miana
Arthemia salina leach, jamur Candida Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi
albicans, bakteri Staphylococcus aureus, dan menggunakan pelarut heksana. Maserasi
bakteri Escherichia coli. dilakukan berulang-ulang hingga maserat
Bahan kimia yang digunakan adalah menjadi bening atau tidak memberikan
pelarut teknis yang telah didistilasi yaitu bercak noda lagi pada uji dengan plat KLT
heksana, etil asetat, dan metanol. Bahan atau tidak memberikan sisa keruh pada
yang digunakan untuk uji fitokimia adalah kaca arloji. Pada saat ini maserasi
pereaksi Mayer untuk identifikasi alkaloid, dihentikan. Setiap maserat yang diperoleh
pereaksi Liebermann Burchard (anhidrida diuapkan menggunakan rotary evaporator
asetat dan asam sulfat pekat) untuk pada suhu 40-45oC, kemudian ditimbang..
identifikasi triterpenoid dan steroid, Shinoda Terhadap ekstrak heksana yang diperoleh
test (bubuk magnesium dan asam klorida dilakukan uji kandungan metabolit
pekat) untuk identifikasi flavonoid, besi (III) sekunder, penentuan kandungan fenolik
klorida untuk identifikasi fenolik, natrium total, uji aktivitas antioksidan, antibakteri,
hidroksida untuk identifikasi kumarin. antijamur, dan uji sitotoksik.
Untuk uji antioksidan dan kandungan
fenolik total digunakan reagen Folin- 2.3.3 Uji Kandungan Fenolik total
Ciocalteu, natrium karbonat, asam galat, Penentuan fenolik total dengan metode Folin-
asam askorbat, DPPH, akuades. Untuk uji Ciocalteu. Larutan standar dibuat variasi
antimikroba digunakan amoxicillin 78%, konsentrasi larutan standar asam galat yaitu
media Mueller-Hinton agar, media Nutrient dengan konsentrasi 10; 20; 40; 60; 80 mg/L.
agar, alkohol 70%, nistatin dan NaCl Diambil 0,5 mL sampel dimasukkan kedalam
fisiologis 0,9%. Untuk uji sitotoksik labu ukur 10 mL ditambahkan dengan 0,5
digunakan dimetilsulfoksida. mL reagen Folin-Ciocalteu dan didiamkan
selama 5 menit. Kemudian ditambahkan 1
2.3 Prosedur Penelitian mL larutan natrium karbonat 20% dan
2.3.1 Preparasi Sampel Daun diencerkan dengan akuades sampai tanda
Daun Miana segar dirajang halus kemudian batas. Campuran didiamkan selama dua
dikering anginkan diruangan terbuka yang jam. Kemudian diukur absorban pada
tidak terkena cahaya matahari langsung. panjang gelombang 765 nm. Berdasarkan
Selanjutnya dijadikan bubuk menggunakan nilai absorban yang didapatkan, dibuat
grinder kemudian ditimbang. Sampel berupa kurva kalibrasi dan didapatkan persamaan
bubuk digunakan untuk tahapan regresi dari larutan standar asam galat.
selanjutnya. Sebagian sampel tumbuhan Ekstrak heksana ditimbang sebanyak
miana segar digunakan untuk determinasi 10 mg dan dilarutkan dalam 10 mL metanol
tumbuhan. Determinasi tumbuhan sehingga didapatkan konsentrasi sebesar
dilakukan di Herbarium Universitas Andalas 1000 mg/L. Larutan induk 1000 mg/L
(ANDA). diencerkan hingga konsentrasi 100 mg/L,
kemudian dilakukan hal yang sama dengan
2.3.2 Uji Kandungan Metabolit Sekunder larutan standar secara bersamaan.
Ekstrak heksana (0,5 g) dimasukkan Kandungan fenolik total masing-masing
kedalam tabung reaksi dan dilarutkan larutan uji ditentukan dari persamaan
dengan pelarut heksana. Kemudian regresi kurva larutan standar asam galat.
ditambahkan kloroform:akuades dengan Kandungan fenolik total dinyatakan dalam
perbandingan (1:1), selanjutnya dikocok dan Gallic Acid Equivalent (GAE).
dibiarkan sampai terbentuk dua lapisan
kloroform-air. Lapisan kloroform (bagian 2.3.4 Uji Aktivitas Antioksidan
bawah) digunakan untuk pemeriksaan Uji aktivitas antioksidan dari daun miana
senyawa triterpenoid dan steroid dengan dilakukan dengan menggunakan metode
menggunakan metode Liebermann Burchard DPPH. Pembuatan larutan DPPH dengan
sedangkan lapisan air (bagian atas) untuk menimbang 4 mg DPPH kemudian
pemeriksaan senyawa flavonoid, fenolik dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
saponin. Uji flavonoid dengan metode dan dilarutkan dengan menggunakan

23
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

metanol hingga tanda batas dan didapatkan Larutan uji dibuat dengan beberapa
larutan DPPH 0,1 mM. variasi konsentrasi melalui pengenceran
Ekstrak heksana dibuat lima variasi bertingkat yaitu konsentrasi 1000; 500; 250;
konsentrasi larutan uji yaitu 10, 20, 30, 40 125; 62,5 dan 31,25 mg/L.
dan 50 mg/L. Asam askorbat dibuat lima Pembuatan suspensi bakteri (Escherichia
variasi konsentrasi dari larutan uji yaitu 0,5; coli dan Staphylococcus aureus) dilakukan
1; 1,5; 2; dan 2,5 mg/L. dengan menggunakan NaCl fisiologis 0,9%.
Masing-masing variasi konsentrasi dari Koloni bakteri (Escherichia coli dan
larutan uji dimasukkan ke dalam vial Staphylococcus aureus ) diambil dari biakan
sebanyak 3 mL, tambahkan dengan 1 mL murni dengan menggunakan jarum ose
DPPH 0,1 mM. Campuran didiamkan selama kemudian dimasukkan ke dalam tabung
30 menit setelah penambahan DPPH 0,1 reaksi yang telah berisi 200 µL NaCl fisiologis
mM. Lakukan penambahan di tempat yang 0,9%
gelap. Ukur absorban dari masing-masing Bakteri uji (200 μL) diam il dan
konsentrasi pada panjang gelombang 517 dituangkan ke dalam MHA, diratakan dan
nm. Berdasarkan absorban yang didapatkan, didiamkan hingga kering selama 15 menit
dihitung persentase inhibisi dengan rumus pada suhu kamar didalam laminar air flow.
berikut: Kertas cakram steril (diameter 6 mm)
k dicelupkan ke dalam larutan uji, diletakan
inhi i i 100 pada media MHA dan diinkubasi pada suhu
k
ruang selama 24 jam dan percobaan ini
Setelah didapatkan nilai persentase inhibisi dilakukan dua kali ulangan (duplo). Kontrol
dari perhitungan, maka nilai IC50 dari setiap positif digunakan amoxicillin 31,25 mg/L dan
variasi konsentrasi larutan uji dapat kontrol negatif digunakan heksana distilat.
diketahui dengan menggunakan persamaan Adanya zona bening disekitar cakram
regresi dari data yang didapatkan. menunjukkan adanya daerah hambat
pertumbuhan bakteri uji. Diameter zona
2.3.5 Uji Aktivitas Antibakteri dengan bening tersebut diukur secara horizontal dan
Metode Difusi Cakram vertikal dengan menggunakan alat ukur.
Media nutrient agar (NA) sebanyak 2 g
dimasukkan ke dalam erlenmayer 250 mL, 2.3.6 Uji Aktivitas Antijamur
ditambah 100 mL akuades, dipanaskan dan Sebanyak 11,7 g serbuk Potato Dextrose Agar
diaduk menggunakan magnetic stirer sampai (PDA) dilarutkan dengan 300 mL air dalam
larut sempurna dan mendidih. Sementara gelas beaker menggunakan hotplate dan
itu, jarum ose dan tabung reaksi yang sudah magnetic stirer hingga diperoleh larutan yang
ditutup dengan kain kasa dan kapas jernih. Media ini kemudian disterilisasi
dibungkus dengan aluminimum foil. dalam autoklaf pada suhu 121ºC tekanan 1
Erlenmayer berisi media, tabung reaksi dan atm selama 15 menit.
jarum ose yang sudah dibungkus, Jamur uji (Candida albicans)
dimasukkan ke dalam autoklaf untuk diremajakan terlebih dahulu kemudian
disterilkan sampai tekanan pada autoklaf diinkubasi pada suhu ruang selama 48 jam.
mencapai 1 atm dan 121oC, dibiarkan Larutan uji dibuat dengan beberapa
selama 15 menit. variasi konsentrasi melalui pengenceran
Laminar flow disiapkan kemudian media bertingkat yaitu konsentrasi 1000; 500; 250;
NA dalam erlenmayer dituangkan kedalam 125; 62,5 dan 31,25 mg/L.
tabung reaksi (sepertiga bagian tabung) dan Pembuatan suspensi jamur (Candida
ditunggu padat. Setelah padat, bakteri albicans) dilakukan dengan menggunakan
(Eschericia coli dan Staphylococcus aureus) NaCl fisiologis 0,9%. Koloni jamur (Candida
diinokulasikan pada media menggunakan albicans) diambil dari biakan murni dengan
jarum ose dan diinkubasi selama 24 jam menggunakan jarum ose kemudian
pada suhu 37°C di dalam inkubator. dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
Agar Mueller-Hinton (MHA) sebanyak telah berisi 200 µL NaCl fisiologis 0,9%
7,2 gram dilarutkan dalam 200 mL akuades, Media agar 15 mL dituangkan ke dalam
dipanaskan dan diaduk menggunakan cawan petri, dan ditunggu hingga padat.
magnetic stirer sampai larut dan mendidih. Dituang 200 µL inokulum jamur (Candida
Larutan MHA disterilkan dalam autoklaf albicans) ke dalam cawan petri dan
pada tekanan 1 atm dan temperatur 121oC. diratakan keseluruh permukaan. Kertas
Selanjutnya, MHA (15 mL) dituangkan ke cakram 6 mm dicelupkan ke dalam larutan
dalam pentri disk dan dibiarkan memadat di uji selama ± 10 menit, kemudian diangin-
dalam laminar flow. anginkan sampai tidak ada larutan yang

24
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

menetes. Cawan petri ditutup kemudian Keterangan :


diinkubasi selama 5 hari pada suhu ruang. + (mengandung metabolit sekunder)
Aktivitas antijamur diamati berdasarkan - (tidak mengandung metabolit sekunder)
diameter daerah hambat yang ditunjukkan
dengan adanya zona bening yang terbentuk Berdasarkan data tabel diatas dapat
disekeliling kertas cakram. Diameter zona diketahui bahwa daun miana mengandung
bening diukur menggunakan alat ukur. berbagai metabolit sekunder diantaranya
flavonoid, fenolik, saponin, alkaloid, steroid
2.3.7 Uji Sitotoksik dan triterpenoid. Sedangkan pada ekstrak
Uji sitotoksik pada penelitian ini dilakukan heksana hanya mengandung steroid dan
dengan metode Brine Shrimp Lethality Test triterpenoid.
(BSLT). Ekstrak heksana dibuat dengan
beberapa variasi konsentrasi melalui 3.3 Ekstraksi sampel
pengenceran bertingkat yaitu konsentrasi Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi
1000; 500; 250; 125; 62,5 dan 31,25 mg/L. (perendaman) berulang-ulang dengan pelarut
Kedalam setiap sampel uji ditambahkan heksana dan diperoleh ekstrak heksana
50 larutan dimetilsulfoksida sampai sebanyak 68,1554 g dengan kadar ekstrak
semua sampel larut. Kemudian ditambahkan 2,434%. Dari kadar ektrak yang diperoleh
3 mL air laut terhadap masing-masing dapat diketahui bahwa ekstrak heksana
sampel. Lalu ditambahkan masing-masing yang diperoleh sangat sedikit. Hal ini
sebanyak 10 ekor larva udang kedalam menunjukkan bahwa senyawa yang dapat
masing-masing sampel. Kemudian cukupkan larut pada pelarut heksana (nonpolar) hanya
air laut pada sampel sampai volumenya 5 sedikit.
mL. Setelah itu dilakukan pengamatan
terhadap larva udang didalam larutan 3.4 Kandungan Fenolik total Ekstrak
sampel dengan cara menghitung jumlah Heksana
larva yang mati setelah 24 jam. Hasil Metode yang digunakan dalam penentuan
pengamatan dimasukkan ke dalam tabel dan kandungan fenolik total pada penelitian ini
diolah untuk mendapatkan nilai LC50. adalah metode Folin-Ciocaeltau. Penentuan
kandungan fenolik total dari larutan sampel
III. Hasil dan Pembahasan (ekstrak heksana) dapat dihitung dari nilai
3.1 Identifikasi Tumbuhan regresi larutan standar.
Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan di Dari kurva standar didapatkan
Hebarium Universitas Andalas (ANDA) persamaan regresi dari larutan standar asam
Padang melalui surat nomor 478/K- galat y = 0,0066x + 0,0723, sehingga
ID/ANDA/XII/2017 (Lampiran 1) diketahui diperoleh kandungan fenolik total yang
bahwa tumbuhan yang digunakan sebagai terdapat dalam ekstrak heksana daun miana
sampel pada penelitian ini adalah sebesar 0,4015 mg/L GAE. Hal ini
Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br yang menunjukkan bahwa kandungan fenolik
termasuk dalam famili Lamiaceae3. total dari ekstrak heksana sangat rendah
dan dalam ekstrak heksana ini hampir tidak
3.2 Uji Kandungan Metabolit Sekunder mengandung senyawa fenol karena pada
Hasil uji kandungan metabolit sekunder umumnya senyawa fenolik bersifat polar dan
yang terdapat pada daun miana dapat dilihat larut pada pelarut polar.
pada Tabel 3.1.
3.5 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Heksana
Tabel 3.1 Kandungan Metabolit Sekunder Uji aktivitas antioksidan dilakukan
dengan metode DPPH dengan menggunakan
Hasil
N Metabolit asam askorbat sebagai kontrol positif. Pada
Pereaksi Daun Ekstrak
o Sekunder penelitian ini digunakan metode DPPH
Miana Heksana
karena merupakan metode yang sederhana,
1 Flavonoid Mg+HCl + -
mudah, dan cepat. Hasil pengukuran
2 Fenolik FeCl3 + - aktivitas antioksidan asam askorbat
3 Saponin H2O/HCl + - dicantumkan pada Tabel 3.2.
4 Triterpenoid LB + + Tabel 3.2 Penentuan nilai IC50 asam
5 Steroid LB + + askorbat
6 Alkaloid Mayer + - Asam
IC50
7 Kumarin NaOH 1 % - - Askorbat Absorban % Inhibisi
(mg/L)
(mg/L)

25
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

0,5 0,157 17,801 62,50 9,05 7,00


1,0 0,106 44,502 125,00 9,00 7,35
1,5 0,072 62,303 1,239 250,00 7,55 7,90
2,0 0,038 80,104 500,00 7,70 8,35
2,5 0,010 94,764 1000,00 8,15 9,05
Kontrol 0,191 - - Kontrol (+)
31,25 9,75 9,00
Negatif Amoxicillin
Kontrol (-)
- 0,00 0,00
Sedangkan hasil pengukuran aktivitas Heksana
antioksidan dari ekstrak heksana
dicantumkan pada Tabel 3.3. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
Ekstrak heksana daun miana memiliki daya
Sampel IC50 hambat dengan kategori sedang karena
Absorban % Inhibisi
(mg/L) (mg/L) memiliki diameter zona bening 5-10 mm
10 0,185 3,141 terhadap bakteri Escherichia coli maupun
20 0,180 5,759 bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan
literatur, kriteria kekuatan daya antibakteri
30 0,168 12,041 116,093 lemah jika diameter zona bening <5, sedang
40 0,160 15,968 jika diameter zona bening 5-10, kuat jika
50 0,152 20,418
diameter zona bening 10-20, dan sangat
kuat jika diameter zona bening lebih dari
2010.
Pada penelitian ini diperoleh nilai IC50 dari Dari Tabel 3.4 dapat dilihat perbedaan
asam askorbat sebesar 1,239mg/L diameter zona bening, hal ini disebabkan
sedangkan nilai IC50 ekstrak heksana karena adanya perbedaan komposisi kimia
sebesar 116,093 mg/L. Hal ini menunjukkan dinding sel antara bakteri gram positif dan
bahwa ekstrak heksana memiliki aktivitas bakteri gram negatif. Bakteri gram positif
antioksidan yang kurang aktif karena lebih sensitif terhadap antibakteri, karena
semakin besar nilai IC50 maka semakin tinggi struktur dinding sel bakteri gram positif
aktivitas antioksidan yang terkandung dalam lebih sederhana dibandingkan struktur
suatu senyawa. Menurut studi pustaka, dinding sel bakteri gram negatif sehingga
aktivitas antioksidan digolongkan sangat memudahkan senyawa antibakteri untuk
aktif jika nilai IC50 kurang dari 50 mg/L, masuk kedalam sel bakteri gram positif11.
digolongkan aktif bila nilai IC50 50-100
mg/L, digolongkan sedang bila nilai IC50 3.6 Aktivitas Antijamur
101-250 mg/L, dan digolongkan lemah bila Uji aktivitas antijamur dilakukan dengan
nilai IC50 250-500 mg/L, dan dikatakan metode difusi cakram. Pada uji aktivitas
tidak aktif antioksidan apabila nilai IC50 lebih antijamur digunakan nistatin sebagai
besar dari 500 mg/L8. Hubungan fenolik kontrol positif dan heksana sebagai kontrol
total dan antioksidan berbanding lurus, negatif.
dimana semakin tinggi kandungan fenolik
total dalam suatu sampel maka semakin Tabel 3.5 Hasil pengamatan uji antijamur
tinggi aktivitas antioksidan dalam sampel ekstrak heksana daun miana
tersebut.
Konsentrasi
3.4 Aktivitas Antibakteri Zona Bening
Ekstrak Sampel
Pada uji aktivitas antibakteri dari ekstrak (mm)
(mg/L)
heksana daun miana dilakukan dengan
metode difusi cakram. 31,25 6,10
62,5 6,15
Tabel 3.4 Hasil pengamatan uji antibakteri
ekstrak heksana daun miana terhadap 125 6,60
Heksana
bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus 250 6,80
aureus
500 7,55
Diameter Zona Bening (mm)
Ekstrak Konsentrasi Bakteri 1000 8,20
(mg/L) E.coli S.aureus
Kontrol (+) 31,25 14,5
Heksana 31,25 8,75 6,65
Nistatin
Kontrol (-) - 0,00
Heksana
26
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

daun miana adalah 0,4015 mg/L GAE.


Berdasarkan Tabel 3.5 dapat diketahui Sedangkan nilai IC50 pada penentuan
bahwa dengan meningkatnya konsentrasi antioksidan sebesar 116,093 mg/L tergolong
maka semakin besar zona bening yang kurang aktif sebagai antioksidan. Ekstrak
terbentuk. Kriteria kekuatan daya heksana daun miana menunjukkan sifat
anti akteri dikatakan “lemah” jika diameter antibakteri dan antijamur kategori sedang
zona bening <5 mm, “ edang” jika diameter terhadap bakteri Escherichia coli, bakteri
zona bening 5-10 mm, “kuat” jika diameter Staphylococcus aureus, dan jamur Candida
zona bening 10-20 mm, dan “ angat kuat” albicans. Ekstrak heksana daun miana
jika diameter zona bening > 20 mm11. bersifat toksik berdasarkan nilai LC50 yaitu
Berdasarkan kriteria tersebut dapat 940,589 mg/L. Dari penelitian ini diketahui
dikatakan bahwa daya hambat ekstrak bahwa ekstrak heksana daun Miana
heksana terhadap jamur Candida albicans menunjukkan aktivitas kategori sedang, baik
terma uk kategori “ edang”. Hal ini aktivitas antioksidan, antibakteri, antijamur,
dikarenakan diameter zona bening yang maupun sitotoksik.
dihasilkan oleh ekstrak heksana 5-10 mm.
V. Ucapan Terima Kasih
3.7 Uji Sitotoksik Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr.
Uji sitotoksik dari ekstrak heksana daun Suryati dan Bustanul Arifin, M.Si sebagai dosen
miana dilakukan dengan menggunakan pembimbing yang telah memberikan pengarahan
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). dan petunjuk dalam menyelesaikan penelitian
Pada metode ini sifat toksisitas ditentukan dan jurnal ilmiah ini. Selanjutnya penulis juga
melalui penentuan nilai LC50. mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di
Hasil uji toksisitas dari ekstrak heksana
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam serta
menunjukkan nilai LC50 yang diperoleh
analisnya yang telah memberikan bantuan dan
sebesar 940,589 mg/L. Hasil ini diperoleh
fasilitas dalam penyelesaian penelitian dan
dari presentase kematian larva udang dari
berbagai variasi konsentrasi yang penulisan jurnal ilmiah ini.
dikonversikan menjadi nilai probit sesuai
tabel nilai probit berdasarkan presentrase Referensi
kematian. Hasil yang diperoleh [1] Tangkeallo, Christiani, Widyaningsih, D.
menunjukkan bahwa konsentrasi larutan T: Aktivitas Antioksidan Serbuk
sampel sebanding dengan jumlah udang Minuman Instan Berbasis Miana Kajian
yang mati. Nilai LC50 dihitung berdasarkan Jenis Bahan Baku Dan Penambahan
nilai persamaan regresi antara log Serbuk Jahe, Jurnal Pangan Dan
konsentrasi dengan nilai probit. Dimana Agroindustri, 2014, 2(4), 278-284
persamaan regresi yang diperoleh adalah y = [2] Jain, A. K; Dixit, A; Mehta, S. C:
1,1229x + 1,6614 . Wound Healing Activity Of Aqueous
Setelah didapat persamaan regresi masing- Extracts Of Leaves And Roots Of Coleus
masing ekstrak, dapat dihitung nilai LC 50. Aromaticus In Rats, Acta Poloniae
Dari hasil ini diperoleh nilai LC50 yaitu Pharmaceutica-Drug Research, 2012, 69,
940,589 mg/L. Berdasarkan nilai toksisitas 1119-1123
dalam tumbuhan dapat dikatakan sangat [3] Suva, M. A; Patel, A.M; Sharma, N;
toksik jika LC50 ≤ 30 mg/L, er ifat tok ik Coleus Species: Solenostemon
jika 31 mg/L ≤ LC50 ≤ 1000 mg/L dan Scutellarioide, Inventi Jornal Rapid :
dikatakan bersifat tidak toksik jika LC 50 Planta Activa, 2015, 2, 1-5
>1000 mg/L12. Dari literatur tersebut dapat [4] Kinho, J; Irawati, D.D.A; Halawane, J;
dikatakan bahwa ekstrak heksana dari daun Nurani, L; Halidah; Kafiar, Y;
miana ini bersifat toksik karena nilai LC50 Karundeng, M.C, Tumbuhan Obat
yang diperoleh erada pada 31 mg/L ≤ LC50 Tradisional Di Sulawesi Utara, Jilid II,
≤ 1000 mg/L. Balai Penlitian Kehutanan Manado,
Manado
IV. Kesimpulan [5] Marpaung, P. N. S; Wullur, A. C;
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Yamlean, P. V. Y: Uji Efektivitas Sediaan
terhadap daun miana dapat disimpulkan Salep Ekstrak Daun Miana (Coleus
bahwa dalam daun miana mengandung scutellarioides (L) Benth.) Untuk
senyawa metabolit sekunder yang banyak, Pengobatan Luka Yang Terinfeksi
tetapi dalam ekstrak heksana hanya Bakteri Staphylococcus Aureus Pada
mengandung triterpenoid dan steroid. Kelinci (Oryctolagus Cuniculus). Jurnal
Kandungan fenolik total ekstrak heksana

27
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

Ilmiah Farmasi – Unsrat, 2014, 3, 2302 – Brown Seaweed (Sargassum polycystum)


2493 Extracts, AGRITECH, 2016, 2, 36
[6] Hardiyanti; Yuniar: Ekstraksi dan Uji [10] Jannata, R.H; Gunadi, A; Ermawati, T:
Antioksidan Senyawa Antosianin dari Antibacterial Activity Of Manalagi Apple
Miana (Coleus scutellarioides L. Benth) Peel (Malus Sylvestris Mill.) Extract On
serta Aplikasi Pada Minuman, Jurnal The Growth Of Streptococcus Mutans,
Kimia Unand, 2013, 2(2), 44-50 Jurnal Pustaka Kesehatan, 2014, 2(1)
[7] Lung, J. K. S; Destiani. D. P: Uji [11] Sudewi, S; Lolo, W.A: Kombinasi Ekstrak
Aktivitas Antioksidan Vitamin A, C, E Buah Mengkudu (Morinda cotrifolia L.)
dengan metode DPPH, Jurnal Farmaka, Dan Daun Sirsak (Annona muricata L.)
15(1), 53-62 Dalam Menghambat Bakteri Escherichia
[8] Rusli, R; Giuliana, F. E; Ardana, M: coli Dan Staphylococcus aureus, Jurnal
Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Ilmuah Farmasi, 2016, 4(2), 36-42
Antioksidan Ekstrak Daun Miana [12] Ningdyah,A.W; Alimuddin, A.H; Jayuska,
(Coleus Atropurpureus L. Benth), Seminar A: Uji Toksisitas Dengan Metode Bslt
Nasional Kefarmasian Fakultas Farmasi (Brine Shrimp Lethality Test) Terhadap
Universitas Mulawarman, Samarinda, 5 Hasil Fraksinasi Ekstrak Kulit Buah
– 6 Juni 2015 Tampoi (Baccaurea macrocarpa), JKK,
[9] Cahyaningrum, K; Husni, A; 2015, 4(1), 75-83
Budhiyanti, S. A: Antioxidant Activity Of

28
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

PENGUJIAN ANTIBAKTERI DAN ANTIJAMUR DARI DAUN


PURING MERAH (Codiaeum variegatum (L.) Rumph)
Hasnirwan*, Vinny Jovalyna, Adlis Santoni

Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia,


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas,
Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia
*Email: hasnirwan1953@gmail.com

Abstrak: Puring (Codiaeum variegatum (L.) Rumph) merupakan tanaman hias yang banyak
dibudidaya dan juga digunakan sebagai tanaman obat tradisional diantaranya obat
antifungal, antikanker, obat diare berdarah, obat penahan rasa sakit dan sebagai anti
influenza. Senyawa metabolit sekunder yang didapatkan dari hasil uji fitokimia dari
ekstrak daun puring ialah alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpenoid, dan steroid. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun puring (Codiaeum variegatum (L.)
Rumph) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Eschericia coli, bakteri Staphylococcus
aureus, dan jamur Candida albicans. Konsentrasi ekstrak daun puring yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 31,25 mg/L, 62,5 mg/L, 125 mg/L, 250 mg/L, 500 mg/L dan
1000 mg/L. Penentuan daya hambat dapat dilihat dari diameter zona bening pada ekstrak
etanol, fraksi etil asetat, fraksi n-heksan dan fraksi etanol-air daun puring dengan
konsentrasi terbesar 1000 mg/L, kontrol positif dan kontrol negatif berturut-turut adalah
8 mm; 8 mm; 7,5 mm; 7,3 mm; 7,5 mm; dan 0 mm untuk bakteri Eschericia coli sedangkan
pada bakteri Staphylococcus aureus didapatkan zona hambat sebesar 10 mm, 13,5 mm, 13
mm, 10 mm, 17 mm dan 0 mm. Pada aktivitas antijamur pada ekstrak etanol, fraksi etil
asetat, fraksi n-heksan dan fraksi etanol-air dari daun puring dengan konsentrasi terbesar
1000 mg/L, kontrol positif dan kontrol negatif berturut-turut adalah 2 mm, 4,5 mm, 2,2
mm, 2,1 mm, 23 mm dan 0 mm. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat efek antibakteri dan antijamur dari ekstrak daun puring terhadap bakteri
Eschericia coli, Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans.

Kata kunci : Puring (Codiaeum variegatum (L.) Rumph) metabolit sekunder, antibakteri,
antijamur.

1. Pendahuluan tubuh manusia dapat meningkat apabila


Keanekaragaman hayati di Indonesia sistem pertahanan tubuh menurun,
merupakan salah satu kekayaan alam permukaan kulit yang lembap akibat
yang berperan penting dalam berbagai terpapar oleh keringat, air, urin, atau
lapisan masyarakat. Sebagai negara saliva, serta konsumsi obat antibiotik oral
dengan budaya yang masih kental akan secara rutin. Candida albicans dapat
pemanfaatan ragam tanaman tradisional menyebar ke organ lain apabila imunitas
untuk mengobati berbagai penyakit, seluler menurun[2].
masyarakat terutama di daerah pedesaan Disisi lain bakteri Staphylococcus
cenderung memakai tanaman sebagai aureus biasanya terdapat pada saluran
obat tradisional untuk menyembuhkan pernafasan atas dan kulit. Staphylococcus
penyakit yang diderita[1]. aureus merupakan patogen oportunistik
Dari waktu ke waktu kebutuhan yang berkolonisasi di permukaan kulit
akan obat-obatan semakin meningkat dan mukosa individu. 30-50% bakteri
akibat pola hidup manusia yang tidak tersebut berkolonisasi pada individu yang
sehat dan banyaknya jenis penyakit yang sehat dan sepuluh sampai dua puluh
muncul akhir-akhir ini. Jamur Candida persennya menetap secara persisten pada
albicans yang merupakan spesies jamur individu itu. Pada bakteri Escherichia coli
yang paling sering menyebabkan infeksi sering terdapat pada makanan. Bakteri
jamur pada manusia. Apabila ditinjau tersebut dapat mengkontaminasi
dari insidennya, infeksi Candida albicans makanan sehingga menyebabkan diare
meningkat 87% dalam kurun waktu 9 atau sakit perut apabila makanan
tahun, yaitu dari tahun 1980 sampai tersebut dikonsumsi oleh manusia. Upaya
1989. Infeksi Candida albicans pada untuk mencegah dan mengobati diare

29
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

saat ini adalah dengan cara pemberian spiritus, kain kasa, kapas, penggaris,
obat. Pemberian obat secara terus- laminar air flow (Aneka Lab H.S 079S).
menerus dapat menyebabkan bakteri
resisten terhadap obat atau 2.3 Bahan
antibakteri[3]. Bahan-bahan yang digunakan pada
Oleh karena itu, diperlukan penelitian penelitian ini adalah pelarut teknis yang
untuk mencari tahu kandungan dari telah didistilasi yaitu n-heksana, etil
berbagai tanaman yang dapat dijadikan asetat, dan etanol. Bahan yang
sebagai obat tradisional dengan tujuan digunakan untuk uji fitokimia adalah
memberikan penjelasan secara ilmiah pereaksi Mayer untuk identifikasi
mengenai komponen aktif yang alkaloid, pereaksi Liebermann-Burchad
dikandung oleh tumbuhan tersebut dan untuk identifikasi triterpenoid dan
efek fisiologisnya. steroid, Sianidin test untuk identifikasi
Puring (Coadieum variegatum) flavonoid, ferri klorida untuk identifikasi
merupakan tanaman hias yang banyak fenolik, natrium hidroksida, etanol dan
diminati dan diusahakan untuk akuades untuk identifikasi kumarin.
dibudidaya agar mendapatkan bentuk Untuk uji antimikroba digunakan bakteri
baru yang eksotik. Puring sangat menarik Gram positif (Staphyllococcus aureus) dan
untuk diteliti karena puring juga bakteri Gram negatif (Eschericia coli) dan
digunakan sebagai obat antifungal, untuk uji antijamur digunakan jamur
antikanker, obat diare berdarah, dan obat Candida albicans yang diperoleh dari
penahan rasa sakit. Selain itu, puring Laboratorium Mikrobiologi UNAND.
merupakan flora antipolusi yang mampu Untuk uji antibakteri digunakan kontrol
menyerap polutan berbahaya seperti positif amoxcillin, media MHA (Mueller-
timbal (Pb)[4]. Hinton Agar), media NA (Nutrient Agar),
Penelitian sebelumnya sangat alkohol 70% dan NaCl 0,9% sedangkan
sedikit yang meneliti kandungan dari untuk uji antijamur digunakan kontrol
daun puring, oleh karena itu penelitian positif nystatin dan NaCl 0,9%.
ini dilakukan untuk mengetahui aktifitas
antibakteri dan antijamur untuk 2.4 Prosedur Penelitian
mengetahui seberapa kuat senyawa pada 2.4.1 Persiapan Sampel
daun puring ini untuk menghambat Sampel diperoleh dari daerah kecamatan
bakteri dan jamur tersebut[5]. Lubuk Alung, kabupaten padang
Pariaman, provinsi Sumatera Barat.
2. Metodologi Penelitian Sampel diambil dan dianalisis taksonomi
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian di Herbarium Universitas Andalas (ANDA)
Penelitian dilaksanakan pada bulan Jurusan Biologi, Fakultas MIPA
Desember 2017 hingga April 2018 di Universitas Andalas. Bagian yang diuji
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam adalah daun yang dikering anginkan pada
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan udara terbuka, tidak terkena cahaya
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas matahari secara langsung dan dihaluskan
Andalas Padang. menjadi bubuk, kemudian ditimbang.

2.2 Alat 2.4.2 Persiapan Pelarut


Alat yang digunakan adalah alat gerinda, Pelarut yang digunakan pada penelitian
neraca analitik dan teknis, seperangkat ini adalah pelarut teknis yang telah
alat distilasi, maserator (botol gelap) didistilasi. Pelarut yang digunakan adalah
untuk maserasi, beberapa peralatan n-heksana, etil asetat dan etanol.
gelas, lampu spiritus, rotary evaporator,
lampu UV 365 nm, oven, kertas saring, 2.4.3 Uji Fitokimia Tanaman Puring
tisu, botol vial, alumunium foil, peralatan Uji fitokimia bertujuan untuk mengetahui
gelas yang umum digunakan dalam senyawa metabolit sekunder yang
laboratorium. Pengerjaan uji aktivitas terkandung didalam dalam sampel.
antimikroba digunakan magnetic stirer Metabolit sekunder yang diuji yaitu
(Corning PC-42000), magnetic bar, senyawa flavonoid, alkaloid, saponin,
inkubator (Gallenkamp), test tube, triterpenoid, steroid, kumarin dan
autoclave, cawan petri, mikropipet senyawa fenolik
(Nichipet Ex), jarum ose, kertas cakram,

30
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

2.4.3.1 Pemeriksaan flavonoid, fenolik 2.4.3.4 Pemeriksaan kumarin


dan saponin Ekstrak etanol ditotolkan pada plat KLT
Daun puring sebanyak 3 gram diekstraksi dengan menggunakan pipa kapiler dan
dengan menggunakan pelarut etanol. dielusi dengan n-Heksana : etil asetat
Kemudian hasil ekstraksi diambil dan (8:2). Dilakukan fluorisensi di bawah
dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi, lampu UV pada panjang gelombang 365
masing-masingnya sebanyak 2 mL. Pada nm dan 254 nm, kemudian disemprotkan
tabung reaksi pertama ditambahkan larutan NaOH 1% noda pada plat KLT
beberapa tetes HCl pekat dan beberapa dan dilakukan pengamatan kembali
butir bubuk Mg. Jika menghasilkan dengan lampu UV. Adanya senyawa
warna jingga sampai merah maka kumarin ditandai dengan fluoresensi biru
menunjukkan positif flavonoid[6]. Pada terang.
tabung reaksi kedua ditambahkan
larutan besi (III) klorida, jika 2.4.4 Ekstraksi dan Fraksinasi
menghasilkan warna biru sampai hijau Sampel daun puring (Codiaeum
pekat menunjukkan positif fenolik[7]. variegatum (L) Rumph) segar dikering
Pada tabung reaksi ketiga, ekstrak di anginkan, untuk memperoleh sampel
dalam tabung dikocok beberapa saat, jika kering dalam bentuk serbuk. Sampel
terbentuk busa dan tidak hilang saat yang telah dikering anginkan, diekstrak
penambahan asam klorida maka dengan cara maserasi dengan
menunjukkan positif saponin[7]. menggunakan pelarut etanol 96%.
Maserasi ini dilakukan dengan di
2.4.3.2 Pemeriksaan Triterpenoid dan masukkan 250 gram sampel ke dalam
Steroid tiap maserator dengan pelarut etanol
Ekstrak sebanyak 2 mL dimasukkan ke sebanyak 2,5 L. Setelah dimaserasi
dalam tabung reaksi, kemudian selama 3 x 24 jam pada suhu kamar,
ditambahkan akuades dan kloroform (1:1) dilakukan penyaringan terhadap sampel.
dan dibiarkan sampai terbentuk bidang Ekstrak kental etanol yang telah
batas. Pemeriksaan triterpenoid dan diperoleh diambil sebagian untuk
steroid dilakukan pada lapisan kloroform. difraksinasi dengan n-heksana, etil asetat
Kemudian lapisan kloroform dimasukkan dan air secara berturut-turut. hasil
ke dalam 3 lubang pada plat tetes dan ekstrak yang didapatkan, dipekatkan
dibiarkan mengering. Pada lubang dengan menggunakan rotary evaporator.
pertama dan kedua ditambahkan
anhidrida asetat dan asam sulfat 2N, dan 2.4.5 Uji Aktivitas Antibakteri
pada lubang yang tidak ditambahkan 2.4.5.1 Pembuatan Media NA
reagen digunakan sebagai pembanding. Media NA (nutrient agar) sebanyak 2 g
Terbentuknya endapan berwarna merah kemudian dimasukkan ke dalam
bata akan menunjukkan positifif erlenmeyer 250 mL, ditambah 100 mL
terpenoid sedangkan warna hijau biru akuades, lalu dipanaskan dan diaduk
menunjukkan positif steroid[7]. menggunakan magnetic stirer sampai
mendidih dan larut dengan sempurna.
2.4.3.3 Pemeriksaan alkaloid Media NA yang terdapat di dalam
Permeriksaan alkaloid dilakukan dengan erlenmeyer dituangkan ke dalam tabung
diambill ekstrak sebanyak 2 mL reaksi (sepertiga bagian tabung)
ditambahkan 2 mL kloroform, kemudian kemudian dimiringkan 300 dan ditunggu
ditambahkan 10 mL kloroform-amoniak padat.
0,05 M dan diaduk. Filtrat sebanyak 2 mL
diambil dan dimasukkan ke dalam 2.4.5.2 Pembuatan Media MHA
tabung reaksi, ditambahkan 2 mL asam Media MHA (Mueller-Hinton Agar)
sulfat 2N, dikocok, dan didiamkan ditimbang sebanyak 9,75 gram dan
sejenak sampai terbentuk dua lapisan dilarutkan didalam 250 mL akuades.
yaitu lapisan asam dan kloroform. setelah itu, dipanaskan diatas hot plate
Lapisan asam sulfat diambil dengan dan diaduk menggunakan magnetic stirer
menggunakan pipet dan pindahkan ke sampai mendidih dan larut dengan
dalam tabung reaksi lain kemudian sempurna. Larutan MHA disterilkan di
ditambahkan beberapa tetes pereaksi dalam autoklaf pada temperatur 121oC
Mayer. Terbentuknya endapan putih selama 15 menit. Selanjutnya, media
menunjukkan positif alkaloid[7]. MHA dituangkan ke dalam cawan petri

31
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

dan dibiarkan memadat di dalam laminar aseptik dengan jarum ose, kemudian
flow. digoreskan pada media agar miring lalu
diinkubasi di dalam inkubator.
2.4.5.3 Pembuatan Larutan Uji 2.4.6.3 Pembuatan Larutan Uji
Ditimbang sampel (ekstrak etanol, etil Ditimbang sebanyak 100 mg sampel
asetat, n-heksana dan etanol-air) (ekstrak etanol, etil asetat, n-heksana dan
sebanyak 100 mg dan dilarutkan etanol-air) dan dilarutkan dalam labu 100
didalam labu 100 mL dengan pelarut mL dengan pelarut masing-masing
masing-masing sampai tanda batas dan sampai tanda batas. Dibuat konsentrasi
diperoleh konsentrasi larutan induk 1000 larutan induk 1000 mg/L. Kemudian
mg/L. Larutan uji dibuat dengan dibuat larutan uji dengan beberapa
beberapa variasi konsentrasi dengan variasi konsentrasi menggunakan metode
menggunakan metode pengenceran pengenceran bertingkat yaitu konsentrasi
bertingkat yaitu konsentrasi 1000, 500, 1000, 500, 250, 125, 62,5, dan 31,25
250, 125, 62,5, dan 31,25 mg/L. mg/L.

2.4.5.4 Pembuatan Suspensi Bakteri Uji 2.4.6.4 Pembuatan Suspensi Jamur Uji
Diambil koloni bakteri dari biakan murni Biakan Candida albicans dalam media
dengan menggunakan jarum ose untuk agar miring disuspensikan dengan 5 mL
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang NaCl. Kemudian diambil 0,5 mL ke dalam
telah berisi 200 µL garam fisiologis (NaCl media pembenihan.
0,9%).
2.4.6.5 Penentuan Aktivitas Antijamur
2.4.5.5 Pengujian Aktivitas Antibakteri Pengujian aktivitas antijamur dilakukan
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumur. Media PDA
dengan metode difusi cakram. Bakteri uji yang telah diinokulasikan suspensi
200 μL diambil dan dituangkan ke dalam Candida albicans dituangkan ke dalam
media MHA yang telah padat didalan petri dan dibiarkan selama 5-15 menit
cawan petri, kemudian diratakan dan supaya suspensi jamur dapat meresap
didiamkan hingga kering selama 15 menit ke dalam media. Selanjutnya dibuat
di dalam laminar flow. Kertas cakram lubang pada media PDA dengan
steril dicelupkan ke dalam larutan uji, menggunakan pipet yang telah
kemudian diletakkan diatas permukaan disterilkan. Kemudian diletakkan kapas
media MHA dan diinkubasi pada suhu yang telah dicelupkan ke dalam masing-
ruang selama 24 jam. masing ekstrak ke dalam lubang pada
media PDA yang telah diatur sedemikian
2.4.6 Uji Aktivitas Antijamur rupa sehingga terdapat daerah yang baik
2.4.6.1 Pembuatan Media PDA untuk mengamati zona hambat yang
Ditimbang media PDA (Potato Dextrose terjadi. Sehingga terbentuk lubang yang
Agar) sebanyak 19,5 g serbuk dilarutkan akan digunakan untuk larutan uji,
dengan 500 mL air dalam erlenmeyer dan larutan kontrol positif (+) dan larutan
diletakkan di atas hotplate dan magnetic kontrol negatif (-).Diinkubasikan dalam
stirer hingga mendidih dan diperoleh inkubator pada suhu 370C selama 1x24
larutan yang jernih. Media ini kemudian jam. Diamati zona hambat yang terjadi di
disterilisasi di dalam autoclave pada suhu sekitar sumuran kemudian diukur
121ºC selama 15 menit. diameter zona hambat secara horizontal
dan vertikal dengan menggunakan
2.4.6.2 Peremajaan Biakan Murni penggaris berskala.
PDA dilarutkan dalam 200 ml aquadest di
dalam erlenmeyer yang kemudian 3. Hasil dan Pembahasan
dipanaskan di atas hot plate sampai 3.1 Uji Fitokimia Daun Puring
mendidih, kemudian didapatkan larutan Berdasarkan data uji metabolit sekunder
jernih. Larutan jernih tersebut diketahui bahwa sampel segar daun
dituangkan ke dalam beberapa tabung puring mengandung beberapa senyawa
reaksi yang telah disterilkan (autoclave) metabolit sekunder yaitu flavonoid,
selama 15 menit pada suhu 1210C. fenolik, saponin, steroid, triterpenoid dan
Kemudian media dimiringkan 300 dan alkaloid. Perbedaan kandungan metabolit
dibiarkan mengeras. Diambil biakan sekunder ditunjukkan oleh fraksi etil,
murni koloni jamur yang tersedia secara

32
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

fraksi heksan dan fraksi air. Pada fraksi sebanyak 4,207 gram dengan 4 tahap
etil terdapat beberapa senyawa metabolit fraksinasi dan setiap tahapannya
sekunder yaitu flavonoid, fenolik dan dilakukan fraksinasi sebanyak 4 kali dan
triterpenoid. Pada Fraksi n-heksana pada fraksi air didapatkan ekstrak
diperoleh senyawa metabolit sekunder sebanyak 2,035 gram yang dilakukan
triterpenoid dan steroid, sedangkan pada dengan 1 kali fraksinasi karena larutan
fraksi air terdapat senyawa metabolit yang diperoleh tidak pekat karena
sekunder flavonoid dan fenolik. merupakan sisa-sisa dari hasil fraksinasi
sebelumnya dan fraksi ini sangat mudah
3.2 Ekstraksi dan Fraksinasi berjamur sehingga hanya sedikit
ekstrak etanol dari daun puring diperoleh didapatkan ekstrak kental. Fraksi-fraksi
sebanyak 338.299 gram, ekstrak ini yang telah didapatkan diuapkan dengan
diperoleh setelah melakukan perendaman menggunakan rotary evaporator. Ekstrak
(maserasi) sebanyak 9 kali. Kemudian etanol diperoleh lebih banyak karena
digunakan sebagian dari ekstrak etanol disebabkan oleh pelarut etanol yang
untuk dilakukan fraksinasi. Pada fraksi dapat mengekstrak senyawa dengan
n-heksana ekstrak yang didapatkan tingkat kepolaran yang berbeda-beda.
sebanyak 13,339 gram, jumlah ini Ekstrak kental yang diperoleh dari
didapatkan dengan melakukan 4 tahap maserasi dan fraksinasi dilakukan uji
fraksinasi dimana setiap tahapnya aktivitas antibakteri dan antijamur.
difraksinasi sebanyak 7 kali. Sedangkan
pada fraksi etil asetat didapatkan ekstrak

3.3 Pengujian aktivitas Antibakteri


Tabel 1. Hasil uji antibakteri
Ekstrak Konsentrasi Diameter Zona Bening (mm)
(mg/L) E. coli S. aureus
Fraksi n- heksan 1000 7,5 13
500 7 12
250 6,5 9
125 6,5 8
62,5 6,3 8,5
31,25 6 7
Fraksi etil asetat 1000 8 13,5
500 7,5 9
250 7,3 8
125 7,3 8
62,5 7 7,8
31,25 6,5 7,3
Fraksi etanol-air 1000 7,3 10
500 7 9,3
250 6,5 9
125 6,8 8,8
62,5 6,3 8,5
31,25 6 -
Ekstrak etanol 1000 8 10
500 6,8 9
250 6,3 6,3
125 - 6,5
62,5 - -
31,25 - -
Kontrol negatif (-) - 0,0 0,0
Kontrol positif (+) 31,25 7,5 17
pertumbuhan bakteri Staphylococcus
zona hambat yang terbentuk di sekitar
cakram yang diberi ekstrak daun puring aureus dan Escherichia coli. Pada tabel
menunjukkan kandungan yang terdapat menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri
pada daun puring mampu menghambat optimum terdapat pada ekstrak etanol

33
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

dan fraksi etil asetat dengan konsentrasi menyebabkan ketidakseimbangan


yang sama besar (1000 mg/L) dengan makromolekul dan ion dalam sel,
zona inhibisi yaitu sebesar 8 mm untuk sehingga sel menjadi lisis[10].
bakteri Escherichia coli. Sedangkan pada Hasil zona bening yang terdapat
bakteri Staphylococcus aureus diperoleh pada kedua bakteri menunjukkan
zona inhibisi sebesar 13,5 mm yang perbedaan yang disebabkan karena
terdapat pada fraksi etil asetat. adanya perbedaan komposisi kimiawi
Fraksi etil asetat menunjukkan dinding sel pada kedua bakteri. Pada
hasil yang lebih baik karena mengandung bakteri gram positif memiliki struktur
tiga jenis metabolit sekunder yaitu dinding sel yang relatif sederhana dengan
flavonoid, triterpenoid dan fenolik. lebih banyak peptidoglikan, sedikit lipid
Flavonoid merupakan kelompok senyawa dan dinding sel mengandung polisakarida
fenol yang mempunyai kecenderungan (asam teikoat).
untuk mengikat protein, sehingga Sedangkan pada bakteri gram
mengganggu proses metabolisme. negatif lebih banyak mengandung lipid,
Senyawa flavonoid juga merupakan sedikit peptidoglikan, membran luar
senyawa antibakteri yang mempunyai berupa bilayer yang berfungsi sebagai
kemampuan mendenaturasi protein sel pertahanan selektif senyawa-senyawa
bakteri dan merusak membran sel. yang keluar atau masuk sel dan
Mekanisme penghambatannya dengan menyebabkan efek toksik[7].
cara merusak dinding sel yang terdiri atas Tetapi pada ekstrak etanol di
lipid dan asam amino yang akan bereaksi bawah konsentrasi 500 mg/mL tidak
dengan gugus alkohol pada senyawa terdapat zona inhibisi pada bakteri
flavonoid. Senyawa flavonoid mampu Escherichia coli, begitu juga pada bakteri
membentuk senyawa kompleks dengan Staphylococcus Aureus tidak terdapat
protein melalui ikatan hidrogen sehingga zona inhibisi pada ekstrak etanol dibawah
struktur tersier protein terganggu, dan konsentrasi 125 mg/mL. Hal ini dapat
protein tidak dapat berfungsi lagi disebabkan karena pada ekstrak etanol
sehingga terjadi kerusakan/denaturasi masih terdapat campuran senyawa yang
protein dan asam nukleat. Denaturasi bersifat polar, semipolar dan non-polar
tersebut menyebabkan koagulasi protein yang belum terpisah sepenuhnya
serta mengganggu metabolisme dan sehingga dapat mengakibatkan tidak
fungsi fisiologis bakteri[8]. efektifnya dalam menghambat
Senyawa terpenoid mempunyai pertumbuhan bakteri.
kemampuan dalam menghambat bakteri.
Mekanisme penghambatan senyawa 3.4 Pengujian Aktivitas Antijamur
terpenoid sebagai antibakteri adalah Aktivitas antijamur tergantung dari
bereaksi dengan porin pada membran adanya ikatan dengan sterol pada
luar dinding sel bakteri dan membentuk membran sel jamur atau ragi terutama
ikatan polimer yang kuat sehingga sekali ergosterol[2]. sedangkan untuk
mengakibatkan rusaknya porin. kontrol negatif digunakan masing-masing
Rusaknya porin mengakibatkan pelarut yaitu etanol, etil asetat, n-heksan
masuknya senyawa yang akan yang telah didistilat.
mengurangi permeabilitas dinding sel
bakteri sehingga sel bakteri akan Tabel 2. Hasil uji aktivitas antijamur
kekurangan nutrisi dan pertumbuhan Konsentra Zona Hambat (mm)
bakteri terhambat atau mati[9]. si larutan
EE EA FH FA
Senyawa fenol memiliki aktivitas uji (mg/L)
sebagai antibakteri yang bekerja dengan 1000 2 4,5 2,2 2,1
cara berinteraksi dengan sel bakteri 500 2 4,9 1,3 2
melalui proses absorpsi yang melibatkan 250 1,3 3,5 1,2 2
ikatan Hidrogen, Ikatan hidrogen tersebut 125 1,5 2,5 1,1 1
akan mempengaruhi permeabilitas 62,5 1 1,3 0,7 0,8
dinding sel dan membran sitoplasma 31,25 0,5 1,1 0,7 0,7
sebab keduanya tersusun atas protein Kontrol 22 25 22 23
termasuk diantaranya mengganggu positif
transpor aktif dan kekuatan proton. (nystatin)
Permeabilitas dinding sel dan membran Kontrol - - - -
sitoplasma yang terganggu dapat negatif

34
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

Komponen Kimia Buah Labu Siam


4. Kesimpulan (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam
Senyawa metabolit sekunder yang Ekstrak Etanol. Biofarmasi 2005, Vol.
didapatkan dari hasil uji fitokimia dari 3 No. 1 : 26-31
ekstrak daun puring ialah flavonoid, [6] Sangi, M., Runtuwene M. R. J.,
fenolik, triterpenoid, dan steroid. Simbala H. E. I. dan Makang V. M. A.
Berdasarkan hasil uji antibakteri dari Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di
ektsrak etanol, fraksi etil asetat, fraksi n- Kabupaten Minahasa Utara. Chem.
heksana dan fraksi etanol-air merupakan Prog. 2008. Vol. 1 No. 1: 47-53.
ektsrak aktif yang memiliki aktivitas [7] Aswarita, Rika., Interaksi Ekstrak
antibakteri, begitupun dengan hasil uji Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L.) Dan
antijamur pada ekstrak daun puring yang Daun Jambu Biji (Psidium Guajava
membuktikan bahwa ekstrak daun L.) Terhadap Daya Hambat
puring memiliki potensi sebagai Escherichia Coli Secara In Vitro,
antijamur. Zona inhibisi pada bakteri Jurnal EduBio Tropica, 2013, 1 (2),
lebih besar dibandingkan zona inhibisi 61-120.
pada jamur hal ini disebabkan karena [8] Heni., Arreneuz, Savante, dan
jamur memiliki komponen sel yang lebih Zaharah, Titin Anita, Efektivitas
banyak sedangkan bakteri merupakan Antibakteri Ekstrak Kulit Batang
sel yang sangat sederhana. Belimbing Hutan (Baccaurea
Angulata Merr.) Terhadap
5. Ucapan Terimakasih Staphylococcus aureus Dan
Terimakasih kepada Analis dan teman- Escherichia coli. Jurnal JKK, 2015, (4)
teman Laboratorium Kimia Organik 1. 84-90.
Bahan Alam Jurusan Kimia Universitas [9] Gunawan, I W. G., Bawa, I G. A.G.
Andalas yang telah mebantu penulis dan Sutrisnayanti, N.L, Isolasi dan
dalam menyelesaikan penelitian ini. Identifikasi Senyawa Terpenoid Yang
Aktif Antibakteri Pada Herba Meniran
Referensi (Phyllanthus niruri Linn). Jurnal
[1] Baud, Grace, S., Meiske, S. Sangi., Kimia, 2008. 2 (1) : 31-39.
Harry, S. J. Koleangan, Analisis [10] Putra, Affian, Huda atama.,
senyawa metabolit sekunder dan uji Corvianindya, Yani., Wahyukundari,
toksisitas ekstrak etanol batang Melok, Aris, Uji Aktivitas Antibakteri
tanaman patah tulang (Euphorbia Ekstrak Etanol Daun Kamboja Putih
tirucalli L.) dengan metode Brine (Plumeria acuminata) Terhadap
Shrimp Lethality Test (BSLT), Jurnal Pertumbuhan Streptococcus mutans.
Ilmiah Sains, 2014,107-112. Jurnal Pustaka Kesehatan, 2017, 5
[2] Sari, Evi Rosyida., Nugraheni, Estu (3) : 449 – 453
Retnaningtyas, Uji aktivitas antifungi
ekstrak etanol daun cabai jawa
(Piper retrofractum) terhadap
pertumbuhan candida albicans.
Jurnal Biofarmasi 2013, (11) 2. 36-42.
[3] Mardiah, Uji Resistensi
Staphylococcus aureus Terhadap
Antibiotik, Amoxillin, Tetracyclin dan
Propolis. Jurnal Ilmu Alam dan
Lingkungan, 2017, (8) 16. 1-6
[4] Ogunwenmo, K, Olusula., dkk.,
Cultivars Of Codiaeum Variegatum
(L.) Blume (Euphorbiaceae) Show
Variability In Phytochemical And
Cytological Characteristics, Journal of
Biotechnology, 2007, 6 (20), 2400-
2405
[5] Marliana, S.D., Suryanti V. dan
Suyono, Skrining Fitokimia dan
Analisi Kromatografi Lapis Tipis

35
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT PENSI (Corbicula


moltkiana) SERTA UJI SIFAT FISIKA DAN KIMIANYA
Yulizar Yusuf*, Vicya Merry F., Safni

Laboratorium Kimia Analisis Terapan, Jurusan Kimia,


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas,
Kampus Limau Manis, 25163, Indonesia
*Email: yulizaryusuf59@gmail.com

Abstract: Chitosan is the deacetylation product of chitin which are found on shell of
crustaceae such as crabs and mussel. A type of mussel that can be found easily in West
Sumatera is call pensi. Pensi (Corbicula moltkiana) shell is the part of pensi that usually being
wasted. Isolation process from chitin into chitosan can do by several stages that is
deproteination (separation of protein), demineralization (separation of mineral), depigmentation
(disappearance of colour). That stages result the chitin. Chitin then do deacetylated until
becoming chitosan. Deproteination process was used 5% NaOH solution, demineralization used
1N HCl solution, and depigmentation was used acetone to remove dyes on chitosan. The
deacetylation process used a high concentration base solution of 60% NaOH at 100ºC for 4
hours. The chitosan obtained being characterized and analyzed by several parameters, such as
water content (3.72%), ash (82.8%), lipid free test (no purple color), ninhydrin test (purple form),
solubility (soluble in 2% acetic acid), and the determination of functional groups using Fourier
Transform Infra Red (FTIR).

Keywords: Pensi, waste of pensi shell, chitin, chitosan, FTIR

1. Pendahuluan

Secara umum, CaCO3 merupakan senyawa kimia (C8H13NO5)n. dengan struktur [β-
utama yang ditemukan pada kulit (1→4)-2-asetamida-2-deoksi-D-glukosa]
invertebrata air termasuk pensi. Menurut didapat dari isolasi kulit dan kepala hewan
penelitian terhadap kulit pensi (Corbicula berkulit keras (Crustacea) [4]. Karena
moltkiana), diketahui bahwa kulit pensi strukturnya yang linier, kitin memiliki
berpotensi sebagai sumber kalsium dengan kristalinitas yang tinggi dan digunakan
kandungan Ca sekitar 26-30 % dalam sebagai nanofiber. Nanofiber (NF) pada
bentuk mentah. Struktur penyusun kulit dasarnya tertanam dalam matriks protein.
pensi setelah dilakukan penelitian oleh Karena kulit kepiting dan udang juga
Suci Wahyuni menggunakan XRF yaitu memiliki struktur kompleks yang terdiri
mengandung Ca 93,207%, Si 2,144%, Al dari nanofiber, diharapkan nanofiber kitin
1,322%, Ag 0,775%, Mg 0,69%, P 0,491%, bisa disiapkan dengan desintegrasi
dan Fe 0,248% [1]. Sedangkan kandungan mekanik [5]. Tiga polimer kitin yang
kitin pada kulit remis atau kijing, dimana berbeda ditemukan di alam yaitu α-kitin,
pensi merupakan hewan crustacea sejenis β-kitin dan γ-kitin [6].
kijing yaitu kandungan kitin yang Kitosan adalah polisakarida yang
terkandung di dalamnya adalah 6,1% [2]. banyak terdapat di alam setelah selulosa.
Dari data tersebut, maka dilakukanlah Kitosan merupakan senyawa poli (N-amino-
penelitian ini untuk menghasilkan kitosan 2-deoksi-β-D-glukopiranosa) atau
dari kulit pensi. glukosamin hasil deasetilasi kitin yang
Kitin merupakan bahan organik utama diproduksi dalam jumlah besar di alam [7].
terdapat pada kelompok hewan crustaceae, Kitosan tidak larut dalam air dan H2SO4,
insekta, fungi, mollusca dan arthropod [3]. sedikit laut dalam HCl, dan HNO3. Kitosan
Kitin merupakan salah satu sumber alam juga dapat membentuk sebuah membran
polisakarida yang terbesar jumlahnya yang berfungsi sebagai adsorben pada
setelah selulosa. Kitin adalah suatu polimer waktu terjadinya
anhidro N-asetil-d-glukosamin, mempunyai
massa molekul relative besar yaitu sekitar
1,2.106 gram/mol. Kitin memiliki rumus
pengikatan zat-zat organik maupun menyebabkan kitosan lebih banyak
anorganik oleh kitosan. Hal ini yang manfaatnya dibanding dengan kitin [8].

36
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

Kitosan sangat berpotensi untuk dijadikan mengahambat pertumbuhan mikroba dan


sebagai bahan antimikroba, karena efisiensi daya hambat kitosan terhadap
mengandung enzim lisosim dan gugus bakteri tergantung dari konsentrasi
aminopolisakarida yang dapat pelarutan kitosan [11].
FTIR merupakan salah satu instrumen merupakan informasi data yang sangat
yang menggunakan prinsip spektroskopi [9]. kompleks sehingga akan menggambarkan
Spektrofotometer Fourier Transform Infrared secara menyeluruh karakteristik kimia
(FTIR) adalah salah satu instrumen yang suatu bahan. Perubahan yang terjadi pada
dapat digunakan untuk identifikasi mineral posisi pita dan intensitasnya dalam
secara kualitatif dan mulai dikembangkan spectrum FTIR akan berhubungan dengan
untuk identifikasi secara kuantitatif [10]. perubahan komposisi kimia dalam suatu
Spektrum sidik jari FTIR yang dihasilkan bahan [12].

Gambar 1.1 Struktur kitosan [Kusumaningsih].

2. Metodologi Penelitian sisa kotoran yang menempel pada limbah


2.1 Alat kulit pensi tersebut. Kulit pensi yang telah
Hot plate, timbangan analitis, oven, furnace, dibersihkan kemudian dikering anginkan
aluminium foil, gelas piala, kaca arloji, selama ±1 minggu. Dalam penelitian ini,
gelas ukur, labu ukur, batang pengaduk, kulit pensi yang telah kering dihaluskan
pipet takar, krus porselen, termometer, dan diayak dengan ukuran 425 μm.
stirer, pipet tetes, tabung reaksi, corong,
labu semprot, spatula, kertas saring, kertas 2.4 Prosedur Kerja
pH universal, dan spektrofotometer Fourier 2.4.1 Pembuatan kitin dari kulit pensi
Transform Infrared (Perkim Elmer, Spesifik a. Pemisahan protein (deproteinasi)
Fronteir). Bubuk kulit pensi ditimbang sebanyak 10
gram dan dideproteinasi dengan cara
2.2 Bahan direndam dalam larutan NaOH 5% (w/v
Bubuk kulit pensi, akuades, NaOH 1:10) lalu dipanaskan diatas penangas air
(Natrium Hidroksida) teknis, HCl (asam pada suhu 65ºC selama 2 jam. Sampel
klorida) pa (Pudak Scientific), aseton dicuci dengan akuades sampai pH netral
(CH3COCH3) teknis, CH3COOH (asam lalu disaring dan dikeringkan dalam oven
asetat) pa (Merck), CuSO4.5H2O pada suhu 50ºC sehingga didapatkan
(tembaga(II)sulfat pentahidrat) (Merck), dan residu bebas protein.
ninhidrin (C9H6O4).
b. Pemisahan mineral (demineralisasi)
2.3 Persiapan Sampel Residu bebas protein didemineralisasi
Sampel yang digunakan adalah limbah dari dengan cara direndam dalam larutan HCl 1
kulit pensi yang diperoleh dari Pasar N (w/v 1:10) sambil distrirer selama 30
Bandar Buat Padang yang terlebih dahulu menit pada suhu ruangan,. Residunya
dibersihkan dan dicuci dengan akuades disaring dan dicuci dengan akuades hingga
yang bertujuan untuk membersihkan sisa- pH netral, kemudian dikeringkan dalam

37
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

oven pada suhu 50ºC, sehingga didapatkan kitin kasar.

c. Penghilangan warna (depigmentasi) disaring dan dicuci dengan akuades hingga


Kitin yang diperoleh diekstraksi dengan mendekati pH netral, kemudian
aseton (w/v 1:10) selama 1 jam. Residu dikeringkan
didalam oven pada suhu 50ºC selama ± 4 Keterangan :
jam. Wa = berat cawan dan abu (g)
Wc = berat cawan kosong (g)
2.4.2 Deasetilasi kitin menjadi kitosan Ws = berat cawan dan sampel (g)
Kitin yang diperoleh dideasetilasi dengan
cara direndam dalam larutan NaOH 60% c. Uji bebas protein
(w/v 1:20) kemudian dipanaskan pada Uji bebas protein ditentukan secara
suhu 100ºC selama 4 jam, sambil diaduk kualitatif dengan metode Biuret
dengan stirrer. Kitosan yang dihasilkan menggunakan larutan CuSO4, jika tidak
disaring dan dicuci dengan akuades terbentuk warna ungu maka kitosan bebas
dengan pH netral. Kitosan dikeringkan protein.
dalam oven pada suhu 50ºC selama ± 5
jam. Selanjutnya kitosan yang diperoleh d. Uji ninhidrin
ditimbang. Kitosan yang diperoleh ditimbang sebanyak
0,05 gram dan dimasukkan kedalam
2.4.3 Karakterisasi kitosan hasil isolasi tabung reaksi kemudian dimasukkan
secara fisika-kimia larutan ninhidrin lalu didiamkan selama ±
a. Penentuan kadar air 10 menit. Diamati perubahan yang terjadi,
Kitosan sebanyak 0,5 gram ditimbang dan jika sampel berubah warna menjadi ungu
ditempatkan dalam cawan, kemudian maka pada sampel terdapat gugus amina.
dipanaskan dalam oven temperatur 105ºC
selama 2 jam, didinginkan dalam desikator e. Pengukuran serapan FTIR
dan ditimbang. Dilakukan beberapa kali Kitosan ditimbang sebanyak 50 mg dan
sampai pengurangan berat antara 2 kali KBr 120 mg, dicampur dan digerus
penimbangan berturut-turut lebih kecil menggunakan mortar dan stamfer selama
dari 0,001 gram. 10 menit. Dari campuran tersebut diambil
40 mg lalu dicetak hingga menjadi pellet
Kadar air = KBr. Spektrum diukur menggunakan FTIR
spektroskopi dengan pengukuran
Dimana : transmitan sebagai fungsi dari bilangan
W0 = berat cawan (g) gelombang antara 4000-600 cm-1,
W1 = berat cawan dan sampel sebelum kemudian dengan kitosan standar.
dipanaskan (g)
W2 = berat cawan dan sampel setelah 3. Hasil dan Diskusi
dipanaskan (g) 3.1 Pembuatan Kitin dari Kulit Pensi
3.1.1 Deproteinasi
b. Pengujian kadar abu Deproteinasi bertujuan untuk memutus
Kadar abu kitosan ditentukan dengan ikatan antara protein dan kitin, dengan
pembakaran menggunakan krus porselen cara menambahkan NaOH. Selama
(cawan pengabuan) berat konstan perendaman, protein terekstrak dalam
dimasukkan kedalam furnace kemudian bentuk Na-asam lemak (Na-proteanat)
dipanaskan, lalu didinginkan didalam akibat reaksi saponifikasi antara lemak
desikator dan ditimbang. Sampel sebanyak yang terkandung dalam kulit pensi dengan
1 gram dimasukkan kedalam krus porselen, larutan NaOH panas, dimana ion Na+ akan
dimasukkan kedalam furnace pada suhu mengikat ujung rantai protein yang
550ºC ± 20ºC sampai diperoleh abu bermuatan negatif dan mengendap1. Saat
berwarna putih keabuan (selama 4 jam), deproteinasi, protein sulit dihilangkan
didinginkan 60 menit dalam desikator dan karena kuatnya ikatan kimia antara kitin
ditimbang sampai berat konstan. Kadar dengan protein.
abu ditentukan sebagai berikut :
Kadar abu =

3.1.2 Demineralisasi Tujuan dari demineralisasi adalah untuk


menghilangkan garam-garam organik atau

38
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

kandungan mineral yang terdapat pada Kadar air dari kitosan ditentukan
kulit pensi. Proses ini dilakukan dengan berdasarkan metode gravimetri. Kadar air
menambahkan HCl, dimana kitin yang pada kitosan dipengaruhi oleh proses
terbentuk akan dipisahkan dari mineral pengeringan, lamanya waktu pengeringan
terutama CaCO3 yang banyak terkandung juga luas permukaan wadah yang
didalam kulit pensi. digunakan untuk mengeringkan kitosan
2HCl(aq) + CaCO3(s) → CaCl2(aq) + H2O(l) + tersebut.
CO2(g) [13] Penentuan kadar abu adalah indikator
keefektifan tahap demineralisasi untuk
Terbentuk banyak buih dan gelembung menghilangkan mineral yang ada pada
udara. Hal ini terjadi karena terbentuknya kulit pensi. Besarnya kadar abu dapat
gas CO2 dan H2O dipermukaan larutan diakibatkan oleh proses demineralisasi
berdasarkan reaksi demineralisasi. Mineral pada kulit pensi tidak berlangsung dengan
lainnya yang terkandung dalam kulit pensi sempurna sehingga banyak mineral yang
bereaksi dengan asam dan menjadi garam tersisa, juga masih adanya pengotor dari
terlarut. kitosan yang dihasilkan.

3.1.3 Depigmentasi 3.3.2 Uji bebas protein


Kandungan zat warna pada kulit pensi Uji biuret digunakan untuk uji protein,
dapat menurunkan mutu dari kitin. Untuk karena uji ini dapat mendeteksi adanya
itu dilakukan proses depigmentasi dengan ikatan peptida yang diperoleh hasil reaksi
mengekstrak pigmen yang terdapat pada berupa warna ungu pada larutan yang
kulit pensi menggunakan pelarut organik. menunjukkan adanya protein. Cu2+ (dari
Pelarut organik yang dipakai pada proses pereaksi biuret) dalam suasana basa
ini adalah aseton. Perubahan warna yang bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-
terjadi pada saat proses depigmentasi tidak ikatan peptida yang menyusun protein
terlalu terlihat, dimana warnanya tetap. membentuk senyawa kompleks berwarna
ungu. Hasil dari uji bebas protein
3.2 Deasetilasi kitin didapatkan bahwa larutan tetap berwarna
Reaksi deasetilasi lebih banyak biru, hal ini menandakan bahwa kitosan
menggunakan larutan alkali, hal ini yang terbentuk telah bebas protein.
dikarenakan ikatan glikosidik yang
terkandung dalam kitin sangat rentan 3.3.3 Uji ninhidrin
dengan adanya asam. Deasetilasi Ninhidrin merupakan zat pengoksidasi
dilakukan untuk memutus ikatan antara kuat yang dapat bereaksi dengan amina
gugus asetil (-NHCOCH3) dengan atom (dari senyawa kitosan) pada pH 4-8
nitrogen sehingga berubah menjadi gugus membentuk senyawa berwarna ungu [15].
amina (-NH2). Penggunaan larutan alkali Hasil penelitian yang dilakukan yaitu
dengan konsentrasi serta suhu tinggi terjadi perubahan warna ungu, hal ini
selama proses deasetilasi dapat menandakan adanya gugus amina pada
menghasilkan kitosan yang murni sehingga kitosan yang dihasilkan.
semakin baik mutu kitosan yang
dihasilkan. 3.3.4 Uji kelarutan
Semakin tinggi kelarutan kitosan maka
3.3 Karakterisasi Kitosan Hasil Isolasi mutu kitosan yang dihasilkan semakin
Secara Fisika-Kimia baik. Pengujian ini menggunakan larutan
3.3.1 Penentuan kadar air dan kadar abu asam asetat glasial 2% (1:50). Hasil
Tabel 3.1 Kadar air dan kadar abu pada kitosan penelitian memperlihatkan bahwa kitosan
hasil isolasi larut dalam asam asetat. Hal ini
menandakan bahwa hasil yang diperoleh
Parameter Standar Kitosan dari proses isolasi adalah kitosan.
Internasional yang
[14] didapatkan 3.3.5 Pengukuran serapan FTIR
Kadar air ≤10 1,2 Spektrum kitosan menginformasikan
(%) adanya pita serapan pada bilangan
Kadar abu ˂1 82,8 gelombang 3341,35 cm-1 sebagai hasil dari
(%) vibrasi pembengkokan gugus OH dan NH.
Kadar 0,74 Pada kitosan standar juga terdapat serapan
kitosan (%) di bilangan gelombang 3377,95 cm-1. Pita
serapan pada 2909,84 cm-1 pada kitosan

39
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

hasil ekstraksi dan 2922,85 cm-1 pada satu serapan karakteristik polisakarida.
kitosan standar menunjukkan adanya Salah satu tanda bahwa senyawa kitosan
vibrasi peregangan simetris ikatan C-H. adalah adanya vibrasi ulur pada daerah
Sedangkan pada bilangan gelombang bilangan gelombang 871,91 cm-1 yang
1400,00 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi mengindikasikan adanya ikatan β-1,4-
tekuk pada ikatan C-H. Bilangan glikosidik. Pada spektrum kitosan standar
gelombang 1027,49 cm-1 menunjukkan juga menunjukkan adanya vibrasi ulur
adanya ikatan C-O yang merupakan salah pada bilangan gelombang 897,41 cm-1.

β-1,4-
glikosidik
OH, Vibrasi
NH C-H CH

C-O

Gambar 3.1 Spektrum FTIR Kitosan Standar [5].

Vibrasi
β-1,4-
CH
glikosidik
CH
OH,
NH
C-O

Gambar 3.2 Spektrum FTIR kitosan hasil isolasi.

4. Kesimpulan antara lain kadar air 3,72%, kadar abu


Berdasarkan hasil penelitian yang telah 82,8%, pada uji kelarutan kitosan dapat
dilakukan maka dapat diambil kesimpulan larut dalam asam asetat 2%, pada uji
bahwa kitosan telah berhasil diperoleh dari bebas protein tidak terbentuknya warna
kulit pensi (Corbicula moltkiana) melalui ungu, uji ninhidrin terbentuknya warna
beberapa tahap yaitu deproteinasi, ungu menandakan adanya gugus amina
demineralisasi, depigmentasi dan pada kitosan yang diperoleh. Dilakukan
deasetilasi. Hasil analisis kitosan yang pengujian menggunakan FTIR (Fourier
diperoleh dimana dilakukan pengujian Transform Infra Red) untuk menentukan

40
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

gugus fungsi yang terdapat pada kitosan Jurnal Teknik Kimia 2013, 19(2):17-26.
yang dihasilkan. 8. Hastuti, Budi. Sintesis Kitosan dari
Cangkang Kerang (Anadara inflate)
Sebagai Adsorben Ion Cu2+. Seminar
Nasinaonal Kimia dan Pendidikan
Kimia VII 2015.
9. Silviyah, Siti. Penggunaan Metode
FTIR (Fourier Transform Infra Red)
5. Referensi untuk Mengidentifikasi Gugus Fungsi
1. Wahyuni, Suci. Optimalisasi pada Proses Pembaluran Penderita
Temperatur Kalsinasi untuk Mioma. 2014. 1-28.
Mendapatkan Kalsit CaCO3 dalam 10. Rasyida, Kun. Deteksi Kemurnian Air
Cangkang Pensi (Corbicula moltkiana) Zamzam Menggunakan Metode
yang Terdapat di Danau Maninjau. Spektrofotometri Fourier Transform
Pillar Of Physic 2015, Vol. 6 : 81-88. Infra Red (FTIR) dan Kemometrik. e-
2. Knorr, D. 1984. Use Chitinous in Food Jurnal Pustaka Kesehatan 2014, 2(2):
Tech. 38:85. 320-326.
3. Kusumaningsih, Triana. Pembuatan 11. Wardaniati, Ratna Adi. Pembuatan
Kitosan dari Kitin Cangkang Bekicot Kitosan dari Kulit Udang dan
(Achatina fulica). Biofarmasi 2004, 2 Aplikasinya Untuk Pengawetan Bakso.
(2): 64-68. 2010. 1-5.
4. Sanjaya, Indah. Adsorpsi Pb(II) oleh 12. Purwakusumah, Edy Djauhari.
Kitosan Hasil Isolasi Kitin Cangkang Identifikasi dan Autentifikasi Jahe
Kepiting Bakau (Scyllsa sp). Jurnal Merah Menggunakan Kombinasi
Ilmu Dasar 2007,Vol.8 (1) :30-36. Spektroskopi FTIR dan Kemometrik.
5. Ifuku, Shinsuke. Chitin and Chitosan Jurnal Agritech 2014, 34(1): 82-87.
Nanofibers: Preparation and Chemical 13. Kurniasih, Mardiyah. Sintesis dan
Modifications. Molecules 2014, Karakterisasi Fisika-Kimia Kitosan.
19:18367-18380. Journal of Inovation 2011, 5(1): 42-48.
6. Palpandi, C.; Shanmugam, V.; 14. Agustina, S.; Kurniasih, Y.:
Shanmugam, S.: Extraction of Chitin Pembuatan Kitosan dari Cangkang
and Chitosan From Shel and Udang dan Aplikasinya Sebagai
Operculum of Mangrove Gastropod Adsorben untuk Menurunkan Kadar
Nerita (Dostia) crepidularia Lamarck. Logam Cu. Seminar Nasional FMIPA
International Journal of Medicine and UNDIKSHA 2013, 365-372.
Medical Sciences 2009, 1(5), 198-205. 15. Agustina, S; Swantara, I. M. D.;
7. Trisnawati, Elin. Pembuatan Kitosan Suartha, I. N.:. Isolasi Kitin,
dari Limbah Cangkang Kepiting Karakterisasi, dan Sintesis Kitosan
Sebagai Bahan Pengawet Buah Duku dari Kulit Udang. Jurnal Kimia 9,
dengan Variasi Lama Pengawetan. 2015, 271-278.

41
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

EFEK INDUKSI DARI Chlorella vulgaris TERHADAP SUB AKUT


TOKSISITAS DELTAMETHRIN (DLM) PADA MENCIT
Rita Wulandari, Armaini*, Abdi Dharma

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas


Andalas,Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia
*Email: armaini59@gmail.com

Abstrak: Mikroalga Chlorella vulgaris mengandung senyawa antioksidan seperti karotenoid,


astaxantin, kantaxantin, flavoxantin, loraxantin, neoxantin dan violaxantin yang dapat
digunakan untuk menurunkan efek toksisitas dari mencit yang diinduksi dengan insektisida
deltamethrin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian mikroalga Chlorella
vulgaris terhadap fungsi hati (enzim SGOT dan enzim SGPT), malondialdehid dan aktivitas
enzim katalase pada mencit yang mengalami toksisitas subakut insektisida deltamethrin.
Sebanyak 12 ekor mencit dibagi kedalam 4 kelompok yaitu kelompok normal, kelompok
deltamethrin, kelompok Chlorella vulgaris dosis 10 mg/20g BB dan kelompok Chlorella
vulgaris dosis 15 mg/20g BB. Percobaan dilakukan selama 21 hari dengan lama perlakuan
Chlorella vulgaris selama 14 hari. Dari hasil penelitian pada kelompok normal didapatkan nilai
enzim SGOT, SGPT, MDA dan CAT berturut-turut sebesar 22,6 U/L, 12,9 U/L, 1,34 nmol/mL,
9,12 nmol/mL. Pada kelompok deltamethrin nilai yang didapatkan berturut-turut sebesar 43,7
U/L, 27,5 U/L, 2,14 nmol/mL dan 10,86 nmol/mL. Pada kelompok Chlorella vulgaris dosis 10
mg/20g BB dan dosis 15 mg/20g BB didapatkan nilai SGOT setelah 7 hari perlakuan sebesar
25,9 U/L dan 14,6 U/L, nilai SGPT sebesar 30,7 U/L dan 46,9 U/L, nilai MDA sebesar 1,11
nmol/mL dan 1,67 nmol/mL serta nilai aktivitas CAT sebesar 12,67 nmol/mL dan 10,54
nmol/mL. Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa mikroalga Chlorella vulgaris
dapat menurukan enzim SGOT, enzim SGPT dan malondialdehid serta meningkatkan aktivitas
enzim katalase pada mencit yang diinduksi deltamethrin. Dari penelitian dapat disimpulkan
bahwa mikroalga Chlorella vulgaris mampu mengobati toksisitas sub akut dari deltamethrin.

Kata Kunci: Chlorella vulgaris, deltamethrin, fungsi hati, malondialdehid (MDA), katalase
(CAT)

1. Pendahuluan enzim yang berfungsi sebagai katalisator


Deltamethrin (DLM) adalah insektisida pada hidrolisa asetilkolin menjadi kolin dan
pyretroid sintesis yang sangat banyak asetat. Jika aktifitas acetil cholinesterase
digunakan pada bidang pertanian. turun atau berkurang karena adanya
Deltamethrin memiliki nama kimia (IUPAC) pestisida dalam darah akan membentuk
yaitu (S)-α-cyano-3-phenoxybenzyl (1R,3R)- senyawa phosphorilated cholinesterase,
3-(2,2-dibromovinyl)-2,2 dimethyl sehingga enzim tersebut tidak dapat
cyclopropane carboxylate. Deltamethrin berfungsi lagi [3].
biasanya digunakan pada sayuran dan Stres oksidatif dapat
buah-buahan untuk melawan hama seperti mengakibatkan kerusakan oksidatif yang
semut, tungau dan kumbang. Selain itu, ditandai sebagai kerusakan biomolekuler
digunakan secara umum pada hewan yang disebabkan oleh serangan radikal
ternak untuk melawan kutu, tungau dan bebas atau spesies oksigen reaktif lainnya
lalat. Deltamethrin banyak digunakan oleh (ROS) umumnya merusak dan tidak
sebagian negara karena metabolismenya reversible [4]. Peroksidasi lipid meningkat
yang cepat dan toksisitas yang rendah secara signifikan dengan penurunan
pada manusia dan hewan nontarget aktivitas CAT secara bersamaan. Hal ini
lainnya serta potensi tinggi pada sejumlah dapat dijelaskan karena antioksidan tidak
besar hama [1,2]. mampu menghilangkan kelebihan
Deltamethrin mempengaruhi sistem peroksida dan anion superoksida yang
saraf melalui penghambatan aktivitas Acetil mengakibatkan penurunan aktivitas
cholinesterase yang pada akhirnya antioksidan seluler yang menyebabkan
mempengaruhi sistem pernafasan dan aktivitas enzimatik menurun [5].
sirkulasi, menyebabkan kejang otot dan Peroksidasi lipid (LPO) adalah salah
kelumpuhan. Acetil cholinesterase adalah satu mekanisme molekuler toksisitas

42
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

pestisida yang dapat mengganggu fungsi spuit ukuran 3 mL, tempat air minum, alat
biokimia dan fisiologis sel darah merah. Sel bedah ( skapel, pinset, gunting, jarum ),
darah merah sangat rentan terhadap kertas label, mikroskop cahaya olympus BX
kerusakan oksidatif karena konsentrasi sel 51 dan tube.
yang tinggi dari asam lemak tak jenuh
ganda, hemoglobin dan oksigen, yang dapat
menghasilkan perubahan oksidatif pada sel 2.2 Bahan
darah merah. Untuk melindungi dirinya Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
sendiri, sel darah merah memiliki sistem yaitu mikroalga Chlorella vulgaris, medium
pertahaan antioksidan yang efektif BBM, etanol, akuades, deltamethrin 25
misalnya superoxide dismutase (SOD), g/L, CMC 1%.
katalase (CAT) dan glutathione peroxidase
(GPx) yang menetralisir oksidan reaktif 2.3 Prosedur Penelitian
menjadi tidak atau kurang reaktif [6,7]. 2.3.1 Preparasi Chlorella vulgaris
Chlorella vulgaris adalah mikroalga Mikroalga Chlorella vulgaris ditumbuhkan
yang termasuk kedalam golongan alga dalam medium BBM yang terdiri dari
hijau (chlorophyta). Bentuk sel Chlorella (NaNO3 10ml/L, MgSO4.7H2O 10 ml/L,
vulgaris bulat lonjong dengan garis tengah NaCl 10ml/L, K2HPO4 10ml/L, KH2PO4
sel antara 2-8 µm. Chlorella vulgaris 10ml/L, CaCl.2H2O 10ml/L, H3BO3 1ml/L,
berkembangbiak dengan cara membelah trace element 1ml/L, EDTA 1ml/L, Fe-
diri dan pembentukan spora. Chlorella solution 1ml/L). Medium BBM diautoclave
vulgaris bersifat fotoautotrof. Tubuhnya selama 1 jam dan didinginkan hingga suhu
terdiri atas satu sel (uniseluler). Chorella kamar.
vulgaris mampu hidup dengan baik pada
2.3.2 Preparasi Larutan Deltamethrin
lingkungan yang banyak mengandung
Larutan deltamethrin dibuat dengan dosis
unsur hara tinggi dan memanfaatkannya
2 mg/kg. Pembuatan larutan deltamethrin
untuk kelangsungan proses fotosintesis,
dibuat dengan melarutkan 1 mL dalam 100
berkembang biak dan melakukan aktivitas
mL akuades.
hidup lainnya [8].
Chlorella vulgaris merupakan 2.3.3 Pembuatan Larutan Chlorella vulgaris
mikroalga yang termasuk kedalam kelas Chlorella vulgaris dosis 10 mg/20 g BB
alga hijau. Mikroalga ini belum memiliki mencit. Biomassa Chlorella vulgaris
akar, batang dan daun sejati, tetapi telah ditimbang sebanyak 250 mg kemudian
memiliki pigmen klorofil sehingga bersifat dihaluskan di dalam lumpang selanjutnya
fotoautotrof. Tubuhnya terdiri atas satu sel ditambahkan dengan 10 mL aquades.
(uni selular) dan ada juga yang bersel Kemudian dipindahkan ke dalam botol
banyak ( multiseluler ) dengan sifat yang film. Selanjutnya campuran didiamkan
cenderung membentuk koloni [9]. Chlorella dalam suhu kamar dan disimpan di dalam
vulgaris mempunyai nutrisi seperti protein, lemari pendingin. Chlorella vulgaris dosis
lemak, β-karoten dan vitamin serta 15 mg/20 g BB mencit. Biomassa Chlorella
antioksidan seperti klorofil, lutein, α- vulgaris ditimbang sebanyak 500 mg
karoten, β-karoten, asam askorbat dan α- kemudian dihaluskan di dalam lumpang
tokoferol yang memiliki kemampuan untuk selanjutnya ditambahkan dengan 20 mL
mengikat radikal bebas [10]. aquades. Kemudian pindahkan ke dalam
Dalam penelitian ini, akan dilakukan botol film. Selanjutnya campuran
pengukuran tentang kerusakan hati akibat didiamkan dalam suhu kamar dan
keracunan deltamethrin, lipid peroksidasi disimpan di dalam lemari pendingin.
dan antioksidan pada mencit yang
diinduksi deltamethrin, yang akan diobati 2.3.4 Pemberian Mikroalga Chlorella
dengan menggunakan mikroalga Chlorella vulgaris pada Hewan Uji
vulgaris. Mikroalga ini memiliki kandungan Hewan uji diaklimatisasi selama 7 hari.
klorofil (pigmen) dan antioksidan yang Lalu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
dapat menangkal radikal bebas. kelompok normal dan kelompok
deltamethrin, hewan uji ditimbang berat
2. Metodologi Penelitian badannya, kemudian kelompok normal
2.1 Alat diteruskan sebagai kelompok normal atau
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
kelompok kontrol negatif dan kelompok
ini yaitu peralatan gelas, sentrifus,
yang diberi deltamethrin kemudian dibagi
autoclave, neraca analitik, spektofotometer, kembali menjadi 3 kelompok (kelompok A,
oven, kandang untuk pemeliharaan mencit, kelompok B dan kontrol positif) sebagai

43
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

berikut : Kelompok normal terdiri dari 3 Sebelum mengukur aktivitas katalase,


ekor mencit diberi makan pelet dan diberi diukur terlebih dahulu total protein dengan
air minum. Kelompok deltamethrin terdiri menggunakan alat Mikrolab 300 memakai
dari 3 ekor mencit yang diberi deltametrin, standar kit, blanko akuades. Serum
dan makanan pelet serta air minum. ditambahkan dengan pewarna total protein
Kelompok A (10 mg/20 g BB) terdiri dari 3 lalu diukur adsorban. Enam buah tabung
ekor mencit diberi deltamethrin dan diberi diisi dengan H2O2 dalam jumlah yang
makan dengan pelet, air, dan Chlorella berbeda yaitu dari konsentrasi 0 µmol
vulgaris (dosis 10 mg/20 g BB mencit). sampai 160 µmol. Pada masing-masing
Kelompok B (15 mg/20 g BB) terdiri dari 3 tabung tambahkan 2 ml dichromat dalam
ekor mencit diberi deltamethrin dan diberi asam asetat glasial menghasilkan warna
makan dengan pelet, air, dan Chlorella biru keunguan. Dipanaskan dalam water
vulgaris (dosis 15 mg/20 g BB mencit). bath mendidih selama 10 menit warna
Setelah pemberian perlakuan selama 21 larutan berubah menjadi hijau, dinginkan
hari berturut-turut, mencit kemudian pada suhu kamar. Tambahkan pada setiap
ditimbang kembali berat badannya dan di tabung H2O2 hingga volume 3 mL lalu
ambil serum darah mencit untuk uji enzim dipindahkan dalam kuvet dan diukur
SGOT, enzim SGPT, malondialdehid (MDA) absorban dengan panjang gelombang 570
dan enzim katalase (CAT). nm.

2.4 Uji Kerusakan Fungsi Hati 3. Hasil dan Pembahasan


2.4.1 SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic 3.1 Morfologi Chlorella vulgaris
Transaminase) Dari identifikasi morfologi yang telah
Serum darah mencit diambil sebanyak 100 dilakukan pada mikroalga Chlorella
µL lalu ditambahkan dengan reagen 1 vulgaris dilihat bahwa Chlorella vulgaris
sebanyak 1000 µL dan diinkubasi selama 5 merupakan kultur tunggal (Gambar 1 A).
menit. Selanjutnya campuran tersebut Berdasarkan Gambar 1 A bisa dilihat
ditambahkan reagen 2 sebanyak 250 µL bahwa morfologi Chlorella vulgaris sama
lalu dihomogenkan. Selanjutnya dilakukan dengan morfologi dari literatur seperti yang
pembacaan setelah 1 menit, 2 menit dan 3 ditunjukkan pada Gambar 1 B.
menit pada panjang gelombang 365 nm. B
A
2.4.2 SGPT (Serum Glutamic Pyruvate
Transaminase)
Serum darah mencit diambil sebanyak 100
µL lalu ditambahkan dengan reagen 1
sebanyak 1000 µL dan diinkubasi selama 5
menit. Selanjutnya campuran tersebut
ditambahkan reagen 2 sebanyak 250 µL Gambar 1. (A) Morfologi Chlorella vulgaris
pembesaran 1000x (B) morfologi Chlorella
lalu dihomogenkan. Selanjutnya dilakukan
vulgaris dari Hadiyanto
pembacaan setelah 1 menit, 2 menit dan 3
menit pada panjang gelombang 365 nm. Mikroalga Chlorella vulgaris ditumbuhkan
dalam medium BBM dan dipanen pada fasa
2.5 Uji Lipid Peroksidasi stasioner (tetap) yaitu pada hari ke 21 yang
2.5.1 Malondialdehid (MDA) ditandai dengan berubahnya warna larutan
Serum darah direaksikan dengan TCA 5% menjadi hijau pekat, lalu mikroalga ini
lalu dicampur dengan menggunakan vortex diendapkan untuk didapatkan biomassa
mixer dan disentrifus pada kecepatan kering yang akan diujikan ke hewan uji.
10.000 RPM selama 15 menit. Filtrat
dipipet (masing-masing tabung) sebanyak 3.2 Penimbangan Berat Badan Hewan Uji
1mL, ditambahkan reagen asam Pada penelitian ini sebelum mencit diberi
tiobarbiturat sebanyak 1 mL dan perlakuan, mencit diaklimatisasi selama 7
diinkubasi dalam water bath selama 30 hari yang bertujuan agar mencit dapat
menit pada suhu 100oC lalu didinginkan. beradaptasi dengan lingkungan yang
Ukur absorban dengan spektrofotometer berada disekitarnya, selama mencit
pada panjang gelombang 530 nm dan diaklimatisasi akan diberi makan pakan
dipisahkan filtratnya. BP-2. Setelah masa aklimatisasi mencit
akan ditimbang berat badannya sebanyak
2.6 Uji Aktivitas Antioksidan 3 kali yaitu setelah pemberiam
2.6.1 Enzim Katalase (CAT) deltamethrin, setelah 7 hari perlakuan, dan

44
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

setelah 14 hari perlakuan. Penimbangan SGOT (U/L)


berat badan ini bertujuan untuk melihat No Perlakuan 7 14 21
efek yang ditimbulkan dari pemberian Hari Hari Hari
deltamethrin terhadap berat badan masing- 1 Normal 22,6
masing mencit dan juga melihat efek dari 2 Kelompok 24,3 43,7
deltamethrin
mikroalga Chlorella vulgaris terhadap berat
3 Chlorella vulgaris 25,9 45,6
badan mencit keracunan deltamethrin. 10 mg/20g BB
Dapat dilihat pada gambar 2. 4 Chlorella vulgaris 14,6 17,8
15 mg/20g BB

Tabel 2. Hasil uji enzim SGPT


SGPT (U/L)
No Perlakuan 7 14 21
Hari Hari Hari
1 Normal 12,9
2 Kelompok 32,4 27,5
deltamethrin
3 Chlorella vulgaris 30,7 69,6
10 mg/20g BB
4 Chlorella vulgaris 46,9 34,0
15 mg/20g BB
Gambar 2.Rata-rata berat badan hewan uji
masing-masing perlakuan Dari tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa
terjadi peningkatan nilai enzim SGOT dan
Pada gambar 2 merupakan grafik SGPT pada kelompok yang diinduksi
rata-rata berat badan mencit untuk setiap insektisida deltamethrin dibandingkan
kelompoknya selama 21 hari percobaan (14 dengan kelompok normal dengan nilai
hari perlakuan). Dari grafik dapat dilihat masing-masingnya yaitu 24,3 U/L dan 32,4
bahwa mencit pada kelompok deltamethrin U/L. Hal ini sesuai dengan penelitian
mengalami penurunan berat badan sebelumnya bahwa terjadinya peningkatan
dibandingkan dengan kelompok normal. produksi enzim-enzim transaminase yaitu
Hal ini menjelaskan bahwa mencit yang SGOT dan SGPT terjadi sebagai respon
mengalami keracunan insektisida terhadap keadaan cedera sel-sel hati.
deltamethrin akan mengalami penurunan Dimana cedera sel hati ini diakibatkan oleh
berat badan. Sedangkan setelah diberi insektisida deltamethrin [13].
perlakuan dengan mikroalga Chlorella Enzim SGOT pada kelompok yang
vulgaris selama 14 hari terjadi kenaikan diberi perlakuan dengan Chlorella vulgaris
berat badan mencit dibandingan dengan dosis 10 mg/20g BB terjadi peningkatan
kelompok deltamethrin. Hal ini dibandingkan dengan kelompok yang
dikarenakan mikroalga Chlorella vulgaris diinduksi dengan deltamethrin, sedangkan
mampu menurunkan efek toksisitas dari pada dosis 15 mg/20g BB terjadi
insektisida deltamethrin [11]. penurunan enzim SGOT nya dibandingkan
dengan kelompok deltamethrin. Hal ini
3.3 Hasil Uji Kerusakan Fungsi Hati dapat disimpulkan bahwa Chlorella vulgaris
Enzim SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic dosis 15 mg/20g BB lebih efektif untuk
Transaminase) dan enzim SGPT (Serum menurunkan enzim SGOT pada mencit
Glutamic Pyruvate Transaminase) yang diinduksi dengan insektisida
merupakan enzim yang ada di hati. Dalam deltamethrin. Untuk enzim SGPT pada
keadaan normal enzim ini tidak kolompok yang diberi perlakuan dengan
dikeluarkan oleh hati, sehingga kadarnya Chlorella vulgaris dosis 10 mg/20g BB dan
normal di dalam serum mencit. Hal yang dosis 15 mg/20g BB terjadi peningkatan
berbeda akan terjadi jika mencit mengalami dibandingkan dengan kelompok
kerusakan pada organ hati salah satunya deltamethrin. Hal ini terjadi karena enzim
akibat keracunan pestisida, maka enzim ini SGPT ini membutuhkan waktu yang lama
akan meningkat di dalam serum mencit. untuk kembali menjadi normal di
Peningkatan enzim ini di dalam serum bandingkan dengan SGOT, sehingga enzim
merupakan penanda terjadinya kebocoran SGPT ini akan semakin meningkat di
enzim dari hati akibat kerusakan jaringan bandingkan dengan enzim SGOT.
[12]. Meskipun kedua enzin terdapat di hati
dengan konsentrasi yang tinggi, tetapi
Tabel 1. Hasil uji enzim SGOT enzim SGPT ini lebih sering di ukur untuk

45
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

penyakit kronik sedangkan enzim SGOT ini menurun sehingga lipid peroksidasi juga
lebih sering diukur untuk penyakit yang akan ikut menurun [17].
akut seperti nekrosis hati akibat keracunan
[14]. 3.5 Hasil Uji Aktivitas Enzim Katalase
(CAT)
3.4 Hasil Uji Malondialdehid (MDA) Katalase (CAT) merupakan salah satu
MDA adalah produk sampingan dari enzim pertahanan antioksidan, tubuh
peroksidasi lipid dengan berat molekul memiliki pembentukan antioksidan sendiri
rendah, yang berasal dari dekomposisi untuk menyeimbangi radikal bebas yang
hidroperoksida lipid yang sangat reaktif. terbentuk, jika enzim pertahanan tidak
MDA digunakan sebagai penanda stres mampu untuk melawan radikal bebas
oksidatif. Kerusakan oksidatif muncul maka akan menimbulkan stress oksidatif
ketika ketidakseimbangan terjadi dalam dimana akan menyebabkan naiknya
sistem, yaitu kelebihan produksi radikal peroksidasi lipid atau malondialdehid
bebas atau penurunan mekanisme (MDA) [18].
pertahanan antioksidan. Dalam keadaan
ini radikal bebas bereaksi dengan lipid, Tabel 4. Hasil uji aktivitas enzim katalase (CAT)
protein dan DNA sering menyebabkan CAT (nmol/mL)
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki No Perlakuan 7 14 21
yang dapat menyebabkan kematian sel. Hari Hari Hari
Salah satu yang ditimbulkan dari 1 Normal 9,12
2 Kelompok 8,29 10,86
kerusakan oksidatif adalah peroksidasi
deltamethrin
lipid [15]. 3 Chlorella 12,67 10,54
vulgaris 10
Tabel 3. Hasil uji malondialdehid (MDA) mg/20g BB
MDA (nmol/mL) 4 Chlorella 11,02 10,24
No Perlakuan 7 14 21 vulgaris 15
Hari Hari Hari mg/20g BB
1 Normal 1,34
2 Kelompok 3,50 2,14 Pada tabel 4 didapatkan bahwa aktivitas
deltamethrin
enzim katalase pada kelompok
3 Chlorella vulgaris 1,11 1,67
10 mg/20g BB deltamethrin pada hari ke-7 terjadi
4 Chlorella vulgaris 1,67 1,59 penurunan dibandingkan dengan kelompok
15 mg/20g BB normal, sedangkan aktivitas enzim katalase
terjadi peningkatan pada pemberian
Berdasarkan pada tabel 3 dapat dilihat mikroalga Chlorella vulgaris dosis 10
bahwa terjadinya peningkatan mg/20g BB, sedangkan pada pemberian
malondialdehid (MDA) pada kelompok mikroalga Chlorella vulgaris dosis 15
deltamethrin di bandingkan dengan mg/20g BB terjadi penurunan aktivitasnya.
kelompok normal. Peningkatan MDA ini Hal ini menjelaskan bahwa dosis 10
disebabkan oleh meningkatnya jumlah mg/20g BB lebih efektif meningkatkan
radikal di dalam tubuh mencit yang telah aktivitas enzim katalase dibandingkan
diinduksi insektisida deltamethrin. Dengan dengan dosis 15 mg/20g BB.
meningkatnya MDA maka lipid peroksidasi Mikroalga Chlorella vulgaris memiliki
juga akan meningkat serta stress oksidatif kandungan senyawa flavonoid yang aktif
juga akan meningkat [16]. sebagai antioksidan yang dapat
Setelah pemberian mikroalga menyeimbangi terbentuknya radikal bebas
Chlorella vulgaris selama 14 hari dapat didalam tubuh, sehingga produksi radikal
dilihat bahwa malondialdehid pada bebas didalam tubuh akan berkurang.
kelompok Chlorella vulgaris dosis 10 Peningkatan radikal bebas didalam tubuh
mg/20g BB dan 15 mg/20g BB mengalami ditandai dengan meningkatnya peroksidasi
penurunan jika di bandingan dengan lipid (MDA) yang merupakan marker dari
kelompok deltamethrin. Hal ini stress oksidatif. Jika terjadi peningkatan
membuktikan bahwa mikroalga Chlorella peroksidasi lipid didalam darah maka akan
vulgaris memiliki senyawa antioksidan meningkat pula stress oksidatif didalam
yang mampu menangkal radikal bebas tubuh yang menyebabkan produksi radikal
akibat keracunan insektisida deltamethrin. bebas akan semakin banyak. Pada
Dengan menurunnya jumlah radikal bebas penelitian ini mikroalga Chlorella vulgaris
ditubuh mencit maka MDA juga akan mampu untuk menurunkan

46
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

malondialdehid (MDA) pada mencit yg Kedokteran: Universitas


diinduksi insektisida deltamethrin [19]. Muhammadiyah, Surakarta.
4. D. Baldissera, Matheus., Carine. F.
4. Kesimpulan Souza., Thirssa. H. Grando.,
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Aleksandro. S. da Silva., Silvia. G.
dilakukan tentang pengaruh pemberian Monteiro. 2016. Involvement of
mikroalga Chlorella vulgaris terhadap oxidative stress, cholinergic and
toksisitas pada mencit yang diinduksi adenosinergic systems on renal damage
insektisida deltamethrin dapat disimpulkan caused by Trypanosoma evansi
bahwa induksi insektisida deltamethrin infection: Relationship with lipid
dapat meningkatkan enzim SGOT, enzim peroxidation. Microbial Pathogenesis.
SGPT dan malondialdehid (MDA) serta 99: 191-195.
menurunkan enzim katalase (CAT). 5. Ince, Sinan., Damla. Arslan-Acaroz.,
Perlakuan mikroalga Chlorella vulgaris Hasan. Huseyin Demirel., Nuray.
dosis 15 mg/20g BB mampu menurunkan Varol., Hatice. Arzu Ozyurek., Fahriye.
enzim SGOT serta meningkatkan enzim Zemheri., Ismail. Kucukkurt. 2017.
SGPT dan enzim katalase selama 14 hari Taurine alleviates malathion induced
perlakuan. Mikroalga Chlorella vulgaris lipid peroxidation, oxidative stress, and
dosis 10 mg/20g BB setelah 7 hari proinflammatory cytokine gene
perlakuan mampu menurunkan expressions in rats. Biomedicine &
malondialdehid (MDA) pada mencit yang Pharmacotherapy. 96: 263–268.
diinduksi insektisida deltamethrin. Dari 6. Halim Mossa , Abdel-Tawab., Tarek.
penelitian dapat disimpulkan bahwa Mohamed Heikal., Samia. Mostafa
mikroalga Chlorella vulgaris mampu Mohamed Mohafrash. 2014. Lipid
mengobati toksisitas sub akut dari peroxidation and oxidative stress in rat
deltamethrin. erythrocytes induced by aspirin and
diazinon: the protective role of
5. Ucapan Terima Kasih selenium. Asian Pac J Trop Biomed.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada 4(Suppl 2): S603-S609.
laboratorium Biokimia Universitas Andalas 7. Nimse, S. B., D. Pal. 2015. Free
yang telah menyediakan fasilitas untuk radicals, natural antioxidants, and their
penelitian, laboratorium imunologi farmasi reaction mechanisms. Royal Society of
Universitas Andalas yang telah Chemistry. 1: 27986-28006.
memberikan bantuan fasilitas perlakuan 8. Yulita, Eli. 2014. Pemanfaatan limbah
terhadap hewan uji, laboratorium Biokimia cair industri karet remah sebagai media
fakultas kedokteran Universitas Andalas pertumbuhan Chlorella vulgaris untuk
yang telah memberikan bantuan untuk pakan alami ikan. Jurnal Dinamika
menguji aktivitas enzim SGOT, SGPT dan Penelitian Industri. 1(25): 1-11.
katalase serta malondialdehid. 9. Siti, Arifah. 2014. Studi kemampuan
Nannochloropsis sp. dan Clorella sp.
Referensi sebagai agen bioremediasi logam berat
1. Abdel-Daim, Mohamed. 2013. merkuri (Hg) dan pengaruhnya
Protective role of Spirulina platensis terhadap pertumbuhan. Skripsi.
against acute deltamethrin induced Fakultas Perikanan dan Kelautan:
toxicity in rats. Spirulina Against Universitas Airlangga, Surabaya.
Deltamethrin-Induced Toxicity. 10. Harnadiemas, R. F. 2008. Evaluasi
2. Abdelkhalek, Nevien K. M., Emad W. pertumbuhan dan kandungan esensial
Ghazy., Mohamed. Abdel-Daim. 2014. Chlorella vulgaris pada kultivasi
Pharmacodynamic interaction of fotobioreaktor outdoor skala pilot
Spirulina platensis and deltamethrin in dengan pencahayaan terang gelap
freshwater fish Nile tilapia, alami. Skripsi. Fakultas Teknik:
Oreochromis niloticus: impact on lipid Universitas Indonesia, Jakarta.
peroxidation and oxidative stress. 11. Arora, Deepika., Mohammed Haris.
Environ Sci Pollut Res. Siddiqui., Uma Shankar. Singh.,
3. Adi, Anugrah. 2012. Efek pemberian Pradhyumna Kumar. Singh. 2016.
ekstrak methanol daun kenikir ( Evaluation and physiological correlation
Cosmos Caudatus Kunth) terhadap of plasma proteomic fingerprints for
kadar asam urat serum tikus putih ( deltamethrin-induced hepatotoxicity in
Rattus Norvegicus L) galur wistar wistar rats. Life Sciences.
hiperurikemia. Skripsi. Fakultas

47
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

12. Mujahid, Mohd., Talib. Hussain.,


Hefazat. Hussain Siddiqui., Arshad.
Hussain. 2017. Evaluation of
hepatoprotective potential of Erythrina
indica leaves against antitubercular
drugs induced hepatotoxicity in
experimental rats. Journal of Ayurveda
and Integrative Medicine. 8: 7-12.
13. Marifa Anggraini, Dini., Sri. Ujiani.
2017. Hubungan kadar feritin dengan
aktivitas enzim SGOT dan SGPT pasien
Thalasemia Di RSUD Abdul Moeloek
Provinsi Lampung Tahun 2017. Jurnal
Analis Kesehatan. 2(6): 632-639.
14. Rindwitia Indah Peanasari, Ayu., Sri.
Latiyani Djamil., Afiana. Rohmani.
2015. Pengaruh formalin peroral
terhadap kadar SGOT dan SGPT tikus
wistar. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah. 1(2): 34-38.
15. Wang, Qing-Shan., Cui-Li. Zhang., Xiu-
Lan. Zhao., Su-Fang. Yu., Ke-Qin. Xie.
2006. Malondialdehyde and catalase as
the serum biomarkers of allyl chloride-
induced toxic neuropathy. Toxicology.
227: 36–44.
16. Singh, Vipul K., Reddy. Jyoti., Krishna.
M.M., C. Kesavachandran., S.K.
Rastogi., M.K.J. Siddiqui. 2007.
Biomonitoring of organochlorines,
glutathione, lipid peroxidation and
cholinesterase activity among pesticide
sprayers in mango orchards. Clinica
Chimica Acta. 377: 268–272.
17. Banke , Idris Sherifat., Ambali
Suleiman. Folorunsho., Bisalla.
Mohammed., Suleiman Mohammed.
Musa., Onukak. Charles., Ayo Joseph.
Olusegun. 2014. Effects of melatonin
on changes in cognitive performances
and brain malondialdehyde
concentration induced by sub-chronic
coadministration of chlorpyrifos and
cypermethrin in male wister rats. Asian
Pac J Trop Biomed. 4(4): 318-323.
18. Ojha, Anupama., Santosh. K.
Yaduvanshi., Nalini. Srivastava. 2011.
Effect of combined exposure of
commonly used organophosphate
pesticides on lipid peroxidation and
antioxidant enzymes in rat tissues.
Pesticide Biochemistry and Physiology.
99: 148–156.
19. Kumar, Vijay., Jayantee. Kalita.,
Himangsu K. Bora., Usha K. Misra.
2016. Relationship of antioxidant and
oxidative stress markers in different
organs following copper toxicity in a rat
model. Toxicology and Applied
Pharmacology. 293: 37–43.

48
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

ANALISIS KUALITAS AIR LAHAN BEKAS TAMBANG BATU BARA


TERHADAP SIFAT KIMIA (PH DAN KONSENTRASI LOGAM CD, PB, FE, CU)
DAN SIFAT FISIKA (TEMPERATUR, KONDUKTIVITAS, TDS) DI DANAU
BIRU KOTA SAWAHLUNTO

Hermansyah Aziz, Yulizar Yusuf, Mu’ammar Irfan Mawardi*

Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas


Kampus Limau Manis, Padang
*Email: muammarirfanmawardi12@gmail.com

Abstrak: Penelitian tentang analisis kualitas air danau biru bekas tambang batu bara
terhadap sifat kimia dan fisika telah dilakukan. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan
Februari (saat kemarau) dan pada bulan Maret (saat hujan) pada 12 titik lokasi di sekeliling
danau biru. Penentuan pH dilakukan langsung di lapangan mengunakan pH meter tipe pena
(pH-900(I)A). Analisis kandungan logam dari setiap sampel dilakukan dengan metoda
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Sedangkan konduktivitas dan Total Dissolved Solids
(TDS) ditentukan menggunakan alat EC/TDS meter. Nilai pH yang didapatkan pada saat
kemarau dan saat hujan dari air danau biru nilainya relatif lebih kecil dan hampir sama pada
semua lokasi yaitu berkisar antara 4,1 sampai 4,3. Pada saat kemarau kandungan logam yang
tinggi adalah logam Fe (2,1509 mg/L) dan Cd (0,0256 mg/L), sedangkan logam Cu relatif lebih
rendah yaitu 0,0194 mg/L dan logam Pb tidak terdeteksi, pada saat hujan kandungan logam
yang tinggi adalah logam Fe (0,2239 mg/L), Cd (0,0190mg/L), dan Pb (0,0351 mg/L),
sedangkan logam Cu relatif lebih rendah yaitu 0,0072 mg/L. Nilai konduktivitas berkisar
antara 7,2-15,4 µS/cm dan nilai TDS diperoleh antara 362-376 mg/L, ini masih berada pada
kisaran kualitas air sangat baik (nilai TDS <400).
Kata kunci: pH, SSA, konduktivitas, TDS

1. Pendahuluan
Kegiatan pembangunan seringkali dan air permukaan dari hasil
menyebabkan kerusakan lingkungan, penambangan tersebut. Dimana air yang
sehingga menyebabkan penurunan mutu muncul dipermukaan bekas tambang batu
lingkungan berupa kerusakan ekosistem bara tersebut berwarna biru, yang diduga
yang selanjutnya mengancam dan mengandung logam berat. Unsur yang
membahayakan kelangsungan hidup termasuk logam berat seperti As, Cr, Cd,
manusia itu sendiri. Kegiatan seperti Pb, Fe, Cu, Co, Hg, Se, Sb, Mn, Zn, dan Ni
pembukaan hutan, penambangan, berasal dari limbah industri batu bara dan
pembukaan lahan pertanian, dan hasil aktifitas manusia [2].
pemukiman, bertanggung jawab terhadap Logam berat termasuk bahan pencemar
kerusakan ekositem yang terjadi. Begitu yang berbahaya, pencemaran oleh logam
juga dengan penambangan batu bara yang ini akan merusak stabilitas,
ada di Sawahlunto (kandis), yang keanekaragaman dan perkembangan
menimbulkan genangan air berwarna biru ekosistem. Logam berat umumnya bersifat
(danau biru). Danau biru berasal dari toksik (racun) dan kebanyakan di air
bekas galian tambang batu bara di daerah ditemui dalam bentuk ion. Diantara ion
Sawahlunto. Bekas tambang digenangi oleh logam berat yang mencemari perairan
air yang berasal dari sumber air bawah adalah ion logam cadmium (Cd), krom (Cr),
tanah. Danau kelihatan berwarna biru dari timbal (Pb), tembaga (Cu), merkuri (Hg),
jarak tertentu akibat scattering cahaya besi (Fe) [3]. Hasil penambangan batu bara
matahari yang datang ke permukaan tersebut menimbulkan dampak, dimana
danau yang diduga mengandung logam- tergenangnya air yang cukup banyak
logam berat tertentu [1]. diharapkan dapat digunakan untuk
Pada lahan bekas tambang batu bara ini aktifitas yang bermanfaat seperti
masalah utama yang timbul adalah pariwisata, sumber air minum, dan
perubahan lingkungan. Hal ini disebabkan keperluan perkebunan. Sampai saat
karena komposisi batu bara tersebut sekarang informasi, kondisi dan kualitas
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, air serta pemanfaatan air danau tersebut
nitrogen, dan sulfur. Perubahan kimiawi belum ada.
terutama berdampak terhadap air tanah

49
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

Berdasarkan hal di atas perlu dilakukan Ditimbang 0,3996 gram Pb(NO3)2 dan
penelitian tentang kualitas air danau biru dilarutkan dalam labu 250 mL
bekas tambang batu bara di Sawahlunto diencerkan hingga tanda batas dengan
agar dapat diketahui karakteristik air menggunakan akuades.
danau biru tersebut, terkait dengan c. Pembuatan Larutan Induk Fe(III) 1000
kandungan logam-logam berat dan nilai mg/L
pH. Karakteristik yang terbatas pada pH Ditimbang 1,8085 gram Fe(NO3)3.9H2O
dan kandungan logam-logam berat (Cd, Pb, dan dilarutkan dalam labu 250 mL
Fe, Cu) dikaitkan dengan aspek diencerkan hingga tanda batas dengan
lingkungan. karakteristik air danau biru menggunakan akuades.
dikaitkan dengan standar baku mutu air, d. Pembuatan Larutan Induk Cu(II) 1000
sehingga dapat diperoleh potensi dan mg/L
kualitas air danau tersebut yang dapat Ditimbang 0,9505 gram Cu(NO3)2.3H2O
dimanfaatkan sebagai daerah wisata. dan dilarutkan dalam labu 250 mL
Untuk itu perlu dilakukan analisis diencerkan hingga tanda batas dengan
kandungan logam-logam berat seperti Cd, menggunakan akuades.
Pb, Fe, Cu, pH, konduktivitas dan Total 2.3.3 Pengukuran konsentrasi logam Cd,
Dissolve Solids (TDS) air danau pada saat Pb, Fe, Cu
kemarau (Februari) dan hujan (Maret). a) Pengukuran konsentrasi logam Cd
Sebagai informasi bahwa sampai saat ini Pembuatan larutan standar Cd2+ dengan
masyarakat yang mengunjungi lokasi variasi konsentrasi 0,1;0,2;0,3;0,4;0,5
danau Biru hanya sebatas melihat mg/L yaitu dengan cara memipet
keindahan alam dan belum berani larutan standar Cd2+ 50 ppm masing-
memanfaatkan air danau tersebut. masing 0,1 mL, 0,2 mL, 0,3 mL, 0,4 mL,
0,5 mL dan diencerkan dalam labu ukur
2. Metodologi Penelitian 50 mL. Selanjutnya diukur absorban
2.1 Alat masing-masing larutan standar dan juga
Alat yang digunakan pada penelitian ini dilakukan pengukuran absorban sampel
adalah Spektrofotometri Serapan Atom sebanyak 12 titik lokasi.
(SSA) merk Varian AA240, pH meter tipe b) Pengukuran konsentrasi logam Pb
pena (pH-900(I)A), EC/TDS meter (HANNA) Pembuatan larutan standar Pb2+ dengan
dan peralatan gelas lainnya yang biasa variasi konsentrasi 0,2;0,4;0,6;0,8;1,0
digunakan di laboratorium. mg/L yaitu dengan cara memipet
2.2 Bahan larutan standar Pb2+ 50 ppm masing-
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini masing 0,2 mL, 0,4 mL, 0,6 mL, 0,8 mL,
adalah Cd(NO3)2.4H2O, Fe(NO3)3.9H2O, 1,0 mL dan diencerkan dalam labu ukur
Cu(NO3)2.3H2O, Pb(NO3)2, HNO3 pa. 50 mL. Selanjutnya diukur absorban
2.3 Prosedur Kerja masing-masing larutan standar dan juga
2.3.1 Persiapan Sampel dilakukan pengukuran absorban sampel
Sampel diambil di 12 titik lokasi danau sebanyak 12 titik lokasi.
biru. Pengambilan sampel dilakukan c) Pengukuran konsentrasi logam Fe
sebanyak dua kali yaitu pada saat kemarau Pembuatan larutan standar Fe3+ dengan
(Februari) dan saat hujan (Maret). Sampel variasi konsentrasi 0,5;1,0;1,5;2,0;2,5
diambil pada bagian dasar, tengah, dan mg/L yaitu dengan cara memipet
permukaan, selanjutnya dihomogenkan. larutan standar Fe3+ 50 ppm masing-
Setelah itu diukur pH masing-masing titik masing 0,5 mL, 1,0 mL, 1,5 mL, 2,0 mL,
lokasi dilapangan. Selanjutnya diasamkan 2,5 mL dan diencerkan dalam labu ukur
dengan HNO3 pa sampai pHnya mendekati 50 mL. Selanjutnya diukur absorban
≤ 2, kemudian sampel dibawa ke masing-masing larutan standar dan juga
laboratorium untuk dilakukan pengukuran dilakukan pengukuran absorban sampel
parameter lainnya. sebanyak 12 titik lokasi.
2.3.2 Pembuatan Larutan Standar d) Pengukuran konsentrasi logam Cu
a. Pembuatan Larutan Induk Cd(II) 1000 Pembuatan larutan standar Cu2+ dengan
mg/L variasi konsentrasi 0,3;0,6;0,9;1,2;1,5
Ditimbang 0,6861 gram Cd(NO3)2.4H2O mg/L yaitu dengan cara memipet
dilarutkan dalam labu 250 mL dan larutan standar Cu2+ 50 ppm masing-
diencerkan hingga tanda batas dengan masing 0,3 mL, 0,6 mL, 0,9 mL, 1,2 mL,
menngunakan akuades. 1,5 mL dan diencerkan dalam labu ukur
b. Pembuatan Larutan Induk Pb(II) 1000 50 mL. Selanjutnya diukur absorban
mg/L masing-masing larutan standar dan juga

50
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

dilakukan pengukuran absorban sampel batubara dan akibat dari kegiatan


sebanyak 12 titik lokasi. pertambangan [4].
pH air danau biru ini rata-rata sangat
3. Hasil dan Diskusi rendah, masih berada dibawah standar
3.1 Penentuan pH Air Danau Biru baku mutu air menurut peraturan
Penentuan pH air Danau Biru dilakukan di pemerintah No 82 tahun 2001 tentang
lapangan sebanyak 2 kali pada saat pengelola kualitas air dan pengendalian
kemarau (Februari) dan saat hujan (Maret), pencemaran air. Artinya air ini tidak dapat
dengan menggunakan pH meter tipe pena digunakan untuk berbagai kebutuhan
(pH-900(I)A). Hasil penentuan pH air yang masyarakat.
di peroleh ditampilkan dalam grafik pada Dari pengamatan di lapangan tidak ada
Gambar 1 fauna dan floura yang dapat hidup di air
4.4 danau biru tersebut. Dikarenakan pH yang
Kemarau relative rendah, sehingga tidak memenuhi
4.3 Hujan syarat untuk kehidupan dalam air. Nilai pH
mendekati 4,6 merupakan pH terendah
4.2 untuk bereproduksi, sedangkan danau biru
pH pH rata-rata didapatkan sebesar 4,2 [5].
4.1 Danau biru dapat dikatakan sebagai
drainase tambang asam atau Acid Mine
4 Drainage (AMD) yang berasal dari oksida
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 sulfida-sulfida, khususnya pirit dan
Titik Pengambilan Sampel dikarakterisasi oleh pH yang rendah dan
Gambar 1. Histogram penentuan pH Air Danau kosentrasi SO42- yang tinggi. Bekas
Biru di 12 lokasi tambang dapat merupakan sumber Acid
Derajat keasaman (pH) dalam suatu Mine Drainage (AMD) [6].
perairan merupakan salah satu parameter 3.2 Penentuan konsentrasi logam berat (Cd,
kimia yang penting dalam memantau Pb, Fe, Cu) Air Danau Biru
kestabilan perairan dan sangat 3.2.1 Penentuan konsentrasi logam berat
menentukan terhadap kelarutan suatu zat Cd Air Danau Biru
didalamnya. Berdasarkan lokasi di area Analisis penentuan konsentrasi logam Cd
danau biru yang ditentukan berdasarkan dalam air danau biru dilakukan dengan
GPS, ditentukan pH setiap titik dari air menggunakan SSA (spektrofotometer
danau tersebut. Pengambilan sampel pada serapan atom). Hasil penentuan
saat kemarau (Februari) pada titik konsentrasi logam Cd ditampilkan dalam
1,2,3,7,8,10 didapatkan pH yang sama grafik yang dapat dilihat pada Gambar 2
yaitu 4,1, untuk titik ke 4,6,9,11,12 Dari hasil penelitian ternyata pada
didapatkan pH 4,2 , dan pada titik ke 5 pengambilan sampel saat kemarau
didapatkan pH 4,3. Sedangkan pada (Februari) umumnya semua lokasi
pengambilan sampel saat hujan (Maret) ditemukan konsentrasi logam Cd yang
pada titik 1,2,3,4,5,6 didapatkan pH yang tidak berbeda yaitu antara 0,0170 mg/L -
sama yaitu 4,3, untuk titik ke 0,0256 mg/L, dan ditemukan pada
7,8,9,10,11,12 didapatkan pH 4,2. Nilai pH beberapa lokasi seperti DB4, DB1, DB3,
pada pengambilan sampel saat hujan dan DB7 konsentrasi logam Cd teryata
(Maret) relative naik dibandingkan nilai pH relative lebih besar dari kebanyakan lokasi
pada pengambilan sampel saat kemarau yang lain. Konsentrasi logam yang
(Februari), hal ini disebabkan karena pada ditemukan pada lokasi DB4, DB1, DB3 dan
saat saat hujan (Maret) banyak sumber air DB7 masing-masing sebesar 0,0256 mg/L,
yang masuk kedalam danau sehingga air 0,0227 mg/L, 0,0219 mg/L, 0,0219 mg/L.
didanau tersebut mengalami pengenceran. Pada pengambilan sampel saat hujan
Nilai pH pada semua lokasi yang (Maret) didapatkan nilai konsentrasi logam
ditemukan hampir sama baik pada Cd yang menurun yaitu antara 0,0156
pengambilan sampel saat kemarau mg/L – 0,0190 mg/L, ditemukan pada
(Februari) maupun saat hujan (Maret). Hal beberapa lokasi seperti DB1, DB2, DB8,
yang menarik pada danau biru ini dimana DB9, DB12, dan DB7 konsentrasi logam Cd
secara umum air danau tersebut relatif lebih besar dibandingkan lokasi
mempunyai nilai pH yang relatife rendah lainnya yaitu sebesar 0,0190 mg/L, 0,0173
(asam). Hal ini disebabkan oleh akibat mg/L, 0,0173 mg/L, 0,0173 mg/L, 0,0173
melarutnya material piritik (material FeS) mg/L, 0,0170 mg/L.
yang teroksidasi, yang terdapat pada

51
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

0.03 Dari hasil penelitian yang diperoleh pada


Kemarau pengambilan sampel saat kemarau
0.025 (Februari) dan hujan (Maret) secara umum

Konsentrasi Cd (mg/L)
Hujan
0.02 terjadi penurunan konsentrasi pada logam
yang bervariasi, hal ini disebabkan karena
0.015 saat pengambilan sampel cuaca mendung
dan hujan (Maret) lebat sehingga air danau
0.01
mengalami pengenceran. Tetapi tidak pada
0.005 logam Pb yang mengalami kenaikan
konsentrasi. Hal ini disebabkan karena
0 hujan (Maret) deras yang menghasilkan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 hujan (Maret) asam. Pada pengambilan
Titik Pengambilan Sampel sampel saat kemarau (Februari) hasil
Gambar 2. Histogram konsentrasi logam Cd Air penentuan konsentrasi logam Pb pada air
Danau Biru danau biru dapat dikatakan tidak
Penurunan konsentrasi pada pengambilan terdeteksi. Dari hasil data penelitian
sampel saat hujan (Maret) diakibatkan konsentrasi logam Pb tidak ditemukan
karena bertambahnya volume air danau pada air danau biru di sekitar lokasi.
biru akibat curah hujan (Maret) dan sesuai dengan penelitian terdahulu yang
sumber mata air pada danau sehingga mengatakan bahwa area bekas tambang
mengalami pengenceran dan penurunan batu bara dan batu kapur terdapat arsenic
konsentrasi. Perbedaan konsentrasi pada yang kaya dengan pirit, tetapi galena (PbS)
tiap sampel belum dapat dijelaskan karena terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit
air danau biru mempunyai sumber yang [6]. Pada pengambilan sampel saat hujan
sama dan tidak mempunyai buangan air. (Maret) didapat hasil yang berbeda dimana
Semua lokasi danau biru mengandung konsentrasi Pb yang diitemukan yaitu
logam Cd yang nilainya relative lebih tinggi antara 0,0081 mg/L – 0,0351 mg/L, dan
dari standar baku mutu air. Berarti air ini ditemukan pada beberapa lokasi seperti
tidak dapat digunakan untuk kebutuhan DB5, DB3, dan DB10 konsentrasi logam Pb
masyarakat. Adanya logam berat seperti Cd teryata relative lebih besar dari kebanyakan
dalam larutan asam merupakan hasil dari lokasi lain. Hal ini disebabkan oleh
melarutnya mineral-mineral (khususnya perkembangan industry dan pencemaran
silikat, oksida, dan sulfide) yang terdapat polusi kendaraan yang mengakibatkan
pada lapisan batru bara dan batu kapur hujan (Maret) asam dan pencemaran logam
[6]. Menurut standar baku mutu air (kelas berat. Konsentrasi logam yang ditemukan
I, kelas II, kelas III, kelas IV) memiliki batas pada lokasi DB5, DB3, dan DB10 masing-
maksimal konsentrasi Cd 0,0100 ppm. masing sebesar 0,0351 mg/L, 0,0243
mg/L, 0,0270 mg/L. Semua lokasi air
3.2.2 Penentuan Konsentrasi Logam Pb Air danau biru mengandung logam Pb yang
Danau Biru nilainya relative kecil dari stantar baku
Analisis penentuan konsentrasi logam Pb mutu air baik pada pengambilan sampel
dalam air danau biru dilakukan dengan saat kemarau (Februari) dan hujan (Maret),
menggunakan AAS. Hasil penentuan tapi belum bisa dikatakan air ini bisa
konsentrasi logam Pb ditampilkan dalam digunakan karena kandungan logam
grafik yang dapat dilihat pada Gambar 3 lainnya relative tinggi dari standar baku
0.04 air.
0.035 Kemarau 3.2.3 Penentuan Konsentrasi Logam Fe Air
Danau Biru
Konsentrasi Pb (mg/L)

0.03 Hujan
Analisis penentuan konsentrasi logam Fe
0.025
dalam air danau biru dilakukan dengan
0.02 menggunakan SSA (Spektrofotometer
0.015 Serapan Atom). Hasil penentuan
0.01 konsentrasi logam Fe ditampilkan dalam
0.005 histogram yang dapat dilihat pada Gambar
0 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Titik Pengambilan Sampel
Gambar 3. Histogram konsentrasi logam Pb Air
Danau Biru

52
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

2.5 0.12

Konsentrasi Cu mg/L
0.1

Konsentrasi Fe
2
Kemarau Kemarau
0.08
Hujan

(mg/L)
1.5 Hujan
0.06
1 0.04

0.5 0.02
0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Titik Pengambilan Sampel
Titik Pengambilan Sampel
Gambar 4. Histogram konsentrasi logam Fe Air Gambar 5. Histogram konsentrasi logam Cu Air
Danau Biru Danau Biru
Dari hasil data penelitian pada Dari hasil data penelitian pada
pengambilan sampel saat kemarau pengambilan sampel saat kemarau
(Februari) konsentrasi logam Fe ternyata (Februari) menunjukkan konsentrasi logam
bervariasi pada semua lokasi dengan nilai Cu ternyata pada semua lokasi bervariasi
antara 0,3269 mg/L - 2,1509 mg/L, dapat antara nilai 0,0086 mg/L - 0,0194 mg/L,
dilihat pada data 4.4 di atas. Konsentrasi berdasarkan titik lokasi pengambilan
logam Fe yang tertinggi terdapat pada sampel maka DB1, DB2, DB3, DB6 dan
sampel DB10 yang nilainya jauh lebih DB10 memiliki kandungan Cu relative
tinggi dari nilai rata-rata yang lain. Ini tinggi. Pada pengambilan sampel saat
menunjukkan distribusi logam Fe yang hujan (Maret) didapatkan konsentrasi
tidak merata pada semua lokasi. Dapat logam Cu yaitu antara 0,0050 mg/L –
diduga bahwa sumber pirit terdapat pada 0,0978 mg/L. Pada pengambilan saat
lokasi-lokasi tertentu dan ditambah lagi hujan (Maret) beberapa lokasi seperti DB1
difusi yang lambat dari ion-ion Fe karena dan DB2 ditemukan konsentrasi logam Cu
danau merupakan genangan air statis. ternyata relatif lebih besar dibandingkan
Pada pengambilan sampel saat hujan pada lokasi pengambilan saat kemarau
(Maret) konsentrasi logam Fe mengalami (Februari), hal ini disebabkan karena
penurunan, hal ini disebabkan karena terpaparnya mineral sulfide (umumnya
meningkatnya volume air pada lokasi pyrite) terhadap air dan udara yang
pengambilan sampel sehingga mangakibatkan teroksidasinya sulfur [7],
mengakibatkan konsentrasi Fe menurun sehingga mengakibatkan konsentrasi pada
[7]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa loksi DB1 dan DB2 lebih besar. Dari data
konsentrasi logam Fe berada di atas pengambilan sampel saat kemarau
standar kualitas baku mutu air pada (Februari) dan hujan (Maret) didapat
pengambilan sampel saat kemarau konsentrasi logam Cu yang berada dibawah
(Februari) dan hujan (Maret). Air Danau standar baku mutu air baik itu pada kelas
Biru Sawahlunto tidak dapat digunakan I, II, III, dan IV. sebagaimana pada
untuk kebutuhan masyarakat, kebutuhan penelitian terdahulu bahwa logam Cu tidak
lainnya dan juga kondisi pH yang sangat termasuk kedalam katagori drainase
asam (4-5) menyebabkan sebagian logam- tambang asam dari tambang baru bara
logam dapat larut khususnya Fe. yang biasanya mengandung konsentrasi
3.2.4 Penentuan Konsentrasi Logam Cu Air relative kecil28.
Danau Biru Konduktivitas
Suhu (ᵒC)
(µS/cm)
Analisis penentuan konsentrasi logam Cu Sampel
Kemarau Hujan Kemarau Hujan
dalam air danau biru dilakukan dengan (Februari) (Maret) (Februari) (Maret)
menggunakan SSA (spektrofotometer DB1 30,4 27,3 14,7 12,3
serapan atom). Hasil penentuan 27,1 8,4
DB2 30,2 10,6
konsentrasi logam Cu ditampilkan dalam
DB3 30,2 27,1 9,8 7,2
histogram yang dapat dilihat pada Gambar
DB4 30,3 27,2 15,1 13
5
DB5 30,6 27,4 15,1 12,2
DB6 30,7 27,5 14 11,8
DB7 29,2 26,1 13,9 11,4
DB8 29,1 26,1 10,4 8,1
DB9 29,6 26,3 10,2 8,3
DB10 29,5 26,2 15,4 13,1
DB11 29,7 26,4 11,4 9,1
DB12 30,3 27,2 14,6 53
12,2
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

(Februari) nilai TDS berkisar antara 3,73-


3.3 Penentuan Parameter Konduktivitas 3,76 mg/L sedangkan pada saat hujan
Rata-rata Air Danau Biru (Maret) mengalani penurunan nilai TDS
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada yaitu berkisar antara 3,62-3,66 mg/L.
setiap lokasi pada saat kemarau (Februari) Penurunan nilai TDS pada saat hujan
memiliki konduktivitas antara 9,8-15,4 (Maret) ini dikarenakan bertambahnya
µS/cm dengan konduktivitas paling rendah jumlah air pada air danau sehingga
pada DB3 dan konduktivitas paling tinggi mengurangi kekeruhan dan padatan yang
pada DB10. Jika dibandingkan dengan tersuspensi dalam air danau sebagian larut
saat hujan (Maret) yang memiliki sehingga nilai TDS mengalami penurunan.
konduktivitas lebih rendah yaitu berkisar Tinggi rendahnya nilai TDS juga
antara 7,2-13,1 µS/cm dengan dipengaruhi oleh konsentrasi logam dalam
konduktivitas paling rendah air danau biru. Semakin tinggi konsentrasi
dan paling tingginya berada pada titik yang logam maka nilai TDSnya akan semakin
sama pada saat kemarau (Februari). Ini besar dan begitu sebaliknya.
disebabkan pada saat saat hujan (Maret), Tabel 2. Nilai Total Dissolved Solids (TDS) Air
jumlah air bertambah pada air danau Danau Biru pada Saat Kemarau (Februari) dan
sehingga menurunkan nilai konduktivitas Saat Hujan (Maret)
pada air danau tersebut.
Tinggi rendahnya nilai konduktivitas dari 4. Kesimpulan
air berhubungan dengan keberadaan Pada saat kemarau (Februari) kandungan
logam yang tinggi adalah logam Fe dan Cd,
Suhu (ᵒC) TDS (mg/L) sedangkan logam Cu relatif lebih rendah
Sampel Kemarau Hujan Kemarau Hujan dan logam Pb tidak terdeteksi, pada saat
(Februari) (Maret) (Februari) (Maret)
hujan (Maret) kandungan logam yang tinggi
DB1 30.4 27.3 3,76 3,66 adalah logam Fe, Cd, dan Pb, sedangkan
DB2 30.2 27.1 3,74 3,64 logam Cu relatif lebih rendah, dan Nilai pH
DB3 30.2 27.1 3,74 3,64 yang didapat pada saat kemarau (Februari)
DB4 30.3 27.2 3,75 3,63 dan hujan (Maret) relatif rendah berkisar
DB5 30.6 27.4 3,76 3,66 antara pH 4,1 - 4,3 dengan nilai
DB6 30.7 27.5 3,75 3,63 konduktivitas berkisar antara 7,2-15,4
DB7 29.2 26.1 3,76 3,66 µS/cm dan nilai TDS diperoleh antara 362-
DB8 29.1 26.1 3,74 3,64 376 mg/L, ini masih berada pada kisaran
DB9 29.6 26.3 3,75 3,63 kualitas air sangat baik (nilai TDS <400).
DB10 29.5 26.2 3,75 3,63
DB11 29.7 26.4 3,74 3,64 Referensi
DB12 30.3 27.2 3,73 3,62 [1] Braun, Charles L.; Sergei N.; Smirnov:
Why Is Water Blue?; Department of
logam-logam di dalam air danau tersebut.
Hal ini sesuai dengan keberadaan masing- Chemistry; Hanover: Dartmouth College;
masing logam pada lokasi DB1, DB4, DB5 1993.
dan DB10 yang memiliki konduktivitas
yang tinggi dibandingkan dengan lokasi [2] Suryati; Wardiati: Aplikasi Voltametri
sampel yang lain. Konsentrasi logam dalam Untuk Penentuan Logam Berat Dalam
air danau juga mempengaruhi nilai Lingkungan Indonesia; Material SCL;
konduktivitas. Semakin tinggi konsentrasi 2008; 265-270.
logam maka nilai konduktivitasnya akan [3] Mokoagoum; Dolfie: Indeks
semakin besar. Suhu pada air danau biru Keanekaragaman Bioda Perairan
juga mempengaruhi nilai konduktivitas. Sebagai Indicator Biologis Pencamaran
Semakin tinggi suhu maka nilai Logam Berat Di Perairan Pantai Bitung,
konduktivitas juga semakin tinggi. Sulawesi Utara. Manado: Universitas
Sam Ratulangi; 2008.
Tabel 1. Nilai Konduktivitas Air Danau Biru [4] P. Campaner, Veridiana.; Wanilson Luiz
pada Saat Kemarau (Februari) dan Saat Hujan Silva; Wilson Machado: Geochemistry
(Maret) Of Acid Mine Drainage From A Coal
3.4 Penentuan Parameter Total Dissolved Mining Area And Processes Controlling
Solids (TDS) Rata-rata Air Danau Biru Metal Attenuation In Stream Waters,
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada Southern Brazil: Annals Of The
setiap lokasi pada saat kemarau (Februari) Brazilian Academy Of Sciences; 2014;
dan hujan (Maret) memikili nilai TDS yang 86 (2); 539-554.
hampir sama. Pada saat kemarau

54
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

[5] Murniasih, Sri.; Taftazani Agus:


Evaluasi Hg, Cd, Co, Dan As Dalam
Sampel Produk Agroindustry
Berdasarkan Keputusan BPOM Dan
ADI (Accept Daily Intake). PT. APB-
BATAN: Yogyakarta; 2013.
[6] Diapari, D.; H. M. H. Bintoro.; J.
Jachja. K. A.; Notodiputro.; M. S.
Saeni: Kejadian Hujan (Maret) Asam di
Kabupaten Bogor dan Retensi Timbal
pada Domba Lokal yang Diberi
Ransum Berkadar Timbal Tinggi.
Institut Pertanian Bogor (IPB): Bogor;
2008; Hal 203-211; Vol 31; No 3.
[7] Sasongko, Dwi P.; Wildan Panji Tresna:
Identifikasi Unsur dan Kadar Logam
Berat pada Limbah Pewarna Batik
dengan Metode Analisis Pengaktifan
Neutron. Pusat Penelitian Lingkungan
Hidup Universitas Diponegoro:
Semarang. Dan Pusat Penelitian Fisika
LIPI Kawasan Puspiptek: Tangerang
Selatan; 2010; Vol 27.

55
[Type here] Jurnal Kimia Unand (ISSN No.2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id

IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER, UJI


AKTIVITAS ANTIBAKTERI, DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
DARI EKSTRAK RANTING BENALU JENGKOL (Scurrula
ferruginea (Jack) Danser)
Norman Ferdinal, Adlis Santoni, Indra*

Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Andalas
e-mail : ferdinalnorman@yahoo.co.id

Abstrak: Identifikasi senyawa metabolit sekunder, uji aktivitas antibakteri, dan uji aktivitas
antioksidan dari ekstrak ranting benalu jengkol (Scurrula ferruginea (Jack) Danser) telah
dilakukan. Proses ekstraksi ranting benalu jengkol dilakukan dengan cara maserasi.
Identifikasi metabolit sekunder pada ekstrak ranting benalu jengkol mengandung senyawa
Flavonoid, fenolik, steroid, dan alkaloid. Aktivitas antioksidan dilakukan dengan metoda
DPPH (1,1-diphenyl-2-pycrilhydrazil). Aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol dengan nilai
IC50 140,278 mg/L dan ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 194,324 mg/L tergolong sedang
antioksidan, pada ekstrak heksana memiliki nilai IC50 303,375 mg/L tergolong lemah
antioksidan. Pada uji aktivitas antibakteri menggunakan bateri Staphylococcus Aureus zona
inhibisi terbaik ditunjukkan oleh ekstrak etil asetat pada konsentrasi 1000 mg/L dengan
diameter zona inhibisi 9,7 mm. untuk bakteri Escherichia coli zona inhibisi terbaik terdapat
pada ekstrak methanol dengan konsentrasi 1000 mg/L dengan diameter zona 8,2 mm.

Kata kunci : Scurrula ferruginea (Jack) Danser, metabolit sekunder, DPPH, antibakteri

1. Pendahuluan sebagai parasit sering dimusnahkan karena


Sumber keanekaragaman hayati di dapat merusak tanaman inang sementara
Indonesia merupakan salah satu kekayaan benalu sudah digunakan sebagai obat,
alam yang berperan penting dalam Secara tradisional benalu digunakan
berbagai lapisan masyarakat. Sebagai antara lain sebagai obat batuk, gatal-gatal,
negara dengan budaya yang masih kental kanker, diuretik, penghilang nyeri dan
akan pemanfaatan ragam tumbuhan perawatan setelah persalinan[2].
tradisional untuk mengobati berbagai Benalu dikenal berdasarkan
penyakit, masyarakat terutama di daerah tumbuhan inang tempat tumbuhnya
pedesaan cenderung memakai tumbuhan seperti benalu teh, benalu duku, benalu
sebagai obat tradisional untuk mangga dan lain-lain (Pitoyo, 1996). Jenis
menyembuhkan berbagai penyakit. Bagian inang yang berbeda berpengaruh terhadap
dari tumbuhan yang dapat digunakan konsentrasi dan kandungan senyawa-
sebagai obat-obatan seperti daun, bunga, senyawa yang dikandung oleh benalu, hal
buah, kulit batang, dan akar. Tumbuhan ini disebabkan karena benalu tersebut
tersebut dapat digunakan sebagai obat mengambil nutrien dan senyawa
karena adanya kandungan senyawa pertahanan diri dari tumbuhan inang
metabolit sekunder yang dimilikinya. tempat tumbuhnya untuk menjaga
Secara turun temurun khasiat beberapa kelangsungan hidup dan mencegah
obat tradisional sudah terbukti dan mudah pendeteksian hewan herbivore[1].
didapat, namun penelitian lebih lanjut Tumbuhan jengkol juga ditumbuhi
diperlukan untuk mengetahui senyawa oleh benalu seperti tumbuhan lainnya
kimia dan sifat toksisitasnya. Salah satu namun pada saat ini karena adanya
bahan alam atau tumbuhan yang masyarakat menggunakan tanaman benalu
digunakan sebagai obat tradisional adalah sebagai obat tradisional dan belum
benal[9]. banyaknya penelitian mengenai benalu
Benalu merupakan tanaman yang jengkol atau disebut juga Scurrula
dianggap tidak bermanfaat karena bersifat ferruginea (Jack) Danser yang banyak
parasit. Benalu yang mempunyai sifat ditemukan di alam maka dilakukanlah
56
[Type here] Jurnal Kimia Unand (ISSN No.2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
penelitian lanjutan dari tumbuhan selanjutnya dikocok dan dibiarkan sampai
tersebut. terbentuk dua lapisan kloroform-air.
Adapun pada penelitian ini Lapisan kloroform (bagian bawah)
dilakukan uji aktivitas antibakteri, uji digunakan untuk pemeriksaan senyawa
antioksidan, serta penentuan kandungan triterpenoid dan steroid sedangkan lapisan
metabolit sekunder dari ekstrak ranting air (bagian atas) untuk pemeriksaan
benalu jengkol. Diharapkan dengan adanya senyawa flavonoid, fenolik dan saponin.
penelitian ini dapat dilihat potensi 2.4.1. Pemeriksaan Flavonoid
antibakteri dari ekstrak ranting benalu Sebanyak 2 mL lapisan air dimasukkan ke
jengkol terhadap bakteri Gram positif dalam tabung reaksi, ditambahkan asam
(S.aureus) dan Gram negatif (E.coli), potensi klorida pekat dan beberapa butir serbuk
antioksidan dari ekstrak ranting benalu magnesium, terbentuknya warna jingga
jengkol, dan juga kandungan metabolit sampai merah menunjukkan adanya
sekunder dari ekstrak ranting benalu flavonoid.
jengkol. 2.4.2. Pemeriksaan Fenolik
Lapisan air (2 mL) dimasukkan kedalam
2. Metodologi Penelitian tabung reaksi, ditambah larutan besi (III)
2.1. Alat klorida dan diamati perubahan warna
Peralatan yang digunakan dalam penelitian larutan. Apabila larutan bewarna biru atau
ini adalah: alat distilasi, rotary evaporator ungu menandakan positif mengandung
(Buchi), grinder, kertas saring, aluminium senyawa fenolik.
voil, neraca analitik (KERN), botol kaca 2.4.3. Pemeriksaan Saponin
gelap, plat KLT (Silica gel 60 F254) wadah Lapisan air (2 mL) dimasukkan kedalam
pembiakan larva, vial, spektrofotometer tabung reaksi dan dikocok. Apabila
UV-Vis Thermo Scientific, spatula, pipet terbentuknya busa yang tidak hilang (5
tetes, petridist , laminar air flow, menit) setelah penambahan beberapa tetes
incubator, autoklaf dan berbagai peralatan asam klorida pekat, menunjukkan adanya
gelas yang umum digunakan di senyawa saponin.
laboratorium. 2.4.4. Pemeriksaan Triterpenoid dan
2.2. Bahan Steroid (Liebermann Burchard)
Bahan-bahan yang digunakan dalam Lapisan kloroform dipipet dan diteteskan
penelitian ini yaitu: Metanol, Etil Asetat, n- pada lubang pelat tetes, ditambah asam
Heksana, bubuk Magnesium, Asam Klorida sulfat pekat dan anhidrida asetat
(MERCK), Besi (III) Klorida(MERCK), Asam (Liebermann Burchard). Apabila larutan
Sulfat, Akuades, Anhidrida Asetat(MERCK), bewarna merah atau ungu, menandakan
Natrium Hidroksida, DPPH (2,2-difenil-1- sampel mempunyai senyawa triterpenoid
pikrilhidrazil) dan asam askorbat. dan apabila terbentuk warna hijau atau
2.3. Persiapan Material Tanaman hijau biru, menandakan sampel
Tumbuhan benalu jengkol diperoleh dari mengandung senyawa steroid.
hutan biologi Universitas Andalas dan 2.4.5. Pemeriksaan Alkaloid
diidentifikasi di Laboratorium Herbarium Daun miana segar (2 g) dimasukkan dalam
Universitas Andalas (ANDA) Jurusan lumpang, ditambah sedikit pasir, ditambah
Biologi, fakultas MIPA , Universitas 10 mL kloroform dan digerus. Campuran
Andalas. Bagian tumbuhan yang ditambah kloroform-amoniak, dipisahkan
digunakan dalam penelitian ini yaitu filtrat yang terbentuk dan ditambah dengan
ranting. Sampel dipotong-potong dan asam sulfat. Lapisan asam dipisahkan dan
dikeringanginkan pada suhu kamar, ditambahkan pereaksi Mayer. Apabila
kemudian dihaluskan dengan mesin timbul endapan bewarna putih maka
grinder dan ditimbang. Sampel yang telah sampel mengandung alkaloid.
berupa bubuk ±1 kg digunakan untuk 2.4.6. Pemeriksaan Kumarin
isolasi senyawa metabolit sekunder. Daun miana (2 g) dipotong kecil-kecil,
2.4. Uji Fitokimia diekstrak dengan metanol, ditotolkan pada
Sampel segar (2 g) dipotong-potong, pelat KLT menggunakan pipa kapiler dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dielusi dengan heksana : etil asetat ( 9:1) di
diekstrak dengan metanol yang telah dalam chamber. Pelat KLT yang telah
dipanaskan diatas nyala spritus. dielusi diamati dibawah sinar UV (λ 356
Campuran tersebut disaring dan nm) dan terlihat adanya fluorisensi biru
ditambahkan kloroform:akuades (1:1) dan setelah disemprot dengan NaOH,
masing-masing sebanyak 5 mL,
57
[Type here] Jurnal Kimia Unand (ISSN No.2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
warna biru tersebut bertambah terang yaitu 2 mL metanol ditambahkan 3 mL
maka hal tersebut menandakan adanya larutan DPPH. Campuran tersebut dipipet
senyawa kumarin. sebanyak 200 µL dan dimasukkan kedalam
2.5. Ekstraksi ranting benalu jengkol mikroplat-96. Absorban dari masing-
Sampel ranting benalu jengkol yang telah masing konsentrasi larutan uji dan kontrol
menjadi serbuk kering diekstrak diukur pada λ 517 nm. Berdasarkan
menggunakan metode maserasi dengan 3 absorban yang didapatkan, dihitung %
pelarut distilat yaitu methanol, heksana inhibisi dengan rumus berikut:
dan etil asetat. Proses maserasi
membutuhkan maserator berupa botol
cokelat ukuran 2,5 L. Sampel dimasukkan Setelah didapatkan nilai % inhibisi dari
ke maserator pertama, kedua dan ketiga perhitungan, dapat ditentukan nilai IC50
masing-masing sebanyak 300 gram. Lalu dari setiap variasi konsentrasi larutan uji
dimasukkan pelarut metanol ke dalam dengan menggunakan persamaan regresi
maserator pertama, pelarut etil asetat ke yang didapatkan.
dalam maserator kedua dan pelarut
heksana kedalam maserator ketiga 2.7. Uji aktivitas antibakteri dengan metode
sebanyak 1200 mL. Sampel dimaserasi difusi cakram
selama 3 hari (diaduk sekali sehari). 2.7.1. Pembuatan media mueller-hinton
Kemudian disaring dengan kertas saring agar
dan diulang lagi maserasi dengan pelarut Sebanyak 7,2 gram Mueller-Hinton Agar
yang sama. Proses maserasi dengan setiap ditimbang dan dimasukkan kedalam
pelarut dilakukan dengan 9 kali erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan
perendaman. Setiap maserat yang akuades sampai 200 mL, selanjutnya
diperoleh diuapkan pelarutnya dengan dipanaskan dan diaduk sampai larut
rotary evaporator pada suhu 40 oC, sempurna. Setelah larut sempurna, media
kemudian hasil rotary dikumpulkan dan Mueller-Hinton agar didinginkan dan
dikering anginkan pada suhu kamar dan disimpan pada lemari pendingin sampai
ditimbang. digunakan.
2.6. Uji aktivitas antioksidan ekstrak 2.7.2. Pembuatan media nutrient agar
ranting benalu jengkol dengan Metode Sebanyak 3 (tiga) gram media nutrient agar
DPPH ditimbang dan dimasukkan kedalam
2.6.1. Pembuatan larutan DPPH (1,1- erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan
difenil-2-pikrilhidrazil) akuades sampai 100 mL, selanjutnya
Sebanyak 4 mg DPPH ditimbang kemudian dipanaskan dan diaduk sampai larut
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL sempurna. Setelah larut sempurna, media
dan dilarutkan dengan metanol sampai agar disterilkan di autoklaf kemudian
tanda batas sehingga diperoleh larutan dimasukkan ke dalam dua buah tabung
DPPH 0,1 mM. reaksi masing-masing sebanyak 10 mL dan
2.6.2. Pembuatan larutan ekstrak ranting dibiarkan memadat pada suhu kamar
benalu jengkol dalam keadaan miring, selanjutnya
Larutan uji dibuat dengan cara melarutkan diperoleh media nutrient agar miring.
10 mg masing-masing ekstrak dengan 2.7.3. Peremajaan bakteri uji
metanol dalam labu ukur 10 mL sehingga Pada penelitian ini bakteri yang digunakan
didapatkan konsentrasi dari larutan yaitu Escherichia coli dan Staphylococcus
sebesar 1000 mg/L. Selanjutnya dibuat aureus. Bakteri yang akan diremajakan
variasi konsentrasi dari larutan uji dengan diambil dari stok bakteri menggunakan
konsentrasi 6,25; 12,5; 25; 50; dan 100 jarum ose yang telah di sterilisasi dan
mg/L. Asam askorbat dibuat variasi ditempatkan pada medium nutrient agar
konsentrasi 6,25; 12,5; 25; 50; dan 100 miring. Kemudian di inkubasi selama 24
mg/L yang digunakan sebagai kontrol jam pada suhu 37°C didalam inkubator.
positif. Setelah 24 jam bakteri siap digunakan
2.6.3. Pengujian aktivitas antioksidan untuk uji selanjutnya.
Larutan uji diambil masing-masing 2.7.4. Pembuatan larutan uji
sebanyak 2 mL kemudian ditambahkan 3 Sebanyak 10 mg dari masing-masing
mL larutan DPPH dan di diamkan selama sampel ditimbang dan dilarutkan dengan
30 menit serta campuran dihindarkan dari 10 mL etil asetat menggunakan labu ukur
cahaya. Kontrol negatif pada pengujian ini hingga garis batas dan diperoleh

58
[Type here] Jurnal Kimia Unand (ISSN No.2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
konsentrasi larutan induk 1000 mg/L. Uji fitokimia dilakukan pada ranting benalu
Larutan uji dibuat dengan beberapa variasi segar dan ekstrak ranting benalu. Hasil
konsentrasi melalui pengenceran pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
bertingkat yaitu dengan konsentrasi 1000; Tabel 3.1 Hasil uji fitokimia ranting
500; dan 250; mg/L benalu jengkol
2.7.5. Pengujian aktivitas antibakteri Keterangan :
Media Mueller-Hinton Agar yang telah + (mengandung metabolit sekunder)
dibuat dipanaskan kembali hingga menjadi - (tidak mengandung metabolit sekunder)
cair dan dimasukkan kedalam 8 tabung 3.3. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
reaksi yang telah steril sebanyak 15 mL Ranting Benalu Jengkol dengan Metode
masing-masingnya. Kemudian disterilkan DPPH
kembali dengan menggunakan autoclaf. Uji aktivitas antioksidan dilakukan untuk
Selanjutnya dituangkan kedalam masing- mengetahui kapasitas senyawa aktif yang
masing petridish dan dibiarkan memadat terdapat pada ekstrak untuk menangkal
pada suhu kamar didalam laminar air flow. radikal bebas. Masing-masing ekstrak dari
Masing-masing media telah padat ditetesi sampel ranting benalu jengkol diuji
dengan suspensi bakteri uji dan diratakan, aktivitas antioksidannya dengan
kemudian didiamkan hingga kering selama menggunakan metode DPPH dan juga
15 menit pada suhu kamar didalam pengukuran terhadap kontrol positif yaitu
laminar aifflow. Kertas cakram steril asam askorbat. DPPH merupakan senyawa
dengan diameter 5 mm dibasahi dengan radikal bebas yang stabil. Ekstrak ranting
larutan uji, kemudian diletakan pada benalu jengkol diuji dengan menggunakan
media tersebut dan diinkubasi pada suhu variasi konsentrasi untuk melihat
ruang selama 24 jam. Percobaan ini penghambatan (inhibisi) terhadap radikal
dilakukan dua kali pengulangan (duplo). bebas pada DPPH. Berikut grafik aktivitas
Sebagai pembanding/kontrol positif antioksidan dari ekstrak ranting benalu
digunakan gentamycin 40 mg/L dan jengkol dapat dilihat pada Gambar 3.1
kontrol negatif menggunakan etil asetat
distilat. Adanya zona bening disekitar
cakram menunjukkan adanya daerah
hambatan pertumbuhan bakteri. Diameter
zona bening diukur secara horizontal dan
vertikal dengan menggunakan penggaris.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Persiapan Material Tanaman
Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan di
Herbarium Universitas Andalas (ANDA)
Padang didapatkan informasi ba hwa
sampel yang digunakan termasuk ke dalam Gambar 3.1 Aktivitas antioksidan dari
famili Loranthaceae dan spesies Scurrula ekstrak ranting benalu jengkol
ferruginea (Jack) danser. Hasil identifikasi Aktivitas antioksidan dinyatakan dalam
dapat dilihat pada Lampiran 6. IC50, yaitu konsentrasi zat antioksidan
Sampel ranting benalu jengkol yang yang menghasilkan persen penghambatan
telah dikumpulkan dan dikeringanginkan DPPH sebesar 50%. Nilai IC50 diperoleh
dilakukan penggilingan menggunakan melalui persamaan linier antara persen
gerinda sehingga diperoleh sampel yang inhibisi dengan konsentrasi sampel.
telah halus seberat ± 1,4 Kg. Tujuan dari Semakin rendah nilai IC50 maka daya
penghalusan sampel ini agar luas hambat ekstrak terhadap radikal bebas
permukaan sampel menjadi lebih besar semakin tinggi.
dan senyawa kimia yang terdapat dalam Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa
sampel dapat diekstrak secara maksimal semakin besar konsentrasi maka semakin
dan cepat. besar % inhibisi yang dihasilkan. Hal ini
3.2. Uji Fitokimia disebabkan karena semakin besarnya
konsentrasi maka semakin banyak juga
senyawa aktif dalam larutan sampel yang
akan menangkap radikal bebas pada DPPH
sehingga sisa radikal bebas semakin sedikit
dalam larutan tersebut yang yang
59
[Type here] Jurnal Kimia Unand (ISSN No.2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
ditunjukkan dengan rendahnya nilai % dibuat menjadi 3 variasi konsentrasi yaitu
inhibisi. Nilai konsentrasi inhibisi (IC50) 250 mg/L, 500 mg/L, dan 1000 mg/L.
masing-masing ekstrak ranting benalu Pembuatan konsentrasi larutan uji dapat
jengkol dapat dilihat pada Tabel 3.2. dilihat pada lampiran 10.
Tabel 3.2. Nilai konsentrasi inhibisi (IC50) Hasil pengamatan antibakteri dari
dari ekstrak ranting benalu jengkol ekstrak daun benalu dapat dilihat pada
No. Ekstrak IC50 (mg/L) Tabel.3.3.
1. Metanol 140,278 Tabel 3.3 Hasil pengamatan uji antibakteri
2. Etil Asetat 194,324 ekstrak ranting benalu jengkol
3. Heksana 303,375
4. Asam askorbat 12,722
Asam askorbat memiliki nilai IC50
yang paling kecil dan tergolong sangat aktif
antioksidan sehingga dapat dibandingkan
dengan nilai konsentrasi inhibisi dari
sampel yang digunakan. Semakin kecil
nilai IC50 suatu sampel uji maka semakin
tinggi daya hambatnya terhadap radikal
bebas karena semakin sedikit konsentrasi
sampel uji yang digunakan untuk
menangkap radikal bebas sebanyak 50%.
Dari data diatas memperlihatkan bahwa
ekstrak metanol aktif antioksidan Kontrol negatif yang digunakan untuk
dibanding ekstrak etil asetat dan heksana ketiga ekstrak (ektrak metanol, etil asetat
dikarenakan kandungan senyawa kimia dan n-heksan) adalah etil asetat distilat
aktif (fenolik) yang lebih tinggi terdapat dimana ketiga ekstrak dilarutkan dengan
pada ekstrak metanol. etil asetat distilat. Berdasarkan data tabel
Berdasarkan data tersebut dapat 4.3, dapat di lihat besarnya zona inhibisi
disimpulkan bahwa ekstrak metanol yang terbentuk pada masing-masing
dengan nilai IC50 140,278 mg/L dan bakteri uji dengan konsentrasi yang
ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 berbeda-beda.
194,324 mg/L tergolong sedang Dari data diatas zona inhibisi terbaik
antioksidan, sedangkan ekstrak heksana pada bakteri Escherichia coli yaitu pada
dengan nilai IC50 303,375 mg/L tergolong ekstrak metanol 1000 mg/L, dengan zona
lemah antioksidan12. Penentuan nilai bening 8,2 mm dan pada bakteri
inhibisi dan nilai IC50 ekstrak ranting Staphylocccus aureus zona inhibisi terbaik
benalu jengkol masing-masing dapat dilihat pada ekstrak etil asetat dengan konsentrasi
pada Lampiran 9 . 1000 mg/L, dengan zona bening 9,7 mm.
Jika dibandingkan dengan kontrol positif,
3.4. Uji Aktivitas Antibakteri dengan kemampuan ekstrak sebagai antibakteri
Metoda Difusi Cakram masih jauh lebih rendah. Hal ini dapat
Uji aktifitas antibakteri ekstrak ranting terlihat dari zona inhibisi yang diberikan
benalu jengkol terhadap Staphylococcus oleh kontrol positif dengan konsentrasi 40
aureus dan Escherichia coli dilakukan mg/L yaitu 31 mm (Escherichia coli) dan 47
dengan metode difusi cakram. Pada uji ini mm (Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Perbedaan ukuran zona inhibisi yang
Gram positif dan Escherichia coli bakteri didapatkan terhadap konsentrasi ekstrak
Gram negatif, pengujian ini berfungsi ini dikarenakan komponen zat-zat yang
untuk mengetahui potensi antibakteri yang terkandung dalam ekstrak benalu jengkol
dimiliki oleh ekstrak ranting benalu dapat saling memperlemah, memperkuat,
jengkol. Sebagai pembanding digunakan memperbaiki ataupun merubah sama
larutan kontrol positif yaitu gentamycin sekali fungsi kerjanya. Selain itu, kualitas
dengan konsentrasi 40 mg/L dan larutan dan kuantitas zat-zat yang ada dalam
kontrol negatif pelarutnya sendiri yaitu etil sampel ditentukan oleh faktor-faktor
asetat distilat. lingkungan tempat tumbuh tumbuhan,
Uji aktifitas antibakteri dilakukan seperti iklim, tanah, sinar matahari, dan
berdasarkan perbedaan konsentrasi, yang kondisi pertumbuhan. Dari tabel diatas,
mana konsentrasi masing-masing ekstrak dapat disimpulkan bahwa ekstrak ranting

60
[Type here] Jurnal Kimia Unand (ISSN No.2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
benalu jengkol memiliki kemampuan yang [4] Ladokun, O. Abiola., Oni, S. Olufunso.,
cukup dalam menghambat pertumbuhan dan Ojezele, O. Matthew. (2015).
bakteri, baik bakteri Gram positif maupun Biochemical Composition Of Mistletoe
bakteri Gram negatif15. as Affected by Hosts (Cocoa, Kola and
Coffee Tree). Rep Opinion, 7(6):1-4.
4. Kesimpulan [5] Brook, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A.
Berdasarkan penelitian yang telah 2005. Mikrobiologi kedokteran (Medical
dilakukan pada ekstrak ranting benalu Microbiology). Salemba Medika :
jengko, dapat ditarik kesimpulan bahwa Jakarta. 223-235.
[6] Sunaryo dan Rachman, Erlin. (2007).
ranting benalu jengkol segar mengandung
Keanekaragaman Jenis Benalu Parasit
fenolik dan steroid. Pada ekstrak metanol pada Tanaman Koleksi di Kebun Raya
mengandung flavonoid, fenolik, steroid dan Eka Karya, Bali. Berk. Penel. Hayati:
alkaloid. Pada ekstrak etil asetat 13:1-5.
mengandung fenolik, steroid dan alkaloid. [7] Niken, W.: Pengukuran Aktivitas
Pada ekstrak n-heksan mengandung Antioksidan dengan Metode CUPRAC,
steroid. Pada uji aktivitas antioksidan DPPH, dan FRAP serta Korelasinya
dengan Fenol dan Flavonoid pada
ekstrak ranting benalu jengkol
Enam Tanaman.: Jurusan Kimia,
menggunakan metode DPPH menunjukkan Institut Pertanian Bogor, 2010, Hal. 1.
bahwa ekstrak metanol (140,278 mg/L) [8] Tristantini,; Dewi .:Pengujian Aktivitas
dan ekstrak etil asetat (194,324 mg/L) Antioksidan Menggunakan Metode
tergolong sedang antioksidan, sedangkan DPPH pada Daun Tanjung (Mimusops
ekstrak heksana (303,785 mg/L) tergolong elengi L).: Yogyakarta. Pengembangan
lemah antioksidan. Dan pada uji aktifitas Teknologi Kimia untuk Pengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia, 2016.
antibakteri ranting benalu jengkol tergolong
[9] H.B. Sembiring.; S. Lenny.: Aktivitas
aktif sebagai antibakteri, dapat dilihat dari Antioksidan Senyawa Flavonoida dari
zona inhibisi terbaik dihasilkan pada Daun Benalu Kakao (Dendrophthoe
ekstrak etil asetat dengan konsentrasi 1000 pentandra (L.) Miq.).: Medan,
mg/L yaitu 9,7 mm pada bakteri Universitas Sumatra Utara, 2015.
Staphylococcus aureus dan 8,2 mm pda [10] Kesuma, S.; Yenrina, R.: Antioksidan
Alami dan Sintetik: Padang, Andalas
bakteri Escherichia coli.
University Press, 2015.
[11] Siahaan, C. E. (2015). Uji Skrining
5. Ucapan Terimakasih
Fitokimia, Aktivitas Antioksidan dan
Penulis menyampaikan terima kasih
Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil
kepada Andeska yang telah memenuhi
Asetat Dan n-Heksana Daun Benalu
segala kebutuha selama proses penelitian .
Kakao (Dendrophthoe Pentandra (L.)
Selanjutnya penulis juga mengucapkan
Miq.). Skripsi Sarjana Sains
terima kasih kepada rekan-rekan di
Universitas Sumatera Utara.
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam
[12] Cahyaningrum, K; Husni, A;
serta analisnya yang telah memberikan
Budhiyanti, S. A:Antioxidant Activity
bantuan dan fasilitas dalam penyelesaian
Of Brown Seaweed (Sargassum
penelitian dan penulisan jurnal ilmiah ini.
polycystum) Extracts, AGRITECH,
2016, 2, 36
Referensi
[13] Krishnarajua, A. V., Raoa, T. V. N.,
[1] Scurrula ferruginea (Jack) Danser,
Sundararajua, D., Vanisreeb, M.,
Flora of China, 5:227-231, 2003
Tsayb, H. S., and Subbaraju, G. V.,
[2] Nirwana, Ardy Prian., Astirin, Okid
Assessment of Bioactivity of Indian
Parama., dan Widiyani, Tetri. (2015).
Medicinal Plants using Brine Shrimp
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
(Artemia salina) Lethality Assay,
Daun Benalu Kersen (Dendrophtoe
International Journal of Applied Science
Pentandra L. Miq.). EL-VIVO. 3(2):9 –
and Engineering, 2005, 3, 2, 125-134
15.
[14] Zuhra, C. F.; Taringan, J. B.; Sihotang,
[3] Devehat, F.L., Tomasi, S., Fontanel, D.,
H.: Aktivitas Antioksidan Senyawa
Boustie, J., Flavonols from Scurrula
Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus
ferruginea Danser (Loranthaceae), Z.
Naturforsch., 57c:1092-1095, 2002
61
[Type here] Jurnal Kimia Unand (ISSN No.2303-3401), Volume 7 Nomor 2, Mei 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
androgunus (L) Merr.), Jurnal Biologi
Sumatera, 2008, 1, 3, 7-10.
[15] Jannata, R.H; Gunadi, A; Ermawati,
T:Antibacterial Activity OfManalagi
Apple Peel (MalusSylvestris Mill.)
Extract On TheGrowth Of
Streptococcus Mutans,Jurnal Pustaka
Kesehatan, 2014, 2(1)
[16] Syahrurachman, A.: Buku Ajar
mikrobiologi Kedokteran, Staf Pengajar
Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta, 1994. 103, 177.
[17] Cappurino, J.G.; Sherman N.
Microbiology: A Laboratory Manual,The
Benyamin/Cummings Publishing
Company. Inc.1992, 250-252.
[18] Pelczar, M.J.: Elements of Microbiology,
McGraw-Hill: New York. 1981.
[19] Edberg, S.C.; Berger: Tes Kerentanan
Antimikroba In Vitro. Penerbit Buku
Kedokteran: Jakarta, 1986, 199-211.
[20] Khairunisa, Norman.F. Identifikasi
metabolit Sekunder, Uji Aktivitas
Antibakteri, Uji Toksisitas Dari ekstrak
Daun Benalu Jengkol. Kimia. FMIPA.
Universitas Andalas
[21] Ramadani Aldila.R, Norman.F.
Identifikasi Metabolit Sekunder, Uji
aktivitas Antioksidan ,dan Penentuan
Kandungan Fenolik Total dari Ekstrak
Daun Benalu Jengkol. Kimia. FMIPA.
Universitas Andalas

62

Anda mungkin juga menyukai