Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

POTENSI SITOTOKSIK DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK


ALGA MERAH (Gelidium sp)

Disusun Oleh :

RATNA SARI DEWI R232210353


ARMAYANTI RINDIARKO H R232210343

PROGRAM STUDI S2 FARMASI SAINS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu komoditi perikanan yang dapat dijadikan salah satu andalan

perekonomian di Indonesia adalah rumput laut. Letak Indonesia yang strategis serta

produksi rumput laut yang melimpah, menjadikan Indonesia produsen rumput laut

terbesar kedua setelah negara China. Menurut data FAO (2015) menunjukkan bahwa

pada tahun 2013 produksi rumput laut di dunia mencapai 26,98 juta ton basah dan

Indonesia menyumbang sekitar 34,47% dari total tersebut yaitu sekitar 9,30 juta ton

basah. Sedangkan China menyumbang sekitar 50,27% yaitu mencapai 13,56 juta ton

rumput laut basah.2

Rumput laut merupakan nama umum dalam dunia perdagangan yang

digunakan untuk menyebutkan nama kelompok alga laut yang hidup di laut. Selain itu

alga laut sangat penting bagi masyarakat pesisir sebagai salah satu sumber

pendapatan. Alga laut dapat digunakan sebagai bahan makanan, minuman, dan obat-

obatan. Beberapa hasil olahan alga laut yang banyak dikenal masyarakat seperti agar-

agar, alginat, dan karagenan.2

Alga merupakan tumbuhan yang tidak dapat dibedakan antara akar, batang,

dan daun sejati sehingga tanaman ini termasuk Devisi Thallopyta. Adapun Devisi

Thallophyta terbagi menjadi empat kelas yaitu Chloropyceae (Alga Hijau),

Rhodophyceae (Alga Merah), Phaephyceae (Alga Coklat), dan Cyanophyceae (Alga


Biru-Hijau). Alga merah merupakan spesies terbanyak dari kelas makro alga yang

lain terrmasuk salah satu contoh alga merah yaitu Gelidium sp.3

Pengobatan menggunakan bahan alami menjadi alternatif yang sudah mulai

digunakan masyarakat salah satu pengobatan antikanker. Antikanker umumnya

memliki toksisitas selektif, yang antinya hanya menghancurkan sel kanker tanpa

merusak sel jaringan normal. Pengobatan kanker banyak dilakukan dengan cara

operasi dan kemoterapi akan tetapi efek samping yang ditimbulkan kemoterapi dapat

merusak jaringan lain serta pada operasi tidak mengangkat kanker seutuhnya

sehingga diperlikan alternatif lain yaitu antikanker. 1 Pada alga laut terdapat banyak

kandungan alginate serta polisakarida yang banyak digunakan sebagai antioksidan.

Selain itu antioksidan juga dapat sebagai alternatif untuk antikanker sehingga

dilakukan penelitian mengenai aktivitas sitotoksik pada alga merah. Selain itu

kandungan pada alga dapat pula sebagai senyawa antibakteri sehingga banyak

dilakukan penelitian mengenai aktivitas antibakteri alga salah satunya yaitu jenis alga

merah Gelidium sp.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah:

1. Apakah pada alga merah Gelidium sp memiliki potensi sitotoksik?

2. Apakah pada alga merah Gelidium sp memiliki potensi sebagai antibakteri?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui potensi sitotoksik pada alga merah Gelidium sp.


2. Untuk mengetahui potensi antibakteri pada alga merah Gelidium sp.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi ilmu pengetahuan dibidang

obat alam serta bagi peneliti dapat mengembangkan penelitian yang lebih bervariasi

dan lebih luas. Serta untuk pembaca dapat memberikan pengetahuan mengenai

potensi yang dimiliki oleh salah satu jenis alga merah Gelidium sp.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Botani Gelidium sp

2.1.1. Klasifikasi Gelidium sp

Gelidium sp, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Filum/Divisio : Rhodophyta

Kelas/Class : Flordeophyceae

Bangsa/Ordo : Gelidiales

Suku/Famili : Gelidiaceae

Marga/Genus : Gelidium

Jenis/Spesies : Gelidium sp (Lipi, 2019)

Gambar 2.1.1. Gelidium sp

2.1.2. Tinjauan kimia

Didalam rumput laut, terdapat berbagai macam-macam metabolit sekunder.

Metabolit sekunder yang ada didalam rumput laut seperti karotenoid, lemak tak

jenuh, senyawa fenol, serta polisakarida.4

2.2. Sitotoksik

Dalam pengembangan obat antikanker baru sebagai agen-agen kemoterapi

kanker, evaluasi preklinik merupakan salah satu hal yang penting untuk mengetahui

potensi aktivitas neoplastiknya. Evaluasi ini tidak hanya digunakan untuk obat-obat

antikanker, tetapi juga untuk obat-obat lainnya, kosmetik, zat tambahan makanan,
pestisida dan lainnya. Evaluasi yang telah terstandarisasi untuk menentukan apakah

suatu material mengandung bahan yang berbahaya (toksik) secara biologis disebut uji

sitotoksisitas. Syarat yang harus dipenuhi untuk sistem uji sitotoksisitas diantaranya

adalah sistem pengujian harus dapat menghasilkan kurva dosis-respon yang

reprodusibel dengan variabilitas yang rendah, kriteria respon harus menunjukan

hubungan linier dengan jumlah sel serta informasi yang didapat dari kurva dosis-

respon harus sejalan dengan efek yang muncul pada in vivo. Salah satu metode yang

umum digunakan untuk menetapkan jumlah sel adalah metode MTT.7

2.3. Antibakteri

Antibakteri merupakan obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri pathogen

yang dapat merugikan manusia. Antibakteri adalah zat yang dihasilkan suatu mikroba

yang dapat menghambat atau mambasmi jenis mikroba lain. Obat yang dapat

digunakan membasmi mikroba memiikiketentuan yaitu memiliki toksisitas selektif

setinggi mungkin atau obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba

tapi tidak toksik untuk hospes. Dalam menghambat pertumbuhan bakteri ataupun

membunuhnya , terdapat kadar minimal. Kadar minimal tersebut masing-masing

dikenal dengan kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM).5

Metode pengujian untuk antibakteri yaitu mengukur respon pertumbuhan

populasi mikroorganisme terhadap agen antimikroba. Penentuan setiap kepekaan

terhadap suatu obat adalah dengan menentukan kadar obat terkecil yang dapat

menghambat pertumbuhan kuman in vitro. Ada beberapa cara pengujian antibakteri


yaitu metode difusi dan dilusi. Metode difusi terdiri dari cara cakram dan sumuran,

sedangkan untuk dilusi terdiri dari cara cair dan padat.6

2.4. Landasan Teori

Rumput laut merupakan nama umum dalam dunia perdagangan yang

digunakan untuk menyebutkan nama kelompok alga laut yang hidup di laut. Selain itu

alga laut sangat penting bagi masyarakat pesisir sebagai salah satu sumber

pendapatan. Alga laut dapat digunakan sebagai bahan makanan, minuman, dan obat-

obatan.2

Pengobatan menggunakan bahan alami menjadi alternatif yang sudah mulai

digunakan masyarakat salah satu pengobatan antikanker. Antikanker umumnya

memliki toksisitas selektif, yang antinya hanya menghancurkan sel kanker tanpa

merusak sel jaringan normal. Pengobatan kanker banyak dilakukan dengan cara

operasi dan kemoterapi akan tetapi efek samping yang ditimbulkan kemoterapi dapat

merusak jaringan lain serta pada operasi tidak mengangkat kanker seutuhnya

sehingga diperlikan alternatif lain.1

Dalam pengembangan obat antikanker baru sebagai agen-agen kemoterapi

kanker, evaluasi preklinik merupakan salah satu hal yang penting untuk mengetahui

potensi aktivitas neoplastiknya. Evaluasi ini tidak hanya digunakan untuk obat-obat

antikanker, tetapi juga untuk obat-obat lainnya, kosmetik, zat tambahan makanan,

pestisida dan lainnya. Evaluasi yang telah terstandarisasi untuk menentukan apakah

suatu material mengandung bahan yang berbahaya (toksik) secara biologis disebut uji

sitotoksisitas.7
Antibakteri merupakan obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri pathogen

yang dapat merugikan manusia. Antibakteri adalah zat yang dihasilkan suatu mikroba

yang dapat menghambat atau mambasmi jenis mikroba lain. Obat yang dapat

digunakan membasmi mikroba memiikiketentuan yaitu memiliki toksisitas selektif

setinggi mungkin atau obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba

tapi tidak toksik untuk hospes.5

2.5. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Sampel alga merah Gelidium sp memiliki potensi sitotoksik.

2. Sampel alga merah Gelidium sp memiliki potensi sebagai antibakteri.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah alga merah Gelidium sp yang diekstrak

menggunakan beberapa pelarut kemudian di lakukan pengujian sitotoksik dan

antibakteri pada masing-masing sampel.

3.2. Variable Penelitian

Variabel utama dalam penelitian adalah ekstrak alga merah Gelidium sp.

Kemudian untuk variabel bebas dalam penelitian ini yaitu jumlah konsentrasi ekstrak

yang diujikan. Untuk variabel tergantung dalam penelitian yaitu aktivitas sitotoksik

dan antibakteri yang ditunjukkan oleh ekstrak alga merah Gelidium sp.

3.3. Definisi Operasional dan Variabel Utama

Sampel alga merah diperoleh di pantai sekitaran Yogyakarta kemudian sampel

di bersihkan, dicuci, dan dikeringkan dibawah sinar matahari. Sampel yang telah

kering kemudian diekstraksi menggunakan pelarut (etanol, aseton, dan methanol)

kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Setelah mendapatkan ekstrak

pekat kemudian diuji aktivitas sitotoksik dan antibakteri.

3.4. Alat dan Bahan

3.4.1. Alat

Neraca analitik, bejana, rotary evaporator, Waterbath, peralatan gelas,

inkubator CO2, Cytotoxic Safety Cabinet (ESCO), Enzym-Linked Immunosorbent


Assay (ELISA reader), mikropipet, vortex, hemositometer, mikroskop, pipet pasteur,

oven, lemari asam, lampu UV 254 nm dan 366 nm, LAF, autoklaf, mikropipet,

Bunsen, kawat kasa, kawat ose,penjepit tabung, spektrofotometer.

3.4.2. Bahan

Media DMEM, etanol p.a., methanol p.a., DMSO, MTT, tripsin-EDTA, PBS,

SDS, alumunium foil, heksan p.a., etil asetat p.a., HCl pekat, NA, NB, bakteri

S.aureus, E.coli.

3.5. Jalannya Penelitian

3.5.1. Ekstraksi

Dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol

96%. Ditambahkan etanol dengan perbandingan 1:10 (b/v) ke dalam toples berisi

rumput laut kering sampai semua bagian terendam sempurna. Dimaserasi selama 24

jam kemudian disaring filtrat menggunakan kertas saring whattman no. 42. Dilakukan

proses maserasi secara berulang hingga tiga kali atau sampai filtrat terlihat bening.

Diuapkan hasil maserasi menggunakan rotary evaporator hingga seluruh etanol

menguap dan diperoleh ekstrak kasar rumput laut.10

3.5.2. Pengujian Sitotoksik

Uji sitotoksisitas dilakukan dengan metode MTT (3-(4,4-dimethylthiazol-2-

yl)-2,5-diphenyl-tetrazolium bromide) menggunakan sel lestari HeLa dan T47D

menurut Freshney (2005) dengan beberapa modifikasi. Sel dikultur dalam medium

Roswell Park Memorial Institut 1640 (RPMI) (Sigma) yang ditambah dengan Fetal

Bovine Serum (FBS) 10% (Gibco), fungison 0,5% (Gibco), dan penisilin-
streptomisin 2% (Gibco). Sel dipelihara dalam inkubator dengan aliran CO2 sebesar 5

ml/menit pada suhu 37oC. Jumlah sel yang digunakan dalam uji sebesar 1,5x104

sel/sumuran. Dosis ekstrak yang digunakan sebesar 30 μg/ml. Dalam uji ini

digunakan doksorubisin pada dosis 5 μg/ml sebagai kontrol positif. Doksorubisin

merupakan salah satu obat kemoterapi yang tersedia secara komersial di pasaran.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan ELISA Reader. Persentase kematian sel

tumor dihitung berdasarkan rumus [{(A-D) – (B-C)}/(A-D)] x 100% dimana A =

absorbansi kontrol sel, B = absorbansi sampel, C = absorbansi kontrol sampel dan D

= absorbansi kontrol media.9

3.5.3. Pengujian Antibakteri

Pengujian antibakteri dilakukan menggunakan metode dilusi cair yaitu dengan

Penentuan KHM dan KBM dilakukan dengan metode dilusi cair Kirby and Bauer

yang dimodifikasi menggunakan media cair Nutrien Broth (NB) dan diukur

absorbansi dengan spektrofotometer UV-Vis sebelum dan sesudah inkubasi untuk

melihat pertumbuhan bakteri uji. Sebanyak 4 ml media NB steril dimasukkan ke

dalam masing-masing tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml ekstrak. Selanjutnya ke

dalam media ini ditambahkan 0,5 ml suspensi bakteri pada 106 CFU/ml yang sudah

disesuaikan dengan standard 0,5 Mc. Farland. Tabung reaksi tersebut kemudian

diukur absorbansi (Optical Density = OD) bakteri dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis (λ = 480 nm) Selanjutnya tabung-tabung tersebut

diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37°C dalam inkubator. Setelah diinkubasi,

diukur lagi absorbansi bakteri dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis (λ =


480 nm). KHM ditentukan dengan membandingkan absorbansi setelah perlakuan

inkubasi dikurangi absorbansi sebelum perlakuan. Apabila terdapat konsentrasi

terendah yang menghambat pertumbuhan bakteri, ditunjukkan dengan tidak adanya

kekeruhan (OD bakteri adalah ≤ 0), maka didapatkan Konsentrasi Hambat Minimum

(KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC). Untuk menentukan nilai KBM

dilakukan uji lanjutan, yaitu terhadap semua tabung yang digunakan dalam KHM

yang tidak menunjukkan kekeruhan apapun terhadap bakteri, dengan cara mengambil

0,2 ml dari suspensi yang menunjukkan KHM tersebut, lalu ditambahkan kedalam

tabung reaksi berisi 5 ml media NB steril.

Tabung reaksi diinkubasi selama 12-18 jam pada suhu 37°C dalam inkubator,

selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi (OD) dengan spektrofotometer UV-Vis

(λ = 480 nm). Apabila hasil pengukuran menunjukkan konsentrasi terendah ekstrak

mempunyai OD adalah 0 (tidak ada kekeruhan), maka didapatkan Konsentrasi Bunuh

Minimum (KBM) atau Minimum Bactericidal Concentration (MBC).8


DAFTAR PUSTAKA

Vali, F., Chanizi, V., & Safa, M. 2015. . Synergistic Apoptotic Effect of Crocin
and Paclitaxel or Crocin and Radiation on MCF-7 Cells, a Type of Breast
Cancer Cell Line. International Journal of Breast Cancer.
https://doi.org/10.1155/2015/139349.

KKP. Peta Lalulintas Rumput Laut Nasional 2018. Kementrian Kelautan dan
Perikanan 2015 [diunduh 26 Maret 2019]. Tersedia pada:
https://kkp.go.id/bkipm/artikel/8104-peta-lalulintas-rumput-laut-nasional-
2018.

Fattah, A., Muslimin, L., Omar, S.B.A. 2013. Efektifitas Alga Merah Eucheuma
spinosum Sebagai Anti Bakteri Patogen pada Organisme Budidaya Pesisir dan
Manusia. Universitas Hasanuddin.

Nuzaha, Muchtaridi M. Review Jurnal: Aktivitas Antimikroba dari Senyawa


Bioaktif Rumput Laut atau Makroalga. 2018. Farmaka, Suplemen Vol. 15,
No. 2p

Pelezar, M.J., E.S.Chan. Dasar-dasar MIkrobiologi Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit


Universitas Indonesia. 1998.

Bonang G. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan Edisi 16. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC. 2013. Cancer Chemoprevention Research Center. Fakultas
Farmasi. Universitas Gadjah Mada.

Fatisa, Y. 2013. Daya Antibakteri Ekstrak Kulit dan Biji Buah Pulasan (Nephelium
mutabile) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara In
Vitro. Jurnal Peternakan Vol. 10 No.1.

Nursid, M., Wikanta, T., Susilowati, R. 2013. Aktivitas Antioksidan, Sitotoksisitas


dan Kandungan Fukosantin EKstrak Rumput Laut Coklat dari Pantai
Binuangeun, Banten. JPB Kelautan dan Perikanan Vol 8 No 1 Tahun 2013:
73-84.

Basir, A. Tarman, K. Desniar. Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Alga Hijau


Halimeda gracilis dari Kabupaten Kepulauan Seribu. 2017. JPHPI, Vol. 20
No. 2 : 213p

Anda mungkin juga menyukai