Anda di halaman 1dari 5

SOAL RESPON WUJUD ZAT DAN SIFAT FISIKA BAHAN OBAT

1. Apa yang membedakan ikatan antarmolekul dengan ikatan intramolekul?


Jawaban:
Ikatan intra molekul ditemukan dalam ikatan kovalen
Ikatan antarmolekul terutama ditentukan oleh interaksi orbital elektron.
Perbedaan utamanya adalah tidak terdapat kovalensi dalam ikatan dalam ikatan
antarmolekul. Kohesi, tarik menarik antar molekul sejenis. Adhesi, tarik menarik
antar molekul tidak sejenis, adalah perwujudan gaya antarmolekul.
(Sinko, Patrick J. 2011)
2. Apa yang dimaksud dengan titik didih?
Jawab:
Jika suatu cairan ditempatkan dalam wadah terbuka dan dipanaskan sampai
tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer, uap akan membentuk
gelembung-gelembung yang naik dengan cepat melalui cairan dan melepaskan
diri dalam wujud gas. Suhu saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan luar
atmosfer dikenal sebagai titik didih.
(Sinko, Patrick J. 2011)
3. Apa yang dimaksud dengan titik leleh dan titik lebur
Jawab:
Suhu saat cairan berubah menjadi padat dikenal sebagai titik beku. Titik beku
juga merupakan titik leleh senyawa kristalin murni. Titik beku atau titik leleh
padatan kristalin murni didefenisikan sebagai suhu saat cairan dan padatan
murni berada dalam kesetimbangan. (Sinko, Patrick J. 2011)
Titik lebur adalah temperatur dimana zat padat berubah wujud menjadi zat cair
pada tekanan satu atmosfer
Suhu lebur zat adalah suhu pada saat zat tepat melebur seluruhnya yang
ditunjukkan pada saat fase padat tepat hilang (Dirjen POM, 1979)
4. Jelaskan perbedaan padatan kristalin dengan padatan amorf!
Jawab:
Padatan kristalin tersusun dalam pola geometrik atau kisi yang teratur. Padatan
kristalin mempunyai bentuk yang pasti dan susunan unit yang teratur. Padatan
kristalin menunjukkan titik leleh tertentu, berubah cukup tajam dari wujud padat
ke wujud cair.
Padatan amorf cenderung mengalir jika diberikan tekanan yang cukup selama
periode waktu tertentu dan bahan-bahan tersebut tidak mempunyai titik leleh
yang teratur
(Sinko, Patrick J. 2011)
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan polimorf!
Jawab:
 perbedaan pelarut (kemasan Kristal dari suatu pelarut polar dan pelarut
nonpolar kemungkinan berbeda)
 pengotor-pengotor yang dapat memudahkan terbentuknya polimorf
metastabil
 tingkat kelewatjenuhan (supersaturation) asal bahan yang dikristalkan
 suhu saat kristalisasi dilakukan
(Sinko, Patrick J. 2011)
6. Apa yang dimaksud dengan densitas dan berat jenis?
Jawab:
Densitas (kerapatan) adalah massa per satuan volume pada suhu dan tekanan
tertentu. Densitas memiliki satuan dan dinyatakan dalam gram per sentimeter
kubik (g/cm3) atau kilogram per kubik (kg/m).
Bobot jenis relatif dapat didefenisikan sebagai perbandingan densitas suatu
bahan terhadap bahan lain (dalam hal ini air) dan densitas kedua bahan tersebut
ditentukan pada suhu dan tekanan yang sama. Untuk tujuan praktis bobot jenis
lebih sering didefenisikan sebagai perbandingan massa suatu zat terhadap massa
air dengan volume yang sama pada suhu 4°C atau pada suhu lain yang
ditetapkan
7. Apa perbedaan enantiotropy dengan monotropi?
Jawab:
Enantiotropy ialah perubahan dari satu bentuk ke bentuk lani dan bbersifat
reversible
Monotropi jika transisi terjadi dalam satu arah dari metastabil ke bentuk stabil.
8. Apa yang dimaksud dengan Kristal cair?
Jawab:
Istilah Kristal cair adalah suatu kontradiksi yang nyata, tetatpi berguna dalam
hal pendeskripsian karena bahan-bahan yang berada dalam wujud ini memiliki
bentuk intermediet yaitu antara wujud padat dan wujud cair.
(Sinko, Patrick J. 2011)
9. Jelaskan apa saja sifat-sifat fisika bahan obat dan bagaimana kaitannya dalam
bidang farmasi?
Jawab:
1. Kelarutan
Suatu sifat fisika kimia yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan,
terutama kelarutan sistem dalam air. Suatu obat harus mempunyai kelarutan
dalam air agar manjur secara terapi. Senyawa-senyawa yang relatif tidak
larut seringkali menunjukkan absorpsi yang tidak sempurna atau tidak
menentu (Ansel, 1985).
Obat harus mencapai tempat aksi dalam konsentrasi yang cukup agar dapat
menimbulkan respon (Anief, 2002). Untuk obat-obat oral yang memiliki
kelarutan kecil sering muncul masalah pada kecepatan absorpsinya.
2. Pemerian (bau, bentuk, warna, rasa, ukuran partikel)
Ukuran partikel bermanfaat untuk memberikan informasi yang berhubungan
dengan sifat partikel selama pembuatan bentuk sediaan dalam bentuk
sediaan akhir.
3. Titik didih
4. Titik leleh
Dengan mengetahui titik leleh suatu zat, maka kita dapat mengetahui
kemurnian suatu zat. Untuk zat-zat murni pada umumnya memiliki titik leleh
yang lebih tinggi diabndingkan ketika zat tersebut telah bercampur dengan
zat lain.
5. pH
dalam bidang farmasi banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan
pH stabil. Perubahan ppH akan menyebabkan khasiat zat aktif berkurang
atau hilang sama sekali.
6. Massa jenis
Sifat-sifat inilah yang merupakan dasar dalam formulasi sediaan farmasi.
Sifat-sifat fisika ini akan menentukan kemurnian dari suatu zat yang akan
dijadikan obat. Jadi,
10. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi titik lebur
Dalam menentukan titik lebur suatu zat, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut melebur adalah :

1. Ukuran Kristal
Ukuran Kristal sangat berpengaruh dalam menentukan titik leleh suatu zat.
Apabila semakin besar ukuran partikel yang digunakan, maka semakin sulit
terjadinya pelelehan/peleburan.
2. Banyaknya Sampel.
Banyaknya sampel suatu zat juga dapat mempengaruhi cepat lambatnya
proses peleburan. Hal ini dikarenakan, apabila semakin sedikit sampel yang
digunakan maka semakin cepat proses peleburannya, begitu pula sebaliknya
jika semakin banyak sampel yang digunakan maka semakin lama proses
peleburannya.
3. Pengemasan Dalam Kapiler
Pemanasan dalam suatu pemanas harus menggunakan bara api atau panas
yang bertahan.· Adanya senyawa lain yang dapat mempengaruhi range titik
lebur
11. Bagaimana pemanfaatan titik lebur dalam bidang farmasi
Dengan mengetahui titik lebur suatu zat maka kit dapat mengetahui
kemurnian suatu zat. Untuk zat-zat murni, pada umumnya memiliki titik
lebur yang lebih tinggi dibanding ketika zat tersebut telah tercampur dengan
zat lain. dengan mengukur titik lebur maka murni atau palsunya suatu zat
dapat diketahui. Selain itu, berdasarkan titik lebur, akan mengiring seorang
farmasis dalam memformulasi suatu zat baik yang dapat maupun tidak dapat
dibuat menjadi sebuah sediaan, yang akhirnya akan menghasilkan suatu
sediaan farmasi yang bermutu dan berefek.
Selain itu penentuan titik lebur dari bahan suatu obat juga digunakan
dalam pembuatan sediaan obat terutama obat yang diberikan melalui raktal
dan diperlukan dalam cara penyimpanan suatu sediaan obat agar tidak
mudah rusak pada suhu kamar tertentu
12. Kenapa harus digerus pada penentuan titik lebur menggunakan pipa kapiler?
Pada dasarnya bahan hasil penimbangan berbentuk serbuk yang tidak halus ,
sehingga harus dihaluskan terlebih dahulu guna memudahkan dalam proses
memasukkan sampel ke dalam pipa kapiler yang sangat kecil dan mempengaruhi
proses peleburan karena molekul besar dan kecil membutuhkan waktu yang
berbeda untuk melebur.
13. Bagaimana cara penentuan titik lebur
1. Melting point apparatus
Alat yang digunakan untuk menentukan titik lebur suatu zat adalah
melting point apparatus. Prinsip ker#a dari pada melting point apparatus adalah
pertamam e n y a l a k a n m e l k t i n g p o i n t d e n g a n m e m u t a r
p e m u t a r s u h u 2 0 °C p e r m e n i t . Kedua ketika suhu pada
thermometer mencapai ,60° C d a r i t i t i i k l e b u r a t a u t i t i k leleh
pada suatu senyawa murni yang telah ditetapkan oleh ilmuan, maka
pemutar suhunya harus diturunkan hingga mencapai 10 o* per menit.
Ketiga jika suhunyatelah mencapai suhu titik lebur atau titik pada
suatu senyawa murni yang telah ditetapkan oleh ilmuan maka pada
pemutar suhu harus diputar kekiri hingga 1°C per menit

2. Metode Rest
Penurunan titik lebur dapat dilakukan sebagai dasar penentuan berat molekul,
cara ini juga dikenal dengan metode Rest yang mengukur penurunan titik lebur
(Sutrisno, 2001). Penurunan titik lebur disebabkan karena kenaikkan tekanan
yang dapat dimanfaatkan dalam ski es. Tekanan dari ski menurunkan titik lebur
es dan juga menyebabkan es melenur dibawah ski, lapisan tipis zat cair ini
memberikan aksi sebagai pelincir sehingga memungkinkan ski dpat meluncur
diatas permukaan yang keras dari es. Tentu saja gesekan ski dengan penuh
permukaan es juga akan memegang oeranan besar terhadap peleburan dan aksi
dari pelincur tersebut (Moechtar, 1990).
3. Penentuan Titik Lebur dengan Metode Pipa Kapiler dengan titik lebur
dibawah 100°C dan diatas 100°C
Sampel untuk titik lebur di bawah 100°C adalah mentol dan asam stearat
Sampel untuk titik lebur di atas 100°C adalah aspirin dan metil paraben
1. Sampel digerus menjadi serbuk yang sangat halus dan diayak dengan ayakan
2. Pipa kapiler kaca (yang salah satu ujungnya tertutup) diisi dengan serbuk kering
secukupnya hingga membentuk kolom di dasar tabung dengan tinggi 2,5 mm
hingga 3,5 mm.
3. Setelah diisi, sampel dalam pipa kapiler dimampatkan dengan cara mengetukkan
pipa kapiler pada permukaan padat
4. Ikat pipa kapiler pada termometer dengan bagian terbuka menghadap ke bawah
5. Panaskan aquadest dalam gelas beaker menggunakan tangas air atau kompor
listrik hingga lebih kurang 30°C dibawah suhu lebur yang diperkirakan
6. Termometer dan pipa kapiler dicelupkan kedalam tangas. Bagian bawah pipa
kapiler tepat berada dipermukaan air yang dipanaskan
7. Lanjutkan pemanasan dengan begadukan tetap secukupnya hingga suhu naik
sekitar 3 derajat per menit
8. Pada saat suhu kurang lebih 3°C dibawah jarak lebur yang diperkirakan, kurangi
pemanasan hingga suhu naik lebih kurang 1°-2° per menit. Lanjutkan
pemanasan sampai bahan melebur sempurna.
9. Amati Suhu pada saat kolom zat uji yang diamati terlepas sempurna dari dinding
kapiler didefinisikan sebagai suhu akhir peleburan atau suhu lebur. Kedua suhu
tersebut berada dalam batas lebur

Anda mungkin juga menyukai