Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Biofarmasetika dan Farmakokinetika Universitas Sriwijaya 2018

PERMEASI ASETOSAL SECARA EX VIVO DENGAN METODE USUS


TERBALIK

Astry Rokhimah, Livina Tasia Giwani, Meutia Reni Noprida, Syaribahnur


Fatihah

Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Sriwijaya University Indralaya
email: farmasiunsri2016@gmail.com

ABSTRAK
Ex vivo merupakan percobaan yang dilakukan diluar tubuh hewan uji dengan
lingkungan buatan seperti di dalam tubuh makhluk hidup. Ex vivo permeation
dilakukan untuk melihat hasil uji permeasi dari asetosal dalam tubuh dengan metode
usus terbalik. Proses permeasi ini penting karena untuk melihat banyaknya obat yang
dapat diserap oleh usus yang dapat mempengaruhi farmakologi dari obat, sehingga
dapat diperkirankan level first pass effect metabolisme dan transportasi obat pada sel
epitel usus. Percobaan ini menggunakan metode usus terbalik karena mudah dan
sederhana. Metode usus terbalik ini kondisi lingkungannya diatur dengan menggunakan
NaCl fisiologis yang isotonis dengan cairan tubuh, oksigen untuk respirasi sel epitel
usus agar tidak mudah rusak, serta pH diatur sesuai pH lambung dan usus. Hasil
pengujian menunjukkan permeasi yang lebih baik terjadi padah pH lambung.
Kata kunci : permeasi, ex vivo, metode usus terbalik.

ABSTRACT
Ex vivo is an experiment carried out outside the body of an animal with the
environment as in the body of living things. Ex vivo permeation is performed to see the
results of trials of acetosal in the body with the reverse intestinal method. This
permeation process is very important because to see drugs that can be absorbed by the
intestine which can affect the pharmacology of the drug, the level can be estimated at
the first level to pass the effect and give the drug to the intestinal epithelial cells. This
experiment uses the Flip Intestine method because it's easy and simple. The method
used is environmental conditions using physiological conditions that are in accordance

1|Jurnal Biofarmasetika dan Farmakokinetika


Jurnal Biofarmasetika dan Farmakokinetika Universitas Sriwijaya 2018

with body fluids, oxygen for respiration of the intestinal epithelial cells so that they are
not easily damaged, and also the pH according to the pH of the stomach and intestines.
The results of better permeation have occurred in the gastric pH.

Keywords: permeation, ex vivo, reverse intestinal method.

I. PENDAHULUAN karakteristik sifat fisika kimia molekul,


Absorbsi didefinisikan sebagai property dan komponen cairan
tempat masuknya obat dari tempat gastrointestinal serta sifat membrane
pemberiannya ke dalam plasma, kecuali absorbsi.2
pemberian intravena. Oleh karena itu, Ex vivo berarti yang terjadi di luar
obat harus mengalami absorbsi terlebih organisme. Dalam ilmu, ex vivo
dahulu. Absorbsi sebagian besar obat mengacu pada percobaan atau
terjadi secara difusi pasif, maka sebagai pengukuran dilakukan di dalam atau
barrier adalah membran epital saluran pada jaringan dalam suatu lingkungan
cerna yang seperti halnya semua buatan luar organisme dengan
membran sel ditubuh kita, terdiri dari perubahan minimum kondisi alam.
lapisan lipid bilayer. Dengan demikian, Kondisi ex vivo memungkinkan
agar dapat melintasi membran sel eksperimen dengan kondisi yang
tersebut molekul obat harus memiliki terkendali lebih dari mungkin dalam
kelarutan dalam lemak.1 organisme utuh, dengan mengorbankan
mengubah "alam" lingkungan.
Absorbsi obat merupakan suatu
Keuntungan utama menggunakan
proses pergerakan obat dari tempat
jaringan ex vivo adalah kemampuan
pemberian ke dalam sirkulasi umum di
untuk melakukan tes atau pengukuran
dalam tubuh. Absorbsi obat dari saluran
yang akan tidak mungkin atau etis
pencernaan ke dalam darah umumnya
dalam kehidupan subyek.3
terjadi setelah obat tersebut larut dalam
Permeasi usus terbalik biasanya
cairan di sekeliling membrane tempat
menggunakan usus tikus kecil untuk
terjadinya absorbsi. Absorbsi obat akan
parameter kinetik menentukan
lebih baik jika semakin baik
transportasi yang handal dan
kelarutannya dalam lipida sampai
direproduksi. Metode ini mutlak
absorbsi optimal tercapai. Faktor utama
diperlukan untuk mempertahankan
yang mempengaruhi absorbsi obat yaitu
oksigenasi jaringan kelangsungan

2|Jurnal Biofarmasetika dan Farmakokinetika


Jurnal Biofarmasetika dan Farmakokinetika Universitas Sriwijaya 2018

jaringan usus yang hanya berlangsung metabolisme dan transportasi obat pada
selama maksimal 2 jam.4 sel epitel usus.

2.3.1 Cara Kerja Eksperimen


II. METODOLOGI PENELITIAN
Diambil usus ayam 20 cm
2.1 Waktu dan Tempat
dibawah pilorus lalu direndam dalam
Praktikum ini dilaksanakan di
larutan NaCl 0,9% kemudian usus
Laboratorium Farmakologi Program
dipotong menjadi 2 bagian sama
Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan
panjang sebagai kontrol dan perlakuan.
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Kemudian usus dibalik dan diikat
Sriwijaya, Indralaya, Sumatera Selatan,
dengan benang lalu dihubungkan
pada Jum’at, 31 Agustus 2018 jam
dengan kanula tabung crane dan wilson
15.00-selesai.
lalu usus diisi dengan larutan NaCl
2.2 Alat dan Bahan
0,9% sebanyak 1,4 ml, pada kelompok
Alat yang digunakan pada
uji dalam tabung masing-masing diisi
praktikum ini berupa tabung crane and
SGF dan SIF dengan asetosal dan
wilson, spektrofotometer, waterbath,
kelompok kontrol masing-masing diisi
timbangan analitik, stopwatch, pH
dengan SGF dan SIF saja, lalu usus
meter, gelas beker, pipet tetes, spuit 5
dialiri gas oksigen, dan kemudian di
mL, gelas ukur, batang pengaduk, labu
tentukan kadar sampel obat dalam usus
ukur, tabung reaksi, benang, gunting.
tiap 15 menit selama 60 menit.
Bahan-bahan yang digunakan
pada praktikum ini berupa usus ayam, 2.3.2 Prosedur Analisis
SIF, SGF, larutan NaCl 0,9%, asetosal, Disentrifus 1 ml sampel + 2ml
aquadest, kalium dihidrogen fosfat, larutan ZnSO4 5% dan 2 ml Ba(OH)2
oksigen, ZnSO4, Ba(OH)2. 0,3 N selama 5 menit, kemudian
diambil 2,5 ml supernatan dan dibaca
2.3 Prosedur Penelitian
absorbansi pada panjang gelombang
Menggunakan metode secara ex
maksimum 527 nm.
vivo dalam uji permeasi usus terbalik,
yakni untuk mempertahankan III. HASIL DAN PEMBAHASAN

oksigenasi pada jaringan usus sehingga Percobaan biofarmasetika dan

dapat diperkirakan level first pass effect farmakokinetika kali ini, praktikan
melakukan percobaan mengenai ex vivo

3|Jurnal Biofarmasetika dan Farmakokinetika


Jurnal Biofarmasetika dan Farmakokinetika Universitas Sriwijaya 2018

permeation. Percobaan ini bertujuan Usus yang digunakan diambil dari


untuk mempelajari pengaruh pH 10 cm dibawah pilorus sepanjang 20
terhadap absorbs obat melalui saluran cm.
pencernaan secara ex vivo Hal ini bertujuan agar usus tidak terlalu
menggunakan metode usus terbalik. asam karena terlalu dekat dengan
Metode usus terbalik ini menggunakan lambung (cairan lambung)ataupun tidak
usus ayam segar sebagai bahan uji. terlalu basa, sehingga proses absorbsi
Pengujian secara ex vivo ini terjadi dapat maksimal. Usus yang akan
diluar tubuh atau organisme yangmana digunakan dibalik agar bagian mukosa
pengujian dilakukan dalam atau pada yang mengandung mikrovili berada di
jaringan dalam suatu lingkungan buatan luar. Kemudian, usus direndam pada
organisme. NaCl fisiologis agar usus tidak mudah
Alat yang digunakan untuk metode rusak.
usus terbalik berupa tabung crane and Kemudian usus dimasukan dalam
Wilson. Tabung ini terdiri dari tiga tabung crane dan wilson yang telah
pipet, yakni pipet A, B, C. Pipet A dan diukur pHnya. Pengamatan dilakukakan
pipet B dihubungkan oleh usus, dimana pada secara control tanpa obat) dan
pipet A berfungsi untuk menyalurkan perlakan (dengan obat) pada pH asam
oksigen pada usus. Fungsi oksigen (lambung) dan pH basa (usus). Untuk
untuk menjaga agar sel epitel usus dapat pengamatan pH asam tabung diisi SGF
berespirasi dan mendapatkan suplai dan asetosal dengan konsentrasi 0,1 M
oksigen yang cukup, sehingga tidak sedangkan pH basa digunakan SIF dan
mudah rusak. Pipet B berfungsi untuk asetosal dengan konsentrasi yang sama.
mengambil sampel asetosal yang telah Pengamatan dilakukan tiap 15
terserap pada usus. Pipet C berfungsi menit selama 45 menit. Pengukuran
untuk mengalirkan larutan NaCl dilakukan menggunakan metode
fisiologis yang isotonis dengan cairan spektrofotometri UV-Vis dengan
tubuh manusia, sehingga kondisi panjang gelombang 530 nm, sehingga
lingkungan usus sama seperti pada didapat nilai absorbansi dari setiap
tubuh manusisa. sampel yang diuji. Sampel ditetesi
dengan larutan ZnSO4 dan Ba(OH)2 agar

4|Jurnal Biofarmasetika dan Farmakokinetika


Jurnal Biofarmasetika dan Farmakokinetika Universitas Sriwijaya 2018

asetosal berpisah dengan pengotor dan Berdasarkan konsentrasi terlihat


dapat diabsorbansi dnegan maksimal. bahwa obat dipermeasi lebih baik pada
Waktu Konsentrasi kondisi asam. Hal ini terlihat dari
(menit) Perlakuan Kontrol Terkoreksi
15 0,1454 0,0727 0,0727 konsentrasi terbesar ada pada kondisi
30 0,2063 0,1062 0,1007 asam. Asetosal sendiri bersifat asam
45 0,3635 0,1174 0,2461
Tabel 1. Konsentrasi asetosal yang lemah, sehingga lebih mudah larut dan
terabsorbsi pada media SGF (pH lambung)
dipermeasi lebih baik pada kondisi

Waktu Konsentrasi asam.


(menit) Perlakuan Kontrol Terkoreksi
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
15 0,990 0,9865 0,0035
30 0,986 0,986 0,011 4.1 Kesimpulan
45 0,9207 0,8675 0,0532
Tabel 2. Konsentrasi asetosal yang 1. Asetosal yang bersifat asam
terabsorbsi pada media SIF (pH usus)
lemah lebih mudah dipermeasi
Paramete SGF SIF pada kondisi asam (pH
r lambung).
K 1,2138 0,06958
Pm 1,41864 9,09 2. Permeasi efektif terutama terjadi
Lag time 5,807 menit 14,371 menit pada bentuk tak terion dari
Tabel 3. Parameter permeasi senyawa obat.
3. Fungsi oksigen adalah agar sel-
Nilai konsentrasi didapatkan setelah
sel usus dapat berespirasi dan
dilakukan perhitungan berdasarkan nilai
tidak mudah rusak.
absorbansi yang didapat. Berdasarkan
4. Fungsi NaCl fisiologis adalah
hasil pengamatan, didapatkan bahwa
untuk menjaga kondisi
konsentrasi asetosal yang tertinggi pada
lingkungan usus sama seperti
kondisi asam pada menit ke-15,
kondisi lingkungan dalam tubuh
sedangkan pada kondisi basa pada
manusia.
menit ke-45. PH juga mempengaruhi
5. Pada tabung crane and wilson
dalam proses permeasi. Penyerapan
terdapat 3 pipet. Pipet A untuk
efektif terutama terjadi pada bentuk tak
menyalurkan oksigen, pipet B
terion, dimana asetosal yang bersifat
untuk mengambil sampel, serta
asam lemah akan terserap dengan baik
pipet C untuk menyalurkan
pada pH asam, sedangkan permeasi
NaCl fisiologis.
pada pH basa akan berkurang.
4.2 Saran

5|Jurnal Biofarmasetika dan Farmakokinetika


Jurnal Biofarmasetika dan Farmakokinetika Universitas Sriwijaya 2018

1. Penulis menyarankan agar Terapi, Universitas Indonesia,


praktikan yang akan melakukan Jakarta.
percobaan ini lebih lanjut dapat 2. Shargel, L. & Andrew B.C.Y.,
menggunakan metode yang 1988, “Biofarmasetika dan
berbeda. Farmakokinetika Terapan”,
2. Diharapkan baik praktikan Airlangga University Press,
maupun pembaca dapat Surabaya, Indonesia.
mengaplikasikan ilmu ini dalam 3. Syukri, S., 2002, Biofarmasetika,
dunia kesehatan. UII Press, Yogyakarta, Indonesia.
4. Ansel, H.C., 1989, “Pengatar
DAFTAR PUSTAKA Bentuk sediaan Farmasi”, Edisi 4.
UI Press, Jakarta, Indonesia.
1. Tim Departemen Farmakologi
FKUI, 2007, Farmakologi dan

6|Jurnal Biofarmasetika dan Farmakokinetika

Anda mungkin juga menyukai