Anda di halaman 1dari 6

DISPERSI KASAR

1. Apa itu dispersi kasar?


Dispersi kasar atau yang biasa disebut dengan suspensi adalah dispersi kasar yang di
dalamnya terdispersi partikel-partikel padat yang tidak larut dalam medium cair (Sinko, P. J.
2011).

2. Mekanisme terbentuknya dispersi kasar?


Mekanisme terbentuknya dispersi kasar ada 2 yaitu sistem flokulasi dan sistem deflokulasi.
Dalam sistem flokulasi partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada
penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali. Sedangkan sistem
deflokulasi partikel mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, akan terjadi
agregasi, dan akhirnya akan membentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali
(Syamsuni. 2006).

3. Ukuran partikel untuk dispersi kasar?


Sebagian besar partikel tersebut memiliki diameter >0,1 µm di bawah mikroskop (Sinko, P. J.
2011).

4. Sifat-sifat dispersi kasar?


Karena ukuran partikel dispersi kasar berkisar >0,1 µm di bawah mikroskop biasa maka,
partikel tersebut tidak dapat disaring melalui kertas saring biasa, tidak dapat mengalami
proses difusi, tidak dapat melalui membran semi permeabel dan sebagian partikel tersebut
menunjukkan gerak Brown jika dispersi memiliki viskositas yang rendah (Fatmawaty, A., Nisa,
M., dan Riski, R. 2015; Sinko, P. J. 2011).

5. Contoh-contoh dispersi kasar?


Suspensi, emulsi dan sel darah merah (Fatmawaty, A., Nisa, M., dan Riski, R. 2015).

6. Mekanisme pembasahan?
Tahap pertama dalam pembasahan suatu serbuk adalah pembasahan adhesional dimana
permukaan padat berhubungan dengan permukaan cairan. Tahap ini ekuivalen dengan
perubahan dari tahap (a) ke tahap (b) dalam gambar. Partikel kemudian ditekan di bawah
permukaan cairan ketika pembasahan pencelupan terjadi (b ke c) selama tahap ini terbentuk
antar muka padat-cair dan antar muka padat-udara hilang. Akhirnya cairan menyebar ke
seluruh permukaan zat padat apabila pembasahan penyebaran terjadi. Kerja pembasahan
penyebaran sama dengan kerja untuk membentuk antar muka padat-cair dan cair-gas
dikurangi hilangnya antar muka padat-gas (Gennaro, A. R., et al. 1990).
7. Contoh-contoh bahan pembasah?
Bahan pembasah yang merupakan golongan surfaktan terbagi menjadi beberapa kelompok
yaitu (Fatmawaty, A., Nisa, M., dan Riski, R. 2015):

Sedangkan bahan pembasah lainnya yaitu (Fatmawaty, A., Nisa, M., dan Riski, R. 2015):
a. Bahan pembasah anionik, mempunyai molekul dengan bagian nonpolar atau aktif,
membawa muatan negatif. Contohnya: aerosol.
b. Bahan pembasah kationik, membawa muatan positif pada gugus nonpolar atau aktif.
Contohnya: senyawa ammonium kuartener seperti benzelonium klorida, cetil piridin klorida
dan benzalkonium klorida.
c. Bahan nonionik seperti tween dan span tidak terionisasi.

8. Cara penentuan waktu pembasahan?


Kecepatan pembasahan sering ditentukan untuk cara penempatan sejumlah serbuk ke dalam
permukaan air yang mengandung sejumlah konsentrasi surfaktan. Ukuran waktu yang
diperlukan untuk serbuk dapat terbasahi secara sempurna dan tercelup (Fatmawaty, A., Nisa,
M., dan Riski, R. 2015).

9. Tujuan penggunaan bahan pembasah pada sediaan suspensi?


Untuk menurunkan tegangan antar muka dan sudut kontak antar partikel dan cairan pembawa
serta memperlambat pembentukan kristal. Pengurangan tegangan antar muka menyebabkan
sudut kontak berkurang, udara terusir dari permukaan partikel dan pembasahan serta
deflokulasi meningkat. Sedangkan penggunaan konsentrasi surfaktan yang lebih besar dari
0,5% dapat melarutkan partikel yang sangat halus dan menyebabkan penggantian di dalam
distribusi ukuran partikel tumbuhnya kristal (Fatmawaty, A., Nisa, M., dan Riski, R. 2015;
Sinko, P. J. 2011).

10. Tujuan penentuan sudut kontak?


Untuk mengetahui sudut antara tetes cairan dan permukaan yang mana partikel itu akan
menyebar (Fatmawaty, A., Nisa, M., dan Riski, R. 2015).
11. Macam-macam sudut kontak dan penjelasannya?

Aksi yang paling penting dari suatu bahan pembasah adalah menurunkan sudut kontak
antara permukaan dan cairan pembasah. Sudut kontak adalah sudut antara tetes cairan dan
permukaan yang mana partikel itu akan menyebar. Seperti ditunjukkan pada gambar. Sudut
kontak antara padatan dengan cairan dapat 0 o terbasahi secara sempurna atau sudut 180 o
dimana pembasahan tidak sempurna, sudut kontak dapat juga mempunyai beberapa nilai
antara batasannya.
Persamaan Young menyatakan bahwa sudut kontak akan <90°, jika interaksi antara padatan
dan cairan lebih besar daripada interaksi antara padatan dan udara, misalnya Ɣ S/L > ƔS/A . Di
bawah kondisi ini, pembatasan terjadi, garis pedoman umumnya adalah padatan yang siap
dibasahi jika sudut kontaknya dengan fase cair adalah <90°. Padatan diketahui mudah
dibasahi, seperti KCl, NaCl dan laktosa yang mempunyai sudut kontak paling rendah. Sudut
kontak yang menarik dari kloramfenikol meningkat dari 59 o-125o mengindikasikan suatu
perubahan menjadi permukaan yang tidak terbasahi ketika ester palmitat dibentuk. Bahan lain
yang diketahui susah untuk dibasahi seperti polietilen densitas tinggi, dimagnesium stearat
memiliki sudut kontak lebih besar dari 90o (Fatmawaty, A., Nisa, M., dan Riski, R. 2015).

12. Rumus hukum Stoke’s?

Di mana : dv/dt mengacu pada laju sedimentasi; d 2 mengacu pada diameter partikel rata-rata;
ρs dan ρt masing-masing mengacu pada bobot jenis partikel padat dan pembawa; η mengacu
pada viskositas pembawa, dan g mengacu pada gravitasi.
Persamaan tersebut digambarkan bahwa faktor yang berpengaruh dalam laju pengendapan
adalah diameter partikel karena kecepatan langsung berhubungan secara proporsional dari
ukuran diameter partikel, partikel kecil lebih lambat mengendap dibandingkan partikel yang
besar. Jika partikel lebih kecil dari 3 µm dan berat jenisnya tidak lebih dari 20% dari
pembawanya, partikel yang tersisa dapat terdispersi karena adanya gerak Brown (Lieberman,
H. A., et al. 1988).

13. Prinsip dasar hukum Stoke’s?


Jumlah partikel yang mengendap dalam suspensi berhubungan dengan ukuran partikelnya
dan berat jenis dean kecepatan dari medium suspensi. Gerak Brown atau acak mungkin
memberikan efek yang signifikan akan ada atau tidaknya flokulasi dalam sistem (Gennaro, A.
R., et al. 1990).
14. Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi?
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah (Gennaro, A. R., et al. 1990):
a. Ukuran partikel, partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat dari pada partikel yang
lebih kecil.
b. Cairan supernatan yang jernih atau keruh selama tahap awal pengendapan merupakan
indikasi yang baik untuk mengetahui apakah sistem tersebut terflokulasi atau
terdeflokulasi. Sistem terflokulasi memiliki cairan supernatan yang jernih, sedangkan
sistem terdeflokulasi memiliki cairan supernatan sebaliknya.
c. Kecepatan awal pengendapan partikel terflokulasi ditentukan oleh ukuran flokulat dan
porositas massa teragregasi. Selanjutnya, kecepatan bergantung pada pemampatan dan
penyusutan ulang dalam sedimen.

15. Perbedaan flokulasi dan deflokulasi?


Perbedaan flokulasi dan deflokulasi yaitu (Fatmawaty, A., Nisa, M., dan Riski, R. 2015):

DEFLOKULASI FLOKULASI
a. Partikel berada dalam a. Partikel membentuk
suspensi dalam wujud agregat bebas.
yang memisah. b. Laju pengendapan tinggi
b. Laju pengendapan karena partikel
lambat karena partikel mengendap sehingga
mengendap terpisah dan flokulasi yang
ukuran partikel minimum. merupakan komposisi
c. Endapan yang terbentuk partikel.
lambat. c. Endapan yang terbentuk
d. Endapan biasanya cepat.
menjadi sangat padat d. Partikel tidak mengikat
karena berat dari lapisan kuat dan keras satu
atas dari bahan endapan sama lain tidak terbentuk
yang mengalami gaya lempeng. Endapan
tolak menolak antara mudah untuk
partikel dan cake yang didispersikan kembali
keras terbentuk dimana dalam bentuk suspensi
merupakan kesulitan jika aslinya.
mungkin didispersi e. Suspensi menjadi keruh
kembali. karena pengemasannya
e. Suspensi penampilan yang optimal dan
menarik karena supernatannya jernih.
tersuspensi untuk waktu Hal ini dapat dikurangi
yang lama jika volume endapan
supernatannya juga dibuat besar, idealnya
keruh bahkan ketika volume endapan harus
pengendapan terjadi. meliputi volume
suspensi.

16. Pengaruh larutan elektrolit terhadap sediaan suspensi?


Elektrolit bekerja sebagai bahan pengflokulasi dengan mengurangi sawar elektrik antar
partikel, seperti dibuktikan oleh penurunan potensial zeta dan pembentukan jembatan antara
partikel-partikel berdekatan yang menghubungkan partikel-partikel tersebut dalam suatu
struktur yang longgar (Gennaro, A. R., et al. 1990).

17. Jelaskan sifat bahan yang perlu diperhatikan dalam menentukan laju pembasahan?
Menurut Idson dan Scheer, padatan tertentu siap terbasahi oleh cairan, dimana derajat dari
pembasahan tergantung afinitas dari obat untuk air dimana zat padat berupa hidrofilik. Zat
padat yang hidrofilik lebih mudah terbasahi oleh air dan dapat meningkatkan kekentalan dari
cairan suspensi. Zat padat yang hidrofobik air tetapi dapat terbasahi oleh cairan non polar
ketika terbasahi, biasanya tidak akan mengubah viskositas dari cairan suspensi (Fatmawaty,
A., Nisa, M., dan Riski, R. 2015).

18. Jelaskan mengapa suspensi dikatakan tidak stabil secara termodinamika?


Besarnya luas permukaan partikel yang diakibatkan oleh mengecilnya zat padat berhubungan
dengan energi bebas permukaan yang membuat sistem tersebut tidak stabil secara
termodinamik, dimana dimaksudkan bahwa partikel-partikel tersebut berenergi tinggi dan
cenderung untuk mengelompok kembali untuk mengurangi luas permukaan total dan
memperkecil energi bebas permukaan. Oleh karena itu partikel-partikel dalam suspensi cair
cenderung untuk berflokulasi yakni membentuk suatu gumpalan yang lunak dan ringan yang
bersatu karena gaya Van Der Walls yang lemah. Pada keadaan tertentu misalnya dalam
suatu lempeng padat partikel tersebut dapat melekat dengan gaya yang lebih kuat
membentuk suatu gumpalan (aggregates). Pembentukan setiap jenis gumpalan
(agglomerates), apakah itu flokulat atau aggregat dianggap sebagai suatu ukuran dari suatu
sistem utnuk mencapai keadaan yang lebih stabil secara termodinamika (Gennaro, A. R., et
al. 1990).

19. Jenis-jenis ketidakstabilan suspensi dan faktor yang mempengaruhinya?


Jenis-jenis ketidakstabilan suspensi (Fatmawaty, A., Nisa, M., dan Riski, R. 2015):
a. Membentuk caking yang sulit didispersikan kembali.
b. Viskositas yang terlalu tinggi sehingga sulit untuk dituang.
Faktor yang mempengaruhi kestabilannya adalah (Fatmawaty, A., Nisa, M., dan Riski, R.
2015; Syamsuni. 2006):
a. Ukuran partikel yang kecil
b. Gerakan partikel yang minimum
c. Gaya tolak menolak partikel sebagai hasil muatan listrik
d. Konsentrasi suspensoid (partikel tersuspensi)
e. Viskositas

20. Jelaskan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waktu pembasahan dan sudut
kontak?
Faktor-faktor yang berpengaruh (Fatmawaty, A., Nisa, M., dan Riski, R. 2015):
a. Afinitas obat untuk air, dimana zat padat berupa hidrofilik akan lebih mudah terbasahi oleh
air dan dapat meningkatkan kekentalan dari cairan suspensi. Sedangkan zat padat yang
hidrofobik air tetapi dapat terbasahi oleh cairan nonpolar ketika terbasahi, biasanya tidak
akan mengubah viskositas dari cairan suspensi.
b. Penggunaan konsentrasi surfaktan yang rendah berkisar 0,05% dapat menghasilkan
pembasahan yang tidak sempurna. Konsentrasi yang lebih besar 0,05% dari surfaktan
dapat melarutkan partikel yang sangat halus dan menyebabkan penggantian di dalam
distribusi ukuran partikel tumbuhnya kristal.
c. Tegangan antarmuka. Sudut kontak dihasilkan dari kesetimbangan yang melibatkan tiga
tegangan antarmuka, secara spesifik yang bereaksi pada antar muka antar fase cair dan
fase uap, pada fase padat dan fase cair serta pada fase padat dan fase uap.

21. Bahan peningkat viskositas dan mekanismenya?


Bahan pengental atau koloid pelindung atau hidrofilik yang diserap dapat meningkatkan
kekuatan dari bentuk lapisan hidrasi sekeliling partikel yang tersuspensi melalui ikatan
hidrogen dan interaksi molekuler. Terdapat sejumlah hidrokoloid yang diklasifikasikan secara
luas yaitu (Fatmawaty, A., Nisa, M., dan Riski, R. 2015):
a. Derivat selulosa: mikrokristalin selulosa, karboksimetil selulosa, hidroksi propil metil
selulosa, dll.
b. Polisakarida dan gum: alginat, karagenan, gum santan, akasia, tragakan, avicel, dll.
c. Polimer sintetik: carbomer, polifinil pirolidon poloksamer, dll.
d. Clay: magnesium alumini silikat (veegum), bentonit, dll.

Anda mungkin juga menyukai