Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II

PERCOBAAN IV
SEDIMENTASI PARTIKEL SUSPENSI

NAMA

: DEWA GEDE OKA RAHANGGA

NIM

: O1A115015

KELAS

:A

KELOMPOK

: 3 (TIGA)

ASISTEN

: CICI NOVIANTI

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

SEDIMENTASI PARTIKEL SUSPENSI


A. TUJUAN
Tujuan pada percobaan sedimentasi partikel suspensi adalah:
1. Untuk memahami dan mengamati faktor-faktor dan parameter-parameter
yang mempengaruhi stabilitas suatu suspensi.
2. Memahami pengaruh penambahan suspending agent pada sediaan
suspensi.
3. Memahami

perbedaan

antara

sistem

suspensi

terflokulasi

dan

terdeflokulasi.
B. DASAR TEORI
Suspensi farmasi merupakan disperse kasar dimana partikel padat
yang tidak larut terdispersi dalam medium cair. Suspensi dalam farmasi
digunakan dalam berbagai cara, antara lain injeksi intramuskuler, tetes
mata, oral, dan rektal. Suspensi oral dapat didefinisikan sebagai preparat
yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus disebarkan
secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang
sangat minimum Stabilitas sediaan suspensi dipengaruhi oleh komponenkomponen yang terdapat dalam formulasi tersebut, salah satu adalah zat
pensuspensi atau suspending agent. Oleh karena itu untuk mendapatkan
suspensi yang stabil dan baik diperlukan penanganan dalam proses
pembuatan, penyimpanan maupun pemilihan bahan pensuspensi. Contoh
suspending

agent

yang

digunakan

adalah

CMC

Na

(Carboxymethylcellulose Natrium) dan PGS (pulvis gummosus) (Fitriani


dkk.,2015).
Partikel padat pada suspense tidak bena-benar berpisah, partikel
akan berkelompok dan terdispersi dalam zat pelarut tetapi tidak terlarut.
Partikel suspense berukuran lebih besar dari 100 nm. Ukuran partikel
suspensi ini lebih besar dari ukuran partikel koloid yaitu 1 sampai 100 nm
(James dkk.,2002).

Sebuah suspensi farmasi termodinamika sistem tidak stabil harus


distabilkan dengan menambahkan zat pensuspensi yang cocok. Penentuan
sedimentasi Suspensi dapat ditentukan dengan rumus (Senthil dan
Sripreethi, 2011 ) :
F = Vu/Vo
Keterangan :
F = Volume sedimentasi
Vu = Volume akhir endapan
Vo = Volume awal dari suspensi
Sedangkan untuk kekentalan suspending agent yang dugunakan dapat
dihitung dengan rumus berikut (Senthil dan Sripreethi, 2011) :
1 = 2 X (1t1 / 2t2)
Keterangan :
= Viskositas
= Kerapatan / bobot jenis
t = waktu
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspenis yaitu Ukuran
partikel, Kekentalan,Jumlah Partikel, serta sifat atau muatan partikel
Ukuran partikel. Untuk Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas
penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi
itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik
dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan
daya tekan keatas merupakan hubungan linier sedangkan Kekentalan
suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut,
makin kental suatu cairan

kecepatan alirannya makin turun (kecil).

Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan


turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan
menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang
dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan

suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum Stokes (Syamsuni,2006).
d2 ( - 0 ) g
V = ------------------------
Keterangan :
V = Kecepatan aliran
d = Diameter partikel
= Bobot Jenis Partikel
o = Bobot jenis cairan
g = Gravitasi
= Viskositas
Besarnya luas permukaan partikel yang diakibatkan oleh
mengecilnya zat padat berhubungan dengan energi bebas permukaan yang
membuat sistem tersebut tidak stabil secara termodinamik., dimana
dimaksudkan di sini bahwa partikel-partikel tersebut berenergi tinggi dan
cenderung untuk mengelompok kembali untuk mengurangi luas
permukaan total dan memperkecil energi bebas permukaan. Oleh karena
itu partikel-partikel dalam suspensi cair cenderung untuk berflokulasi
yakni membentuk suatu gumpalan yang lunak dan ringan yang bersatu
karena gaya van der Walls yang lemah. Pada keadaan tertentu misalnya
dalam suatu lempeng padat partikel tersebut dapat melekat dengan gaya
yang lebih kuat membentuk suatu gumpalan (aggregates). Pembentukan
setiap jenis gumpalan (agglomerates), apakah itu flokulat atau aggregat
dianggap sebagai suatu ukuran dari suatu sistem utnuk mencapai keadaan
yang lebih stabil secara termodinamik. Kenaikan dalam kerja W atau
energi bebas permukaan total F diperoleh dengan membagi zat padat
menjadi partikel yang lebih kecil dan mengakibatkan meningkatnya luas
permukaan total A yang digambarkan dengan ( Martin, 2008) :
F = SL . A

Keterangan :
F = Energi bebas permukaan
SL= Tegangan antarmuka antara medium cair dan partikel padat
A = Luas permukaan total
Sistem pembentukan suspense ada dua yaitu sistem flokulasi dan
deflokulasi. Sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat
mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah
tersuspensi

kembali,

Partikel

merupakan

agregat

yang

bebas,

Sedimentasi terjadi cepat, Sedimen terbentuk cepat, Sedimen tidak


membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali
seperti semula wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi
terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
(Syamsuni, 2006). flocculating agents ditambahkan untuk mengurangi
gaya listrik tolakanpada konsentrasi tertentu yang mengakibatkan
dominasi gaya tarik menyebabkan pembentukan longgar. Agregat
flokulasi ini menetap cepat, dan tidak terikat erat satu sama lain dan
dengan demikian mudah redispersible. Flocculated suspensi adalah jenis
yang lebih umum dari suspensi parenteral karena sebagian suspensi suntik
berisi konsentrasi rendah dari padatan (Patel, 2010). Pada sistem
deflokulasi, partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya
membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake
yang keras dan sukar tersuspensi kembali. Sifat sistem deflokulasi
Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain,
Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap
terpisah, dan ukuran partikel adalah minimal Sedimen terbentuk lambat,
Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi
lagi dan wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam
waktu relatif lama serta Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas
berkabut (Syamsuni, 2006). Pendekatan deflokulasi adalah penggunaan

untuk suspensi oleaginous dan suspensi yang mengandung konsentrasi


yang relatif tinggi padatan misalnya penisilin prokain G (Patel, 2010).
Komposisi Suspensi terdiri dari Preparat yang mengandung partikel ovat
yang terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam pembawa
dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat minimum. Serta untuk
Stabilitas sediaan suspensi dipengaruhi oleh komponen-komponen yang
terdapat dalam formulasi tersebut, salah satu adalah zat pensuspensi atau
suspending agent. Contoh suspending agent yang digunakan adalah CMC
Na (Carboxymethylcellulose Natrium) dan PGS (pulvis gummosus)
(Fitriani dkk., 2015).
Parasetamol adalah derivate asetanilida yang berkhasiat sebagai
analgetik dan antipiretik tetapi tidak anti radang. Parasetamol larut dalam
70 bagian air hal ini berarti parasetamol agak sukar larut dalam air
dengan pemerian serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
mempengaruhi proses disolusi tablet adalah ada atau tidaknya bahan
pembasah disolusi merupakan tahapan yang mengontrol laju absorpsi
obat-obat yang mempunyai kelarutan rendah seperti pada tablet
parasetamol (Soederman dkk., 2010).
Penambahan surfaktan dan pelarut atau kosolven merupakan salah
satu upaya peningkatan kelarutan suatu obat yang mempunyai kelarutan
kecil atau praktis tidak larut dalam air. Solubilisasi adalah suatu bentuk
sediaan yang berupa cairan atau semi padat, jernih dan bersifat isotrop
yang terdiri dari inkorporasi atau larutan di dalam air suatu zat yang tidak
larut atau sedikit larut dalam air dengan bantuan suatu surfaktan
.Surfaktan mampu berperan dalam solubilisas. Salah satu sifat pentingnya
adalah kemampuan untuk meningkatkan kelarutan bahan yang tidak larut
atau sedikit larut dalam medium dispersi. Surfaktan pada konsentrasi
rendah menurunkan tegangan permukaan dan menaikkan laju kelarutan
obat (6). Sedangkan pada kadar yang lebih tinggi surfaktan akan
berkumpul membentuk agregat yang disebut misel (Noviza dkk., 2015).

Sejumlah konsentrasi surfaktan yang terlarut dalam air, akan


membentuk monomer dan terkonsentrasi pada permukaan air membentuk
lapisan tunggal (monolayer), dimana grup kepala (headgroups) yang
bersifat hidrofil akan berorientasi ke bawah permukaan air, sedangkan
ekor hidrokarbon (hydrocarbon tails) yang bersifat hidrofob (anti air)
akan menjauh dari permukaan air. Konsentrasi surfaktan yang lebih tinggi
akan terbentuk agregasi atau asosiasi dari surfaktan berupa sperikal, yang
dikenal dengan misel. Miselisasi terjadi akibat interaksi hidrofobik.
Interaksi hidrofobik akan menolak atau menjauhkan ekor hidrokarbon
dari surfaktan terhadap air, dan akan menghasilkan agregasi, sedangkan
grup kepala yang hidrofilik akan tetap berkontak langsung dengan air.
Konsentrasi setimbang di mana monomer surfaktan membentuk misel
disebut: konsentrasi miselisasi kritis (critical micellization concentration,
cmc). Satu misel umumnya akan berisi 50-100 monomer (Amran, 2008).

C. ALAT DAN BAHAN


1. ALAT
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Batang Pengaduk
Gelas Kimia 100 mL
Gelas Ukur 50 mL
Lumpang dan alu
Pipet tetes
Sendok Tanduk
Spatula
Stopwatch
Sudip
Timbangan Analitik

2. BAHAN
Bahan- bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
Aquadest
Na-CMC
Kertas Perkamen
Parasetamol
Propilen Glikol
Plastik Wrap
Tissue

D. PROSEDUR KERJA
1.
a.

Pembuatan suspensi
Formula 1
Paracetamol
-

Digerus.
Ditimbang sebanyak 2 gram.

Dimasukkan kedalam gelas kimia.


Ditambahkan akuades sedikit demi

sedikit sampai dapat dituang.


Dimasukkan kedalam gelas ukur.
Ditambahkan akuades hingga 50 mL.
Dikocok sampai homogen.
Didiamkan suspensi, dan diamati tinggi

sedimen tiap 15, 30, 45 dan 60 menit.


Dihitung volume sedimentasi dan

derajat flokulasi.
Hasil pengamatan

b. Formula 2 dan 3
NaCMC 0,25%

NaCMC 0,5%
-

Dimasukkan dalam lumpang.


Ditambahkan akuades.
Digerus hingga terbentuk mucilago.
Ditimbang parasetamol 3 gram.
Dimasukkan
kedalam
mucilago

NaCMC, aduk hingga homogen.


Ditambahkan akuades sampai dapat
dituang.

Dimasukkan kedalam gelas ukur.


Ditambahkan akuades hingga 50 mL.
Dikocok sampai homogen.
Didiamkan suspensi, dan diamati
tinggi sedimen tiap 15, 30, 45 dan 60

menit.
Dihitung volume sedimentasi dan

derajat flokulasi.
Hasil pengamatan

c. Formula 4 dan 5
NaCMC 1 %

NaCMC 0,5%
-

Dimasukkan dalam lumpang.


Ditambahkan akuades.
Digerus hingga terbentuk mucilago.
Ditimbang parasetamol 3 gram.
Dibasahi dengan propilenglikol.
Dimasukkan
kedalam
mucilago

NaCMC, aduk hingga homogen.


Ditambahkan akuades sampai dapat

dituang.
Dimasukkan kedalam gelas ukur.
Ditambahkan akuades hingga 50 mL.
Dikocok sampai homogen.
Didiamkan suspensi, dan diamati
tinggi sedimen tiap 15, 30, 45 dan 60

menit.
Dihitung harga volume sedimentasi
dan derajat flokulasi.

Hasil pengamatan

B. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel pengamatan
Tinggi sedimen formula (mL)

Waktu (t)
(menit)

50

50

50

50

50

15

50

50

50

30

50

50

45

50

50

60

50

50

No

2. Hasil perhitungan
a. Perhitungan harga volume sedimentasi (F)
Volume sedimen formula (F) (mL)

Waktu (t)
(menit)

15

0,02

0,02

0,02

30

0,06

0,02

0,02

0,02

45

0,06

0,02

0,02

0,02

60

0,06

0,02

0,02

0,02

No

b. Perhitungan Derejat flokuasi


Volume sedimen formula (F) (mL)

Waktu (t)
(menit)

50

50

50

50

50

15

16,6

50

50

50

50

30

16,6

50

50

50

50

45

16,6

50

50

50

50

60

16,6

50

50

50

50

No

F. PEMBAHASAN
Suspensi adalah suatu dispersi kasar di mana partikel zat padat yang tidak
larut terdispersi dalam suatu medium cair. Suspensi terdiri dari partikel kecil
yang di kenal dengan fase terdispersi, terdistribusi keseluruhan medium
kontinu atau medium pendispersi berupa zat cair. Terdapat dua sistem suspensi
yaitu deflokulasi dan flokulasi. Pada sistem deflokulasi, partikel sangat lambat
mengendap dikarenakan adanya peningkatan potensial zeta (25 mV atau lebih).
Semakin tinggi nilai potensial zeta maka semakin kuat gaya tolak-menolak
antar partikel sehingga terjadi pengendapan yang lambat. Selain itu, pada
sistem ini terbentuk ukuran partikel terkecil yang menujukkan peningkatan luas
permukaan partikel.
Peningkatan luas permukaan berbanding lurus dengan peningkatan sudut
kontak antar partikel. Ketika terjadi pengendapan, partikel membentuk cake
yang keras yang sukar ditembus oleh medium pendispersi, sehingga sukar
didispersikan kembali. Sedangkan pada sistem flokulasi, partikel sangat cepat
mengendap dikarenakan adanya penurunan potensial zeta (kurang dari 25 mV).
Jika nilai potensial zeta rendah maka semakin kuat gaya tarik-menarik
sehingga terbentuk agregat yang longgar yang dapat mengendap lebih cepat.
Selain itu, dengan terbentuknya agregat, terjadi peningkatan ukuran partikel

yang menujukkan penurunan luas permukaan partikel. Penurunan luas


permukaan berbanding lurus dengan penurunan sudut kontak antar partikel.
Ketika terjadi pengendapan, celah antar partikel mudah ditembus oleh medium
pendispersi sehingga suspensi dapat didispesikan kembali dengan cepat.
Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu)
terhadap volume mula-mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap. Derajat
flokulasi adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu)
terhadap volume sedimen akhir suspensi deflokulasi (Voc). Jika nilai derajat
flokulasi kurang dari 1 (satu) maka volume akhir sedimentasi lebih kecil dari
volume awal sedimentasi, hal ini dikarenakan suspensi membentuk cake atau
lempengan yang keras, sedangkan jika derajat flokulasi lebih besar dari 1 (satu)
maka volume sedimentasi akhir lebih besar dari sedimentasi awal, sehingga
menunjukan pranatan yang jernih pada suspensi.
Percobaan Sedimentasi Suspensi menggunakan Bahan Parasetamol dan
NaCMC serta Propilen Gliokol. Parasetamol adalah derivate asetanilida yang
berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik tetapi tidak anti radang.
Parasetamol larut dalam 70 bagian air hal ini berarti parasetamol agak sukar
larut dalam air dengan pemerian serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit
pahit. NaCMC sebagai emulsifier sedangkan Propilen Glikol sebagai
pembahasah yang membantu mengurangi kecepatan sedimentasi. Na CMC
merupakan floculatingagent, kerena NaCMC berfungsi untuk meningkatkan
viskositas dari suspensi, semakin besar konsentrasi NaCMC makin besar
viskositas suspensi, semakin besar viskositas suspensi maka pengendapan yang
terjadi akan semakin lambat. Propilenglikol berupa cairan kental, jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopik
Percobaan Sedimentasi suspense ini dibuat menjaddi 5 bagian suspensi
dengan penambahan zat yang berbeda. Zat yang disuspensi adalah Parasetamol
yang sangat sukar larut dalam air. Parasetamol pada percobaan ini digerus
terlebih dahulu, penggerusan ini bertujuan untuk menyeragamkan ukuran
partikel, meningkatkan sudut kontak agar mudah terbasahi, dan pengecilan
ukuran partikel sehingga partikel Parasetamol sulit untuk mengendap. Suspensi

pertama terdiri dari 3 gram Parasetamol, suspensi kedua terdiri dari 3 gram
Parasetamol dan 0,5 gram NaCMC, suspensi ketiga terdiri dari 3 gram
Parasetamol dan 0,25 gram Na CMC, suspensi keempat 3 gram parasetamol
0,25 NaCMC dan propilenglikol, dan suspensi kelima adalah 3 gram
Parasetamol dan 0,5 gram NaCMC. Kelima suspensi ini dikocok terlebih
dahulu dan didiamkan selama 0 menit, 5 menit 10 menit, 20 menit, 40 menit,
60 menit. Pada menit ke 15 yang paling cepat mengendap yaitu suspensi
keempat, yaitu Parasetamol tanpa NaCMC, dan yang paling lambat mengendap
adalah suspensi dengan Penambahan NaCMC baik konsentrasi 0,5 maupun
0,25.
Suspensi pada tabung , dengan penambahan NaCMC lama mengalami
pengendapan karena

NaCMC merupakan polimer yang memiliki rantai

panjang dan mempunyai bobot molekul yang tinggi dan mengandung gugus
aktif yang ditempatkan disepanjang rantai NaCMC bekerja sebagai
pemflokulasi karena sebagian dari rantai tersebut diadsorbsi pada permukaan
partikel, dengan bagian tersisa mengarah keluar medium dispers. NaCMC
berfungsi untuk meningkatkan viskositas dari suspensi, semakin besar
konsentrasi NaCMC makin besar viskositas suspensi, semakin besar viskositas
suspensi maka pengendapan yang terjadiakan semakin lambat. NaCMC bekerja
sebagai pemflokulasi dengan membentuk jaring-jaring polimer yang dapat
mengikat partikel
permukaan partikel

Parasetamol. Jaring polimer tersebut diadsorbsi pada


Parasetamol, dengan bagian tersisa mengarah keluar

medium dispersi. Oleh karena partikel Parasetamol terlindungi oleh NaCMC


maka

terjadi

penurunan

tegangan

permukan

dan

mengakibatkan

pengelompokaan tak dapat terhindarkan. Pengelompokan ini bukan terjadi


karena partikel Parasetamol tetapi karena adanya NaCMC yang melapisi atau
melindung partikel Parasetamol sehingga partikel cepat mengendap namun
dapat terdispersi kembali karena ikatan antar pelindung (NaCMC) membuat
gayavan der Waals lemah. Polimer ini juga menunjukkan aliran pseudoplastis
dalam larutan yang berpotensi menstabilkan bentuk fisik suspensi.

Suspensi

pada

tabung

IV,

Parasetamol

ditambahkan

dengan

propilenglikol. Propilenglikol merupakan wetting agent yang berfungsi


menurunkan tegangan antarmuka antara partikel padat dan cairan pembawa.
Turunnya tegangan antar muka akan menurunkan sudut kontak sehingga
memudahkan dalam pembasahan, sehingga serbuk dari Parasetamol mudah
mengendap atau membentuk flokulat-flokulat. Prinsip kerja dari wetting agent
yaitu memindahkan udara diantara partikel-partikel yang hidrofobik, sehingga
bila ditambahkan air dapat menembus dan membasahi partikel Parasetamol
karena lapisan wetting agent

tersebut pada permukaan partikelnya mudah

bercampur dengan air.


Hasil pengamatan, didapatkan volume sedimentasi derajat tabung I yaitu
sebesar 0,02 mL ; 0,06 mL; 0,06 mL; 0,06 mL ; 0,06 mL , pada tabung II
sebesar 1 mL; 0,02 mL; 0,02 mL; 0,02 mL pada tabung III sebesar 0,02 mL
untuk semua waktu parameyer. Pada tabung IV sebesar 1 mL pada menit 15
dan 0,02 mL setelah menit ke 15 dan pada tabung V sebesar 1 mL untuk semua
parameter waktu. Sedangkan derajat flokulasi yang terbentuk yaitu pada
Tabung 1 pada menit ke 15 sebesar 50 dan setelahnya sebesar 16,6 ; pada
tabung II derajat flokilasi seluruhnya 50 ,pada tabung III, IV, dan V juga derajat
flokulasinya 50 . Sehingga dapat dikatakan bahwa Derajat flokulas yang untuk
sediaan suspensi yaitu sebesar 1 (satu).Semakin mendekati angka 1 (satu) suatu
nilai derajat flokulasinya maka semakin baik pula sedian suspensi tersebut, hal
ini dikarenakan jika deraja flokulasi sebeesar 1 (satu) maka volume akhir
sedimantasisama dengan sedimentasi awal atau tidak terjadi penambahan
voleme sedimentasi akhir, artinya sedimentasi tetap ketika pengukuran
sedimentasi tak terhingga dilakukan, dan masih terdapat partikel yang masih
terdispersi dalam sediaan suspensi.
Berdasarakan hasil pengamatan, didapatkan suspensi Parasetamol yang
ditambahkan dengan NaCMC derajat flokulasinya yang paling baik. Volume
ini sedimentasi mempertimbangkan rasio akhir dari endapan terhadap tinggi
awal dari suspensi pada waktu suspensi mengendap dalam suatu kondisi di
bawah standar. Semakin mendekati angka 1 volume sedimentasinya semakin

baik suspensinya. Kecepatan volume sedimentasi dapat bertambah dengan


adanya flokulan.

G. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan Sedimentasi Partikel
Suspensi yaitu :
1. Faktor-faktor dan parameter-parameter yang mempengaruhi stabilitas
suatu suspensi yaitu Ukuran partikel , Kekentalan ,jumlah Partikel
(konsentrasi) sifat atau muatan partikel serta jenis emulsifier yang
digunakan.
2. Pengaruh penambahan suspending agent pada sediaan suspensi yaitu
sebagai pembawa yang akan menyatukan fase disper dan pendispersi
dimana surfaktan

akan membentuk monomer dan terkonsentrasi pada

permukaan air membentuk lapisan tunggal (monolayer), dimana grup


kepala (headgroups) yang bersifat hidrofil akan berorientasi ke bawah
permukaan air, sedangkan ekor hidrokarbon (hydrocarbon tails) yang
bersifat hidrofob (anti air) akan menjauh dari permukaan air.
3. Perbedaan antara sistem suspensi terflokulasi dan terdeflokulasi yaitu pada
sistem flokulasi agregat yang terbentuk yaitu agregat terbuka sehingga
ketika mengalami pengendapan dapat dilakukan pengocokan dan suspensi
akan cepat terdispersi kembali sedangkan pada sistem deflokulasi agregat
yang terbentuk yaitu agregat tertutp dimana partikel-partikel suspense
sangat rapat sehingga ketika terjadi pengendapan sulit untuk terdispersi
kembali karena jarak antar partikel yang terlalu rapat (agregat tertutup).

LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Perhitungan harga volume sedimentasi (F)
Vu
F=
Rumus :
Vo
a. Formula 1

Menit ke 15 :

Menit ke 30 :

Menit ke 45 :

Menit ke 60 :

F=

1 mL
=0,O 2 mL
50 mL

F=

3 mL
=0,06 mL
50 mL

F=

3 mL
=0,06 mL
50 mL

F=

3 mL
=0,06 mL
50 mL

F=

50 mL
=1 mL
50 mL

b. Formula 2

Menit ke 15 :

Menit ke 30 :

Menit ke 45 :

Menit ke 60 :

F=

1 mL
=0,02 mL
50 mL

F=

1 mL
=0,02 mL
50 mL

F=

1 mL
=0,02 mL
50 mL

F=

50 mL
=0,02 mL
50 mL

F=

50 mL
=0,02 mL
50 mL

F=

1 mL
=0,02 mL
50 mL

F=

1 mL
=0,02 mL
50 mL

F=

1 mL
=0,02 mL
50 mL

F=

50, mL
=1 mL
50 mL

F=

1 mL
=0,02 mL
50 mL

F=

1 mL
=0,02 mL
50 mL

F=

1 mL
=0,02 mL
50 mL

F=

50 mL
=1 mL
50 mL

F=

50 mL
=1 mL
50 mL

F=

50 mL
=1 mL
50 mL

c. Formula 3

Menit ke 15 :

Menit ke 30 :

Menit ke 45 :

Menit ke 45 :

Menit ke 60 :

d. Formula 4

Menit ke 15 :

Menit ke 30 :

Menit ke 45 :

Menit ke 60 :

e. Formula 5

Menit ke 15 :

Menit ke 30 :

Menit ke 45 :

Menit ke 60 :

F=

50 mL
=1 mL
50 mL

2. Perhitungan harga derajat lokulasi ()


volume akhir endapan dari sistem lokulasi(Vu)
Rumus : = volume akhir endapan dari sistem de lokulasi( V )
Rumus :
a.

Menit ke 15 :

Menit ke 30 :

Menit ke 45 :

Menit ke 60 :

1
=5 0
0,02

3
=16,6
0,06

3
=16,6
0,06

3
=16,6
0,06

50
=50
1

1
=5 0
0,02

1
=50
0,02

1
=50
0,02

50
=5 0
0,02

50
=50
0,02

1
=50
0,02

ormula 2

Menit ke 15 :

Menit ke 30 :

Menit ke 45 :

c.

Vu
V

ormula 1

b.

Menit ke 60 :

ormula 3

Menit ke 15 :

Menit ke 30 :

Menit ke 45 :

d.

e.

Menit ke 45 :

Menit ke 60 :

1
=5 0
0,02

1
=50
0,02

50,
=50
1

1
=5 0
0,02

1
=50
0,02

1
=5 0
0,02

50
=50
1

50
=50
1

50
=150
1

50
=50
1

ormula 4

Menit ke 15 :

Menit ke 30 :

Menit ke 45 :

Menit ke 60 :

ormula 5

Menit ke 15 :

Menit ke 30 :

Menit ke 45 :

Menit ke 60 :

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Amran, 2008, Pengaruh Garam-Garam Nitrat Terhadap Konsentrasi
Miselisasi Kritis (CMC, Critical Micellization Concentration) Saponin,
Jurnal SAINSTEK, Vol 11 (1).
Fitriani, Y.N., Cikra, INHS., Ninis Y., dan Dyah, A., 2015, Formulasi and
Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu (Ipomea batatas L.)
dengan Suspending Agent CMC Na dan PGS Sebagai
Antihiperkolesterol, Jurnal Farmasi Sains Dan Terapan, Vol 2 (1).
Jomes, J., Colin, B., dan Halen S., 2002, Prinsip- Prinsip Sains untuk
Keperawatan, Erlangga : Jakarta.
Martin A., James S., dan Arthur C., 1983, Farmasi Fisik Edisi II, UI- Press :
Jakarta .
Noviza, D., Nine, F., dan Salman, U., 2015, Solubilsasi Parasetamol dengan
Ryoto Sugar Ester dan Propilen glikol, Jurnal Sains Farmasi & Klinis.
Vol 1(2).
Patel, Rajesh m., 2010, Parenteral Suspension, International Journal Of
Current Pharmaceutical Research, Vol 2(3).
Senthil, V., dan Sripreethi, D., 2011, Formulation and Evaluation of
Paracetamol Suspension from Trigonella Foenum Graecum Mucilage,
Journal of Advanced Pharmacy Education & Research, Vol 1 (5).
Soedirman, I., Agus, S., dan Reza, P.H., 2010, Efek penambahan Polivinil
Pirolidon terhadap Disolusi Tablet Parasetamol, Jurnal PHARMACY. Vol
7 (2).
Syamsuni, H.A., 2006, Ilmu Resep, EGC penerbit buku kedokteran : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai