I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami dan mengamati faktor-faktor dan parameter-parameter yang
mempengaruhi stabilitas suatu suspensi.
2. Memahami pengaruh penambahan suspending agent pada sediaan suspensi.
3. Memahami perbedaan antara sistem suspensi terflokulasi dan terdeflokulasi.
Metode pembuatan suspensi ada 2 metode antara lain metode dispersi yaitu dengan
cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kmudian
baru diencerkan dan metode praesipitasi yaitu Zat yang tidak larut dalam air
dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang dapat dicampur dengan air, lalu
ditambahkan air suling dengan kondisi tertentu. Pelarut organik yang biasa
digunakan adalah etanol, metanol, propilen glikol, dan gliserin.
Berdasarkan sistem pembentukannya, suspensi dibagi menjadi dua sistem, yaitu
sistem flokulasi dan sistem deflokulasi. Dalam sistem flokulasi, partikel merupakan
agregat yang bebas dalam ikatan lemah. Pada sistem ini, peristiwa sedimentasi atau
pengendapan cepat terjadi dan partikel mengendap sebagai flok (kumpulan partikel).
Sedimen terbentuk dalam keadaan terbungkus dan bebas, tidak membentuk cake yang
keras dan padat serta mudah terdispersi kembali ke bentuk semula. Sedangkan pada
sistem deflokulasi, partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk
sedimen dan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sulit untuk terdispersi kembali.
Pada sistem deflokulasi, partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang
lain, masing-masing partikel mengendap secara terpisah, secara ringkas sistem
pembentukan suspensi flokulasi dan sistem pembentukan suspensi deflokulasi dapat
dituliskan sebagai berikut(Syamsuni, 2006; Bambang, 2007):
1. System flokulasi
a. Partikel merupakan agregat yang bebas
b. Sedimentasi terjadi capat
c. Sediment terbentuk cepat
d. Sediment tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi
kembali seperti semula
e. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan
diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
2. System deflokulasi
a. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain
b. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah
dan ukuran partikel adalah minimal
c. Sediment terbentuk lambat
d. Akhirnya sediment akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi
lagi.
Stabilitas sediaan suspensi dipengaruhi oleh komponen-komponen yang
terdapat dalam formulasi tersebut, salah satu adalah zat pensuspensi atau suspending
agent. Oleh karena itu untuk mendapatkan suspensi yang stabil dan baik diperlukan
penanganan dalam proses pembuatan, penyimpanan maupun pemilihan bahan
pensuspensi.
Selain itu, kecepatan aliran dari cairan akan mempengaruhi gerak turunnya partikel
yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian, penambahan kekentalan atau viskositas
cairan, akan mengakibatkan gerakan turun partikel yang dikandungnya akan melambat
(Syamsuni, 2006). Hal ini dapat dibuktikan dengan Hukum Stokes:
d2 (ρ − ρ₀ ) g
V= η
I II III IV V
Sulfa 3 3 3 3 3
CMC Na - 0,25% 0,50% 0,25% 0,50%
Propilenglikol - - - 5 ml 5 ml
Aquadest ad 50 ml 50 ml 50 ml 50 ml 50 ml
II III IV V
β = Vu/Voc β = Vu/Voc β = Vu/Voc β = Vu/Voc
= 0,12ml/0,04 ml = 0,12ml/0,13 ml =0,12ml/0,14 ml = 0,12ml/0,06 ml
=3 = 0,92 = 0,86 = 1,88
Chasanah, N., Ika T. D. K., dan Peni I., 2012, Formulasi Suspensi Doksisiklin
menggunakan Suspending Agent Pulvis Gummi Arabici: Uji Stabilitas Fisik
dan Daya Antibakterinya, Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, Vol. 4 (2).
Fitriani, Y. N., Cikra INHS., Ninis Y., dan Dyah A., 2016, Formulasi dan Evaluasi
Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu (Ipomoea batatas L.) dengan
Suspending Agent CMC Na dan PGS sebagai Antihiperkolesterol, Jurnal
Farmasi Sains dan Terapan, Vol. 2 (1).
Margaretha, Rizka M., Syaiful, dan Subroto, 2012, Pengaruh Kualitas Air Baku
terhadap Dosis dan Biaya Koagulan Aluminium Sulfat dan Poly Aluminium
Chloride, Jurnal Teknik Kimia, Vol. 18 (4).
Martin, Alfred et al,1990. Farmasi Fisika edisi 3 Jilid II. Jakarta:Penerbit
Universitas Indonesia